Professional Documents
Culture Documents
2013
Corresponding author.
675
2013
676
2013
Pembentukan basisdata nama geografis yang seamless dilakukan sejak tahun 2004 hingga sekarang untuk menghasilkan gasetir rupabumi yang dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh TNPNR dan PPNR (Perdana, dkk., 2011a). Proses penyusunan gasetir rupabumi sebagaimana dapat diihat dalam Gambar 3, mempergunakan nama geografis yang disajikan dalam Peta Rupabumi Indonesia skala menengah (1:25.000 dan 1:50.000). Gasetir rupabumi merupakan contoh gasetir ringkas yang memuat nama geografis, nama lokal, posisi geografis, informasi ketinggian, wilayah administrasi, nama dan nomor lembar peta.
677
2013
Peta RBI
Penggabungan Data
Transformasi Koordinat
Gasetir Rupabumi
Gasetir Rupabumi bersumber dari Peta RBI skala 1:25.000 dan 1:50.000, selain itu tersedia daftar nama rupabumi peta RBI 1:10.000 yang merupakan satu rangkaian bagian dari kegiatan pemetaannya (Gambar 4).
Gambar 4. Indeks Peta RBI Skala 1:50.000, 1:25.000, dan 1:10.000 (Sumber: Hendrayana, 2012)
Sebaran nama rupabumi yang telah terkelola dalam basisdata nama rupabumi dengan sumber data peta RBI skala menengah area cakupannya sebagaimana dapat dilihat pada gambar 5. Beberapa wilayah yang belum tercakup dikarenakn sumber data skala menengah yang masih dalam proses pengerjaan untuk wilayah sumatera dan belum digabungkannya data untuk pembentukan gasetir di sebagian wilayah papua.
678
2013
Gambar 5. Status Gasetir Rupabumi per 2012 Kegiatan Verifikasi dan Pembakuan Nama Geografis Di era globalisasi informasi, semua orang dapat mencari nama tempat dengan begitu mudahnya. Akan tetapi, keakuratan informasi yang diperolehnya sangat tergantung pada sumber data dari nama geografis tersebut. Nama geografis yang tersaji di dalam beberapa sajian peta atau situs online yang menggambarkan permukaan bumi dengan nama sebagai informasi kunci untuk pencarian sebuah lokasi atau tempat dapat menjadi alat bantu atau malah menyesatkan. Hal ini dapat terjadi apabila sumber data yang dipergunakan belum merupakan nama geografis yang telah diverifikasi. Banyak nama rupabumi dari berbagai sumber sajian informasi di dunia maya tampaknya perlu mendapat perhatian dan dikontrol oleh otoritas pembakuan nama (Perdana, dkk., 2012). Sedianya data tersebut dapat dijadikan sebagai data sekunder untuk kemudian diverifikasi sesuai dengan pedoman dan prosedur verifikasi dan pembakuan nama rupabumi yang telah disusun oleh TNPNR. Verifikasi dan pembakuan nama rupabumi dilakukan untuk mempertahankan nama sebagai identitas yang unik, konsistensi dan akurasi serta arti, makna dan sejarah di balik sebuah nama (Perdana, dkk., 2011a; Mayasari, dkk., 2011). Tahapan proses inventarisasi nama rupabumi hingga verifikasi dan pembakuannya sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi (Gambar 6).
679
2013
Gambar 6. Prosedur Inventarisasi, Verifikasi dan Pembakuan Nama Rupabumi (Sumber: Permendagri Nomor 39 Tahun 2008)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Road Map dan Kemajuan Proses Pembakuan Nama Rupabumi Terbentuknya Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi berdasarkan PERPRES No. 112/2006 sebagai implementasi resolusi PBB I/4, Rekomendasi B: bahwa pada tahap awal dalam standarisasi internasional nama-nama geografis, setiap negara harus mempunyai otoritas nasional nama-nama geografis. Hal ini sebagai titik tolak dalam pembakuan nama-nama geografis secara nasional dan pengelolaan nama-nama geografis secara berkelanjutan sejalan dengan perubahan dinamika masyarakat. Kegiatan pembakuan nama rupabumi yang diselenggarakan oleh TNPNR dengan dukungan PPNR Provinsi dan Kabupaten/Kota telah memiliki road map (Gambar 7). Dimulai dari tahun 2005 hingga 2009 telah dilakukan verifikasi dan verifikasi nama pulau, tahun 2009-2011 dilakukan verifikasi nama wilayah administrasi, dan tahun 2012-2014 verifikasi nama rupabumi unsur alami. Tahun 2015-2017 akan dilakukan verifikasi nama rupabumi unsur buatan dan tahun 2018-2020 verifikasi nama rupabumi warisan budaya.
680
2013
Sumber data yang dipergunakan dalam verifikasi yang utama ialah gasetir rupabumi, dilengkapi dengan hasil inventarisasi yang telah dilakukan oleh PPNR Provinsi bersama dengan PPNR Kabupaten/Kota, serta dari data sekunder pendukung lainnya (Gambar 7). Ketiga sumber data tersebut dapat dipergunakan dalam proses verifikasi nama rupabumi, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang komprehensif, andal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan verifikasi ini menghadirkan PPNR, pemangku pemerintahan daerah terkait, hingga sesepuh di daerah tersebut yang dapat menjadi narasumber mengenai asal, arti, dan sejarah sebuah nama. Contoh hasil verifikasi baik berupa form isian maupun basisdata nama rupabumi verifikasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pembakuan nama wilayah administrasi telah selesai dilaksanakan di 33 Provinsi, termasuk di dalamnya 339 kabupaten, 98 kota, dan 6693 kecamatan. Hasil verifikasi ini perlu ditindaklanjuti terlebih pasca pemekaran beberapa wilayah, misalnya seperti lahirnya Provinsi Kalimantan Utara.
681
2013
Verifikasi nama pulau yang dilakukan oleh TNPNR dan PPNR Provinsi dan Kabupaten/Kota telah ditelaah datanya oleh tim kerja pembakuan nama pulau-pulau, penghitungan panjang garis pantai, dan luas wilayah Indonesia terdiri dari para pakar pemerintahan dan akademisi. Tim kerja ini menyepakati apa yang telah disampaikan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi dalam Sidang ke X Konferensi PBB tentang Pembakuan Nama Rupabumi (UNCSGN) di New York, USA yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juli sampai 12 Agustus 2012 bahwa Indonesia menyampaikan dalam Country Report: pulau-pulau yang telah dibakukan namanya ialah 13.466 pulau sesuai dengan RPP tentang Gasetir Pulau di Indonesia. Secara umum yang dilaporkan bahwa prioritas nasional penamaan nama-nama pulau telah selesai dilaksanakan terkait dengan Rekomendasi B Resolusi I/4, tentang Pengumpulan Namanama Geografi. Penamaan pulau dilaksanakan sebagai prioritas sejak adanya konflik sejumlah pulau. Daftar nama pulau yang disampaikan termasuk pulau yang berada di sungai, pulau yang berada di danau, dan pulau di laut. Hal ini semakin memperkuat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Kepulauan. Meskipun nama pulau tersebut belum secara resmi disusun ke dalam sebuah gasetir nasional. Selain informasi tersebut, berbagai hasil dan kemajuan pelaksanaan proses verifikasi dan pembakuan nama rupabumi di Indonesia senantiasa dilaporkan dalam Sidang United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) dan Pertemuan United Nations Conference on Standardization of Geographical Names (UNCSGN). 2. UNGEGN dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (UN-ECOSOC) No. 715 A (XVII) 23 April 1959 dan 1314 (XLIV) 31 Mei 1968. Tujuan dibentuknya UNGEGN adalah untuk memajukan usaha pembakuan nama-nama rupabumi internasional khususnya negara-negara anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). UNGEGN adalah salah satu dari 7 badan tetap kepakaran PBB yang melakukan pertemuan 3 kali dalam setiap 5 tahun dan setiap 5 tahun sekali UNGEGN menyelenggarakan konferensi tentang standarisasi nama-nama geografis (UNCSGN). UNGEGN terdiri dari pakar-pakar kartografi, linguistik, sejarah, geografi, antropologi dan lain-lain yang
682
2013
683
2013
Gambar 11. Pengembangan Pemanfaatan Gasetir Nasional dan Integrasi dengan Informasi Lainnya
Banyaknya data geospasial yang menggunakan Spatial Identifier yang saling terkait dengan berbagai informasi lainnya perlu memiliki referensi tunggal. Gasetir adalah bentuk khusus dari suatu Spatial Identifier yang di dalamnya merepresentasikan nama, jenis unsur dan koordinat lokasi serta informasi terkait lainnya. Gambar 10 di atas menggambarkan rancangan optimalisasi nama rupabumi sebagai salah satu informasi geospasial dasar dan sekaligus linkeddata dengan informasi spasial dan non-spasial melalui InaGeoportal. D. KESIMPULAN TNPNR dan PPNR Provinsi dan Kabupaten/Kota masih memiliki tugas yang cukup berat untuk menyelesaikan dan menyempurnakan hasil verifikasi dan pembakuan nama rupabumi. Dukungan ketersediaan informasi geospasial dasar dalam bentuk peta rupabumi Indonesia pada skala yang memadai dibutuhkan oleh TNPNR untuk kelancaran proses verifikasi. Publikasi Gasetir Nasional melalui geoportal nasional adalah hal yang dinanti untuk terwujudnya nama rupabumi baku sebagai acuan atau referensi tunggal informasi geospasial di Indonesia. Hal tersebut akan menjawab tantangan one map, one gate, one solution. Tentusaja kesemua hal tersebut memerlukan sinergisme dan koordinasi yang kuat antar Kementerian dan/atau Lembaga terkait serta peningkatan peran aktif pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat. Kesadaran spasial perlu ditingkatkan tidak hanya di kalangan kepemimpinan namun hingga masyarakat menjadikan kesadaran spasial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan hal ini akan berdampak luar biasa dengan meningkatnya perhatian terhadap lingkungan sekitar, dimulai dari mengenal nama geografis unsur rupabumi di lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA ------------, 2011. [Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasia], Jakarta, Indonesia. ------------, 2006. [Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi], Jakarta Pusat, Indonesia.
684
2013
685