You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN HERPES ZOSTER

A. Pengertian Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.

B. Etiologi Reaktivasi virus varisela zoster.

C. Patofisiologi Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kranalis kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranalis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.

D. Tanda dan Gejala Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks. Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kurang lebih 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan 1

bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus fasialis dan otikus.

E. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak

F. Komplikasi Pada usia lanjut lebih dari 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetik.

G. Penatalaksanaan Terapi sistemik umumnya bersifat simtonatik, untuk nyerinya diberikan analgetik, jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Pada herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau imunostimulator. Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita dengan defisiensi imunitas. Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya parasialis. Terapi seirng digabungkan dengan obat antiviral untuk mencegah fibrosis ganglion. Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder bila erosit diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.

LAPORAN PENDAHULUAN VARISELA

A. Definisi Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken pox. Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

B. Etiologi Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus.

C. Patofisiologi Menyebar Hematogen. Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.

Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini. Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.

D. Manifestasi Klinis - Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh. - Pusing. - Demam dan kadang kadang diiringi batuk. - Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar). - Terakhir menjadi benjolan benjolan kecil berisi cairan.

E. Komplikasi Komplikasi Tersering secara umum : a. Pnemonia b. Kelainan ginjal. c. Ensefalitis. d. Meningitis. Komplikasi yang langka : a. Radang sumsum tulang. b. Kegagalan hati. c. Hepatitis. d. Sindrom Reye. Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang pariparu atau pnemonia 10 25 lebih tinggi dari pada anak-anak..

F. Penatalaksanaan Medis Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat. Umum 1. Isolasi untuk mencegah penularan. 2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein). 3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat. 4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi. 5. Upayakan agar vesikel tidak pecah. - Jangan menggaruk vesikel. - Kuku jangan dibiarkan panjang. - Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan digosok. Farmakoterapi 1. Antivirus dan Asiklovir Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh. 2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam - Parasetamol atau ibuprofen. - Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye. 3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi. 4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit. 5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).

G. Pencegahan 1. Hindari kontak dengan penderita. 2. Tingkatkan daya tahan tubuh. 3. Imunoglobulin Varicella Zoster - Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar. - Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.

LAPORAN PENDAHULUAN VARIOLA

A.

PENGERTIAN Variola adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus variola

major atau variola minor.Penyakit ini dikenal dengan nama Latinnya, variola atau variola vera, yang berasal dari kata Latin varius, yang berarti berbintik, atau varus yang artinya jerawat.

B.

ETIOLOGI Smallpox disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang ke orang lainnya

melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang terkontaminasi seperti baju. Manusia adalah host natural dari smallpox.Penyakit ini tidak dapat ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. Gejala penyakit mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anakanak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat. 24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari. Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya banyak ditemukan pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu). Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala. 7

Cacar disebabkan oleh infeksi virus variola, yang termasuk genus Orthopoxvirus, yang Poxviridae keluarga, dan chordopoxvirinae subfamili. Variola adalah virus berbentuk bata besar berukuran sekitar 302-350 nanometer dengan 244-270 nm, dengan DNA beruntai tunggal linear ganda kilobase genom 186 pasang (kbp) dalam ukuran dan berisi loop jepit rambut pada tiap ujungnya. Dua varietas klasik dari cacar variola besar dan variola minor. Relatif virus terdekat adalah moluskum kontagiosum, yang, seperti cacar, menginfeksi manusia saja. Namun, tidak seperti spesies variola, infeksi moluskum jinak. Empat orthopoxviruses menyebabkan infeksi pada manusia: variola, vaccinia, cacar sapi, dan monkeypox. Virus variola hanya menginfeksi manusia di alam, meskipun primata dan hewan lainnya telah terinfeksi di laboratorium. Vaccinia, cacar sapi, dan virus monkeypox dapat menginfeksi baik manusia dan hewan lain di alam. Siklus hidup poxvirus rumit dengan memiliki beberapa bentuk menular, dengan mekanisme yang berbeda masuk sel. Poxvirus adalah unik di antara virus DNA dalam bahwa mereka bereplikasi dalam sitoplasma sel daripada di dalam nukleus. Dalam rangka untuk mereplikasi, poxvirus menghasilkan berbagai protein khusus yang tidak diproduksi oleh virus DNA lainnya, yang paling penting yang merupakan virus DNA-dependent RNA polimerase terkait. Virion Baik menyelimuti dan unenveloped yang menular. Amplop virus ini terbuat dari membran golgi mengandung virus dimodifikasi khusus polipeptida, termasuk hemaglutinin. Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus) yang serng kali menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di kelopak mata saluran pernafasan bagian atas rectum dan vagina. Pepula pada pita suara di saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan pernafasan. Bisa terjadi pembengkaan kelenjar getah bening di leher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh Stafilococcus.

C.

MANIFESTASI KLINIS Setelah melewati masa tunas 10-14 hari, perjalanan penyakit

ini melalui 4 stadium : a. Stadium prodomal / invasi (berlangsung 2-3 hari) - Mendadak suhu badan naik (sampai 40oC) - Nyeri kepala - Nyeri tulang dan sendi - Gelisah - Lemas - Muntah-muntah. b. Stadium makulo-popular / erupsi (berlangsung cepat 24 jam) - Suhu tubuh normal - Timbul makula-makula eritematosa dengan cepat berubah menjadi popula. - Ruam kulit yang ditemukan monomorf. c. Stadium vesikulo-pustulosa / supurasi - Vesikula berubah menjadi pustule dalam waktu 5-10 hari - Suhu tubuh meningkat lagi (berlangsung 4-5 hari) - Lesi akan mengalami umbilikasi (dele). d. Stadium resolusi (berlangsung selama 2 minggu) Stadium ini dibagi lagi menjadi : - Stadium krustasi : suhu tubuh menurun, pustule mengering menjadi kusta. - Stadium dekrustasi : krusta mengelupas dan meninggalkan bekas sebagai sikratik atropi, kadang ada rasa gatal, stadium ini masih menular. - Stadium rekonvalensi : lesi menyembuh, semua krusta rontok, suhu tubuh normal. Penderita sembuh dan tidak menularkan penyakit lagi.

D. Pemeriksaan penunjang a. Identifikasi badan inklusi dengan pemeriksaan mikroskop. b. Identifikasi virus dengan mikroskop elektron. c. Inokulasi virus pada korioalantoik. 9

d. Tes serologis (Tes Ikatan komplemen).

E. Penatalaksanaan - Penderita harus dikarantinakan, istirahat total dan diberikan diit bergizi. - Obat spesifik tidak ada. Hanya diberikan terapi simtomatik, analgetik dan antipiretik. - Pencegahan infeksi sekunder, antibiotika. - Dijaga kemungkinan infeksi nasokomial. Perhatikan cairan tubuh dan elektrolit.

F. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : - Bronkopnemonia. - Keratitis, ponoftalmia. - Perotitis, orkitis - Osteomilitis - Abses, flegmon - Meningitis, ensefalitis - Telogen efluvium (3-4 bulan)

10

LAPORAN PENDAHULUAN MOLUSKUM KONTAGIOSUM A. Definisi Moluskum kontagiosum merupakan infeksi virus pada kulit yang umum terjadi pada anak-anak.Infeksi kulit yang terjadi berupa papul (benjolan licin dan sewarna kulit), tidak nyeri dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan dalamwaktu setahun. Penyakit ini mudah menular, namun hanya menyeran g kulit tidak menyerang organ-organ dalam. Cara penularan yang biasa terjadi adalah lewat kontak langsung maupun kontak dengan benda lain yang terkontaminasi. Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian paling tinggi di negara tropis. Walaupun biasanya terjadi pada anak-anak, penyakit ini dapat menyerang orang dewasa. Pada anak-anak, biasanya menyerang kulit diwajah, punggung, kaki dan tangan, sedangkan pada orang dewasa dapat menyerang daerah genital (kemaluan). Penyakit ini menyebar dengan cepat pada suatu komunitas yang padat, higienis kurang dan kurang mampu. B. Penyebab Moluskum kontagiosum disebabkan oleh infeksi virus molluscum contagiosum, yang merupakan bagian dari virus pox. Virus ini masuk ke kulit lewat kelenjar rambut dan mudah menular lewat kontak langsung kulit ke kulit atau kontak dengan benda yang terkontaminasi, seperti mainan atau gagang pintu. Virus ini juga menular melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Bila papul digaruk, virus ini dapat menyebar ke kulit di sekitarnya. Daerah lipatan kulit yang lembab, seperti di ketiak, dapat mempercepat penyebaran virus. C. Gejala Moluskum kontagiosum menyebabkan gejala terbentuknya papul yang cukup banyak. Papul merupakan benjolan yang berbatas tegas, licin, berbentuk kubah dan sewarna dengan kulit. Ukuran dari papul ini bervariasi, biasanya antara 2-6 milimeter. Di bagian tengah benjolan seringkali terdapat lekukan kecil yang berisi bahan seperti nasi dan berwarna putih, yang merupakan ciri khas untuk moluskum kontagiosum. Papul ini dapat meradang secara spontan atau pun karena trauma akibat garukan. Papul yang meradang

memberikan gambaran benjolan yang merah, dan hangat.

11

Pada anak-anak, papul biasanya terdapat di wajah, leher, ketiak, kaki dan tangan. Pada orang dewasa, papul dapat ditemukan di daerah genital (kemaluan), perutbagian bawah, selangkangan, dan bokong sehingga dapat dikategorikan sebagaiPenyakit akibat Hubungan Seksual. Kelainan ini tidak menyebabkan akibat yang serius, seperti pada Penyakit akibat Hubungan Seksual yang lain.

D. Pencegahan Untuk mencegah penyebaran virus, dapat dilakukan: :p>


Hindari menyentuh atau menggaruk papul. Tidak pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk, baju atau sisir. Hindari kontak seksual sampai papul telah diobati dan sembuh

E. Pengobatan Pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu enam sampai 18 bulan. Karena moluskum kontagiosum dapat mudah menular, dokter biasanya akan

merekomendasikan tindakan medis, terutama untuk orang dewasa. Tindakan medis ini meliputi pengangkatan papul melalui:

Operasi Cryotherapy (pembekuan dengan nitrogen cair) Electrocautery (terapi dengan jarum) Terapi laser

Walaupun penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gatal, pada beberapa orang dapat timbul dermatitis di sekitar papul sehingga dapat menimbulkan rasa gatal. Pengobatan untuk gatal karena dermatitis dapat menggunakan krim atau salep hidrokortison (kortikosteroid). Namun krim atau salep ini dioleskan hanya di daerah dermatitis dan tidak pada papul moluskum kontagiosum. Kelainan ini dapat menjadiberat dan meluas pada orang dengan kekebalan tubuh yang lemah seperti pada penderita AIDS.

12

LAPORAN PENDAHULUAN VERUKA

A. Definisi Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papiloma virus tipe tertentu. B. Etiologi Virus penyebabnya tergolong dalam virus papiloma (grup papova), virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear. C. Manifestasi Klinis Veruka vulgaris Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstenor, walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa muluut dan hidung. Kutil ini berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya lentik ular atau kalau berkonfluensi berbentuk pelakat, permukan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (Fenomen kobner).

Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah mukan dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan dan tegak lurus pada permuukaan kulit dan permukaann verukosa di sebut sebagai verukosa filiformis. Veruka plana junvenilis Kuyil ini besarnya miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata, berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya terutama di daerah muka dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan tangan , serta lutut. Juga terdapat penomen kopner dan temasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobbattan. Jumlah kutil dapat sangat banyak, terutama terdapat pada anak dan usia muda, walaupun juga dapat ditemukan pada orang tua. Veruka plantaris 13

Kutil ini terdapat ditelapak kaki terutama di daerah yang mengalami tekanan. Bentuknya berupa cincin yang keras dengan ditenggah agak lunak dan berwarna kekuningkuningan permukaan nya licin karna gesekan dan menimbulkan rasa nyeri pada waktu berjalan, yang di sebabkn oleh penekanan oleh masa yang terdapat di daerah tengah cincin. Kalau beberapa veruka bersatu dapat timbul gambaran seperti mosaik.

D. Histopatologi Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeeriksaan histopalogik melalui biopsy kulit. Gambaran hispatologis dapat membedakan bermacam-macam papiloma. E. Pengobatan Macam-macam terapi topical : 1. Bahan kaustik, misalnya larutan Ag N 25%,

Asam triklorosetat 50% dan fenol likuifaktum. 2. 3. 4. 5. Bedah beku, misalnya Bedah scalpel Bedah listrik Bedah laser , dan dan O

F. Prognosis Penyakit ini sering residif, walaupun diberikan pengobatan yang adekuat

14

LAPORAN PENDAHULUAN KONDILOMA AKUMUNATA

A. Pengertian Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV) terutama disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Penyakit ini biasanya asimptomatik dan terdiri dari papilomatous papula atau nodul pada perineum, genitalia dan anus. Ada dua bentuk umum Kondiloma Akuminata, yaitu kondiloma akuminata dan gigantea, yang dikenal sebagai tumor Buschke-Lwenstein.1,3

B. Etiologi dan Transmisi Anogenital kutil (juga dikenal sebagai kutil kelamin, kondiloma acuminata, condylomas) adalah lesi proliferatif jinak yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11. Cara penularan infeksi biasanya melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi sebelumnya, penularan ke janin atau bayi dari ibu yang telah terinfeksi sebelumnya, dan resiko mengembangkan karsinoma sel skuamosa.3,4 HPV dapat menembus sel-sel basal epidermis. Hal ini dapat mengaktifkan pembentukan protein, meningkatkan sel-sel proliferasi, penebalan lapisan yang keras sehingga dapat menimbulkan papillomatosa.

C. Patofisiologi Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak dengan penderita yang terinfeksi HPV. Sampai saat ini dikenal lebih dari 100 macam jenis HPV, yang sering menyebabkan kondiloma akuminata yaitu tipe 6 dan 11. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi permukaan epitel. Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang sifatnya mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang 15

masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic atypical koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang.1,2 Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama.3 HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena pelepasan virus bersama epitel. HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal di korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan disertai infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat melakukan hubungan seksual.

D. Manifestasi Klinis Kebanyakan pasien dengan kondiloma akuminata datang dengan keluhan ringan. Keluhan yang paling sering adalah ada bejolan atau terdapat lesi di perianal. 1. Gejala Kebanyakan pasien hanya mengeluhkan adanya lesi, yang dinyatakan tanpa gejala. Jarang terdapat gejala seperti gatal, perdarahan, atau dispaurenia. 2. Tanda-Tanda Fisik Lesi sering ditemukan di daerah yang mengalami trauma selama hubungan seksual dan mungkin soliter tetapi sering akan ada 5 sampai 15 lesi dari 1-5 mm diameter. Kutil dapat menyatu menjadi plak yang lebih besar dan ini lebih sering terlihat dengan imunosupresi dan diabetes. Pada pria yang tidak disunat, rongga prepusium (glans penis, sulkus koronal, frenulum) yang paling sering terkena, sementara pria yang telah di disunat biasanya terdapat di batang penis.4 16

Kandiloma Akuminata pada pria dapat juga terjadi pada orificium uretra, pubis, skrotum, pangkal paha, perineum, daerah perianal, dan anus. Pada perempuan, lesi dapat terjadi pada labia minora, labia mayora, pubis, klitoris, orificium uretra, perineum, daerah perianal, anus, introitus, vagina, dan ectocervix. Kutil anogenital dapat bervariasi secara signifikan dalam warna, dari merah muda ke salmon merah, putih keabu-abuan sampai coklat (lesi berpigmen). Kondiloma Akuminata umumnya berupa lesi yang tidak berpigmen. Lesi berpigmen sebagian besar dapat terlihat pada labia mayora, pubis, selangkang, perineum, dan daerah perianal.

E. Pengobatan Karena risiko penularan, serta risiko untuk pengembangan karsinoma sel skuamosa, lesi umumnya harus diobati. Banyak metode pengobatan kondiloma akuminata tetapi secara umum dapat dibedakan menjadi topikal, dan bedah. 1. Topikal a. Podophyllin Podophyllin adalah bahan kimia yang paling terkenal dan paling banyak tersedia dalam bentuk topikal. Pertama direkomendasikan untuk pengobatan kondiloma oleh Culp dan Kaplan pada tahun 1942, bahan ini adalah agen sitotoksik yang berasal dari resin podofilum emodi dan peltatum podofilum yang mengandung senyawa lignin biologis aktif, termasuk podofilox, yang merupakan komponen paling aktif terhadap kondiloma akuminata. Podophyllin memiliki keuntungan menjadi mudah digunakan dan sangat murah. Konsentrasi dari 5 sampai 50% telah digunakan tanpa banyak perbedaan dalam keberhasilan. Podophyllin diterapkan langsung ke kondiloma akuminata dengan hati-hati untuk menghindari kulit normal yang berdekatan. Beberapa kelemahan, termasuk keterbatasan penggunaan dan toksisitas sistemik. Podophyllin harus dicuci setelah 6 jam karena sangat mengiritasi kulit normal di sekitarnya dan menyebabkan reaksi lokal yang parah berupa dermatitis, nekrosis, dan jaringan parut.

17

b. Bichloracetic Acid atau Trichloracetic Acid Bichloracetic Acid adalah keratolitik kuat dan telah berhasil digunakan untuk terapi kondiloma akuminata. Seperti podophyllin, Bichloracetic Acid atau Trichloracetic Acid murah dan mudah diterapkan. Namun, juga dapat menyebabkan iritasi kulit lokal dan seringkali memerlukan kunjungan beberapa kali, umumnya pada interval mingguan. Dalam sebuah studi oleh Swerdlow dan Salvati, bichloracetic acid dan trichloracetic acid lebih nyaman digunakan oleh pasien dan memiliki kemungkinan kekambuhan yang minimal dibandingkan yang lain5.

c. Kemoterapi Berbagai agen kemoterapi digunakan untuk pengobatan kondiloma telah diuraikan, termasuk 5-fluorouracil (5-FU) sebagai krim atau asam salisilat, thiotepa, bleomycin, dinitrochlorobenzene dalam aseton, krim dan idoxuridine.

2. Bedah Terapi a. Elektrokauter Elektrokauter adalah cara yang efektif untuk menghancurkan kondiloma akuminata di anus internal dan eksternal tetapi teknik ini memerlukan anestesi lokal dan tergantung pada keterampilan operator untuk mengontrol kedalaman dan lebar kauterisasi tersebut. Mengontrol kedalaman luka penting untuk mencegah jaringan parut dan luka pada sfingter ani mendasarinya. Luka bakar melingkar harus dihindari untuk mencegah stenosis ani. Jika penyakit ini sangat luas atau melingkar, upaya-upaya harus dilakukan untuk mempertahankan kontinuitas kulit.

b. Terapi Laser Terapi laser karbon dioksida untuk menghancurkan kondiloma pertama kali dilaporkan oleh Baggish pada tahun 1980. Sebuah tingkat keberhasilan keseluruhan dari 88 sampai 95% telah dilaporkan. Ini mirip dengan elektrokauter, namun ablasi laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan menimbulkan nyeri pasca operasi.

18

c. Eksisi bedah Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma akuminata dengan tingkat keberhasilan tinggi. Kombinasi eksisi dan elektrokauter dianggap sebagai gold standard untuk pengobatan kondiloma akuminata.

F. Komplikasi 1. Fisik dan Psikoseksual Implikasi Kondiloma Akuminata sering dianggap sebagai dampak dari gaya hidup seksual yang buruk.. Dapat menimbulkan perasaan cemas, rasa bersalah, kemarahan, dan kehilangan harga diri, dan membuat kekhawatiran tentang kesuburan masa depan dan risiko kanker. 2. Pra-Kanker dan Kanker Pra-Kanker (vulva, dubur, dan penis intra-epitel neoplasia, yaitu VIN (Vulva Intraepithelial Neoplasia), AIN (Anal Intraepithelial Neoplasia), dan PIN (Penis Intraepithelial Neoplasia)) atau lesi invasif (vulva, dubur, dan kanker penis) dapat muncul bersamaan dengan kondiloma akuminata, dan salah didiagnosa sebagai kondiloma akuminata. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahan terkait dengan onkogenik jenis HPV dan merupakan bagian dari spektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital. Kecurigaan klinis perubahan neoplastik harus

dipertimbangkan oleh banyaknya perdarahan banyak. Melakukan biopsi atau rujukan spesialis yang tepat harus dipertimbangkan. Varian lain yang jarang HPV 6/11 adalah kondiloma raksasa atau Buschke-Lowenstein tumor. Bentuk ini merupkan suatu karsinoma verukosa, ditandai dengan infiltrasi lokal yang agresif hingga ke bagian dasar. Keadaan ini diperlukan penanganan lebih lanjut (spesialis bedah onkologi). Suatu laporan menunjukkan hasil yang baik dengan kemo-radioterapi. 4

19

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI VIRUS

A. Pengkajian 1. Anamnesaa.Identitas/ data demografi Identitas yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaanyang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggalsebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keteranganlain mengenai identitas pasien. Keluhan Utama Nyeri pada kulit dan perubahan bentuk pada kulit. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Berisi tentang kapan terjadinya penyakit kulit yang diderita, apakahada keluhan yang paling dominan seperti sering gatal/ menggaruk padaarea mana, ada lesi pada kulit penyebab terjadinya penyakit, apa yangdirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasisakitnya sampai pasien bertemu perawat yang mengkaji. 3. Riwayat penyakit keluarga Adanya riwayat penyakit kulit akibat infeksi jamur, virus, atau bakterid.Riwayat psikososial perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 4. Pemeriksaan Fisik 1.Warna Pemeriksaan fisik pada infeksi virus biasanya bersifat lokal, lesimenyebar di seluruh tubuh dimulai suatu vesikula dan akan berkembang lebih banyak di seluruh tubuh. Setelah 5 hari kebanyakanlesi mengalami krustasi dan lepas. Ciri khas infeksi virus padavesikula adalah terdapat bentukan umbilikasi yaitu vesikula di mana bagian tengahnya cekung didalam.Pemeriksaan fisik pada infeksi bakteri, ditemukan karakteristik lesiadalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang dari 1cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada

kemerahandisekitarnya. Awalnya vesikel berisi cairan bening yang menjadikeruh. bula akan pecah, pabila bula pecah akan meninggalkan jaringan parut di pinggiran.Infeksi jamur : lesi pada bagian muka, leher, ekstremitas, lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas dan berbatas tegas terdiriatas eritema, skuama. 20

2. Kelembapan Kelembapan kulit yang dikaji adalah tingkat hidrasi kulit terhadap basah dan minyak. Kelembapan biasa dipengaruhi oleh usia. Semakintua usia seseorang, kelembapan akan semakin menurun. Apabila adainfeksi bakteri, virus, dan jamur maka kelembapan akan cenderungmengering atau basah disekitar lesi. 3. Suhu Suhu dikaji menggunakan dorsal tangan secara keseluruhan. Dalam keadaan normal permukaan kulit akan terasa hangat secarakeseluruhan. Apabila ada infeksi biasanya akan memyebabkanhipertermi. 4. Turgor Turgor adalah elastisitas kulit. Pengkajian fisik bisa dilihat dengancara mencubit kulit, berapa lama kulit dan jaringan dibawahnyakembali ke bentuk semula. Angka normal turgor < 3 detik. 5. Texture Texture bisa dilihat dengan menekankan ibu jari secara lembut kedaerah kulit. Normal terasa halus, lembut dan kenyal. Abnormal terasa bengkak atau atrofi. 6. Lesi Lesi dilihat dimana lokasinya, distribusi, ukuran, warna, adanyadrainase. 7. Edema Edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada jaringan.Pemeriksaan pitting edema dilakukan pada tibia dan kaki. Yang perludikaji dari edema adalah konsistensi, temperature, bentuk, mobilisasi. 8. Odor Odor atau bau ditemui apabila ada bakteri pada kulit, infeksi, hyginetidak adekuat. 9. Kuku Inpeksi : ketebalan, waran, bentuk, tekstur Palpasi : CRT 3-5 detik.

21

B. Diagnosa 1. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit. 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

C. Intervensi dan rasional 1). Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam. Intervensi Rasional

1. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan 1. Mencegah kontaminasi silang, yang baik untuk semua individu yang menurunkan resiko infeksi. datang kontak dnegan pasien 2. Gunakan skort, sarung tangan, masker 2. Mencegah masuknya organisme dan teknik aseptic, selama perawatan kulit. 3. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu infeksius 3. Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung 4. Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah 4. Rambut merupakan media yang yang terdapat erupsi. baik untuk pertumbuhan bakteri.

5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas 5. Meningkatkan penyembuhan. (termasuk pecahnya lepuh) 6. Awasi tanda vital 6. Indikator terjadinya infeksi.

2). Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan. Intervensi Rasional

1. Pertahankan jaringan nekrotik dan 1. mengetahui keadaan integritas kondisi sekitar luka. 2. Berikan perawatan kulit 22 kulit. 2. menghindari gangguan integritas

kulit

3). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan. Intervensi 1. Berikan makanan sedikit tapi sering Rasional 1. Membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan

meningkatkan pemasukan 2. Pastikan makanan yang disukai/tidak 2. Meningkatkan partisipasi dalam disukai. Dorong orang terdekat untuk perawatan dan dapat memperbaiki membawa makanan dari rumah yang tepat. pemasukan.

4). Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya. Intervensi Rasional

1. Bantu memaksimalkan kemampuan 1. memanfaatkan kemampuan dapat yang dimiliki pasien saat ini menutupi kekurangan. memfasilitasi dengan

2. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat 2. dilakukan.

memanfaatkan keletihan.

Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan. Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan. Intervensi 1. Diskusikan perawatan erupsi pada kulit. 1. Rasional Meningkatkan kemampuan

perawatan diri dan menngkatkan kemandirian.

23

D. Implementasi Diagnosa 1 a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien. b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka. c. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu. d. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi. e. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh). f. Mengawasi tanda vital. Diagnosa 2 a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. b. Memberikan perawatan kulit

DiDiagnosa 3 a. Memberikan makanan sedikit tapi sering. b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.

Diagnosa 4 a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini. b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

Diagnosa 5 a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

24

E. Evaluasi Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila : 1. 2. 3. Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal Krusta berkurang Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal alami, tidak terjadi kelainan neurogik. 4. Tidak terjadi kelainan respiratorik.

25

You might also like