You are on page 1of 2

Pemanfaatan Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai Raw Material Pengganti

Batubara pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Oleh: Taumy Alif Firman, Aris Wahyu Widiyanto dan Barri Pratama
Universitas Diponegoro Semarang

RINGKASAN

Indonesia sebagai negara berkembang, saat ini mengalami krisis energi listrik total.
Hal ini dapat dilihat dari total daya terpasang PLN (Perusahan Listrik Negara) yang
sudah mencapai 26.000 MW (Mega Watt) dengan beban puncak yang sudah
mencapai 24.000 MW, sedangkan daya efektifnya hanya sekitar 25.000 MW,
sehingga apabila terjadi pembengkakan beban listrik maka PLN tidak memiliki
cadangan listrik lagi. Krisis listrik mengisyaratkan bahwa suplai energi listrik tidak
dapat mengimbangi tingginya laju permintaan yaitu 7-8 % per tahun yang jauh di atas
tingkat pertumbuhan energi listrik sebesar 3 % per tahun. Akibat krisis listrik ini
maka sistem interkoneksi listrik di Indonesia diperkirakan terancam mengalami
pemadaman listrik bergilir hingga tahun 2010. Hal ini dikarenakan penurunan daya di
sejumlah pembangkit PLN dan swasta, kenaikan beban pemakaian listrik di berbagai
daerah serta ketidaklancaran pasokan BBM (bahan bakar minyak) ke sistem
pembangkit listrik.

Sejak tahun 2006 pembangkit listrik berbahan bakar batubara memiliki jumlah paling
besar yaitu 37,88 % dibandingkan pembangkit listrik lain. Bahan bakar batubara ini
dimanfaatkan sepenuhnya sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) yang pada awal operasi menggunakan bahan bakar minyak. Penggunaan
batubara sebagai pengganti bahan bakar minyak pada sistem (PLTU) merupakan
bentuk diversifikasi pemanfaatan batubara sebagai energi yang diakibatkan karena
peningkatan harga bahan bakar minyak, tetapi penggunaan batubara ini menyebabkan
permasalahan baru yaitu ketergantungan ketersediaan batubara yang lama kelamaan
akan habis karena bersifat tidak terbaharukan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan akibat pelepasan gas buang berbahaya seperti NOx, SOx, CO dan CO2
serta partikel dan unsur mikro seperti merkuri. Akibat permasalahan ini maka perlu
adanya raw material baru yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pada sistem
PLTU. Salah satu raw material yang dapat dimanfaatkan adalah penggunaan RDF
(refuse derived fuel).

Refuse derived fuel (RDF) merupakan bahan bakar yang dibentuk seperti krayon
dengan mencampurkan batu abu ke sampah yang telah dipisahkan dari sampah tidak
terbakar. Bahan bakar RDF ini, tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam
waktu lama, serta sangat praktis untuk pengangkutan. Keuntungan dalam penggunaan
RDF sebagai energi adalah kemudahan dan ekonomis dalam pembuatan serta hasil
pembakarannya sangat ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan energi
fosil berupa batubara dan minyak bumi begitupun juga dengan keberadaan senyawa
dioksin dan furon hanya ditemukan dalam skala ppb (parts per billion). Pembuatan
RDF memanfaatkan keberadaan sampah dengan jumlah dan kualitas sangat banyak.

Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan suatu format pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan (environmental friendly) dan memiliki nilai ekonomis tinggi serta
memperkenalkan sistem penggunaan refuse derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar
yang bersumber dari sampah. Metode penulisan karya tulis yang digunakan meliputi
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis sintesis mengenai pemanfaatan
sampah sebagai bahan pembuatan RDF.

Pembuatan RDF dari sampah terdiri atas 4 tahap utama yaitu proses pemecahan
(crushing process), proses pengeringan (dryng process), proses pemisahan dan
pemecahan kembali (sorting and crushing process) dan proses pemadatan (soliditying
process). Hasil dari proses ini berupa RDF yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pengganti batubara pada PLTU. Hal ini dikarenakan nilai kalor yang dihasilkan
antara RDF dan batubara hampir sama yaitu 3.000-4.000 kkal/kg. Berdasarkan nilai
konversi energi dan jumlah sampah dari beberapa kota di Indonesia maka energi
listrik yang dihasilkan dengan memanfaatkan RDF sebagai bahan bakar adalah
sebesar 158.676 MW per jam. Nilai ini melebihi jumlah kapasitas listrik dari crash
program pembangunan PLTU sebesar 10.000 MW yang tahap I direncanakan selesai
pada tahun 2011, sehingga pemanfaatan RDF sangat diharapkan sebagai upaya
mengatasi permasalahan sampah dan energi listrik yang terjadi di Indonesia.

You might also like