You are on page 1of 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Odontogenesis 2.1.1 Definisi Odontogenesis Odontogeny adalah asal usul dan perkembangan pembentukan gigi (Harty & Ogston, 1995). Odontogenesis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan gigi (Ten Cate, 2000).

2.1.2Tahap Odontogenesis Setiap gigi mengalami tahap yang berturut-turut dari

perkembangan selama siklus kehidupannya, yaitu (Harshanur, 1991): a. Tahap Pertumbuhan 1) Tahap insiasi adalah permulaan pembentukkan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut (epitelial bud stage) 2) Tahap ploreferasi adalah spesialisasi dari sel-sel dan perluasan dari organ enamel (cap stage) 3) Tahap histodeferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel, yang mengalami perubahan histologi dan susuannnya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblast, sel-sel perifer dari organ sentin pulpa menjadi odontoblast 4) Tahap morfodeferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction uang akan datang, yang memberi garis luar bentuk dan ukuran korona dam akar yang akan datang b. Erupsi Intraseous 1) Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan dalam lapisan tambahan 2) Tahap klasifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapan garam-garam kalsium(Harshanur, 1991).

c. Erupsi Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi menembus gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen (Purba, 2004). Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu (Purba, 2004): 1) Tahap praerupsi Tahap praerupsi dimulai saat pembentuksn benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami pertumbuhan pesat dibagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat maka benih gigi bergerak ke arah oklusal. 2) Tahap prafungsional Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi gigi ini bertujuan untuk meperbaiki posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan. 3) Tahap fungsional Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial dan proksimal. Pergerekan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna

mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi Purba, 2004). 2.1.3 FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun (Van der Linden, 1985). Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk (1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut : 1. Faktor Keturunan (Genetik) Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch, dkk.,1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001). 2. Faktor Ras Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian (Moyers, 2001). Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Stewart, dkk., 1982). 3. Jenis Kelamin Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan (Clark, 1994).

4. Faktor Lingkungan Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain: a. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers, 2001). b. Nutrisi Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001). c. Faktor Penyakit Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism,

beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982). d. Faktor Lokal Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi

berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975).

2.1.4 Kegagalan Erupsi Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi (Purba, 2004). Ada dua faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi yaitu (Purba, 2004): a) Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu: 1. Kelainan dalam perkembangan benih gigi Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami

perkembangan dengan sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi. 2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan prafungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulang alveolar. 3. Letak benih yang abnormal Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke arah lingual, bukal dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami kesulitan dalam pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi. b) Faktor-faktor kegagalan gigi yang berasal dari sekitar gigi Tulang yang tebal dan padat Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang yang sangat keras dan padat sehingga tekanan

erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus tulang yang tebal dan padat tersebut (Purba, 2004). c) Tempat untuk gigi tersebut kurang Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut (Purba, 2004). d) Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat menyebabkan gigi tidak muncul kepermukaan (Purba, 2004). e) Adanya gigi susu yang persistensi Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen .kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang persistensi tersebut (Purba, 2004).

2.1.5 Mineralisasi gigi dan tulang Mineralisasi adalah penambahan suatu zat-zat mineral pada

tubuh. Mineral merupakan unsur yang dibutuhan oleh tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Tahap mineralisasi erat hubungannya dengan kalsifikasi . Tahap mineralisasi pada gigi desidui dimulai pada minggu ke 14 IU dan seluruh gigi desidui termineralisasi secara sempurna setelah kelahiran. Gigi I dan M1 permanen termineralisasi pada waktu setelah kelahiran, setelah itu baru gigi permanen lain mengalami mineralisasi. Apabila formasi dan mineralisasi mahkota terbentuk sempurna maka gigi akan dimulai tahap erupsi.

Tulang merupakan jaringan yang dinamis. Dalam menjalankan tugasnya, tulang akan selalu mengalami proses perusakan dan pembentukan kembali, mengalami perombakan atau penyerapan yang berlangsung secara terus menerus. Pembentukan ditentukan oleh aktivitas osteoblas dan proses mineralisasi, sedangkan perombakan ditentukan oleh osteoklas. Tahap awal produksi tulang adalah sekresi molekul kolagen (monomer kolagen) dan substansi dasar oleh osteoblas. Monomer kolagen berpolimerisasi membentuk serat kolagen menghasilkan jaringan yang disebut osteoid. Sewaktu osteoid dibentuk sejumlah osteoblas terperangkap dalam osteoid dan menjadi inaktif. Pada tahap ini osteoblas disebut osteosit. Bebrapa hari setelah osteoid dibentuk, garam kalsium mulai mengalami presipitasi pada permukaan serat kolagen, kemudian dengan cepat bermultiplikasi menjadi Kristal hidroksiapatit. Proses ini disebut dengan mineralisasi, dimana dihasilkan hidroksiapatit yang menyusun 95% mineral tulang yang komponen terbesarnya adalah kalsium (Guyton,2012)

2.1.6 Perbedaan gigi dan tulang Gigi dan tulang keras, putih dan mengandung kalsium. Tetapi, itu tidak membuat keduanya sama. Gigi sangat berbeda dengan tulang tubuh. Gigi terdiri dari kalsium, fosfor, dan mineral lainnya. Tulang mengandung kalsium, fosfor, natrium dan mineral lainnya, namun sebagian besar terdiri dari kolagen protein. Kolagen itu hidup dan memberikan kerangka yang fleksibe sehingga memungkinkan tulang untuk menahan tekanan. Sedangkan kalsium mengisi ruang di sekitar kerangka itu dan membuat tulang cukup kuat untuk menopang berat tubuh (Sherwood,2001). Bagian luar tulang terdiri dari periosteum, sebuah membran padat, halus dan licin yang melapisi permukaan terluar tulang.

10

Periosteum mengandung osteoblast atau sel yang dapat memproduksi pertumbuhan tulang baru dan perbaikanTulang tidak sekuat gigi. Gigi, sebagian besar terdiri dari jaringan kalsifikasi yang disebut dentin. Dentin Gigi tercakup dalam email yang keras. Tidak seperti tulang, gigi tidak dapat menyembuhkan diri sendiri atau tumbuh kembali jika rusak. Sedangkan tulang, ketika patah, sel-sel tulang baru terburu-buru untuk mengisi kesenjangan dan memperbaikinya. Perbedaan lain antara gigi dan tulang adalah sumsum tulang menghasilkan sel darah merah dan putih, sementara gigi tidak. Tulang menerima suplai darah dari sejumlah arteri yang melalui periosteum. Meskipun ketika gigi berdarah gigi menyembulkan sesuatu yang terlihat seperti sumsum, itu sebenarnya sesuatu yang disebut pulpa gigi, bagian hidup setiap gigi yang mengandung saraf, arteri dan vena yang membujur hingga ke tulang rahang. Saraf itulah yang menyebabkan kita merasa sakit gigi. Perbedaan terakhir adalah gigi kita telanjang, sedangkan tulang tersimpan di bawah kulit (Sherwood,2001).

2.1.7 Susunan Kimia Gigi 1. Email Email gigi adalah jaringan yang paling termineralisasi dan merupakan struktur kristalin yang terdiri dari komponen anorganik 9395%, komponen organik 1% dan air sekitar 4% yang diukur dari beratnya. Secara mikroskopis, sebagian besar struktur email tersusun oleh kristalit anorganik yaitu kristal hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) dengan pola orientasi yang khas. Komposisi ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik. Secara rinci Carlstom (1964) menyusun komposisi mineral anorganik dalam jumlah terbesar yaitu Ca, PO4, CO2, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F, Fe, Mn, Ag, Zn. Ion kalsium dan fosfat merupakan komponen anorganik yang penting dalam kristal hidroksiapatit.Sifat fisik email yang berupa kekerasan dan

11

ketahanan kimia sangat berbeda dari

dentin, tulang dan sementum.

Walaupun empat jaringan ini termineralisasi dengan hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting antara email dan jaringan lain. Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari 20% kolagen sedang email hanya 0.6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-kira sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen 1000 kali lebih besar.

sehingga volume kristal di email setidaknya

Meskipun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral email akan menurunkan

kekerasannya (FKG USU, 2011). Garam-garam mineral organik tersusun dalam bentuk jaringan-jaringan kecil yaitu terdiri dari : keratin (pseudokeratin) protein albumin. Kolagen lemak asam-asam amino lainnya Glutamic acid, : Hydroxyproline, C5H9O3N : CH3(CH2)2CO2H : Aspartic acid, Threonine, Serine, : C4H9N3O2 : Enamelins, amelogenins dan

Proline, Glycine, Alanine, Valine, Methionine,

Isoleucine, Leucine, Tyrosine, Phenylalanine, Lysine, Histidine, Arginine (FKG USU, 2011). Ion fluorida amat esensial pada pembentukan dan

perkembangan enamel, sebab dapat menggantikan gugus hidroksil sehingga membentuk fluorapatit (Ca10(PO4) 6(F) . Fluorida tersebut berasal dari lingkungan mulut misalnya saliva sehingga fluoridasi paling banyak terjadi di enamel bagian luar, hal ini amat penting untuk mempertahankan keutuhan enamel sebab fluorapatit lebih sukar larut dibandingkan dengan hidroksiapatit (FKG USU, 2011).

12

Secara mikroskopis struktur email terlihat berpori, karena itu email mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan atau minuman. Ion-ion saliva dapat berdifusi masuk kedalam email sehingga semakin bertambah umur pasien, maka semakin keras emailnya.Sifat fisik email yang berupa kekerasan dan ketahanan kimia sangat berbeda dari dentin, tulang dan sementum. Walaupun empat jaringan ini termineralisasi dengan hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting antara email dan jaringan lain.Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari 20% kolagen sedang email hanya 0.6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-kira sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen sehingga volume kristal di email setidaknya 1000 kali lebih besar. Meskipun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral email akan menurunkan kekerasannya (FKG USU, 2011). 2. Dentin Dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen 18% dan hidroksiapatit 70%).Dentin merupakan struktur penyusun gigi terbesar, atap bagi rongga pulpa, menyerupai struktur tulang, komposisinya adalah mineral 69.3%, organik 17.5 %, air 13.2 % (FKG UI, 2010). Pembentukkan dentin dapat dilkukan dengan tiga cara, yaitu: mensintesis dan mensejresi matriks anorganik, memasukkan komponen anirganik kedalam matriks entin yang baru terbentuk dan menciptakan suatu lingkungan yang

memungkinkan mineralisasi matriks (FKG USU, 2011).

3. Pulpa Pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar,

unsur utama: odontoblast, fibroblast,

serabut kolagen halus, dan

13

glikosaminoglikan, ruang pulpa meliputi : kamar pulpa, saluran akar, foramen apikal. Pulpa gigi merupakan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah dan saraf yang terdapat dalam rongga gigi. Pulpa memiliku lima fungsi utama yaitu induktif, formatif, nutritif, defensif dan sensatif (FKG UI, 2010).

2.1.8 Struktur Perkembangan Benih Gigi

Tahap 1 - Inisiasi

Tahap 2 - Proliferasi

14

Tahap 3 - Histodiferensiasi

Tahap 4 - Morfodiferensiasi

15

Tahap 5 Aposisi menurut Cate (1998) adalah : 1. Ektodermis: Lapisan benih luar dari 3 lapisan benih primitif dari embrio yang sedang berkembang (saraf, kulit, email, membran mukosa mulut). 2. Mesodermis: Lapisan benih tengah suatu embrio (antara ektodermis dan endodermis). 3. Lapisan Basal: Lapisan paling dasar dari epitelium. 4. Membran Dasar: Suatu lembaran tipis yang mendasari epitelium. 5. Bud: Suatu penebalan dari jaringan ektodermal. 6. Epitelium: Lapisan sel tipis yang membatasi atau menutupi permukaan dalam atau luar tubuh. 7. Jaringan Mesenkim: Jaringan ikat embrional yang mampu berkembang menjadi berbagai macam jaringan ikat (tulang, tulang rawan, darah, jaringan limfe). 8. Organ Enamel: Disebut juga sebagai dental organ, yaitu semacam sel agregasi yang terlihat secara histologis pada perkembangan gigi. Terletak di atas kondensasi dari sel ektomesenkim yang disebut papilla gigi. 9. Stellat Retikulum: Suatu jaringan bintang yang dan bentuknya mensintesis

menyerupai

bintang-

glikosaminoglikan. 10. Papilla Gigi: Jaringan yang sebagian masuk dalam organ email pembentuk dentin yang kemudian akan menjadi jaringan pulpa. 11. Kantung Gigi: Bagian yang ke depannya akan membentuk lapisan sementum. 12. Dental Lamina: Suatu penebalan jaringan epitel. 13. Dental Epitelium Luar: Disebut juga enamel epitelium eksternal, yaitu semacam lapisan berbentuk sel- sel kubus

16

pada batas luar (periferal) organ enamel pada masa perkembangan dan pertumbuhan benih gigi. Pertama kali terlihat pada saat bell stage. 14. Dental Epitelium Dalam: Disebut juga enamel epitelium internal, yaitu semacam lapisan sel berbentuk kolomkolom yang letaknya melingkar di dekat papilla gigi. Pertama kali terlihat pada waktu bell stage. 15. Tulang Alveolar: Tulang yang memiliki fungsi sebagai penahan gigi geligi.

2.1.9 Macam-Macam Kelainan Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Ada banyak jenis kelainan pada gigi dan mulut. Saking banyaknya, sampai-sampai harus ada Fakultas Kedokteran Gigi yang didirikan otonom, terpisah dari Fakultas Kedokteran. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan salah satu macam kelainan yang sering ditemukan. Pada umumnya, kelainan tersebut disebabkan oleh faktor herediter (keturunan), gangguan

perkembangan, dan gangguan metabolik (Linden, 1985). Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi diklasifikasikan menjadi : 1. Kelainan Jumlah Gigi. Disebabkan adanya gangguan selama proses inisiasi ketika terjadi perkembangan lamina dental dan tahap tuntas. Kelainan bersifat herediter. Macam macam kelainan jumlah gigi :

Supernumerary teeth. Adalah bentuk gigi tambahan di antara dua gigi dengan bentuk dan ukuran abnormal.

Anodontia.

17

Adalah tidak berkembangnya sebagian atau seluruh gigi. Anodontia ada yang sifatnya total yakni tidak ada sama sekali gigi pada rahang. Dan ada juga yang sifatnya parsial yakni masih terdapat sejumlah gigi pada rahang. Gigi yang sering mengalami anodontia parsial adalah insisivus lateral atas, molar (geraham belakang) tiga atas dan bawah, dan premolar (geraham depan) dua bawah. 2. Kelainan Bentuk Gigi. Macam macam kelainan bentuk gigi :

Geminasi : Adalah kelainan gigi yang terjadi karena satu benih gigi terbagi dua pada proses invaginasi, sehingga terbentuk dua gigi yang tidak sempurna.

Fusi : Adalah penyatuan sebagian atau seluruh dua benih gigi selama pertumbuhan. Secara klinis terlihat sebuah gigi yang besar dan jumlah gigi dalam rahang kurang.

Konkresens : Adalah salah satu bentuk fusi yang terjadi setelah akar terbentuk sempurna, sehingga penyatuan hanya terjadi pada sementum akar gigi.

Dilaserasi : Adalah penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubunganaksial antara mahkota dan akar berubah.

Dens in dente : Adalah gigi yang terbentuk dalam gigi. Kelainan ini dapat menyebabkan retensi sisa makanan, sehingga timbul karang gigi.

Taurodontia : Adalah pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi.

Akar dan Tonjol Gigi Tambahan : yaitu terdapat cabang atau akar tambahan dengan saluran akar utama pada 1/3 apeks akar.

Akar Bersegmen : Adalah akar yang terpisah dari bagian yang lain sehingga menjadi dua segmen.

18

Akar Pendek : Pertumbuhan akar yang tidak sempurna karena kelenjar hipofisis kurang aktif, sehingga akar pendek sedangakan mahkota normal.

Hipersementosis : Adalah sementum yang berlebihan di sekitar akar gigi karena kelainan lokal atau sistemik, misalnya akibat inflamasi pulpa atau gangguan metabolik.

Mutiara Enamel ( Enameloma ) : Adalah suatu endapan email kecil disekitar apikal dentin akibat pertautan sementum dan email seperti mutiara.

Gigi Hutchinson : Adalah bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital.

Odontoma : Adalah pembentukan abnormal jaringan gigi karena gangguan pada folikel akibat trauma atau infeksi.

3. Kelainan Warna Gigi. Di klasifikasikan menjadi :


Gigi Kuning. Gigi Coklat. Gigi Biru sampai biru kehijauan. Gigi putih atau opak kekuningan. Gigi Coklat Kemerahan. Gigi Coklat Keabu abuan. Diskolorasi beberapa warna.

4. Kelainan Struktur Jaringan Gigi. Terjadi karena ketidakseimbangan pertumbuhan sebagian atau seluruh jaringan gigi. Kelainan ini di klasifikasikan :

Sindrom Herediter. Pada enamel berupa amelogenesis imperfekta, yaitu

hipokalsifikasi enamel herediter dan hipoplasia enamel herediter.

Manifestasi Penyakit Lain.

19

Dental fluorosis, hipoplasia akibat penyinaran dengan radiasi, hipoplasia karena kekurangan vitamin D. 5. Kelainan Erupsi Gigi. Di klasifikasikan menjadi :

Erupsi Prematur. Erupsi yang terjadi sebelum waktunya. Terdapat gigi sulung atau gigi tetap pada waktu bayi dilahirkan atau pada usia beberapa hari.

Erupsi Lambat. Erupsi yang terjadi melewati waktu yang seharusnya.

Ankilosis. Adalah tidak terdapat membran periodontal diantara akar gigi dan tulang, sehingga gigi langsung melekat pada tulang.

6. Kelainan Ukuran Gigi. Di klasifikasikan menjadi :

Mikrodontia ( dwarfisme ). Adalah ukuran gigi lebih kecil dari normal.

Makrodontia. Adalah ukuran gigi lebih besar daripada gigi normal. Terbagi menjadi, True mcrodontia terjadi pada seluruh gigi penderita gigantisme, sedangakan False macrodontia terjadi pada beberapa gigi dan biasanya insisivus dan kaninus

2.2 Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99 persen total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan ekstravaskuler (Almatsier , 2004).

20

2.2.1

Fungsi Kalsium a. Membentuk serta mempertahankan tulang dan gigi yang sehat. b. Mencegah osteoporosis. c. Membatu proses pembentukan darah. d. Menghantarkan signal kedalam sel-sel saraf. e. Mengatur kontraksi otot. f. Membantu transport ion melalui membran. g. Sebagai komponen penting dalam produksi hormon dan

enzim mengatur proses pencernaan,energi dan metabolisme lemak. h. Proses pembuahan. i. Neuro transmiliter. j. Daya tahan tubuh. k. Pembentukan energi.(Almatsier, 2004).

2.2.2 Pentingnya Kalsium bagi ibu hamil Pada masa kehamilan, kalsium dibutuhkan terutama kala memasuki trimester kedua dan ketiga masa kehamilan. Pada trimester kedua itulah janin mulai tumbuh dengan pesat dibandingkan masa sebelumnya. Bahkan kecepatan pertumbuhan berat badannya

diperkirakan mencapai 10 gram per hari. Jadi kebutuhan akan kalsium meningkat pesat selama masa kehamilan (Beni, 1998). The National Academy of Sciences dan National Osteoporosis Foundation di Amerika Serikat merekomendasikan wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak kalsium, yaitu setidaknya 1500 mg/hari. Jauh lebih banyak dibanding kebutuhan kalsium pada manusia biasa yang hanya 1.000 mg per hari. Ibu yang tidak mengonsumsi cukup kalsium dari makanan memerlukan suplemen kalsium tambahan (Beni, 1998). Penyerapan kalsium dapat ditingkatkan dengan asupan vitamin D (yang berasal dari sinar ultraviolet pagi hari pada pukul 07.00-08.00) yang dikonsumsi bersamaan dengan makanan sumber kalsium yang

21

dapat berasal dari nabati seperti sayuran daun hijau, biji-bijian, kacangkacangan. Sedangkan dari hewan diantaranya adalah daging, telur, susu dan produk dari susu. Penyerapan kalsium juga kurang optimal apabila asupan kalsium dalam makanan berlebih karena darah sudah tidak dapat menyerap kalsium. Hindari juga makan terlalu banyak serat, karena serat dapat menghambat penyerapan kalsium di dalam usus. Serat yang berlebihan akan menurunkan waktu transit makanan di dalam sel cerna. Akibatnya, kesempatan tubuh untuk mengabsorpsi kalsium dengan maksimal jadi berkurang. Selain itu, stres mental atau fisik juga cenderung menurunkan kemampuan tubuh dalam menyerap kalsium (Beni, 1998). Konsumsi kalsium dalam porsi sedang dengan interval pendek hingga 4-6 jam lebih efektif dibanding konsumsi kalsium dalam jumlah banyak sekaligus. Konsumsi susu hamil pagi dan sore lebih disarankan dibanding meminum dua gelas sekaligus pada satu waktu. Dalam memenuhi kebutuhan kalsium dalam tubuh hindari mengonsumsi alkohol, merokok, minuman soda dan minuman berkafein (teh dan kopi) lebih dari 3 gr per hari. Serta rutinlah dalam beraktifitas fisik yang mungkin dilakukan selama kehamilan (Beni, 1998). Beberapa kondisi yang disebabkan karena kurangnya asupan kalsium saat kehamilan menurut Beni (1998)antara lain : 1. Kram Selama Hamil Kekurangan kalsium, rendahnya kadar potasium dan tingginya kadar fosfor serta dengan semakin besarnya beban kehamilan maka saraf-saraf yang mengarah ke kaki juga tertekan sehingga daerah itu lebih mudah tegang. Untuk mengurangi ketegangan pada kaki, cara yang paling praktis adalah dengan melakukan peregangan. Luruskan kaki dan secara perlahan gerakkan pergelangan juga jari-jemarinya. Pijatlah bagian yang sakit dan hangatkan otot-ototnya dengan

22

botol yang berisi air hangat. Cara lain yang lebih mudah adalah cukup sekadar berdiri dan berjalan-jalan. 2. Tulang Ibu Mudah Keropos Bila kebutuhan akan kalsium selama masa kehamilan tidak dipenuhi dari luar, maka janin akan mengambil cadangan kalsium ibu yang tersimpan dalam tulang. Akibatnya, rangka tulang ibu lebih cepat menjadi rapuh karena saat itu terjadi demineralisasi pada tulang ibu. 3. Pertumbuhan Tulang Janin Tidak Sempurna Bila hal itu terjadi, biasanya akan timbul gangguan elektrolit pada ibu yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada janin. Dampaknya, pertumbuhan janin bisa terganggu. Saat lahir kemungkinan bayi akan memiliki bentuk tulang yang tidak bagus dan mudah rapuh. 4. Rakitis Penyakit tulang (rakitis) umumnya disebabkan kandungan kalsium pada ASI yang diberikan juga kurang. Bayi yang menderita rakitis biasanya mengalami gejala awal berupa kejang otot (tetanus). 5. Duduk dan merangkak terlambat Pada bayi yang sudah agak besar, gejala kekurangan kalsium bisa berupa terlambatnya masa perkembangan kemampuan duduk dan merangkak. Bahkan sebagian bayi ada pula yang mengalami penundaan penutupan ubun-ubun (fontanel). Sebaliknya, bila kebutuhan akan kalsium tercukupi selama masa kehamilan, menurut British Medical Journal, anakanaknya bakal terlindung dari resiko hipertensi.

2.2.3 Bahaya kelebihan kalsium Tubuh tidak dapat menyerap kalsium bila tidak memiliki cukup magnesium dan fosfor. Magnesium dan fosfor mengubah bentuk kalsium

23

sehingga dapat diserap tubuh. Kalsium dan magnesium diedarkan oleh tubuh melalui albumin dalam darah. Terlalu banyak kalsium akan membuat magnesium terdesak dari albumin sehingga tidak tersalurkan lewat darah dan tubuh akan kekurangan magnesium. Bila tidak cukup mendapat magnesium, ginjal tidak dapat memproses kalsium sehingga dapat terjadi endapan batu ginjal. Selain fosfor dan magnesium, vitamin D, zinc dan zat besi juga diperlukan dalam pengolahan kalsium dan dapat terdesak peranannya oleh kalsium yang berlebihan. Konsumsi kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, zinc dan zat besi harus berimbang agar tubuh tetap sehat. a) Minum berlebihan dan olahraga berat dapat membuang banyak kalsium dan magnesium dari tubuh. Tambahkan konsumsi kalsium setelah bekerja dan berolah raga berat. Jangan minum berlebihan. b) Suplemen kalsium biasanya tidak dibutuhkan bila konsumsi harian Anda cukup mengandung makanan yang kaya kalsium. Berikut adalah beberapa porsi makanan dan kandungan kalsiumnya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Susu satu cangkir (350 mg) Segelas jus jeruk (290 mg) Satu kerat keju (200 250 mg) Sepotong pizza (230 mg) Sekaleng sarden (185 mg) Setangkup es krim (90 mg) Secangkir brokoli (76 mg) Sepotong besar tahu/tempe (258 mg) ( Lailiyana, dkk 2010)

2.3 Pengertian Food Suplemen Food suplemen atau dietary suplemen adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat yang dikemas dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, ta blet, bubuk atau cairan yang berfungsi sebagai pelengkap kekurangan zat gizi dalam tubuh. Makanan penunjang ini umumnya terbuat dari bahan-bahan alami yang diracik tanpa tambahan zat-

24

zat kimia, meskipun ada beberapa vitamin tertentu dibuat secara sintetis. Di Indonesia, makanan suplemen digolongkan sebagai nutraceutical (masuk

dalam golongan makanan). Itulah sebabnya oleh pemerintah makanan suplemen boleh dijual secara bebas. Namun tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit tertentu seperti halnya obat (Kariyadi, 1998).

2.3.1 Cakupan Food Suplemen Cakupan food suplemen meliputi vitamin, mineral, enzim, asam amino, hormon, herba, antioksidan dan probiotik ( Femi, Syamsir, dan Iwan, 2006 ). 1. Vitamin Vitamin berfungsi membantu metabolisme tubuh dan produksi energi. Vitamin terdiri dari vitamin larut lemak ( A, D, E, K ) dan vitamin tidak larut lemak (B, C, asam folat, Biotin). 2. Mineral Mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk proses metabolisme. Mineral dibagi dalam 2 kelompok yaitu mineral mikro (boron, kromium, kobalt, copper, flourida, iodin, besi, mangan, molybdenum, selenium, silikon, vanadium, seng) dan mineral makro (kalsium, fosfor, kalium, natrium klorida, magnesium, sulfur). 3. Enzim Enzim berperan dalam proses metabolisme tubuh. Enzim banyak terdapat dalam makanan segar karena enzim sangat sensitif terhadap panas dan akan rusak dalam proses pemasa kan dan pasteurisasi.enzim adalah biokatalisator spesifik yang berg abung dengan koenzim

25

(vitamin dan

mineral) yang menjalankan roda kehidupan melalui

metabolisme agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. 4. Asam Amino Asam amino dapat didefinisikan sebagai kumpulan besar satuan organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein. Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada protein, dan protein sangat bergantung pada tersedianya asam amino. Asam amino terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu asam amino

esensial (asam amino yang tidak bisa disintes a oleh tubuh) dan asam amino non esensial (asam amino yang dapat disintesa olah tubuh). 5. Hormon Hormon adalah suatu zat kimia yang diproduksi tubuh secara spesifik dan berperan mengatur berbagai proses fisiologis tubuh yang menentukan siapa kita, dimulai dari pertumbuhan, reproduksi membuat kita tetap hidup. Hormon juga

metabolisme yang

membedakan jeni kelamin kita. Hormon dikelompokkan dalam 3 kategori besar yaitu : (1) hormon seks (termasuk hormon pertumbuhan dan penuaan), (2) hormon metabolisme (yang mengatur perubahan makanan menjadi bahan bakar) dan (3) hormon stres (yang

mengendalikan respon t ubuh terhadap rangsangan yang kita terima). 6. Herba Pengobatan herba adalah cara pengobatan yang aman dan efektif dengan menggunakan bahan bahan dari tanaman. Pengobatan herba merupakan sistem pengobatan holistik yang mengarah pada usaha mengembalikan mekanisme tubuh un tuk menyembuhkan dirinya sendiri. 7. Antioksidan

26

Antioksidan adalah segala bentuk substansi yang pada kadar rendah secara bermakna dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi (proses dimana terjadi pengurangan atau pemindahan jumlah elektron dalam reaksi kimia). Jenis antioksidan yang beredar di pasaran adalah vitamin C, vitamin E, koenzim Q10, N-asetilsistein (NAC), dan beta karoten. 8. Probiotik Probiotik membantu proses pencernaan dengan cara memecah makanan menjadi komponen komponen individualnya seperti lemak, asam amino, karbohidrat, vitamin, mine ral agar bisa diserap oleh tubuh. Probiotik juga meningkatkan penyerapan mineral, mensintesa mikrontrien terutama vitamin B2, B6, B12, K, Bi otin, dan Asam folat. Probiotik mengaktifkan sistem kekebalan umum dan yang penting berperan dalam mencegah dan membatasi pertumbuhan bakteri patogen yang jahat ( Vitahealth, 2006 ). 2.3.2 Manfaat Food Suplemen Secara umum manfaat food suplemen menurut Vitahealth (2006) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Mencegah terjadinya penurunan kualitas nutrisi bagi tubuh Mencegah penurunan kualitas gaya hidup Memenuhi kebutuhan tubuh akan kom ponen utama nutrisi yang karbohidrat, lemak, asam lemak esen sial, protein, asam

meliputi

amino, air, vitamin, mineral, enzim, antioksidan, karotenoid, flavonoid, alkaloid, dan fitoestrogen . 4. Menghindarkan kekurangan gizi akibat pola makan tidak teratur dan tidak sehat 5. Membantu mengembalikan vitalitas tubuh.

27

2.4 Kebutuhan gizi ibu hamil Menurut lailiyana (2010) kebutuhan gizi ibu habila adalah : Kalori kebutuhan kalori meningkat karena peningkatan laju metabolisme basal dan karena penambahan berat badan, peningkatan kebutuhan kalori kurang lebih 15% (200-300 kalori) setiap harinya dibanding sebelum ibu hamil. Kekurangan kalori pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi mengalami BBLR, ibu kelelahan dan pusing. Protein kebutuhan protein meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan amnion pertumbuhan jaringan maternal dan penambahan volume darah. Kebutuhan protein pada ibu hamil adalah 1-17 g/kg BB/hari. Bahan pangan yang dianjurkan sebaiknya 2/3-nya dari sumber hewani. Kekurangan protein pada ibu hamil mengakibatkan anemia, abortus, endema bayi lahir dengan BBLR dan IUGR. Zat besi Kebutuhan zat besi mengingkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah serta persiapan darah yang akan hilang saat melahirkan. Peningkatan kebutuhan zat besi 100-300%. Ibu hamil dianjurkan mendapatkan suplemen zat besi 30-60 mg/hari selama trimester II dan III dan diteruskan sampai 3 bulan pasca-partum. Kekurangan zat besi pada ibu hamil mengakibatkan anemia (5L), partus lama, dan pendarahan pasca-partum. Asam folat Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Kurang lebih 24-60% wanita di negara maju dan berkembang mengalami kekurangan asam folat karena asam folat dalam makanan tidak cukup untuk memenuhi

28

kebutuhan wanita hamil. Dianjurkan sebelum konsepsi dan selama hamil, wanita hamil mendapat suplemen asam folat 400 g setiap hari. Kekurangan asam folat pada ibu hamil mengakibatkan anemia, kelelahan, gangguan tidur, kejang pada kaki, cacat bawaan pada bayi (anesefali dan spinda bifida). Kalsium metabolisme kalsium selama hamil berubah secara mencolok, kadar kalsium dalam darah menurun drastis sampai 5% dibanging tidak hamil. Asupan yang dianjurkan kurang lebih 1200 mg/hari bagi ibu hamil di atas 25 tahun dan 800 mg/hari untuk ibu hamil berusia lebih muda. Kekurangan kalsium pada ibu hamil mengakibatkan

hipokalsemiam tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia email bayi, osteomalasia pada ibu hamil. Iodium oleh karena bahan yang ditimbulkan akibat kekurangan iodium pada wanita hamil yaitu kretinisme pada janin, keorksi terhadap kekurangan iodium sebaliknya dilakukan sebelum atau selama tiga bulan pertama kehamilan. Asupan yang dianjurkan untuk wanita hamil adalah 200 g/hari. Kekurangan iodium pada ibu hamil menimbulkan hipotiroidisme pada janin yang dapat berlanjut dengan kerusakan saraf dan kretinisme. Vitamin b Peningkatan kebutuhan b hanya 10% dibanding sebelum hamil. Namun mengingat fungsinya yang sangat penting dalam pembentukan sel darah merah dan sangat jarang terdapat dalam pangan sumber nabati, suplemen juga diperlukan untuk ibu hamil. Asupan yang dianjurkan untuk ibu hamil berkisar 3 g/hari. Kekurangan b pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia pernisiosa dengan gejala rasa letih yang hebat, diare, depresi, mengantuk, pucat dan mudah tersinggung.( lailiyana, 2010)

29

You might also like