You are on page 1of 8

Definisi Secara harafiah, calcaneus spur artinya, bagian tulang yang mengeras menjadi taji.

Jadi calcaneus spur adalah pembentukan tulang kecil seperti taji di tumit. Penyebab Penyebab pasti dari calcaneus spur masih belum bisa dipastikan. Namun, banyak ahli medis yang berpendapat jika kondisi ini berhubungan dengan trauma atau benturan dalam waktu yang lama dan frekuensi yang cukup sering pada tumit di masa muda. Karenanya, calcaneus spur banyak dikaitkan dengan para atlet. Bahkan ada yang menyebut jika kondisi ini ini merupakan penyakit para atlet. Namun anggapan tersebut tidaklah mutlak. Pada atlet ternyata jarang ditemukan calcaneus spur. Lalu jika dilihat dari segi usia, kondisi ini tidak hanya diderita oleh kaum usia tua. Banyak kaum muda yang terkena penyakit ini. Selain itu, tak jarang ditemukan kelainan tulang tumit pada masyarakat non atlet akibat penggunaan sepatu yang tidak sesuai dengan anatomi kakinya. Karenanya, calcaneus spur dapat menyerang siapa saja. Gejala Pengidap calcaneus spur belum tentu merasa bermasalah dengan kakinya. Bahkan sangat mungkin tidak merasakan keluhan apapun meski sudah terbentuk taji di tulang tumitnya. Adapun gejala yang sering timbul adalah nyeri di tumit sewaktu bangun pagi atau sesudah duduk. Menapakkan kaki pertama kali setelah bangun tidur yang acapkali membangkitkan nyeri tumitnya. Hal ini merupakan pertanda khas pada kasus calcaneus spur. Pada beberapa kasus, keluhan nyeri juga acap muncul setelah duduk atau berbaring lama. Keluhan juga bisa muncul setelah kaki menapak ke lantai lagi setelah lama tidak menapak. Seiring berjalannya waktu, rasa sakit ini bisa mereda pada siang hari. Intensitas rasa sakit bervariasi, bisa ringan sampai berat. Rasa nyeri ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kehidupan penderitanya. Selain tidak leluasa melakukan aktifitas, gerakan tubuh pun jadi terbatas karena calcaneus spur. Karena seringkali muncul tanpa gejala, para penderita tidak tahu jika dirinya terkena penyakit ini. Cara untuk mendeteksi kondisi ini dengan melakukan pemeriksaan sinar X. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan seberapa besar taji yang sudah tumbuh. Akan tetapi, besarnya taji yang tumbuh tidak ada hubungannya dengan nyeri. Misalnya, taji di kaki kiri lebih besar daripada kaki kanan. Tapi, kaki kanan lebih terasa nyeri dibanding kaki kiri. Penanganan Jika sudah terdiagnosis terkena calcaneus spur, ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya. Cara paling sering dianjurkan oleh ahli medis adalah mengatasinya bisa dengan obat penghilang nyeri golongan non steroid anti inflammation (NSAID) yang banyak jenis dan mereknya di pasaran. Cara lain seperti fisioterapi ataupun pemakaian heelcup (viscoheel), yaitu sol yang diletakkan di sandal atau sepatu bisa ditempuh. Pada fase yang sudah akut, dianjurkan untuk sering mengompres tumit dengan es. Jika setelah dua sesi pengobatan masih terasa nyeri, dapat diberikan injeksi pada tumit. Injeksi ini hanya dilakukan pada pasien yang sudah merasa sangat nyeri pada tumitnya. Akan tetapi, harus diingat efek samping dari injeksi pada setiap orang. Pasien tidak dianjurkan untuk melakukan injeksi lebih dari tiga kali dalam setahun. Pada kasus calcaneus spur, tindakan operasi tidak dianjurkan. Meski saat ini kemajuan teknologi kedokteran sudah dapat membuang taji dengan sayatan kecil. Namun, melihat

hasilnya yang belum optimal, tindakan operasi tidak diutamakan dalam penanganan calcaneus spur.
http://sehatnews.com/penyakit-a-z/c/3250-Calcaneus-spur.html
CALCANEUS SPUR & PLANTAR FACIITIS

Background Kaki merupakan penopang berat badan dan beban yang paling besar baik sewaktu berdiri, berjalan ataupun berlari, dan menjadi alat transportasi yang penting dalam aktifitas keseharian kita. Oleh sebab itu tumit dan telapak kaki berikut jari-jari kaki dilengkapi dengan jaringan-jaringan lunak yang merupakan bantalan penahan beban yang menekan pada landasan. Karena pemusatan beban p ada kaki ini, maka bagian kaki cenderung mudah mengalami gangguan dan deformitas. Jika ada bagian dari kaki yang mengalami gangguan, otomatis mobilitas akan terganggu, sehingga aktifitas keseharian pun akan terganggu. Salah satu gangguan yang relatif serin g terjadi pada kaki adalah calcaneus spur dan plantar fasciitis. Calcaneus spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak semestinya) di daerah tuber calcanues, yang bentuknya seperti jalu ayam. Plantar fascitis adalah peradangan fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada calcaneus. Calcaneus spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang menyebabkan nyeri bukan dari spur tapi karena adanya plantar fasciitis setempat. Calcaneus spur dan plantar fasciitis adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan sebab akibat yang saling berhubungan. Calcaneus spur terjadi pada lebih dari 50% orang berusia diatas 50 tahun, dengan atau tanpa keluhan nyeri. Mayoritas penderita calcaneus spur yang disertai keluhan nye ri (atau terjadi plantar fasciitis) adalah pada wanita, terutama yang berusia 40 60 tahun. Sementara itu, lebih dari 50% pasien plantar fasciitis mempunyai calcaneus spur. Keluhan utama akibat calcaneus spur adalah nyeri yang hebat pada waktu permulaan b erdiri dan berjalan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur atau istirahat/duduk lama, yang kemudian akan berkurang setelah berjalan beberapa langkah. Anatomi dan Biomekanika Terapan Fasia plantaris atau aponeurosis adalah sebuah ligamentous/jaringan ikat yang kuat yang melekat (origo) pada medial tuber calcaneum dan menyebar ke anterior dan bergabung dengan ligamen ligamen dari sendi metatarsophalangeal I-V. Fungsi utama fasia plantaris ini adalah untuk menstabilkan arcus longitudinal dari kaki, yang bekerja seperti pegas. Untuk menahan tekanan ke dasar/ landasan tumit dan telapak kaki berikut jari-jari kaki, dilengkapi dengan jaringan-jaringan lunak yang merupakan bantalan penahan beban yang menekan pada landasan berupa bursa subcalcaneus dan heeel pad dari jaringan lemak yang tebal. Secara normal, beban tubuh sewaktu berdiri jatuh lurus ke talus dan kemudian dibagi ke calcaneus, ke anterior medial dan ke anterior lateral, sehingga terlihat cetakan kaki dimana sisi medial tidak terlihat. Bila diumpamakan berat yang membebani talus adalah 6 kg maka beban yang jatuh ke calcaneus (C) 3 kg, ke anterior medial (A) 2 kg, dan ke anterior lateral (B) 1 kg. Pada kondisi tertentu dimana beban dari tibia (1) ke talus (2) menyebabkan talus cenderung bergeser ke anterior dan ke medial di atas calcaneus (3), maka calcaneus akan terputar ke posterior dan ke lateral. Keadaan ini membuat arcus longitudinal akan memanjang sehingga fasia plantaris (4) akan bertambah tegang. Hal ini membuat tarikan di periosteum meningkat juga. Dengan adanya

rotasi calcaneus ke posterior, naviculare (5) akan turun oleh tarikan ligamen calcaneonaviculare (7). Dengan adanya rotasi calcaneus ke lateral (calcaneus valgus) pada awalnya akan mengakibatkan terjadi peregangan pada ligamen colateral medial (6), apabila keadaan ini berlanjut akan mengakibatkan pula peregangan pada ligamen talocalcaneal (8). Definisi Calcaneus spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak semestinya) di daerah tuber calcaneus, yang bentuknya seperti jalu ayam. Plantar fascitis adalah peradangan fasia plantaris atau aponeurosis di perlekatannya pada calcaneus. Calcaneus spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang menyebabkan nyeri bukan dari spur tapi karena adanya plantar fasciitis setempat, sehingga nyeri pada calcaneus spur disebut juga sindroma calcaneus spur. Calcaneus spur dan plantar fasciitis adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan sebab akibat yang mempunyai gejala yang sama. Plantar fasciitis bisa mengakibatkan calcaneus spur dan calcaneus spur bisa mengakibatkan plantar fasciitis. Patologi Adanya penguluran yang berulang-ulang dari fasia plantaris atau aponeurosis akan menyebabkan kerobekan mikroskopis jaringan yang disertai tarikan periosteum dari tulang (calcaneus), se hingga daerah subperiosteum akan bertambah lebar. Kemudian terjadi peradangan subperiosteum yang juga menyebabkan nyeri. Setelah itu akan terjadi pembentukan jaringan fibrous yang akan memicu penumpukan kalsium di subperiosteum, dan selanjutnya terbentuk spur. Pada pemulaannya, nyeri kemungkinan disebabkan oleh peradangan dari jaringan tendofascioperoeosteal, pada stadium lanjut nyeri disebabkan oleh spur yang memicu peradangan tendofascio plantaris. Etiologi Calcaneus spur/plantar fasciitis biasanya berhubungan dengan sindroma over used. Sebab-sebab yang mungkin bisa menimbulkan (prediposisi) calcaneus spur/plantar fasciitis adalah; (1) trauma atau benturan, (2) berdiri lama atau pembebanan yang berlebih, (3) pergeseran atau atropi bantalan lemak di tumit, (4) kekakuan pergelangan kaki atau ketegangan calf muscle yang mengakibatkan fasia plantaris terulur berulang-ulang selama berjalan, (5) posisi kaki pronasi pada fase heel strike dan mid-stance saat berjalan atau berlari, (6) strain pada saat olah raga, (7) manifestasi rheumatism (RA, OA, spondilitis ankylipoetika). Tanda dan Gejala Calcaneus spur sebenarnya tidak menimbulkan keluhan, tetapi keluhan akan timbul jika terjadi plantar fasciitis. Tanda dan gejala calcaneus spur/plantar fasciitis cukup khas, yaitu ditandai dengan nyeri yang hebat pada saat permulaan berdiri dan berjalan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur atau setelah istirahat/duduk lama, kemudian akan berkurang apabila berjalan beberapa langkah, tetapi nyeri akan muncul kembali bila berjalan berlebihan. Nyeri terjadi pada perlekatan fasia plantaris dan akan bertambah bila jari kaki digerakkan pasif ke arah dorsi fleksi. Tenderness (nyeri tekan) lokal pada perlekatan fasia plantaris yaitu di tuber calcaneus sisi antero-medial. Kadang-kadang pasien mengeluh nyeri yang menyebar sampai pada arkus kaki. Intervensi Intervensi/Penanganan yang baik adalah penanganan yang berorientasi pada permasalahan

pokoknya atau causative oriented yaitu untuk; (1) mengurangi peradangan mikro, (2) mengurangi ketegangan fasia plantaris dan calf muscle, (3) mengontrol gerak pronasi pada fase heel-strike dan mid-stance pada waktu berjalan, (4) memelihara fleksibilitas dan stabilitas kaki dan pergelangan kaki. Untuk menangani masalah ini, intervensi fisioterapi merupakan salah satu pilihan yang bisa diterapkan. Teknologi intervensinya yaitu : 1. Micro Wave Diathermy Micro Wave Diathermy (MWD) merupakan alat terapi dengan menggunakan energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi (2450 Mhz) dengan panjang gelombang 12,25 cm dan frekuensi 434 MHz dengan panjang gelombang 69 cm. Output energi MWD bisa kontinyus maupun terputus-putus/intermittent. Oleh karena gelombang ini relative lebih pendek dari tubuh manusia, maka untuk memasukkannya ke dalam jaringan melalui pemancar. Metode ini sering disebut bestraling. Proses terjadimya panas pada gelombang MWD sama dengan panas akibat pengaruh energi elektromagnetik 11m (Sort Wave Diathermy). Dalam perjalanannya ke jaringan tubuh, energi elektromagnetik MWD akan ada yang dipantulkan, diserap, dan ada juga yang dibiaskan. Yang paling penting di sini adalah energi yang diserap. Penyelidikan OTT dan Kebbel Kruse, mengungkapkan bahwa terjadi kenaikan temperatur pada otot 4 kali lebih besar dibandingkan dengan temperatur pada jaringan lemak. Sehubungan dengan penyerapan energi elektromagnetik ini, terjadi half value distance di otot sekitar 2 cm, sedangkan di lemak sekitar 7 cm. Dengan demikian MWD mempunyai efek yang maksimal untuk otot-otot yang letaknya superficial, karena setelah 2 cm intensitasnya akan menurun. Teknik aplikasi ke jaringan melalui emitter yang berbentuk bulat, panjang atau melingkar/pyrodor. Jarak antara emitter dengan kulit adalah 5 cm untuk emitter panjang dan 10 cm untuk emitte r bulat, sedangkan untuk emitter berbentuk melingkar/pyrodor langsung menempel ke kulit. Menurut Low & Reed, 2000, efek fisiologis yang ditimbulkan oleh pemanasan dengan MWD adalah : a. Metabolisme Metabolisme naik 13% per 1C pemanasan. Dengan kenaikan temperatur aktifitas dan sintesis selsel akan meningkat sehingga akan menaikkan pelepasan mediator kimiawi, enzim, protein. Dengan demikian interaksi seluler seperti phagositosis atau pertumbuhan juga akan meningkat. b. Viskositas Aliran di pembuluh darah juga dipengaruhi langsung oleh viskositas dan diameter pembuluh darah. Pergerakan cairan kadang diartikan sebagai friksi antara gerakan partikel-partikel, hal ini dipengaruhi temperatur. Dengan meningkatnya temperatur pada cairan, maka viskositas menjadi lebih rendah (lebih encer). Perubahan viskositas ini tidak hanya cairan di pembuluh darah dan limfe di dekatnya, tapi juga cairan pada jaringan lainnya. c. Jaringan kolagen Pada rentang temperatur terapeutik yang bisa diaplikasikan (40-45C), akan terjadi peningkatan ekstensibilitas jaringan kolagen (Lehman et al, 1970 dikutip oleh Low & Reed, 2000). d. Saraf Serabut saraf afferen yang distimulasi dengan panas akan memiliki efek analgesik akibat aksi dari mekanisme gate control pada cara yang sama seperti mekanoreseptor. Panas juga bisa meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktifitas saraf dan

meningkatkan ambang rangsang. e. Pembuluh darah Vasodilatasi pembuluh darah akibat pemanasan bisa melalui beberapa mekanisme. Yang palin g umum, efek langsung dari pemanasan adalah vasodilatasi pembuluh darah baik arteri maupun vena. Rangsangan pada reseptor polimodal merupakan sebab yang penting dalam vasodilatasi. Mekanisme ini hanya melibatkan pada cabang serabut saraf perifer saja. Kenaikan metabolisme akan mengakibatkan pelepasan karbondioksida dan asam laktat, membuat keasaman jaringan yang dipanasi lebih meningkat, sehingga akan memprovokasi dilatasi. f. Darah dan cairan Sebagai konsekuensi dari peningkatan metabolisme, penurunan visk ositas cairan dan dilatasi pembuluh darah mengakibatkan meningkatnya aliran darah, hal ini juga akan menyebabkan peningkatan pertukaran penyeberangan cairan ke dinding kapiler dan membran sel. Hal ini juga akan meningkatkan formasi limfe dan jumlah leukosit darah. Efek terapeutik pemanasan dengan MWD adalah ; (1) mempercepat proses penyembuhan, (2) mengurangi nyeri, (3) mengurangi spasme otot, (4) menimbulkan efek sedatif, (5) meningkatkan ROM, (6) mencegah decubitus, (7) mengurangi oedema, (8) meningkatkan reabsorbsi, (9) mengontrol infeksi, (10) persiapan sebelum terapi lainnya (Low & Reed, 2000). Metode aplikasi MWD pada kasus calcaneus spur/plantar faciitis di sini adalah dengan emitter bulat, dengan jarak antara emitter dan kulit daerah terapi (calcaneus) adalah 5 10 cm. Waktu terapi 15 menit, dan dosis mitis comfortable. 2. Ultra Sound Ultra sound (US) merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi sangat tinggi (0,75 Mhz 3 Mhz). Efek yang ditimbulkan adalah efek mekanik dan efek thermal. Jaringan yang lebih kaya akan kolagen akan menyerap gelombang ultrasonik dalam jumlah yang lebih besar, sehingga pengaruh energi ultrasonik akan lebih besar juga. Besarnya panas yang diproduksi tergantung kepada intensitas dan frekuensi ultrasonik, durasi terapi, ukuran dan jenis jaringan. Efek mekanik/non termal US adalah : a. Kavitasi (efek fibrasi pada gelombang gas oleh gelombang US) b. Acousting steaming (gerakan cairan di sekitar membrane sel akibat gaya mekanik gelombang US) c. Micromassage d. Meningkatkan aktifitas fibroblastik. Efek fisiologis nontermal : a. Menstimulasi pelepasan histamine dari sel Mast, b. Pelepasan serotonin dari sel darah, c. Pelepasan Chemotactic Agent dan growth factor dari makrofag, d. Menstimulasi pembentukan kapiler darah baruoleh sel-sel endotel, e. Stimulasi fibroblast untuk meningkatkan sintesis protein, f. Meningkatkan ambang nyeri. Efek fisiologis dan efek terpeutik termal dari US sama dengan efek dari MWD seperti yang telah dibahas sebelumnya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian US adalah:

a. Intensitas terapi ditentukan berdasarkan tujuan, bila yang diinginkan efek panas maka intensitas bisa maksimal sampai terasa nyeri tumpul kemudian dikurangi sedikit. b. Intensitas terapi ditentukan oleh jenis dan letak jaringan, semakin superfisial dan semakin banyak mengandung jaringan kolagen, intensitasnya semakin kecil, dan sebaliknya. c. Waktu terapi ditentukan berdasarkan luas daerah yang di terapi, semakin luas maka waktu yang di berikan juga semakin lama dengan perhitungan waktu (dalam menit) adalah luas area (L cm) dibagi ERA dikalikan dua ( Waktu = L : ERA x 2 ). Metode aplikasi US bisa menggunakan: a. Metode kontak langsung yaitu tranduser langsung diaplikasikan pada area yang diterapi dengan menggunakan media kontak (aqua-gel). Metode ini adalah yang paling banyak digunakan untuk terapi. b. Metode under water yaitu area yang diterapi dimasukkan ke dalam bak air, dan tranduser diaplikasikan dalam jarak tertentu. c. Metode water pillow yaitu tranduser diaplikasikan dengan menggunakan perantara kantong plastik berisi air yang ditempelkan ke area yang akan diterapi. d. Metode phonophoresis yaitu memasukkan bahan atau zat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan menggunakan energi ultrasonik. 3. Massage Massage dengan teknik deep friction dapat membantu mengurangi adhesive fasia plantaris, dan jika dikombinasi dengan US bagus untuk membantu mengurai noncalcified heel spur. Taping dan kneading akan mengurangi ketegangan fasia plantaris dan calf muscle. 4. Latihan Untuk mengurangi ketegangan fasia plantaris dan calf muscle dapat dilakukan penguluran calf muscle dan fasia plantaris secara bersaman yaitu dengan posisi lutut lurus kemudian dorsifleksi ankle ditambah dorsofleksi jari-jari kaki dengan mempertahankan arkus kaki. Mengontrol gerak pronasi sewaktu berjalan bisa dilakukan dengan latihan pola jalan yaitu dengan menjaga subtalar joint pada posisi netral pada fase heel-strike dan mid-stance. Sebagai tambahan bisa dilakukan penguatan otot-otot tibialis posterior, peroneus longus dan tibalis anterior untuk stabilisasi kontrol pronasi. 5. Edukasi Untuk mencegah peradangan berlanjut bisa dilakukan dengan memindah daerah penekanan nyeri ke daerah toleransi sekitarnya dengan pemakaian insole dari bahan yang lunak (karet, busa, silikon), ini merupakan penanganan yang baik untuk plantar fasciitis/calcaneus spur. Kontrol pronasi bisa juga dibantu dengan orthotic dan modifikasi sepatu.

Bone Spurs (Duri Tulang)

Definisi Bone Spur


Bone spur adalah pertumbuhan tulang yang kecil menunjuk keluar.

Penyebab Bone Spurs


Bone spurs biasanya disebabkan oleh peradangan lokal, seperti dari degenerative arthritis atau tendinitis. Peradangan ini menstimulasi sel-sel yang membentuk tulang untuk menyimpan tulang pada area ini, yang akhirnya menjurus pada penonjolan atau duri tulang. Contohnya, peradangan dari ligament yang mengelilingi cakram yang degenerasi antara vertebrae (blok-blok bangunan bertulang dari tulang belakang) adalah penyebab yang sangat umum dari bone spurs dari spine (tulang belakang). Peradangan dari Achilles tendon dapat menjurus pada pembentukan dari bone spur pada belakang dari tulang tumit (calcaneus bone). Bone spur ini adakalanya dirujuk sebagai heel spur.

Dimana Terjadinya Bone Spurs


Bone spurs berkembang di area-area dari peradangan atau luka pada tulang rawan atau tendons yang berdekatan. Lokasi-lokasi umum untuk bone spurs adalah pada belakang, atau telapak dari tulang tumit dari kaki, sekitar sendi-sendi yang mempunyai tulang rawan yang degenerasi, dan pada spine yang berdekatan pada cakram (disc) yang degenerasi.

Gejala-Gejala Dari Bone Spurs


Bone spurs mungkin atau mungkin tidak menyebabkan gejala-gejala. Ketika mereka menyebabkan gejala-gejala, gejala-gejala tergantung pada lokasi mereka. Bone spurs dapat dihubungkan dengan nyeri, mati rasa, dan kepekaan jika mereka mengiritai jaringan -jaringan yang berdekatan, seperti kulit, bantalan-bantalan lemak, syaraf-syaraf atau tendon-tendon. Heel spurs menyebabkan nyeri kaki lokal, kepekaan, dan adakalanya pembengkakan. Ini dapat menjurus pada kesulitan berjalan yang disebabkan oleh nyeri pada dasar dari kaki dengan pembebanan berat. Adakalanya ada peradangan yang menyertainya dari seluruh dasar kaki (plantar fasciitis ) ketika heel spur terjadi pada dasar dari tulang tumit. Adakalanya, bone spurs di lokasi ini adalah akibat dari peradangan arthritis, seperti dari reactive arthritis, ankylosing spondylitis, atau diffuse idiopathic skeletal hyperostosis (DISH atau Penyakit Forrestier). Spurs pada spine dapat menjepit syaraf-syaraf yang berdekatan menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan nyeri serta kelemahan pada area dari tubuh yang disuplai oleh syaraf yang terpengaruh. Beberapa bone spurs tidak menyebakan gejala-gejala dan dideteksi secara kebetulan oleh testes X-ray yang dilakukan untuk sebab-sebab lain. Spurs ini mungkin telah terbentuk karena luka yang lalu pada jaringan-jaringan yang berdekatan, seperti tendon-tendon, yang menyebabkan peradangan lokal dari tulang, yang menjurus pada perkembangan dari bone spur.

Mendiagnosa Bone Spurs


Bone spurs dideteksi dengan pengujian radiologi, seperti dengan X-rays sederhana, ultrasound imaging, MRI scan, CT scan, dan myelograms.

Merawat Bone Spurs


Bone spurs dirawat hanya jika mereka menyebabkan gejala-gejala. Perawatan awal diarahkan pada pengurangan peradangan dan menghindari luka kembali jika memungkinkan. Aplikasi dingin lokal dapat membantu jika lokasi dari bone spur dapat dicapai. Obat-obat antiperadangan, diberikan keduanya secara oral dan dengan suntikan lokal (Kenalog, Depomedrol, Celestone), biasanya digunakan, tergantung pada lokasi dari spur. Tindakantindakan mekanik lokal, seperti orthotics, atau selipan-selipan sepatu, dan bantalan-bantalan bone spur lokal mungkin dipertimbangkan, tergantung pada lokasi dari bone spur. Bone spurs yang menyebabkan iritasi dari syaraf-syaraf dan resisten pada tindakan-tindakan konservatif dapat memerlukan operasi-operasi secara bedah untuk perawatan

You might also like