You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM METALURGI II

GRAY CAST IRON, Al 2024, AISI 4140


NON TREATMENT
2013
La Ode Nizam Asrim
Wira Atmojo Saselah
MATERIALS AND
METALLURGICAL
ENGINEERING- FTI- ITS
15 juni 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belaa!"
Metallography adalah suatu metode untuk menyelidiki struktur logam
dengan menggunakan mikroskop optis dan mikroskop elektron. Struktur/gambar
logam yang terlihat melalui mikroskop disebut mikro struktur. Pengamatan
metalografi dengan mikroskop umumnya dibagi menjadi dua yaitu :
Metalografi Makro
Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran 10-100 kali
Metalografi Mikro
Yaitu pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100 kali
Pada gambar ini terlihat daerah lingkup ukuran mikro struktur logam yang
umumnya diamati dengan mikroskop.
ari gambar 1 ternyata bah!a penyelidikan mikro struktur tersebut
berkisar antara 10
-"
#m $batas kemampuan elektron mikroskop hingga 10
-%
#m
batas batas kemampuan mata manusia&. Meskipun daerah lingkup pengamatan
metallograpy ini men#akup suatu daerah yang luas $10
-"
- 10
-%
#m& namun
demikian obyek pengamatan yang biasanya digunakan yaitu 10
-'
#m atau order
METALURGI II Page 2
pembesar '.000 - (0.000 kali untuk mikroskop ele#tron dan 10
-(
#m atau order
pembesaran 100 - 1000 kali untuk mikroskop optis.
I.2 T#$#a!
Per#obaan metallography ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro
suatu baja #arbon ) 10" *rade + dengan proses )nnealing, -ormali.ing dan
/ardening.
METALURGI II Page 3
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Metall%"ra&'(
Pengamatan Metallography didasarkan pada perbedaan intensitas sinar
pantul permukaan logam yang masuk kedalam mikroskop sehingga terjadi gambar
yang berbeda $gelap, agak terang, terang&. )pabila terhadap permukaan logam
yang telah dihaluskan $polish& di#elupkan kedalam suatu media kimia $etsa&, maka
permukaan logam tersebut akan dilarutkan.
Mikro struktur yang berbeda akan dilarutkan dengan ke#epatan yang
berbeda sehingga meninggalkan bekas permukaan dengan orientasi sudut yang
berbeda pula. engan demikian apabila seberkas sinar dikenakan pada permukaan
logam yang telah di test maka sinar tersebut akan dipantulkan sesuai dengan
orientasi sudut permukaan yang terkena.
)gar permukaan logam dapat diamati se#ara metallography maka terhadap
permukaan tersebut. 0erlebih dahulu dilakukan persiapan $Proporasi& berikut :
1. Pemotongan spesimen
METALURGI II Page 4
%. Mounting spesimen $bila diperlukan&
(. *rinding dan polishing
1. 2tsa.
Setelah permukaan spesimen dietsa maka spesimen tersebut siap untuk
diamati diba!ah mikroskop dan pengambilan foto metallography.
33.% +esi 0uang 4elabu
+esi tuang kelabu adalh besi tuang yang paling banyak diguanakan, berbeda
dengan besi tuang melleabel grafit pada besi tuang kelabu terbentuk pada saat
pembakuan . proses grafitisasi ini didorong oleh tingginya kadar karbon. *rafit
merupakan bagian terlemah dalam besi tuang, kekuatan besi tuang sangat
tergantung kekuatan dari matriksnya, matrik ini tergantung apada kondisi dari
semenrtit pada autektoid, bila komposisi dan laju pendinginan diatur sedemikian
rupa, sehingga sementit pada eute#toid juga akan menjadi grafit. Maka struktur
dari matrik sepenuhnya ferrit.
33.%.1 Pe!""ar#' #!)#r la*! ter'a+a& ,e)* t#a!"
pada besi tuang biasanya terdapat unsur lain selain besi dan karbon.
)dsanya unsur ini kan mempengaruhi sifat besi tuang. )ntara lain:
a. Silikon
Silikon merupakan unsur yang sangat penting dalam pembuatan besi tuang, ia
menaikkan fluidity dari #airan besi sehiongga mudah dituang ke dalm #etakan
yang tipis dan rumit. Silikon adalh unsur yang mendorong pembentukan grafit
pada besi tuang, selama pembakuan dengan adanya silikon karbon kan membeku
sebagai grafit yang berbentuk flake. +entuk ini hanya bisa dirubah men#airkan
kembali.
b. Sulfur
Sulfur berla!anan dengan silikon, sulfur akan mendorong terbentuknya karbida,
dalam jumlah yang #ukup bsar sulfur akan menyebabkan besi tuang menjadi besi
tuang putih yang sangat keras dan getas.
#. Mangan
METALURGI II Page 5
Mangan mendorong pembentukan karbida, tapi tak sekuat sulfur. +ila jumlah
mangan yang diguanakan untuk pembentukan MnS, maka mangan tersebut
mengurangi pengaruh sulfur dalam pembentukan karbida
d. Phosphor
Phosphor menaikkan fluidity dan memperluas daerah pembakuan eutektik, juga
untuk mendorong pembentukan grafit, bila kadar silikon #ukup tinggi dab kadar
phosphor rendah, phosphor diperlukan bila harus menuang benda tuang dengan
dinding tipis.
33.%.% la# &a!a) ,e)* t#a!" ela,#
besi tuang mengalami pemanasan biasanya jauh di ba!ah daerah
temperature kritis, temperature transformasi perlit menjadi austenit, yaitu sekitar
'10-'"'
0
5 dengan pemanasan selama 1 jam pada temperature tersebut akan
menghilangkan 6'-7'8 dari tegangan yang diinginkan.
)nnealing pada temperature 610-700
o
5 akan meningkatkan ma#hinability.
Pada temperature ini sementit yang akan berdekomposisi menjadi grafit dan ferrit.
+esi tuang harus berada pada temperature ini dalam !aktu yang #ukup panjang
sehingga dapat terjadfi grafitisasi yang sempurna.
-ormalising dilakukan untuk memperbaiki sifat mekanik atau untuk
mengembalikan sifatnya semula, yang berubah akhibat proses laku panas
sebelumnya. -ormali.ing dilakukan dengan memanaskan besi tuang di atas
temperature tranformasi, ditahan kuarng lebih 1 jam/in# tebak benda, lalu
didinginkan dengan udara diam.
33.%.( ##ra! +a! +*)tr*,#)* +ar* "ra-*le -lae)
grafit berbentuk flake dengan ukuran yang besar akan memutuskan
kontinyuitas matrik, akibatnya menurunkan kekuatan dan keuletan besi tuang
kelabu.flake ndengan ukuran ke#il tidak terl9alu berpengaruh buruk, karenanya
biasanya banyak diinginkan. :kuran flake dapat ditetapkan dengan #ara
membandingkan dengan suatu ukuran standar yang sudah ditetapkan bersama
antara );S dan )S0M yaitui dengan mengukur panjang grafit flake yang
terpanjang dari besi tuang kelabu. engan menambah jumlah silikon maka jumlah
METALURGI II Page 6
eute#ti# yang terjadi juga akan bertambah dan memperke#il ukuran flake
mengingat bah!a silikon adalh unsur yang mendorong grafitisasi. 5ara terbaik
untuk memperke#il ukuran grafit dan memperbaiki penyebaranya ialah dengan
menambahkan jumlah bahan yang di kenal sebagai inno#ulen.
33.%.( )*-at .ea!* +a! &e!""#!aa! ,e)* t#a!" ela,#
kekuatan tarik merupakan sifat yang penting dalam memilih besi tuang
untuk bagian konstruksi yang akan menerioma beban tarik.kekerasan dari besi
tuang kelabu merupakan harga rata-rata dari grafit yang lunak dan matriknya.
4omposisi juga merupakan pengaruh terhadap kekerasan , kadar karbon, dan
silikon yang makin tinggi akan menurunkan kekerasan, !alaupun pengaruhnya
tak sebesar pengaruh terhadap kekuatan tarik.karena besi tuang kelabu adalah
jenis benda tuangan yang paling murah maka bila diperlukan benda tuangan
kelabu merupakan pilihan pertama logam lain dapat dipilih bila sifat mekanik dan
sifta fisik dari besi tuang kelabu tidak memenuhi syarat.
33.( )l %0%1
33.1 -ormali.ing
-ormali.ing adalah proses perlakuan panas diatas temperature kritis
maksimum 7'0
o
5 yang dilakukan pada logam atau paduan untuk mendapatkan
ukuran butir kristal yang lebih halus, menaikkan sedikit kekuatan dan kekerasan.
Proses ini dilakukan dengan memanaskan hingga kedaerah satu fasa kemudian
didinginkan dengan #ukup #epat. imana akan menghasilkan perlite halus,
pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil
anneal. Se#ara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing, yakni biasanya
dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis $untuk
METALURGI II Page 7
baja hypoeute#toid , '0 erajat 5el#ius diatas garis )( sedang untuk baja
hypereute#toid '0 erajat 5el#ius diatas garis )1#m&. 4emudian dilanjutkan
dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih #epat daripada pendinginan
pada annealing.
33.' /ardening
Pengerasan atau hardening adalah perlakuan panas dengan pendinginan
#epat $non-e<uilibrium&, sehingga struktur mikro yang akan diperoleh juga adalah
strukturmikro yang tidak e<uilibrium, yaitu martensit.
4ekerasan baja juga memang tergantung pada komposisi kimianya,
terutama kadar karbonnya. Makin tinggi kadar karbon, makin keras.
/ardening dilakukan dengan memanaskan baja sampai men#apai
temperatur austenit , dipertahankan beberapa saat pada temperatur tersebut, lalu
didinginkan dengan #epat $<uen#hing&,sehingga akan diperoleh martensit yang
keras. 4ekerasan yang terjadi tidak selalu seperti yang diharapkan,bila suatu
benda dikeraskan, maka yang terjadi akan tergantung pada seberapa banyak
martensit yang terbentuk dan seberapa tinggi kekerasan martensitnya.
:ntuk baja hypoeutektoid,pemanasan yang hanya sampai temperatur )
1
dan )
(
memang sudah mengahasilkan austenit,tetapi masih ada ferrit yang bila
didinginkan kembali,ferrit ini masih tetap berupa ferrit,yang lunak. :ntuk
membuat austenit menjadi homogen, maka perlu adanya !aktu tahan. :ntuk
dapat memperoleh struktur yang sepenuhnya martensitik,maka laju pendinginan
harus dapat men#apai laju pendinginan pendinginan kritis$55=&. engan laju
pendinginan yang kurang dari 55= akan mengakibatkan adanya sebagian austenit
yang tidak bertransformasi menjadi martensit tetapi menjadi struktur lain,
sehingga kekerasan maksimum tentu tidak akan ter#apai.
METALURGI II Page 8
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat +a! Ba'a!
333.1.1 +ahan
+ahan-bahan yang digunakan pada uji metalografi adalah spesimen besi
tuang kelabu, )l %0%1, )3S3 1110.
333.1.% Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum metalografi ini ,yaitu:
1. 4ertas gosok masing-masing grid 1%0, 110, 170, %%0, %10, 100, "00,
700, 1000, 1%00, 1'00, %000.
1. 2t#hing reagen antara lain -ital $#ampuran antara )lkohol >08
dengan /-?
(
10 8

& dan gly#erigia, larutan keller.
%. Mikroskop optis dengan kamera pengambil foto metalografi sampai
perbesaran '00 kali
(. Mesin polish dan autosol
1. =esin untuk proses mounting
III.2 Pr%)e+#r Ker$a Be)* T#a!" Kela,#
)dapun prosedur yang dilakukan pada perlakuan annealing ini ,yaitu:
1. Melakukan pemotongan spesimen
%. Memasukan spesimen ke dalam furna#e pada temperatur 7'0@5,
,diholding selama 1 jam dan didiamkan dalam furna#e selama 1 hari
penuh.
(. Spesimen dimounting dengan resin agar mudah dalam proses
pemegangannya
METALURGI II Page 9
1. *rinding dan Polishing spesimen. ilakukan dengan grid 1%0, 110,
170, %%0, %10, 100, "00, 700, 1000, 1%00, 1'00, %000.
'. Mengetsa spesimen menggunakan etsa -ital $#ampuran antara
)lkohol >08 dengan /-?
(
10 8

&.
". Melakukan pengamatan metallography dan pengambilan foto
menggunakan mikroskop optis dengan berbagai perbesaran.
III./ Pr%)e+#r Ker$a Al 2024
)dapun prosedur yang dilakukan dalam perlakuan normali.ing ini,yaitu:
1. Melakukan pemotongan spesimen
%. 4emudian Spesimen dimounting dengan resin agar mudah dalam
proses pemegangannya
(. Melakukan pengamplasan spesimen dilakukan dengan grid 1%0, 110,
170, %%0, %10, 100, "00, 700, 1000, 1%00, 1'00, %000
4. Mengetsa spesimen menggunakan etsa 4eller $#ampuran antara 2 ml
Hf 3 ml HL! 5 ml HNO3!. "9# ml H2O $a%&adess'&
'. Melakukan pengamatan metallography dan pengambilan foto
menggunakan mikroskop optis dengan berbagai perbesaran.
III.4 Pr%)e+#r Ker$a A4140
Memasukan spesimen ke dalam furna#e pada temperatur 7'0@5, diholding selama
1 jam dan didiamkan di udara luar selama 1 hari penuh.
1. Spesimen dimounting dengan resin agar mudah dalam proses
pemegangannya.
%. *rinding dan Polishing spesimen. ilakukan dengan grid 1%0, 110,
170, %%0, %10, 100, "00, 700, 1000, 1%00, 1'00, %000.
METALURGI II Page "#
3. Mengetsa spesimen menggunakan etsa nital $#ampuran antara 2 ml Hf
3 ml HL! 5 ml HNO3!. "9# ml H2O $a%&adess&& dan gliserigia $5 Hl!
"# a(eti( a(id! a)d "# HNO3 rea*e)t'
'. Melakukan pengamatan metallography dan pengambilan foto
menggunakan mikroskop optis dengan berbagai perbesaran.
III.4 Ha)*l Pe!"#$*a!
III.4.1 Ha)*l Pe!"#$*a! A 100 B A!!eal*!"
)nnealing adalah proses perlakuan panas yang dilakukan pada logam atau
paduan untuk mendapatkan ukuran butir 4ristal yang besar dan kasar. ari proses
tersebut ,didapatkan foto spesimen seperti gambar di ba!ah ini:
Ga.,ar III.1 Per,e)ara! 1002
METALURGI II Page ""
Ga.,ar III.2 Per,e)ara! 10002
III.4.2 Ha)*l Pe!"#$*a! A 100 B N%r.al*3*!"
imana -ormali.ing adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan
pada logam atau paduan untuk mendapatkan ukuran butir kristal yang lebih halus.
an dari proses ini didapatkan foto spesimen seperti di ba!ah ini:
Ga.,ar. III./ Per,e)ara! 1002
METALURGI II Page "2
Ga.,ar.III.4 Per,e)ara! 10002
333.1.% Ha)*l Pe!"#$*a! A 100 B Har+e!*!"
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite
yang kasar $#oarse pearlite& tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi
dan didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir. an dari proses ini
didapatkan foto spesimen seperti di ba!ah ini:
Ga.,ar III.1 Per,e)ara! 1002
METALURGI II Page "3
Ga.,ar III.0 Per,e)ara! 10002
METALURGI II Page "4
BAB I4
PEMBAHASAN
Praktikum metallography ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro
pada baja #arbon ) 10" + dengan proses )nnealing, -ormali.ing, dan /ardening.
:ntuk mengetahui struktur mikro pastinya harus dilakukan preparasi spesimen
dengan #ara :
Pemotongan Spesimen
Pemotongan spesimen dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaanya
harus rata dan harus untuk memudahkan proses grinding dan polishingnya. +ila
setelah dipotong, spesimen belum rata, dapat dikikir atau digerinda duduk untuk
menghaluskan spesimen tersebut. Perlu diingat bah!a proses pemotongan ini
harus dengan pendingin misalnya $disiram dengan air&. :ntuk menghidari
rusaknya struktur kristal dari spesimen akibat oAerheating $panas yang timbul
selama pemotongan&, juga harus dihindari kerusakan spesimen karena sebab -
sebab mekanis atau sebab-sebab lainnya.
Proses Perlakuan Panas
alam praktikum ini ada dua proses perlakuan panas yaitu -ormali.ing
dan )nnealing. -ormali.ing adalah proses perlakuan panas diatas temperature
kritis maksimum 7'0
o
5 yang dilakukan pada logam atau paduan untuk
mendapatkan ukuran butir kristal yang lebih halus, menaikkan sedikit kekuatan
dan kekerasan. Proses ini dilakukan dengan memanaskan hingga kedaerah satu
fasa kemudian didinginkan dengan #ukup #epat. imana akan menghasilkan
perlite halus, pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan
kuat dari hasil anneal. Sedangkan )nnealing adalah merupakan proses perlakuan
panas untuk menghasilkan perlite yang kasar $#oarse pearlite& tetapi lunak dengan
pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur, memperbaiki
ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki ma#hinibility.
Mounting spesimen
METALURGI II Page "5
Mounting yang dipilih pada spesimen ini adalah dengan menggunakan
resin. 0ujuan dimounting adalah untuk memudahkan pemegangan spesimen
dalam proses grinding dan polishing juga menghinarkan dari panas pada tangan
akibat spesimen yang panas karena gesekan. Spesimen yang telah dipotong sesuai
ukuran, dimasukkan ke #etakan resin. =esin dira#ik dengan menuangkan beberapa
resin se#ukupnya pada !adah yang lain. 4emudian ditambahkan sentengah tutup
botol katalis dan langsung diaduk. iaduk sampai rata, tetapi jangan terlalu lama
karena resin akan mulai mengeras setelah itu. Setelah rata, langsung dituang
kedalam #etakan yang sudah ada spesimennya. itunggu sampai resin mengeras.
Setelah mengeras, spesimen yang sudah diresin dapat dikeluarkan dari #etakan.
*rinding dan Polishing
Setelah spesimen diresin, spesimen mudah untuk dipegang dan tidak akan
panas saat digrinding dan polishing. *rinding dilakukan dengan mesin gerinda
duduk untuk meratakan permukaan yang akan dilihat struktur mikronya. Setelah
rata selanjutnya dilakukan polishing. Polishing spesimen dilakukan se#ara
bertahap dengan menggunakan mesin polish. ilakukan dari kertas gosok dengan
grid ke#il ke grid yang besar yakni dari 1%0-%000. Spesimen dipolishing
sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bekas penggosokan yang terlalu dalam
dan bekas gosokannya yang berupa garis-garis yang sejajar harus merata pada
seluruh permukaan. an bila sampai pada grid yang tinggi, hasilnya spesimen
dapat mengkilap seperti ka#a dan bisa dibuat nga#a.
Spesimen digosok pada hand grinder, kalau permukaannya masih kasar
digosok lebih dahulu dengan kertas gosok dengan grid 1%0 dan 170 pada
grinder dengan grid %10, (%0, 100 dan "00 yang juga sambil dialiri air.
Spesimen ditelungkupkan dan digosokkan pada kertas gosok yang dialiri
air. *erakan penggosokan pada grid 1%0 dan 170 se#ara memutar-mutar
spesimen, Sedang pada grid %10 s/d "00 gerakan penggosokkannya
menjauh dan mendekat $maju-mundur& terhadap operator $penggosok&
Setelah terjadi garis-garis goresan yang sejajar dan merata spesimen di#u#i
dengan air, sebelum digosokkan pada kertas gosok dengan kehalusan yang
tinggi.
METALURGI II Page "6
B:ntuk mendapatkan hasil yang memuaskan, hasil gosokan dari masing
masing kehalusan yang berbeda, garis garis goresannya harus saling tegak
lurus, artinya goresan dari grid %10 goresan dengan grid (%0 sedangkan
goresan dari grid (%0 dengan goresan grid 100 dan seterusnya.
Setelah melalui *rinding pro#ess sampai kehalusan %000 grid, permukaan
spesimen di#u#i dengan air dan alkohol kemudian dikeringkan dengan soft
tissue.
Setelah polishing selesai kalau bekas goresan telah hilang dan permukaan
spesimen telah halus dan mengkilap seperti #ermin.
Mengetsa $2t#hing&
Mengetsa hanya dilakukan kalau kita ingin mengamati struktur kristal
logam baik se#ara makro struktur atau mikro struktur. 4alau hanya ingin
mengetahui #a#at logam $defe#t& dapat dilakukan tanpa et#hing.
Proses etsa digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata dari
struktur logam melalui mikroskop metallurgi. ilakukan dengan #ara men#elup
permukaan spesimen kedalam larutan kimia tertentu $et#hing reagent& dalam
!aktu yang singkat $dari beberapa detik sampai beberapa puluh detik&. 5airan
et#hing berbeda beda pada setiap logam. Pada struktur ferrite dan pearlite
digunakan natal dengan #ampuran antara )lkohol >08 dengan /-?
(
10 8

&
sedangkan untuk melihat sruktur martensit digunakan sodium metabisulfite yaitu
#ampuran 7 gram -a
%
S
%
?
'
dan 100 ml /
%
?. Setelah di #ampur et#hing
reagentnya, spesimen di#elup ( detik dan langsung diangkat dan dibasuh dengan
air biasa dan dikeringkan dengan hair dryer. ikeringkan dengan hair dryer agar
tidak terjadi goresan bila dikeringkan dengan pengelapan. Perlu diperhatika !aktu
pen#elupan, bila terlalu lama maka spesimen akan gosong karena korosinya
terlalu dalam. Menget#hing artinya kita mengkorosikan spesimen kita. 4orosi
yang kita perlukan hanya sampai batas butir. ?leh karena itu tidak boleh terlalu
lama proses pen#elupannya. iet#hing dapat mengkorosikan tepat sampai batas
butir karena batas butir merupakan tempat yang mempunyai tegangan yang paling
METALURGI II Page "7
tinggi sehingga energinya paling tinggi oleh karena itu akan terkorosi tertlebih
dahulu.
:ntuk masing masing logam diperlukan et#hing reagent dan lamanya
!aktu pen#elupan yang berbeda-beda. Sebagai #ontoh berikut ini adalah beberapa
et#hing reagent untuk baja, besi tuang, )l alloy dan 5u alloy.
Pengamatan Metallography dan Pengambilan ;oto
+erikut ini gambar spesimen dengan proses )nnealing:
Ga.,ar I4.1 Per,e)ar! 1002 A!!eal*!"
Perlakuan panas ini untuk menghasilkan perlite yang kasar $#oarse pearlite& tetapi
lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur,
memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki
ma#hinibility. Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan dengan
memanaskan logam sampai keatas temperature kritis $untuk baja hypoeute#toid
ari foto struktur mikro yang diatas dapat diketahui bah!a struktur mikronya
adalah ferrite dan pearlite. Setelah proses anil men#apai 7'0
o
5, perubahan akan
semakin tampak dimana butir-butir ferrite akan semakin bulat dan semakin besar
dan fasa pearlite juga berubah menjadi relatiAe bulat.
METALURGI II Page "8
4emudian berikut ini adalah gambar spesimen dengan proses -ormali.ing:
Ga.,ar I4.2 Per,e)ara! 1002 N%r.al*3*!"
Perlakuan panas ini dilakukan pada logam atau paduan untuk mendapatkan
ukuran butir kristal yang lebih halus, menaikkan sedikit kekuatan dan kekerasan.
Proses ini dilakukan dengan memanaskan hingga kedaerah satu fasa kemudian
didinginkan dengan #ukup #epat. imana akan menghasilkan perlite halus,
pendinginannya dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil
anneal. Se#ara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing, yakni biasanya
dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperature kritis $untuk
baja hypoeute#toid ari foto struktur mikro yang diatas dapat diketahui bah!a
struktur mikronya adalah ferrite dan pearlite. imana pada kesempatan ini,
pembentukan ferrite proeute#toid akan lebih ke#il.
+erikutnya adalah gambar spesimen dengan proses /ardening:
METALURGI II Page "9
Ga.,ar I4./ Per,e)ara! 1002 Har+e!*!"
Perlakuan panas ini dilakukan untuk mendapatkan struktur martensit dengan
pendinginan #epat menggunakan media pendingin. -amun,pada praktikum
menghasilkan strutur ferrite dan pearlite, tidak terbentuk martensit. /al ini terjadi
karena komposisi spesimen yang digunakan memiliki kadar karbon sekitar 0,(8
sehingga pada diagram 550 spesimen tersebut, fasa yang terbentuk adalah ferrite
dan pearlite dan belum men#apai martensit karena Cgaris hidungD bergeser ke kiri
sehingga sulit kemungkinan terbentuk martensit. ;aktor-faktor lain yang
mempengaruhi yaitu dari medium pendinginnya yang meliputi temperatur media
pendingin, kemampuan difusi media,agitasi, dan lain sebagainya.
METALURGI II Page 2#
aftar Pustaka
)ndra.%01%.Proses anil
Suherman, Eahid. %00(. Ilmu Logam 1. Surabaya: 3nstitut 0eknologi Sepuluh
-opember
Syarif, =ikky, ),dkk.%001.=angkuman -ormali.ing.Fakarta::niAersitas 3ndonesia
G.0ugas akhir.Surabaya:3nstitut 0eknologi Sepuluh -opember
METALURGI II Page 2"

You might also like