You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. ( Rustam Muchtar, 1998 ) Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998). Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam bidangkesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untukpemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Achadiat,1995) KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partusbuatan yang seringdijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaankonservatif . Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang1bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup. Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebabinfeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu 1

membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPDsering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom(RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru. Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal tersebut di atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu. Berdasarkan uraian diatas dan dilihat dari kejadian KPD yang banyakterjadi pada ibu hamil, maka tim penulis tertarik untuk membahas tentang masalah tersebut yang di sajikan dalam bentuk makalah dan akan di jelaskan pada bab berikutnya. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD). 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita. b. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar Ketuban Pecah Dini(KPD) c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD)

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu sebagian besar KPD adalah hamil aterm di atas 27 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak ( Ida Bagus, 2001 ) KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai ( Mansjoer Arif, 2000 : 310 ) Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan. (Arief Mansjoer, 1999 : 310) B. Anatomi Fisiologi Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 1500 cc Ciri-ciri kimiawi : Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin. Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paruparu untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan mekonium. Fungsi Air Ketuban Untuk proteksi janin. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion. Agar janin dapat bergerak dengan bebas. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah. 3

Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc. Asal Air Ketuban

Kencing janin (fetal urin) Transudasi dari darah ibu Sekresi dari epitel amnion Asal campuran (mixed origin) ( Ida Bagus, 2001 )

C. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut : Serviks inkopeten Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sepalopelvik disproforsi Kelainan bawaan dari selaput ketuban Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah. ( Arif Monsjoer, dkk, 2001 : 310 ) D. Manifestasi Klinik 1. keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak 2. dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi 3. janin mudah teraba 4. pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering 5. inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 ) E. Patofisiologi Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap. infeksi tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri ostatik yang dapat memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan infeksi janin. Membran yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap infeksi karena kolonisasibakteri terjadi 10% pasien dalam persalinan cukupbulan, dengan membrane yang utuh sampai 25% pasien dalam persalinan kurang bulan. 4

Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini, resiko infeksi dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga bisa terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section caesaria. F. Komplikasi a. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. b. partus peterm Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221) c. d. prolap Tali pusat Tali pusat menumbung distasia ( partus Kering) Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau persalinan kering G. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Leukosid darah > 15000 / ul bila terjadi infeksi b. test lakmus merah berubah menjadi biru c. amnio sentetis d. USG ( menentukan usia kehamilan , indeks cairan amnion berkurang ) ( Arief Monsjoer, dkk, 2001 : 313 ) H. Penatalaksanaan 1. Keperawatan a. b. c. d. e. Rawat rumah sakit dengan tirah baring. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin. Umur kehamilan kurang 37 minggu. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.

f. g. h.

Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

2. Medis a. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan. b. c. d. Induksi atau akselerasi persalinan. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. Pengkajian 1. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. 2. Keluhan utama Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering 3. Riwayat haid Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus 4. Riwayat Perkawinan Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ? 5. Riwayat Obstetris Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh 6. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang ulang 7. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga 8. Kebiasaan sehari hari a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan

b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum) c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks. 9. pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu b. Head To Toe Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering, serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak Mulut dan gigi keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid 8

Paru paru I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan P : bunyi Paru A : suara nafas

Jantung I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula P : bunyi jantung A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien

Abdomen I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak

Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum Ekstremitas Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak

Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah genitalia klien Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak

B. Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4. Resti gawat janin b.d partus tak maju Resti infeksi intrapartal b.d septicemia Intoleransi aktifias b.d premeturus iminen Resti terjadi komplikasi IUFD b.d cairan ketuban kernig

C. Intervensi Keperawatan 1. Resti gawat janin b.d partus tak maju a. Kaji posisi janin

b. c.

Montor DJJ Lakukan peeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan, pembukaan

servik d. e. Kolaborasi dengan dokter bila di perlukan tindakan operatif Kolaborasi dengan dokter anak bila diperlukan resustasi setelah persalinan

2. Resti infeksi intrapartal b.d septicemia a. b. c. d. Kaji keadaan ibu selama persalinan Monitor TTV, apakah ada demam Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan invasive infus 30 tpm Berikan antibiotic dan anti septic sesuai program

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan premeturus iminen a. b. c. Anjurkan bedres selama ketuban masih keluar Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya Anjurkan untuk mengurangi aktifitas sampai kehamilan aterm

4. Resiko tinggi terjadi komplikasi IUFD b.d ketuban kering a. b. c. d. Kaji apakah air ketuban kering Kaji umur kehamilan pasien Monitor DJJ dan gerakan janin Kolaborasi untuk pemeriksaan USG

D. Implementasi Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan

10

Implementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam pelaksanaan keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik E. Evaluasi Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan dilanjutkan

11

BAB IV PENUTUP Kesimpulan Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah: Infeksi, Servik yang inkompetensia, Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus), misalnya (trauma, hidramnion, gemelli), Kelainan letak, Keadaan sosial ekonomi, dan factor lain Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten. Asuhan keperawatan ibu hamil dengan masalah ketuban pecah dini memerlukan penanganan yang tepat dengan pengkajian yang komprehensif, diagnose yang tepat serta pemilihan rencana tindakan antara koservatif dan aktif sesuai dengan umur kehamilan dapat menurunkan resiko dan kematian ibu dan bayi.

12

DAFTAR PUSTAKA Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004 Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Keperawatan Klien. (Terj. Hadyanto). Edisi 2. Jakarta : EGC. Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC. http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-ketuban-pecahdini.html

13

You might also like