You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Pendahuluan Setiap menit terdapat 3 orang di seluruh dunia meninggal dunia akibat cardiac arrest yang tidak teresusitasi dengan baik, di Amerika dan Kanada diasosiasikan sekitar 0,55 per 1000 populasi. Pada pasien cardiac arrest dibutuhkan penanganan bantuan hidup dasar untuk tetap menjaga kelangsungan hidup sebelum mendapatkan penanganan medis. 1 Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigenasi dengan kekuatan sendiri secara normal. 4 Bantuan hidup dasar bukan merupakan suatu tindakan tunggal melainkan terdiri dari evaluasi dan intervensi. Evaluasi Cardiac arrest, pernafasan, dan resusistasi jantung paru. Pada konsensus American Heart Association 2005 membahas mengenai semua aspek deteksi dan penanganan cardiac arrest. Konsensus 2005 menetapkan bantuan hidup dasar dengan prinsip ABC, airway, breathing, circulation, namun kembali dilakukan konsensus pada tahun 2010, dan terjadi perubahan prinsip menjadi CAB, circulation, breathing, and airway. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan resusitasi dan kelangsungan hidup seseorang. 1

1. 2. Tujuan Penulisan Tujuan ditulisnya refrat ini adalah untuk mengetahui bagaimana melakukan BLS yang efektif sebab terdapat perbedaan antara RJPO tahun 2005 dan RJPO tahun 2010 menurut American Heart Association, dimana perbedaan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan resusitasi.

1. 3. Manfaat Penulisan Mengetahui bagaimana prinsip urutan resusitasi jantung paru otak yang efektif dan efisien terhadap penanganan kasus cardiac arrest. Dapat melakukan resusitasi jantung paru-otak jika dalam keadaan dibutuhkan.

BAB II PEMBAHASAN
2. 1. Definisi Bantuan hidup dasar adalah usaha untuk menyelamatkan kehidupan sesorang dari cardiac arrest. Bantuan hidup dasar terdiri dari penilaian secara cepat sudden cardiac arrest, melakukan tindakan respon emergency, dan resusitasi jantung paru-otak serta segera melakukan defibrilasi. 1 Resusitasi jantung paru dan otak bermaksud untuk mengembalikan fungsi nafas yang berhenti akibat berhentinya kerja jantung dan paru yang berimbas pada hipoksia parenkim otak. 3 Berdasarkan konsensus American Heart Association 2010, urutan bantuan hidup dasar adalah1 : Penilaian cepat mengenai sudden cardiac arrest melalui pernafasan (henti nafas atau sesak). Look, Listen and Feel, dan lanjutkan algoritma bantuan hidup dasar. Cukup lakukan kompresi dada, jika penolong belum terlatih. Urutan resusitasi, lakukan kompresi dada sebelum memberikan bantuan nafas (CAB bukan ABC). Di tempat pelayanan kesehatan hendaklah tetap dilakukan resusitasi jantung paru-otak hingga pasien dapat bernafas spontan. Hendaklah dilakukan resusitasi jantung paru-otak dengan benar ( kompresi dada dengan adekuat, dan dalam, biarkan dinding dada kembali ke posisi semula setelah dilakukan kompresi kemudian baru dilakukan berlebihan). Di tempat pelayanan kesehatan tetap dilakukan bantuan kompresi dada dan monitor nadi. Integritas kompresi dada, airway management, bantuan nafas, monitor ritma jantung dan shock, sangat diperlukan. kompresi lagi. Hindari pemberian ventilasi yang

Secara garis besar bantuan hidup dasar meliputi1 : tanggap terhadap keadaan gawat darurat dan melakukan respon bantuan resusitasi jantung paru-otak defibrilasi jika terjadi ventrikular fibrilasi

2. 2. Indikasi Setiap pasien yang mengalami serangan henti nafas, misalnya antaralain pada kasus :1 acute coronary syndrome tenggelam stroke tersedak benda asing hipotermi

2. 3. Tanggap Terhadap Keadaan Gawat Darurat Hal yang harus dilakukan jika menjumpai seseorang yang tiba-tiba jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri adalah langsung menepuk pundak dan memanggil atau berteriak pada pasien. Kemudian mencari bantuan dengan memanggil emergency call atau pertolongan orang sekitar, jika pasien tidak berespon, henti nafas atau nafas tersengal-sengal maka sebaiknya meminta bantuan dari pihak medis. Selama menunggu bantuan datang maka dilakukan pertolongan pertama yaitu resusitasi jantung paru-otak. 1,4

gambar. 1 Algoritma Bantuan Hidup Dasar1

2. 3. 1. Periksa Nadi Jika menemukan seseorang yang tiba-tiba jatuh pingsan, tidak responsif saat dipanggil dan ditepuk pundaknya dan tidak bernafas dengan normal, maka segera pikirkan bahwa telah terjadi cardiac arrest, dan pemeriksaan nadi tidak perlu dilakukan lagi.1 Pemeriksaan nadi tidak boleh melebihi 10 detik, jika dalam waktu 10 detik nadi belum bisa evaluasi maka segera lakukan kompresi dada.1

2. 3. 2. Resusitasi Jantung Paru-Otak 1. Kompresi dada Kompresi dada menyebabkan peningkatan tekanan intrathorax sehingga menghasilkan aliran darah dan suplai oksigen ke myocard dan otak, karena alasan inilah setiap pasien yang mengalami cardiac arrest harus dilakukan kompresi dada. 1 Kompresi dada yang efektif adalah dengan penekanan yang kuat dan cepat, setidaknya 100x permenit.1 Penolong harus mengurangi jeda pada kompresi dada, untuk memaksimalkan jumlah kompresi dada yang dilakukan permenit (rasio kompresi dada : ventilasi, 30 :2).1

2. Bantuan nafas Setelah dilakukan kompresi dada maka bantuan nafas diberikan untuk menghasilkan ventilasi dan oksigenasi, baik dari mulut ke mulut atau bag-mask.1 Berikan 1 kali pernafsan dalam 1 detik.1 Kecukupan tidal volume yang diberikan akan menghasilkan visible chest rise.1 Kompresi ventilasi 30:2.1

3. Defebrilation Setelah melakukan resusitasi jantung paru-otak dengan adekuat. Pasien segera dibawah ke tempat pelayanan medis untuk mendapat pertolongan dengan automated external defibrilator (AED). AED akan mendeteksi seseorang tersebut sedang mengalami fibrilasi jantung atau tidak jika dan terjadi sekaligus fibrilasi.

mengintervensinya tetap dilanjutkan.4

secara

otomatis

Walaupun AED telah terpasang pada dada pasien kompresi dada

2. 4. Fase Resusitasi Jantung Paru-Otak Terdapat tiga macam resusitasi jantung paru-otak, yaitu hands-only compression, resusitasi jantung paru-otak dengan bantuan nafas, dan resusitasi jantung paru-otak dengan AED.1 Untuk orang awam hanya memberi bantuan berupa hands-only compression, tanpa bantuan nafas. Kompresi dada diberikan sampai pertolongan yang memadai datang. Penolong yang terlatih dapat memberikan bantuan berupa kompresi dada dan bantuan nafas 30:2, sampai bantuan yang memadai datang pula. Sedangkan pada tempat pelayanan medis resusitasi jantung paru diberikan berupa kompresi dada dan bantuan nafas 30:2, sampai alat bantuan nafas terpasang pada pasien serta dilakukan penggunaan AED.4

2. 5. Bantuan Hidup Dasar 2010 Evaluasi cardiac arrest jika menjumpa seseorang yang jatuh pingsan tiba-tiba maka hal pertama yang dilakukan adalah menepuk pundaknya dan bertanya, apakah anda baik-baik saja?, lalu jika tidak ada respon maka, lakukan respon tanggap kegawatdaruratan.1 Abaikan pemeriksaan nafas sebab sulit menentukan seseorang tersebut bernafas normal atau tidak, dalam keadaan penurunan kesadaran sebab jalan nafas tertutup. Bantuan nafas hanya diberikan jika pasien tersebut mengalami henti nafas bukan pada saat pasien mengalami sesak atau gasping.1 Abaikan pemeriksaan nadi untuk menentukan seseorang tersebut mengalami cardiac arrest sulit dievaluasi dengan menggunakan nadi. Jika menemukan seseorang tiba-tiba jatuh pingsan, tidak berespon dan henti nafas, maka pikirkan bahwa orang tersebut tengah dalam keadaan cardiac arrest.1 Kompresi dada pasien diletakkan pada tempat yang keras dan datar dalam posis supinasi, kemudian posisikan tubuh di samping pasien dan pertengahan dada pasien,
7

lalu letakkan telapak tangan tepat pada sternum dan seperempat bawah sternum pasien dan tangan yang satunya lagi menutupi tangan lainnya. Kompresi dada bertumpu pada bahu penolong, dengan kedalaman 2 inchi atau 5 cm (gambar 2). Waktu anatra kompresi dada dan relaksasi dada adalah sama. Kompresi dada diberikan setidaknya 100x/menit. Sebab jika dinding dada belum berelaksasi sempurna dan langsung mendapatkan kompresi ndada kembali maka akan menyebabkan peningkatan tekanan intrathorax yang berlebihan dan menurunkan hemodnamik, termasuk aliran darah coroner, aliran myocard dan perfusi otak.1

gambar. 2 Cara Kompresi Dada2

Kompresi dada dan ventilasi rasion kompresi dada dan ventilasi adalah 30:2, menurut penelitian sebelumnya bantuan ventilasi akan membantu menghindarkan kerusakan neurologi pada pasien dengan cardiac arrest. Ventilasi diberikan dalam tiap 6-8 per menit.1

Hands-only CPR untuk orang awam. Orang awam biasanya akan panik dan ragu untuk bertindak jadi hal yang paling penting adalah hanya melakukan kompresi dada, dan bantuan nafas kurang begitu penting karena beberapa menit saat cardiac arrest kecukupan oksigen dalam darah masih adekuat. Ketika dilakukan kompresi dada maka akan terjadi aliran darah karena terjadi kompresi pula pada jantung dan saat itulah terjadi pertukaran gas. Pada pada kasus yang lama bantuan ventilasi dan oksigen tetap dibutuhkan. Sehingga teori ini masih kontroversi.1

Manajemen jalan nafas dengan manuver head-tilt chin lift, hindari hiperekstensi. Manuver ini hanya dilakukan jika pasien tidak ditemukan trauma disekitar dada dan leher. Jika pasien mengalami trauma tumpul dan juga ditemukan adanya trauma craniofacial, GCS <8 maka pikirkan adanya spinal injury. Pada kasus seperti ini lakukan spinal motion restriction (meletakkan salah satu tangan pada sisi lain kepala pasien supaya tidak terjadi pergerakkan). Jika tersedia alat untuk memfiksasi spinal maka gunakanlah. Jika Pasien tersebut dicurigai mengalami cervical spine injury, maka yang harus dilakukan adalah jaw-thrust tanpa ekstensi kepala.1

Bantuan Nafas bantuan nafas diberikan 1 kali tiap 1 detik, namun jika pasien tersebut mendapatkan advaced airway atau sirkulasi spontan maka bantuan nafas diberikan tiap 5-8 detik atau sekitar 12 kali per menit. Bantuan nafas dilakukan dengan mouth to mouth, atau jika tidak memungkinkan mouth to nose.1

Cricoid pressure perlakukan semua pasien seperti ini untuk mengurangi resiko aspirasi dan regurgitasi isi lambung, selama pemberian nafas dengan menggunakan bagging dan pasien belum menggunakan advanced airway.1

Recovery possition posisikan pasien miring ke kiri. Posisi ini untuk mengurangi resiko terjadinya aspirasi akibat regurgitasi isi lambung, namun hanya dilakukan jika tidak ditemukan tanda-tanda spinal atau cervical injury.1

Gambar. 3 Recovery Positon2

2. 6. Indikasi Penghentian RJP Jika telah ada pertolongan yang lebih memadai Jika ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan Jika ada tanda kematian, misalnya pupil midriasis sempurna4

10

BAB III PENUTUPAN


3. 1. Kesimpulan Critical Lifesaving dalam bantuan hidup dasar adalah : Tanggap terhadap keadaan gawat darurat Resusitasi jantung paru-otak AED (di tempat pelayanan kesehatan)

Jika menjumpai seseorang yang tiba-tiba jatuh pingsan, tidak berespon dan henti nafas, maka hal pertama yang dilakukan sebelum pertolongan yang memadai datang adalah resusitasi jantung paru-otak. Resusitasi jantung paruotak adalah dengan cara kompresi dada, kompresi dada yang efektif adalah dengan menekan di midsternum, menekan dengan kuat dan cepat. Berikan waktu untuk dinding dada kembali berelaksasi setiap melakukan kompresi. Hindari pemberian ventilasi yang berlebihan. Jika tersedia AED maka lakukan defibrilisasi tanpa menghentikan kompresi dada.1

3. 2. Saran Keterampilan untuk melakukan bantuan hidup dasar resusitasi jantung paru-otak sangatlah penting. Keterampilan ini bukan hanya untuk konsumsi para pihak medis namun termasuk juga orang awam, karena cardiac arrest daapt terjadi di mana saja. Selain itu setiap perubahan dan perkembangan terbaru mengenai resusitasi jantung paru-otak perlu diikuti dan diketahui karena demi mengefisiensikan resusitasi yang dilakukan jika suatu saat menemukan kasus cardiac arrest.

11

ABSTRACT

For nearly 40 years, CPR Guidelines have trained people these simple A-B-C instructions-thilt the victim head back to open the airway, the pinch nose and do a succesion of breaths into their mouth and finally perform chest compressions. But now, the AHA says starting with the C of chest compressions will help oxygen-rich blood circulation throughout the body sooner, which is critical for people who have had heart attack, with this shift, resucuers and responding emergency personnel should now follow C-A-B process begin with chest compressions, the move on to address the airway and breaths, this change applies to adults, children and babies.

12

ABSTRAK

Selama hampir 40 tahun, RJPO Guidelines telah melatih urutan RJPO berupa ABC, memposisikan kepala pasien ekstensi untuk membuka jalan nafas, menutup hidung pasien dan memberikan jalan bantuan nafas lewat mulut lalu melakukan kompresi dada. Namun dewasa ini, AHA memberikan tatalaksana baru yaitu dimulai dari C, chest compression atau kompresi dada, akan membantu perfusi oksigen yang adekuat ke seluruh tubuh, kemudian diikuti oleh airway and breathing, atau C-A-B, perubahan ini berlaku untuk orang dewasa, anak dan bayi.

13

You might also like