Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN PENCEGAHAN (IKM-KP) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014
A. ANAMNESA 1. Identitas Pasien a. Pribadi Nama Umur Berat Badan Tinggi Badan Jenis Kelamin Alamat b. Keluarga Istri Umur Pekerjaan : Ny. K : 34 tahun : Pemulung sampah : Tn.P : 35 tahun : 65 kg : 160 cm : Laki-laki : Tubanan Lama, Surabaya
Anak Umur
: An. N : 6 tahun
: An. N : 4 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan d. Budaya Etnis / suku Agama Kepercayaan e. Geografi Asal : Tuban : Jawa : Islam : : tidak bekerja
2. Pemeriksaan Pasien ( 23 Januari 2014) Anamnesa Subjektif Keluhan Utama : bercak-barcak merah di sertai rasa tebal.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh bercak-bercak merah di seluruh tubuh disertai rasa tebal sejak enam bulan yang lalu. Selain itu, badannya terasa lemas sejak sebulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering capek dan badan terasa sakit semua. Pada awalnya, muncul bercak warna putih di dada kiri seluas 3 jari pasien sejak dua tahun yang lalu. Bercaknya tidak disertai rasa gatal tapi terasa tebal. Pada enam bulan yang lalu, bercaknya menjadi berwarna merah dan menyebar ke seluruh tubuh. Pasien mengaku Pasien sudah berobat ke dokter spesialis kulit disertai pengobatan alternatif tapi tetap tidak sembuh. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak punya riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat Kebiasaan : Sebelum sakit, pasien merokok satu bungkus/dua hari. Pasien mengaku tidak pernah minum-minuman beralkohol. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat keluarga maupun tetangga dengan penyakit Morbus Hansen. Pasien mengaku di daerah asal istrinya ada yang punya sakit seperti ini. Riwayat Gizi Sebelum sakit, pasien makan 2 kali sehari dengan menu nasi, lauknya tahu dan tempe, jarang makan sayur maupun buah. Sejak 6 bulan yang lalu, pasien sering mual dan lansung muntah jika makan nasi sehingga pasien hanya makan mie dan roti. Riwayat Sosial : Pasien tinggal di kos-kosan bersama istri dan dua anaknya. Kos-kosan pasien terdiri dari satu lantai berukuran 3x4 meter, terdiri dari ruang tidur dan dapur. Alasnya dari tanah yang ditutupi karpet sekaligus kasur untuk tidur. Dinding kosnya dari triplek dan tidak berventilasi. Penerangannya hanya dari satu lampu. Antara kamar tidur dengan dapur hanya dibatasi triplek. Mandinya ditempat mandi kos-kosan. Pasien tidak bekerja sejak 6 bualn yang lalu dan biaya hidup dari penghasilan istri yang bekerja sebagai pemulung sampah.
B. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis: Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Vital sign : sedang : compos mentis : Nadi: 80x/menit, reguler, kuat angkat Frekuensi nafas: 18x / menit TD 110/80 Kepala dan leher a/i/c/d Mulut Thorax Simetris, Spontan, Ret (-), Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Abdomen: Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi Ekstremitas Akral Edema CRT : Dingin, kering, pucat : tidak ada : kurang dari 2 detik : Flat : Bising usus (+) normal : Nyeri tekan epigastrium, tidak teraba adanya : -/-/-/ Hidung & cavum nasi : pernafasan cuping hidung (-) : Sianosis (-)
hepatosplenomegali : Timpani
Jari kelingking telapak tangan kanan mati rasa. Kulit kering di seluruh tubuh.
Status lokalis Macula eritematus batas tegas, multiple diseluruh tubuh, diameter bervariasi, Tidak terasa gatal. Tapi terasa tebal. Tidak ada penebalan syaraf.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil kerokan kulit pada bercak didapatkan BTA positif
D. ASSESMENT Diagnosa Individual Diagnosa keluhan utama Diagnosa Banding : Morbus Hansen / Morbus Hansen tipe MB : -
E. Planning Terapi : Rifampisin 600mg/bulan didepan petugas Klofazimin 300mg/bulan didepan petugas dilanjutkan dengan Klofazimin 50mg/hari diminum dirumah DDS 100mg/ hari diminum dirumah Monitoring :Keluhan pasien Gejala klinis kulit kering, penambahan titik mati rasa dan parese Edukasi : Menjelaskan bahwa Morbus Hansen adalah penyakit menular yang bukan penyakit kutukan dan bisa diobati hingga sembuh. Menjelaskan mengenai komplikasi yang akan terjadi jika tidak diobati Menjelaskan reaksi dari pengobatan penyakit Morbus Hansen dan dapat diobati. Menjelaskan agar pasien patuh pada pengobatan, perbanyak istirahat dan mengurangi stress pikiran yang dapat memperparah reaksi Morbus Hansen Menjelaskan agar menggunakan sepatu/sandal dengan alas lunak bagian atas dan keras bagian bawah untuk menghindari lesi/ luka karena dapat menyebabkan mutilasi dan cacat Morbus Hansen.
G. PEMERIKSAAN KELUARGA Keluarga pasien terdiri dari 4 orang yaitu pasien sendiri, istri pasien, dan dua anaknya. Anak terkecil : ditemukan macula hipopigmentasi di pipi kanan, tidak nyeri Anak terbesar : ditemukan macula, nyeri saat ditusuk.
Biologis keluarga Keadaan kesehatan keluarga : cukup Kebersihan perorangan Penyakit kronis/ menular Pola makan Pola istirahat : mandi dua kali : tidak ada : 3 kali sehari; nasi yang berlebihan; sayur; lauk: tempe, tahu. : cukup
Psikologis keluarga Keadaan emosi Pengambil keputusan Ketergantungan obat Rekreasi Spiritual keluarga Ketaatan beribadah : taat beribadah Keyakinan dalam kesehatan : bila merasa tidak enak badan, pasien lebih memilih untuk tidak berobat karena pasien mengaku takut dengan jarum suntik. Sosiokultural Adat yang mempengaruhi keluarga : adat madura Percaya hal tabu : percaya Keikutsertaan kegiatan lingkungan : jarang : ramah : ayah (pasien) : tidak ditemukan : tidak pernah
H. PEMERIKSAAN LINGKUNGAN Deskripsi keadaan rumah dan lingkungan Kos-kosan Luas rumah Jenis rumah : 3 x 4 m :
Kos-kosan pasien terdiri dari kamar tidur dan dapur.. Kamar tidur sama sekali tidak memiliki jendela atau lubang angin. Pertukaran udara dari pintu dan diatas sekat kos. Cahaya matahari tidak menyinari kamar secara lansung. Dapur dan kamar tidur dipisahkan sekat dari bambu. Antara kos yang lain hanya dipisahkan dengan triplek. Kamar mandi besarnya 1,5 x 1,5 m dengan WC jongkok. Airnya dari sumur dan sekatnya hanya tertutupi oleh baliho.
Kepadatan hunian Dinding Atap Lantai Cahaya Jalan angin Jendela Jumlah ruangan Air minum Asal Nilai air Jamban dan kamar mandi Jumlah Jenis jamban Sumber air Kebersihan
: 1 orang tiap 4 meter persegi : triplek : genting : tanah ditutupi karpet dan kasur : sangat kurang : kurang : tidak ada : 2 ruangan
: air minum (galon) isi ulang : bersih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
: 1 (satu) : closet jongkok : sumur : kotor (tidak ada bak mandi, mengambil air disumur
dulu sebelum mandi atau buang air, tidak terdapat jentik), mandi 2X sehari. Pekarangan Pekarangan : tidak ada.
I. ANALISIS Predisposing factor - Pasien pasien berasal dari daerah yang memiliki kasus Morbus Hansen - Kondisi tubuh pasien yang rata-rata tiap hari makan 2 kali. Kemungkinan kebutuhan gizi masih kurang terpenuhi. - perokok aktif Enabling factor - Pekerjaan yang dilakukan pasien sangat kotor, melelahkan, pasien hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk berisitirahat. Reinforcing factor - Petugas kesehatan yang ramah - Kondisi puskesmas yang nyaman - Pelayanan puskesmas yang memuaskan dan bersahabat
Holistic analysis Environment Lingkungan fisik : Tampak keadaan tempat tinggal pasien yang sempit dan kurang bersih. Pencahayaan dalam rumah kurang,ventilasi juga kurang. Lingkungan kimia Lingkungan sosia : Pasien jarang kontak dengan unsur kimia. : Pasien jarang berkomunikasi bersama
o Kepadatan penghuni rumah 12m2 atau 4m2 / orang padat. o Ventilasi rumah Tidak ada Ventilasi sangat kurang Menurut kriteria rumah sehat, ventilasi rumah minimal 1/8 1/10 luas lantai. o Pencahayaan rumah Cahaya yang masuk ke rumah sangat kurang karena tidak adanya genting kaca Host Status gizi pasien cukup. Tetapi pasien harus lebih banyak mengkonsumsi protein (terutama protein hewani) serta buah-buahan dan sayuran dan beraktivitas secukupnya agar pasien dapat mengoptimalkan sistem kekebalan tubuhnya sehingga tidak mudah terjadi infeksi sekunder. Agent Morbus Hansen atau morbus hansen adalah penyakit menular langsung yang disebabkan olek kuman Mycobacterium leprae. Sumber penularannya adalah kuman Morbus Hansen utuh yang berasal dari pasien Morbus Hansen tipe MB yang belum diobati atau tidak teratur minum obat. Cara penularannya yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian ahli melalui saluran napas dan kulit (kontak lansung yang lama dan erat). Kuman mencapai kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringatm dan diduga melalui air susu ibu. Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.
Dari hubungan antara host-agent-environment di atas, maka didapatkan faktor host dan environment dari pasien ini cukup berpengaruh untuk bisa memicu munculnya keluhan pasien. Interaksi antara perilaku host yang kurang sehat dengan faktor environment yang juga tidak sehat bisa memicu munculnya penyakit.
J. INTERVENSI KELUARGA Health promotion Health education Pasien dan keluarganya diberi edukasi mengenai bahaya penyakit Morbus Hansen, mengenai penyebab terjadinya,cara mengatasi, dan pencegahan penyakit,juga dilakukan edukasi mengenai pentingnya hygiene dan sanitasi. Gizi Pemberian makanan yang bergizi yang sehat dan seimbang serta sesuai dengan kemampuan ekonomi pasien untuk meningkatkan kesehatan maupun daya tahan tubuh pasien. Termasuk edukasi kepada anggota keluarga pasien untuk tetap menjaga asupan gizi agar sistem imun tetap baik dan tidak mudah tertilar penyakit yang menimpa pasien. Rumah sehat Memberikan penjelasan tentang hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan tubuh. Memberikan penjelasan tentang kriteria rumah sehat. Yang perlu dilakukan adalah : Ventilasi : perlu diupayakan untuk membuat tambahan berupa jendela yang dapat dibuka dan ditutup terutama di kamar-kamar. Pencahayaan : dengan membuat jendela, maka pencahayaan akan lebih baik. Membuat genteng kaca meningkatkan jumlah sinar yang masuk Kelembapan : membuat jendela akan mengurangi kelembapan di rumah. Specific protection Peningkatan sistem imun atau kondisi fisik. Makan makanan bergizi. Pemberian imunisasi bagi anggota keluarga yang lain.
Personal hygiene dan sanitasi lingkungan Menjelaskan agar menggunakan alat makan sendiri dan mencuci tangan agar tidak tertular pada keluarga. Diagnosis dini dan pengobatan tepat Segera periksa ke puskesmas bila didapatkan keluhan mengenai efek samping obat
Pembatasan ketidakmampuan Pengobatan yang adekuat untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah komplikasi.
Kesimpulan Dari kasus ini didapatkan bahwa pasien menderita Morbus Hansen yang kemungkinan disebabkan oleh: Pasien pasien berasal dari daerah yang memiliki kasus Morbus Hansen Kondisi tubuh pasien yang rata-rata tiap hari makan 2 kali. Kemungkinan kebutuhan gizi masih kurang terpenuhi. perokok aktif Pekerjaan yang dilakukan pasien sangat kotor dan melelahkan, pasien hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk berisitirahat, tingkat stress yang dialami pasien tinggi Upaya preventif, kuratif,dan rehabilitatif juga diperlukan agar tidak terulang kasus yang sama dan mencegah adanya komplikasi lebih lanjut. Penatalaksanaan pada pasien berupa promosi tentang kesehatan, sanitasi dan kebersihan perorangan juga perlu dilakukan karena kasus Morbus Hansen dapat menular. Denah Kos
1
1
3
2