You are on page 1of 33

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) yang menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup, mengalarni penurunan yang lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995). Angka ini 3-6 kali lebih besar dari negara di wilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara maju. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 1997 adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan negara ASEAN lainnya, AKB Indonesia 2-5 kali lebih tinggi. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal merupakan penyebab utama kematian bayi (33,5%) di pulau Jawa Bali dan merupakan penyebab kematian ke dua (269%) di luar Jawa - Bali. Salah satu upaya yang dilakukan Depkes dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di desa, yang pada tahun 1996 telah mencapai target 54.120 bidan. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa hampir sernua desa di wilayah Indonesia mempunyai akses untuk pelayanan kebidanan. WHO, melalui suatu pertemuan konsultasi regional Asia Tenggara pada tahun 1993, merekomendasikan agar bidan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan

kebidanan yang relevan. Untuk itu, pada Dertengahan tahun 1996 Depkes telah menerbitkan Permenkes No. 572/PER/Menkes/ VI/96, yang memberikan wewenang dan perlindungan bagi bidan dalam melakukan tindakan penyelamatan jiwa ibu dan janin/bayi baru lahir. Di samping itu, sejak tahun 1995 telah dikembangkan mekanisme pembinaan teknis bidan oleh bidan koordinator.

Selanjutnya, pada pertemuan pengelola program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia Tenggara pada tahun 1995, disekapati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan standar pelayanan kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat.

B. Tujuan Tujuan Umum

Sesuai dengan latar belakang di atas maka penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin menurut 7 langkah Varney. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian data dasar (data obyektif dan subyektif) b. Untuk menginterpretasi data dasar dan identifikasi diagnosis masalah c. Untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial d. Untuk mengidentifikasi kebutuhan segera e. Untuk melakukan rencana asuhan menyeluruh f. Untuk melakukan pelaksanaan asuhan menyeluruh atau

implementasi. g. Untuk melakukan evaluasi. C. Manfaat Bagi Rumah Sakit Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan umumnya dan pelayanan postnatal care khususnya melalui penerapan manajemen

kebidanan, serta ikut berpartisipasi dalam program pemerintah yaitu Angka Kematian Ibu Nol (AKINO).

Bagi Institusi mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu pendidikan yang telah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai bahan analisa untuk pendidikan. Bagi pembimbing Meningkatkan kualitas bimbingan terhadap mahasiswa sehingga dapat memberikan bimbingan secara profesional di lahan praktek, serta dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam bidang

kebidanan pada mahasiswa.

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN FISIOLOGIS

A. Konsep Dasar masa nifas I. Pengertian 1) Nifas atau masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saefuddin AB, 2002) 2) Masa Puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir kira- kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Winkjosastro, 2007) 3) Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah kelahiran. Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal. (Cunningham FG. 2006, hal. 443). 4) Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Asuhan kebidanan Nifas, 2008) II. Etiologi Lahirnya hasil konsepsi yang berada di dalam rahim (Huliana, 2003) Fisiologi Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira sepusat. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya konraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu. Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena infolusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah. Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh

III.

menjadi sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm. Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil. Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk kembali. Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak dapat dilihat. Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai carunculae mirtiformis. Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia, disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. IV. Tanda dan Gejala Nifas ditandai dengan : 1. Adanya perubahan fisik a. Uterus (Rahim) Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena infolusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah. Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurangkurangnya mendekati ukuran sebelum hamil. b. Serviks (Leher rahim) Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk

mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan. c. Vagina Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu. d. Abdomen Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otototot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan. e. Payudara Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik. f. Kulit Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan. 2. Involusio uterus dan pengeluaran lokhea Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu. a) Lokhea Rubra Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan chorion. b) Lokhea Serosa Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah, banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan. c) Lokhea Alba Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan. 3. Laktasi atau pengeluaran ASI Selama kehamilan hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiverus didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan

berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan progesterone menurun. Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus kesinus lactiverus. Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibodi daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran. 4. Perubahan sistem tubuh lain a) Endokrin Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior, meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hoemone) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula. b) Hemokonsentrasi Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari ketiga dan kelima. V. Aspek Psikologis Post Partum Dibagi dalam beberapa fase yaitu : 1. Fase Taking In a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2 hari. b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya. c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur. 2. Fase Taking Hold a) Fase mencari pegangan, berlangsung 10 hari. b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif. c) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi tubuhnya seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain sebagainya. d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya. e) Timbul rasa kurang percaya diri. 3. Fase Letting Go a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya. b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru

c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya. d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya. Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sebagai berikut : a. Fase Honeymoon Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak pada fase ini. 1). Tidak memerlukan hal-hal yang romantis 2). Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. b. Bonding and Attachment Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir. Menurut Nelson Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara individu. c. Post Partum Blues Adalah dimana wanita : 1. Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan mudah tersinggung dan terluka. 2. Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di Rumah Sakit karena adanya perubahan hormon dan perlu transisi. 3. Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga yang menyebabkan ibu tertekan. 4. Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat menyebabkan depresi. 5. Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal tersebut diatas adalah normal. VI. Asuhan Masa Nifas Tabel 2.10. Tabel Kunjungan Nifas Kunjungan Waktu Asuhan I 6-8 Jam a. Mencegah pendarahan saat nifas karena PP atonia uteri b. Pemantauan keadaan umum ibu c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bonding attachment) d. ASI ekslusife II 6 Hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus dan tidak ada tanda tanda perdarahan abnormal.

b. Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda tanda penyulit. III 2 Minggu PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda tanda pendarahan abnormal. b. Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda tanda penyulit. a. Menanyakan pada ibu tentang penyulitpenyulit yang ibu alami b. Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda tanda bahaya yang di alami oleh ibu dan bayi

IV

6 Minggu PP

Tujuan asuhan masa nifas : a. Menjaga kesehatan ibu maupun bayinya, baik fisik maupun psikologik b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

VII.

Prosedur Diagnostik 1) Anamnesa a. Riwayat ibu: Tanggal dan tempat persalinan Penolong persalinan Jenis persalinan Masalah selama persalinan Nyeri Menyusui atau tidak Keluhan b. Riwayat sosial ekonomi c. Riwayat Bayi Menyusu atau tidak Keadaan tali pusat Bab dan bak Tanda-tanda bahaya lainnya 2) Pemeriksaan kondisi ibu a. Pemeriksaan umum Tekanan Darah Nadi Suhu Respirasi Tanda anemia Oedema dan tanda thromboflebitis Refleks dan varices b. Payudara Puting susu Nyeri tekan Abses Pengeluaran ASI c. Abdomen (uterus) Tinggi Fundus Uteri Kuntraksi uterus Kandung kemih d. Vulva dan perineum Pengeluaran Penjahitan laserasi atau luka episiotomi Hemoroid Penatalaksanaan Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu hamil : 1. Kebersihan diri

VIII.

a.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Anjurkan ibu bagaiman membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun didaerah vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. Dibersihkan setiap kali setelah selesai buang air kecil dan buang air besar. b. Sarankan ibu untk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluan. d. Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak diperkenankan untuk menyentuh daerah luka. Istirahat a. Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur. b. Sarankan ia kembali kekegiatan rumah tangga biasa secara bertahap. Latihan a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil. b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membentu, seperti misalnya latihan kegel. Gizi a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali setelah selesai menyusui) d. Pil besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan e. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya. Menyusui ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap untuk diminum. Perawatan Payudara a. Menjaga payudara tetap bersih b. Menggunakan bra yang menyokong payudara c. Rawat payudara bila bengkak atau lecet Hubungan intim (suami istri) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibutidak merasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa

waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atai 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan. IX. Prognosa dan Komplikasi 1. Prognosis Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan system tubuh, termasuk keadaan psikologis ibu normal. 2. Komplikasi Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah : a. Infeksi nifas b. Kelainan atau gangguan pada mammae dapat berupa : Mastitis, Bendungan ASI, Kelainan puting susu c. Subinvolusio d. Perdarahan nifas skunder e. Tromboflebitis

B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan I. Pengkajian 1. Pemeriksaan Fisik a. Monitor Keadaan Umum Ibu Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit 24 jam I : tiap 4 jam Setelah 24 jam : tiap 8 jam b. Monitor Tanda-tanda Vital c. Payudara Produksi kolustrum 48 jam pertama. d. Uterus Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran. e. Insisi SC Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna. f. Kandung Kemih dan Output Urine Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri. g. Bowel Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus. h. Lochea Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan. i. Perineum Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi. j. Ekstremitas Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.

k.

Diagnostik Jumlah darah lengkap, urinalisis.

2. Perubahan Psikologis a. Peran Ibu meliputi: Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran. b. Baby Blues: Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis. c. Perubahan Psikologis 1) Perubahan peran, sebagai orang tua. 2) Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi. 3) Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu. d. Faktor-faktor Risiko 1) Duerdistensi uterus 2) Persalinan yang lama 3) Episiotomi/laserasi 4) Ruptur membran prematur 5) Kala II persalinan 6) Plasenta tertahan 7) Breast feeding II. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi. 2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi. 3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit. 4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum anak. 5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan untuk menyusui. 6. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal dan peristaltik yang lemah. 7. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema pemeal, trauma perineal. 8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan darah, penurunan intake oral. 9. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi bayi/ibu. 10. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.

III. Intervensi Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang. KH : - Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4. - Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman. - Tanda-tanda vital dalam batas normal: Suhu 36-37 C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg Intervensi - Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri. - Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi. - Perhatikan adanya tanda REEDA. - Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam, mengalihkan perhatian). - Monitor tanda-tanda vital. 2. Gangguan Integritas Jaringan b.d. Episiotomi, Laserasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas jaringan meningkat. Kriteria Hasil : - Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai proses (tahap-tahap penyembuhan luka) - Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-) - Nyeri dapat ditoleransi. Intervensi - Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar, hematoma, keutuhan (sambungan dan pendarahan). - Berikan kompres es, untuk menurunkan edema. - Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah 24 jam untuk meningkatkan vaskularisasi. - Lakukan perawatan episiotomi setiap hari. - Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama daerah genetalia. 3. Resiko tinggi infeksi b.d gangguan integritas kulit Tujuan: Tidak terjadi infeksi. Kriteria Hasil: - Luka bebas dari infeksi

- Tidak timbul tanda-tanda infeksi - Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi: - Kaji riwayat prenatal dan intranatal - Kaji tanda-tanda vital - Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus - Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea - Inspeksi sisi perbaikan episiotomi - Monitor input dan output cairan - Monitor tanda-tanda vital

Konsep Manajemen Keperawatan Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut dengan manajemen klebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi tiap-tiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien yang diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan nasional, maka seluruh aktivitas/ tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif serta terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien. Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang penjelasan secara detail dan setiap step yang dirumuskan oleh Varney. I. Tahap Pengumpulan Data Dasar (Langkah I) Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interperatsi yang benar atau yang tidak pada tahap selanjutnya, dalam pendekatan ini harus komperhensif meliputi data subjektif, ojektif

dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.(Suryani Soepardan, 2007) Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara : 1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayar menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,

persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan klien 2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, meliputi: a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi)

b. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada formulir pengumpulan data kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Dalam manjemen kolaborasi, bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup data subjektif, data objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien. .(Suryani Soepardan, 2007) II. Interpretasi Data Dasar (Langkah II) Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga kita dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian, Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditgakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard nomenklatur diagnosis kebidanan. .(Suryani Soepardan, 2007) Terdapat 10 diagnosa kehamilan, yaitu : 1. Hamil/tidak 2. Primi/multi 3. Usia kehamilan 4. Tunggal/ganda 5. Hidup/mati 6. Intra/ekstra uteri 7. Letak janin/presentasi janin 8. K/U ibu dan janin 9. Kesan panggul 10. Penyerta/penyulit

III.

Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya (Langkah III) Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan melakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiapsiap mencegah diagnosa / masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan kebidanan yang aman. Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.Lamgkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis contoh :

seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran perut yang berlebihan tersebut misalnya polihidramnion, besar pada kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan atau kehamilan kembar. Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk

mengantisipasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum tiba-tiba yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan. Persiapan yang sederhana adalah dengan anamnese dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan

laboraturium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika terjadi infeksi saluran kencing. IV. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain (Langkah IV) Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter untuk melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan dari proses menejemen kebidanan. Jadi menejemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer perodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus misal pada masa persalinan. Pada langkah ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam menejemen asuhan klien. Dalam melakukan tindakan harus segera sesuai dengan prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi masalah atau diagnosa potensial pada langkah sebelumnya bidan juga harus mampu merumuskan tindakan segera yang harus dilakukan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan. V. Menyusun Rencana Asuhan (Langkah V)

Pada langkah kelima direncanakan asuhan

yang menyeluruh

ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan menejemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid (up to date), dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. (Suryani Soepardan, 2007) VI. Pelaksanaan langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman (Langkah VI) Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar- benar terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaannya yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya. (Suryani Soepardan, 2007) VII. Evaluasi (Langkah VII) Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif dalam pelaksanaanya. Demikianlah langkah-langkah alur berpikir dalam

penatalaksanaan klien kebidanan. Alur ini merupakan sutu proses yang

berkesinambungan dan tidak terpisah satu sama lain, namun berfungsi memudahkan proses pembelajaran.

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY N DENGAN POSTPARTUM NORMAL HARI PERTAMA DI RUANG NIFAS RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG

Hari/tanggal : Selasa 03 Juli 2012 Pukul Tempat : 07.30 wita : Ruang Nifas RSUD Patut Patuh Patju Gerung

I.

PENGKAJIAN DATA

A. Data Subyektif (S) a. Identitas Istri Nama Umur Ny "N" 22 tahun Tn "S" 29 tahun Sasak/ Indonesia Islam SMU Buruh Paok Kambut Suami

Suku/Bangsa Sasak/ Indonesia Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Islam SMU IRT Paok Kambut

b. Keluhan utama Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. 1. Riwayat perjalanan penyakit Ibu mengatakan perutnya masih mulas setelah melahirkan pada tanggal 03 Juli 2013. 2. Riwayat Kebidanan

a. Riwayat menstuasi 1) Menarche 2) Siklus 3) Lama 4) Jumlah 5) Flour albus 6) Dismenoria b. Riwayat kehamilan sekarang 1) Hamil ke 2) HPHT 3) Umur kehamilan 4) ANC 5) Tanda bahaya/penyulit 6) Imunisasi TT : 1(pertama) : 22-09-2012 HTP : 29-06-13 : 9 bulan : 9x di Posyandu : Tidak ada : TT1 07-01-2013 TT2 23-04-2013 7) Riwayat KB 8) Rencana KB : Belum pernah menggunakan KB : Implan : 14 tahun : 30 Hari : 7 hari : 2 kali ganti pembalut sehari : Tidak ada : Kadang-kadang

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan anak yang lalu Kehami lan No. ini UK Jenis Persali nan 9 bln Normal Rumah Sakit Tempat Peno long Bidan Penyulit H B N BBL JK Usia KB Ket Hidup

- - 3400

1 hr

d. Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan Jenis persalinan Lama persalinan Kala I Kala II Kala III Kala IV : 12 jam : 20 menit : 10 menit : 2 jam : 03 juli 2013 : spontan, letak belakang kepala

Keadaan ketuban Pecah jam Warna Jumlah Bau :04:.30 wita. : jernih. : 400 cc : khas

Keadaan plasenta Lahir jam Berat : 05.25 wita. : 500 gram. : 100 cc. : 50 cm. : baik : Ada : 2 jari bawah pusat

Jumlah pendarahan Panjang tali pusat Kontraksi uterus Heating TFU Keadaan bayi Keadaan umum Berat badan Panjang badan Jenis kelamin A-S Kelainan

: baik :3400 gram :53 cm : Perempuan : 7-9 : tidak ada

e. Riwayat kesehatan yang dahulu dan sekarang Masalah Kardiovaskular Hipertensi Diabetes : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Penyakit Kelamin / HIV / AIDS : Belum melakukan pemeriksaan Hepatitis Malaria Campak Tuberkolosis Anemia Berat Penyakit Ginjal Penyakit Asma : Belum melakukan pemeriksaan : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Lainnya f. Riwayat psikososial spiritual a. Riwayat perkawinan Lama Berapa kali menikah b. Komunikasi Nonverbal : lancar Verbal : bahasa sasak.

: Tidak ada

: 1.5 tahun. : 1x menikah.

c. Keadaan emosional d. Hubungan dengan keluarga e. Hubungan dengan orang lain f. Ibadah/ spiritual

: Stabil. : akrab : akrab : Taat

g. Res keluarga terhadap kelahiran : Suami dan keluarga senang dengan kelahiran ini. h. Dukungan keluarga : keluarga sangat mendukung terutama menemani ibu saat melahirkan. i. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami sebagai kepala keluarga. 1. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : ibu

melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, menyapu dan mencuci.

g. Riwayat kebutuhan biologi Nutrisi : ibu sudah makan setelah melahirkan sebanyak 1x : Nasi, sayur, tahu, tempe, ikan. : piring : ibu sudah minum air setelah melahirkan sebanyak

Makan Komposisinya Porsi Minum 2x Komposisinya BAB BAK Eliminasi

: 1 gelas air putih dan air gula

: ibu belum BAB setelah melahirkan : ibu sudah BAK setelah melahirkan sebanyak 1x

Keluhan

: Tidak ada

Personal hygiene : ibu belum mandi setelah melahirkan : ibu belum menggosok gigi setelah melahirkan : ibu sudah ganti baju setelah melahirkan : 1x ganti pembalut

Mandi Gosok gigi Ganti pakaian Pembalut

Pola istirahat : ibu istirahat setelah melahirkan 1 jam

Istirahat

B.

DATA OBYEKTIF (O)

a. Pemeriksaan umum Keadaan umum Kesadaran Tekanan Darah Pernafasan Nadi Suhu Berat Badan Tinggi Badan LILA : baik : composmentis : 110/80 mmHg : 22 x/menit : 82 x/menit : 37 C : 62 kg : 158 cm : 25 cm

b. Pemeriksaan Fisik Kepala dan rambut Wajah Mata Mulut dan gigi Leher : lesi/ benjolan (-), ketombe (-), rambut hitam (+) : pucat (-), oedema (-), : konjungtiva pucat (-), ikterus (-) : pecah- pecah (-), karies (-) : pembesaran kelenjar limfe (-), bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar thyroid (-) Payudara : simetris, puting susu menonjol (+),

retraksi/dimpling (-) pembesaran kelenjar limfe (-), nyeri tekan (-) Abdomen

Inspeksi Palpasi

: bekas luka operasi (-), linea nigra (+), : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong

Genetalia

: baik, tidak ada oedema terdapat pengeluaran darah (lokhe rubra) ada robekan jalan lahir.

Ekstermitas

: pucat (-), oedema (-), varises (-), reflek patella +/+

II.

INTERPRETASI DATA DASAR A. Diagnosa Dasar : P1A0H1 dengan post partum normal hari pertama. : Ibu mengatakan ini adalah persalinan yang pertama - Objektif Ibu melahirkan tanggal 03 Juli TD : 110/80 mmHg N R S : 82x/ menit : 22x/ menit : 37C pukul

- Subjektif

05.25 WITA dengan persalinan normal

TFU : 2 jari bawah pusat B. Masalah Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu Dasar :

1. Ibu masih merasakan perutnya mules C. Kebutuhan 1. Penjelasan mengenai ketidaknyamanan dan cara mengatasi ketidaknyamanan

III. MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI PENANGANANNYA Masalah potensial Antisipasi penanganan : Tidak ada : Tidak ada

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA Mandiri Kolaborasi Rujukan : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

V.

RENCANA TINDAKAN 1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan. 2. Jelaskan pada ibu tentang perubahan-perubahan fisiologis pada masa nifas dan jelaskan keadaannya. 3. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada ibu nifas. 4. Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini. 5. Ajarkan kepada ibu cara perawatan payudara. 6. Anjurkan pada ibu posisi menyusui yang baik dan cara menyusui yang benar. 7. Informasikan ibu gizi ibu menyusui. 8. Anjurkan ibu untuk makan dan istirahat yang cukup. 9. Memotivasi ibu untuk memelihara kebersihan dirinya. 10. Jelaskan ibu jadwal kunjungan ulang.

VI. PELAKSANAAN Tanggal Waktu : 03 Juli 2013 : 07.35 WITA

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan. Keadaan umum baik, TD : 110/80 mmHg, N: 82x/ menit, S: 37C, R: 22x/ menit, Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, Pengeluaran lochea rubra (+). 2. Menjelaskan kepada ibu tentang perubahan-perubahan tubuh pada masa nifas, seperti involusi uterus yaitu pemulihan rahim kebentuk semula seperti sebelum hamil, pengeluaran air susu serta pengeluaran lochea. Menjelaskan pula tentang keadaannya berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa rasa mules merupakan hal yang normal dalam proses involusi uterus.

3. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas yaitu darah banyak keluar dari vagina, lochea atau cairan berbau busuk, demam tinggi, tekanan darah tinggi disertai dengan mual muntah, nyeri ulu hati, penglihatan kabur dan pusing berlebihan. 4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu miring kiri/ kanan, duduk di tempat tidur, berdiri serta menganjurkan ibu untuk eliminasi agar kandung kencing ibu tidak penuh karena bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan mengganggu pemulihan tubuh ibu. 5. Mengajarkan ibu cara perawatan payudara untuk mengurangi

kekencangan pada payudara yang dialaminya dan untuk melancarkan pengeluaran ASI. Adapun cara-cara perawatan payudara yaitu : 1. Cucilah tangan dengan bersih lalu basahi kedua telapak tangan dengan minyak kelapa. 2. Kompres putting susu sampai daerah areola dengan minyak kelapa (2-3 menit) 3. Urut payudara ke arah dalam dan ke arah luar (masing-masing 15-20 kali) 4. Pegang pangkal payudara dan urutlah ke arah putting (5-10 kali) 5. Pegang bagian putting dan tarik-tarik secara perlahan-lahan. 6. Bersihkan putting susu dan sekitarnya dengan handuk basah. Lakukanlah pada kedua payudara. 6. Mengajarkan ibu posisi yang baik dalam menyusui yaitu : a. Kepala bayi lurus dengan badan menghadap ibu. Hidung bayi menghadap ke putting ibu. b. Pastikan seluruh badan bayi tersangga dengan baik. Putting susu ibu disentuhkan pada bibir atau pipi bayi untuk merangsang bayi membuka mulut. c. Saat mulut bayi terbuka lebar segera masukkan putting dan sebagian besar areola ke mulut bayi. d. Susuilah bayi dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, setidaknya 10-12 kali dalam sehari selama 10-15 menit. Pada saat

menyusui

bayinya

salah

satu

payudara

harus

benar-benar

dikosongkan barulah menyusui dengan payudara yang satunya. Selain menjaga kebersihan payudara juga membantu kenaikan berat badan bayi. 7. Mengkomunikasikan pada ibu tentang gizi ibu menyusui. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang lebih banyak dari saat hamil dengan menu seimbang, minum air putih yang banyak yaitu 8 gelas sehari. Menjelaskan pada ibu tentang nutrisi ibu menyusui yaitu porsi, frekuensi dan komposisi harus lebih banyak. Porsi makan ibu harus dua kali lebih banyak daripada saat hamil. Kebutuhan gizi pada ibu menyusui yaitu kalsium (terdapat pada susu, keju, ikan teri, kacang-kacangan), asam lemak (terdapat pada ikan laut), zat besi (terdapat pada daging, hati, bayam), vitamin c (terdapat pada buah-buahan seperti jeruk, apel, sirsak, tomat), vitamin B1& B2 (terdapat pada padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan). 8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang banyak. Minum sedikitnya 3 liter dalam sehari. Makan dan minum yang banyak ini bertujuan untuk memulihkan kesehatan dan untuk pembentukan dan pengeluaran air susu. Selain itu, juga Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, pada malam hari 7-8 jam, pada siang hari 2 jam. 9. Memotivasi ibu untuk menjaga kebersihan dirinya dengan cara mandi 2x sehari, memakai sabun mandi, menggosok gigi serta mengganti pakaian apabila berkeringat apabila berkeringat, mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari dan mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. 10. Menjelaskan kepada ibu untu melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau secepatnya datang ke bidan bila ada tanda-tanda bahaya.

VII. EVALUASI

Tanggal Waktu 1. 2.

: 03 Juli 2013 : 07.36 WITA

Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tentang semua penjelasan yang telah diberikan, seperti perubahan-perubahan pada tubuh yang terjadi pada masa nifas, cara perawatan payudara, posisi yang baik dalam menyusui, istirahat yang cukup pada siang dan malam hari, makan dan minum yang banyak, menjaga kebersihan diri, dan cara merawat tali pusat bayi.

3.

Ibu mengatakan sudah mengerti dan akan melakukan semua yang telah dianjurkan.

BAB IV PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada Ny. N sudah sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Anamnese di lahan telah dilakukan sesuai dengan pedoman dan telah mencakup seluruh aspek yang di butuhkan sebagai data dasar dalam asuhan kebidanan. Dalam kasus masa nifas Ny.N tidak ditemukan adanya masalah, ibu dapat menyusui bayinya dengan baik sehingga tidak terdapat bendungan ASI atau masalah yang berhubungan dengan masa nifas ibu, asuhan yang diberikan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara kenyataan dengan konsep teori. Oleh karena itu masa nifas Ny.N adalah masa nifas normal karena tidak ditemukan komplikasi atau penyulit. Jadi, secara keseluruhan, asuhan yang diberikan pada Ny. N sudah sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN 1. Penyusun telah melakukan pengkajian pada ibu nifas untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat 2. Berdasarkan data dari hasil pengkajian, telah dapat diinterprestasikan dan ditetapkan diagnosa, masalah serta kebutuhannya 3. Pada kasus ini tidak diberikan intervensi tindakan segera, karena merupakan kasus yang fisiologis 4. Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan tidak ditemukan diagnosa dan masalah potensial yang membutuhkan antisipasi penanganannnya. 5. Penyusun dapat membuat rencana asuhan yang menyeluruh sesuai dengan diagnosa, masalah, dan kebutuhan. 6. Asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan yang telah dibuat. 7. Evaluasi asuhan kebidanan yang dilakukan telah sesuai dengan konsep. Dari hasil evaluasi tersebut seluruh diagnosa, masalah, kebutuhan, yang ada hampir seluruhnya dapat diatasi dengan baik.

SARAN 1. Bagi lahan praktik diharapkan untuk tetap memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan asuhan pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan kesehatan pada ibu dan anak serta mengurangi angka mortalitas dar morbiditas khususnya di provinsi NTB.

2. Bagi ibu nifas, dengan adanya asuhan kebidanan diharapkan dapat mengetahui keadaannnya dan normal atau tidak. 3. Bagi bidan atau petugas kesehatan diharapkan dapat mendeteksi adanya komplikasi masa nifas dan cara mengatasi komplikasi tersebut. 4. Bagi Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kesehatan ibu nifas dengan 7 langkah Varney. perkembangan masa nifasnya apakah

You might also like