Professional Documents
Culture Documents
030.05.060
COLUMBUS S U HUTABARAT
030.06.051
CHRISTINA NURHAYATI P
030.06.121
030.06.196
PUTRI CINDIYASTUTI
030.07.011
030.07.040
030.07.076
EDI SUSANTO
030.07.114
030.07.154
030.07.192
NOVITA NATASIA K
030.07.234
SARAH CHAERANY
030.07.271
WIJAYANTI
030.07.295
030.07.319
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi Sinar (Fototerapi) atau lebih spesifik Blue Light Therapy adalah terapi
untuk bayi yang mengalami ikterus patologis akibat terjadi hiperbilirubinemia yang
parah. Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh
bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh
organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat
sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Diskusi kelompok kami kali ini adalah mengenai seorang bayi usia 4 hari
mengalami ikterus sejak usia 2 hari,lahir spontan ditolong bidan dengan berat badan lahir
2200g dan tidak langsung menangis. Ikterus merupakan keadaan di mana terjadi
perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera dan organ lain yang
disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah. Penyebab dari ikterus
termasuk produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan transportasi, proses konjugasi
yang abnormal dan gangguan eksresi dari bilirubin.
Untuk kasus ini, kelompok kami telah sepakat untuk mengusulkan terapi
sinar(fototerapi) sebagai sarana terapi yang tepat pada bayi ini akibat ikterus berat yang
dialaminya.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari,lahir spontan ditolong bidan
dengan berat badan lahir 2200g dan tidak langsung menangis. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan berat 2100g, sadar, tidak panas, ikterus di wajah sampai toraks dan abdomen.
Hasil pemeriksaan bilirubin total 16.5 mg/dl. Anda sebagai mahasiswa diminta untuk
merancang tatalaksana kasus tersebut.
1. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama
:-
Umur
: 4 hari
Jenis kelamin
:-
Alamat
:-
Agama
:-
:-
:-
Keluhan utama : mengalami ikterus sejak usia 2 hari dengan berat badan lahir
2200g dan tidak langsung menangis.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Suhu
: tidak panas
Tekanan darah
:-
Nadi
:-
Pernafasan
:-
Antropometri
Berat badan (BB)
: 2100g
:-
Inspeksi :
- ikterus di wajah sampai toraks dan abdomen
Palpasi : Perkusi : -
IDENTIFIKASI MASALAH
Pada bayi ini didapatkan masalah sebagai berikut berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis, yaitu:
merah,
sehingga
bilirubin
indirek
meningkat
dan
Dalam kasus ini, informed consent perlu diberi kepada ibu kepada bayi untuk melakukan
teknik terapi sinar(fototerapi). Mata bayi ditutup selama terapi untuk mengelakkan
kerusakan pada kornea bayi. Ibu pasien juga diberi informasi tentang pemberian ASI
selama terapi berlangsung. ASI perlu diberikan setip 3 jam dan dipindahkan dari unit
terapi sinar jika mau menyusui bayi. Ibu bayi juga diberi edukasi serta pengetahuan
mengenai indikasi serta komplikasi yang mungkin terjadi selama terapi sinar yang
dilakukan.
Indikasi Terapi Sinar :
-
Bilirubin indirect lebih dari 10mg/dl untuk bayi prematur dan lebih dar 12mg/dl
untuk bayi yang matur.
Selain itu, terapi ini juga dilakukan untuk sebelum dan selepas tranfusi tukar.
Ruam Kulit ( Gangguan fotosensitisasi terhadap sel mast kulit dengan pelepasan
histamin)
Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode
klinis.
Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan
baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
kembali bayi bila bayi bertambah kuning.
BAB III
TINJAUN PUSTAKA
IKTERUS
Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain
yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus sinonim
dengan jaundice.
Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 %
pada neonatus cukup bulan
Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Kern
Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan
dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat
dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis
berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik.
Jenis Bilirubin
Menuru Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin
tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas
larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut
dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Etiologi:
1. Peningkatan produksi
Kelainan congenital
tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabilabilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabilakadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
Tanda dan Gejala
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
displasia dentalis).
Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit,
membran mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah
mencapai sekitar 40 mol/l.
Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak.
Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau
Pemeriksaan Penunjang
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat
kelahiran
Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali
pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan
Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam
pertama kelahiran
d.Terdapat ikterus pada hari pertama yang disertai dengan proses hemolisis.
Terapi sinar tidak banyak mempunyai manfaat pada penderita dengan gangguan motilitas
usus,obstruksi usus atau saluran cerna,bayi yang tidak mendapat makanan yang
adekuat.Hal ini terjadi karena penurunan peristaltik usus akan mengakibatkan
meningkatkan reabsorpsi enterohepatik bilirubin,sehingga secara klinis seolah-olah terapi
sinar tidak bekerja efektif.
Alat yang diperlukan:
Lampu neon masing-masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun secara
paralel dan dipasang dalam kotak yang berventilasi .
Pleksiglass 0,5 inci yang melapisi bagian bawah kotak lampu dan berfungsi
memblokade sinar ultra-violet.Pleksiglass ini juga bermanfaat untuk menahan
gelombang cahaya yang lebih rendah 390 nanometer yang tidak bermanfaat
dalam terapi sinar.
Filter biru yang berfungsi memperbesar energi cahaya yang sampai pada bayi.
Usahakan agar bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya.
Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar matahari.Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh yang terkena
cahaya dapat menyeluruh.
Hemoglobin juga harus diperiksa secara berkala terutama pada penderita dengan
hemolisis.
Lampu yang dipergunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam,yaitu guna
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang dipergunakan.
Bila dalam evaluasi bayi tidak terlihat banyak perubahan dalam konsentrasi
bilirubin,perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang tidak efektif atau adanya
komplikasi pada bayi seperti dehidrasi,hipoksia,infeksi dan gangguan metabolisme.
Diare terjadi karena efek sekunder yang terjadi pada pembentukan enzim laktase
karena meningkatnya bilirubin indirek pada usus.Pemberian susu dengan kadar
laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare .
Timbulnya kelainan kulit yang sering disebut flea bite rash di daerah
muka,badan dan ekremitas.Kelainan ini segera hilang setelah terapi
dihentikkan.Pada beberapa kasus dilaporkan juga kemungkinan terjadinya
bronze baby sindrome.Perubahan warna kulit yang sementara ini tidak
mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi.
Gangguan retina
Gangguan pertumbuhan
Kenaikan suhu
Beberapa penderita yang mendapatkan terapi mungkin memperlihatkan kenaikan
suhu.Bila hal ini terjadi,terapi dapat terus dilanjutkan dengan mematikan sebagian
lampu.
Beberapa kelainan yang sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti ialah
kelainan gonad,terjadinya hemolisis darah dan beberapa kelainan metabolisme
lainnya.
Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan
penanganan medis lainnya, sesuai anjuran The American Academy of Pediatrics (AAP)
tahun 1994.
* BAYI LAHIR CUKUP BULAN (38-42 minggu)
Pertimbangkan
Terapi sinar
terapi sinar
Kadar bilirubin
<24
25-48
49-72
>72
>9
>12
>15
Indirek serum
>12
>15
>17
>25
>30
>30
TRANFUSI TUKAR
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan
dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan
berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar.
Pada hiperbilirubinemia, tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati
bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi. Pada bayi dengan
isoimunisasi, transfusi tukar memiliki manfaat tambahan, karena membantu
mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi. Sehingga mencegah hemolisis lebih
lanjut dan memperbaiki anemia.
Teknik Transfusi Tukar
a.
b.
c.
Persiapan Alat :
-
Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup steril
Three way stopcock semprit 1 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL, masing-masing 2 buah
Selang pembuangan
Meja tindakan
b.
Bayi jangan diberi minum 3 4 jam sebelum tindakan. Bila tranfusi harus
segera dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnya
c.
Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering
kompres dengan NaCl fisiologis.
d.
e.
f.
g.
Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek
label darah)
Indikasi
Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar
pada hiperbilirubinemia. Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO
Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum
Usia Bayi
Hari ke - 1
Hari ke - 2
Hari ke - 3
Hari ke - 4 dan seterusnya
b.
Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three
way stopcock. Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini
karena belum bercampur dengan darah donor
c.
d.
Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik, agar beredar dalam
sirkulasi
e.
Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target
transfusi tukar selesai
f.
Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran
observasi transfusi tukar
g.
Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat
(ACD/PCD) setiap tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 % intra
vena perlahan-lahan. Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum
tranfusi < 7,5 mg/dL. Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak
i.
Setelah transfusi tukar selesai, darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca
transfusi tukar
j.
Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang, lakukan jahitan silk purse string
atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis. Ketika kateter dicabut jahitan yang
mengelilingi tali pusat dikencangkan
DAFTAR PUSTAKA