You are on page 1of 24

DAFTAR ISI Kata Pengantar....................................................................................................................i Daftar isi..............................................................................................................................ii Bab I. Pendahuluan ............................................................................................................1 Bab II. Isi............................................................................................................................

2 - Identifikasi istilah yang tidak diketahui................................................................2 - Rumusan masalah.................................................................................................2 - Analisis Masalah...................................................................................................2 - Hipotesis...............................................................................................................2 - Sasaran Pembelajaran...........................................................................................2 Bab III. Pembahasan...........................................................................................................3 1. Struktur.............................................................................................................3 2. Mekanisme dan Fungsi.....................................................................................11 3. Pemeriksaan......................................................................................................17 Bab IV. Kesimpulan............................................................................................................20 Bab V. Penutup...................................................................................................................20 Daftar pustaka 21

BAB I. PENDAHULUAN

ii

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hiduop sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.

BAB II. ISI Skenario D Ani, usia 10 tahun bertekad untuk menjalankan ibadah puasa secara lengkap pada tahun ini. Pada tahun lalu, ia telah mencoba berpuasa tetapi hanya bertahan selama hari saja. Setelah berpuasa selama 1 minggu, Ani baru menyadari bahwa ia jarang merasa ingin kencing. Selain itu volume urin yang dikeluarkan juga berkurang dan warnyanya lebih gelap. 1. Identifikasi istilah yang tidak diketahui Tidak ada. 2. Rumusan Masalah. 1. Jarang merasa ingin kencing 2. Volume urin berkurang 3. Warna urin lebih gelap 3. Analisis Masalah Sistem Urinaria
Ginjal Ureter Vesica Urinaria b. Mikroskopis Uretra a. Makroskopis 3. Pemeriksaan a. Fisik

1. Struktur

2. Mekanisme dan Fungsi

b. Penunjang

4. Hipotesis Urin yang berkurang dan berwarna gelap disebabkan gangguan sistem urinaria. 5. Sasaran Pembelajaran 1. Menjelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis sistem urinaria 2. Menjelaskan mekanisme dan fungsi sistem urinaria 3. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang sistem urinaria

BAB III. PEMBAHASAN 1. Struktur a. Makroskopis 1.Ginjal Batas-batas ginjal: Ginjal Kanan Anterior Kelenjar Suprarenalis, hati, duodenum, dextra Posterior Diaphragma, pleura, iga recessus XII, M. costodiaphragmatica Quadratus Lumborum dan M. Tranversus abdominis Ginjal Kiri Anterior Kelenjar Suprarenalis, limpa, lambung, pankreas, flexura coli sinistra, dan lekukanlekukan jejunum. Posterior Diaphragma, recessus costodiaphragmatica pleura, iga XI dan XII, M. Quadratus Lumborum, dan M. Tranversus Abdominis. Ginjal diperdarahi oleh: - A. Renalis Merupakan cabang aorta abdominalis setinggi vert. L I-II A. renalis kanan lebih panjang A. renalis kiri, karena harus menyilang V. cava inferior di belakangnya. A. renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus renalis dan bercabang 2: - Ke depan ginjal, mengurus ginjal bagian depan dan lebih panjang - Ke belakang ginjal, mengurus ginjal bagian belakang flexura coli

A. renalis depan & belakang bertemu di lateral, pada garis Broedel, tempat pertemuannya kurang lebih di belakang garis tengah ginjal. Pembedahan pada garis Broedel, perdarahan minimal, bercabang lagi dan berjalan di antara lobus ginjal menjadi A. Interlobaris - A. Interlobaris A. interlobaris pada perbatasan cortex dan medula bercabang menjadi arteri arcuata. - A. arcuata A.arcuata mempercabangkan : A. interlobularis berjalan sampai tepi ginjal (cortex), mepercabangkan: - Vassa afferens : glomerolus - Dalam glomerolus membentuk anyaman atau pembuluh kapiler, sebagai vassa efferens membentuk seperti anyaman rambut yaitu tubuli contorti. Pembuluh balik ginjal: Pembuluh balik ginjal mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler berkumpul dalam. V. interlobularis yang disebut Vv stellatae ( Verheyeni ) Darah kotor dari V. interlobularis masuk ke V. arcuata terus menuju V. interlobaris lalu ke V. renalis dan berakhir di V. cava inferior. 2.Ureter Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari ginjal ke katong kemih (vesica urinaria). Urin didorong sepenajang ureter oleh kontraksi peristaltic selubung otot, dibantu oleh tekanan filtrasi glomerulus. Pada orang dewasa panjangnya 25-30 cm. Selama perjalanannya terdapat 3 tempat penyempitan: - uretero- pelvic junction, tempat berhubungan antara pelvis renis dan ureter. - tempat penyilangan ureter dengan vassa iliaca yang disebut flexura marginalis - muara ureter ke dalam vesica urinaria Ureter ada 2 bagian yaitu: 1. Ureter pars abdominalis, yaitu berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka. 2. Ureter pars pervika, yaitu mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk dalam

Topografi ureter: Topografi ventral : Peritoneum vassa colica vassa spermatica interna atau ovarica (menyilang) di depan sacroilliaca. ureter kanan: pars duodeni ( atas ) ileum ( bawah ) tepi lateral V. cava inferior (medial) ureter kiri : tertutup colon sigmoideum & mesocolonnya (di belakang recessus intersigmoideus) Topografi dorsal disilang oleh : M. psoas N. genitofemoralis Saraf yang mempersarafi ureter berasal dari plexus renalis, testicularis dan hypogastricus inferior (dalam pelvis). Serabut aferen berjalan dengan saraf simpatis dan masuk medulla spinalis setinggi segmen T11-L2. 3.Vesica Urinaria Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin (200 - 400 cc). Terdiri atas 3 buah otot detrusor yang saling beranyaman. Dalam, otot longitudinal, tengah otot sirkular dan luar otot longitudinal. Letak vesica urinaria di belakang os pubis, jika Vesica Urinaria kosong maka seluruhnya terletak dalam rongga panggul,di belakang os pubis tetapi jika vesica urinaria terisi maka bagian vesica urinaria terletak di regio hypogastric. Pada anak-anak terletak diatas PAP, berbatasan dengan dinding perut, setelah dewasa rongga panggul membesar, vesica urinaria masuk rongga panggul. descendens articulatio

Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan : Serosa Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal rongga abdominopelvis. Hanya di bagian atas pelvis Otot Detrusor Lapisan tengah. Terdiri dari otot otot polos yang saling membentuk sudut. Berperan penting dalam proses urinasi Submukosa Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor dengan lapisan mukosa Mukosa Terdiri dari epitel epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam keadaan relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh Perdarahan Vesica Urinaria : Nadi : Aa vesicales superior Aa. vesicales inferior A. vesiculodeferentialis Aa. vesicales superior Cabang dari A. umbilicalis bagian proximal (bagian distal akan menjadi ligamentum Umbilicalis lateralis) Memperdarahi fundus dan beranastomosis dengan A. epigastrica inferior Aa.vesicales inferior Untuk bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria Juga memperdarahi glandula prostata A. vesiculodeferentialis Cabang dari A. iliaca interna Memperdarahi 1/3 permukaan posterior vesica urinaria Juga memperdarahi glandula vesiculosa, ductus deferentialis Pada wanita, memperdarahi ovarium dan vagina Vena : plexus venosus vesicales yang berhubungan dengan plexus venosus prostaticus menuju V.iliaca interna Pembuluh getah bening dialirkan melalui Nnll.iliaca interna dan externa.

Persarafan Vesica Urinaria: Cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu: Serabut-serabut post ganglioner simpatis gll.para vertebra L1-2 Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N.S2-4 melalui N. splancnicus dan plexus hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria, disini terjadi sinapsis dengan serabut post ganglioner Serabut-serabut sensoris visceral afferent: N.splancnicus menuju SSP Serabut-serabut afferen mengikuti serabut simpatis pada plexus hypogastricus menuju medula spinalis L1-2 4.Urethra Urethra adalah saluran akhir dari Tractus Urinarius, yang mengalirkan urine ke luar tubuh, pada laki laki, urethra memiliki panjang hingga 20 cm, dan selain berfungsi untuk mengeluarkan urine, juga berfungsi untuk membawa keluar semen, namun TIDAK pada saat yang bersamaan. Urethra pada laki laki dibagi menjadi 3 bagian : - Urethra pars Prostatika Dikelilingi oleh kelenjar prostat, dan merupakan muara dari 2 buah duktus ejakulatorius. Juga merupakan muara dari beberapa duktus dari kelenjar prostate - Urethra pars Membranosa Bagian terpendek. Berdinding tipis dan dikelilingi oleh otot rangka sfingter urethra eksterna - Urethra pars Cavernosa(spongiosa) Bagian terpanjang. Menerima duktus dari kelenjar bulbourethralis dan bermuara pada ujung penis. Sebelum mulut penis, bagian ini membentuk suatu dilatasi kecil, yang disebut Fossa Navicularis. Bagian ini dikelilingi oleh Korpus Spongiosum yang merupakan suatu kerangka ruang vena yang besar Urethra pada perempuan memiliki panjang yang jauh lebih pendek. Ujung mulut urethra pada perempuan terletak dalam vestibulum, antara Clitoris dan Vagina. Perbedaan panjang dan letak anatomis dari urethra ini, mengakibatkan perbedaan resiko akan terjadinya infeksi saluran kemih Pada perempuan, lebih mudah terjadi infeksi karena pendeknya panjang urethra, dan dekatnya dengan vagina, yang memiliki banyak mikroorganisme sebagai flora normal, namun bersifat infeksius jika berpindah tempat 8

b. Mikroskopis 1. Ginjal Ginjal tersusun atas banyak nefron, yang berfungsi untuk filtrasi dan pembentukan urin. Satu unit nefron terdiri dari : Glomerulus Merupakan suatu gulungan kapiler. Dikelilingi oleh sel sel epitel lapis ganda atau biasa disebut Kapsul Bowman. Bertindak seperti saringan, menyaring darah yang datang dari Arteriol Aferen. Membentuk urin primer yang berupa cairan pekat, kental, dan masih seperti darah, tapi protein dan glukosa, sudah tidak ditemukan. Tubulus Kontortus Proksimal Suatu saluran mikro yang amat berliku dan panjang. Mempunyai mikrovilus untuk memperluas area permukaan lumen. Ansa Henle Suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku, terdiri dari bagian yang tipis dan yang tebal. Pada bagian yang tipis, didominasi oleh reabsorpsi air. Sedangkan pada bagian yang tebal, didominasi oleh reabsorpsi elektrolit, seperti NaCl.

Tubulus Kontortus Distal Suatu saluram mikro yang juga panjang dan berliku. Disini, sedikit dilakukan reabsorpsi air.

Ductus Coligentus Suatu saluran lurus dimana berkumpulnya hasil urin setelah melewati Tubulus Kontortus Distal. Bermuara ke Calix Minor Renalis. Yang selanjutnya akan dibawa ke Calix Mayor Renalis, lalu ke Pelvis Renalis. 9

2. Ureter Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas. Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni: 1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut : - Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis. - Tunika submukosa tidak jelas - Lamina propria beberapa lapisan - Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli limfatici kecil, dalam jaringan ikat longgar - Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur. 2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum 3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar 3. Vesica Urinaria Struktur histologi : 1.Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel. 10

2.Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa. 3.Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar. 4.Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus. 5. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf 4. Urethra Urethra Pria : - Mukosa: Epitel Transitional sampai berlapis gepeng - Muskularis: Otot polos - Adventitia Panjangnya: 20-25 cm Urethra Wanita : tabung yang pendek dari vesica urinaria sampai orificium external, panjangnya 34 cm

2. Mekanisme dan Fungsi 11

A. Fungsi Ginjal Berikut ini adalah fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang sebagian besar ditujukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal: 1.Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh. 2.Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstra sel (CES), termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++, Mg++, SO42-, PO43- dan H+. Bahkan fluktuasi minor pada komponen sebagain elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar, sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ di CES dapat menimbulkan disfungsi jantung yang fatal. 3.Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O. 4.Membantu memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin. 5.Memelihara osmolaritas (konsenterasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O. 6.Mengeksresikan (mengeliminasi) produk-produk sisa (buangan) dari metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak. 7.Mengeksresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambah pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogen non nutrisi lainnya yang berhasil masuk dalam tubuh 8.Mengeksresikan eritropoietin, suatu hormon yang dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 9.Menggasilkan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu konservasi garam oleh ginjal. 10.Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

B. Mekanisme 12

Filtrasi glomerulus Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan arteriol eferen relative lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus akan masuk ke ansa henle,tubulus distal,duktus koligens,pelvis ginnjal , ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urin. Membran glomerulus mempunyai cirri khas yang berbeda dengan lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari : lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan endotel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas membrane glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.

Laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat diukur dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupun direabsorbsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma. Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate) Rata- rata GFR normal pada laki- laki sekitar 125ml/menit. GFR wanita lebih rendah dibandingkan GFR pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain ukuran anyaman kapiler.permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau d luar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan berikut: 1. Tekanan kapiler pada glomerulus 50mmHg 2. Tekanan pada capsula bowman 10mmHg 3. Tekanan osmotic pada koloid plasma 25mmHg 13

Ketiga factor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi telkanan kapiler pada glomerulus semakin tinggi filtrasi dan sebaliknya, semakin tinggi tekanan pada kapsula bowman serta tekana koloid osmotic Akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus. Komposisi Filtrat Glomerulus Dalam cairan filtrate tidak ditemukan eritrosit ,sedikit mengandung protein (1/200 protein plasma). Jumlah elekrolit dan zat- zat lainnya sama dengan yang terdapat dalam cairan interstitial pada umumnya. Dengan demikian cairan komposisi cairan filtrate glomerulus hamper sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate tersebut direabsorbsi kembali kde dalam tubulus ginjal. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus Faktor- faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut: 1. Tekenan glomerulus, semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi lajur filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju filtrasi dan semakin tinggi tekanan kapsula bowman semakin menurun laju filtrasi. 2. Aliran darah ginjal, semakin cepat aliran darah ke glomerulus, semakin cepat laju filtrasi. 3. Perubahan arteriol aferen, apabila terjadi vasokontriksi arteriol averen akan menyebabkan laju filtrasi menurun.Begitu sebaliknya. 4. Perubahan arteriol eferen, pada keadaan vasokontriksi arteriol eferen akan menyebabkan laju filtrasi meningkat,begitupun sebaliknya. 5. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan atau sedang akan menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan kelajuan filtrasi glomerulus 6. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen, sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus Reabsorbsi Hampir 99% dari cairan filtrate direabsorbsi kembali bersama zat- zat terlarut dalam cairan filtrat tersebut. Akan tetapi tidak semua zat- zat terlarut direabsorbsi dengan sempurna, antara lain glukosa dan asam amino. 14

Mekanisme terjadinya reabsorbsi di tubulus melalui dua cara, yaitu 1.Transpor aktif Zat yang mengalami transport aktif di tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO+, NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion- ion khususnya Na+, melaui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan potensial listrik di dalam epitel kubus (-70mvolt) dan di luar sel (-3 mvolt). Perbedaan electrokimia ini membantu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na + di dalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya difusi Na+ disebabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion Na+ relative tinggi. Keadaan ini mungkin karena terdapat banyak mikrovili yang memperluas permukaan tubulus . Proses ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus. 2. Transpor pasif Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada dalam pada lumen tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat terlarut dalam cairan filtrate dan perbedaan muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transport pasif misalnya ureum sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui proses osmosis. Perbedaan potensial listrik di dalam tubulus dibandingkan dengan luar tubulus menyebabkan terjadinya proses difusi ion Na+ dari lumen tubulus ke dalam sel tubulus dan selanjutnya kedalam sel peritubulus. Bersamaan perpindahan ion Na+ diiukuti pula terbawanya ion Cl-, HCO3- kepada kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorbsi ini ditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat di dalam dan di luar lumen tubulus. Sedangkan sekresi tubulus melalui proses dekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif merupakan kebalikan transport aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi dari peritubuler ke lumen tubulus, sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Dengan masuknya ion NH3- ke dalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat keasaman ciran tubulus. Kemampuan reabsorbsi dan sekresi zat dalam segmen tiap tubulus berbeda. Sekresi Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik

15

melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin Mekanisme Kerja sekresi Tubulus Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa senyawa yang asing bagi tubuh. - Sekresi Ion Hidrogen. Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. - Sekresi ion Kalium Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulusproksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. - Sekresi anion dan kation organik Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Peran Hormon dalam proses dasar ginjal Hormon Aldosteron dan ADH, hormon-hormon ini turut berperan dalam pengaturan reabsorpsi dan sekresi air. - Hormon Aldosteron. Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na+ dan K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel. - Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin. Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan utama untuk retensi cairan. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma. 16

Mekanisme pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh : 1. Penurunan volume cairan ekstra sel. 2. Peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat ). Renin Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel aparatus juxtaglomerularis pada waktu : 1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal ) 2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal ) 3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra ) 4. Innervasi ginjal dihilangkan 5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal ) Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah . Renin cepat menghilang di dalam sirkulasi, karena mempunyai half life 30 menit, dalam sirkulasi dirusak oleh angiotensinase ; sedang angiotensinogen berasal dari plasma protein yaitu dari fraksi alfa-2 globulin. Faal kandung kencing pd dasarnya sbb : 1.Bekerja sebagai alat kantong tempat menampung cairan tubuh yang akan dibuang sebagai urine. 2.Mendorong urine keluar dari kandung kencing itu ke dalam uretra melalui mekanisme kontraksi. Mekanisme berkemih Mekanisme proses miksi/berkemih ialah proses dimana kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu ia sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg

17

menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing shg membantu mengosongkan urine. Pada dasarnya, proses miksi/mikturisi merupakan suatu refleks spinal yg dikendalikan oleh suatu pusat kencing di otak dan korteks cerebri. Awal mula sampai bisa berkemih: Pertambahan volume urine di vesica urinaria membuat tekanan intra vesicales meningkat menimbulkan keregangan dinding vesica urinaria yang merupakan m.detrusor yang lalu mengirimkan sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf kencing yang kemudian untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal sehingga timbul refleks spinal yang melalui n. Pelvicus menimbul perasaan tegang pada vesica urinaria sehingga akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih. Refleks miksi dapat mulai terjadi pd keadaan dimana volume urine kandung kencing sekitar 200-400 cc. Tetapi kadang-kadang, keinginan untuk miksi dapat terjadi walaupun urine dalam kandung kencing blm mencapai 200-400 cc. mis : oleh karena pengaruh psihis ( kejiwaan ). 3. Pemeriksaan a. Fisik - Pemeriksaan ginjal - Inspeksi Massa di abdominal atas, massa keras dan padat (keganasan/infeksi perinefritis). - Palpasi Ginjal sebagai organ retroperitoneal jarang teraba jika tidak ada pembesaran. Palpasi ginjal dilakukan dengan mengelevasikan pinggang dengan tangan yang dominan ke dalam dan ke arah atas di bawah rongga iga - Pemeriksaan Vesica Urinaria Pada palpasi vesica urinaria sukar diraba kecuali ada distensi, apabila kandung kemih telah penuh dan berada di atas simfisis pubis, maka dapat diperkusi sebagai bunyi redup berbentuk bulat pada daerah ini. b. Penunjang - Laboratorium Jenis pemeriksaan Urin rutin 1.Jumlah / volume urin Volume normal 1500ml/24 jam 2.Pemeriksaan Makroskopis (warna, jernih, berat jenis, Bau, pH)

18

Warna urin kuning tua, kuning hijau, coklat tua, merah keruh (eritrosit, Hb, mioglobin,porfirin, kontaminasi darah haid), berat jenis normal:1.016-1.022. Bau disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. 3.Protein Protein normal : 50-150 mg/24jam tidak terdeteksi. 4.Glukosa Glukosa normal 100mg/dl dan tidak terdeteksi. 5.Sedimen(organik:eritrosit) Urin mengandung hematuria dapat ditemukan pada banyak keadaan: 1.Kelainan membran glomerulus 2.Trauma vaskular ginjal 3.Glomerulonefritis akut 4.Infeksi akut ginjal 5.Keganasan - Radiologi Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. Foto Abdomen Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat foto abdomen. Yang diperhatikan adalah bayangan, besar(ukuran), dan posisi kedua ginjal. Melihat batu radioopak ( di daerah ureter dan vesica urinaria) dan perkapuran dalam ginjal, diperhatikan juga bataas psoas kanan kiri. 2. Pielografi Intravena(PIV) Disuntik dengan kontras setelah sebelumnya disuruh untuk tidak minum air mulai jam 10 malam sampai pemeriksaan. Disuntik urografin intravena, dan dibuat fotonya AP dengan jarak waktu 5 menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam. 3. Pielogram Normal Pada pielogram normal, akan didapatkan gambaran bentuk kedua ginjal seperti kacang. Kutub atas ginjal kiri setinggi vertebra Th11, batas bawahnya setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal menjadi lebih jelas terlihat.

19

Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis lalu dilanjutkan dengan kaliks mayor, biasanya berjumlah 2 buah. Dari kalik mayor dilanjutkan dengan kaliks minor yang jumlahnya antara 6 14 buah. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk memasuki trigonum vesika urinaria. 4. Urografi Retrograd Melihat anatomi traktus urinarius bagian atas dan lesinya. Ini dilakukan jika PIV tidak dapat menunjukkan traktus urinarius bagian atas dan lesinya. 5. Computed Tomography (CT Scan) Pada CT Scan ginjal tampak tranversal oval pada kedua kutub dan bayangan bulan sabit di daerah hilus.

20

BAB III. KESIMPULAN Terjadi gangguan pada sistem urinaria yang terlihat pada urin yang berkurang dan berwarna

BAB IV. PENUTUP Fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang sebagian besar ditujukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal. Mekanisme terjadinya reabsorbsi di tubulus melalui dua cara transpor aktif dan transpor pasif. Pada dasarnya, proses miksi/mikturisi merupakan suatu refleks spinal yg dikendalikan oleh suatu pusat kencing di otak dan korteks cerebri. Mekanisme proses miksi/berkemih proses kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu ia sudah penuh dengan urine.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki B. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Jakarta. 2007 2. William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran -Ed.22- ECG, Jakarta.2008 3. Guyton C. Arthur. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanism of Disease)ed.3.-ECG, Jakarta.1990 4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Jantung. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2001 5. Snell, S. Richard. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran = (Clinical anatomy for medical students)/Richard S. Snell ; alih bahasa, Adji Dharma. Ed. 3. ECG , Jakarta. 1997 6. Jenice L. Williams. Henry Schneiderman, Paula S. Algranati, Diagnosis Fisik, 2005 7. Shahriar Rasad, Sukonto Kartoleksono, Iwan Ekayuda. Radiologi Kedokteran. FKUI. Jakarta. 2001
8. Histologi

Sistem

Urinaria,

http://ajarhistovet.blogspot.com/2009/03/iv-

histologi-sistem-urinaria.html. 2009

22

NAMA: PETER FISCHER NIM: 10-2008-209 KELOMPOK: D7

23

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 2009
KATA PENGANTAR Puji sykur penulis panjatkan syukur keapada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas mandiri Problem Based Learning yang diberikan. Dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang turut membantu. Karena itu penulis ingin mengucapkan juga terima kasih kepada : 1. Kepada dr. Monica selaku tutor PBL kelompok D7 yang telah memberikan pengarahan bagi penulis. 2. Kelompok diskusi yang kompak. 3. Perpustakaan Ukrida yang telah menjadi tempat mencari bahan. 4. dan berbagai pihak yang belum tersebutkan satu per satu.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu penulis akan sangat senang dalam menerima kritik dan saran yang akan disampaikan untuk perbaikan. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua.

Jakarta, 05 Oktober 2009

Penulis

24 i

You might also like