You are on page 1of 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (WHO,1999). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (IDAI, 2004). Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai dampal pada periode neonatal. Menurut National Center for Health Statistics (NCHS), pada tahun 2002, asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.00 kelahiran hidup di Amerika Serikat. Di dunia, lebih dari 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum. Sementara sekitar 900.000 bayi di Indonesia lahir dengan asfiksia dan merupakan penyebab nomor dua kematian bayi. Dari penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2007 hingga 2010 ditemukan 82 bayi mengalami asfiksia dengan prevalensi laki-laki 59,8% diikuti oleh perempuan 40,2% (Maeenny Peramal,2008) Asfiksia akan menyebabkan keadaan hipoksia dan iskemia pada bayi. Hal ini berakibat kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam tubuh. Dari beberapa penelitian yang dilaporkan oleh Mohan (2000) bahwa kerusakan organ ini sebagian besar terjadi pada ginjal (50%), sistem saraf pusat (28%), sistem kardiovaskular (25%) dan paru (23%). Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008). Dengan memahami definisi, etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

You might also like