Professional Documents
Culture Documents
Aji PutraPerdana* Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi, Badan Informasi Geospasial, Jl. Raya Jakarta-Bogor KM46, Cibinong 16911 ajiputrap@gmail.com,aji.putra@big.go.id ABSTRACT: Geographical Names or topographical names known also as place names or toponym is one of the basic information related to geographical features or phenomenon. Standardization on geographical names in Indonesia lead by Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi according to Presidential Regulation Number 112 Year 2006. A list of geographical names called gazetteer, now has transform into gazetteer as spatial identifier as intuitive access to other informations. The availability of official and standardized geographical names should be use as geospatial information reference.Indonesian National Gazettteer as the basic informationin development and geostrategy of NKRI.
KEYWORDS: Geographical Names, Toponymy, Gazetteer, Geostrategic ABSTRAK: Nama geografis atau nama rupabumi dikenal juga dengan nama tempat atau pula toponim merupakan informasi dasar yang melekat pada obyek atau fenomena geografis.Pembakuan nama rupabumi di Indonesia dilaksanakan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (TNPNR) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Daftar nama rupabumi yang dikenal dengan gasetir, kini mengalami pergeseran paradigma menjadi spatial identifier yang merupakan akses intuitif ke berbagai informasi lainnya. Ketersediaan nama rupabumi yang telah dibakukan diharapkan dapat menjadi acuan resmi dan terwujudnya Gasetir Nasional sebagai informasi dasar bagi pembangunan dan geostrategis NKRI. KATA KUNCI: Nama Rupabumi, Toponimi, Gasetir, Geostrategis
1. PENDAHULUAN
1.1
rupabumi dipelajari dalam sebuah cabang onomastika yaitu toponimi. Toponimi adalah ilmu yang mempelajari nama tempat (toponim), mulai dari asal usulnya, arti,maknanya, penggunaannya dan
Latar Belakang
Nama adalah sebuah identitas yang diberikan pada suatu obyek atau fenomena tertentu untuk memudahkan manusia saling Nama
tipologinya. Kata toponimi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari kata tpos () ("place" atau "tempat") dan noma () ("name" dan "nama"). Lalu apa itu toponim?, toponimi adalah ilmunya, toponim adalah istilah umum untuk suatu tempat atau entitas geografis. Terkait hal tersebut, ada beberapa tipe spesifik dari toponim; diantaranya ialah odonim atau nama jalan; hidronim atau nama tubuh perairan
berinteraksi
danberkomunikasi.
geografis adalah nama-nama yang melekat pada unsur-unsur geografis, baik unsur alami maupun buatan manusia. Nama dipelajari melalui sebuah ilmu yang disebut dengan onomastika(studi yang mempelajari berbagai jenis nama), sedangkan nama geografis atau dikenal pula dengan toponim atau nama tempat, dan di Indonesia dikenal dengan nama
* Corresponding author.
dan
oronim
atau
nama
gunung,
bukit,
kondisi geografis NKRI dengan segala potensi yang dimilikinya. Proses pengumpulan nama geoagrafis
pegunungan dan perbukitan. Nama geografis mencakup informasi mengenai nama, tata cara penulisan, pengucapan, asal bahasa, sejarah, jenis unsur, koordinat (lokasi), wilayah administrasi, nama dan nomor lembar peta yang menyajikan nama tersebut, status, aksesibilitas data, serta potensi unsur
bukanlah suatu proses yang mudah, meskipun pengumpulan nama tersebut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan pemetaan rupabumi di Indonesia. Nama yang telah dikumpulkan dikelola dalam sebuah daftar nama dan basisdata yang dikenal dengan gasetir.Kegiatan pemetaan rupabumi dan
geografis tersebut.Kesemua yang terkandung dalam sebuah nama geografis sebagai akses intuitif ke berbagai informasi merupakan
penyusunan gasetir rupabumi yang dilakukan oleh Bakosurtanal yang kini telah
bagian yang penting dalam gatra geografis sebagai modal ketahanan nasional. Akan tetapi, bukan sembarang nama geografis yang dikumpulkan begitu saja yang dapat menjadi modal dalam geostrategis suatu bangsa. Nama geografis yang telah dibakukan secara resmi oleh otoritas penamaan nasional yang
menjadi
Badan
Informasi tak
(BIG) untuk
menjadi
bagian
mendukung
kegiatan
pembakuan nama rupabumi. Pembakuan nama rupabumi di Indonesia dilaksanakan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (TNPNR) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik
didasarkan pada resolusi internasional itulah nama geografis yang dapat menjadi modal utama dan informasi mendasar bagi
Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional TNPNR Pembakuan ini sebagai Nama Rupabumi. otoritas
kedaulatan bangsa dari aspek kewilayahan. Nama bukan sekedar tulisan di dalam
lembaga
lembaran peta semata. Sebuah peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menggambarkan wilayah kedaulatan NKRI baik di darat maupun di laut apabila tidak ada nama geografis di dalamnya maka layaknya peta buta yang dijadikan ajang pembelajaran untuk pengenalan suatu wilayah. Nama
penamaan rupabumi nasional di Indonesia yang tugasnya diantaranya ialah mewujudkan gasetir nasional. Untuk mewujudkannya maka dibentuklah kelembagaan di daerah yaitu Panitia Pembakuan Nama Rupabumi (PPNR) Provinsi dan Kabupaten/Kota serta disusunlah beberapa rupabumi. Mengapa geografis diperlukan atau nama pembakuan rupabumi? nama Sebagai pedoman pembakuan nama
geografis yang baku dari sisi tata cara penulisan hingga peletakan posisi (koordinat) nama geografis pada sebuah Peta NKRI memegang memandang peranan peta yang penting dalam
contoh: Nama nama gunung, seperti Gunung Semeru (ditulis dengan dua kata terpisah, karena gunung adalah elemen generik dari
sebagai
informasi
bentuk rupabumi dan Semeru nama dirinya, atau elemen spesifik). Di sisi lain, ada kota yang menggunakan kata gunung di dalam nama dirinya dan menulisnya dalam kaedah bahasa Indonesia yang benar, yaitu Gunungsitoli Gunungsitoli (ditulis karena sebagai elemen satu Kota kata
Hasil dari pembakuan nama rupabumi yang disusun ke dalam sebuah Gasetir Nasional dan diharapkan dapat menjadi acuan informasi kewilayahan NKRI. Selain itu, TNPNR juga memiliki tujuan untuk menyediakan data dan informasi mengenai nama geografis yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tentunya selaras dengan cita-cita lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU IG).Nama geografis atau nama rupabumi merupakan salah satu informasi geospasial dasar yang disajikan dalam peta dasar sebagai mana yang tertuang di dalam UU
generiknya
bukan gunung tetapi Kota). Hal yang serupa juga sama saat menulis nama-nama kota Tanjungpinang, Pangkalpinang, Bukittinggi,
Ujungpandang, Muarajambi. Akan tetapi dapat kita lihat, misalnya kota pelabuhan di Jakarta ditulis Tanjung Priok, yang tentunya hal ini tidak konsisten dalam bahasa Indonesia. atau
Seharusnya
ditulis
Tanjungpriok
IG.Keberadaan UU IG ini semakin memperkuat arti pentingnya sebuah nama geografis yang baku sebagai bagian dari geostrategis NKRI.
1.2
Tanjungperiuk, Tanjungperak, Tanjungemas, dan sebagainya. Semua harus ditulis dalam satu kata karena bukan nama suatu tanjung. Contoh lain lagi seperti: Cimahi (kota), tetapi Ci Tarum ditulis dua kata, karena Ci adalah elemen generik dari sungai, demikian Wai Seputih (sungai) dan Waikambas (daerah konservasi gajah). Wai dan buka Way yang selama ini ditulis secara resmi, karena wai artinya air atau sungai yang berasal dari bahasa Polynesia (Perdana,dkk. 2011).
Tujuan
Tulisan ini memberikan gambaran pembakuan nama menjadi rupabumi penguat yang jati diharapkan diri bangsa dapat dan
Gasetir
Rupabumi
sebagai
bahan
verifikasi dan pembakuan nama rupabumi Nama rupabumi yang disajikan dalam Peta Rupabumi Indonesia menjadi bahan dasar proses verifikasi dan pembakuan nama
rupabumi (Mayasari, dkk., 2011). Perolehan nama rupabumi dilakukan dari hasil kegiatan survei kelengkapan lapangan (Gambar 2).
Gambar 1. Peta NKRI Edisi Tahun 2013 (Sumber: BIG, 2013)
Perkembangan
teknologi,
informasi,
dan
dalam penyiapan peta manuskrip kegiatan pemetaan rupabumi, misalnya ketersediaan data sekunder dari berbagai sumber yang beraneka ragam (crowd-sources) dapat
nama
lokal,
posisi
geografis,
informasi
digunakan sebagai informasi sementara yang tetap harus dicek di lapangan (Perdana, dkk., 2012). Saat ini kegiatan pengumpulan nama rupabumi melibatkan dan berkoordinasi dengan Panitia Pembakuan Nama Rupabumi Provinsi dan Kabupaten/Kota sehingga nama geografis
Gambar 3. Tahapan Penyusunan Gasetir Rupabumi (Sumber: Mayasari, dkk., 2012)
yang dikumpulkan dalam kegiatan pemetaan rupabumi sehingga dapat dapat dipertanggungjawabkan, mengakselerasi proses
Gasetir Rupabumi bersumber dari Peta RBI skala 1:25.000 dan 1:50.000, selain itutersedia daftar nama rupabumi peta RBI 1:10.000 yang merupakan satu rangkaian bagian dari
Gambar 2. Pengumpulan dan Penyusunan Gasetir dalam Proses Pemetaan RBI (Sumber: Mayasari, dkk., 2012)
Pembentukan basisdata nama geografis yang seamlessdilakukan sejak tahun 2004 hingga sekarang rupabumi untuk yang oleh menghasilkan dapat dengan dan gasetir mudah PPNR
dimanfaatkan
TNPNR
(Perdana, dkk., 2011a). Proses penyusunan gasetir rupabumi sebagaimana dapat diihat dalam Gambar 3, mempergunakan nama geografis yang disajikan dalam Peta Rupabumi Indonesia skala menengah (1:25.000 dan 1:50.000). Gasetir rupabumi merupakan contoh
Gambar 4. Indeks Peta RBI Skala 1:50.000, 1:25.000,
Sebaran nama rupabumi yang telah terkelola dalam basisdata nama rupabumi dengan
perlu mendapat perhatian dan dikontrol oleh otoritas pembakuan nama (Perdana, dkk., 2012). Sedianya data tersebut dapat dijadikan sebagai diverifikasi data sekunder dengan untuk kemudian dan
sumber data peta RBI skala menengah area cakupannya sebagaimana dapat dilihat pada gambar 5. Beberapa wilayah yang belum tercakup menengah dikarenakn yang sumber data skala proses
sesuai
pedoman
prosedur verifikasi dan pembakuan nama rupabumi yang telah disusun oleh TNPNR. Verifikasi dan pembakuan nama rupabumi dilakukan untuk mempertahankan nama
masih
dalam
pengerjaan untuk wilayah sumatera dan belum digabungkannya data untuk pembentukan
sebagai identitas yang unik, konsistensi dan akurasi serta arti, makna dan sejarah di balik sebuah Mayasari, nama dkk., (Perdana, 2011). dkk., 2011a; proses
Tahapan
inventarisasi nama rupabumi hingga verifikasi dan pembakuannya sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Gambar 5. Status Gasetir Rupabumi per 2012
39
Tahun
tentang
Pedoman
Umum
Kegiatan
Verifikasi
dan
Pembakuan
Nama Geografis Di era globalisasi informasi, semua orang dapat mencari nama tempat dengan begitu mudahnya. Akan tetapi, keakuratan informasi yang diperolehnya sangat tergantung pada sumber data dari nama geografis tersebut. Nama geografis yang tersaji di dalam beberapa sajian peta atau situs online yang
menggambarkan
nama sebagai informasi kunci untuk pencarian sebuah lokasi atau tempat dapat menjadi alat bantu atau malah menyesatkan. Hal ini dapat terjadi apabila sumber data yang dipergunakan belum merupakan nama geografis yang telah diverifikasi. Banyak nama rupabumi dari berbagai sumber sajian informasi di dunia maya tampaknya
Gambar 6. Prosedur Inventarisasi, Verifikasi dan
PembakuanNama
Rupabumi
(Sumber:
Permendagri
Road
Map
dan
Kemajuan
Proses
Pembakuan Nama Rupabumi Terbentuknya Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi berdasarkan PERPRES No.
112/2006 sebagai implementasi resolusi PBB I/4, Rekomendasi B: bahwa pada tahap awal dalam standarisasi internasional nama-nama geografis, setiap negara harus mempunyai otoritas nasional nama-nama geografis. Hal ini sebagai titik tolak dalam pembakuan namanama geografis secara nasional geografis dan secara
Gambar 7. Proses Verifikasi Data Nama Rupabumi
pengelolaan berkelanjutan
nama-nama sejalan
dengan
perubahan
dinamika masyarakat. Kegiatan pembakuan nama rupabumi yang diselenggarakan oleh TNPNR dengan
Sumber
data
yang
dipergunakan
dalam
verifikasi yang utama ialah gasetir rupabumi, dilengkapi dengan hasil inventarisasi yang telah dilakukan oleh PPNR Provinsi bersama dengan PPNR Kabupaten/Kota, serta dari data sekunder pendukung lainnya (Gambar 7). Ketiga sumber data tersebut dapat
dukungan PPNR Provinsi dan Kabupaten/Kota telah memiliki road map (Gambar 7). Dimulai dari tahun 2005 hingga 2009 telah dilakukan verifikasi dan verifikasi nama pulau, tahun 2009-2011 dilakukan verifikasi nama wilayah administrasi, dan tahun 2012-2014 verifikasi nama rupabumi unsur alami. Tahun 2015-2017 akan dilakukan verifikasi nama rupabumi unsur buatan dan tahun 2018-2020 verifikasi nama rupabumi warisan budaya.
verifikasi ini menghadirkan PPNR, pemangku pemerintahan daerah terkait, hingga sesepuh di daerah tersebut yang dapat menjadi
narasumber mengenai asal, arti, dan sejarah sebuah nama. Contoh hasil verifikasi baik berupa form isian maupun basisdata nama rupabumi verifikasi dapat dilihat pada Gambar 8.Pembakuan nama wilayah administrasi telah
Gambar 7. Road Map Verifikasi Nama Rupabumi TNPNR
di dalamnya 339 kabupaten, 98 kota, dan 6693 kecamatan. ditindaklanjuti Hasil verifikasi pasca ini perlu
Indonesia
menyampaikan
dalam
Country
Report: pulau-pulau yang telah dibakukan namanya ialah 13.466 pulau sesuai dengan RPP tentang Gasetir Pulau di Indonesia. Secara umum yang dilaporkan bahwa prioritas nasional penamaan nama-nama pulau telah selesai dilaksanakan B terkait I/4, dengan tentang Geografi. sebagai
terlebih
pemekaran
Resolusi Nama-nama
pulau
dilaksanakan
prioritas sejak adanya konflik sejumlah pulau. Daftar nama pulau yang disampaikan termasuk pulau yang berada di sungai, pulau yang
Contoh Hasil Verifikasi Nama Wilayah Administrasi
berada di danau, dan pulau di laut. Hal ini semakin memperkuat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Kepulauan. Meskipun nama pulau tersebut belum secara resmi disusun ke dalam sebuah gasetir
nasional. Selain informasi tersebut, berbagai hasil dan kemajuan pelaksanaan proses verifikasi dan
Contoh Hasil Verifikasi Nama Rupabumi Unsur Alami Gambar 8. Contoh Form dan Basisdata Verifikasi Nama Rupabumi
pembakuan
nama
rupabumi
di
Indonesia
senantiasa dilaporkan dalam SidangUnited Nations Group of Experts on Geographical Names(UNGEGN) dan PertemuanUnited
Verifikasi nama pulau yang dilakukan oleh TNPNR dan PPNR Provinsi dan
Nations Conference on Standardization of Geographical Names(UNCSGN).2. UNGEGN dibentuk Ekonomi berdasarkan dan Sosial Resolusi Persatuan Dewan Bangsa-
penghitungan panjang garis pantai, dan luas wilayah Indonesia terdiri dari para pakar pemerintahan dan akademisi.Tim kerja ini menyepakati apa yang telah disampaikan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi dalam Sidang ke X Konferensi PBB tentang Pembakuan Nama Rupabumi (UNCSGN) di New York, USA yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juli sampai 12 Agustus 2012 bahwa
Bangsa (UN-ECOSOC) No. 715 A (XVII) 23 April 1959 dan 1314 (XLIV) 31 Mei 1968. Tujuan dibentuknya UNGEGN adalah untuk memajukan usaha pembakuan nama-nama rupabumi internasional khususnya negara-
negara anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). UNGEGN adalah salah satu dari 7
badan tetap kepakaran PBB yang melakukan pertemuan 3 kali dalam setiap 5 tahun dan setiap 5 tahun sekali konferensi UNGEGN tentang
berada pada wilayah kedaulatan NKRI. Hal ini semakin penting terutama untuk nama-nama geografis, misalnya nama pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga.
menyelenggarakan
standarisasi nama-nama geografis (UNCSGN). UNGEGN terdiri dari pakar-pakar kartografi, linguistik, sejarah, geografi, antropologi dan
3.2
Publikasi
Gasetir
Nasional
bagian
lain-lain yang berasal dari negara anggota PBB.Indonesia tergabung dalam Divisi Asia South East dan tergabung dalam beberapa kelompok kerja di UNGEGN. Berdasarkan hasil pertemuan UNGEGN di Wina, Austria maka Indonesia menjadi pilot studi Pemanfaatan Gasetir untuk Perlindungan Sosial. Ide utamanya ialah bahwa gasetir merupakan salah satu spatial identifier yang dapat digunakan sebagai akses intuitif dipublikasikannya Gasetir Nasional sebagai bagian penting dari Geostrategis NKRI harus terus digencarkan agar akselerasi penyediaan informasi geospasial dasar, dalam hal ini nama rupabumi yang baku dan dikeluarkan oleh lembaga otoritas nama yang resmi (TNPNR) segera terwujud. Sebuah skema proses yang disampaikan oleh Kepala BIG (Gambar 9) menunjukkan bahwa toponim yang terkelola dalam gasetir menjadi data utama dalam proses diseminasi informasi geospasial di era perkembangan teknologi, informasi,
Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Badan Informasi Geospasial Asep Karsidi dalam Sidang UNGEGN ke-27 di New York bahwa basisdata geospasial toponim atau gasetir memiliki peranan yang penting dan sebagai kunci bagi informasi karena di era global yang tak lagi kenal batas memerlukan Common Gazetteer. Oleh karenanya, Indonesia harus dapat memiliki nama rupabumi yang baku dan disusun dalam sebuah gasetir nasional
komunikasi geospasial.
Tersedianya nama
rupabumi yang selaras dengan ketersediaan citra satelit tegak resolusi tinggi muka yang bumi
menggambarkan
kenampakan
menjadi informasi yang komplit untuk disajikan dalam geoportal nasional. Harapannya berbagi pakai data dapat berjalan dengan nama rupabumi yang baku sebagai acuan bagi berbagai analisa, diantaranya yang sekarang sedang booming ialah social media.Kenapa nama rupabumi semakin penting? Analisa terhadap informasi yang bertaburan di dalam dunia maya social media dapat menjadi salah satu isu untuk pengambilan kebijakan terkait respon publik terhadap suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Adanya informasi
sehingga dapat digunakan sebagai acuan oleh berbagai pihak serta menunjukkan kedaulatan NKRI melalui nama geografis sebagai bagian geostrategis NKRI. Terwujudnya Gasetir
Nasional menunjukkan nama-nama geografis yang andal, akurat, yang dan secara dapat lokasi
dipertanggungjwabkan
tentang nama tempat atau posisi yang terikat dalam analisa media spasial tersebut, terhadap dapat membantu yang
terkait
lainnya.
Gambar
10
di
atas
fenomena
sedang terjadi. Hal ini mengingat Indonesia sebagai salah satu negara terbesar pengguna media sosial online tersebut.
geospasial dasar dan sekaligus linked-data dengan informasi spasial dan non-spasial melalui InaGeoportal.
Kabupaten/Kota masih memiliki tugas yang cukup berat untuk menyelesaikan verifikasi dan dan
menyempurnakan
Gambar 9. Proses Publikasi Informasi Geospasial
hasil
pembakuan
nama
rupabumi.
Dukungan
ketersediaan informasi geospasial dasar dalam bentuk peta rupabumi Indonesia pada skala yang memadai dibutuhkan oleh TNPNR untuk kelancaran proses verifikasi. Publikasi Gasetir Nasional melalui geoportal nasional adalah hal yang dinanti untuk terwujudnya nama rupabumi baku sebagai acuan atau referensi tunggal informasi geospasial di Indonesia. Hal tersebut akan menjawab tantangan one map, one gate, one solution. Tentusaja kesemua hal tersebut memerlukan sinergisme dan koordinasi yang kuat antar Kementerian dan/atau Lembaga terkait serta peningkatan daerah Kesadaran tidak hanya serta peran aktif
pemerintah
Gambar 10. Pengembangan Pemanfaatan Gasetir
partisipasi perlu
masyarakat. ditingkatkan
spasial di
kalangan masyarakat
Banyaknya
data
geospasial
yang
kepemimpinan
namun
hingga
menggunakan Spatial Identifier yang saling terkait dengan berbagai informasi lainnya perlu memiliki referensi tunggal.Gasetir adalah
menjadikan kesadaran spasial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan hal ini akan berdampak luar biasa dengan meningkatnya perhatian terhadap lingkungan sekitar, dimulai dari mengenal nama geografis unsur rupabumi di lingkungan sekitar kita.
bentuk khusus dari suatu Spatial Identifier yang di dalamnya merepresentasikan nama, jenis unsur dan koordinat lokasi serta informasi
5. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih penulis haturkan kepada Kepala Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim, Kepala Bidang Pemetaan Rupabumi Skala Besar, Kepala Bidang Pemetaan Rupabumi Skala Kecil dan Menengah, Kepala Bidang Toponim, serta rekan-rekan di Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. Tak lupa pula terima kasih kepada Tim Penyusun Peta NKRI, Kementrian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Direktorat Wilayah
1:25.000 in Geographical Names Validation in West Java, Indonesia, 10th Annual Asian Conference & Exhibition on Geospatial Geospatial Future, 17-19
R. Mayasari, A.P. Perdana, A.K. Mulyana., 2012. "Status Terkini Gasetir Rupabumi dan Pemanfaatannya bagi Kegiatan Tim Nasional Pembakuan Seminar Nama Rupabumi". dan Prosiding Ilmiah
Administrasi dan Perbatasan Subdit Toponimi dan Data Wilayah, Tim Pelaksana, dan
Sekretariat Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi serta Panitia Pembakuan Nama Rupabumi Provinsi dan Kabupaten/Kota seIndonesia.
Internasional
Forum
SURVEYOR INDONESIA
6. DAFTAR PUSTAKA ------------, 2011. [Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasia], Jakarta, Indonesia.
Perdana, A.P., Juniati, E., Mayasari, R., dan Santoso, Tantangan Nama-nama W.E., dalam 2011a. Peluang dan
Penyusunan
Basisdata untuk
Rupabumi
(Gasetir)
Mendukung Pengelolaan Wilayah, The 2nd National Symposium on Geoinformation Science Membangun Informasi Geospasial untuk Pengelolaan 27-28 dan Oktober Pengembangan 2011 Gedung Wilayah,
------------, 2006. [Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupabumi], Jakarta Pusat, Indonesia. Hendrayana, E., 2012. Inventarisasi Data Dan Target Pemetaan RBI 2013 2015. Rapat Koordinasi Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi, 19 April 2012 IICC, Bogor, Indonesia.
PascaSarjana,
Gadjah
Mada
University,
Yogyakarta, Indonesia.
Perdana, A.P., Santoso, W.E., dan Martha, S., 2011b. Pentingnya Toponimi dalam
Pengelolaan Wilayahdan Manajemen Bencana di Indonesia, The 2nd National Symposium on Membangun
Mayasari, R., Perdana, A.P., dan Firdaus, W., 2011. The Use of Topographic Map Scale
Geoinformation
Science
Perdana, A.P., Hendrayana, E., and Santoso, W.E., 2012. The Important f Toponym in the Middle of Maps and Imagery for Disaster Management, The XXIICongress of the
International Society for Photogrammetric and Remote Sensing ICA and TC IV/8 Maps,
Imagery and Crowd Sourcing for Disaster Management, 25 August 1 September 2012, Melbourne Convention and Exhibition Center, Melbourne, Australia.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi (PPRT) Badan Informasi Geospasial (BIG)., 2012. Petunjuk Survey Kelengkapan Lapangan dan Pengolahan Data Lapangan. Draft.
Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi., 2012. The progress work of toponymic geodatabase for preparing National Gazetteer. Tenth United Nations Conference on the Standardization of Geographical Names, New York, 31 July 9 August 2012.