You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
Pre eklamsi berat adalah suatu kondisi pada ibu hamil dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110mmHg pada dua
kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.
Preeklamsia-eklamsi merupakan merupakan kesatuan penyakit yang masih
merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyabab kematian perinatal
tertinggi di indonesia. Sehingga diagnosis dini preeklamsia yang merupakan
pendahuluan eklamsia serta penetalaksanaanya harus di perhatikan dengan
seksama. Disamping itu pemeriksaan antenatal yang teratur secara rutin untuk
mencari tanda preeklamsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam
usaha pencegahan, disamping pengendalian aktor-aktor predisposisi lain.
!asa setelah S" merupakan masa kritis dimana masa ibu dengan indikasi
P#$ harus dilakukan monitor setiap %0 menit sekali, karena mempunyai resiko
berlanjut menjadi eklamsia dan berakhir dengan kematian ibu. Selain itu akan
menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya yaitu perdarahan. Sehingga
sebelum, selama dan sesudah persalinan perlu penanganan yang khusus.
1
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1 Sectio Caesarea
&. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. 'Sar(ono, )00*+
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau ,agina. &tau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. '!ochtar, 1--.+
$. #tiologi
!enurut !ochtar '1--.+ aktor dari ibu dilakukannya sectio
caesarea adalah plasenta pre,ia , panggul sempit, partus lama, distosia
ser,iks, pre eklamsi dan hipertensi. Sedangkan aktor dari janin adalah letak
lintang dan letak bokong.
!enurut !anuaba ')001+ indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah etal distres dan janin besar melebihi
/.000 gram. Dari beberapa aktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut 0
1. "PD 'Chepalo Pelvik Disproportion)
). 1PD '1etuban Pecah Dini+
%. 2anin $esar '!akrosomia+
/. 1elainan 3etak 2anin
*. $ayi kembar
6. 4aktor hambatan jalan lahir
5. P#$ 'Pre-#klamsi $erat+
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan ineksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. 1arena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi '!ochtar,
1--.+.
Pre-eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi pada trimester 666 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Hipertensi biasanya timbul
lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. 7ntuk menegakkan diagnosis pre-
eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus %0 mmHg atau lebih diatas
tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 1/0 mmHg atau lebih.
1enaikan tekanan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. &pabila
2
tekanan diastolik naik dengan 1* mmHg atau lebih, atau menjadi 100
mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan
tekanan darah dilakukan minimal ) kali dengan jarak (aktu 6 jam pada
kedaan istirahat '8iknjosastro, )00)+.
#dema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan
dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat
badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. #dema pretibial
yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklamsi. 1enaikan berat
badan setengah kilo setiap minggu dalam kehamilan masih dapat
dianggap normal, tetapi bila kenaikan satu kilo seminggu beberapa
kali,hal ini perlu menimbulkan ke(aspadaan terhadap timbulnya pre-
eklamsia. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang
melebihi 0,% gram9liter dalam air )/ jam atau pemeriksaan kualitati
menunjukkan satu atau dua : atau satu gram per liter atau lebih dalam air
kencing yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal ) kali
dengan jarak (aktu 6 jam. $iasanya proteinuria timbul lebih lambat dari
pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius '8iknjosastro, )00)+.
Pada penatalaksanaan pre-eklamsia untuk pencegahan a(al
ialah pemeriksaan antenatal yag teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. ;ujuan utama
penanganan adalah untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsi,
hendaknya janin lahir hidup dan trauma pada janin seminimal mungkin
'!ochtar, 1--.+.
!enurut '!anuaba, 1--.+ gejala pre-eklamsi berat dapat
diketahui dengan pemeriksaan pada tekanan darah mencapai 1609110
mmHg, oliguria urin kurang /00 cc9)/ jam, proteinuria lebih dari %
gr9liter. Pada keluhan subjekti pasien mengeluh nyeri epigastrium,
gangguan penglihatan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan di dapat kadar
en<im hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina dan
trombosit kurang dari 100.0009mm.
Pada ibu penderita pre-eklamsi berat, timbul kon,ulsi yang
dapat diikuti oleh koma. !encegah timbulnya eklamsi jauh lebih penting
dari mengobatinya, karena sekali ibu mendapat serangan, maka prognosa
akan jauh lebih buruk. Penatalaksanaan eklamsi bertujuan untuk
menghentikan berulangnya serangan kon,ulsi dan mengakhiri kehamilan
secepatnya dengan melakukan sectio caesarea yang aman agar
mengurangi trauma pada janin seminimal mungkin '!ochtar, 1--.+.
". ;ujuan Sectio "aesarea
;ujuan melakukan sectio caesarea 'S"+ adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan ser,iks dan segmen
ba(ah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta pre,ia totalis dan
plasenta pre,ia lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi
kematian bayi pada plasenta pre,ia, sectio caesarea juga dilakukan untuk
3
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta pre,ia
(alaupun anak sudah mati.
D. 2enis - 2enis =perasi Sectio "aesarea 'S"+
1. &bdomen 'S" &bdominalis+
a. Sectio "aesarea ;ransperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal0 dengan insisi memanjang pada
corpus uteri. Sectio caesarea prounda0 dengan insisi pada segmen
ba(ah uterus.
b. Sectio caesarea ekstraperitonealis
!erupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka ka,um abdominalis.
). >agina 'sectio caesarea ,aginalis+
!enurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila0
a. Sayatan memanjang 'longitudinal+
b. Sayatan melintang 'tran,ersal+
c. Sayatan huru ; '; 6nsisian+
%. Sectio "aesarea 1lasik 'korporal+
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.
1elebihan0
a. !engeluarkan janin lebih memanjang
b. ;idak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
1ekurangan0
a. 6neksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b. 7ntuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
c. ?uptura uteri karena luka bekas S" klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka S" prounda. ?uptur uteri karena luka
bekas S" klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas S" prounda biasanya baru terjadi
dalam persalinan.
d. 7ntuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya
ibu yang telah mengalami S" jangan terlalu lekas hamil lagi.
Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama ) tahun. ?asionalnya
adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. 7ntuk
tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
/. Sectio "aesarea '6smika Prounda+
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konka pada segmen ba(ah
rahim kira-kira 10cm
1elebihan0
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
4
c. ;umpang tindih dari peritoneal lap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
1ekurangan0
a. 3uka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan ba(ah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
b. 1eluhan utama pada kandung kemih post operati tinggi.
*. 1omplikasi
a. 6neksi Puerperalis
1omplikasi ini bersiat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nias atau dapat juga bersiat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. 6neksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala ineksi intrapartum
atau ada aktor - aktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu 'partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan
,aginal sebelumnya+. $ahaya ineksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama S" klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada S"
transperitonealis prounda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada (aktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. 3uka kandung kemih
d. #mbolisme paru - paru
e. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. 1emungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
#. Patoisiologi
&danya beberapa kelainan9hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal 9 spontan, misalnya
plasenta pre,ia sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pel,ic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia ser,iks, dan malpresentasi janin. 1ondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio "aesarea
'S"+.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi akti,itas. &danya kelumpuhan sementara dan kelemahan
isik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan akti,itas pera(atan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deisit pera(atan diri.
5
1urangnya inormasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan pera(atan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan sara - sara di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri 'nyeri akut+. Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dira(at dengan baik akan menimbulkan masalah risiko ineksi.
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit 'H$9Ht+ untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan menge,aluasi eek kehilangan darah pada
pembedahan.
). 3eukosit '8$"+ mengidentiikasi adanya ineksi
%. ;es golongan darah, lama perdarahan, (aktu pembekuan darah
/. 7rinalisis 9 kultur urine
*. Pemeriksaan elektrolit
@. Penatalaksanaan !edis Post S" '!anuaba, 1---+
1. Pemberian cairan
1arena )/ jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perinta,ena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. "airan yang biasa diberikan biasanya DS 10A, garam isiologi
dan ?3 secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
$ila kadar Hb rendah diberikan transusi darah sesuai kebutuhan.
). Diet
Pemberian cairan perinus biasanya dihentikan setelah penderita latus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
%. !obilisasi
!obilisasi dilakukan secara bertahap meliputi0
a. !iring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
b. 3atihan pernaasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama *
menit dan diminta untuk bernaas dalam lalu menghembuskannya.
d. 1emudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk 'semio(ler+
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-% sampai hari ke* pasca operasi.
6
/. 1ateterisasi
1andung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi in,olusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
1ateter biasanya terpasang )/ - /. jam 9 lebih lama lagi tergantung
jenis operasi dan keadaan penderita.
*. Pemberian obat-obatan
1+ &ntibiotik
"ara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
)+ &nalgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a+ Supositoria B ketopropen sup )C9)/ jam
b+ =ral B tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c+ 6njeksi B penitidine -0-5* mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
%+ =bat-obatan lain
7ntuk meningkatkan ,italitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian 6 ,it. "
/+ Pera(atan luka
1ondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
*+ Pera(atan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernaasan.
H. 1onsep Dasar &suhan 1epera(atan
a. Pengkajian data umum
1+ 6dentitas klien dan penanggung
)+ 1eluhan utama klien saat ini
%+ ?i(ayat kehamilan, persalinan, dan nias sebelumnya bagi klien
multipara
/+ ?i(ayat penyakit keluarga
*+ 1eadaan klien meliputi0
6+ Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan ,agina yang mungkin terjadi. 1emungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-.00
m3
5+ 6ntegritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan
dan atau releksi negati pada kemampuan sebagai (anita.
!enunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
.+ !akanan dan cairan
&bdomen lunak dengan tidak ada distensi 'diet ditentukan+.
-+ Deurosensori
1erusakan gerakan dan sensasi di ba(ah tingkat anestesi spinal
epidural.
10+ Dyeri 9 ketidaknyamanan
!ungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
7
distensi kandung kemih , eek - eek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
11+ Pernapasan
$unyi paru - paru ,esikuler dan terdengar jelas.
1)+ 1eamanan
$alutan abdomen dapat tampak sedikit noda 9 kering dan utuh.
1%+ Seksualitas
4undus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. &liran lokhea
sedang.
b. Diagnosa
1+ Dyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri 'histamin,
prostaglandin+ akibat trauma jaringan dalam pembedahan 'section
caesarea+
)+ ?isiko tinggi ineksi berhubungan dengan trauma jaringan 9 luka
kering bekas operasi
%+ &nsietas berhubungan dengan kurangnya inormasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan pera(atan post operasi
/+ Deisit pera(atan diri b9d kelemahan isik akibat tindakan anestesi
dan pembedahan
*+ 6ntoleransi akti,itas b9d tindakan anestesi
2.2 Pre Eklamsi Berat
&. Deinisi
Pre #klamsi $erat 'P#$+ merupakan komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi E1609110 disertai protein urine dan atau
edema, pada kehamilan )0 minggu atau lebih '&badi et al, )00.F "oppage G
Sibai, )005+.
$. #tiologi
Penyebab pasti terjadinya pre-eklamsi masih belum diketahui. Penyakit
ini dianggap sebagai sesuatu H!aladaptation syndromeI dengan akibat suatu
,asospasme general dengan segala akibatnya '&badi et al, )00.F Shah, )00-+
Pre eklamsi dikaitkan dengan komponen genetik, meskipun mekanisme
aktual masih diperdebatkan. Pre eklamsi juga dikaitkan dengan mekanisme
plasentasi, namun pre eklamsi tidak selalu muncul pada keadaan patologis
plasenta '&badi et al, )00.F 8ilson, )00/+.
8
". Patoisiologi
Patoisiologi pre-eklamsi merupakan suatu disungsi9 kerusakan sel
endotel ,askuler secara menyeluruh dengan penyebab multiaktor, seperti0
imunologi, genetik, nutrisi'misalnya deisiensi kalsium+ dan lipid peroksidasi.
1emudian berlanjut dengan gangguan keseimbangan hormonal prostanoid
yaitu peningkatan ,asokonstriktor 'terutama tromboCan+ dan penurunan
,asodilator 'prostasiklin+, peningkatan sensiti,itas terhadap ,asokonstriktor
agregasi platelet 'trombogenik+, koagulopati dan aterogenik. Perubahan le,el
seluler dan biomolekuler di atas telah dideteksi pada umur kehamilan 1.-
)0minggu, selanjutnya sekurang-kurangnya umur kehamilan )/ minggu dapat
diikuti perubahan9 gejala klinis seperti hipertensi, oedema dan proteiuria.
&(alnya adalah deisiensi in,asi sel-sel trooblas atas arteri spiralis
pada plasenta yang dimediasi9 dipengaruhi proses imunologis, dan hal ini
mengakibatkan gangguan perusi unit etoplasental. '&badi et al, )00.+
D. !aniestasi 1linis
1ehamilan )0 minggu atau lebih dengan tanda-tanda0
1. Desakan darah sistolik E160 mmHg, -bstetric E110 mmHg. Desakan darah
ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dira(at di rumah sakit dan
menjalani tirah baring
). Protein urine E* gram9 )/jam atau kualitati /: '::::+.
%. =liguri jumlah produksi urine J *00cc9 )/jam atau disertai kenaikan kadar
kreatinin darah.
/. &danya gejala-gejala eklamsia impending0 gangguan ,isus, gangguan
serebral, nyeri epigastrium, hiper releksia.
*. &danya sindroma H#33P 'Hemolysis #le,ated 3i,er en<yme 3o( Platelet+.
'&badi et al, )00.+
9
#. Penatalaksanaan
6. Pera(atan 1onser,ati
Pera(atan konser,ati pada kehamilan obstetric K%) minggu terutama K%0
minggu memberikan prognosis buruk. Diperlukan lama pera(atan konser,ati
sekitar 5-1* hari.
c. 6ndikasi
Pada umur kehamilan K%/ minggu 'estimasi berat janin K )000g tanpa ada
tanda-tanda impending eklamsia+.
). Pengobatan
a. Di kamar bersalin 'selama )/ jam+
L ;irah baring
L 6nus ?3 yang mengandung *A dekstrose 60-1)* cc9 jam
L 10gram !gS=
/
*0A im setiap 6 jam s.d. )/ jam pasca persalinan
'kalau tidak ada kontra indikasi pemberian !gS=
/
+.
L Diberikan antihipertensi. Mang diberikan0 Diedipin *-10mg setiap .
jam, dapat diberikan bersama-sama !ethyldopa )*0-*00mg setiap .
jam. Diedipin dapat diberikan ulang sublingual *-10mg dalam (aktu
%0 menit pada keadaan tekanan sistolik E1.0 mmHg atau 10bstetric
E110 mmHg 'cukup 1 kali saja+.
L Dilakukan pemeriksaan lab tertentu 'ungsi hepar dan ginjal+ dan
produksi urine )/ jam.
L 1onsultasi dengan bagian lain0 $agian mata, $agian jantung, $agian
lain sesuai dengan indikasi
d. Pengobatan dan e,aluasi selama ra(at tinggal di ?uang bersalin
'setelah )/ jam masuk ruangan bersalin+
L ;irah baring
L =bat-obat0
e. ?oboransia0 multi,itamin
. &spirin dosis rendah .5,*mg sehari satu kali
g. &ntihipertensi0 Diedipin *-10mg setiap . jam, atau !ethyldopa
10
)*0mg setiap . jam.
h. Penggunaan atenolol dan b-blocker dapat dipertimbangkan pada
pemberian kombinasi
L Pemeriksaan 3ab0
i. Hb, P">, dan hapusan darah tepi
j. &sam urat darah
k. ;rombosit
l. 4ungsi ginjal9 hepat
m. 7rine lengkap
n. Produksi urine per )/ jam, penimbangan $$ setiap hari.
o. Pemeriksaan lab dapat diulangi sesuai dengan keperluan
L Diet tinggi protein, rendah karbohidrat, rendah garam
%. Pera(atan konser,ati dianggap gagal apabila0
a. &da tanda-tanda impending eklamsi.
b. 1enaikan progresi tekanan darah
c. &da sindrom H#33P
d. &da kelainan ungis ginjal
e. Penilaian kesejahteraan janin jelek
66. Pera(atan &kti
1. 6ndikasi
a. Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
b. &da gejala-gejala impending eklamsi
c. &da simdrom H#33P
d. 1ehamilan late preterm 'E%/ minggu estimasi berat janin E)000g+
). Pengobatan medisinal
a. Segera ra(at inap
b. ;irah baring miring ke satu sisi
c. 6nus ?3 yang mengandung *A dekstrose dengan 60-1)*cc9 jam
11
d. Pemberian anti kejang !gS=
/
Dosis a(al0
!gS=
/
)0A /gram i,
!gS=
/
*0A 10gram im
Pada bokong kanan9kiri masing-masing *gram
Dosis ulangan0
!gS=
/
*0A *gram i, diulangi setiap 6 jam setelah dosis a(al s.d. 6 jam
pasca persalinan
Syarat pemberian0
a+ ?eleks patella :
b+ ?espirasi N16 kali9menit
c+ 7rine sekurang-kurangnya 1*0cc9 6jam
d+ Harus selalu tersedia "alcium gluconas 1gram 10A 'diberikan i,
pelan-pelan pada intoksikasi !gS=
/
+
e. &ntihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila0 systole E1.0
mmHg O diastole E1)0 mmHg. Diedipin *-10mg tiap . jam atau
!ethyldopa )*0mg tiap . jam.
%. Pengobatan =bstetric
a. Sedapat mungkin sebelum pera(atan akti pada tiap penderita
dilakuakan pemeriksaan HDon stress testI
b. ;indakan seksio sesar dikerjakan apabila0
L HDon stress testI jelek
L Penderita belum inpartu dengan skor pel,ik jelek
L 1egagalan drip oCytocin
c. 6nduksi dengan drip oCytocin dikerjakan apabila0
L DS; baik
L Penderita belum inpartu dengan skor pel,ik baik
DAFTA PUSTAKA
12
Doengoes, !arylinn. )001. ?encana &suhan 1epera(atan !aternal 9 $ayi.
2akarta 0 #@"
!anuaba, 6.$. )001. 1apita Selekta Penatalaksanaan ?utin =bstetri @inekologi
dan 1$. 2akarta 0 #@"
!anuaba, 6.$. 1---. =perasi 1ebidanan 1andungan Dan 1eluarga $erencana
7ntuk Dokter 7mum. 2akarta 0 #@"
!ochtar, ?ustam. 1--.. Sinopsis =bstetri, #disi ), 2ilid ). 2akarta 0 #@"
Sar(ono, Pra(iroharjo,. )00*. 6lmu 1andungan, "etakan ke-/. 2akarta 0 P;
@ramedia.
8ilkinson !. 2udith. )006. $uku Saku Diagnosa 1epera(atan dengan 6nter,ensi
D6" dan 1riteria Hasil D=", #disi 5. 2akarta0#@"
Pra(irohardjo, S. )000. $uku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. 2akarta0 Mayasan $ina Pustaka.
13

You might also like