SPLINTING Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal (Strassler, 2001). Kegoyangan dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi, trauma dari oklusi, dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan pendukung yang lebih dalam, serta proses patologik rahang (Fedi, 2000). Kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat. Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan ke arah apikal. Salah satu cara untuk mengontrol dan menstabilisasi kegoyangan gigi adalah splinting (Strassler, 2004) Splinting diindikasikan pada keadaan kegoyangan gigi derajat 3 dengan kerusakan tulang berat (Fedi, 2000). Adapun indikasi utama penggunaan splint dalam mengontrol kegoyangan yaitu imobilisasi kegoyangan yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien serta menstabilkan gigi pada tingkat kegoyangan yang makin bertambah (Mc-Guire, 1996). Ditambahkan oleh Strassler, splinting juga digunakan untuk mengurangi gangguan oklusal dan fungsi mastikasi. Splinting dilakukan pada terapi inisial (fase etiotropik) dalam rencana perawatan penyakit periodontal. Tindakan yang dilakukan pada fase pertama adalah pemberian kontrol plak yang meliputi motivasi, edukasi dan instruksi, skeling dan penghalusan akar, splinting dan terapi oklusal, serta pemberian terapi penunjang berupa antimikroba (Strassler, 2001). Kegoyahan gigi dapat terjadi pada jaringan periodonsium yang sehat, yaitu bila terjadi pelebaran ligamen periodontal dan berkurangnya tinggi tulang alveolar. Keadaan ini dianggap sebagai kegoyahan fisiologis. Kegoyahan fisiologis dapat juga dikurangi dengan pemasangan splint dan melakukan penyesuaian oklusi. Splinting dapat dijadikan perawatan pendukung yang dilakukan bersamaan dengan perawatan periodontal lainnya, dapat juga sebagai fase pertama perawatan periodontal sebelum tindakan bedah dilakukan. Splint periodontal dapat bersifat temporer ataupun permanen. Bentuk splint dapat berupa alat cekat atau lepasan, dan dapat diletakkan ekstrakoronal maupun intrakoronal. Splint permanen antara lain berupa fixed bridge, protesa sebagian lepasan, atau penggabungan bahan tambalan resin komposit. Splint permanen diindikasikan jika perawatan periodontal tidak mengurangi mobilitas gigi, sehingga gigi tidak dapat berfungsi baik tanpa dukungan tambahan. Splint permanen berfungsi untuk menstabilkan gigi, mendistribusikan kekuatan oklusi, mengurangi trauma, dan membantu dalam perbaikan jaringan periodontal. Splint permanen dipasang untuk memperpanjang fungsi gigi dalam mulut lebih lama. Splint permanen dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Lepasan-eksternal Continuous claps device, Swing-look device, Overdenture (full atau partial) 2. Cekat-internal Full coverage, coverage crowns dan inlay, Post in root canal , Horizontal pin splints Cast- metal resin bonded fixed partial denture (maryland splint) 3. Kombinasi Partial denture and splint abuntments, Removable-fix splint, Full or partial denture or splinted root, Fixed bridges incorporated in partial denture, sealed on post or copings 4. Endodontik Berikut ini merupakan beberapa contoh splint : 1. Splint Lepasan Eksternal Splint lepasan permanen dalam hal ini adalah splint continuous clasp dapat mengikat gigi yang goyah. Alat ini mirip dengan gigi tiruan lepasan sebagian. Splint ini memberikan dukungan pada gigi dari permukaan lingual dan dimungkinkan adanya tambahan dukungan dari permukaan labial atau dengan menggunakan landasan intrakoronal. Palatal bar juga mungkin ditambahkan untuk mendukung efek splintingnya. Beberapa gigi tiruan menggunakan pin yang ditancapkan dalam cekungan atau lubang pada inlay. 2. Cast Metal Resin Bonded Fixed Partial Denture Cast metal resin bonded fixed partial denture digunakan dengan mengurangi sedikit lapisan email. Tipe ini merupakan jenis protesa yang fungsional, estetis, reversibel, dan murah. Protesa ini terdiri dari kerangka logam yang dilapisi dengan resin yang menempel pada email gigi. Ikatan email sangat kuat, meskipun demikian gigi yang goyah bila mendapat tekanan oklusal yang sangat kuat maka dapat lepas dari kerangka logamnya. 3. Splint Cekat Internal Alat permanen cekat dapat dibuat dengan logam yang disolder, seperti mahkota penuh, mahkota 3/4 , inlay, splint pin horizontal, dan pin ledge. Splint kemudian disementasi pada tempatnya. Mahkota penuh merupakan alat yang paling mudah jika resesi tidak bertambah dan gigi dibuat sejajar. Splint jenis ini bentuknya kaku dan ukuran splint harus sesuai dengan diameter bukolingual. Sambungan interproksimal jangan sampai mengenai papila interdental, dan hubungan oklusalnya harus harmonis. Splint cekat merupakan suatu restorasi yang paling efektif untuk stabilisasi gigi.
4. Splint Kombinasi Meskipun splint cekat banyak keuntungannya, tetapi terdapat kelemahan dari segi periodontal, sehingga kombinasi dari splint cekat dan partial denture merupakan pilihan yang tepat. Gigi tiruan sebagian menggunakan gigi pegangan yang merupakan splint yang paling baik dan dapat dikerjakan dengan mudah dengan klamer dan sandaran sehingga stabilisasi dapat tercipta ke segala arah. Gigi tiruan dapat didukung oleh mahkota gigi atau pasak logam yang ditanam ke dalam akar gigi. Berikut ini merupakan jalannya Perawatan splint eksternal fiber-reinforced composite resinpada gigi anterior: 1. Membersihkan gigi yang akan displint dengan scaler ultrasonik kemudian menyikat denganbrush dan pumice. 2. Setelah gigi bebas dari deposit kemudian dikeringkan dengan semprotan udara dan meletakkan kapas disekitar gigi yang akan displint agar tetap bebas dari saliva. 3. Mengaplikasikan etsa pada bagian palatal atau lingual di bawah 1/3 incisal gigi selama 5 menit, kemudian dibilas dengan semprotan air lalu mengeringkan dengan semprotan udara. 4. Mengaplikasikan bonding pada area yang telah dietsa, kemudian melakukan penyinaran dengan light curing unit selama 10 detik. 5. Mengaplikasikan net fiber pada area gigi yang telah dibonding (termasuk area interdental), kemudian melakukan penyinaran selama 10 detik. 6. Mengaplikasikan resin komposit diatas net fiber agar splint melekat lebih kuat, kemudian melakukan penyinaran selama 20 detik. 7. Melakukan finishing dan polishing pada resin komposit dengan bur finishing. 8. Mengecek adanya traumatik oklusi. Menyarankan pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan kontrol 1 minggu kemudian. 9. Setelah dilakukan splinting pasien diinstruksikan untuk lebih memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya, terutama pada regio gigi yang displinting, karena pada regio tersebut lebih mudah terjadi akumulasi plak dan debris yang akan menyebabkan inflamasi kronis yang terjadi dapat semakin parah. (Arfani, 2010)
Daftar Pustaka
Strassler HE., Brown C. Periodontal splinting with a thin high modulus polyethylene ribbon. Compend Contin Educ Den 2001; 22: 610-20. Strassler HE. Periodontal splinting with fiber reinforced composite resin. Compend Contin Educ Dent 2004; 25: 53-9. Fedi PF, Vernini AR, Gray JL. The Periodontics syllabus. Lippincott : Williams and Wilkins; 2000: p. 52. Mc-Guire MK. Periodontal-restorative interrelationships. Dalam: Carranza FA, Newman MG, (eds). Clinical periodontology. Ed ke-8. Philadelphia: WB Saunders; 1996. p. 739-40. Arfani, Asnul. 2010. Splint. http://asnuldentist.blogspot.com/2010/08/splint.html diakses 21 Oktober 2012
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis