You are on page 1of 27

KANKER KOLON

1.1 Epidemiologi Secara epidemiologis, angka kejadian kanker kolorektal mencapai urutan ke-4 di dunia dengan jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 19.4 dan 15.3 per 100.000 penduduk !bdullah, "00#$. %anker kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh pasien kanker di !merika Serikat. %anker usus besar dan rektum adalah penyebab paling umum ketiga kematian kanker pada &anita setelah kanker paru-paru dan payudara$ dan penyebab yang paling umum ketiga kematian kanker pada laki-laki setelah kanker paru-paru dan prostat$. 'ebih dari 150.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya di !merika Serikat dengan angka kematian per tahun mendekati angka #0.000 &&&. (edicine&orld, "010$ )enyakit tersebut paling banyak ditemukan di !merika *tara, !ustralia, Selandia +aru dan sebagian ,ropa. %ejadiannya beragam di antara berbagai populasi etnik, ras atau populasi multietnik-multi rasial. Secara umum didapatkan kejadian kanker kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun, .enomena ini dikaitkan dengan pajanan terhadap berbagai karsinogen dan gaya hidup. /i !merika Serikat rata-rata pasien kolorektal adalah berusia #0 tahun dan lebih dari 501 kematian terjadi pada mereka yang berumur di atas 55 tahun !bdullah, "00#$. /i 2ndonesia, menurut laporan registrasi kanker nasional, didapatkan angka yang berbeda. /idapatkan kecenderungan untuk umur yang lebih muda

"

dibandingkan dengan laporan dari negara barat. *ntuk usia di ba&ah 40 tahun data dari +agian )atologi !natomi 3%*2 didapatkan angka 35,3#1 !bdullah, "00#$. /istribusi kanker kolorektal menurut lokasinya dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini4

#.71

7.01

11.01

Sekum 1.91

Sigmoid 9.01

51.51

sumber 4 !bdullah, "00#$. 1.2 Definisi Kanker Usus Besar (Colon 5olorectal 5ancer atau dikenal sebagai 5a 5olon atau %anker *sus +esar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendi6 usus buntu$.

1.! "a#ofisiologi %anker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara .aktor genetik dan .aktor lingkungan. %anker kolorektal yang sporadik muncul setelah mele&ati rentang masa yang lebih panjang sebagai akibat .aktor lingkungan yang menimbulkan berbagai perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker. %edua jenis kanker kolorektal herediter dan sporadik$ tidak muncul secara mendadak melainkan melalui proses yang diidenti.ikasikan pada mukosa kolon seperti pada displasia adenoma$ !bdullah, "00#$. 3aktor lingkungan yang berperan pada karsinogenesis kanker kololrektal dapat dilihat pada tabel di ba&ah ini 4 3aktor 'ingkungan 8ang +erperan )ada %arsinogenesis %anker %ololrektal 1. )robably related a. %onsumsi diet lemak tinggi b. %onsumsi diet lemak rendah ". )ossibly related a. %arsinogen dan mutagen b. 9eterocyclic amines c. 9asil metabolisme bakteri d. +ir dan konsumsi alkohol e. /iet rendah selenium 3. )robably protekti. a. %onsumsi serat tinggi b. /iet kalsium c. !spirin dan :!2;S d. !kti<itas .isik +(2 rendah$ 4. )ossibly proteksti. a. Sayuran hijau dan kuning b. (akanan dengan karoten tinggi c. =itamin 5 dan , d. Selenium e. !sam .olat 5. Cyclooxygenase-2 5:>-"$ inhibitor #. Hormone Replacement Theraphy estrogen$
Sumber 4 !bdullah, "00#$.

%anker kolon terjadi sebagai akibat dari kerusakan genetik pada lokus yang mengontrol pertumbuhan sel. )erubahan dari kolonosit normal menjadi jaringan

adenomatosa dan akhirnya karsinoma kolon menimbulkan sejumlah mutasi yang mempercepat pertumbuhan sel. ?erdapat " mekanisme yang menimbulkan instabilitas genom dan berujung pada kanker kolorektal yaitu 4 instabilitas kromosom Cromosomal Insyability atau 52;$ dan instabilitas mikrosatelit

Microsatellite Instability atau (2;$. *mumnya asl kenker kolon melalui mekanisme 52; yang melibatkan penyebaran materi genetik yang tak berimbang kepada sel anak sehingga timbulnya aneuploidi. 2nstabilitas mikrosatelit (2;$ disebabkan oleh hilangnya perbaikan ketidakcocokan atau missmatch repair ((@$ dan merupakan terbentuknya kanker pada sindrom 'ynch !bdullah, "00#$. Aambar di ba&ah ini menunjukkan mutasi genetik yang terjadi pada perubahan dari adenoma kolon menjadi kanker kolon.

!&al dari proses terjadinya kanker kolon yang melibatkan mutasi somatik terjadi pada gen Adenomatous Polyposis Coli !)5$. Aen !)5 mengatur kematian sel dan mutasi pada gen ini menyebabkan pengobatan proli.erasi yeng selanjutnya berkembang menjadi adenoma. (utasi pada onkogen %-@!S yang

biasnya terjadi pada adenoma kolon yang berukuran besar akan menyebabkan gangguan pertumbuhan sel yang tidak normal !bdullah, "00#$.

Sumber 4 http4--users.rcn.com-jkimball.ma.ultranet-+iology)ages-5-5ancer.html$

?ransisi dari adenoma menjadi karsinoma merupakan akibat dari mutasi gen supresor tumor p53. /alam keadaan normal protein dari gen p53 akan menghambat proli.erasi sel yang mengalami kerusakan /;!, mutasi gen p53 menyebabkan sel dengan kerusakan /;! tetap dapat melakukan replikasi yang menghasilken sel-sel dengan kerusakan /;! yang lebih parah. @eplikasi sel-sel dengan kehilangan sejumlah segmen pada kromosom yang berisi beberapa alele misal loss of heteri ygosity$, hal ini dapat menyebabkan kehilangan gen supresor tumor yang lain seperti /55 !eleted in Colon Cancer$ yang merupakan trans.ormasi akhir menuju keganasan !bdullah, "00#$. )erubahan genetik yang terjadi selama e<olusi kanker kolorektal dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

sumber 4 !bdullah, "00#$. 1.$ %#adium dan &ak#or prognos#is Stadium dan .aktor prognostis kanker kolorektal dapat dilihat pada tabel dan gambar di ba&ah ini4 /ukes ! +1 +" 5 Stadium ?;( ?1;0(0 ?";0(0 ?3;0(0 ?6;1(0 /eskripsi histopatologi /erajat 2 22 222 2= %anker terbatas pada mukosa-submukosa %anker mencapai muskularis %anker cenderung masuk-mele&ati mukosa ?umor melibatkan %A+ regional (etastasis +ertahan 5 tahun 1$ B90 75 00-70 35-#5 5

/ ?6;"(1 = sumber 4 !bdullah, "00#$.

9arapan hidup pasien dengan kanker kolon bergantung pada derajat penyebaran saat pasien datang. )rognosis pasien berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor ke dinding kolon, keterlibatan %A+ regional atau metastasis jauh, penyebaran lokal yang dapat menyebabkan perlekatan dengan struktur yang tak dapat diangkat, dan derajat histologi yang tinggi. Semua <ariabel ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem staging yang dimodi.ikasi dari skala /ukes?urnbull. *ntuk semua pasien hasil kelangsungan hidup adalah sekitar "51 tetapi pada pasien yang bisa diobati dengan reseksi meningkat menjadi 501 dan jika tidak menembus seluruh ketebalan dinding kolon maka harapan hidupnya hampir normal. %riteria terpenting adalah keterlibatan %A+ regional saat dilakukan reseksi primer, pasien dengan tumor yang belum menembus dinding kolon dan belum terdapat keterlibatan %A+ regional mempunyai harapan hidup 901, tapi bila %A+ regional sudah terlibat angka harapan hidup menurun tinggal 401. Cumlah %A+ regional yang terlibat juga penting, karena apabila lebih dari 3 %A+

regional terlibat angka harapan hidup menjadi lebih rendah yaitu 15-"#1. )ada intinya kanker yang sudah menunjukkan gejala biasanya pada stadium yang sudah parah dan angka harapan hidup secara keseluruhan ahanya berkisar 501. )rognosis yang buruk juga terjadi pada pasien dengan usia muda, menderita kanker koloid, dan 1994$. %lasi.ikasi kanker kolorektal menurut /ukes-turnbull dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4 menunjukkan gejala obstruksi atau per.orasi @oediger,

sumber 4 !bdullah, "00#$.

1.' (e)ala %ebanyakan kasus kanker kolorektal didiagnosis pada usia sekitar 50 tahun dan umumnya sudah memasuki stadium lanjut sehingga prognosis juga buruk. %eluhan yang paling sering dirasakan pasien adalah perubahan pola buang air besar, perdarahan per anus hematoseDia dan konstipasi$. %anker ini umumnya berjalan lamban, keluhan dan tanda-tanda .isik timbul sebagaia bagian dari komplikasi seperti obstruksi. )erdarahan in<asi lokal kakheksia. :bstruksi kolon biasanya terjadi di kolon trans<ersum. %olon desendens dan kolon sigmoid karena ukuran lumennya lebih sempit daripada kolon yang proksimal. :bstruksi parsial a&alnya ditandai dengan nyeri abdomen, namun bila obstruksi total terjadi akan menimbulkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi. %anker kolon dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh dan mengalami ulserasi. (eskipun perdarahan umumnya tersamar namun hematochesia timbul pada sebagian kasus. ?umor yang terletak lebih distal umumnya disertai hematosecDhia atau darah tumor dalam .eses, tapi tumor yang proksimal sering disertai dengan anemia de.isiensi besi. 2n<asi lokal dari tumor menimbulkan tenesmus, hematuria, in.eksi saluran kemih berulang dan obstruksi uretra. !bdomen akut dapat terjadi bilamana tumor tersebut menimbulkan per.orasi. %adang timbul .istula antara kolon dengan lambung atau usus halus. !sites maligna dapat terjadi akibat in<asi tumor ke lapisan serosa dan sebaran ke peritoneal. (etastasis jauh ke hati dapat menimbulkan nyeri perut, ikhterus dan hipertensi portal !bdullah, "00#$. ?anda dan gejala karsinoma kolon ber<ariasi tergantung dari lokasi kanker di dalam usus besar. *kuran dan ekstenbilitas usus ukuran kanan kira-kira enam

10

kali lebih besar daripada daerah sigmoid dan mengandung aliran .ekal yang cair. ?umor yang terletak di usus bagian kanan &alaupun besar cenderung menggantung fungating$ dan lunak, yang tidak tumbuh mengelilingi usus. Sebagai salah satu akibatnya gejala dari tumor yang timbul di kolon kanan tidak disebabkan oleh obstruksi &alaupun pasien dapat mengalami rasa yang tidak enak atau kolik di abdomen yang samar-samar. 'ebih sering, penyakit disertai dengan kehilangan darah kronis yang dideteksi dengan tes darah samar. Sebaliknya tumor di daerah kiri cenderung keras dan tumbuh mengelilingi usus, dan .ungsi normal dalam daerah ini adalah sebagai penyimpan massa .eses yang keras. Aejala obstruksi akut atau kronis adalah gambaran klinis yang penting. /i samping itu pasien dapat mengalami perubahan dalam pola de.ekasi bo&el habits$,

memerlukan laksati., atau penurunan kaliber .eses. )erdarahan adalah lebih jelas, dengan darah gelap atau darah merah yang melapisi permukaan .eses Schein, 1990$. Aambaran klinis kanker kolorektal tergantung pada tempat tumor. Sekitar seperempat tumor usus besar terletak pada kolon kanan. %olon trans<ersal dan kolon desenden relati. jarang terkena, sehingga kebanyakan tumor terletak pada kolon sigmoid dan rektum. Aejala berdasarkan lokasi kanker dibagi menjadi Cones E Scho.ield, 199#$4 %olon kanan a. )asien dengan obstruksi 4 sekitar seperempat pasien datang dengan tanda obstruksi usus kecil di bagian ba&ah yaitu kolik, muntah, konstipasi dan distensi. 3oto polos abdomen memperlihatkan dilatasi usus kecil.

11

b. ?anpa obstruksi 4 banyak pasien yang datang tanpa obstruksi tiadak mempunyai gejala yang berhubungan dengan traktus gastrointestinal. (ereka memberikan ri&ayat anemia dan penurunan berat badan akibat perdarahan

gastrointestinal samar. Aejala yang kompleks ini memberikan kemungkinan karsinoma lambung, tetapi karsinoma kolon kanan yang seharusnya lebih

membutuhkan terapi$ seringkali terle&atkan. /iagnosis ditegakkan dengan ditemukannya massa yang dapat dipalpasi dalam .ossa iliaka kanan. !pakah ini ada atau tidak, seluruh kolon harus diperiksa dengan kolonoskopi atau pada pemeriksaan barium enema. %olon kiri a. )asien dengan obstruksi 4 pada semua "5-301 pasiendatang dengan lesi pada kolon kiri datang sebagai pasien ga&at darurat. )asien dapat menderita per.orasi dengan abses perikolik atau bahkan peritonitis umum tetapi lebih sering obstruksi usus besar. Sejauh ini penyebab paling umum dari obstruksi usus besar adalah karsinoma, penting untuk menyingkirkan penyebab lain yang mungkin dapat ditangani dengan terapi konser<ati.. )emeriksaan barium enema darurat diindikasikan pada semua kasus obstruksi usus besar untuk mengkon.irmasi derajat obstruksi dan untuk mendiagnosis pseudo-obstruksi yang tidak membutuhkan pembedahan. %olonoskopi darurat telah dianjurkan sebagai alternati. dari pemeriksaan barium enema. b. )asien tanpa obstruksi 4 gangguan kebiasaan de.ekasi merupakan keluhan pasien yang datang tanp obstruksi. 9al ini bisa berupa konstipasi yang meninkat, diare atau berubah-ubah antara kedua hal tersebut, pasien biasanya menemukan darah bersama .eses dan mengeluh nyeri atau rasa tidak enak pada abdomen

1"

ba&ah. )enurunan berat badan umum ditemukan dan pada umumnya merupakan tanda yang buruk. %arsinoma kadang-kadang bisa diraba dengan palpasi abdomen. %arsinoma rektum )asien dengan karsinoma rektum hampir tidak pernah datang sebgai pasien ga&at darurat. )asien mengalami perdarahan yang jelas melalui rektum. (ungkin terdapat perubahan kebiasaan de.ekasi dan sering tenesmus, perasaan de.ekasi yang belum selesai dengan keinginan de.ekasi yang berulang-ulang, tetapi yang keluar hanya lendir dan darah. ?umor sampai 10 cm dari anal biasanya dapat dilihat dengan sigmoidoskopi. 1.* "endeka#an diagnosis )ada pasien dengan gejala keberadaan kanker kolorektal dapat dikenali dari beberapa tanda seperti 4 anemia mikrositik, hematoDesia, nyeri perut, berat badan turun atau perubahan de.ekasi oleh sebab itu perlu segera dilakukan pemeriksaan endoskopi atau radiologi. ?emuan darah samar di .eses memperkuat dugaan neoplasma namun bila tidak ada darah samar tidak dapat menyingkirkan lesi neoplasma. La+ora#orium *mumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon

memberikan hasil normal. )erdarahan intermitten dan polip yang besar dapat dideteksi melalui darah samar .eses atau anemia de.isiensi besi. "emeriksaan radiologi )emeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 501 polip kolon dengan spesi.itas 751. +agian rektosigmoid sering untuk di<isualisasi

13

oleh karena itu pemeriksaan rektosigmoideskopi masih diperlukan. +ilamana ada lesi yang mnecurigakan pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk biopsi. )emeriksaaan lumen barium teknik kontras ganda merupakan alternati. lain untuk kolonoskopi namun pemeriksaan ini sering tak bisa mendeteksi lesi berukuran kecil. ,nema barium cukup e.ekti. untuk memeriksa memeriksa bagian kolon di balik striktur yang tak terjangkau dengan pemeriksaan kolonoskopi. Aambaran radiologi kanker kolon dengan menggunakan pemeriksaan barium enema dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini4

sumber 4 !bdullah, "00#$. Kolonoskopi %olonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan. )emeriksaan kolon yang lengkap dapat mencapai B951 pasien. @asa tidak nyaman yang timbul dapat dikurangi dengan pemberian obat penenang intra<ena meskipun ada risiko per.orasi dan perdarahan. %olonoskopi dengan enema barium terutama untuk mendeteksi lesi kecil seperti adenoma. %olonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien yang diperkirakan menderita polip kolon. %olonskopi mempunyai sensiti<itas 951 dan spesiti<itas 991 paling tinggi untuk mendeteksi polip adenomatous, di samping itu dapat melakukan biopsi untuk

14

menegakkan diagnosis secara histologis dan tindakan polipektomi penting untuk mengangkat polip. E,aluasi -is#ologis !denoma diklasi.ikasikan sesuai dengan gambaran histologi yang dominan, yang paling sering adalah adenoma tubular 751, adenoma tubulo<isum 101 dan adenoma serrata 11. ?emuan sel atipik pada adenoma dikelompokkan menjadi ringan, sedang dan berat. Aambaran atipik berat menunjukkan adanya .okus karsinomatosus namun belum menyentuh membran basalis. +ilamana sel ganas menembus membran basalis tapi tidak mele&ati muskularis mukosa disebut karsinoma intramukosa. Secara umum displasi bearat atau adenokarsinoma berhubungan dengan dengan ukuran polip dan dominasi jenis <ilosum. Aambaran histologis kanker kolon bisa dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

sumber 4 !bdullah, "00#$ /iagnosis kanker kolon melalui sigmoidoskopi, barium enema atau kolonoskopi dengan biopsi harus diikuti dengan prosedur penentuan stadium untuk menentukan luasnya tumor. )emeriksaan 5? scan abdomen dan radiogra.i dada harus dilakukan, adanya tumor yang terloksalisir biasanya mengharuskan pembedahan radikal untuk mengeksisi tumor secara total dengan tepi minimal #

15

cm dan dengan reseksi en bloc pada semua kelenjar getah bening di akar mesenterium Schein, 1990$ De#eksi dini pada pasien #anpa ge)ala /eteksi dini pada masyarakat luas dilakukan dengan beberapa cara, seperti 4 tes darah samar dari .eses, dan sigmoidoskopi. )ilihan lain berdasarkan &aktu antara lain4 3:+? "ecal #ccult $lood test$ setahun sekali, sigmoidokopi .leksibel setiap 5 tahun, enema barium kontras ganda setiap 5 tahun dan kolonoskopi setiap 10 tahun !bdullah, "00#$. %lasi.ikasi yang dipakai untuk kanker kolorektal dini dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

Sumber 4 !bdullah, "00#$.

1#

Diagnosis /iagnosis pada pasien dapat dilakukan sesuai bagan di ba&ah ini4

/iadaptasi dari Fina&er SC, 3letcher @9, (iller ', Aodlee 3, Stolar (9, (ulro& 5/, et al. 5olorectal cancer screening4 clinical guidelines and rationale. Aastroenterology 1990G11"4594-#4" H)ublished errata in Aastroenterology 1990G11"410#0 and 1997G1144#35I.$

10

1.. "ena#alaksanaan (eskipun adenoma kolon merupakan lesi pre maligna, namun perjalanan menjadi adenokarsinoma belum diketahui. )engamatan jangka panjang

menunjukkan bah&a perkembangan menjadi adenokarsinoma dari polip 1 cm 31 setelah 5 tahun, 71 setelah 10 tahun dan "41 setelah "0 tahun diagnosis ditegakkan. )ertumbuhan dan potensi ganas ber<ariasi secara substansial. @atarata &aktu yang dibutuhkan untuk perubahan adenoma menjadi adebikarsinoma adalah 0 tahun, laporan lain menunjukkan polip adenomatous dengan atipia berat menjadi kanker membutuhkan &aktu rata-rata 4 tahun dan bila atipia sedang 11 tahun !bdullah, "00#$. Kemopre,ensi :bat !nti 2n.lamatori Steroid :!2;$ termasuk aspirin dianggap

berhubungan dengan penurunan motalitas kanker kolon. +ebrapa :!2; seperti sulindac dan celecoxib telah terbukti se&cara e.ekti. menurunkan insidens berulangnya adenoma pada pasien dengan 3amilial !denomatous )olyposis 3!)$. /ata epidemiologi menunjukkan adanaya penurunan risiko kanker di kalangan pemakai :!2; namun bukti yang mendukung man.aat pembrian aspirin dan :!2; lainnya untuk mencegah kanker kolon sporadik masih lemah. 3%*2$ Endoskopi dan operasi *mumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan tingkat polipektomi. +ila ukuran J5mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau

elektrokoagulasi bipolar. /i samping polipektomi dapat diatasi dengan operasi, indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum, kolon ascenden, kolon trans<ersum tetapi lesi di .leksura lienalis dan kolon desenden di atasi dengan

17

hemikolektomi kiri. ?umor di sigmoid dan rektum proksimal dapat diangkat dengan tindakan %o& Anterior Resection '!@$. !ngka mortalitas akibat operasi sekitar 51 tetapi bila operasi dikerjakan secara emergensi maka angka mortalitas menjadi lebih tinggi. @eseksi terhadap metastasis di hepar dapat memberikan hasil "3-351 rata-rata bebas tumor. +eberapa contoh tindakan polipektomi dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

sumber 4 !bdullah, "00#$ ?erapi utama untuk kanker usus besar adalah pembedahan dengan eksisi luas, mencakup daerah drainase lim.e yang tepat. *ntuk kebanyakan pasien, eksisi yang tepat adalah hemikolektomi kiri atau kanan, tetapi pada beberapa pasien dengan beberapa adenoma dan pasien muda dengan kanker, beberapa ahli bedah menyarankan kolektomi total dan anastomosis ileorektal Cones dan Scho.ield, 199#$.

19

a. %anker kolon kanan kanker kolon kanan dengan atau tanpa obstruksi diterapi dengan hemikolektomi kanan dan anstomosis promer. @eseksi diindikasikan meskipun ada metastasis hepatik, karena reseksi merupakan paliasi terbaik. )ada pasien dengan obstruksi yang nyata, operasi harus dilakukan sebagai tindakan darurat. %adang-kadang reseksi tidak mungkin dilakukan, dan ahli bedah harus memintas tumor dengan menganastomosis ileum ke kolon trans<ersal. )engangkatan usus kanan dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

Sumber 4 Cones dan Scho.ield, 199#$ b. %anker kolon kiri Cika tidak ada obstruksi usus, maka terpai pilihan untuk kanker kolon kiri adalah eksisi luas dengan hemikolektomi kiri atau kolektomi sigmoid dengan anstomosis primer. @eseksi dilakukan meskipun ada tumor sekunder dari hepar, karena reseksi memberikan paliasi terbaik. %olostomi saja tidak pernah

"0

dipertimbangkan bila tidak ada obstruksi, karena mempunyai nilai paliati. yang kecil. 9emikolektomi kiri dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

Sumber 4 Cones dan Scho.ield, 199#$ )ada kasus dengan obstruksi kolon kiri, metode tradisional yang digunakan adalah prosedur 3 tahap4 1. %olostomi saja ". @eseksi dengan anastomosis 3. )enutupan kolostomi )erkembangan selanjutnya menunjukkan adanya kecenderungan ke arah reseksi sebagai prosedur primer. Seringkali tidak dilakukan anastomosis pada operasi darurat. %olon atas yang tersisa dikeluarkan seperti pada kolostomi, dan kolon ba&ah dikeluarkan dengan menghasilkan .istula mukus$ atau ditutup dengan prosedur 9artmann$. :perasi kedua dapat dilakukan jika pasien sudah benar-benar pulih dan kesinambungan usus dapat dipertahankan.

"1

?indakan lebih lanjut dapat dilakukan dengan cara tidak hanya mereseksi tumor tetapi juga melakukan anastomosis primer. 9al ini dibantu dengan pembilasan kolon di atas meja operasi, yang membersihkan kolon dari .eses dan mengurangi disproporsi ukuran antara usus yang di atas dan di ba&ah karsinoma yang direseksi. )ilihan lebih lanjut adalah melakukan kolektomi subtotal dan anastomosis usus kecil ke sisa kolon distal atau rektum. %arsinoma rektum %arsinoma setengah bagian atas rektum yang dioperasi dapat dieksisi secara adekuat dan dianastomosis dengan baik. )rosedur ini disebut reseksi anterior dan rektum. !nastomosis dapat dilakukan dengan penjahitan manual, tetapi dengan adanya alat stapler sirkuler secara teknik mempermudah untuk dilakukannya beberapa reseksi anterior. )rosedur reseksi pada kaarsinoma rektum dapat dilihat pada gambar di ba&ah ini 4

Sumber 4 Cones dan Scho.ield, 199#$

""

)ilihan terapi untuk kanker rektum bagian ba&ah lebih ber<ariasi, terapi standar untuk tumor J#cm dari tepi anal masih dengan eksisi abdominoperineal rektum dengan kolostomi ujung. ?erapi pilihan lain dapat dipertimbangkan. +eberapa tumor yang berdiameter 5-# cm dapat ditangani dengan eksisi rektal dan anstomosis koloanal. )ada tumor kecil yang berdiameter kurang dari 3-4 cm tanpa terlihat penyebaran ekstra rektal, terapi lokal mungkin e.ekti.G dengan pemilihan cermat, hasil akhir dapat sangata baik. (etode yang memuaskan adalah eksisi lokal, dekstruksi dengan diatermi dan radioterapi lokal. /erapi a)u,an Sepertiga pasien yang menjalani operasi kurati. akan mengalami rekurensi. %emoterapi aju<an dimaksudakan untuk menurunkan tingkat rekurensi kanker kolon setelah operasi. )asien dengan kriteria /ukes 5 yang mendapat le<amisol dan 5 3* secara signi.ikan meningkatkan harapan hidup dan masa inter<al bebas tumor. %emoterapi aju<an tidak berpengaruh pada pasien dengan kriteria /ukes +. Irinotecan 5)?11$ inhibitor topoisomer dapat memperpanjang masa harapan hidup. :6aliplatin analog platinum juga memperbaiki respon setelah diberikan '"( dan leuco)erin. (anajemen kanker kolon yang tidak reseksibel meliputi 4 ;d-8!A .oto koagulasi laser dan self expanding metal endoluminal stent* )emilihan terapi pada pasien disesuaikan dengan stadium penyakitnya, seperti gambar diba&ah ini4

"3

)ertimbangan untuk melakukan terapi bedah dilakukan berdasarkan stadium kanker pasien, seperti bagan ba&ah ini4
)enentuan stadium

!
?umor /ukes ! dan +1

+
?umor /ukes +" dan 5

5
?umor metastasis

)embedahan radikal

)embedahan radikal

)embedahan paliati.

:bser<asi

:bser<asi

)ercobaan klinis dengan terapi aju<an

%emoterapi

sumber 4 Schein, 1990$

"4

%eterangan 4 !. ?umor dengan klasi.ikasi /ukes ! atau +1, dimana tumor belum mempenetrasi keseluruhan tebal dinding usus, bentuk kemoterapi aju<an tidak diperlukan, tetapi rencana penga&asan ketat untuk dteksi dini adanya rekurensi harus dilakukan. ?indakan tersebut harus termasuk adanya pemeriksaan .isik dan pemeriksaan carciniembryogenik antigen 5,!$ tiap 3 bulan dan .oto dada dengan inter<al # bulan. %olonoskopi harus diulangi dalam &aktu 1 tahun untuk mendeteksi secara dini adanya pembentukan polip dan, jika negati. selanjutnya harus diulangi dengan inter<al 3 tahun. 3ollo&-up yang lebih ketat diperlukan pada pasien dengan tumor yang timbul pada keadaan peradangan usus inflammatory bo&el disease$ atau sindroma poliposis herediter. )ada kasus tersebut, harus diambil pertimbangan untuk melakukan kolektomi pro.ilaksis. +. +agi pasien dengan lesi dukes +" dan 5, dengan penetrasi melalui lapisan muskularis dan-metastasis kelenjar getah bening regional, harus diambil pertimbangan untuk memasukkan pasien ke dalam percobaan terapi klinis terapi aju<an. )ada saat ini, data dari percobaan terkontrol tidak mengharuskan pemakaian rutin kemoterapi aju<an dengan 5-.lourouracil 53*$ atau dengan kombinasi 5-3* dengan semustine methyl-55;* Hmethylcyclohe6yl chloroethylni-trosourealI$. 5. )ada keadaan metastasis, pertimbangan pertama harus diberikan terhadap reseksi paliati. tumor primer. %omplikasi berupa obstruksi, perdarahan, dan per.orasi mungkin ditemukan. (etastasis simptomati harus dihilangkan dengan kemoterapi. Falaupun pemberian 5-3* secara intra<ena dengan jad&al setiap minggu atau tiap 5 hari merupakan seni dalammemberikan

"5

pengobatan, penelitian sekarang masih dalam perkembangan untuk mencari bentuk pengobatan yang lebih e.ekti. baik dengan kombinasi 5-3* dengan leuco<orin dan-methotre6ate, atau dengan memberikan in.us intra<ena setiap " minggu dengan cis-platinum. +agi pasien dengan metastasis ke hepar, pasien tertentu dengan nodul tumor tunggal mungkin merupakan calon untuk reseksi hepar parsial yang dalam beberapa penelitian telah menyebabkan kemungkinan hidup yang lama dan bebas dari penyakit pada "51 kasus. Selain itu, penggunaan in.s 5-3* atau 5-3*/@ 5K.luorodeo6yuridine$ ke dalam sirkulasi arteri hepatik telah dilaporkan meningkatkan paliasi dalam beberapa serial, &alaupun belum dibuktikan dapat memperbaiki

kemungkinan bertahan hidup dalam kontrol lengkap. 1.0 Komplikasi %omplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain 4 a. :bstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi b. )er.orasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal c. )erluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan %omplikasi yang timbul setelah pembedahan reseksi usus besar$ dibagi menjadi " berdasarkan perkiraan &aktu munculnya komplikasi, yaitu komplikasi segera dan komplikasi lambat. %omplikasi segera meliputi 4 a. %ardiorespirasi b. %ebocoran anastomosis c. 2n.eksi luka d.@etensi urine

"#

e. 2mpoten %omplikasi lambat meliputi 4 a. %ekambuhan b. Sistemik c. 'okal

"0

DA&/AR "U%/AKA

!bdullah, (urdani. "00#. ?umor %olorektal dalam +uku !jar 2lmu )enyakit /alam edisi 2= jilid 2. 3%*2 4 Cakarta hal4 303-307 !ninomous,http4--medicine&orld.org-cancer-colon-epidemiology-o.-colon-cancer. html diupload tanggal 0 :ktober "011 15457 F2+. !nonimous,http4--users.rcn.com-jkimball.ma.ultranet-+iology)ages-5-5ancer.htm l diupload tanggal 0 :ktober "011 1#439 F2+. Cones E Scho.ield. 199#. ;eoplasia %olorektal dalam )etunjuk )enting )enyakit %olorektal. ,A5 4 Cakarta hal 457-#5 @oediger, F,F. 1994. 5ancer o. the 5olon, rectum and !nus in (anual o. 5linical :ncology Si6th edition. *255 4 Aermany p433#-340
@udy, /a<id @ E Ldon, (ichael C. "000. !merican .amily physician (pdate on Colorectal Cance r + http4--&&&.aa.p.org-a.p-"0000315-1059.htmlB

Schein, )hilips. 1990. :nkologi Seri Skema /iagnosis dan )enatalaksanaan. +inarupa !ksara 4 Cakarta. Fina&er SC, 3letcher @9, (iller ', Aodlee 3, Stolar (9, (ulro& 5/, et al. 5olorectal cancer screening4 clinical guidelines and rationale. Aastroenterology 1990G11"4594-#4" H)ublished errata in

Aastroenterology 1990G11"410#0 and 1997G1144#35I.$

You might also like