You are on page 1of 16

Laporan Fisiologi Mekanisme Sensorik C4

Fakultas Kedokteran UKRIDA Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat, 11510

Joni Indah Sari (Ketua) Angelica (OP 6) Lili Novita Sampel (OP 5) Fanly (OP 7) Frischa Wibowo (OP 2) William Septian Sonyo (OP 3) Lau Pon Ying (OP 4) Vincentius Manggala Elia Tiosada (OP 1)

102012127 102012215 102012311 102012362 102012512 102012517 102012492 102011030 102011337

A. Tujuan Percobaan - Mengetahui bagaimana perasaan subyektif panas dan dingin seseorang dan faktor apakah yang mempengaruhinya - Mengetahui titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit seseorang. - Mengetahui lokalisasi taktil - Mengetahui diskriminisasi taktil - Mengetahui perasaan itingan (After Image) - Mengetahui daya membedakan berbagai sifat beda - Mengetahui tafsiran sikap seseorang terhadap stimulus/rangsangan yang diberikan

B. Alat-alat yang Digunakan 3 waskom dengan air bersuhu 20, 30, dan 40 derajat Gelas beker dan termometer kimia Es Alcohol dan eter Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey + jarum Pensil + jangka + berbagai jenis ampelas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian

Percobaan 1 (Perasaan Subyektif Panas dan Dingin ) Cara Kerja Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20, 30, dan 40 derajat. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 derajat dan tangan kiri ke dalam air bersuhu 40 derajat untuk kira-kira 2 menit. Catat kesan yang dialami. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30 derajat. Catat kesan apa yang dialami. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak kira-kira 10 cm. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang dialami hasil tiupantiupan itu. Olesi sebagain kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter. Catat kesan yang dialami.

Hasil Percobaan

Tangan dalam air Percobaan Tangan kanan suhu 20 Tangan kiri suhu 40 Kedua tangan dalam air suhu 30 Tangan kanan Dingin Panas Tangan kiri Panas Dingin

Peniupan Tangan dan Pengolesan Alkohol Tangan kering ditiup : Tangan basah ditiup : Tangan diolesi eter : sejuk lebih sejuk/dingin dingin

Pembahasan Manusia ketika dirangsang akan memberikan respon. Rangsangan itu dapat berupa rangsang gerak, rangsang cahaya, rangsang panas, dsb. Ketika rangsang sampai ke tempat tertentu di tubuh kita, rangsang itu diterima oleh suatu reseptor. Tiap reseptor dispesialisasikan untuk berespon terhadap jenis rangsangan yang spesifik.. Misalnya reseptor di mata sensitive terhadap rangsangan cahaya, reseptor di telinga untuk suara, dan lain sebagainya. Ada beberapa jenis reseptor dalam tubuh kita, salah satunya adalah thermoreceptors yang sensitive terhadap rangsangan panas dan dingin.1 Apakah anda pernah merasakan misalnya ketika berada di ruangan dingin selama satu jam, lalu anda keluar dari ruangan itu dan misalnya mencuci kaki di kamar mandi, airnya terasa hangat, padahal biasanya air itu terasa dingin. Hal itu membuktikan bahwa sensasi panas dan dingin kita adalah subyektif dan tidak bisa dipercaya sebagai pengukur temperature. Reseptor panas/hangat spesifik belum teridentifikasi, saat ini reseptor ini dikenal sebagai ujung saraf bebas. Sinyal panas/hangat disalurkan melalui serat sensorik tipe C. Reseptor dingin diidentifikasi sebagai ujung saraf halus. Reseptor dingin berjumlah lebih banyak daripada reseptor panas.2 Stimulus bagi thermoreceptor adalah temperature jaringan di sekitarnya atau perubahan suhu.3 Baik reseptor panas maupun reseptor dingin memiliki komponen phasic dan tonic di responnya. Respon phasic beradaptasi secara cepat dan berespon

salah satunya untuk perubahan suhu. Respon tonik tergantung dari temperature local/sekitar.4 Reseptor merangsang terjadinya potensial aksi dengan frekuensi yang relative kecil pada temperature yang stabil. Ketika terjadi perubahan suhu sekecil apapun dapat mengakibatkan perubahan frekuensi firing. Reseptor panas sebagai contoh berespon pada suhu ruangan konstan dengan frekuensi yang rendah, tapi pada pemanasan permukaan kulit sedikit saja akan meningkatkan tingkat firing. Responnya cepat jika pemanasan terjadi secara cepat pula.3 Oleh karena itu ketika OP mengangkat tangan kanannya dari air bersuhu 20 derajat lalu dimasukkan ke dalam air bersuhu 30 derajat, tangan kanan OP akan terasa lebih hangat. Disitu terjadi peningkatan frekuensi stimulus yang akan lebih merangsang reseptor panas. Sama halnya dengan hasil percobaan yang dilakukan ketika tangan kiri yang tadinya dalam air bersuhu 40 derajat dimasukkan ke air yang bersuhu 30 derajat akan merasakan merasakan sensasi lebih dingin. Ketika terpajan penurunan suhu mendadak pada tangan kiri), pada awalnya reseptor dingin akan terangsang secara kuat, tetapi kemudian setelah beberapa detik pertama pembentukan potensial aksi turun drastis. Beberapa menit kemudian, penurunan potensial aksi ini menjadi jauh lebih lambat. Hal ini berarti bahwa reseptor dingin dan hangat berespon terhadap suhu keadaan mantap/konstan/stabil serta perubahan suhu.2 Perubahan suhu sekitar 0,2 derajat saja sudah dapat menyebabkan perubahan firing rate dari thermoreseptor.3 mekanisme stimulatorik dalam reseptro suhu diperkirakan berkaitan dengan perubahan laju metabolic di serat saraf yang dipicu oleh perubahan suhu. Telah dibuktikan bahwa untuk setiap perubahan 10 derajat celcius terjadi perubahan 2 kali lipat laju reaksi kimia intraseluler.2 Hal ini membuktikan hermoreseptor tidak memberikan pengukuran yang objektif terhadap temperature kulit yang nyata, melainkan memberikan penilaian yang subyektif.3

Percobaan 2 ( Titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit ) Cara Kerja : Letakkan punggung tangan kanan di atas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas. Kotak 3 x 3 cm dibuat lagi menjadi 12 x 12 kotak, jadi jumlah kotak 144 kotak kecil. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja. Selidikilah secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memenasi kerucut yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 50 derajat. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta. Ulangi penyelidikan yang serupa dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.

Selidikilah pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum. Gambarkan dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di atas.

Pembahasan Sensasi-sensasi yang kita rasakan baik panas, dingin, tekanan , dan nyeri dapat dibedakan satu sama lain. Johannes Muller menyatakan bahwa tiap serat/saraf sensori menghasilkan reaksi yang spesifik tidak peduli bagaimana cara penstimulasian itu. Sensasi-sensasi yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh karakteristik stimuli, melainkan dipengaruhi langsung oleh saraf yang dihubungkan ke organ indra kita dan ke pusat otak dimana saraf itu diterminasikan. Dengan kata lain aktivitas dari sebuah reseptor/saraf sensori yang spesifik akan memberikan tipe informasi yang sama ke otak. Otak kemudian menerjemahkan potensial aksi dari saraf sensori auditory sebagai suara, dari saraf olfaktori sebagai bau, dan lain sebagainya.5 Reseptor sensoris kebanyakan terdapat di dermis kulit. Rangsangan panas, dingin, tekanan/sentuhan, atau rangsangan lainnya harus menembus melalui epidermis kulit untuk mencapai reseptornya masing-masing. Tetapi reseptor sentuhan dan nyeri terdapat di dermis sampai ke epidermis, sehingga dirangsang lebih muda dari reseptor-reseptor lain.6 Reseptor suhu seperti dikatakan di pembahasan percobaan 1 adalah thermoreseptor. Thermoreseptor ini terdiri dari reseptor panas dan reseptor dingin. thermoreseptor adalah ujung saraf bebas yang disuplai oleh serabut tipis bermielin (reseptor dingin) atau tanpa mielin (reseptor panas).4 Suhu pucak untuk pengaktifan reseptor dingin adalah sekitar 24 derajat dan reseptor hangat maksimal pada suhu sekitar 45 derajat. Reseptor dingin dan hangat dapat dirangsang pada kisaran suhu 3143 derajat celcius.2 Pada hasil percobaan diketahui titik panas ada 41 titik sedangkan titik dingin ada 104 titik. Titik dingin lebih banyak daripada titik panas karena jumlah reseptor dingin lebih banyak daripada reseptor panas. Reseptor dingin berjumlah 3 sampai 10 kali lipat reseptor hangat.2 Meskipun sentuhan, tekanan, dan getaran seting diklasifikasikan sebagai sensai yang berbeda dan tersendiri, ketiganya dideteksi oleh golongan reseptor taktil yang secara umum sama yaitu mekanoreseptor. Terdapat paling sedikit 6 jenis mekanoreseptor yang diklasifikasikan sebagai reseptro taktil yaitu ujung saraf bebas, badan Meissner, diskus merkel, hair end organ, end organ ruffini, badan paccini. Sebagian besar dari reseptor ini menyalurkan sinyal melalui serat bermielin dan memperlihatkan kecepatan hantaran yang tinggi.2 Makanya kita cepat menyadari adanya rangsang sentuhan, selain karena hantarannya yang melalui serat bermielin yang besar, hal ini juga disebabkan karena reseptor tekanan/sentuhan ini terdapat di lapisan dermis sampai ke lapisan epidermis. Masing-masing reseptor taktil juga berperan dalam mendeteksi getaran. Badan Paccini mendeteksi rangsangan getaran cepat (yang diklasifikasikan sebagai tekanan) dan berhubungan dengan saraf bermielin dengan kecepatan hantaran tinggi. Getaran berfrekuensi rendah merangsang badan Meissner dan badan taktil lain yang umumnya

memilki kecepatan hantaran rendah dan lebih lambat beradaptasi dibandingkan dengan badan Paccini.2 Informasi sentuhan/tekanan ditransmisikan di kedua jalur leminiscal dan anterolateral.6 Pada hasil percobaan didapatkan titik tekan sebanyak 144 titik (semua titik) karena memang reseptor-reseptor tekanan letaknya dekat dengan permukaan kulit dan khususnya badan Paccini (walaupun letaknya di lebih dalam tapi merupakan reseptor yang memiliki hantaran saraf bermielin dengan kecepatan tinggi sehingga sensasi tekanan itu dapat dirasakan dan cepat disadari. Nyeri terutama berfungsi sebagai mekanisme protektif bagi tubuh karena nyeri bukan merupakan sensasi murni tetapi lebih merupakan respon terhadap cedera jaringan yang tercipta dalam sitem saraf.2 Perasaan nyeri tidak hanya terdapat di permukaan kulit saja, tetapi juga di tempat-tempat lain. Rasa nyeri yang terjadi karena rangsangan di permukaan tubuh disebut nyeri superfisial, sedangkan rangsangan pada otot, persendian, ljairngan penyambung sering diesbut nyeri dalam (deep pain). Rasa nyeri dirasakan oleh kelompok reseptor yang dinamakan nocireceptor.4 Semua reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas. Reseptor-reseptor ini ditemukan dalam jumlah dan kepadatan tertinggi di kulit, periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, dura, dan refleksinya di bagian dalam kubah cranium.2 Rasa nyeri dapat diakibatkan oleh rangsangan mekanis, suhu, dan kimiawi. Rangsangan mekanis dan suhu cenderung mengakibatkan nyeri cepat. rangsangan kimiawi cenderung menimbulkan nyeri lambat. Rasa nyeri juga dapat diakibatkan oleh suhu dingin atau panas yang terlalu ekstrim. Suhu di bawah 7 derajat Celcius dan di atas 50 derajat mengaktifkan reseptor nyeri. Nyeri cepat terasa dalam waktu sekitar 0,1 detik setelah rangsangan sementara nyeri lambat dimulai 1 detik atau lebih setelah rangsangan yang mengakibatkan nyeri.2 Untuk itu dalam percobaan yang dilakukan perangsangan menggunakan jarum harus dilakukan dengan cepat untuk membuktikan apakah nyeri itu merupakan nyeri cepat atau nyeri lambat. Karena OP merasakan nyeri dengan perangsangan yang cepat, dan terjadi di kulit maka nyeri itu dikategorikan sebagai nyeri cepat. Sinyal nyeri cepat yang dipicu oleh rangsangan mekanis (penusukan jarum) atau suhu disalurkan melalui serat A di saraf perifer dengan kecepatan antara 6 dan 30 m/s.2 Pada percobaan didapatkan titik nyeri sebanyak 111 titik. Titik nyeri ini lebih banyak dibandingkan titik panas dan titik dingin karena reseptor nyeri letaknya bisa dari dermis sampai ke epidermis kulit.

Percobaan 3 ( Lokalisasi Traktil ) Cara Kerja : Tutup mata OP dan tekanlah ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya. Suruh sekarang OP melokalisasikan tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk, Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangna, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.

Hasil Percobaan Rata-rata Ujung jari Telapak tangan Lengan atas Tengkuk 0,3 0,7 1,2 1,7 0,1 0,5 0,3 0,3 0,8 0,8 0,4 1,6 1,5 0,9 0,8 1,8 1,8 2 0,7 2,5 0,3 0,86 1,24 1,74

Pembahasan Rangsang taktil diterima oleh kelompok reseptor yang dinamakan mekanoreseptor. Lokalisasi taktil dilakukan dengan cara meminta seseorang untuk menunjuk bagain kulit yang baru disentuh dengan ujung pensil. Kita dapat menyadari adanya sentuhan, tekanan, temperature, atau nyeri karena thalamus otak kita dapat mendeteksinya, tetapi korteks somatosensory otak kitalah yang berperan lebih penting disini karena korteks somatosensory tidak hanya mengenali rangsangan-rangsangan itu tetapi juga memberikan persepsi yang lengkap akan sensasi-sensasi yang dirasakan. Thalamus menyebabka kita menyadari sesuatu yang panas mengenai tubuh kita, tapi tidak dapat memberitahukan dimana atau seberapa kuat intensitas panas itu. Jadi fungsi korteks somatosensory adalah untuk melokalisasikan sumber input sensori dan memberitahukan intensitas stimulus tersebut.2 Informasi taktil ditransmisikan di kedua jalur leminiscal dan anterolateral, jadi hanya lesi/kerusakan yang besar saja yang dapat menginterupsi sensasi sentuhan/taktil. Informasi rangsangan taktil yang dibawa di sistem leminescal berfokus pada detail lokasi rangsangan, bentuk spatial, dan pola temporal dari rangsangan taktil.7 Pada hasil percobaan didapatkan hasil rata-rata untuk lokalisasi taktil dari yang akurat sampai yang kurang akurat adalah dari ujung jari, telapak tangan, lengan atas dan tengkuk. Lokalisasi titik/taktil tidak terdistribusi secara rata di permukaan seluruh tubuh. Keakuratannya paling akurat di area hidung dan mulut dan lebih tidak akurat di bagian belakang tubuh.8 Pada hasil percobaan lokalisasi paling akurat adalah di bagian ujung jari. Lokalisasi yang paling akurat adalah pada bagian distal jari (ujung jari dengan kesalahan rata-rata 1,5-1,8 dan keakuratan lebih rendah terdapat pada telapak tangan.9 Area tengkuk pada percobaan yang kami lakukan adalah daerah yang paling tidak akurat karena merupakan area belakang tubuh. Untuk lebih jelasnya mengenai keakuratan daerah-daerah tubuh dalam menentukan lokalisasi taktil lihat gambar 1.

gambar 1. Variasi regional di lokalisasi titik/taktil pria. Tinggi masing-masing batang diagram mewakili perbedaan (dalam mm) diantara stimuli referens dan tes stimuli yang subyek akan terima sebagai lokasi dari stimuli referens.8

Percobaan 4 ( diskriminasi Taktil) Cara Kerja : Tentukan secara kasar ambang membedakan 2 titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tersebut. Lakukan percobaan di atas sekali lagi tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturur-turut (suksesif) Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) dambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, dan pipi. Catat yang dialami.

Hasil Percobaan Percobaan Secara Simultans Ujung jari tangan (kecil-besar) 0,4 cm = 1 titik 0,5 cm = 1 titik 0,6 cm = 2 titik (ambang) 0,8 cm = 2 titik 1 cm = 2 titik (besar-kecil) 2 cm = 2 titik 1 cm = 2 titik 0,5 cm = 2 titik 0,4 cm = 1 titik (ambang) 0,3 cm = 1 titik

Tengkuk (kecil-besar) 0,5 cm = 1 titik 0,7 cm = 1 titik 0,9 cm = 1 titik 1 cm = 2 titik (ambang) 1,2 cm = 2 titik (besar-kecil) 1,8 cm = 2 titik 1,6 cm = 2 titik 1,5 cm`= 2 titik 1,4 cm = 1 titik (ambang) 1,3 cm = 1 titik

Pipi (kecil-besar) 0,5 cm = 1 titik 0,7cm = 1 titik 0,9 cm = 1 titik 1 cm = 2 titik (ambang) 1,5 cm = 2 titik (besar-kecil) 1,2 cm = 2 titik 1 cm = 2 titik 0,9 cm = 2 titik 0,8 cm = 1 titik (ambang) 0,7 cm = 1 titik

Percobaan secara suksesif Ujung jari (kecil-besar) 0,1 cm = 1 titik 0,2 cm = 1 titik 0,3 cm = 2 titik (ambang) 0,4 cm = 2 titik Pipi (kecil-besar) 0,5 cm = 1 titik 0,7 cm = 1 titik 0,8 cm = 1 titik 0,9 cm = 2 titik (ambang) (besar-kecil) 1,3 cm = 2 titik 1,2 cm = 2 titik 1,1 cm = 2 titik (ambang) 1 cm = 1 titik (besar-kecil) 0,8 cm = 2 titik 0,5 cm = 2 titik 0,4 cm = 2 titik 0,3 cm = 1 titik (ambang)

Tengkuk (kecil-besar) 0,3 cm = 1 titik 0,4 cm = 1 titik 0,5 cm = 2 titik (ambang) 0,6 cm = 2 titik (besar-kecil) 1 cm = 2 titik 0,9cm = 2 titik 0,8 cm = 1 titik (ambang) 1 cm = 1 titik

Pembahasan Pada percobaan ini, OP diminta untuk membedakan 1 titik dan 2 titik dari stimulus yang diberikan. Diskriminasi 2 titik sering kali digunakan untuk menentukan kemampuan seseorang membedakan 2 titik terpisah (diskriminasi 2 titik).2 Jarak jangka dimana OP dapat membedakan mana yang 1 titik dan mana yang 2 titik merupakan batas ambang seseorang. Ada 2 jenis percobaan diskriminasi taktil disini yaitu diskriminasi taktil yang secara bersamaan (simultan) dan yang secara berturutturut (suksesif). Jarak ambang pada percobaan simultan biasanya lebih besar daripada percobaan yang suksesif; di ujung jari seharusnya tidak lebih dari 5 mm.10 Jarak-jarak ambang bervariasi di seluruh tubuh. Pada titik diskriminasi yang kecil berarti reseptor sentuhannya banyak.7 Besar daerah reseptif (daerah reseptor) bervariasi. Semakin kecil daerah-daerah resptor dalam suatu region, makin besar kearutan kemampuan diskriminasi.1 Pada hasil percobaan yang simultan, jarak ratarata ambang untuk jari adalah yang paling kecil sedangkan, yang kedua terkecil adalah pipi, dan yang jaraknya paling jauh adalah di tengkuk. Diskriminasi taktil pada jari lebih akurat karena daerah reseptif di ujung jari lebih sedikit, akibatnya tiap signal neuron akan menginfromasikan hal-hal yang lebih detail tentang suatu objek, dalam hal ini ujung-ujung jangka. Sedangkan kulit di bagian tengkuk terdapat sedikit ujung saraf sensori sedangkan daerah reseptifnya besar. Hal ini akan menyebabkan informasi yang didapat lebih tidak akurat/detail.1 Selain dipengaruhi oleh daerah reseptif, keakuratan diskriminasi taktil juga dipengaruhi inhibisi lateral. Contohnya sebagai berikut : ketika anda menekan ujung jari anda dengan ujung sebuah pensil, daerah reseptif langsung berespon di bawah ujung pensil dimana stimulusnya paling intens, tetapi daerah sekitarnya juga terstimulasi, hanya saja intensitasnya lebih kecil. Jika informasi-informasi ini mencapai korteks otak, lokalisasi pensil akan menjadi tidak jelas, sehingga mengurangi keakuratan diskriminasi taktil. Inhibisi lateral disini berperan untuk menfasilitasi lokalisasi dan untuk mempertajam kontras.1 Inhibisi lateral ini berguna dalam melokalisasikan rangsangan taktil (percobaan sebelumnya) dan diskriminasi taktil. Di ujung jari tangan dan bibir, dua titik rangsang yang terletak sedekat 1-2 mm sudah bisa dibedakan sebagai titik yang terpisah., sementara di pungunng 2 titik harus terpisah paling sedikit 30 sampai 70 mm agar dapat dirasakan terpisah.2 Jarak-

jarak diskriminasi pada bagian-bagian tubuh dapat dilihat di gambar 2. Pada Percobaan suksesis juga didapatkan jarak diskriminasi mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah ujung jari, tengkuk, dan pipi. Tetapi jarak diskriminasi percobaan simultan lebih besar daripada yang di suksesif. Pada percobaan suksesif justru ambang pada pipi lebih besar daripada di tengkuk. Harusnya ambang pada pipi lebih kecil daripada tengkuk (lihat gambar 2). Hal ini mungkin karena penekanan jangkanya yang tidak tepat. Fungsi dari diskriminasi taktil bergantung pada elemen-elemen permroses sentral di jalur Kolumna Dorsalis-Lemniskus medial untuk mengenali bahwa 2 sinyal eksitarorik yang dihasilkan di perifer terpisah dan tidak tumpang tindih.2

gambar 2. Titik diskriminasi (ambang/threshold) untuk masing-masing anggota badan11

Percobaan 5 (Perasaan Iringan/After-Image) Cara Kerja ; Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama dilakukannya percobaan 6. Setelah selesai dengan percobaan 6, angkat pensil dari telinga dan apa yang dirasakan setelah pensil itu diambil. Hasil Percobaan Ketika OP tidak sadar, pensil yang tadinya ada di telinganya diambil, ketika ditanya dimana pensilnya, OP menjawab bahwa pensil itu masih di telinganya padahal pensil itu sudah diambil.

Pembahasan Menurut Warren, perasaan iringan/after image adalah perlamaan atau pembaharuan pengalaman sensoris setelah stimulus eksternal tiada. Warren menggarisbawahi bahwa istilah after-image itu untuk segala sesuatu yang berhubungan dari sistem saraf pusat, sedangkan istilah after sensation untuk segala

sesuatu yang berasal dari saraf tepi. Definisi after-sensation adalah perlamaan atau pembaruan pengalaman sensoris setelah stimulus eksternal tiada, tetapi reseptorreseptor rangsangan masih aktif. 12 Stimulus yang diberikan harus lama agar dapat menciptakan fenomena after image ini. After image (perasaan ikutan) tidak hanya terjadi di bagian telinga saja. After image ini sering terjadi pada bagian mata. Pada setiap alat indera, rangsangan yang berulang akan mengakibatkan sensasi yang berulang pula. After-image terjadi karena adanya suatu sirkuit neuronal yang bersifat berulang (reverberating). Pada jalur ini neuron akan bersinaps secara kolateral dengan interneuron. Sinaps antara interneuron dan neuron ini akan mengirimkan impuls baru melalui sirkuit. Impuls baru dapat dibentuk lagi dan lagi sampai sinaps lelah (karena kekurangan neurotransmitter) atau diberhentikan oleh inhibisi lainnya. Reverberating circuit ini berguna untuk aktivitas yang ritmis seperti bernapas, kesadaran mental, dan memori jangka pendek.14 Hal inilah yang menyebabkan perasaan iringan setelah pensil diambil dari telinga. Stimulus oleh pensil ke telinga itu lama/terjadi secara berulang. Yang bekerja disini adalah reverberating circuit karena rangsangnya terjadi secara berulang. Ketika stimulus dihilangkan (pensil diambil), reseptor tetap aktif sehingga akan tetap meneruskan informasi ini ke medulla spinalis kemudian ke otak. Pada sirkuit reverberating, impuls sensori akan terus-menerus/berulang sehingga OP masih bisa merasakan ada pensil di telinganya.

Percobaan 6 ( Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda) Cara Kerja ; a. Kekasaran Permukaan Benda Dengan mata tertutup, suruh OP meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda. Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas. b. Bentuk Benda Dengan mata tertutup suruh OP memegang-megang benda-benda kecil yang diberikan (pensil, penghapus, rautan, koin,dll. OP menyebutkan nama/bentuk benda-benda aitu. c. Bahan Pakaian Dengan mata tertutup, OP meraba-raba bahan-baha pakaian yang diberikan. OP menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya itu. Apa nama kemampuan membedakan benda menurut bendanya?

Hasil percobaan a. OP dapat membedakan derajat kekasaran benda dengan baik b. OP dapat menyebutkan benda-benda yang dipegangnya dengan mata tertutup. c. OP dapat menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya walaupun OP tidak mengetahui nama bahan itu, tetapi OP dapat menyebutkan secara

jelas bagaimana struktur dan tekstur bahan-bahan pakaian yang dipegangnya.

Pembahasan Kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan objek tanpa melihat objek itu dinamakan stereognosis. Kamampuan ini bergantung pada sensasi sentuhan dan tekanan.7 Untuk menguji kemampuan seseorang dalam mengidentfikasikan benda dapat dilakukan dengan aktif maupun pasif. Pengeksplorasian secara pasif dilakukan ketika misalnya teman kita menggoreskan atau menempelkan benda yang akan diidentifikasikan ke tangan kita. Kita tidak boleh menyentuh atau merabanya, tangan kita dalam keadaan pasif. Eksplorasi haptic adalah bentuk pengeksplorasian yang aktif, dilakukan untuk mengidentifikasikan benda yang dipegang dengan menggunakan sistem sensori (sentuhan, rabaan, temperature, tekstur, dan pererakan dan posisi dari tangan dan jari tangan), sistem motorik (yang melibatkan menggerakkan tangan pada saat merabaraba dan merasakan benda yang dipegang) ,dan juga melibatkan sistem kognitif dimana kita mengolah informasi (berpikir) dari informasi-informasi yang diberikan oleh sistem sensori mapun motori. Lobus parietal dari otak berfungsi untuk menerima dan mengolah input sensori. Korteks somatosensory terletak di lobus parietal ini, tepatnya di gyrus postsentralis. Korteks somatosensory dapat mengenali diskriminasi spatial, jadi korteks somatosensory dapat mengenai bentuk objek yang dipegang dan daoat membedakan perbedaan kecil dari objek sama yang berkontak dengan kulit. Korteks somatosensory kemudain memproyeksikan input sensori ini melalui serat-serat di white matter ke area sensoris yang lebih tinggi untuk pertimbangan dan analisis lebih lanjut, serta integrasi dari semua informasi sensori. Area sensori yang lebih tinggi ini berfungsi untuk menerima pola yang lebih kompleks dari rangsangan somatosensory, contohnya mengenali tekstur, temperature, bentuk benda, posisi, dan lokasi objek yang sedang dipegang.2 Hal ini lah yang menyebabkan OP dapat merasakan tekstur, bentuk benda dan bahan pakaian. Hal ini belum tentu cukup, OP diminta untuk menyebutkan benda-benda yang dipegangnya itu, tentu hal itu perlu proses berpikir. Proses berpikir ini terjadi di korteks asosiasi prefrontal. Bagian lobus frontalis otak memiliki 3 fungsi utama yaitu : aktivitas volunteer motorik ( seperti pada saat meraba-raba benda, menggerakkan tangan untuk merasakan benda yang dipegang), kemampuan bicara, dan kemampuan berpikir. Bagian korteks asosiasi prefrontal terletak di bagian depan lobus frontal otak. Disinilah proses berpikir terjadi. Korteks asosiasi prefrontal adalah tempat operasi memori yang bekerja (working memory), dimana otak menyimpan memori temporal dan menguunakan memori ini utuk perencanaan dan memberikan jawaban/alasan. Korteks asosiasi prefrontal ini menyebabkan kita dapat memberikan alasan/jawaban dengan kerjasama dengan semua bagian sensori otak.1 Pada percobaan menentukan kekasaran dan bentuk benda OP dapat mengidentifikasikan semuanya dengan baik karena korteks somatosensory bekerja dengan baik dan korteks asosiasi prefrontal memiliki informasi yang cukup bagi otak untuk berpikir dan menyebabkan OP dapat mengidentifikasikan benda dengan benar. Pada percobaan menentukan bahan pakaian, OP dapat merasakan tekstur dari bahan pakaian yang diberikan tetapi tidak dapat menyebutkan jenis bahan pakaian yang diberikan. Korteks somatosensory OP bekerja dengan baik karena dapat merasakan

tekstur bahan pakaian tersebut, tetapi korteks asosiasi prefrontal OP mungkin tidak menyimpan memori tentang jenis-jensi bahan pakaian karena OP belum pernah mempelajarinya/mengalaminya.

Percobaan 7 ( Tafsiran Sikap) Cara Kerja : OP duduk dan menutup matanya. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah OP ke dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP. OP dengan telunjuknya kemudian dengan menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya. Bagaimana kemampuan OP melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kemampuan menentukan lokalisasi rangsang taktil? Hasil Percobaan OP dapat melokalisasikan tempat-tempat yang diminta dengan baik.

Pembahasan Topognosia adalah kemampuan untuk melokalisasikan stimuli di kulit, dan autotopognosia adalah untuk mengenali bagian-bagian tubuh.16 Bagian otak yang berperan dalam kemampuan ini adalah serebelum. Serebelum penting dalam keseimbangan tubuh, perencanaan, serta mengeksekusi pergerakan volunteer tubuh. Vestibuloserebelum merupakan bagian serebelum yang penting untuk mempertahankan keseimbangan dan mengontrol pergerakan mata.1 Diperkirakan bahwa peran-peran komponen yang terdapat di vestibuloserebelum adalah untuk menghitung kecepatan dan arah gerak, yaitu dimana tubuh akan berada dalam beberapa milidetik berikutnya. Penghitungan ini adalah kunci untuk berlanjut kearah gerakan berikutnya atau untuk mempertahankan keseimbangan.2 Spinoserebelum meningkatkan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan sadar.1 Bagian ini menerima masukan dari korteks serebrum melalui nuclei pontis sehingga bagian ini menerima informasi mengenai gerakan yang diinginkan serta gerakan yang sedang dijalankan.2 Sebroserebelum berperan dalam merencanakan, mengurutkan, dan menentukan waktu gerakan. Rencana suatu sekuensial volunteer diperkirakan disalurkan dari korteks premotorik dan sensorik ke pons. Yang menarik disini adalah aktivitas di nukelus dendatus mencerminkan gerakan yang akan dilakukan, bukan gerakan yang sedang dilakukan. Basal ganglia juga berfungsi untuk mengendalikan pola-pola gerakan terlatih dan gerakan-gerakan sukuensial yang dirancang untuk menyelesaikan tugas yang dihasilkan sendiri atau dituntun secara internal. Fungsi basal ganglia juga mengatur kecepatan dan kekuatan gerakan-fungsi timing dan scaling. 2 Jadi gerakan-gerakan terkoordinasi tubuh itu diatur oleh serebelum dan basal ganglia.

Kesimpulan Persepsi panas dan dingin kita bersifat subyektif. Reseptor dingin dan hangat berespon terhadap suhu keadaan mantap/konstan/stabil serta perubahan suhu. Rangsangan yang berbeda dapat dibedakan satu sama lain karena reseptor rangsang bersifat spesifik. Lokalisasi taktil adalah kemampuan seseorang dalam menentukan tempat/daerah tubuhnya yang diberi stimulus. Kemampuan ini bergantung pada korteks somatosensory primer. Diskriminasi taktil adalah kemampuan untuk membedakan rangsang taktil. Keakuratan diskriminasi taktil di bagian tubuh tertentu ditentukan oleh daerah reseptif dan juga oleh inhibisi lateral (berperan juga dalam lokalisasi taktil pada percobaan 3) Perasaan iringan diakibatkan karena tetap aktifnya reseptor rangsangan walaupun stimulus telah dihilangkan. Reseptor tetap aktif karena telah dirangsang dalam waktu yang lama dan berulang-ulang. Stereognosis adalah kemampuan seseorang dalam mengidentifikasikan benda yang dipegangnya. Pengujian steorognosis dapat dilakukan dengan eksplorasi haptic cimana seseorang menggunakan fungsi sensori, motori, dan intelektualnya untuk mengidentifikasikan benda yang dipegangnya. Fungsi sensori terutama dikerjakan oleh korteks somatosensory, fungsi motori terutama oleh korteks somatomotori, dan fungsi kognitif (proses berpikir) terutama oleh korteks asosiasi prefrontal yang berperan dalam memberikan alasan/jawaban terhadap suatu masalah dan membantu kita menganalisis. Topognosia adalah kemampuan melokalisasikan daerah stimuli di kulit. Autotopognosia adalah kemampuan untuk mengenali dan mengetahui letakletak bagain tubuh tertentu. Kemampuan ini terutama berkaitan dengan serebelum dan basal ganglia.

Daftar Pustaka 1. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th ed. USA : Cengage Learning; 2010.p. 157-96. 2. Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2009. P.36978. 3. Brodal P. The central nervous system physiology. 4th ed. New York : Oxford University Press; 2010.p.169. 4. Rhoades R, Bell DR. Medical physiology : principles for clinical medicine. 3 rd ed. USA : Lippincott and Williams; 2009.p.71-2. 5. Singh AK. the comprehensive history of physiology. 1st ed. Delhi: Moltilal Banarsidass Publisher. New York : Oxford University Press; 2010. P.169. 6. Alcamo E, Krumhardt B. Anatomy and physiology rhe easy way. 2nd ed. USA: Barrons Educational Series; 2004. P.97.

7. Ganong WF. Medical physiology : principles for clinical medicine. 21st ed. USA: McGraw-Hill Company;2003.p. 143-9. 8. Dever j, Collins M. Experimental physiology. USA: Woodworth and Schloberg; 1971. P. 139. 9. Jones LA, Lederman SJ. Human hand function. New York: Oxford University Press; 2006.p.183. 10. Mumenthaler M, Mattle H, Taub E. Fundamamental of neurology: an illustrated guide. New York: Thieme; 2006.p.35. 11. Kruger L. Pain and touch handbook of perception and cognitive. 2nd ed. USA: Academic Press; 1996.p.61. 12. Roeckelein JE. Imagery in physiology : a reference guide. USA: Greenwood Publishing Group;2004..23. 13. James W. Principles of physiology. 1st ed. USA: Cosimo; 2013.p.645. 14. Solomon EP. Berg LR, matin DW. Biology. USA : Cengange Learning; 2005.p.758. 15. Goldstein EB. Sensation and perception. 8th ed. USA: Cengage Learning; 2010.p. 340. 16. Cytowic RE. The neurological side of neurophsychology. USA: MIT Press; 1996.p.35.

You might also like