You are on page 1of 28

MODUL TINDAKAN MEDIK DAN KEPERAWATAN

MAKALAH KASUS BAYI DENGAN IKTERUS


KELOMPOK 3

030.05.060

COLUMBUS S U HUTABARAT

030.06.051

CHRISTINA NURHAYATI P

030.06.121

ILHAM WIJAYA KUSUMA

030.06.196

PUTRI CINDIYASTUTI

030.07.011

ADRIAN RIDSKI HARSONO

030.07.040

AYU PUTRIE TURISSIA W

030.07.076

EDI SUSANTO

030.07.114

INA JULIA SARI

030.07.154

MARIA C A MERICI WEA

030.07.192

NOVITA NATASIA K

030.07.234

SARAH CHAERANY

030.07.271

WIJAYANTI

030.07.295

IZATUL FARHANAH BT RAAID

030.07.319

NORZAIMAH BINTI MAHMOOD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA, 16 Desember 2009

BAB I
PENDAHULUAN

Terapi Sinar (Fototerapi) atau lebih spesifik Blue Light Therapy adalah terapi
untuk bayi yang mengalami ikterus patologis akibat terjadi hiperbilirubinemia yang
parah. Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh
bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh
organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat
sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Diskusi kelompok kami kali ini adalah mengenai seorang bayi usia 4 hari
mengalami ikterus sejak usia 2 hari,lahir spontan ditolong bidan dengan berat badan lahir
2200g dan tidak langsung menangis. Ikterus merupakan keadaan di mana terjadi
perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera dan organ lain yang
disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah. Penyebab dari ikterus
termasuk produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan transportasi, proses konjugasi
yang abnormal dan gangguan eksresi dari bilirubin.
Untuk kasus ini, kelompok kami telah sepakat untuk mengusulkan terapi
sinar(fototerapi) sebagai sarana terapi yang tepat pada bayi ini akibat ikterus berat yang
dialaminya.

BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari,lahir spontan ditolong bidan
dengan berat badan lahir 2200g dan tidak langsung menangis. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan berat 2100g, sadar, tidak panas, ikterus di wajah sampai toraks dan abdomen.
Hasil pemeriksaan bilirubin total 16.5 mg/dl. Anda sebagai mahasiswa diminta untuk
merancang tatalaksana kasus tersebut.
1. ANAMNESIS

Identitas Pasien
Nama

:-

Umur

: 4 hari

Jenis kelamin

:-

Alamat

:-

Agama

:-

Nama dan pekerjaan ibu

:-

Nama dan pekerjaan ayah

:-

Keluhan utama : mengalami ikterus sejak usia 2 hari dengan berat badan lahir
2200g dan tidak langsung menangis.

Riwayat Penyakit Sekarang :


-

ikterus di wajah sampai toraks dan abdomen

Riwayat Penyakit Dahulu


-

ikterus sejak 2 hari

Riwayat Persalinan dan kelahiran


-

berat badan lahir 2200g dan tidak langsung menangis

lahir spontan ditolong bidan

Riwayat Kehamilan Ibu


-

Bagaimana kesehatan ibu ketika hamil?

Berapa kali kontrol ke dokter untuk pemeriksaan antenatal?

Obat apa yang dikonsumsi ibu selama kehamilan?

Kebiasaan ibu selama kehamilan?

2. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Suhu

: tidak panas

Tekanan darah

:-

Nadi

:-

Pernafasan

:-

Antropometri
Berat badan (BB)

: 2100g

Panjang badan (PB)

:-

Inspeksi :
- ikterus di wajah sampai toraks dan abdomen
Palpasi : Perkusi : -

Auskultasi : 3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan Bilirubin Total : 16.5 mg/dl
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

Terapi sinar ( Blue Light Therapy)

Tranfusi Tukar ( Exchange Transfusion)

IDENTIFIKASI MASALAH
Pada bayi ini didapatkan masalah sebagai berikut berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis, yaitu:

Ikterus sejak usia 2 hari di wajah, toraks, dan abdomen

Berat lahir rendah, yang merupakan resiko tinggi terjadinya


komplikasi

Tidak langsung menangis, terdapat suatu asfiksia, yaitu terdapat


peningkatan bilirubin (respiratory distress)

Bilirubin total yang meningkat ( normal: 0.2-1 mg%) atau


hiperbilirubinemia

Terjadinya penurunan berat badan (weight lose)

Diagnosis deferensial pada kasus ini adalah :


Incompabilitas darah rhesus dan golongan darah

Karena terdapatnya perbedaan rhesus dan golongan darah


antara ibu dan anak. Perbedaan rhesus ini, mengakibatkan sel
darah

merah,

sehingga

bilirubin

indirek

meningkat

dan

mengakibatkan anemia hemolitik.


Defisiensi enzim G6PD
Ikterik terjadi pada minggu pertama setelah lahir
Perdarahan tertutup dan sepsis
Terjadi hemolisis
Gangguan sekresi intra dan ekstra hepatik
Terdapat obstruksi, contohnya adalah atresia kongenital saluran
empedu, sehingga ductus coledocus tidak terbentuk.
Anemia hemolitik
Terdapat sel darah merah yang umurnya memendek, sehingga
terjadi hemolisis
Bayi prematur
Terdapat gangguan pertumbuhan intra uterin, sehingga bayi ini
menderita bayi berat lahir rendah.
Kern ikterus

Dimana terdapatnya bilirubin total yang melebihi 5mg/dl. Atau


bilirubin indirek pada bayi prematur yang kurang dari 10mg/dl,
atau bayi matur 12.5mg/dl

Diagnosis kerja, menurut diagnosis kami adalah:


BBLR, yang mempunyai komplikasi:
a. Syndroma respirasi mekonium
b. Hypoglikemi
c. Asfiksia
d. Penyakit membran hyalin
Tindakan medik yang diperlukan, adalah:
Phototherapy/ Special blue florecent tube
Transfusi tukar
Penjelasan informed consent :
-

Prosedur atau teknik tindakan medik yang ingin dilakukan

Resiko yang mungkin terjadi

Manfaat dari tindakan yang akan dilakukan

Alternatif tindakan yang dapat dilakukan

Dalam kasus ini, informed consent perlu diberi kepada ibu kepada bayi untuk melakukan
teknik terapi sinar(fototerapi). Mata bayi ditutup selama terapi untuk mengelakkan
kerusakan pada kornea bayi. Ibu pasien juga diberi informasi tentang pemberian ASI

selama terapi berlangsung. ASI perlu diberikan setip 3 jam dan dipindahkan dari unit
terapi sinar jika mau menyusui bayi. Ibu bayi juga diberi edukasi serta pengetahuan
mengenai indikasi serta komplikasi yang mungkin terjadi selama terapi sinar yang
dilakukan.
Indikasi Terapi Sinar :
-

Bilirubin indirect lebih dari 10mg/dl untuk bayi prematur dan lebih dar 12mg/dl
untuk bayi yang matur.

Selain itu, terapi ini juga dilakukan untuk sebelum dan selepas tranfusi tukar.

terjadi ikterus pada hari pertama lahir.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat dari terapi ini :


-

Bronze Baby syndrome ( berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran


bilirubin)

Diare ( bilirubin indirek menghambat laktase)

Hemolisis ( fotosensitivitas mengganggu sirkulasi eritrosit)

Dehidrasi (Bertambahnya Insensible Water Loss (30-100%) karena menyerap


energi foton)

Ruam Kulit ( Gangguan fotosensitisasi terhadap sel mast kulit dengan pelepasan
histamin)

Monitoring selama dan sesudah melakukan tindakan medik


1. Monitor suhu bayi setiap 4 jam. untuk bayi dalam inkubator, thermsistor probe
harus dilindungi dari sinar.
2. Memeriksa konsentrasi bilirubin serum secara teratur, jangan menggunakan
warna kulit bayi untuk menilai derajat ikterus.
3. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan karena

berhubungan dengan efek therapi, ditandai dengan dehidrasi, diare, penurunan


kadar kalsium, suhu tubuh naik.
4. Hematokrit juga perlu diperhatikan untuk ikterus hemolitik atau bilirubin yang
toksik.
5. Setelah terapi sinar dihentikan:
o

Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode
klinis.

Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas


nilai untuk memulai terapi sinar, ulangi terapi sinar seperti yang telah
dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai
bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis
berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar.

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan
baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
kembali bayi bila bayi bertambah kuning.

BAB III
TINJAUN PUSTAKA
IKTERUS
Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain
yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus sinonim
dengan jaundice.
Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Timbul pada hari kedua ketiga

Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus


cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan

Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari

Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %

Ikterus hilang pada 10 hari pertama

Tidak mempunyai dasar patologis

Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia


Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi
bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan
karakteristik sebagai berikut :

Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam

Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 %
pada neonatus cukup bulan

Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD


dan sepsis)

Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.

Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Kern
Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan
dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat

dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis
berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik.
Jenis Bilirubin
Menuru Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin
tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas
larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut
dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Etiologi:
1. Peningkatan produksi

Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat


ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.

Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang


terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis

Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)

Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa), 20


(beta), diol (steroid)

Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek


meningkat misalnya pada BBLR

Kelainan congenital

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya


hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasiss,
syphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.
Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar
yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada
bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air

tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabilabilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabilakadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
Tanda dan Gejala
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
displasia dentalis).

Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit,
membran mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah
mencapai sekitar 40 mol/l.
Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak.
Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau

menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary


movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.

Pemeriksaan Penunjang
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat
kelahiran

Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali
pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan

Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam
pertama kelahiran

Penilaian Ikterus Menurut Kramer


Tubuh bayi baru lahir dibagi dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan
kaki dan bahu pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak
tangan untuk menentukan ikterus. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari
telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan
lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor disesuaikan dengan
angka rata-rata.
Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata) pada Aterm Prematur
1 Kepala sampai leher
2 Kepala, badan sampai dengan umbilicus

3 Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut


4 Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan tangan dan kaki
5 Kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan ujung jari
Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan anemia
2. Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan badan serum albumin
4. Menurunkan serum bilirubin
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfusi tukar, infuse albumin dan
therapi obat.
a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi (
a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan
bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan
merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di
dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin

kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang


bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan
konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan
fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir
rendah.
b. Transfusi Pengganti
Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl
7. Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus
Transfusi pengganti digunakan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap antibody maternal

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)


3. Menghilangkan serum ilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang dari 2
hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan
antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap
hari sampai stabil
c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan
konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu
hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan
Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya
(letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus enterohepatika
TERAPI SINAR
Ikterus klinis dan hiperbilirubinemia indirek berkurang pada cahaya berintensitas tinggi
pada spektrum yang dapat dilihat.Bilirubin menyerap cahaya secara maksimal pada
kisaran biru ( 420-470 nm).
Terapi sinar dilakukan terhadap penderita:
a.Setiap saat apabila bilirubin indirek lebih dari 10 mg%.
b.Pra-transfusi tukar
c.Pasca transfusi tukar

d.Terdapat ikterus pada hari pertama yang disertai dengan proses hemolisis.
Terapi sinar tidak banyak mempunyai manfaat pada penderita dengan gangguan motilitas
usus,obstruksi usus atau saluran cerna,bayi yang tidak mendapat makanan yang
adekuat.Hal ini terjadi karena penurunan peristaltik usus akan mengakibatkan
meningkatkan reabsorpsi enterohepatik bilirubin,sehingga secara klinis seolah-olah terapi
sinar tidak bekerja efektif.
Alat yang diperlukan:

Lampu neon masing-masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun secara
paralel dan dipasang dalam kotak yang berventilasi .

Pleksiglass 0,5 inci yang melapisi bagian bawah kotak lampu dan berfungsi
memblokade sinar ultra-violet.Pleksiglass ini juga bermanfaat untuk menahan
gelombang cahaya yang lebih rendah 390 nanometer yang tidak bermanfaat
dalam terapi sinar.

Filter biru yang berfungsi memperbesar energi cahaya yang sampai pada bayi.

Alat pengaman listrik.

Kaki tumpuan dan regulator untuk naik turunnya lampu.

Tata cara/perawatan bayi dengan terapi sinar

Usahakan agar bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.

Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya.

Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar matahari.Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.

Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh yang terkena
cahaya dapat menyeluruh.

Suhu bayi diukur secara berkala 4-6 jam/kali.

Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24


jam.

Hemoglobin juga harus diperiksa secara berkala terutama pada penderita dengan
hemolisis.

Perhatikan hidrasi bayi,bila perlu konsumsi cairan bayi dinaikkan.

Lamanya terapi sinar dicatat.

Lampu yang dipergunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam,yaitu guna
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang dipergunakan.

Bila dalam evaluasi bayi tidak terlihat banyak perubahan dalam konsentrasi
bilirubin,perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang tidak efektif atau adanya
komplikasi pada bayi seperti dehidrasi,hipoksia,infeksi dan gangguan metabolisme.

Komplikasi terapi sinar :

Peningkatan insensible water loss pada bayi.


Hal ini terutama akan terlihat pada bayi kurang bulan.Untuk hal ini pemberian
cairan pada penderita dengan terapi sinar perlu diperhatikan.

Frekuensi defekasi yang meningkat.

Diare terjadi karena efek sekunder yang terjadi pada pembentukan enzim laktase
karena meningkatnya bilirubin indirek pada usus.Pemberian susu dengan kadar
laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare .

Timbulnya kelainan kulit yang sering disebut flea bite rash di daerah
muka,badan dan ekremitas.Kelainan ini segera hilang setelah terapi
dihentikkan.Pada beberapa kasus dilaporkan juga kemungkinan terjadinya
bronze baby sindrome.Perubahan warna kulit yang sementara ini tidak
mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi.

Gangguan retina

Gangguan pertumbuhan

Kenaikan suhu
Beberapa penderita yang mendapatkan terapi mungkin memperlihatkan kenaikan
suhu.Bila hal ini terjadi,terapi dapat terus dilanjutkan dengan mematikan sebagian
lampu.

Beberapa kelainan lain sepeti gangguan minum,letargi,iritabilitas kadang


ditemukan pada penderita.Keadaan ini hanya bersifat sementara dan akan
menghilang dengan sendirinya.

Beberapa kelainan yang sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti ialah
kelainan gonad,terjadinya hemolisis darah dan beberapa kelainan metabolisme
lainnya.

Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan
penanganan medis lainnya, sesuai anjuran The American Academy of Pediatrics (AAP)
tahun 1994.
* BAYI LAHIR CUKUP BULAN (38-42 minggu)

Usia Bayi (jam)

Pertimbangkan
Terapi sinar
terapi sinar
Kadar bilirubin

<24
25-48
49-72
>72

>9
>12
>15

Indirek serum
>12
>15
>17

Transfusi tukar Terapi tukar


bila terapi sinar dan terapi sinar
intensif gagal
intensif
mg/dl
> 20
>25
>25

>25
>30
>30

* BAYI LAHIR KURANG BULAN PERLU FOTOTERAPI JIKA:


Usia (jam)
<24
25-48
49-72
>72

Berat lahir < 1500 g BL 1500-2000 g


Kadar bilirubin
Kadar bilirubin
>4
>4
>5
>7
>7
>8
>8
>9

BL > 2000 g Kadar


bilirubin
>5
>8
>10
>12

TRANFUSI TUKAR
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan
dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan
berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar.
Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati
bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi. Pada bayi dengan
isoimunisasi, transfusi tukar memiliki manfaat tambahan, karena membantu

mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi. Sehingga mencegah hemolisis lebih
lanjut dan memperbaiki anemia.
Teknik Transfusi Tukar
a.

SIMPLE DOUBLE VOLUME. Push-Pull tehnique : jarum infus dipasang


melalui kateter vena umbilikalis/ vena saphena magna. Darah dikeluarkan dan
dimasukkan bergantian.

b.

ISOVOLUMETRIC. Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan


melalui arteri umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah
yang sama.

c.

PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION. Tranfusi tukar sebagian, dilakukan


biasanya pada bayi dengan polisitemia.

Persiapan Alat :
-

Alat dan obat-obatan resusitasi lengkap

Lampu pemanas dan alat monitor

Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup steril

Masker, tutup kepala dan gaun steril

Nier bekken (2 buah) dan botol kosong, penampung darah

Set tranfusi 2 buah

Kateter umbilikus ukuran 4, 5, 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocath

Three way stopcock semprit 1 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL, masing-masing 2 buah

Selang pembuangan

Larutan Calsium glukonas 10 %, CaCl2 10 % dan NaCl fisiologis

Meja tindakan

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar :


a.

Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan, mintakan persetujuan


tertulis dari orang tua penderita

b.

Bayi jangan diberi minum 3 4 jam sebelum tindakan. Bila tranfusi harus
segera dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnya

c.

Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering
kompres dengan NaCl fisiologis.

d.

Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika


kadar albumin < 2,5 gr/dL. Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam
darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun, kecuali
ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e.

Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit,


dekstrostik, Hb, hematokrit, retikulosit, trombosit, kadar bilirubin indirek, albumin,
golongan darah, rhesus, uji coombs direk dan indirek, kadar G6PD dan enzim eritrosit
lainnya serta kultur darah

f.

Koreksi gangguan asam basa, hipoksia, dan hipotermi sebelum memulai


tranfusi tukar

g.

Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek
label darah)

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar
pada hiperbilirubinemia. Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO
Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum
Usia Bayi
Hari ke - 1
Hari ke - 2
Hari ke - 3
Hari ke - 4 dan seterusnya

Bayi Cukup Bulan Sehat


dengan bilirubin serum
(mg/dl)
15
25
30
30

Dengan faktor resiko


dengan kadar bilirubin
serum (mg/dl)
13
15
20
20

Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah


Berat Badan (gram)
< 1000
1000 1500
1500 2000
2000 2500

Kadar Bilirubin (mg/dL)


10 12
12 15
15 18
18 20

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi:


-

Emboli (emboli, bekuan darah), trombosis

Hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia

Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin

Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar


-

Vaskular: emboli udara atau trombus, trombosis

Kelainan jantung: aritmia, overload, henti jantung

Gangguan elektrolit: hipo/hiperkalsemia, hipernatremia, asidosis

Koagulasi: trombositopenia, heparinisasi berlebih

Infeksi: bakteremia, hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan

Lain-lain: hipotermia, hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar


-

Lanjutkan dengan terapi sinar

Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Pelaksanaan Tranfusi Tukar


a.

Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 20 mL atau tergantung berat


badan bayi, jangan melebihi 10 % dari perkiraan volume darah bayi

b.

Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three
way stopcock. Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini
karena belum bercampur dengan darah donor

c.

Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan.


Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mL/kgBB/menit

d.

Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik, agar beredar dalam
sirkulasi

e.

Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target
transfusi tukar selesai

f.

Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran
observasi transfusi tukar

g.

Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat
(ACD/PCD) setiap tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 % intra
vena perlahan-lahan. Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum
tranfusi < 7,5 mg/dL. Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak

perlu diberikan. Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara


perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi/
cardiac arest. Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium
kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tandatanda hipokalsemia
h.

Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal


monitoring

i.

Setelah transfusi tukar selesai, darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca
transfusi tukar

j.

Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang, lakukan jahitan silk purse string
atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis. Ketika kateter dicabut jahitan yang
mengelilingi tali pusat dikencangkan

DAFTAR PUSTAKA

1.Arvin,dkk.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta.EGC,2000;610-623.

2.Children Liver Disease.Accesed Online Desember 15,2009.at:


http://www.childliverdisease.org/education/yellowalert.
3.Jaundice in Healthy Newborn.Accesed online Desember 14,2009,at :
http://kidshealth.org/parent/pregnancy_newborn/common/jaundice.html.
4.Newborn Jaundice: MedlinePlus Medical Encyclopedia.Accesed Online Desember
14,2009,at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001559.html.
5.Prawirohardjo,S.Ilmu Kebidanan.Jakarta.PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,2007; 758-760.
6.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Ilmu
Kesehatan Anak.Jakarta.Percetakan Info Medika ,2007;517-547.

You might also like