You are on page 1of 27

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mempelajari fisika kita sering mengawali dengan mengamati suatu benda atau gejala alam yang sifatnya fisik. Pengamatan gejala alam ini tidaklah lengkap, tanpa tidak disertai dengan data kuantitas, yang di peroleh oleh hasil pengukuran. Lord kelum adalah seorang fisikawan yang berkata bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan mengatakan dengan angka angka. Berarti kita dapat mengerti apa yang kita bicarakan itu. Dalam fisika pernyataan seperti tingginya suatu badan, panjangnya meja belaja, selang wakyu lari jonson sangat singkat, mengangkat batu itu perlu gaya, dan sebagainya. Untuk memiliki data yang lengkap, kita perlu melakukan pengukuran dan menyatakan besaran-besaran ini adalah angka-angka Setiap bilangan yang di gunakan untuk mendiskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif beberapa besaran fisika. Contoh dua besaran fisika yang mendiskripsikan kita adalahberat dan tinggi badan. Beberapa besaran fisika begitu mendasar, sehingga kita hanya dapat mendefinisikan bagaimana cara

mengukurnya. Mengukurnya adalah dengan membandingkan besaran yang di ukur dengan besarannya

1.2.Tujuan Percobaan 1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar. 2. Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran,serta menuliskan hasil. pengukuran secara benar. 3. Memahami dan menggunakan metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengukuran adalah, bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan pengumpulan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif. Dengan melakukan pengukuran dapat di peroleh besaran atau nilai suatu besaran ataubukti kuanitatif

2.1. Ketidakpastian dan Angka Signifikan Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian pengukuran dengan mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian yang lebih kecil di bandingkan penggaris. Sehingga menghasilkan suatu pengukuran yang lebih akurat. Ketidakpastian juga di sebut galat (error), karena hal tersebut juga

mengindifikasikan selisih maksimun yang mungkin terjadi antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya. Ketidakpastian atau galat bergantung pada teknik pengukuran yang dilakukan. Akurasi dan nilai terukur, yaitu seberapa dekat nilai terukur itu terhadap nilai sebenarnya dengan menuliskan bilangan diikuti dengan simbol dan dari sebuah niali terukur

bilangan kedua menyatakan ketidakpastian pengukuran. Jika diameter sebuah batang baja di tuliskan sebagai 56.47 0,02 mm. Ini artinya nilai sebenarnya

tidak mungkin kurang dari 56,4 mm atau lebih dari 56,49 mm. Dalam notasi pendek yang umumnya digunakan,bilangan 1,6454 (21) memiliki arti 1,6454 0,0021. Bilangan di dalam tanda kurung menunjukkan ketidakpastian pada angka digit-digit bilangan utama. Akurat dapat juga dinyatakan dengan galat fraksional (fractorat error) atau galat person (person error) maksimum (disebut juga fraksi ketidakpastian dan persen ketidakpastian). Pada banyak kasus, ketidakpastian dari suatu bilangan tidak di cantumkan secara ekspilisit. Sebaiknya, Ketidakpastian dinyatakan dengan banyaknya angka-angka penuh arti, atau angka signifikan (signifikan fiqure). Dalam nilai terukur misalnya kami menyatakan ketebalan sampul buku sebagai 2,91 mm, yang memiliki 3 buah angka signifikan. Dengan ini kami bermaksud mengatakan bahwa kedua digit pertama dapat dipastikan

kebenarannya,sedangkan digit ketiga tidak.

Jika menggunakan bilangan yang mengandung suatu ketidakpastian untuk menghitung bilangan lain,maka bilangan hasil perhitungan itu juga tidak pasti. Pengetahuan ini sangat penting untuk dimengerti terutama ketika anda akan membandingkan suatu bilangan yang didapat dari perkiraan teoritis. Ketika menghitung bilangan-bilangan yang sangat besar dan sangat kecil, dapat menunjukkan angka-angka signifikan jauh lebih mudah lagi dengan menggunakan notasi ilmiah, kadang-kadang disebut naotasi pangkat 10. Perhatikan bahwa dalam notasi ilmiah adalah biasa untuk menyatakan besaran sebagai suatu bilangan 1 & 10 yang dikalikan dengan pangkat sepuluh yang sesuai. Persisi tidak sama dengan akurasi. Suatu jam digital murah yang menunjukan waktu 10:35:17 A.M sangat presisi(bahwa waktu dinyatakan samapai satuan sekon), tetapi jika jama bekerja beberapa menit terlambat, maka waktu yang ditunjukkan sangat tidak akurat (yaitu memberikan waktu yang tepat) , tetapi jika jam tersebut tidak memiliki jarum sekon, jam itu sangat tidak persisi. Pengukuran dengan kualitas tinggi,seperti yang digunakan untuk mendefinisikan standar adalah persisi dan akurasi.

2.2. Pengukuran dan Ketidakpastian Dalam penyelidikan untuk memahami dunia disekitar kita,para ilmuan mencari hubungan antara berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan ukur. Ilmuan biasanya mencoba menyatakan hubunngan tersebut secara kuantitatif. Dalam persamaan yang symbol-simbolnya mewakili besaran-besaran yang terlibat. Untuk menentukan atau menyakinkan bentuk hubungan tersebut dibutuhkan pengukuran eksperimental yang teliti, walaupun pemikiran kreatif juga memainkan perannya. Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, tetapi tidak ada pengukuran yang tetap. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda, diantara yang paling penting selain kesalahan adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah instrumen diluar batas bagian terkecil

yang ditunjukkan. Sebagai contoh, lebar sebuah papan dapat di tuliskan sebagai berikut : 5, 2 0, 1 cm

Hasil

0,1 ( kurag lebih 0, 1 cm ) menyatakan peranan ketidak pastian pada

sebuah pengukuran. Sehingga ketidak pastian pada lebar sebenarnya paling mungkin berada diantara 5,1 dan 5,3cm. Persen ketidak pastian merupakan rasio dari nilai ketidak pastian dengan nilai yang di ukur, di kalikan 100 misalnya,

jika pengukuran adalah 5,2 dan ketidak pastian 0, 1 persen ketidak pastiannya adalah :

Penguuran di atas masih dapat bisa di percaya karena relative kecil

ketidak pastiannya

Ketika menyatakan hasil pengukuran penting juga untuk menyatakan ketepatan atau perkiraan ketidakpastian. Pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara ekspilisit. Ketika melakukan pengukuran atau perhitungan harus menghindari dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit. Pada jawaban terakhir dari jumlah digit yang diperbolehkan. Sebagai aturan umum, hasil ukur dari perkalian atau pembagian harus memiliki digit hanya sebanyak digit pada angka dengan jumlah angka signifikan terkecil yang digunakan pada perhitungan tersebut.

2.3. Nilai Skala Terkecil Setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai macam bentuk,tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang dapat di baca. Jangka sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan nonius yang memungkinkan membaca hingga 0,1 mm atau 0,05 mm. Mikrometer skrup mempunyai alat bantu yang memungkinkan membaca 0,01 mm, maka nilai skala terkecilnya 0,01 mm.

Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai kesalahan kerena ia bersumber pada kesalahan alat diantaranya: 1. Kesalahan kalibrasi yaitu pembutuhan nilai pada garis skala saat pembuatannya. 2. Kesalahan titik nol yang disebabkan bergesernya penunjuk nol yang sebenarnya dari garis nol pada skala. 3. Kesalahan alat-alat ukur. 4. Kesalahan pada arah pandang membaca nilai skala. 5. Kesalahan menentukan hasil pengukuran. Kesalahan bersistem sesuai namanya memberikan penyimpanan tertentu yang perinsipnya dapat dikoreksi atau perhitungkan. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur bagian luar , panjang lubang, tebal, dan diameter. Bagian dalam, dalamnya lubang, diameter lubang dan jari-jari lubang. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,01 sampai 0,02 mm untuk menentukan hasil suatu pengukuran diperlukan keterampilan membaca mistar atau jangka sorong. Adapun pembacaan mistar atau jangka sorong dapat dilakukan sebagai berikut: a. Setelah selesai melakukan pengukuran lihatlah kedudukan garis nol pada rangka mulut geser mistar atau jangka sorong. b. Perhatikan garis setiap nonius yang paling sejajar (segaris lurus, misalnya nonius yang paling lurus dengan strip-strip pada rangka adalah strip ke-3, ini berarti mempunyai 0,2 mm untuk ketelitian 0,1 mm. Maka hasil pengukuran jika angka di depan komanya 21 adalah 21,3 mm. Agar pembacaan hasil pengukuran jangka sorong dapat dengan benar, maka terlebih dahulu harus menetukan tingkat ketelitian jangka sorong tersebut. Untuk menentukan ketelitian jangka sorong dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Lihatlah panjangnya angka pada nonius jangka sorong. 2. Hitung banyaknya garis strip pada nonius. 3. Tentukan jarak strip nonius.

4. Tentukan selisih garis strip pada jangka sorong dan garis strip pada nonius. Cara-cara di atas sangat membantu untuk menentukan ketelitian hasil dan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong.

2.4. Satuan,Standar,dan Sistem SI Pengukuran semua besaran sebenarnya relatif terhadap suatu standar atau satuan tertentun satuan ini harus dispesifikasikan di samping nilai numeriknya. Sebagai contoh kita dapat mengukur panjang dalam satuan inchi, feet (kaki), mil atau sistem metric dalam centimeter, meter, atau kilometer. Standar Internasional yang pertama adalah meter (disingkat m), dinyatakan sebagai standar panjang oleh French Academy Of Sciences pada tahun1790-an. Dalam semangat rasionalistas, meter standar pada awalnya ditentukan sebesar satu persepuluh juta jarak dari jarak antara garis ekuator bumi dengan salah satu kutub. Satuan inggris untuk panjang (inchi, feet, mil) sekarang didefinisikan dalam meter. Satauan standar waktu adalah detik atau sekon (s) selama bertahun-tahun. Sekon didefinisikan sebagai dari rata-rata matahari. Standar sekon sekarang

di definisikan lebih tepat dalam frukuensi radiasi yang di pancarkan oleh atom cesium ketika melewati dua keadaan tertentu. Satuan standar massa adalah kilogram (kg) standar dari massa adalah sebuah tabung platinum-iri-dium khusus, yang di simpan di Biro Internasional untuk berat dan ukuran. ( International Bureau Of Weight and Measures). Didekat kota Paris,Prancis yang massanya didefenisikan tepat 1kg. Sekarang ini yang paling penting adalah system International (Versi Pranas dari system international) yang di singkat dengan SI. Pada satuan SI,

standar panjang adalah meter, Standar waktu adalah sekon dan standar massa adalah kilogram. Sistem ini dulu disebut system MKS (Meter-Kilogram-Sekon). Sistem metric lah satauan kedua adalah system CGS, dimana Centimeter , gram, dan sekon adalah satuan standar panjang, massa, dan waktu.

2.5. Mikrometer Sekrup 2.5.1. Kegunaan Alat Alat ukur besaran panjang yang lain adalah mikrometer sekrup (micrometer screw gauge). Mikrometer Sekrup dipergunakan untuk mengukur panjang benda yang memiliki ukuran maksimum 2,50 cm, untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat yang kecil.

2.5.2. Prinsip Kerja Alat Ukur Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm. Bentuk mikrometer sekrup ditunjukkan pada( gambar 2.5.2). Alat ukur ini mempunyai batang pengukur yang terdiri atas skala dalam milimeter, dan juga sekrup berskala satu putaran sekrup besarnya sama dengan 0.5 mm dan 0.5 mm pada skala utama dibagi menjadi 100 skala kecil yang terdapat pada sekrup.

Gambar 2.5.2. Mikrometer Sekrup

2.5.3. KomponenMikrometer Sekrup Komponen mikrometer sekrup terdiri dari : - Poros tetap - Poros geser / putar - Skala utama - Skala nonius - Pemutar 2.5.4. Skala Mikrometer Sekrup Skala pada mikrometer dibagi dua jenis: 1. Skala Utama, terdiri dari skala : 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan seterusnya. Dan nilai tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, dan seterusnya. 2. Skala Putar,terdiri dari skala 1 sampai 50.Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm.Sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm

2.6.Jangka Sorong Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.

Gamabar 2.6. Jangka Sorong

Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = x 0,01 cm = 0,005 cm Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka sorong untuk keperluan tersebut 2.6.1. Mengukur Diameter Luar Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut

Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).

Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang. Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.

Catatlah hasil pengukuran anda.

10

2.6.2. Mengukur Diameter Dalam Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut.

Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.

Catatlah hasil pengukuran anda.

2.6.3. Mengukur Kedalaman Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak. Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.

Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.

Catatlah hasil pengukuran anda.

2.6.4. Membaca Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong 1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonis. 2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama. 3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan : Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm) Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir

11

(desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai : Panjang L = xo + Dx Misalnya L = (4,990 + 0,005) cm

2.6.5. Kegunaan Jangka Sorong 1. Mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit. 2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur. 3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara menancapkan/menusukkan bagian pengukur. 4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.

2.8

Konversi Satuan Panjang Satuan metrik Satuan Inggris 1 km = 103 m 1 cm = 10-2 m 1 mm = 10-3m 1 mile = 1760 yard 1 yard = 3 ft 1 ft = 12 inch

Perbandingan 1mile = 1,609 km 1yard = 0,915 m 1 ft = 30,5 cm

2.8

Alat Pengukuran Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan aktivitas yang

membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur terkena error peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi. Fisikawan menggunakan banyak alat untuk melakukan pengukuran mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch

12

sampai ke mikroskop elektron dan pemercepat

partikel. Instrumen virtual

digunakan luas dalam pengembangan alat pengukur modern.

Captain Nemo dan Professor Aronnax sedang mengecek alat pengukur dalam instrumentasi pada Twenty Thousand Leagues Under the Sea

Fisika tidak bisa dilepaskan dari proses pengukuran berbagai besaran fisika dan alat ukur yang digunakan dalam fisika sedikit berbeda dengan alat ukur yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dalam fisika membutuhkan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.

13

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum pengukuran dasar ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1 Novemmber 2011. Pada pukul 10.00 12.00 WITA, bertempat di gedung C lantai 3 Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Mulawarman.

3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan dalam praktikum pengukuran dasar,yaitu: 1. Jangka Sorong 2. Neraca Ohauss 3. Mikrometer Skrup 4. Bola besi 5. Balok besi

3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1. Ketidakpastian dalam pengukuran 1. Diukur diameter bola besi dengan menggunakan mikrometer sekrup sebanyak 5 kali. 2. Diukur panjang, lebar, dan tinggi dengan menggunkan jangka sorong sebanyak 5 kali. 3. Ditimbang bola besi dan balok besi ditimbang dengan menggunakan neraca ohauss sebanyak 5 kali. 4. Dicatat hasil pengukuran ke table sementara.

14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data dan Pengamatan 4.1.1.Balok Kuningan No. 1 2 3 4 Panjang (cm) 4,63 4,615 4,52 4,63 Lebar (cm) 1,94 1,93 1,92 1,925 Tinggi (cm) 1,207 1,207 1,2075 1,207 Massa (gr) 92.75 92,73 92,474 92,634

4.1.2. Bola-bola besi No. 1 2 3 4 5 Diameter (cm) 1,94 1,936 1,938 1,937 1,934 Jari-jari (cm) 0,97 0,968 0,969 0,9685 0,967 Massa (gr) 28,064 28,192 28,106 28,126 28,118

4.2. Analisis Data 4.2.1. Perhitungan Tanpa KTP 4.2.1.1. Volume Balok Kuningan Rumus : V= p x l x t

V1 =

= 4,63 x 1,94 x 1,207

15

= 10,84 cm3 V2 = x x

= 4,615 x 1,93 x 1,207 = 10,75 cm3 V3 = x x

= 4,52 x 1,92 x 1,207 = 10,48 cm3 V4 = x x

= 4,63 x 1,92 x 1,207 = 10,76 cm3 4.2.1.2 Massa Jenis Balok Kuningan Rumus : = = = = = = = = = 8,56 gr/cm3 = 8,63 gr/cm3 = 8,82 gr/cm3 = 8,61gr/cm3

4.2.1.3 Volume Bola Rumus : V = V1 =


3

= (3,14) (0,97)3 = 3,82 cm3

16

V2 = V3 = V4 = V5 =

= (3,14) (0,968)3 = 3,92 cm3 = (3,14) (0,969)3 = 3,81 cm3 = (3,14) (0,9685)3 = 3,8 cm3

r53 = (3,14) (0,967)3 = 3,79 cm3

4.2.1.4 Massa Jenis Bola Rumus : = = = = = = = = = = = = 7,35 gr/cm3 = 7,19 gr/cm3 = 7,38 gr/cm3 = 7,4 gr/cm3 = 7,42 gr/cm3

4.2.2. Perhitungan KTP Catatan: = = = x 0,05 = 0,0167 mm = 0,167 cm = x 0,01 = 0,003 gram = x 0,01 mm = 0,003 cm

17

4.2.2.1. Volume Balok = *( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) +

= ( =

) (

) (

) (

= 4,58 cm3 = *( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) +

= ( =

) (

) (

) (

= 3,38 cm3 = *( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) +

= (

) ( = = 5,86 cm3

) (

) (

= *( = ( =

) (

) )(

( )

) ( ) (

( ) (

) ( )

) + ( ) ( )

18

= 6,54 cm3 = *(
= (

) (
) (

)
)

(
(

) ( )
) (

) (
) (

) +
) ( )

= = 5,07 cm3

4.2.2.2 Massa Jenis Balok = ( ) ( ) ( ) ( )

=( = 0,11

)
gr

/cm3 ( ) ( ) ( )

= ( )

=( = 0,28

)
gr

/cm3

= ( )

=( = 0,16

)
gr

/cm3

19

= ( )

=( = 0,063

)
gr

( /cm3 ( )

= ( )

=( = 0,13

)
gr

( /cm3

4.2.2.3. Volume Bola = *( = *( = 0,19 cm3 = *( = {( ) ( ( ) + ) ) .( ) } ) ( ( ) + ) ) ( ) +

= 0,022 cm3

= *( = *(

) (

) + ) ) ( ) +

= 0,022 cm3

20

= *( = *(

( (

) + ) ) ( ) +

= 0,022 cm3 = *( = *( = 0,14 cm3 ) ( ( ) + ) ) ( ) +

4.2.2.4. Massa Jenis Bola = ( ) ( ) ( ) ( )

=( = 0,26 = (

)
gr

/cm3 ( ) ( ) ( )

=( = 0,75

)
gr

/cm3

= ( )

=(

21

= 0,75

gr

/cm3 ( ) ( ) ( )

= ( )

=( = 0,02

)
gr

( /cm3 ( )

= ( )

=( = 0,09

)
gr

( /cm3

4.2.3. KTP Mutlak 4.2.3.1. Volume Balok ( v1 ( v2 ( v3 ( v4 ( v5 ) = ( 62,01 ) = ( 33,48 ) = ( 57,46 ) = ( 97,9 ) = ( 59,5 4,58 ) cm3 3,38 ) cm3 5,86 ) cm3 6,54 ) cm3 5,07 ) cm3

4.2.3.2. Massa Jenis Balok ( ( ( ( ( ) = ( 1,495 ) = ( 2,77 ) = ( 1,61 ) = ( 0,95 ) = ( 1,56 0,11 ) gr/cm3 0,28 ) gr/cm3 0,16 ) gr/cm3 0,063 ) gr/cm3 0,13 ) gr/cm3

22

4.2.3.3. Volume Bola ( v1 ( v2 ( v3 ( v4 ( v5 ) = ( 4,443 ) = ( 0,909 ) = ( 0,907 ) = ( 3,83 ) = ( 3,59 0,19 ) cm3 0,022 ) cm3 0,022 ) cm3 0,035 ) cm3 0,14 ) cm3

4.2.3.4. Massa Jenis Bola ( ( ( ( ( ) = ( 6,31 ) = ( 30,67 ) = ( 30,9 ) = ( 2,15 ) = ( 2,312 0,26 ) gr/cm3 0,75 ) gr/cm3 0,75 ) gr/cm3 0,02 ) gr/cm3 0,09 ) gr/cm3

4.2.4. KTP Relatif 4.2.4.1. Volume Bola x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = 7,38% x 100% = 10,1% x 100% = 10,2% x 100% = 6,68% x 100% = 8,52%

4.2.4.2. Massa Jenis Bola x 100% = x 100% = x 100% = 7,35% x 100% = 10,1%

23

x 100% = x 100% = x 100% =

x 100% = 10% x 100% = 6,63% x 100% = 8,33%

4.2.4.3 Volume Bola x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = 4,28% x 100% = 2,42% x 100% = 2,42% x 100% = 1,15% x 100% = 3,9%

4.2.4.4. Massa Jenis Bola x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = x 100% = 4,12% x 100% = 2,44% x 100% = 2,42% x 100% = 1% x 100% = 3,9%

24

4.3. Pembahasan Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis (alat ukur) yang ditetapkan sebagai satuan. Pada waktu melakukan pengukuran nilai massa bola dan balok dalam percobaan ini ketika ditimbang berbeda-beda, di karenakan adanya gerakan molekul udara (gerak Brown). Pengukuran dasar yang dilakukan pada percobaan ini dapat diamplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,seperti : 1. Mengukur panjang kayu untuk penyokong bangunan sementara yang di lakukan oleh pekerja bangunan. 2. Menimbang berat badan. 3. Mengukur kecepatan suatu pekerjaan yang dilakukan. 4. Mengukur arus listrik,agar listrik yang dibutuhkan tidak berlebihan. 5. Mengukur nilai suhu sesuai keadaan lingkungan. Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan kali ini sebanyak 5 kali,hal ini dikarenakan adanya nilai KTP dari setiap pengukuran. Jadi perhitungan sebanyak 5 kali ini berguna untuk menentukan ketidakpastian(KTP) yang lebih akurat, maka perhitungan berulang kali dapat membuat kita semakin meningkatkan kepercayaan bahwa nilai hasil dari pengukuran bersifat benar,mendekati hasil yang lebih akurat. Dalam melakukan percobaan, hamper [pasti di dapatkan sebuah kesalahan. Factor-faktor kesalahan atau sumber-sumber kesalahan secara tomatis, antara lain : Kesalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas atau terjadinya gesekan antara jarum peunjuk dengan bidang sekala Kesalahan arah pandang pada saat pembacaan sekala. Pembacaan seharusnya ada pada garis sekala yang tepat, mata kita harus lurus pada tanda garis sekala yang kita harus baca.

25

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum pengukuran dasar adalah : 1. Alat pengukuran atau alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Jangka Sorong dan Mikrometer sekrup termasuk dalam alat ukur.Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, lebar, tebal dan memiliki ketelitian 0,1 mm. Sedangkan mikrometer sekrup sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran millimeter dan mempunyai ketelitian 0,01 mm. Cara mengukur dengan menggunakan jangka sorong: o o o o o Putar pengunci berlawanan arah dengan arah jarum jam. o Geser rahang kanan. Masukan benda yang akan diukur ke antara kedua rahang bawah jangka sorong. Geser rahang sampai tepat pada tepi benda. Putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser. Baca skala utama dan skala noniusnya.

Cara mengukur dengan menggunakan micrometer sekrup: o Membuka pengunci mikrometer skrup kemudian

membuka celah antara spindle dan anvil sedikit lebih besar dari benda yang akan diukur dengan cara memutar Ratchet Knob. o Masukan benda yang akan diukur diantara spindle dan anvil.

26

o Geserkan spindle ke arah benda dengan cara memutar ratchet knob sampai terdengar bunyi klik. Jangan sampai terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh saja. o Kunci mikrometer skrup agar spindle tidak bergerak. o Keluarkan benda dari mikrometer skrup dan baca skalanya. 2. Sebelum menentukan ketidakpastian dalam pengukuran kita harus tahu terlebih dahulu tentang aturan pembulatan. Pembulatan dibagi 3 macam, yaitu: Jika angka yang inginkan dibulatkan kurang dari 5 maka bilangan tersebut di bulatkan ke bawah. Jika angka yang inginkan dibulatkan lebih dari 5 maka bilanagan tersebut di bulatkan ke atas. Jika angka awal yang akan di bulatkan sama dengan 5,maka di usahakan agar angka sebelumnya di blatkan. 3. Metode kuadrat terkecil yang lebih di kenal dengan nama least-squares method adalah metode pendekatan. Metode kuadrat terkecil digunakan untuk mendapatkan penaksiran koefisien regresi

linier.Misalnya,kita mempunyai hubungan y = ax + b, dengan x dan y merupakan variable, sedangkan a dan b merupakan parameter. 5.2.Saran Pada saat sebelum praktikum dimulai, Peralatan-peralatan yang di perlukan sudah lengkap dan baik,serta tidak rusak. Diharapkan suasana praktikum harus diciptakan sekondusif mungkin,agar praktikum dapat berjalan dengan konsentrasi dan nyaman.

27

You might also like