You are on page 1of 7

KARIES GIGI A. Definisi Karies berasal dari bahasa latin yaitu caries yang berarti pembusukan.

Karies gigi merupakan suatu destruksi yang terlokalisir pada jaringan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme (Pine dan Harris, 2007). Kidd dan Bechal (1992) menjelaskan karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik terhadap suatu jenis adanya demineralisasi karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh

kerusakan bahan organiknya. Menurut Houwink dan Winchel (2000) proses demineralisasi pada gigi disebabkan oleh suatu interaksi antara (produkproduk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. B. Etiologi Pintauli dan Taizo (2008) menyebutkan bahwa karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama dan satu faktor tambahan yang berperan dalam pembentukan karies. Tiga faktor utama tersebut yaitu faktor host (tuan rumah), agen (mikroorganisme), substrat (diet) dan faktor tambahan yaitu waktu. Menurut Kidd dan Bechal (1992) paduan keempat faktor ini digambarkan sebagai 4 lingkaran yang bersitumpang.

1. Faktor utama a. Host atau tuan rumah. Kualitas struktur gigi dan saliva merupakan faktor tuan rumah utama yang perlu diperhatikan (Cameron dan Widmer, 2008). Keadaan rongga mulut berperan besar dalam pembentukan karies. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi (Pintauli dan Taizo, 2008). Pertahanan utama alami

terhadap karies adalah saliva. Saliva tidak hanya menghilangkan sisa makanan dan menetralkan asam yang dihasilkan oleh plak, tetapi juga memiliki efek buffer terhadap pH pada saliva dan plak (Wellburry, 2005).

b. Agen atau Mikroorganisme. Bakteri sangat berperan pada proses terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Banyaknya mikroorganisme tergantung pada kesehatan dan kebersihan mulut seseorang. Pinkham (2005)

menjelaskan bakteri kariogenik memiliki tiga sifat yang dapat menyebabkan karies, yaitu bakteri mampu melekat pada permukan gigi, bakteri mampu memproduksi asam (acidogenic) dan bakteri dapat bertahan hidup dan berfungsi di dalam lingkungan yang asam (aciduric). Streptococcus mutans (merupakan kelompok utama

bakteri yang terlibat dalam awal terjadinya demineralisasi email. Fermentasi karbohidrat yang terus menerus menyebabkan

pertumbuhan Streptococcus mutans yang cepat, dan meningkatnya produksi asam organik, yang dapat meningkatkan risiko karies gigi. Cameron dan Widmer (2008) menambahkan, setelah terbentuk lubang pada email, lactobacilli memegang peranan yang sangat penting. Pada proses karies, saat pH pada plak mulai menurun di bawah level kritis

(sekitar 5,5), asam yang dihasilkan mulai menyebabkan demineralisasi email.

c. Substrat atau diet. Pintauli dan Taizo (2008) menyebutkan faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu

perkembangbiakan mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Bakteri menggunakan hasil fermentasi karbohidrat untuk energi dan produk akhir glikolisis pada metabolisme bakteri adalah asam. Sukrosa merupakan karbohidrat yang paling mudah difermentasi.

2. Faktor tambahan (waktu). Atmanda (2011) menjelaskan bahwa asam dapat menyebabkan hancurnya kristal email sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan email. Hal ini dapat terjadi beberapa bulan sampai tahunan tergantung dari intensitas dan frekuensi konsumsi asam. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam mulut (karena mulut mengandung beberapa bakteri kariogenik) terjadi demineralisasi dan remineralisasi yang terus menerus, oleh sebab itu seorang individu tidak pernah terbebas dari karies. Proses demineralisasi dan remineralisasi email secara konstan merupakan suatu siklus antara hilangnya dan diperolehnya mineral. Karies terjadi jika keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi terganggu, sehingga demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi.

C. Teori-teori proses terjadinya karies Jaypee (2011) menyebutkan ada lima teori utama dental caries yaitu : 1. Acidogenic theory Teori ini juga dikenal dengan teori kemoparasiter Miller yang dikenalkan oleh WD Miller pada tahun 1889 yang menyatakan bahwa kerusakan gigi terdiri atas dua tahap, yaitu pertama, produksi asam organik terjadi sebagai akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri plak. Lalu asam ini mengakibatkan dekalsifikasi enamel sehingga terjadi kerusakan total

email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan residunya yang telah melunak. Dan hasil akhirnya adalah hilangnya integritas struktur gigi pada titik tertentu di permukaan berupa kavitas/ lubang. 2. Proteolytic theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Gottlieb pada tahun 1944. Gottlieb menyatakan bahwa enzim proteolitik dibebaskan oleh bakteri kariogenik menyebabkan kerusakan matriks organik enamel. Sebagai hasilnya kristal inorganik enamel terlepas satu sama lain yang akhirnya menjadi hancur dan membentuk kavitas/ lubang. 3. Proteolytic chelation theory Teori ini menyatakan bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan protein serta komponen organik email lainnya, terutama keratin. Ini

menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga terjadi dekalsifikasi email pada pH netral atau basa. 4. Sucrose chelation theory Teori ini menyatakan bahwa konsentrasi sukrosa yang sangat tinggi di mulut individu aktif karies dapat menyebabkan pembentukan zat kompleks seperti calcium saccharates yang menyebabkan pelepasan ion fosfor dan kalsium dari enamel dan dengan demikian menyebabkan kerusakan gigi. 5. Autoimmune theory Teori ini menjelaskan kerusakan saat odontoblas oleh mekanisme autoimun. Yang menyebabkan terganggunya kapasitas pertahan dan integritas enamel dan dentin yang dapat menjadi lokasi potensial karies di masa depan.

D. Klasifikasi 1. Berdasarkan daerah anatomis karies

Kidd dan Bechal (1992) menyebutkan klasifikasi karies berdasarkan daerah anatomis terjadinya lesi yaitu, lesi berasal dari pit atau fisur dan pada permukaan halus. Lesi permukaan halus dimulai pada email maupun sementum dan dentin akar yang terbuka. Lesi pada tepian restorasi juga bisa terjadi ini biasa dikenal dengan karies rekuren atau sekunder. 2. Berdasarkan

You might also like