You are on page 1of 6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tibia Fibula Tibia adalah tulang yang menyusun skeleton extremitatis liberae caudalis yang terdiri atas beberapa ruas, yaitu (dari proximal ke distal) Femur, Patella, Tibia, Fibula, Ossa tarsalia, Ossa metatarsalia, dan Ossa digitorum pedis. Tibia mempunyai nama lain adalah tulang kering. Tulang ini termasuk tulang panjang, sehingga terdiri dari 3 bagian : 1) Epiphysis proximalis Bagian ini terdiri atas 2 bulatan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Di sebelah atasnya terdapat dataran sendi yang disebut facies articularis superior. Tepi yang melingkar daripada epiphysis proximalis disebut margo infra glenoidalis. Facies superior mempunyai facies articularis lateralis dan facies articularis medialis. Di tengah tengah facies superior terdapat suatu peninggian yang disebut eminentia intercondyloidea, peninggian tersebut di sebelah lateral dan medial dibatasi oleh penonjolan sebagai tuberculum intercondyloideum laterale dan tuberculum

intercondyloideum mediale. Dengan demikian di sebelah muka dan sebelah belakang peninggian peninggian tersebut terdapat cekungan yang masing masing disebut fossa intercondyloidea anterior dan fossa intercondyloidea posterior. Persendian antara tibia dan femur ini tak langsung akan tetapi diantara kedua tulang itu terdapat lembaran tulang rawan yang lepas yang disebut meniscus lateralis dan meniscus medialis. Pada tepi lateral dari margo infra genoidalis terdapat suatu dataran sendi yang disebut facies articularis fibularis. 2) Diaphysis Pada penampang melintang merupakan segitiga dengan puncaknya menghadap ke muka sehingga corpus mempunyai tiga sisi : a. Margo anterior b. Margo medialis : di sebelah muka : di sebelah medial

c. Crista interossea : di sebelah lateral

Margo anterior, margo mediialis dan crista interossea ini membatasi facies posterior, facies lateralis, dan facies medialis. Facies medialis langsung terdapat di bawah kulit, mulai dengan penonjolan yang disebut tuberositis tibiae. Jika dilihat pada facies posterior maka di sebelah proximal daripada corpus terdapat suatu garis yang jalan agak condong dari lateral atas ke medial bawah yang disebut linea poplitea, dan di sebelah distal garis ini terdapat foramen nutricium.

3) Epiphysis distalis Ke arah medial bagian ini kuat menonjol dan disebut maleolus medialis. Epiphysis distalis mempunyai 3 dataran sendi yaitu : a. Dataran sendi yang vertical disebut facies articularis malleolaris. b. Dataran sendi yang horizontal disebut facies articularis inferior. c. Di sebelah lateral terdapat cekungan sendi yang disebut incisura fibularis. Di lihat dari facies posterior pada dataran ini terdapat dua alur (sulci) yang jelas. a. Di sebelah medial terdapat sulcus malleolaris yang dilewati oleh dua otot : di sebelah medial oleh musculus tibialis posterior dan di sebelah lateral oleh musculus flexor digitorum longus. b. Sulcus musculi flexor hallucis longi.

B. Fraktur 1. Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis (Mansjoer, 2000).

2. Jenis a. Fraktur komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang. b. Fraktur tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang. c. Fraktur terbuka: bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan

udara luar atau permukaan kulit. d. Fraktur tertutup: bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit (Rahmad, 1996).

3. Etiologi Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan (Rahmad, 1996 ). Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. 3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

4. Gambaran Klinis a. Look Bengkak timbul oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri di sekitar fraktur. Eritema. Adanya warna kemerahan pada kulit pada daerah yang fiksasi. Hal ini disebabkan pembengkakan jumlah cairan darah secara berlebihan akibat kerusakan pada pembuluh darah. Deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas pada luka kulit robek dan luka yang memiliki hubungan dengan

fraktur, cedera terbuka. b. Feel Nyeri timbul oleh karena rangsangan respon sensorik tubuh oleh karena kerusakan jaringan. Peningkatan suhu lokal.

c. Move Keterbatasan LGS terjadi di sendi penggerak tubuh disebabkan oleh krena reaksi proteksi yaitu penderita berusaha menghindari gerakan yang menyebabkan nyeri. Penurunan kekuatan otot terjadi karena adanya pembengkakan sehingga timbul nyeri dan keterbatasan gerak serta aktifitas terganggu serta terjadi penurunan kekuatan tungkai yang fraktur.

5. Penatalaksanaan Non Operatif 1. Reduksi Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki dengan tarikan atau traksi. 2. Imobilisasi Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah dengan gips dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu. 3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8 minggu. Program penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle, memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat mengembalikan ke fungsi normal. Operatif 1. Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu: a. Absolut - Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan lukanya. - Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk memperbaiki jalannya

darah di tungkai. - Fraktur dengan sindroma kompartemen. - Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki mobilitas pasien, juga mengurangi nyeri. b. Relatif, jika adanya: - Pemendekan - Fraktur tibia dengan fibula intak - Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Fiksasi eksternal a. Standar Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih kecil, sehingga menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan penyembuhan. Di bawah ini merupakan gambar dari fiksasi eksternal tipe standar. b. Ring Fixators Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks. Di bawah ini merupakan gambar pemasangan ring fixators pada fraktur diafisis tibia. c. Open reduction with internal fixation (ORIF) Cara ini biasanya digunakan pada fraktur diafisis tibia yang mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil. Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada penyembuhan luka operasi. Berikut ini merupakan gambar penatalaksanaan fraktur dengan ORIF. d. Intramedullary nailing

Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan trauma pada jaringan lunak 2. Amputasi Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia dan pada crush injury dari tibia.

You might also like