You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN Lattar Belakang

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Cerebrum (Otak Besar) 2. Cerebellum (Otak Kecil) 3. Brainstem (Batang Otak) 4. Limbic System (Sistem Limbik)

1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
Gangguan TIC Page 1

disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gangguan TIC

Page 2

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional. Mengenai fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri sudah kami bahas pada halaman tersendiri. 2. Cerebellum (Otak Kecil) Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju. 3. Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Gangguan TIC Page 3

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

4. Limbic System (Sistem Limbik) Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau
Gangguan TIC Page 4

ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

Gangguan TIC

Page 5

BAB II PEMBAHASAN

1. DEFINISI Tic adalah suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas tertentu) yang tidak di bawah pengendalian, berlangsung cepat, dan berulang-ulang, tidak berirama, ataupun suatu hasil vocal yang timbul mendadak dan tidak memiliki tujuan yang nyata.( PPDGJ III 2001).

Tic merupakan bagian dari gangguan kecemasan, dimana adanya gerakan motorik atau vokalisasi involunter, tiba-tiba, tidak berirama dan mengatakan stereotipik ( Kaplan & Shadock 1997 ). Sedangkan menurut Maramis, 1998 mengatakan bahwa Tic adalah gerakan, pengeluaran suara atau sensasi panca indera yang singkat dan tak berkehendak. Tic termasuk gangguan psikomotorik, sekejap dan berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian yang relative kecil.

Pada gangguan tik, situasi yang menimbulkan stress dapat menyebabkan eksaserbasi tik..beberapa orang dengan gangguan tik memiliki kemampuan untuk

menekan tik bila dibutuhkan hanya beberapa menit atau jam, tetapi untuk anak kecil sulit untuk mengendalikan, dan menekan bahwa tiknya tidak dapat ditahan. Tik diperlemah oleh tidur, relaksasi, atau terlibat dalam aktivitas.

2. EPIDEMIOLOGI Lebih dari 19% dari anak-anak usia sekolah memiliki gangguan tic. Anak-anak dengan gangguan tic dalam penelitian yang biasanya terdiagnosis. Sebanyak 1 dalam 100 orang mungkin mengalami beberapa bentuk gangguan tic, biasanya sebelum masa pubertas. Tourette sindrom adalah ekspresi lebih parah dari spektrum gangguan tic, yang dianggap disebabkan oleh kerentanan genetik yang sama. Perilaku tic umum di kalangan anakGangguan TIC Page 6

anak usia sekolah. Anak laki-laki dua kali lebih mungkin akan terpengaruh oleh gangguan tic berbanding perempuan.

3. ETIOLOGI Beberapa etiologi terjadinya tic disebabkan antara lain karena : Ada pengalaman yang menakutkan dan menimbulkan panic, ada trauma mental dan shock emosional, lalu berusaha meredusi dan menghilangkan pengalaman yang pahit tersebut dengan melakukan Tic. Beberapa iritasi organis dan stimulus lingkungan tertentu dan terjadi pengulangan tingkah laku tersebut maka timbul pola kebiasaan. Ada ide-ide tertentu yang menyebabkan orang mengadakan peniruan, kemudian imitasi ini menjadi kuat dan mendominir satu kelompok dan syaraf, ide itu jadi kebiasaan. Jadi symbol nafsu atau keinginan yang ditekan atau jadi symptom dari ketidakstabilan emosional. Tics diyakini hasil dari disfungsi tripartit dalam sistem saraf pusat. teknik Imaging telah menjelaskan ganglia basal dan korteks frontal dalam patogenesis sindrom Tourette's. Kedua sumber abnormalitas diperkirakan tidak pantas menjadi peraturan neurotransmiter, terutama dopamin bukti kuat menunjukkan kelebihan dopamin atau supersensitivity dari dopamin postsynaptic reseptor adalah mekanisme yang mendasari pathophysiologic's sindrom Tourette Herediter/diwariskan (inherited) 1. Distonia torsi. 2. Neuroakantosis. 3. Penyakit Huntington. 4. Penyakit Wilson.

Gangguan TIC

Page 7

Didapatkan/diperoleh (acquired) 1. Infeksi (misal: chorea sydenham, ensefalitis). 2. Obat-obatan Dicetuskan misalnya oleh: a. Stimulan. b. Levodopa. c. Antikonvulsan (antikejang): karbamazepin, lamotrigin. d. Neuroleptik. 3. Pertumbuhan/perkembangan (developmental) 4. Stroke 5. Toksin (misal: karbon monoksida) 6. Trauma kepala

4. GEJALA

Ciri khas terpenting yang membedakan tic dari gangguan motorik lainnya ialah gerakan yang mendadak, cepat, sekejap dan terbatasnya gerakan, tanpa bukti gangguan

neurologis yang mendasari; sifatnya yang berulang-ulang (biasanya) terhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan dengan kemauan. Kurang beriramanya tic itu yang membedakannya dari gerakan yang sterotipik berulang yang tampak pada beberapa kasus autism dan retardasi mental. Akivitas motorik manneristik yang tampak pada gangguan ini cenderung mencakup gerakan yang lebih rumit dan lebih bervariasi daripada gejala tic.Gerakan obsesif kompulsif sering menyerupai tic yang kompleks namun berbeda karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya (misalnya menyentuh atau memutar benda secara berulang) dari pada oleh kelompok otot yang terlibat; walaupun demikian sering kali sulit juga untuk membedakannya.

5. KLASIFIKASI

Diagnosis and statistic manual of mental disorder edisi IV (DSM IV) memiliki empat gangguan tik antaranya adalah :
Gangguan TIC Page 8

1. Gangguan tourete Gangguan Tourette Kehadiran kedua motor berganda dan satu atau lebih tics vokal selama sakit. Tic ini terjadi berkali-kali sehari hampir setiap hari atau sebentar-sebentar selama jangka waktu lebih dari satu tahun dan selama periode ini tidak pernah ada periode tic-bebas lebih dari 3 bulan berturut-turut. Onset adalah sebelum usia 18 tahun. Prevalensi seumur hidup gangguan tourete diperkirakan 4-5 per 10.000 .onset komponen motoric dari gangguan biasanya terjadi usia 7 tahun, dan tik vocal timbul usia 11 tahun. Kelainan diganglia basalis menyebabkan berbagai gagguan pergerakan, seperti pada penyakit Huntington, dan dinyatakan sebagai kemungkinan tempat gangguan pada gangguan tourete, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan deficit atensi atau hiperaktivitas. Kriteria diagnostic untuk gangguan Tourette menurut DSM IV Baik tik motoric multiple dan satu atau lebih tik vocal telah ditemukan pada suatu saat selama penyakit, walaupun tidak selalu bersamaan. ( yaitu gerakan motoric atau vokalisasi yang tiba- tiba, cepat,rekuren, non ritmik, streotipik,) Tics terjadi berkali-kali sehari (biasanya dalam serangan) hampir setiap hari atau sebentar-sebentar selama jangka waktu lebih dari satu tahun, dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas tic lebih dari tiga bulan berturut-turut. Onset adalah sebelum usia 18 tahun. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum

Perjalanan penyakit dari gangguan tourete Jika tidak diobati , gangguan touertte biasanya adalah penyakit yang kronis dan seumur hidup dengan remisi dan eksaserbasi. Gejala awal dapat
Gangguan TIC Page 9

menurun, menetap atau mungkin meningkat, dan gejala yang lama mungkin digantikan oleh gejala yang baru.Orang yang terkena parah mungkin memiliki masalah emosional yang serius, termasuk gangguan depresif berat. Beberapa kesulitan tersebut tampaknyaberhubungan dengan gangguan tourete, sedangkan yang lainnya diakibatkan dari akibat social akademik, dan kejuruan yang berat, yang merupakan sekuel yang sering dari gangguan. Pada beberapa kasus , kekecwaan tentang gangguan fungsi social dan pekerjaan sangat parah sehingga orang berfikir untuk bunuh diri. Tetapi beberapa anak dengan gangguan tourete memiliki hubungan dengan teman sebaya yang memuaskan, berfungsi disekolah dan memiliki harga diri yang kuat.Mereka mungkin tidak memerlukan terapi dan monitoring.

2. Gangguan tik vocal atau motoric kronis Disebut juga vokal Motor tunggal atau beberapa atau tics vokal hadir beberapa waktu selama penyakit. Tic terjadi beberapa kali sehari hampir setiap hari atau sebentar-sebentar selama jangka waktu lebih dari satu tahun dan selama periode ini tidak pernah ada periode tic-bebas lebih dari 3 bulan berturut-turut. Onset adalah sebelum usia 18 tahun. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis zat atau kondisi medis umum. Kriteria diagnostic untuk gangguan tik vocal dan motoric kronis menurut DSM IV Tik vokal atau motoric tunggal atau multiple ( yaitu gerakan motoric atau vokalisasi yang tiba- tiba, cepat,rekuren, streotipik,) tetapi tidak keduanya telah ada pada satu waktu selama penyakit. Tics terjadi berkali-kali sehari (biasanya dalam serangan) hampir setiap hari atau sebentar-sebentar selama jangka waktu lebih dari satu tahun, dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas tic lebih dari tiga bulan berturut-turut. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau gangguan bermakna dalam fungsi social pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Gangguan TIC Page 10

Onset adalah sebelum usia 18 tahun. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum

Onset gangguan tik motorik dan vocal kronis tampak pada masa anakanak awal.Tipe tik dan lokasinya adalah serupa dengan gangguan tik transien.Tik vocal kronis lebih jarang dari pada tik motoric kronis. Tik vocal biasanya tidak mencolok, tidak keras atau nyaring seperti dengkuran atau suara lain. Anak dengan tik dimulai usia 6-8 tahun. Gejalanya berlangsung selama 4 sampai 6 tahun dan berhenti pada masa remaja awal.

3. Gangguan tik transien Satu atau beberapa motor dan / atau vokal tics. Tic ini terjadi berkali-kali sehari, hampir setiap hari selama sedikitnya 4 minggu, tetapi tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut. Onset adalah sebelum usia 18 tahun. Gangguan ini bukan karena efek fisiologis zat atau kondisi medis umum. Kriteria tidak pernah bertemu untuk gangguan Tourette atau motor kronis atau Vocal Tic Disorder.gerakan kebiasaan seperti tik yang transien dan kedutan otot akibat perasaan tegang misalnya pada anak- anak. Kriteria diagnostic untuk gangguan tik transien menurut DSM IV Tik vocal dan atau tunggal atau multiple ( yakni gerakan motoric atau vokalisasi yang tiba-tiba, cepat, rekuren,nonritmik,stereotipik). Tik terjadi berulang kali dalam sehari,hampir setiap hari selama sekurangnya empat minggu tetapi tidak lebih lama dari 12 bulan berturutturut. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau gangguan bermakna dalam fungsi social pekerjaan atau fungsi penting lainnya. Onset adalah sebelum usia 18 tahun. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum
Gangguan TIC Page 11

Tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan Tourette atau gangguan tik motoric atau vocal kronis.

Sebagian besar orang dengan tik transien tidak berkembang menjadi gangguan tik yang lebih serius. Tik mereka menghilang secara permanen atau kambuh selama periode stress khusus. Hanya sejumlah kecil gangguan tik motoric dan vocal kronis atau gangguan tourete yang menjadi

4. Gangguan tik yang tidak ditentukan Gangguan Tic Dinyatakan Tidak Ditentukan Kategori ini adalah untuk gangguan dicirikan oleh tics yang tidak memenuhi kriteria untuk Tic Disorder tertentu. Contohnya termasuk tics yang berlangsung kurang dari 4 minggu atau tics dengan onset setelah usia 18 tahun.

6. PENATALAKSANAAN Psikoterapi untuk Tic dan Sindrom Tourette Sejak beberapa dekade yang lalu, haloperidol sering digunakan sebagai obat untuk mengendalikan gejala pada penderita sindrom Tourette, tetapi beberapa efek samping yang ditimbulkan telah menurunkan frekuensi penggunaan obat tersebut.

Farmakoterapi lainnya antara lain penggunaan pimozide, clonazepam, dan clonidine (Brown & Sammons, 2002, Robertson, 2000). Sebuah penelitian memprediksi bahwa 70% penderita sindrom Tourette akan mengalami pengurangan gejala saat penderita memasuki usia remaja akhir, dan 30%-40% penderita akan mengalami kesembuhan total saat melewati usia dewasa akhir (Dhamayanti, dkk., 2004), namun gejala dapat muncul kembali ataupun menjadi semakin parah akibat stressor-stresor psikologis. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa mayoritas penderita sindrom Tourette dapat
Gangguan TIC Page 12

hidup tanpa terapi obat (Dhamayanti, dkk., 2004). Asumsi-asumsi tersebut dapat menjadi dasar bagi penggunaan psikoterapi sebagai salah satu penunjang bagi penderita sindrom Tourette untuk dapat mengoptimalkan potensinya dan hidup dengan cara-cara yang adaptif. Tujuan utama dari psikoterapi untuk penderita sindrom Tourette adalah agar ia mampu mengembangkan strategi koping yang positif. Beberapa pendekatan terapi yang memungkinkan untuk diterapkan pada penderita sindrom Tourette antara lain adalah sebagai berikut: Pendekatan Kognitif Behavioral Habit Reversal (Wilhelm, dkk., 2003, Piacentini, 2004) Komponen-komponen utama dari pendekatan ini adalah: Latihan kesadaran (awareness training) Pemantauan diri (self-monitoring), misalnya menghitung sebelum terjadinya gejala Latihan relaksasi, misalnya relaksasi otot, pernapasan, imajinasi, dsb. setiap hari

selama 10-15 menit, dan dipraktekkan selama 1-2 menit setiap muncul kecemasan atau setelah muncul tics Prosedur melawan respon,Memikirkan respon tertentu yang inkompatibel dengan tic, berlawanan dengan gerakan, dapat dipertahankan memunculkan tekanan otot yang sama dengan yang selama beberapa menit, gerakan tic

terjadi saat

muncul, tidak terlalu mencolok, serta menguatkan otot yang antagonis dengan tic. Manajemen kontingensi: Terapis menginstruksikan keluarga klien untuk memberikan komentar berupa penghargaan jika klien menunjukkan kemajuan dan terus mengingatkan jika klien lupa untuk berlatih Klien diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas menyenangkan yang sudah mulai jarang dilakukan Reviu ketidaknyamanan, berisi reviu ketidaknyamanan, rasa malu, serta kesulitankesulitan klien yang diakibatkan oleh munculnya gejala.

Psikoterapi Suportif (Wilhelm, dkk., 2003)


Gangguan TIC Page 13

Terapi ini lebih mengarah pada pendekatan humanistik (khususnya Gestalt) di mana terapis diharapkan untuk tidak bersikap direktif, dan penderita sindrom Tourette memfokuskan mengekspresikan diri pada pengalaman-pengalamannya, terkait dengan merefleksikan cara hidup dan serta cara

perasaan-perasaannya

menyelesaikan masalah.

Hipnoterapi (Kohen & Botts, 1987) Penderita sindrom Tourette dilatihkan bagaimana menghipnosis diri sendiri dalam rangka mengendalikan kebiasaan, gejala fisik, dan kondisi-kondisi lainnya. Hipnoterapi juga menggunakan teknik-teknik relaksasi dan imajinasi, sebagaimana yang sering dilakukan pada meditasi. Dalam keadaan terhipnosis, terapis memberi sugesti yang mengarah pada perubahan perilaku, penurunan kecemasan, dan intensitas gejala.

Teknik-teknik berbasis Psikoanalisis (Bruun, dkk., 1994) Ketidakmampuan dalam mengendalikan tubuh dan pikiran sendiri seringkali menjadi sumber kecemasan, ketakutan, rasa bersalah, rasa tidak berdaya, kemarahan, dan depresi. Sebagian penderita menghadapinya dengan menarik diri, dan sebagian lagi dengan agresivitas. Reaksi sosial yang negatif pun seringkali tak terhindarkan. Harga diri dan kepercayaan diri menjadai permasalahan yang umum pada penderita sindrom Tourette, sebagaimana yang sering dialami oleh pasien dengan penyakit-penyakit kronis. Terapi psikoanalisis lebih memfokuskan pada permasalahan-permasalahan seputar penerimaan diri.

Terapi keluarga (Bruun, dkk., 1994) Sebagai gangguan yang kronis, sindrom Tourette juga berdampak pada keluarga penderita. Orang tua seringkali harus menghadapi saat-saat sulit ketika anak menunjukkan gejala. Permasalahan yang muncul dalam keluarga dapat berupa:

Rasa bersalah orang tua atas kelainan genetik

Gangguan TIC

Page 14

Sulitnya bagi anggota keluarga untuk mengetahui gejala-gejala yang mana yang dapat dan yang tidak dapat dikendalikan Ketidakadilan yang dipersepsi oleh saudara baik itu adik maupun kakak dari penderita

Relasi yang memburuk antara suami istri

Terapi keluarga hendaknya difokuskan pada peran penderita sindrom Tourette dalam keluarga, dimana ia sering menerima perlakuan-perlakuan sebagai berikut:

Overproteksi dari orang tua/anggota keluarga Dihukum Tidak dipahami perasaan/pikirannya Dianggap sebagai sumber aib Terapis berfungsi sebagai fasilitator bagi keluarga agar dapat belajar menerima

anggota keluarga dengan sindrom Tourette, sehingga ia dapat merasa aman dan mampu menghadapi lingkungannya dengan lebih adaptif. Sebagai langkah awal terapi, keluarga perlu diberi informasi dan dipahamkan tentang berbagai aspek dari gangguan sindrom Tourette. Tujuan akhir dari terapi adalah keluarga mampu membangun sebuah lingkungan yang mendukung bagi penderita sindrom Tourette, dan dapat berlaku fleksibel dalam memfasilitasi sehingga tidak terlalu overprotektif.

Intervensi akademik dan okupasional (Bruun, dkk., 1994) Anak dengan sindrom Tourette biasanya mengalami kesulitan dalam hal konsentrasi, perhatian, dan belajar sehingga membutuhkan intervensi pendidikan khusus, misalnya pengajar khusus, kelas khusus, labboratorium khusus, dsb., yang disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala. Sekolah perlu diinformasikan mengenai sindrom Tourette, karena seringkali sekolah tidak memahami gangguan tersebut sehingga penderita dicap sebagai anak nakal, mengganggu, dan bodoh. Umumnya penderita sindrom Tourette tidak mampu menjalankan fungsi mental dan sosial sesuai dengan usia kronologisnya, atau mengalami perlambatan dalam perkembangannya (Barkley, 1991).

Gangguan TIC

Page 15

Orang dewasa dengan sindrom Tourette seringkali membutuhkan modifikasi khusus pada lingkungan kerjanya. Perlu untuk membangun pemahaman pada lingkungan kerja tentang gangguan yang diderita. Fleksibilitas, kepedulian, serta produktifitas dalam pekerjaan dapat ditingkatkan dengan intervensi yang tepat bagi penderita yang sangat simtomatik sekalipun.

Gangguan TIC

Page 16

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

Tic merupakan bagian dari gangguan kecemasan, dimana adanya gerakan motorik atau vokalisasi involunter, tiba-tiba, tidak berirama dan mengatakan stereotipik ( Kaplan & Shadock 1997 ). Beberapa etiologi terjadinya tic disebabkan antara lain karena : Ada pengalaman yang menakutkan dan menimbulkan panic, ada trauma mental dan shock emosional, lalu berusaha meredusi dan menghilangkan pengalaman yang pahit tersebut dengan melakukan Tic. Herediter/diwariskan (inherited) Obat-obatan tertentu

Ciri khas terpenting yang membedakan tic dari gangguan motorik lainnya ialah gerakan yang mendadak, cepat, sekejap dan terbatasnya gerakan, tanpa bukti gangguan neurologis yang mendasari; sifatnya yang berulang-ulang (biasanya) terhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan dengan kemauan. Ganggguan TIK diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu Gangguan

Tourette,Gangguan TIK Vocal dan Motorik Kronis,Gangguan TIK Transien, dan Gangguan TIK yang tidak ditentukan. Penatalaksanaan dari Gangguan TIK adalah salah satunya dengan cara Psikoterapi.

Gangguan TIC

Page 17

You might also like