You are on page 1of 3

1. Deferoxamine A.

Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Deferoxamine diisolasi sebagai kelat besi dari Streptomyces pilosus dan diproses secara kimiawi untuk memperoleh ligan yang bebas logam. Deferoxamin memiliki sifat yang diinginkan berupa afinitas yang sangat tinggi terhadap besi valensi 3 dan afinitas yang sangat rendah terhadap kalsium. Secara in vitro, deferoksamin mengikat besi dari hemosiderin, feritin dan transferin. besi dalam hemoglobin atau sitokrom tidak diikat oleh deferoksamin. Deferoksamin sukar diabsorpsi setelah pemberian oral sehingga diperlukan pemberian secara parenteral. Deferoksamin mengalami metabolisme oleh pengaruh enzim plasma, tetapi caranya belum jelas. obat ini mudah diekskresi bersama urin.

B.

Efek Samping Obat Deferoksamin bisa menimbulkan reaksi alergi misalnya pruritus, edema, ruam kulit dan reaksi anafilaksis. Efek samping lainnya meliputi disuria, sakit perut diare, demam, kram kaki dan takikardi. Kadang-kadang dilaporkan terjadinya katarak. kontraindikasi penggunaan deferoksamin meliputi kehamilan, insufisiensi ginjal dan anuria.

C.

Posologi Deferoksamin mesilat tersedia dalam botol kecil yang mengandung 500 mg. Pada keracunan besi akut, lebih diutamakan pemberian infuse SK yang diberikan melalui small portable infusion pump, kecuali jika pasien dalam keadaan syok. Pemberian IV diperlukan bagi pasien yang berada dalam keadaan syok. infuse deferoksamin IV diberikan sebanyak 2 g untuk setiap unit transfuse darah, tetapi kecepatan infuse tidak boleh melebihi 15 mg/kgBB perjam. Begitu keadaan klinis mengizinkan, pemberian secara IV harus dihentikan dan diberikan secara infuse SK.

untuk intoksikasi besi kronis misalnya pada talasemia, dianjurkan untuk menggunakan dosis awal yaitu 500 mg infuse SK, yang ditingkatkan dosisnya hingga tercapai kadar mantap. Dosis efektif berkisar antara 20-60 mg/kg BB. infuse deferoksamin SK ini diberikan selama 8-12 jam,3-7 kali/minggu,

tergantung berat ringannya keracunan besi yang terjadi. Pada pasien talasemia yang sedang mendapat transfuse darah perlu diberikan 2,0 g deferoksamin secara infuse dengan kecepatan tidak melebihi 15 mg/kg BB perjam pada vena lain. Deferoksamin tidak dianjurkan untuk mengobati hematokromatosis primer, untuk ini flebotomi merupakan tindakan pengobatan terpilih. saat ini telah tersedia kelator besi oral yaitu deferipron untuk pasien yang tidak dapat menggunakan deferoksamin karena alergi , tidak tahan dengan efek samping deferoksamin, atau karena sulitnya teknik pemberian deferoksamin.

2. Deferiprone Deferiprone merupakan anggota turunan dari hydroxypyridin-4-onechelators yang selama beberapa lama diteliti secara intensive untuk mengetahui kegunaannya secara oral sebagai pengobatan untuk overload iron. Deferiprone sangat mudah untuk diserap dari usus dan konsentrasinya mencapai plasma pada 45 menit setelah proses ingesti. kebanyakan besi diekskresikan melalui urin, sedangkan ekskresi melalui fecal sekitar 5 dan 20 %. dosisnya 75 mg/kg/hari menunjukkan hasil yang ekuivalen ekskresi urinnya dengan 40 mg/kg/hari, namun kemungkinan lebih toksik. Penelitian menyimpulkan bahwa deferiprone lebih efektif menurunkan penumpukan iron pada pasien hemosiderotic.

Toksisitas Deferiprone Kerugiannya adalah adanya agranulositosis, pada pasien dengan yang terpajan obat, dan neutropenia, dosis yang diterima pasien bervariasi mulai dari 50 mg-105 mg, hal ini bisa menyebabkan netropenia maupun agranulositosis. kemudiah efek yang lebih ringan yaitu, nausea atau anorexia, defesiensi zinc, dan fluktuasi pada enzim hepar, dan arthropathy. Obat ini belum tersedia di pasaran Indonesia, karena masih dalam tahap penelitian.

3. Deferasirox Obat ini merupakan golongan kelas dari tridentate iron - selektiv sintesis chelators, the bis- hydroxyphenyl-triazoles. Sebagai tridentate chelator, 2 molekul defasirox mengikat satu molekul besi. waktu paruhnya 8-16 jam dan diberikan satu kali sehari. Defasirox ini bisa digunakan pada anak-anak usia 2 tahun , hal ini telah disetujui oleh FDA.

Toksisitas Defasirox Gejala-gejala yang ditimbulkan adalah rash, gangguan gastrointestinal, peningkatan serum creatinin yang tidak terlalu progresiv

SUMBER: 1. 2. Farmakologi FK UI Wintrobe's Clinical Hematology, Volume 1, John P. Gree

You might also like