You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEARTH FAILURE (CHF)


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal
jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar
antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-
40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang
paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut
usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,
penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit
(Miller,1997). Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya
CHF diderita lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap
tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun (Aronow et al,1998). Menurut penelitian,
sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun
(Ebbersole, Hess,1998).

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongestif, adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa aadarah yang adekuat untuk memnuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. ( Brunner &
Syddarth, 2002 )
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memnuhi kebutuhan
etabolisme jaringan dan / atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal. (Arif Mansjoer, 2001)
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
2. Etiologi
o Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
o Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi
yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas
menurun.
o Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.
o Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
o Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load
o Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4
kelainan fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
3. Faktor predisposisi
Kelebihan Na dalam makanan
Kelebihan intake cairan
Tidak patuh minum obat
Iatrogenic volume overload
Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli
paru.
Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat
menyebabkan gagal jantung.
Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi
kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah.
Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan
jantung.
Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme
lainnya)
Diabetes
Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
Kegemukan (obesitas).
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang
jantung atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung
bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan
meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan
kekuatan kontraksi jantung.
Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung
dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga
tidak mampu memompa darah secara efektif.
Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama, maka
otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot lengan
setelah beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada awalnya, pembesaran ini
memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi akhirnya jantung yang
membesar bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung dan
terjadilah gagal jantung.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih
berat.
Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan
keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).
Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan
transparan yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi pengembangan
jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga menjadi tidak maksimal.
Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang
lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat
makanan, sehingga jatung yang normalpun tidak mampu memenuhi peningkatan
kebutuhan tersebut dan terjadilah gagal jantung.
Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang
terjadipun tidak sama di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis parasit
tertentu bisa bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal jantung pada usia
yang jauh lebih muda.
4. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler
oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian
ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang
tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan
curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel
mana yang terjadi.
Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
o Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami
ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea
(PND)
o Batuk
o Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi
o karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk
o Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik
Gagal jantung Kanan :
o Kongestif jaringan perifer dan visceral
o Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
o Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar
o Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
o Nokturia
o Kelemahan
6. Pemeriksaan penunjang
o Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
o EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
o Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan
retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah

7. Pathway

8. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll
b. Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan
dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku
pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau
ronchi, oedema
2. Pengkajian Sekunder
o Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
o Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
o Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare / konstipasi
o Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan
diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
o Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
o Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
o Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
o Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Diagnosa keperawatan : Curah Jantung, Menurun
Mungkin dihubungkan dengan :
- Perubahan Kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik
- Perbahan frekuaensi, irama, konduksi listrik
- Perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)
2. Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas
Mungkin dihubungkan dengan :
- Ketidakseimbngan antara suplai oksigen / kebutuhan
- Kelebihan Kelemahan umum
- Tirah baring lma / imobilisasi
3. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan
Mungkin dihubungkan dengan :
- Menuruna aju filtrasi glomerulus ( menurunnya curah jantung)/
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium / air
4. Diagnosa keperawatan : pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi
Mungkin dihubungkan dengan :
- Perubahan mbran kapiler alveolus
5. Diagnosa keperawatan : integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap
Mungkin dihubungkan dengan :
- Tirah baringlma
- Edema, penuunan perfusi jaringan
6. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), menegenai
kondisi, program pengobatan
Mungkin dihubungkan dengan :
- Kurang pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung
/ penyakit / gagal.
10. Renacana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Curah Jantung, Menurun
Mungkin dihubungkan dengan :
- Perubahan Kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik
- Perbahan frekuaensi, irama, konduksi listrik
- Perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....X 24 jam masalah
gangguan curah jantung dapat teratasi
Kriteria :
- Menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima
- Ikut serta dalamaktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Auskultasi nadi apikal : kaji frekuensi,
irama jantun


- Catat bunyi jantung




- Palpasi Nadi perifer



- Pantau TD


- Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis


- Tinggikan kaki, hindari tekanan pada
bawah lutut. Dorong olahraga
aktif/pasif.

Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan dengan
kanula nasal / masker sesuai indikasi

- Berikan obat sesuai indikasi

- Biasanya terjadi takikardi (meskipun
pada saat istirahat) untuk
mengkonpensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler
- S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama galop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang
distensi.
- Penurunan curah jantung dapat
menunjukan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis dan postibial.
- Pada GJK dini, sedang atau kronis TD
dapat meningkat sehubungan dengan
SVR.

- Pucat menunjukan menurunnya perfusi
perifer sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung
- Menurunkan statis vena dan dapat
menurunkan insiden trombus /
pembentukan embolus.


- Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia / iskemia.
- Banyaknya obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas, dan
menurunkan kongesti.


2. Diagnosa keperawatan : Intoleran aktivitas
Mungkin dihubungkan dengan :
- Ketidakseimbangan antara suplai oksigen / kebutuhan
- Kelebihan Kelemahan umum
- Tirah baring lama / imobilisasi
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan.
Kriteria :
Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Periksa tanda vital sebelum dan sesudah
aktivitas


- Catat respon kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catata takikardi, disritmik,
dispnea, berkeringat, pucat

- Kaji penyebab kelemahan contoh
pengobatan, nyeri, obat


- Evaluasi peningkatan intoleransi
aktivitas

- Berikan bantuan dalam aktivitas
perawatan dirisesuai indikasi


- Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
aktivitas karena efek obat ( vasodilasi),
perpindahan cairan ( diuretik ) atau
pengaruh fungsi jantung.
- Penurunan / ketidakmampuan miokardium
untuk meningkatkan volume sekuncup
selama aktivitas, dapat menyebabkan
peningkatan segera pada frekuensi
jantung.
- Kelemahan adalah efek samping beberapa
obat. Nyeri dan program penuh stress juga
memerlukan energi dan menyebabkan
kelemahan.
- Dapat menunjukan peningkatan
dekompensasi jantung daripada kelebihan
aktivitas..
- Pemenuhan kebutuhan perawatan diri
pasien tanpa mempengaruhi stress
miokard/kebutuhan oksigen berlebihan.


3. Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan
Mungkin dihubungkan dengan :
- Menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya curah jantung)/
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium / air
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan
keperawatan selama di rawat di RS
Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah
dalam batas normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan oedema
dependen.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Pantau haluaran urine, catat jumlah dan
warna
- Pantau / hitung keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran selama 24
jam
- Pertahankan duduk atau tirah baring
dengan posisi semifowler selama fase
akut.
- Auskultasi bunyi nafas

- Berikan makanan yang mudah dicerna,
porsi kecil tapi sering.



Kolaborasi
- Pemberian obat sesuai indikasi : diuretik




- Haluaran urine mungkin sedikit dan
pekat karena penurunan perfusi ginjal.
- Terapi diuretik dapat dapat disebabkan
oleh kehilangan cairan tiba-
tiba/kelebihan meskipun edema / asites
masih ada.
- Posisi terlentang meningkatkan filtrasi
ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
- Kelebihan volume cairan sering
menimbulkan kongesti paru.
- Penurunan motilitas gaster dapat berefek
merugikan pada digestif dan absorpsi.
Makan sedikit dan sering meningkatkan
digesti / mencegah ketidaknyamanan
abdomen.

- Meningkatkan laju aliran urine dan dapat
menghambat reabsorpsi natrium/klorrida
pada tubulus ginjal.


4. Diagnosa keperawatan : pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi
Mungkin dihubungkan dengan :
- Perubahan membran kapiler alveolus
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Auskultasi bunyi nafas


- Anjurkan pasien batuk efektif, napas
dalam
- Dorong perubahan posisi sering

- Menyatakan adanya kongesti paru /
pengumpulan sekret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut..
- Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen
- Membantu mencegah atelektasis dan

- Pertahankan duduk di kursi / tirah baring
dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30
derajat, posisi semi fowler. Sokong
bantal dengan bantal.

Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi

pneumonia.
- Menueunkan konsumsi oksigen /
kebutuhan dan meningkatkan inflamasi
paru maksimal.



- Meningkatkan konsentrasi oksigen
alveolar, yang dapat memperbaiki /
menurunkan hipoksemia jaringan.


5. Diagnosa keperawatan : integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap
Mungkin dihubungkan dengan :
- Tirah baring lama
- Edema, penurunan perfusi jaringan
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Lihat kulit, catat penonjolan tulang,
adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi, atau
kegemukan/kururs
- Ubah posisi sering di tempat tidur /
kursi
- Berikan perawatan kulit



- Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi
perifer, imobilisasi fisik, dan gangguan
status nutrisi.

- Memperbaiki sirkulasi
- Terlalu kering atau lembab merusak kulit
dan mempercepat kerusakan.



6. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), menegenai
kondisi, program pengobatan
Mungkin dihubungkan dengan :
- Kurang pemahaman / kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung
/ penyakit / gagal.
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
- Diskusikan fungsi jantung normal.
Meliputi informasi sehubungan dengan
perbedaan pasien dari fungsi normal.
Jelaskan perbedaan antara serangan
jantung dan GJK.
- Kuatkan rasional pengobatan







- Diskusikan obat, tujuan dan efek
samping. Berikan instruksi verbal dan
tertulis

- Anjurkan makan diet pada pagi hari


- bHa ulang tanda/gejala yang
memerlukan perhatian medik cepat,
edema, napas pendek, peningkatan
kelelahan, batuk, hemoptisis, demam

- Pengetahuan proses penyakit dan
harapan dapat memudahkan ketaatan
pada program pengobatan.


- Pasien percaya bahwa pengubahan
program pascapulang dibolehkan bila
merasa baik dan bebas gejala atau
merasa lebih sehat yang dapat
menigkatkan resiko eksaserbasi gejala.
Pemahaman program, obat, dan
pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
- Pemahaman kebutuhan terapeutik dan
pentingnya upaya pelaporan efek
samping dapat mencegah terjadinya
komplikasi obat.
- Memberikan waktu adekuat untuk efek
obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah/membatasi mengehentikan
tidur.
- Pemantauan sendiri meningkatkan
tanggung jawab pasien dalam
oemeliharaan kesehatan dan alat
mencegah komplikasi, contoh edema
paru, pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 2000

Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997

Mansjoer, A. Kapita Selekta kedokteran. Edisi Ketiga Jilid 1, Media, 2000

Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC,
1999

Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta,
EGC, 2002

You might also like