You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan.1,2,3 Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (BAL), khususnya genus Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan bagian dari flora normal pada saluran pencernaan manusia.4 Lactobacillus merupakan probiotik yang dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan seperti penanggulangan diare,5 menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh,6 menurunkan kadar kolesterol,7 pencegahan kanker kolon dan usus,8 dan penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak.9 Diare akut merupakan penyebab utama kematian dan malnutrisi pada anak, terutama di negara berkembang. Angka mortalitas diare menurun setelah WHO pada tahun 1978 memperkenalkan terapi rehidrasi oral dengan larutan oralit, dari 4,5 juta (1979) menjadi 1,6 juta (2002) kematian per tahun. Di Indonesia diperkirakan terdapat 200-400 kejadian diare per 1000 penduduk dan penyebab kematian balita kedua setelah infeksi saluran pernafasan akut dengan 300.000500.000 kematian per tahun.10,11 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain usia, asupan diet, status gizi dan keadaan mukosa usus.12 Usia kurang dari 2 bulan, asupan diet, pemberian ASI atau gizi yang buruk dapat mempengaruhi frekuensi dan durasi diare. Terapi baku pada diare akut sesuai pedoman WHO adalah pemberian cairan rehidrasi (oral dan parenteral), pemberian seng selama 10-14 hari serta meneruskan pemberian dietetik.10 Alergi berdampak buruk yaitu menurunnya kualitas hidup, besarnya biaya pengobatan dan terjadinya ko-morbiditas seperti asma, sinusitis dan otitis media. Pada anak, pengaruhnya bahkan sampai pada terganggunya kemampuan belajar

dan penurunan kualitas hidup orang tuanya. Untuk itu pencegahan efektif sangat diperlukan. Pencegahan primer sangat efektif namun masih sulit dilaksanakan, karena menyangkut rekayasa in-utero. Sedangkan pencegahan sekunder, misalnya diet eliminasi, tidak mudah diterapkan di masyarakat luas, karena setiap masyarakat atau bangsa telah mempunyai kepercayaan kuat mengenai apa yang wajar tentang jenis makanan. Perkembangan ilmu dan tehnologi memungkinkan perubahan paradigma pencegahan alergi dari paradigma penghindaran faktor resiko menjadi paradigma induksi aktif toleransi imunologik.13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Probiotik Lilly dan Stillwell memperkenalkan istilah "probiotik" pada tahun 1965 untuk nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan mikroba lain. Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan.1 Probiotik telah banyak dimanfaatkan untuk penanggulangan penyakit gastroenteritis seperti diare, menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh, menurunkan kadar kolesterol, pencegahan kanker kolon dan usus,

penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak, menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome, penatalaksanaan alergi, pencegahan dan penanganan penyakit infeksi. Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan pathogen yang bersifat selektif hanya terhadap beberapa strain patogen. Probiotik juga memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase, lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya. Probiotik juga menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme host, seperti vitamin B (Asam Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin, dan biotin serta antioksidan penting seperti vitamin K.3 Manfaat probiotik bagi kesehatan tubuh dapat melalui 3 (tiga) mekanisme fungsi:3 Fungsi protektif, yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen dalam saluran pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan, mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi

adhesi (penempelan) antara probiotik dan bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga akan menghasilkan berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan patogen); Fungsi sistem imun tubuh, yaitu dengan peningkatan sistem imun tubuh melalui kemampuan probiotik untuk menginduksi

pembentukan IgA, aktivasi makrofag, modulasi profil sitokin, serta menginduksi hyporesponsiveness terhadap antigen yang berasal dari pangan.; Fungsi metabolit probiotik yaitu metabolit yang dihasilkan oleh probiotik, termasuk kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di dalam produk susu terfermentasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose intolerance. Konsumsi probiotik biasanya diaplikasikan pada pembuatan produk pangan olahan seperti; yogurt, keju, minuman penyegar, es krim, yakult, permen dan yogurt beku. Jumlah minimal strain probiotik yang ada dalam produk makanan adalah sebesar 106 CFU/g atau jumlah strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada saat berada dalam jalur pencernaan.4 Beberapa jenis bakteri probiotik yang sering digunakan dalam industri makanan seperti : Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus johnsonii, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus thermophilus, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium animalis, Enterococcus faecalis, Enterococcus faecium,

Sporolactobacillus inulinus, Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus, dan Streptococcus thermophilus.5

B. Efek Probiotik Terhadap Imunitas

Reaksi alergi terjadi melalui tahap-tahap aktivasi sel-sel imunokompeten, aktivasi sel-sel struktural, aktivasi dan recruitment sel-sel mast, eosinofil dan basofil, reaksi mediator dengan target organ dan tahap timbulnya gejala. Alergen yang berhasil masuk tubuh akan diproses oleh APC. Peptida alergen yang dipresentasikan oleh APC menginduksi aktivasi Limfosit T. Aktivasi limfosit T oleh APC yang memproses alergen akan mengaktivasi Limfosit TH2 untuk memproduksi sitokin-sitokinnya. Kontrol specialized pattern recognition

receptors (PRRs) yaitu Toll-like receptors (TLR) dari sel-sel dendritik (DCs) atas respons imun innate menentukan respons imun adaptif TH1, Treg atau TH2. Limfosit TH1 memproduksi IL-2, IFN-g dan TNF-a, sedangkan Limfosit TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-13, dan GM-CSF.5 Limfosit TH yang baru diaktifkan alergen akan berfenotip TH2. Produksi sitokin TH2 terutama IL- 4 akan mensupresi perkembangan TH1 dan produksi sitokin TH1 terutama TNF-a akan mensupresi perkembangan TH2. Bila sitokin yang dihasilkan Limfosit TH2 berinteraksi dengan Limfosit B, maka Limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi IgE. Sitokin yang dihasilkan TH2 menstimulasi produksi sel mast, basofil dan eosinofil. Interaksi antara alergen, sel mast dan IgE menghasilkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast melepaskan mediator histamin. Histamin yang dilepaskan sel mast ditangkap reseptor histamin di target organ. Bila terjadi interaksi histamin dengan reseptornya pada target organ, maka reaksi alergi akan terjadi. Reseptor H1histamin mempunyai peran yang lebih luas dalam proses radang daripada sekedar mediator yang menyebabkan alergi. Reseptor H2-histamin mempunyai peran dalam terjadinya rasa gatal dan nyeri pada kulit serta peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi perifer, sedangkan reseptor H3-histamin meningkatan pelepasan neurotransmitter seperti histamine, norepinephrine, asetilkolin, peptide dan 5hidroksitriptamin.13

Gambar 1. Mekanisme alergi Pemberian probiotik dalam pencegahan alergi juga merupakan upaya perbaikan homoestasis sistem biologis penderita yang ditujukan pada

imunomodulasi respon imun dengan menyeimbangkan respon imun Th1 dan Th2. Alergi merupakan bentuk Th2-disease yang upaya perbaikannya memerlukan pengembalian host pada kondisi Th1-Th2 yang seimbang. Alasan mengapa dalam konsep induksi aktif toleransi imunologis tersebut kita mengarah pada probiotik dikarenakan probiotik adalah flora normal saluran cerna yang mampu mengontrol keseimbangan mikroflora usus dan menimbulkan efek fisiologis yang menguntungkan kesehatan host. Probiotik juga memiliki kemampuan sebagai aktivator yang kuat untuk sistem imun innate karena mempunyai molekul yang spesifik pada dinding selnya. Dalam mikrobiologi, molekulmolekul spesifik tersebut dikenal sebagai pathogen-associated molecular patterns (PAMPs). Molekul-molekul spesifik (PAMPs) dikenali oleh reseptor-reseptor spesifik (specific pattern recognition receptors, PRRs). Salah satu PAMPs yang ada pada probiotik adalah lipoteichoic acid (LTA). LTA merupakan molekul yang secara biologis aktif, merupakan karakteristik dari bakteri gram positif dan mempunyai dampak biologis (misalnya dalam induksi produksi sitokin) yang sama dengan LPS. TLRs adalah PRRs (pattern recognition receptors) mamalia yang berfungsi sebagai sinyal transducer yang berhubungan dengan CD-14 untuk membantu sel

host mengenali patogen serta melakukan inisiasi kaskade sinyal. TLRs juga membantu menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif dengan menginduksi berbagai molekul efektor dan kostimulator. Semua TLRs mempunyai struktur yang sama dan mempunyai karakter menyalurkan sinyal melalui NF-kB, AP-1, dan MAP kinases. Efektor hilir dari beberapa TLR, misalnya TLR2 dan TLR4, adalah adapter protein MyD88 yang berinteraksi dengan reseptor transmembran melalui domain C-terminal TIR. MyD88 merekrut Ser/Thr kinase IRAK (IL-1R associated kinase) untuk membentuk kompleks reseptor. IRAK berhubungan dengan molekul adapter TNF receptor associated factor (TRAF6). TRAF6 selanjutnya mengaktivasi MAP3K family member NIK (NF-kB-inducing kinase) yang akan mengaktivasi NF-kB inhibitor kinases (IKKs). Degradasi NF-kB inhibitor I-kB melepaskan NF-kB yang segera translokasi ke nukleus untuk menginduksi ekspresi gen yang sesuai.13 Pada tingkat molekul, sistem imun innate dipusatkan pada aktivasi dari NFkB, yang mempunyai kemampuan menginduksi transkripsi dari beberapa sitokin proinflamasi dalam merespon stimulasi oleh mikroba. Dalam perannya membantu menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif TLR, mampu menginduksi respons imun baik ke arah TH1 maupun Treg. TLR-2 dan TLR-4 diketahui mempunyai peran penting dalam polarisasi respons imun oleh paparan mikroba. Jadi konsep probiotik pada pencegahan alergi didasari pada induksi aktif dari respon imunologik yang dimulai dari sistim imun innate dan mengarah pada pengembalian host pada kondisi Th1-Th2 yang seimbang.13

Gambar 2. Hubungan antara probiotik dengan TLR dan stimulasi respon imun Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga meningkatkan respons imunitas alami (innate immunity). Probiotik menghasilkan ion hidrogen yang akan menurunkan pH usus dengan memproduksi asam laktat sehingga menciptakan suasana yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri patogen.14 Efek pada respon imunitas nonspesifik seluler berupa peningkatan aktifitas fagositik oleh lekosit PMN dan mononuklear. Beberapa penelitian juga menggambarkan peningkatan fungsi makrofag.15 Produk bakteri dengan sifat imunomodulator termasuk lipopolisakarida (LPS), peptidoglikan dan lipoteichoic acid (LTA) yang dimiliki oleh Bifidobakteria mempunyai afinitas pengikatan yang tinggi terhadap membran sel epitel mukosa dan dapat bertindak sebagai pembawa antigen serta mengikatkan ke jaringan target sehingga dapat mengaktivasi makrofag untuk membangkitkan respon imun.14 Peningkatan sekresi enzim lisosom oleh fagosit juga dilaporkan, meliputi oksigen reaktif dan nitrogen spesies. L. acidophilus, B bifidus, L. Rhamnosus, dan B. Lactis semua meningkatkan fagositosis pada manusia, meningkatkan kemampuan netrofil untuk

menghasilkan radikal oksigen. Peningkatan ekspresi reseptor yang terlibat pada fagositosis, terutama reseptor komplemen-3 (CR3). Penelitian membuktikan peningkatan jumlah sel NK atau aktifitasnya. Konsumsi secara teratur yogurt selama 28 hari meningkatkan secara progresif jumlah sel NK di darah perifer.15 Beberapa penelitian binatang memperlihatkan peningkatan IFN- oleh darah dan lien (respon tipe Th1) setelah suplementasi probiotik. IFN- mempunyai peran sebagai mediator makrofag dan aktifasi sel NK dan merupakan faktor kunci pada ketahanan host melawan patogen intraseluser. IFN- juga terlibat dalam mengatur sitokin lain seperti IL-4, IL-5 dan IL-10. Dilaporkan juga peningkatan produksi IFN- pada manusia. Beberapa strain Lactobacilli menstimulasi ekspresi TNF-, IL-6 dan IL-10 oleh sel mononuklear perifer manusia (in vitro dan in vivo).15 Efek pada respon imunitas spesifik berupa stimulasi fungsi imunitas humoral atau cell-mediated dengan meningkatkan sirkulasi antibodi atau mempengaruhi produksi sitokin. Konsumsi probiotik menstimulasi respon antibodi lokal/mukosa dan sistemik terhadap antigen. Anak dengan diare Rotavirus memperlihatkan peningkatan respon antibodi mukosa spesifik dan serum terhadap Rotavirus setelah pemberian Lactobacillus.15 Terdapat
14

peningkatan jumlah sel penghasil terutama IgA dan sel penghasil Ig lain.

Probiotik dipercaya menstimulasi sistem imunitas melalui ikatan terhadap sel intestinal dan interaksi dengan GALT. Mikroflora dapat berinteraksi secara langsung dengan sel epitel imunokompeten atau secara tidak langsung melalui sel dendrit atau Peyers patches, yang mengandung makrofag dan antigen-presenting cell sel B dan sel T, didesain untuk menangkap mikroba dan partikel lain yang ada di lumen usus halus sehingga sebagai sisi induktif untuk respon imunitas mukosa. Bakteri probiotik ditangkap melalui mukosa usus halus dan kemudian ditangkap oleh makrofag, yang kemudian memproduksi sitokin dan faktor lain, yang memodulasi fungsi cell-mediated imun. Probiotik memicu stimulasi sitokin dan mediator lain sebagai peningkatan fungsi cell-mediated effector, seperti

peningkatan fungsi fagosit dan produksi IFN-. Salah satu cara probiotik dapat membantu mengurangi respon inflamasi seperti terlihat pada Crohn disease dan alergi makanan adalah dengan meningkatkan produksi sitokin antiinflamasi dan mengurangi produksi sitokin proinflamasi sehingga memperkuat barier mukosa usus.15 Probiotik juga memiliki kemampuan sebagai aktivator yang kuat untuk sistem imun innate karena mempunyai molekul yang spesifik pada dinding selnya, dikenal sebagai pathogen-associated molecular patterns (PAMPs). Molekulmolekul spesifik (PAMPs) dikenali oleh reseptor-reseptor spesifik (specific pattern recognition receptors, PRRs). Salah satu PAMPs yang ada pada probiotik adalah lipoteichoic acid (LTA). LTA merupakan molekul yang secara biologis aktif, merupakan karakteristik dari bakteri gram positif dan mempunyai dampak biologis (misalnya dalam induksi produksi sitokin) yang sama dengan LPS.16 Menurut Saito, molekul biologis aktif probiotik berupa peptidoglycan dan teichoic acid merupakan pathogen-associated molecular patterns (PAMPs) akan dikenali PRRs (pattern recognition receptors) dalam hal ini TLR2 dan TLR4. TLR2 dan TLR4 akan menginduksi transkripsi dari beberapa sitokin proinflamasi dalam merespons stimulasi oleh probiotik yang berfungsi membantu

menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif dengan menginduksi berbagai molekul efektor dan kostimulator.17 Saluran pencernaan merupakan bagian pemisah sebagai pelindung bagian dalam dari berbagai macam antigen, yang berasal dari makanan dan mikroorganisme dari luar tubuh. Saluran cerna ini merupakan pertahanan awal untuk pembuangan antigen, eliminasi benda asing yang masuk melalui mukosa saluran cerna serta meregulasi reaksi antara antigen dan spesifik imun respons.17 Pertahanan saluran cerna akan mengontrol transport antigen dan reaksi imunologi di dalam saluran cerna. Antigen yang terabsorpsi lapisan epitel dengan cara transcytosis melalui dua cara, yaitu degadrasi protein menjadi fragmenfragmen peptida yang lebih kecil di dalam lisosom, sehingga akan mengurangi 10

imunogenitas dari protein (90% protein akan melalui proses ini). Sedangkan sebagian kecil protein akan ditransport secara utuh dan keadaan ini akan menimbulkan reaksi imun spesifik.18 Mikroflora intestinal dan probiotik mungkin mempengaruhi sistem imun host melalui efeknya pada barier mukosa dan maturasi sistem imun. Efektor primer sistem imun dikenal sebagai innate imune system, yang merupakan sistem pertahanan non spesifik yang dimediasi oleh monosit, makrofag, dan dendritic cells. Sel-sel tersebut pada sistem innate berperan sebagai antigen presenting cell (APC). Innate imune system berperan lebih lanjut mengatur fungsi antigenspesific sistem imun adaptif, seperti keseimbangan respons imun terkait profil sitokin atau reseptor kemokin. Defek maturasi imun terkait kurangnya stimulasi mikroba yang berakibat disregulasi sistem imun innate dan adaptif. Penelitian tentang efek probiotik terhadap efek seluler sistem imun sudah banyak dilakukan. Satu studi melaporkan bahwa probiotik akan meningkatkan proliferasi splenosit sebagai akibat mitogen untuk T sel dan B sel.19 Probiotik Lactobacillus GG mempunyai kemampuan untuk meningkatkan imunitas mukosa intestinal, yaitu peningkatan jumlah sel penghasil terutama IgA dan sel penghasil imunoglobulin yang lain, merangsang pelepasan interferon lokal yang memfasilitasi transport antigen serta meningkatkan ambilan antigen oleh Peyers patches.19 Streptococcus thermophilus, yang secara komersial terdapat di yoghurt, meningkatkan produksi sitokin TNF dan IL-6, melalui sel makrofag. Strain L.butgaricus,Bifidobacterium culolescenti, dan B.bifidum akan meningkatkan produksi IL-6 melalui sel T-helper. Escherichia coli or B.bifidum juga meningkatkan produksi IL- 1, IL-6 and TNF_. Probiotik akan meningkatkan proliferasi splenosit sebagai akibat mitogen untuk T sel dan B sel.19 Peran nonspesifik lain dari probiotik, yaitu mampu menurunkan reaksi hipersensitivitas terhadap susu sapi. Kelompok dewasa dengan alergi susu sapi, ekspresi dari CRI, Fc_RI dan Fc_R pada netrofil akan meningkat, demikian juga 11

CR1, CR3 dan Fc_R pada monosit. Pemberian Lactobacillus GG ternyata akan menurunkan reseptor ekspresi tersebut, dengan hasil akhir reaksi hipersensitivitas terhadap susu sapi akan berkurang.17 Dari penelitian yang ada dikatakan bahwa pemberian Lactobacillus GG pada ibu hamil akan menurukan risiko atopi pada bayi. Angka kejadian atopi eksema lebih tinggi sebanyak 46% pada kelompok plasebo dibandingkan kelompok yang mendapatkan Lactobacillus GG sebesar 23%. Berkurangnya stimulasi Th1 akan meningkatkan risiko kejadian alergi. Bakteri dan factor-faktor lain banyak berperan terhadap stimulasi Th1. Selain itu, bakteri juga faktor yang penting terbentuknya interleukin 10 ( IL-10) serta transforming growth factorbeta (TGF-).17 C. Peran probiotik pada penyakit gastrointestinal Probiotik telah dibuktikan melalui penelitian efektif untuk pencegahan dan pengobatan terhadap berbagai kelainan gastrointestinal, misalnya diare oleh karena pemakaian antibiotik yang berlebihan, diare oleh karena infeksi bakteri maupun virus, intoleransi laktosa dan traveller diarrhea.20,21 Probiotik mempunyai keuntungan dalam terapi penyakit diare pada anak melalui stimulasi sistem imunitas terutama infeksi Rotavirus pada bayi, dimana suplementasi probiotik mengurangi durasi penyebaran virus, meningkatkan sel yang mensekresi IgA antirotavirus, menurunkan peningkatan permeabilitas usus (yang secara normal berhubungan dengan infeksi Rotavirus) dan mengurangi durasi diare dan lama rawat rumah sakit.22 Bakteri probiotik yang sering digunakan untuk memperpendek durasi diare adalah Lactobacillus GG, Lactobacillus acidophillus, Bifidobacterium bifidum dan Enterococcus faecium. Penggunaan bakteri probiotik untuk pencegahan diare oleh bakteri maupun virus tidak terlalu kuat bila dibandingkan penggunaannya untuk memperpendek diare. Mekanisme probiotik untuk meningkatkan ketahanan mukosa usus antara lain melalui stimulan imunitas mukosa usus, kompetisi untuk nutrien tertentu, mencegah adhesi mukosa dan epitel oleh bakteri patogen, 12

mencegah invasi (translokasi) terhadap epitel usus dan produksi materi antimikrobial.20 Sejumlah mikroorganisme seperti L.Bulgarius, S. Thermophilus dan L acidophilus ternyata mempunyai aktivitas laktase in vivo sehingga membantu mempercepat digesti laktosa.21 Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus diduga dengan cara kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit, enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi mengadakan perlekatan dengan bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik didalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi bakteri patogen. Kemampuan adhesi bakteri probiotik dapat mengurangi atau menghambat adhesi bakteri lain misalnya E. Coli dan Salmonella sehingga tak terjadi kolonisasi.20 Bakteri probiotik memberi manfaat pada host karena produksi substansi antibakteri, misalnya asam organik, bakteriosin, mikrosin, reuterin, volatile fatty acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen. Epitel mukosa usus dan mikroflora usus normal merupakan barier mukosa terhadap bakteri patogen, antigen dan bahan yang merusak lumen usus. Dalam keadaan normal barier ini intak, bila epitel sel atau mikroflora normal terganggu, terjadi peningkatan permeabilitas dengan akibat invasi/translokasi patogen, antigen asing dan bahan yang membahayakan. Pemberian bakteri probiotik akan menekan reaksi inflamasi intestinal dan normalisasi permeabilitas mukosa usus dan flora usus serta dapat memperbaiki barier imunologik, terutama respon SIgA.20 Lactobacillus sebagai probiotik banyak digunakan sebagai probiotik karena bakteri ini lebih stabil sehingga proses penyiapannya lebih mudah dan stabilitasnya selama penyimpanan lebih terjamin.23 Penelitian yang

membandingkan efikasi 5 sedian produk probiotik : Lactobacillus rhamnosus strain GG; Saccharomyces boulardii; Bacillus clausii; campuran dari L delbrueckii var bulgaricus, Streptococcus thermophilus, L acidophilus, dan Bifidobacterium bifidum; atau Enterococcus faecium SF68 didapatkan durasi diare

13

secara bermakna lebih rendah pada anak yang menerima Lactobacillus GG dan pada kelompok yang mendapat probiotik campuran dibandingkan kelompok yang mendapat Saccharomyces boulardii; Bacillus clausii, Enterococcus faecium SF68 dan yang hanya mendapat rehidrasi oral. Durasi diare pada ketiga kelompok probiotik tersebut tidak ada perbedaan bermakna dengan kelompok yang hanya mendapat rehidrasi oral. Dari semua kelompok tidak didapatkan efek samping obat selama terapi.23 Mekanisme Lactobacillus GG dalam mengurangi lama diare akut diperkirakan karena bakteri tersebut menstabilkan mikroflora usus, mengurangi lamanya shedding rotavirus dan mengurangi peningkatan permeabilitas usus yang disebabkan oleh infeksi rotavirus dan secara bersamaan meningkatkan fungsi IgA
23

sekretori. Kombinasi probiotik yang terbukti efektif antara lain L.acidophilusB.bifidum dan L.acidophilus-S.thermophilus-B.bifidum-L.bulgaris. Sedangkan dosis yang efektif pada diare akut adalah >1010 cfu/hari dan sangat efektif jika diberikan pada awal terjadinya diare (<48 jam), dengan rerata lama pemberian probiotik 5 hari. L.reuteri sebagai preparat tunggal efektif menurunkan frekuensi dan durasi diare dengan stimulasi imunitas dengan produksi asam organik (laktat dan asetat) dan reuterin serta meningkatkan kadar IL-2 dan TNF-. Reuterin menyebabkan kadar urease pada feses rendah sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri dan menghambat pertumbuhan kuman patogen pada saluran cerna. Efektivitas LGG dan L.acidophilus sebagai preparat kombinasi masih terbatas, namun keduanya diketahui dapat memodulasi sistem imunitas dengan produksi asam laktat, H2O2, laktase dan bakteriosin, meningkatkan aktivitas sel natural killer (NK), fagositosis oleh leukosit PMN dan makrofag serta meningkatkan kadar kadar IL-2, IL-6, TNF-, IFN-gamma dan sIgA. Bacillus longum selain produksi asam organik dan H2O2 diketahui meningkatkan kadar sIgA.20 Probiotik tersebut terbukti bermakna pada pencegahan diare akibat rotavirus dan diare terkait penggunaan antibiotik (antibiotic associated diarrheaAAD), namun efektivitasnya pada pengobatan diare akut belum banyak diteliti.

14

Sedangkan S.faecium memodulasi sistem imunitas dengan memproduksi bakteriosin. Efektivitas S.faecium pada diare akut juga terbatas, sebagai preparat kombinasi S.faecium efektif menurunkan durasi dan frekuensi diare sebagai pada pencegahan diare akibat AAD.20 Studi meta analisis pemberian Lactobacillus pada anak penderita diare akut menyimpulkan pemberian Lactobacillus aman dan efektif sebagai terapi diare akut, dari 9 studi acak tersamar ganda yang masuk dalam kriteria inklusi 4 studi memakai Lactobacillus GG sebagai probiotik, 2 studi Lactobacillus reuteri dan Lactobacillus acidophilus/Lactobacillus bulgaricus dan 1 studi memakai heat
20

killed Lactobacillus acidophilus. Walaupun telah terbukti dapat mengurangi keparahan diare akut pada anak. Belum ada rekomendasi dari WHO tentang dosis dan lama suplementasi probiotik pada diare akut. Dosis yang digunakan dalam berbagai penelitian berkisar antara 5.540 x 109 Lactobacillus GG, L. sporogens atau Saccharomyces boulardii. Dosis yang secara signifikan memberikan efek adalah 5 x 109 colony forming units (CFU).52 Lama pemberian untuk terapi rata-rata 5 hari dan untuk pencegahan diare diberikan selama minimal 6 hari.23

15

You might also like