You are on page 1of 15

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN


PENGETAHUAN

Implementasi Knowledge Management Di PT. Bank Mandiri
(Persero)


Dosen :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)







Oleh :
Kartika Puspitasari P 056101181.45



SEKOLAH PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Krisis
moneter Indonesia yang berlanjut menjadi krisis ekonomi nasional, telah
memaksa pemerintah untuk melakukan berbagai kebijakan pemulihan ekonomi
nasional, antara lain melakukan restrukturisasi di bidang perbankan. Untuk itu
pada tanggal 2 Oktober 1998 pemerintah membentuk PT. Bank Mandiri (Persero)
yang merupakan penggabungan dari empat bank pemerintah, yaitu Bank Exim,
Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Pembangunan Indonesia.
Visi Bank Mandiri adalah menjadi bank ritel terkemuka di Indonesia yang
dibangun di atas neraca yang kuat, manajemen yang profesional dan fokus kepada
manfaat untuk para Stakeholder dan dikenal luas oleh kalangan perbankan
internasional sebagai bank yang solid. Penetapan visi Bank Mandiri sebagai bank
yang terkemuka dan memiliki standar kinerja internasional, merupakan tantangan
yang cukup berat bagi manajemen Bank Mandiri. Dengan asumsi bahwa kondisi
internal Bank Mandiri pasti akan lebih baik dibandingkan dengan kondisi internal
di ke-4 bank peserta merger sebelumnya, yang antara lain dikenal memiliki
kualitas pelayanan yang lambat dan kurang nyaman, bermental birokrat, dan
kurang antisipatif dalam menyikapi perubahan eksternal, tampaknya Bank
Mandiri harus tetap bekerja keras untuk mewujudkan visinya. Disamping itu, hal
ini juga disebabkan karena trend bisnis perbankan di masa yang akan datang
sangat diwarnai oleh pesatnya persaingan, konsumen semakin demanding
terhadap produk dan pelayanan bank yang nyaman, aman, dan cepat, produk bank
semakin padat teknologi dan semakin pentingnya aspek networking dalam bisnis
perbankan.
Penerapan knowledge management di perusahaan nampaknya sudah
menjadi suatu kebutuhan mendasar pada era globalisasi saat ini. Kemampuan
perusahaan mengelola knowledge yang ada merupakan kekuatan yang diperlukan
untuk dapat tetap bertahan, hal ini juga berlaku pada bank Mandiri. Knowledge
management (KM) merupakan usaha untuk meningkatkan knowledge yang
berguna dalam organisasi. Knowledge management tidak hanya merupakan
pengaturan akan knowledge, namun lebih pada manajemen suatu organisasi
dengan fokus khusus terhadap knowledge. Penerapan knowledge management
dengan sebuah sistem berbasiskan web, diharapkan dapat menjadi solusi dari
kebutuhan aliran knowledge yang tidak dihalangi oleh batasan waktu dan lokasi
geografis.
Diantara berbagai kompetensi inti yang sangat menentukan keberhasilan
bank dalam persaingan adalah kemampuannya dalam menyediakan kualitas
pelayanan yang prima. Dalam kondisi bisnis perbankan saat ini yang sering
disebut telah memasuki era knowledge-based business, Bank Mandiri harus
menerapkan suatu manajemen operasi yang mampu meningkatkan kompetensi
intinya, khususnya kemampuan dalam menyediakan kualitas pelayanan untuk
dapat unggul dalam bersaing baik dalam lingkup perbankan Indonesia maupun
internasional. Dalam era knowledge management, praktek manajemen perbankan
konvensional yang hanya mendasarkan input produksi yang bersifat tangible
seperti sumber daya manusia, modal, hutang, tanah, gedung, energi, dan peralatan
kantor tidak lagi mencukupi sebagai unsur utama untuk meningkatkan kompetensi
inti bank.
Dewasa ini ada satu input produksi yang dinamakan knowledge
management yang lebih bersifat intangible, namun memiliki peran yang sangat
besar dalam meningkatkan kompetensi inti bank. Knowledge tidak pernah habis,
bahkan semakin digali dan digunakan jumlah dan kualitasnya akan semakin
meningkat. Sehingga apabila bank mampu mengelola knowledge management
dengan baik, maka bank akan memiliki sumber daya manusia yang selalu belajar
(learners), kreatif dan inovatif, antisipatif terhadap perubahan, dan mampu
menghasilkan kualitas pelayanan yang memiliki value yang tinggi di mata
konsumen. Oleh karena itu, jika Bank Mandiri ingin mewujudkan visinya menjadi
bank yang terkemuka dan memiliki standar kinerja internasional di era knowledge
ini, maka manajemen Bank Mandiri harus menentukan bagaimana manajemen
operasi yang berbasis knowledge management dapat diterapkan di Bank Mandiri
sehingga kompetensi inti dalam menyediakan kualitas pelayanan kepada
konsumen meningkat.
Knowledge Management adalah praktek-praktek atau disiplin yang
pilarnya adalah orang (people), proses, dan teknologi. Meskipun tujuan knowledge
management adalah untuk enterprise secara menyeluruh, banyak perusahaan yang
berhasil ketika memulai inisiatif dari satu departemen dan memperluas praktek-
praktek tersebut keseluruh bagian divisi dalam perusahaannya. Makalah ini
merangkumkan pendekatan knowledge management, dan konsep-konsep utama
knowledge management yang ada dalam memberikan layanan dan dukungan
sebagai resolusi masalah yang diberdayakan oleh pengetahuan (knowledge)
menggunakan basis pengetahuan, berbagi pengetahuan, serta kolaborasi dan
penggunaan kembali pengetahuan untuk mengatasi masalah, berbagi kecerdasan,
meningkatkan kinerja, meningkatkan keunggulan kompetitif, atau mendorong
inovasi pada aras yang lebih tinggi. Salah satu cara membangun knowledge
management (KM) adalah mengintegrasikan ke dalam budaya perusahaan. Bank
Mandiri telah membuktikan implementasi knowledge management yang baik
menyatu dengan budaya perusahaan.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka tujuan paper ini memilih Bank Mandiri
adalah untuk mengetahui bagaimana peranan knowledge management (KM)
perusahaan didalam peningkatan kinerja karyawan guna mencapai visi perusahaan
dan untuk mengetahui bagaimana perkembangan manajemen, khususnya
manajemen operasi bank yang berbasis knowledge, dalam kondisi bisnis
perbankan yang berubah dengan cepat.




II. TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Manajemen pengetahuan (knowledge management) adalah suatu rangkaian
kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi,
menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan
kembali, diketahui dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya
terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil
tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif
atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.
Sebuah kunci pembeda yang dibuat oleh mayoritas praktisi knowledge
management adalah reformulasi Nonaka terhadap pembedaan Polanyi antara
pengetahuan tacit dan eksplisit. Istilah tacit berarti terbatinkan,
terinternalisasi, dan seorang individu boleh jadi tidak sadar atas apa yang
diketahuinya dan bagaimana caranya mencapai suatu hasil tertentu. Sedangkan
kebalikannya, berada pada spektrum kesadaran atau pengetahuan eksplisit
pengetahuan yang secara eksplisit dan sadar dimiliki oleh individu dalam fokus
mental, dan dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Dalam istilah populer,
pengetahuan tacit ada di kepala kita, sedangkan pengetahuan eksplisit adalah apa
yang telah kita kodifikasi.
Nonaka dan Takeuchi [Nonaka, 1995] beragumentasi bahwa keberhasilan
program knowkedge management (KM) selain memerlukan konversi pengetahuan
tacit yang telah terinternalisasi kedalam pengetahuan eksplisit terkodifikasi untuk
dapat dibagikan, juga mengharuskan individu dan kelompok untuk
menginternalisasi dan memaknai secara personal pengetahuan terkodifikasi yang
telah diperolehnya dan sistem knowledge management.
Transfer pengetahuan merupakan salah satu aspek dari manajemen
pengetahuan (knowledge management) dalam berbagai bentuk yang telah sejak
lama dilakukan. Contohnya adalah melalui diskusi dalam kerja, magang,
perpustakaan perusahaan, pelatihan profesional, dan program mentoring.
Walaupun demikian sudah sejak lama teknologi tambahan telah diterapkan untuk
melakukan tugas ini, seperti basis pengetahuan, sistem pakar, dan repositori
pengetahuan.
Knowledge Management (manajemen pengetahuan) adalah sesuatu yang
relatif baru, karena baru berkembang sejak berkembangnya teknologi informasi,
meskipun sebenarnya telah lama dikenal dan dilakukan oleh banyak perusahaan.
Knowledge Management (KM) terdiri dari sejumlah praktek yang digunakan oleh
organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, merepresentasikan dan
mendistribusikan pengetahuan untuk dipergunakan kembali, menciptakan
kesadaran, serta pembelajaran. Kebanyakan perusahaan besar memiliki sumber
daya yang didedikasikan untuk knowledge management yang seringkali
merupakan bagian dari departemen Teknologi Informasi atau Manajemen SDM,
dan dalam banyak struktur laporan langsung ke pimpinan perusahaan. Karena
mengelola informasi secara efektif adalah sebuah keharusan dalam bisnis,
knowledge management bernilai trilliunan di pasar global.
Program-program knowledge management biasanya terkait dengan tujuan
organisasi dan diarahkan untuk meraih hasil spesifik, seperti berbagi kecerdasan,
meningkatkan kinerja, meningkatkan keunggulan kompetitif, atau mendorong
inovasi pada aras yang lebih tinggi seperti dikemukakan oleh Nonaka dan
Takeuchi [Nonaka, 1995], bahwa penciptaan pengetahuan adalah esensi dari
inovasi.
Knowledge management (KM) adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan
untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur
dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang. Jadi jelas
bahwa knowledge management bukanlah suatu fenomena baru, tetapi merupakan
suatu cara yang menerapkan integrasi antara teknologi dengan sumber
pengetahuan yang kompeten.
Salah satu aspek penting dalam knowledge management yang akan selalu
ada adalah transfer pengetahuan. Misalnya program magang formal, program
pelatihan dan mentoring profesional, atau keberadaan perpustakaan korporat.
Seiring dengan perkembangan komputer, adaptasi terhadap teknologi seperti
knowledge base, expert system, dan knowledge repositories telah diperkenalakn
untuk penyederhanaan proses lebih lanjut.
Konsep Knowledge Management (KM)
Knowledge management menjadi guidance tentang pengelolaan intangible assets
yang menjadi pilar perusahaan dalam menciptakan nilai (dari produk/jasa/solusi)
yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggannya. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai nilai buku perusahaan harus disertai dengan pemahaman nilai
intangible assets perusahaan. Jenis penerapan knowledge management ada dua,
yaitu:
1. Tacit Knowledge, Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal,
dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan
dikomunikasikan (Carrillo et al., 2004). Berdasarkan pengertiannya, maka
tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan
kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu (perorangan).
Penelitian pada sifat dasar pengetahuan seketika mempertemukan
perbedaan antara knower dan known, atau seringkali diartikan dalam
istilah subject dan object, atau ingredient subjective dan objective dalam
pengalaman. Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan tentunya berbeda-
beda berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi.
2. Explicit knowledge, Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang
mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2004).
Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang
diperoleh dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan,
sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent.
Program-program knowledge management pada umumnya mengelola
proses kreasi (atau idendifikasi), akumulasi, dan aplikasi pengetahuan dalam
sebuah organisasi atau perusahaan. Sehingga sesungguhnya knowledge
management adalah praktek-praktek salah satu aliran dari berbagai aliran
pemikiran dan praktek yang berkaitan dengan:
Intellectual capital dan knowledge worker dalam knowledge economy.
Ide tentang learning organisation.
berbagai praktek-praktek yang memampukan organisasi, misalnya
komunitas-komunitas praktek dan direktori yellow page korporat untuk
mengakses informasi-informasi kunci dan kepakaran personel.
berbagai teknologi yang memampukan organisasi seperti knowledge bases
and expert system, help desk, corporate intranet dan extranet, manajemen
content, wiki and manajemen dokumen.
Ketika program-program knowledge management berkait erat dengan
inisiatif organizational learning maka knowledge management (KM) boleh jadi
berbeda dari organizational learning dalam hal fokus yang lebih besar pada aset
pengetahuan spesifik dan pengembangan serta peningkatan kualitas saluran-
saluran tempat mengalirnya pengetahuan.
Pendekatan terhadap Knowledge Management
Terdapat pemikiran-pemikiran yang sangat luas dalam knowledge
management tanpa definisi yang disepakati. Pendekatan-pendekatan tersebut
beragam tergantung penulis dan alirannya. Knowledge management dapat ditinjau
dari perspektif-perspektif berikut:
Techno-centric : Fokus pada teknologi, idealnya bagi yang menyuburkan
pertumbuhan atau berbagi pengetahuan.
Organizational : Bagaimana tingkat kebutuhan organisasi untuk didesain
guna memfasilitasi proses-proses pengetahuan. Organisasi seperti apa
yang paling pas dengan proses-proses tersebut.
Ecological : Memandang interkasi orang, identitas, pengetahuan, dan
faktor-faktor lingkungan sebagai sebuah sistem adaptif yang kompleks.
Sampai saat ini sudah ada beberapa pakar yang secara serius
mengembangkan knowledge management, diantaranya adalah Karl Erik Sveiby
yang mendifinisikan knowledge management (KM) sebagai berikut: The art of
creating value from an organizations intangible assets. Sesuai dengan definisi
knowledge management, yaitu sebuah seni dalam menghasilkan value dari asset
tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan, maka intangible
asset dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. External structure, yaitu asset yang berasal dari luar perusahaan (customer
dan supplier).
2. Internal structure, yaitu asset yang berasal dari dalam perusahaan seperti
patent, merk, sistem, dan strong culture.
3. Individuals competence, yaitu asset yang berasal dari knowledge yang
dimiliki SDM baik yang menyangkut potensi kemampuan (tacit),
kemampuan implementasi (explisit), kemampuan saling mendistribusi
pengetahuan (sharing), dan kemauan belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya (learning).
Untuk meningkatkan nilai intangible asset suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan tiap asset secara internal dan meningkatkan
arus asset dari asset yang lain. Oleh karena itu, masing-masing asset dapat
ditingkatkan melalui 3 cara:
1. External structure, dapat ditingkatkan melalui peningkatan asset dari
suplier dan konsumen dan meningkatkan arus asset dari individuals
competence dan internal structure.
2. Internal structure, dapat ditingkatkan melalui peningkatan asset dari
dalam perusahaan dan meningkatkan arus asset dari external structure dan
individuals competence.
3. Individuals competence, dapat ditingkatkan melalui peningkatan
knowledge pegawai dan meningkatkan arus asset dari external structure
dan internal structure.
Tolak ukur kualitas pelayanan akan digunakan 5 dimensi kualitas
pelayanan yaitu reliability, responsiveness, assurance, tangibles, dan empathy.
Hal ini disebabkan karena alat ukur tersebut telah terbukti validitasnya dan
banyak digunakan dalam dunia keuangan khususnya perbankan.
III. PEMBAHASAN
Peranan Knowledge Management (KM) di Bank Mandiri
Gambaran umum tentang Bank Mandiri. Pada tahap ini akan dijelaskan
secara lengkap pembentukan Bank Mandiri, visi, strategic plan, struktur
organisasi dan manajemen, teknologi, sumber daya manusia, perpustakaan
(sebagai sumber knowledge), dan manajemen operasi Bank Mandiri dalam
hubungannya dengan kualitas pelayanan. Untuk dapat melakukan hal tersebut,
maka terlebih dahulu akan dikumpulkan berbagai data dan informasi sebagai
berikut:
Peraturan Pemerintah No. 70 tanggal 2 Oktober 1998 tentang
Pembentukan Bank Mandiri.
Arah kebijakan Bank Mandiri dalam rangka penyusunan Rencana
Bisnis tahun 1999-2001.
Restrukturisasi dan Rekapitalisasi Bank Mandiri
Bank Mandiri: Circular To Creditors Consent Solicitation
Struktur organisasi dan uraian pekerjaan Bank Mandiri yang saat
ini sedang dalam proses penyelesaian.
Berbagai jenis pelayanan, sistem teknologi, pengembangan SDM,
sistem dan prosedur, praktek-praktek sistem manajemen di
BankExim, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank
Pembangunan Indonesia serta kemungkinan penggunaannya di
Bank Mandiri.
Berbagai informasi strategis dan mutakhir mengenai
perkembangan merger Bank Mandiri.
Menganalisis penerapan manajemen operasi Bank Mandiri yang
berdasarkan knowledge untuk meningkatkan kompetensi inti dalam menyediakan
kualitas pelayanan yang prima. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana cara
meningkatkan intangible asset Bank Mandiri khususnya dalam meningkatkan
kompetensi inti untuk menciptakan 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu reliability,
responsiveness, assurance, tangibles, dan empathy yang prima. Pada pembahasan
tersebut akan mencakup 3 aspek penting di bidang knowledge management, yaitu
aspek sumber daya manusia, proses, dan teknologi. Untuk menyederhanakan
pembahasan, maka penciptaan kualitas pelayanan melalui pengelolaan knowledge
akan dibatasi pada bidang bisnis ritel cabang.
Salah satu cara membangun knowledge management (KM) adalah
mengintegrasikan ke dalam budaya perusahaan. Bank Mandiri telah
membuktikan, implementasi KM yang baik menyatu dengan budaya perusahaan.
Di Bank Mandiri ada sebuah penghargaan bergengsi bernama Mandiri
Excellence Awards (MEA). Penghargaan ini diselenggarakan setiap tahun untuk
menjaring unit kerja terbaik di bank tersebut. Tentu saja dengan mendapatkan
gelar unit kerja terbaik adalah kebanggaan tersendiri bagi karyawan Bank Mandiri
(BM).
Untuk mendapatkan Mandiri Excellence Awards, setiap unit kerja harus
memperoleh nilai 500 poin. Salah satu komponen yang dinilai adalah poin
learning culture. Dengan mengumpulkan 250 poin, suatu unit kerja akan
mendapat 100 poin untuk kategori learning culture. Dalam penilaian ini, aspek
learning culture atau budaya belajar menjadi faktor penting dalam penilaian
MEA. Unit kerja terbaik dianggap memiliki budaya belajar yang kuat, budaya
inilah yang pantas dicontoh oleh setiap unit kerja lainnya.
Budaya belajar adalah salah satu aplikasi dari knowledge management
(KM). Kini knowledge management sudah jadi kebiasaan, tentang perkembangan
knowledge management (KM) di Bank Mandiri. Memang membangun kebiasaan
itu butuh waktu dan proses yang tidak singkat. Bahwa kesadaran tentang
knowledge management di Bank Mandiri sudah dimulai sejak tahun 2005 saat
istilah Knowledge Management belum sepopuler sekarang. Pada 2005, Learning
Center Bank Mandiri menyelenggarakan pelatihan (training) knowledge
management awareness. Learning Center Bank Mandiri bergerak dari level
manajer, tepatnya kepala seksi (section head) dan mulai bergerak memberikan
training ke mereka memakai time flow yaitu people business process cost. Dari
situ ide terkumpul dan memunculkan sharing di setiap unit kerja, itulah langkah
awal penerapan knowledge management di Bank Mandiri.
Untuk mempermudah kontrolnya, dibangunlah mailing list (milis) di tiap
departemen sebagai ajang diskusi. Milis ini berisi para departemen head yang ikut
training, lewat itu munculah budaya sharing di unit kerja masing-masing di Bank
Mandiri. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah membagi hasil training di unit
kerja masing-masing. Di dalam surat edaran tertera bahwa setiap selesai training,
para karyawan harus sharing ke unit masing-masing. Implementasi hasil training
adalah membuat program sharing di tiap unit kerja.
Bagaimana cara mengukur karyawan yang rajin belajar, Bank Mandiri
tidak tanggung-tanggung ada suatu sistem yang dirancang khusus untuk
mengukur sejauh mana karyawan belajar. Karyawan yang melakukan acquisition
akan diberikan poin. Sekadar gambaran, alur sistem yang diterapkan Bank
Mandiri untuk penilaian knowledge management (KM) berturut-turut adalah:
acquisition, storage, distribution, dan implementation. Acquisition contohnya
adalah e-learning, belajar, dan seminar, sedangkan storage contohnya menulis
dan bikin ide.
Semakin tinggi proses pembelajaran yang dilakukan karyawan, makin
tinggi pula nilainya. Misalnya, ada pegawai sharing dan masuk ke sistem,
karyawan tersebut mendapat nilai 5 poin, ditambah jadi pembicara dapat nilai 15
poin, nilai itu diberikan oleh atasannya. Semua karyawan Bank Mandiri memiliki
nomor ID untuk masuk ke sistem knowledge management (KM). Bila semua
aspek terpenuhi hingga mencapai poin 250, maka unit kerja tersebut dianggap
memenuhi syarat untuk menjadi finalis MEA. Unit kerja yang terbaik harus
mencapai poin 500.
Perkembangan Manajemen Bank Mandiri yang Berbasis Knowledge dalam
Eraglobalisasi
Agar efektif dan efisien, materi sharing harus relevan dengan pekerjaan di
unit masing-masing. Walaupun hasil pelatihan tidak langsung mempengaruhi
performa unit kerja, tetapi budaya sharing knowledge memberi pengaruh positif di
organisasi. Sharing knowledge pasca training, biasanya efektif. Kalau ada
karyawan yang sharing tapi tidak ada relevansinya ke performa kerja masing-
masing hal tersebut akan percuma saja dilakukan.
Praktik demi praktik knowledge management (KM) yang dijalankan di
Bank Mandiri membuat lingkungan kerja mulai berubah. Dengan adanya sharing
semua jadi terbuka satu sama lain. Agar kegiatan sharing terjadi secara alami dan
sukarela, penugasan sharing secara formal pun diminimalisir. Sekarang bentuk
sharing-nya dimulai pagi hari selama 30 menit sampai satu jam, kecuali yang
sifatnya khusus.
Sharing yang bersifat khusus dengan kajian khusus pun dilakukan,
misalnya Rabu Ilmiah dan Jumat Ilmiah. Topiknya terserah karyawan, misalnya
internal audit disesuaikan dengan kebutuhan. Sekarang kegiatan sharing
knowledge sudah berjalan dengan sendirinya, baik sharing knowledge di unit kerja
maupun di cabang.
Para pengamat knowledge management dari KM Plus Learning Lead
menilai, penerapan knowledge management yang baik setidaknya harus
mengandung tiga hal, yaitu: Pertama, memiliki tujuan yang jelas atau knowledge
management (KM Goal). Kedua, memiliki rencana kerja yang jelas atau KM Plan.
Dan ketiga, memiliki aktivitas yang selaras dengan rencana dan menjabarkan
implementasi dari KM Roadmap atau KM Arsitektur (KM Program).
Knowledge management (KM) di Bank Mandiri sudah selaras dengan
budaya perusahaan yaitu Excellence, Professional dan Innovative. Untuk menuju
budaya Excellence, Professional dan Innovative tersebut butuh knowledge
management (KM). Namun inti dari knowledge management adalah
implementasinya.
Diharapkan budaya belajar menjadi budaya insan Mandiri. Bukan sekadar
belajar, tapi juga mengimplentasikannya agar berdampak postif bagi perusahaan
guna mencapai visi perusahaan. Bila hal itu dilakukan secara berkesinambungan
tidak mustahil budaya Excellence, Professional, dan Innovative pun tercapai
didalam insan para karyawan Bank Mandiri.
KESIMPULAN
Untuk menghasilkan kinerja yang baik, maka perusahaan membutuhkan
sistem yang baik pula. Sistem ini bukan hanya peraturan atau standar yang ada
melainkan juga melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung yaitu sumber daya
manusianya. Salah satu sistem manajemen yang menawarkan suatu disiplin yang
memperlakukan intelektual sebagai aset yang dikelola adalah knowledge
management (Honeycutt, 2002), yang diukur dengan 3 variabel yaitu personal
knowledge, job procedure, dan technology. Dalam prakteknya knowledge
management dapat menjadi guidance tentang pengelolaan intangible asset yang
menjadi pilar perusahaan dalam menciptakan nilai. Perusahaan perlu mengetahui
sejauh mana knowledge management berperan di dalam meningkatkan kinerja
karyawan khususnya di Bank Mandiri.
Pada insan Bank mandiri dalam menerapkan knowledge management
(KM) yaitu dengan mengintegrasikan ke dalam budaya perusahaan. Mandiri
memberikan penghargaan MEA kepada karyawan yang memiliki budaya belajar
yang tinggi, sehingga banyak karyawan yang berlomba-lomba untuk belajar
meraih gelar MEA tersebut, dengan tingginya tingkat belajar para karyawan akan
meningkatkan produktifitas, kemajuan bagi perusahaan dan berpotensi untuk
menciptakan knowledge baru. Selain itu Bank Mandiri juga membuat learning
center tempat training bagi para karyawannya. Perusahaan memberikan training
kepada karyawannya sesuai dengan perkerjaan masing-masing karyawan,
kemudian ditempat itu juga karyawan dapat saling mensharing ilmu yang
dimilikinya kepada karyawan lain, sehingga distribusi knowledge tersebar
kesemua unit. Budaya sharing knowledge di Bank Mandiri sudah menjadi budaya
bagi setiap karyawannya, sehingga ilmu dapat tersebar dengan cepat dan terarah
yang pada akhirnya hal tersebut dapat membawa perusahaan menjadi perusahaan
yang mampu bersaing di era globalisasi. Memiliki karyawan yang memiliki
integritas tinggi merupakan aset perusahaan terbesar guna mencapai visi
perusahaan dalam hal ini adalah visi Bank Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Carrillo, P., Robinson, H., Al-Ghassani, A., Anumba, C. (2004). Knowledge
management in UK construction: Strategies, resources and barriers. Project
Management Journal, 35, (1), p. 46.
Honeycutt, J. (2005). Knowledge management strategies; Strategi manajemen
pengetahuan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Nonaka, Ikujiro and Takeuchi H. The Knowledge Creating Company: How
Japanese Companies Create the Dynamics In Innovation. Oxford University
Press. 1995.
Sius Wibisono (1999), Sekilas Knowledge Management, Media Indonesia,
Kamis, 8 Juli.
Sveiby, Karl Erik (1997), What Is Knowledge Management ?, WWW Virtual
Library on Knowledge Management, hal.2.
Sveiby, Karl Erik (1996), The New Organizational Wealth: Managing and
Measuring Knowledge-Based Assets , San Fransisco: Berret-Koehler Publishers,
Inc. hal.119.
Referensi internet:
Bank Mandiri (1999), Buletin Bank Mandiri :
http://www.bankmandiri.co.id/index.aspx
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_pengetahuan

You might also like