You are on page 1of 36

DAFTAR ISI

1) Pendahuluan……………………………………………………………..2
2) Nama/tema blok…………………………………………………………3
3) Fasilitator………………………………………………………………..3
4) Data Pelaksanaan ……………………………………………………….3
5) Pemicu………………………………………………………………..…4
6) More Info…………………………………………………………..……4
7) Tujuan……………………………………………………………...……4
8) Learning Issue …………………………………………………………..4
9) Pembahasan Learning Issue……………………………………………..5
10) Ulasan……………………………………………………………………33
11) Kesimpulan………………………………………………………………34
12) Daftar Pustaka…………………………………………………………...35

1
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, kasus-kasus sistem pendengaran, penghidu dan tenggorok (THT) masih
cukup tinggi dijumpai di Indonesia. Survey Kesehatan Indera 1993-1996 yang
dilaksanakan di 8 provinsi Indonesia, menunjukkan prevalensi morbiditas THT sebesar
38,6%. Dalam skala yang lebih luas, survey Multi Center Study di Asia Tenggara
menunjukkan Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi
yaitu 4,6 %.
Kemajuan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan kelainan dan penyakit THT dimulai
dari diagnostik, terapi medik, terapi surgikal hingga terapi rehabilitasi yang semakin baik
meningkatkan harapan hidup penderita. Namun hal ini tidak menyelesaikan masalah
karena terkadang beberapa penyakit meninggalkan sekuele pada pasien penderita
sehingga mengurangi produktifitas dan kualitas hidup.
Pencegahan dan tatalaksana penyakit-penyakit THT masih perlu ditingkatkan, namun
tidak kalah pentingnya dalam deteksi dini kelainan-kelainan THT yang merupakan tanda-
tanda dini dari penyakit-penyakit berbahaya.
Pada kasus ini didiskusikan bahawa pasien ini menderita otitis media supuratif kronik.
Otitis media adalah peradangan telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan oleh
penjalaran infeksi dari tenggorok (faringitis) dan sering pada anak-anak. Pada semua
jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif.
Dari perjalanan klinisnya, otitis media dibedakan atas akut (baru) dan kronis (proses lebih
lama).

NAMA / TEMA BLOK

2
Blok Special Senses System

FASILITATOR
Dr Evita Mayasari, M.Kes

DATA PELAKSANAAN
Tempat : Ruang Diskusi Fisika 8
Tarikh : 9 November 2009
12 November 2009
Masa : 1030 – 1300 WIB

PEMICU

3
F, laki-laki 18 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan telinga kanan berair
dan berbau busuk, sejak 3 bulan yang lalu. Telinga berair dialami sejak masa kanak-
kanak, bersifat hilang timbul dan selama ini F dibawa berobat ke Puskesmas dan
diberikan obat tetes telinga. F juga mengeluh kurangnya pendengaran pada telinga kanan
dan disertai hoyong (pusing berputar).
Apa yang terjadi pada F?

MORE INFO
Status lokalisata
Pada pemeriksaan :
Otoskopi telinga kanan : pada liang telinga dijumpai sekret mukopurulen, berbau busuk
dan tampak jaringan granulasi. Membrana timpani kanan tidak tampak.
Otoskopi telinga kiri : liang telinga normal, membrana timpani utuh, refleks cahaya (+).
Pemeriksaan rinoskopi anterior, rinoskopi posterior dan laringoskopi indirek normal.
Tes pendengaran sederhana :
Telinga kanan : Rinne test (-), Weber lateralisasi ke kanan, Schwabach memanjang
Telinga kiri : Rinne test (+), Schwabach sama dengan pemeriksa
Tes fistula : nistagmus (+)
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sekret telinga : pseudomonas aeruginosa
Pemeriksaan radiologi (foto polos mastoid kanan – posisi Schuller) : tampak
perselubungan di liang telinga kanan. Pneumatisasi mastoid kanan menghilang. Tampak
bayangan radioluscent pada mastoid kanan.
Kesan : dijumpai kolesteastoma pada mastoid kanan
Pemeriksaan audiometrik nada murni :
Telinga kanan : tuli campur sedang
Telinga kiri : ambang dengar normal
Apakah kesimpulan anda mengenai penyakit F sekarang?

TUJUAN
Mencari tahu apa yang berlaku kepada F dan mencari penatalaksanaan untuk penyakit
yang dihidapinya.

LEARNING ISSUE
1. Embriologi telinga
2. Anatomi telinga
3. Histologi telinga
4. Fisiologi pendengaran dan keseimbangan
5. Otitis media secara umum ( definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, gejala
klinis, diagnosis, tatalaksana)
6. Otitis media supuratif kronik ( definisi, etiologi, faktor resiko, gejala klinis,
klasifikasi, patofisiologi, patogenesis, diagnosa, tatalaksana, komplikasi,
prognosis, pencegahan)
7. Interpretasi more info
PEMBAHASAN LEARNING ISSUE

4
1) Embriologi telinga
Pada mudigah, telinga berkembang dari 3 bagian yang jelas berbeda.

Telinga dalam
o Gelembung telinga
Pada kurang lebih 22 hari, terjadi penebalan ectoderm permukaan pada
kedua sisi rombosefalon. Pada penebalan ini, plakoda telinga
melakukan invaginasi dengan cepat dan membentuk gelembung
telinga atau gelembung pendengaran (otokista). Selanjutnya, masing-
masing gelembung terbagi menjadi :
 Unsur ventral : sacculus dan duktus koklearis
 Unsur dorsal : utrikulus, kanalis semisirkularis, duktus
endolimfatikus
 Struktur yang terbentuk dengan cara demikian ialah labirin
membranosa.

o Sacculus, koklea dan organ Corti


Pada minggu keenam, sacculus membentuk suatu kantong keluar
berbentuk tubulus pada kutub bawahnya. Pertumbuhan keluar ini,
duktus koklearis menembus mesenkim di sekitarnya secara spiral
hingga pada akhir minggu kelapan, spiral ini genap membentuk 2,5
putaran. Hubungan spiral ini dengan bagian sacculus lainnya
kemudian hanya berupa sebuah saluran sempit, yaitu duktus Reuniens.
Mesenkim di sekitar duktus koklearis segera berdiferensiasi menjadi
tulang rawan.
Pada minggu kesepuluh, simpai tulang rawan akan bervakuolisasi dan
terbentuklah dua ruang perilimfe, skala vestibuli dan skala timpani.
Duktus koklearis kemudian terpisah dari skala vestibuli oleh membran
vestibularis, dan dari skala timpani oleh membran basilaris. Dinding

5
sebuah processus tulang rawan yang panjang, modidus yang kelak
menjadi poros tulang koklea.
Sel-sel epitel duktus koklearis pada mulanya sama. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, sel-sel ini akan membentuk dua buah
regio.
 Regio dalam : kelak menjadi limbus spiralis
 Regio luar : membentuk sebaris sel rambut dalam dan tiga
hingga empat baris sel rambut luar, yang merupakan sel
sensorik sistem pendengaran.
 Sel-sel ini diliputi oleh membran tektoria(suatu zat gelatin
fibrosa yang melekat ke limbus spiralis dan hujungnya terletak
di atas sel-sel rambut)
 Sel-sel rambut dan membran tektorial akan menjadi organ
Corti
 Impuls yang diterima organ ini dihantarkan ke ganglion
spiral ke sistem saraf melalui serabut-serabut
pendengaran dari saraf otak VIII.

6
o Utrikulus dan kanalis semisirkularis
Pada minggu keenam, kanalis semisirkularis tampak sebagai kantong-
kantong pipih pada bagian utrikulus gelembung telinga. Bagian tengah
dinding kantong ini kemudian melekat satu sama lain dan selanjutnya

7
menghilang. Dengan demikian, terbentuklah tiga buah kanalis
semisirkularis.
Salah satu hujungnya melebar membentuk crus ampullare, sedangkan
hujung lainnya tidak melebar dan menjadi crus non ampullare. Akan
tetapi karena dua crus non ampullare menyatu, hanya ada lima crura
yang memasuki utrikulus, yaitu dengan tiga ampula dan dua tanpa
ampula.
Sel-sel di dalam ampula membentuk suatu krista, crista ampularis
(mengandung sel-sel sensorik untuk memelihara keseimbangan).
Daerah sensorik yang sama juga berkembang pada dinding utrikulus
dan sacculus, yang dikenal sebagai maculae acusticae. Impuls yang
dibangkitkan pada sel-sel sensorik crista dan macula, sebagai akibat
perubahan sikap tubuh, dihantarkan oleh serabut-serabut vestibula
saraf otak VIII.
Selama pembentukan gelembung telinga, sekelompok kecil sel
memisahkan diri dari dindingnya dan membentuk ganglion
statoakustikus. Sel-sel lain dari dalam ganglion ini berasal dari crista
neuralis. Selanjutnya ganglion terbagi menjadi bagian koklearis dan
vestibularis yang masing-masing memberikan sel-sel sensorik pada
organ Corti dan pada sacculus, utrikuluus dan kanalis semisirkularis.

Telinga tengah
o Cavum timpani dan tuba Eustachi
Cavum timpani berasal dari endoderm. Berasal dari kantong faring
pertama. Kantong ini tumbuh dengan cepat ke arah lateral, dan
menempel dengan lantai celah faring pertama.
Bagian distal kantong, recessus tubotympanicus, melebar dan
membentuk cavum timpani primitif, sedangkan bagian proksimal tetap
sempit dan membentuk tuba auditiva atau tuba Eustachio. Bagian yang

8
terakhir ini merupakan saluran yang menghubungkan cavum timpani
dengan nasofaring.

o Tulang-tulang pendengaran
Malleus dan incus berasal dari tulang rawan lengkung faring pertama,
dan stapes berasal dari lengkung kedua. Walaupun tulang-tulang
pendengaran mulai tampak pada paruh pertama masih kehidupan
janin, namun tulang-tulang ini masih tertanam di dalam mesenkim
hingga bulan kelapan, kemudian jaringan di sekitarnya menghilang.
Lapisan epitelium endoderm cavum timpani primitif selanjutnya
meluas sepanjang dinding ruangan yang baru terbentuk. Kini, luas
cavum timpani paling sedikit dua kali luas sebelumnya.
Ketika tulang-tulang pendengaran ini sudah bebas sama sekali dari
mesenkim yang di sekitarnya, epitel endoderm menghubungkan
tulang-tulang tersebut ke dinding ruangan ini, seakan-akan seperti
mesenterium. Ligamentum-ligamentum penunjang tulang pendengaran
ini berkembang kemudian di dalam mesenterium.
Oleh sebab malleus berasal dari lengkung faring pertama, ototnya
muskulus tensor timpani, dipersarafi oleh ramus mandibularis nervus
trigeminus. Demikian pula, muskulus stapedius yang melekat pada
stapes dipersarafi oleh nervus fasialis, saraf untuk lengkung faring
kedua.
Pada kehidupan janin lanjut, cavum timpani meluas ke arah dorsal
yang disertai dengan pembentukan rongga-rongga jaringan sekitarnya
untuk membentuk antrum timpani.
Setelah lahir, tulang processus mastoideus yang sedang berkembang
juga dimasuki oleh epitel cavum timpani, dan terbentuk kantong-
kantong udara yang berlepas epitel (pneumatisasi).

9
Kelak, sebagian besar kantong udara mastoid ini berhubungan
langsung dengan antrum dan cavum timpani. Perluasan radang telinga
tengah ke dalam antrum dan sel udara mastoid merupakan komlikasi
yang agak sering terjadi pada infeksi telinga tengah.

Telinga luar
o Meatus acusticus externus (liang telinga luar)
Liang telinga luar berkembang dari bagian dorsal celah faring pertama.
Awal bulan ketiga, sel-sel epitel pada dasar liang ini berproliferasi,
sehingga membentuk suatu lempeng epitel padat, sumbat meatus.
Bulan ketujuh, sumbat ini menghilang dan epitel yang melapisi lantai
liang ini kemudian ikut membentuk gegendang telinga. Tetapi kadang-
kadang, sumbat meatus ini tetap ada hingga lahir, sehingga
menyebabkan tuli bawaan.
o Gegendang telinga atau membran timpani
Gegendang telinga dibentuk dari :
 Lapisan epitel ektoderm di dasar meatus acusticus
 Lapisan epitel endoderm cavum timpani
 Lapisan tengah dari jaringan ikat yang membentuk stratum
fibrosum
 Sebagian besar gegendang telinga melekat erat pada tangkai
malleus, sedangkan bagian lainnya membentuk sekat pemisah
antara liang telinga luar dan cavum timpani.
o Daun telinga (aurikula)
Berkembang dari 6 buah proliferasi mesenkim yang terletak di hujung
dorsal lengkung faring pertama dan kedua, yang mengelilingi celah
faring pertama.
Tonjol-tonjol ini, masing-masing tiga buah pada setiap sisi liang
telinga luar, kelak menyatu dan membentuk daun telinga tetapi oleh

10
sebab penyatuan tonjol-tonjol daun telinga berlangsung agak rumit,
kelainan perkembangan daun telinga sering terjadi.
o Pada mulanya, telinga luar terletak di daerah leher bawah, tetapi
dengan berkembangnya mandibula, mereka bergerak naik ke samping
kepala setinggi mata.

2) Anatomi telinga
Telinga terbagi kepada tiga bagian utama yaitu:
Telinga luar : fungsinya untuk mengumpul gelombang bunyi dan menghala ke
dalam telinga
Telinga tengah : fungsinya untuk membawa getaran bunyi ke jendela bujur
Telinga dalam : tempat reseptor bunyi dan keseimbangan

Telinga luar
Terdiri daripada aurikel (cuping telinga atau daun), saluran auditori eksternal, dan
sesetengah sumber menyebut gegendang telinga.
Aurikel
o Terdiri daripada tulang rawan elastik diselaputi kulit
o Bagian luar atau rim dipanggil heliks
o Bagian inferior dipanggil lobul
o Terlekat pada kepala oleh otot dan ligamen
Saluran auditori eksternal (external acoustic meatus)
o Tiub bengkok dalam 2,5 cm (1 in.) yang terletak di dalam tulang temporal
o Dari aurikel (concha ke gegendang telinga)
o Sepanjang jalan mengandungi rambut, kelenjar peluh dan kelenjar
serumen
Gegendang telinga (membran timpani)
o Nipis dan transparen
o Diselaputi epidermis dan dibarisi oleh simple cuboidal epithelium
o Antara lapisan epitelial adalah kolagen, serat elastik dan fibroblast

11
Telinga tengah
Kawasan kecil, terisi udara, di tulang temporal. Dipisahkan dari telinga luar oleh
gegendang telinga, dan dari telinga dalam oleh lapisan tulang nipis mengandungi dua
permukaan nipis yaitu jendela bujur dan bulat. Terdapat juga tulang-tulang telinga, antara
tulang yang paling kecil di dalam badan.
Auditory ossicles ( tulang telinga)
o 3 tulang kecil, malleus, incus, dan stapes
o Dihubungkan oleh synovial joint
 Malleus : bagian handle terlekat pada permukaan dalam gegendang
telinga, bagian kepala terlekat pada incus. 8-9 mm panjangnya.
Terdiri daripada handle, leher dan kepala. Tulang ini adalah yang
terbesar di antara tiga tulang telinga.
 Incus : bentuknya seperti anvil. Terdiri daripada badan, dan dua
processus.
 Stapes : terdiri daripada kepala, leher dan dua limbs dan tapak.
Bagian tapaknya terletak dalam kawasan jendela bujur.
o Terdapat pada dua otot yang terlekat pada tulang telinga.
 Muskulus tensor timpani : disarafkan oleh cabang mandibular dari
nervus trigeminus. Fungsinya adalah mengurangkan pergerakan
dan meningkatkan tensi untuk mengelakkan kerusakan.
 Muskulus stapedius : disarafkan oleh nervus facialis dan
merupakan otot skeletal yang terkecil. Fungsinya adalah untuk
mengurangkan sensitifitas pendengaran.
Tuba auditori (tuba Eustachio)
o Terdiri daripada tulang dan tulang rawan hialin
o Menghubungkan telinga dalam dan nasofaring
o Biasanya tertutup di bagian medial (faringeal)
o Terbuka ketika menguap atau menelan
o Fungsinya adalah untuk keseimbangan udara

12
Telinga dalam
Terdiri daripada koklea dan kanalis semisirkularis. Kawasan ini juga dikenali sebagai
labirin. Terbagi kepada dua :
Bony labyrinth
o Terdapat rongga/kaviti yang terbagi kepada tiga :
 Kanal semisirkularis
 Vestibula
 Koklea
 Ketiga-tiga struktur di atas bertanggungjawab dalam keseimbangan
o Digarisi oleh periosteum yang mengandungi perilimfe
o Perilimfe yang secara kimiawinya sama dengan cairan serebrospinal
(CSF), mengelilingi membranous labyrinth
Membranous labyrinth
o Mengandungi sacs dan tuba terletak dalam bony labyrinth
o Digarisi oleh epitelium dan ada endolimfe
o Endolimfe mengandungi konsentrasi ion K+ yang tinggi
Vestibula
o Bagian sentral bony labyrinth
o Bentuk bujur
o Mengandungi dua sacs : utrikul dan saccule yang dihubungkan oleh satu
duktus kecil
Koklea
o Anterior kepada vestibula
o Terbagi kepada tiga saluran : duktus koklea, skala vestibula dan skala
timpani
o Duktus koklea/skala media
 Kesinambungan membranous labyrinth ke dalam koklea
 Mengandungi endolimfe
o Skala vestibula
 Saluran terletak atas duktus koklea dan berakhir di jendela bujur
 Mengandungi perilimfe
o Skala timpani
 Berakhir di jendela bulat
 Saluran di bawah duktus koklea
 Mengandungi perilimfe
o Membran vestibula
 Memisahkan duktus koklea dengan skala vestibula
o Membran basilar
 Memisahkan duktus koklea dengan skala timpani
 Terdapat organ spiral (organ Corti)
o Organ spiral (organ Corti)
 Epitelium bergulung, memiliki sel penyokong
 Sel rambut : dalam (satu barisan), luar (3 barisan)
 Di hujung sel rambut terdapat berkas rambut yang mengandungi
30-100 stereosilia

13
Vaskularisasi telinga

Telinga luar
Arteri temporalis superfisialis : membekalkan darah pada telinga luar bagian
anterior
Arteri aurikularis : membekalkan darah pada telinga luar bagian posterior
Pembuluh limfe
o Lymphoglandula sternocleidomastoid
o Lymphoglandula parotidea
o Lymphoglandula mastoideus

Telinga tengah
Arteri
o Arteri tympanica anterior
o Arteri stylomastoidea
o Arteri meningea media
Vena
o Sinus sigmoideus
o Sinus transversus

Telinga dalam
Darah dari arteri vertebralis

14
Persarafan telinga

Telinga luar
N. auriculotemporal : aurikel bagian anterior
N. occipital : aurikel bagian posterior superior
N. great auricular : aurikel bagian posterior inferior
Telinga tengah
N. trigeminalis (V) : muskulus tensor timpani
N. facialis (VII) : muskulus stapedius
Telinga dalam
N. vestibulokoklear (VIII)
Saraf campuran (mixed nerves) karena mengandung akson saraf sensorik dan
motorik.
o Cabang vestibular
Saraf yang berkaitan dengan keseimbangan. Badan sel untuk saraf
sensorik terletak di ganglia vestibular. Saraf sensorik menerima informasi
dari reseptor, dan saraf motorik membawa kembali informasi ke reseptor
(feedback).
 Saraf ampularis
 Saraf utrikularis
 Saraf saccularis

15
o Cabang koklea
Saraf yang berkaitan dengan pendengaran. Badan sel sensorik terletak di
ganglion spiral. Sel rambut luar dan dalam akan bersinaps dengan saraf
sensorik dan motorik pada cabang koklea ini. Kira-kira 90-95% sel rambut
dalam akan bersinaps dengan saraf sensorik. Kira-kira 90% saraf motorik
akan bersinaps dengan sel rambut luar.

3) Histologi telinga

Telinga luar
Pinna (daun telinga)
Suatu lempeng ireguler tulang rawan elastik, yang ditutupi secara erat oleh kulit
di semua sisinya
Meatus auditorius eksternus
Saluran kanal dari permukaan (pinna) sampai ke dalam tulang temporalis. Batas
dalamnya ialah sehingga membran timpani. Dilapisi dengan epitel berlapis
skuamosa, berlanjut dari kulit, mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea, dan
kelenjar seruminosa di dalam submukosa. Satu pertiga bagian luar terdiri daripada
tulang rawan elastik, lanjutan dari tulang rawan pinna. Dua pertiga dalam berada
pada tulang temporalis.
Kelenjar seruminosa ialah modifikasi kelenjar keringat. Kelenjarnya tubular
bergelung, terdiri daripada sel gepeng berlapis. Sel mioepitel mengelilingi daerah
sekretorik. Kelenjar ini menghasilkan serumen yaitu campuran lemak dan lilin.

16
Telinga tengah/media
Membran timpani
Permukaan luar : epitelium tipis
Permukaan dalam : epitelium selapis kuboid yang menyatu dengan lapisan rongga
timpani
Di antara kedua lapisan itu adalah jaringan ikat kasar terdiri daripada serat
kolagen, elastin dan fibroblast.
Rongga timpani
Dilapisi oleh simple squamous epithelium di atas lamina propria yang tipis yang
melekat erat pada periosteum di bawahnya. Dilapisi pseudostratified ciliated
columnar epithelium apabila semakin dekat dengan tuba Eustachi.
Otot : muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius
Tulang pendengaran
Malleus menempel di membran timpani. Incus berada di antara malleus dan
stapes. Stapes menempel ke jendela bujur. Memiliki sendi sinovial, ditutupi epitel
selapis skuamous.
Tuba Eustachi
Dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia
Jendela bulat dan bujur
Area berlapis membran dan tidak bertulang

Telinga dalam
Labirin tulang : ruang-ruang di dalam pars petrosa tulang temporal
Di dalamnya dihuni oleh labirin membranosa. Struktur ini berisi perilimfe yang
komposisinya serupa dengan cairan ekstrasel di tempat lain, namun protein di situ
kadarnya lebih rendah.
o Kanalis semisirkularis : inferior, posterior, superior
Ketiga kanalis semisirkularis membentuk sudut 90° antara satu sama lain.
Struktur ini berisi duktus semisirkularis, dan hujung tiap kanal melebar
dikenali sebagai ampula.
o Vestibulum
Merupakan rongga sentral dari labirin osteosa. Struktur ini berisi sakulus
dan utrikulus, dan memiliki dua jendela yaitu jendela bujur atau fenestra
vestibuli, dan jendela bulat atau fenestra koklea.
o Koklea
Lubang tulang spiral, membentuk 2,5 putaran 35 mm, mengelilingi bagian
pusat tulang (modiolus). Modiolus memiliki celah-celah pembuluh darah,
badan-badan sel, serta cabang nervus akustikus di nervus kranialis VIII.
Lamina spiralis oseosa merupakan juluran rabung tipis dari lateral
modiolus.
Labirin membranosa
Rongga berlapis epitel, berasal dari ektoderm. Duktus semisirkularis muncul dari
utrikulus, sementara duktus koklearis muncul dari sakkulus. Struktur ini
mengandung endolimfe yaitu cairan yang tinggi konsentrasi kaliumnya tetapi
natriumnya rendah. Melekat pada periosteum labirin melalui berkas halus jaringan
ikat yang mengandung pembuluh darah.

17
o Sakulus dan utrikulus
Lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng. Pada
dindingnya terdapat macula yaitu area yang menebal pada epitel yang
tebalnya 2-3 mm. Letaknya selang tegak lurus; di sakulus ia akan berada
di dinding atau secara lateral dan di utrikulus ia akan berada di lantai.
Terdiri daripada 2 tipe sel neuroepitel (tipe I dan II sel rambut) dan sel
penyokong. Disarafi oleh N. vestibularis, dan ditutupi oleh lapisan
gelatinosa dan membran otolit/otokonia dan glikoprotein. Lapisan
gelatinosa itu disekret oleh sel penyokong dan otolit itu terdiri daripada
endapan kristal kalsium karbonat.
Sel rambut : memiliki 1 kinosilium dan stereosilia yang tersusun
bertingkat. Setiap stereosilia menyatu di daerah terminal. Tipe I
merupakan ujung besar seperti mangkok, sedikit retikulum endoplasma,
badan Golgi supranuklear, dan sedikit vesikel. Tipe II lebih kolumnar,
memiliki kompleks Golgi besar dan banyak vesikel.
Sel penyokong : terletak di antara sel rambut. Berbentuk silindris, sedikit
mikrovili di apikalnya. Fungsinya adalah untuk mempertahankan sel
rambut dan ada fungsinya memberikan kontribusi dalam produksi
endolimfe.
Duktus pada sakulus dan utrikulus : duktus utrikosakulus menghubungkan
sakulus dan utrikulus. Duktus endolimfatikus memiliki kantong
endolimfatik. Duktus Reuniens menggabungkan duktus sakulus dengan
duktus koklearis.
o Duktus semisirkularis : serupa dengan struktur lainnya dalam labirin
osseosa
Krista ampularis : merupakan daerah reseptor dalam ampula. Berbentuk
seperti gunung/rabung panjang tegak lurus terhadap panjang duktus.
Terdiri daripada sel rambut tipe I dan II dan sel penyokong. Struktur ini
mirip makula. Kepalanya mirip membran otolitik, tetapi berbentuk kerucut
dan tidak dilapisi otolit. Ia menjulur hingga kontak dengan dinding ampula
di hadapannya.
o Duktus dan sakus endolimfatikus
Bagian awalnya adalah epitel selapis gepeng, dan apabila makin
mendekati sakus endolimfatikus epitelnya bertukar menjadi silindris
tinggi.
o Duktus koklearis/skala media
Merupakan divertikulum sakulus dan mengandung endolimfe. Dikeliling
pada kedua-dua sisi oleh skala vestibuli dan skala timpani yang
mengandungi perilimfe.
Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran vestibularis.
Skala timpani dan skala media dipisahkan oleh membran basilaris. Skala
vestibular dan skala timpani berhubungan di apeks koklea melalui
helikotrema. Membran vestibularis (Reissner) terdiri daripada 2 lapisan
epitel gepeng (skuamous) yang dipisahkan oleh lamina basalis; bagian
dalamnya berasal dari skala media, dan bagian luarnya berasal dari skala
vestibular.

18
Membran basilaris terdiri daripada 2 zon yaitu arkuata dan pektinata.
Arkuata tipis, dimedia, dan menyokong organ Corti. Pektinata adalah
fibrous meshwork dan terdiri daripada fibroblast.
Stria vaskularis lebih banyak daripada epitel vaskular dan terdiri daripada
epitelium pseudostratified. Ia terletak di dinding lateral duktus koklearis.
Terdiri daripada pleksus kapiler intraepitel dan 3 jenis sel yaitu marginal,
basal dan intermediate.
o Organ Corti : organ reseptor untuk pendengaran
Terletak di atas membran basilaris. Terdiri daripada neuroepitel sel dan sel
penyokong. Sel neuroepitelial adalah sel-sel rambut. Rambut bagian dalam
terdiri daripada 1 barisan, bagian apikalnya memiliki 50-60 stererosilia
dan berbentuk V. Basalnya adalah mikrotubulus dan bersinaps dengan
serataferen bagian koklear dari N. vestibulokoklear. Rambut bagian luar
terdiri daripada 3-5 baris. Bagian apikalnya terdiri daripada 100 stereosilia
dan berbentuk W. Basalnya terdiri daripada mitokondria, nukleus, sinaps
serat aferen dan eferen.
Sel penyokong pula terdiri daripada sel pilar; sel ini banyak mengandung
mikrotubulus yang memberi kekakuan pada selmi. Ia membentuk ruang
berbentuk segitiga antara sel rambut luar-dalam dan membentuk
terowongan dalam. Apikal sel pilar luar dan dalam berkontak antara satu
sama lain.
Ada juga sel penyokong lain seperti sel falangeal, sel Hensen dan sel
Border.
o Limbus : terletak di daerah tersempit di duktus koklearis, di pertemuan
membran basilaris dan membran vestibularis. Terdiri daripada periosteum.
Sel interdentalnya mengeluarkan membran tektorial.
o Spiral prominence : tonjolan yang keluar dari periosteum koklea dan
terletak di dinding inferior duktus koklearis.
o Membran tektorial : terdiri daripada protein lektorin α dan β. Berkontak
dengan stererosilia terpanjang dari sel rambut.

4) Fisiologi mendengar dan keseimbangan yang diatur oleh telinga

Pendengaran
Aurikel mengarahkan gelombang bunyi ke dalam kanal auditori eksternal
Gelombang bunyi mengenai gegendang telinga. Peningkatan dan penurunan
tekanan udara menyebabkan gegendang telinga bergetar ke depan dan belakang.
Jarak ia bergerak, yang sangat kecil ukurannya, bergantung kepada intensitas dan
frekuensi gelombang bunyi. Gegendang telinga bergetar perlahan-lahan sebagai
gerak balas dari bunyi berfrekuensi rendah (low pitch) dan bergetar dengan lebih
cepat sebagai gerak balas dari bunyi yang berfrekuensi lebih tinggi (high pitch).
Bagian tengah gegendang telinga berhubung dengan malleus, di mana ia pun akan
mula bergetar. Getaran itu dihantarkan dari malleus ke incus seterusnya stapes.
Ketika stapes bergerak ke depan dan belakang, ia menolak membran jendela bujur
ke dalam dan luar. Jendela bujur bergetar kira-kira dua puluh kali lebih hebat
daripada gegendang telinga karena tulang-tulang pendengaran (osikel) dengan

19
efisiennya menghantarkan getaran kecil dari luas permukaan yang besar
(gegendang telinga) ke getaran yang lebih hebat daripada permukaan yang lebih
kecil (jendela bujur).
Pergerakan jendela bujur menyebabkan gelombang tekanan cecair di dalam
perilimfe koklea. Sebaik-baik sahaja jendela bujur tertonjol ke dalam, ia akan
menolak perimlimfe yang berada di dalam skala vestibula.
Sebaik-baik sahaja gelombang tekanan itu mendeformasi dinding skala vestibuli
dan skala timpani, ia juga akan menolak membran vestibular ke depan dan
belakang, menciptakan gelombang tekanan di dalam endolimfe di dalam koklea.
Gelombang tekanan dihantar dari skala vestibuli ke skala timpani ke jendela
bujur, menyebabkannya tertonjol ke dalam telinga tengah.
Gelombang tekanan di dalam endolimfe menyebabkan membran basilaris
bergetar, yang akan menggerakkan sel-sel rambut organ spiral pada membran
tektorial. Pembengkokan stereosilia sel-sel rambut menghasilkan potensial
reseptor yang sepenuhnya akan membawa kepada penghasilan impuls saraf.

Pengaturan keseimbangan
Dilakukan oleh badan vestibular. Sedangkan struktur yang berperan adalah
kanalis semisirkularis dan otolit.
Kanalis semisirkularis
o Mendeteksi rotasi kepala; direspons krista ampularis di duktus
semisirkuler.
o Apabila kepala mulai berputar pada satu arah, endolimfe tidak akan
bergerak namun cenderung tetapi karena inersia yang dimilikinya, namun
kanalis semisirkularis akan berputar searah dengan rotasi. Cairan dari
kanalis mengalir ke ampula, membelokkan kupula ke satu sisi yang
berlawanan dengan arah rotasi kepala dan turut membengkokkan rambut
sensorik di dalamnya. Jika hal ini berlanjut, endolimfe akan bergerak
searah dengan rotasi kepala. Ketika kepala berhenti berotasi, endolimfe
masih bergerak. Kupula dan rambut sensorik dibengkokkan ke arah rotasi
sedangkan kanalis semisirkularis sudah berhenti. Namun endolimfe akan
berhenti ketika tiada lagi potensial aksi yang dihasilkan sel rambut, maka
ia akan kembali ke normal.
Otolit
o Informasi posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan deteksi perubahan
pergerakan linear utrikulus dan sacculus.
o Apabila kepala digerakkan ke hadapan, statokonia akan jatuh ke belakang
karena inersianya. Statokonia bergerak ke belakang, maka sel rambut akan
dibengkokkan ke arah berlawanan maka terjadilah depolarisasi untuk
menghasilkan graded potential di hujung saraf ke saraf vestibular di
batang otak dan serebelum.
Jika hal ini berlanjut, sel rambut dapat mengikuti pergerakan kita. Ketika
kita berhenti, statokonia akan bergerak ke depan dengan membengkokkan
sel rambut searah dengan gerakan dan akan menyebabkan hiperpolarisasi
dan kembali normal.

20
o Keseimbangan diinput dari reseptor vestibular, reseptor visual dan
reseptor somatik yang ketiganya akan sampai di vestibular nuclear
complex dan dihasilkanlah output.
Pergerakan mata : oculomotor control
Pergerakan leher : spiral motor control

5) Otitis media secara umum

Definisi
Proses inflamasi di dalam bagian telinga tengah. Hal ini disebabkan disfungsi tuba
Eustachio karena penyakit, termasuklah infeksi saluran pernafasan atas atau rinosinusitis
kronik.

Etiologi
Deviasi fungsi normal tuba Eustachio
Fungsi normal tuba Eustachio
o Menetapkan tekanan udara di dalam telinga tengah pada tahap yang lebih
kurang sama dengan tekanan atmosfera
o Mengelakkan refluks kandungan nasofaring masuk ke dalam telinga
tengah
o Mengosongkan sekresi dari telinga tengah dengan menggunakan transport
mukosiliari dan aksi pompa tuba Eustachio
Deviasi berkemungkinan :
o Obstruksi anatomik
 Inflamasi mukosa tuba Eustachio pada kompresi ekstrinsik oleh
tumor atau adenoid besar
o Obstruksi fungsional
 Sebagai hasil daripada kegagalan mekanisme muskulus
pembukaan tuba Eustachio
 Seperti yang dilihat pada bayi sumbing, atau kekakuan insufisien
bagian tulang rawan tuba Eustachio, selalunya pada anak-anak dan
bayi
 Jika tuba pasien tidak normal atau pendek, fungsi perlindungannya
pada refluks nasofaring akan hilang, selalunya berlaku kepada
pasien sindrom Down.
 Fungsi normal tuba ini bergantung juga kepada fungsi siliaris,
maka setiap keadaan yang dapat menyebabkan pengosongan
mukosiliaris contohnya infeksi virus, toksin bakteri, atau
abnormalitas struktur siliaris bawaan dapat menyebabkan otitis
media.

Klasifikasi
Otitis media akut
o Non supuratif : inflamasi mukosa telinga tengah berlaku dengan tanpa
pembentukan efusi atau dengan efusi steril
o Supuratif

21
o Rekuren
 Lebih atau sama dengan tiga episod otitis media supuratif akut
dalam masa 6 bulan
 Lebih atau sama dengan empat kali episod dalam masa 12 bulan,
dengan resolusi lengkap gejala-gejala dan simptom pada setiap
episod
Otitis media kronik
o Non supuratif
 Otitis media dengan efusi
o Efusi serosa atau mukoid pada telinga tengah yang
persisten selama tiga bulan atau lebih
o Dikenali juga dengan nama otitis media sekretorik, otitis
media serosa kronik dan glue ear
o Berlaku selepas beberapa episod otitis media akut
(kebanyakannya)
o Supuratif
 Proteus
 Pseudomonas aeruginosa
 Stafilokokus aureus
Tubotimpanik
Kolesteatoma : discharge yang persisten atau intermittent yang terinfeksi melalui
membran timpani yang tidak intak (perforasi pada tuba timpanostomi). Boleh
berlaku tanpa supurasi dan selalunya dirujuk sebagai otitis media supuratif kronik
inaktif.

Faktor resiko
Faktor lingkungan
o Jagaan anak-anak : anak-anak terdedah kepada patogen setiap hari jadi
memerlukan jagaan yang spesifik
o Tidak diberikan ASI : tidak begitu jelas bagaimana mekanismenya tetapi
berkaitan dengan antibakteri dan faedah imunologik yang ada pada ASI
o Pendedahan pada asap rokok : berlaku inflamasi pada mukosa telinga
tengah dan pengosongan mukosiliari yang terganggu karena sudah rentan
pada infeksi
o Variasi musim : musim sejuk menyebabkan peningkatan infeksi saluran
nafas atas
o Usia muda : selalunya berlaku pada umur 6 bulan hingga 18 bulan. Pada
waktu sekolah juga anak-anak rentan pada ini.
o Tempat titipan anak : mendapatnya dari anak-anak yang lain, tetapi
membawanya keluar dari tempat titipan anak tidak dapat mencegah hal ini
daripada berlaku
o Mendapat banyak infeksi : infeksi telinga, batuk dan selsema
o Hidup dalam kemiskinan : lingkungan tinggal yang ramai, kebersihannya
tidak terjaga, layanan kesehatan tidak diuruskan, diet jelek

22
Faktor hos
o Genetik : lelaki lebih rentan daripada perempuan tetapi tidak berkaitan
dengan riwayat adik beradik dan orang tua
o Imunodefisiensi
o Defek kelahiran : sumbing dan sindrom Down
Gejala klinis
Adanya simptom infeksi saluran pernafasan atas
Sakit telinga/rasa penuh
Pendengaran berkurang
Demam /pireksia
Otorea

Diagnosa
Fisikal
o Susah dilakukan jika telinga tersumbat dengan serumen atau debris, kanal
itu secara anatomisnya kecil, atau jika pasien itu tidak memberikan
kerjasama
o Efusi telinga tengah
 Membran timpani menonjol adalah tanda paling dominan
 Mobilitas membran timpani terbatas; pada pneumatic otoscopy dan
ada cairan tampak di belakang membran timpani
o Otitis media akut
 Telinga penuh dengan eksudat purulen – adalah tanda dengan
perforasi
 Pergerakan tragus tidak menimbulkan nyeri
o Bullous myringitis biasanya ada blisters di membran timpani
Pemeriksaan laboratorium
o Pada otitis media akut, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang definitif
o Timpanosentesis; sampel efusi dikultur
Pencitraan
o Tidak berguna untuk otitis media akut
o Radiografi dan/atau CT scan untuk sel mastoid jika suspek mastoiditis
Tes-tes lain
o Insufflation, timpanometri, refleksometri akustik
o Nasofaringoskopi

Penatalaksanaan
Tatalaksana otitis media akut bergantung kepada stadium penyakit, yaitu:
o Oklusi tuba Eustachio : obat tetes hidung dan antibiotik
o Hiperemis (pre supurasi) : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik dan
miringotomi
o Supurasi : antibiotik dan miringotomi
o Perforasi : antibiotik dan obat cuci telinga
o Resolusi : antibiotik

23
Stadium hiperemis (pre supurasi)
o Berikan golongan antibiotik penisilin/ampisilin selama minimal 7 hari.
Golongan eritromisin dapat digunakan jika alergi penisilin.
o Penisilin intramuskular(IM) adalah tatalaksana awal untuk mencapai
konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini mencegah terjadinya mastoiditis,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Stadium supurasi
o Lanjutkan antibiotik dan jika utuh, dapat lakukan tindakan miringotomi
yaitu tindakan perobekan pada sebagian kecil membran timpani sehingga
cairan yang kental dapat keluar sedikit-sedikit dan tidak menimbulkan
lubang yang besar, sehingga membran timpani tidak dapat sembuh.
Stadium perforasi
o Lanjutkan antibiotik dan pemberian obat cuci telinga, yaitu berikan
hidrogen peroksida 3% selama 3-5 hari, bersama pemberian antibiotik
yang adekuat, sekret yang hilang dan perforasi membran timpani akan
menutup kembali dalam 7-10 hari.
Stadium resolusi
o Lanjutkan pemberian antibiotik sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi

Tatalaksana penanganan nyeri


Merawat nyeri yang disebabkan oleh otitis media oleh analgesik topikal biasa
digunakan. Agen oral yang biasa digunakan termasuklah ibuprofen, acetaminophen,
dan/atau narkotik. Agen topikal yang biasanya efektif termasuklah antipyrine dan
tetes telinga benzocaine.

Obat telinga
Sebagai antiseptik dan anti infeksi. Biasanya adalah chloramphenicol,
gentamisin/ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal
(lidokain/benzokain).
Antiseptik telinga dengan kortikostreoid, pada kelompok obat telinga ini
selain ada antibiotik dan penghilang sakit lokal juga ditambah, kortikosteroid
yang berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi pada telinga.
Obat telinga lainnya diindikasikan untuk saluran telinga yang tersumbat oleh
kotoran yang mengeras.

6) Otitis media supuratif kronis

Definisi
Peradangan kronik pada telinga tengah, mastoid, membran timpani, dan ditemukan
sekret(otorea), purulen, bisa hilang timbul atau keluar secara berterusan. Sekret bisa
encer/kental, bening/berupa nanah, dan berlangsung lebih dari 2 bulan.

Faktor resiko
Kebersihan dan nutrisi jelek

24
Tempat tinggal padat
Suku (Eskimo, orang kulit hitam di Afrika Selatan); cenderung mendapat OMSK
Etiologi
Lingkungan
Genetik
Pernah mendapat otitis media sebelumnya
Infeksi : biasanya berasal dari nasofaring seperti adenoiditis, tensilitis, rhinitis,
sinusitis; mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachio
Autoimun
Alergi
Kelainan imunitas (humoral dan cell-mediated)
Gangguan fungsi tuba Eustachio
o Fungsi tuba Eustachio abnormal pada anak-anak cleft palate dan sindrom
Down
o Adanya tuba patulous (open) menyebabkan refluks isi nasofaring yang
menyebabkan tuba tersumbat maka tuba Eustachio berlaku edema.

Klasifikasi
Tipe tubotimpani (tipe jinak/rhinogen/benigna)
Adanya perforasi sentral atau pars stensa. Secara klinis, boleh dibagi 2 lagi :
o Penyakit aktif : terdapat sekret pada telinga dan tuli. Didahului oleh
perluasan infeksi saluran pernafasan atas melalui tuba Eustachio atau
setelah barang di mana kuman akan masuk melalui liang telinga luar.
o Penyakit tidak aktif : perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejalanya adalah tuli konduktif ringan, vertigo, tinitus
dan rasa penuh dalam telinga.
Tipe antikoantral (tipe malignan)
Adanya kolesteatoma dan berbahaya. Sering mengenai pars flasida dan ciri
khasnya adalah terbentuk kantong retraksi yang mengandung penumpukan keratin
hingga membentuk kolesteatoma. Ada dua tipe kolesteatoma :
Kongenital : memang dilahirkan dengan sisa kulit yang terperangkap di
telinga tengah, berkembang dari belakang membran timpani intak. Tiada
sejarah otitis media lain. Penyakit ini berkembang dari epitel skuamous
embrional.
Didapat

Perforasi membran timpani berupa :


Perforasi sentral : pada pars stensa, bisa anterior-inferior, posterior inferior dan
posterior superior
Perforasi marginal : pada pinggir membran timpani dengan erosi dari annulus
fibrosus. Perforasi di pinggir posterior superior berhubung dengan kolesteatoma.
Perforasi atik : pada pars flasida, berhubung dengan primary acquired
cholesteatoma.

Kolesteatoma biasanya terjadi akibat perforasi marginal. Terdapat 4 teori yaitu:

25
Teori migrasi : epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi ke dalam kavum
timpani, dan membentuk kolesteatoma. Terjadinya nekrosis dan terangkat ke atas.
Embrional sudah ada pulau-pulau kecil hingga menjadi kolesteatoma.
Teori metaplasia : Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia karena
infeksi
Ada pula kolesteatoma yang letaknya pada pars flasida (attic retraction
cholesteatoma)

Gejala klinis
Telinga berair (otorrhea)
Sekret bersifat purulen(kental, putih) atau mukoid (cair, encer) tergantung
stadium peradangan.
o OMSK tipe jinak : cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk
(sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi), hilang timbul dan lebih banyak
o OMSK stadium inaktif : tiada sekret telinga
o OMSK tipe ganas : unsur mukoid dan sekret telinga berkurang atau hilang
karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekretnya bertambah darah,
bau busuk berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip.
Telinganya juga ada tanda kolesteatoma.
o Sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah ke tuberkulosis.
Gangguan pendengaran
Biasanya konduktif namun bisa juga bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem penghantaran suara ke telinga tengah.
Otalgia (nyeri telinga) : hal ini karena terbentuknya drainase pus. Nyeri dapat
bererti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya duramater atau dinding sinus lateralis atau anyaman pembentukan
abses otak.
Vertigo : tanda telah terjadinya fistula labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatoma (sering pada kanalis semisirkularis horizontalis). Vertigo yang
timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
membran timpani yang menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu.
Tanda-tanda OMSK tipe malignan
o Adanya abses/fistula retroaurikular
o Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum
timpani
o Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatoma)
o Foto Roentgen mastoid adanya gambaran kolesteatoma

Diagnosa
Anamnesis
Pemeriksaan otoskopi : menunjukkan adanya letak perforasi
Pemeriksaan audiologi

26
Evaluasi audiometri (pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
dan udara) adalah penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran
dan untuk menentukan gap udara dan tulang
Darjah ketulian nilai ambang pendengaran :
Normal -10 – 26 dB
Ringan 27 – 40 dB
Sedang 41 – 55 dB
Sedang berat 56 – 70 dB
Berat 71 – 90 dB
Total > 90 dB

Pemeriksaan radiologi
o Projeksi Schuller : memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari
arah lateral dan atas, berguna untuk operasi karena memperlihatkan posisi
sinus lateral dan tegmen
o Projeksi Meyer atau Owen : tampak gambaran tulang-tulang pendengaran
dan atik untuk melihat kerusakan tulang-tulang
o Projeksi Stenver : memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus
dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius internal,
vestibulum dan kanalis semisirkularis
o Projeksi Chause III : memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga
dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik
o Politomografi dan/atau CT scan : gambaran kerusakan tulang akibat
kolesteatoma
Uji fistula
Pemeriksaan bakteriologi

Patofisiologi

Eksudat serosa (disebabkan virus) menjadi supuratif jika ada superimposed bacterial
infection. Otitis media akut yang sentiasa berulang ditambah lagi dengan kegagalan
resolusi bisa menjadi kronik.
Infeksi kronik akan menyebabkan perforasi gegendang telinga. Hal ini akan melibatkan
osikel dan juga labirin. Apabila telah tersebar pada ruang mastoid, kuman ini dapat
mempenetrasi ke dalam cranial vault dan boleh menyebabkan serebritis temporal atau
abses.
Kolesteatoma adalah lesi kistik yang diameternya 1-4 cm, dibarisi oleh epitelium
skuamous berkeratin/epitelium metaplasia yang mensekresi mukus dan diisi dengan
debris amorphous (terbentuk dari epitelium yang terdeskuamasi), kadang-kadang
mengandung kolesterol juga.
Inflamasi kronik/ perforasi gegendang telinga karena ingrowth epitelium
skuamous/metaplasia epitelium sekretorik telinga tengah akan menyebabkan
pembentukan squamous cell nest. Terbentuk kista yang dikelilingi oleh reaksi inflamasi
kronik. Jaringan ruptur dan memberikan efek bertambahnya reaksi inflamasi dan juga

27
terbentuk giant cells yang menutupi skuamous yang separuh nekrosis dan beberapa
debris yang lainnya.

Otitis media kronik terdiri daripada aktif dan inaktif.


Perforasi sentral pada membran timpani menyebabkan drainase dari cairan purulen dari
telinga tengah. Apabila perforasi makin ke perifer, epitelium skuamous dari kanal
auditori bisa memasuki telinga tengah melaluinya. Hal ini mengakibatkan adanya massa
keratinaceous debris (kolesteatoma) pada tempat invasi. Massa ini bisa membesar dan
bisa ke tulang yang akan mengakibatkan infeksi lainnya pula seperti meningitis, abses
otak, dan paralisis nervus kranialis VIII.

Patogenesis
Otitis media nekrotikans akut adalah awal penyebab otitis media supuratif kronik.
Pada anak dengan infeksi saluran pernafasan atas, bakteria menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachio ke telinga tengah dan selanjutnya terjadi infeksi di situ.

Respon imun di telinga tengah

Mediator peradangan oleh sel-sel imun infiltrat (netrofil, monosit, leukosit) serta
sel lokal sperti keratinosit dan sel mastoid

Menambah permeabilitas pembuluh darah dan pengeluaran sekret di telinga


tengah. Kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah
meningkat karenastimulasi bakteri

Akumulasi sel-sel radang

Mukosa tengah mengalami hyperplasia (dari


epitelium skuamous menjadi pseudostratified)

Otitis media supuratif kronik

Pseudomonas aeruginosa (48-90% kambuh pada pasien OMSK) – kebanyakannya

28
Memakai pili untuk melekat ke nekrotik/epitel yang rosak di telinga
tengah. Setiap melekat, menghasilkan protease, lipopolisakarida, dan
enzim-enzim lain yang mencegah terjadinya mekanisme imun tubuh.

Kerusakan nekrosis Terjadi komplikasi

Stafilokokus aureus merupakan penyebab kedua terbanyak.


Penatalaksanaan
Terapi bersifat lama, berulang-ulang dan bisa kambuh lagi. Terapi dibuat berdasarkan
jenis OMSK :
Tatalaksana OMSK aman (benigna; masih dalam mukosa) : konservatif atau
medikamentosa.
Apabila sekretnya keluar terus-menerus maka dikasi obat pencuci telinga berupa
larutan hidrogen peroksida 3% selama 3-5 hari. Jika sekretnya berkurang, maka
dirawat lanjut menggunakan antibiotik yang mengandungi kortikosteroid. Jika
OMSK yang sudah tenang, dapat diberikan obat tetes telinga, tetapi tidak
diberikan terus-menerus melebihi 1-2 minggu. Obat tetes yang dijual di pasar
adalah antibiotik yang ototoksik.
Obat yang bisa diberikan secara oral ialah antibiotik golongan penisilin,
eritromisi, jika resistansi terhadap ampisilin diganti dengan ampisilin asam
klavanat.
Jika sekret telah kering tetapi perforasi selama 2 bulan maka idealnya dilakukan
miringioplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan
infeksi secara permanen dan memperbaiki membran timpani yang perforasi dan
mencegah terjadi kerusakan atau komplikasi pendengaran yang berat dan
memperbaiki pendengara.
Tatalaksana OMSK tipe bahaya (malignan karena sudah mengenai tulang)
Operasi mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Tatalaksana konservatif
atau medikamentosa hanya dilakukan sebelum operasi. Apabila terdapat abses di
subperiosteal retroaurikular, sebarkan insisi abses terlebih dahulu sbelum
mastoidektomi.

Jenis-jenis operasi pada OMSK


Mastoidektomi sederhana
Biasanya dilakukan pada OMSK aman, jika pengobatan konservatif tidak
berkesan. Pembersihan mastoid daripada jaringan patologik dilakukan. Tujuannya
adalah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Dapat juga diperbaiki
pendengarannya.
Mastoidektomi radikal
Pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma (kista epitelial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin)) yang meluas. Pada operasi ini, rongga mastoid dan
kavum timpani semuanya dibersihkan dari semua jaringan patologik. Tujuannya
ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi
intracranial tetapi fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian yang didapati

29
ialah pasien tidak diperbolehkan untuk berenang seumur hidupnya dan pasien
harus teratur kontrol supaya infeksi tidak berulang. Pendengaran berkurang sekali
menyebabkan terganggunya karier atau pendidikannya.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bandy)
Dilakukan jika terdapat kolesteatoma di daerah akut, tetapi bukan merusak kavum
timpani, seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan. Tujuannya adalah membuang jaringan patologik dari mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang ada.

Meningoplasti
Jenis operasi membran timpani yang ringan atau disebut timpanoplasti tipe I.
Rekonstruksi yang dilakukan pada membran timpani dilakukan pada OMSK
aman yang sudah tenang dengan kerakan ringan akibat perforasi membran
timpani. Tujuannya ialah untuk mencegah infeksi berulang kembali pada telinga
tengah.
Timpanoplasti
Dilakukan pada OMSK aman dengan kerusakan yang lebih teruk atau OMSK tipe
aman yang tidak bisa diperbaiki dengan pengobatan medikamentosa. Tujuannya
ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Rekonstruksi membran timpani sering dilakukan. Rekonstruksi tulang
pendengaran dilakukan tetapi dengan timpanoplasti II, III, IV dan V. Sebelum
rekonstruksi, kavum timpani dieksplorasi dengan/atau tanpa mastoidektomi.
Tidak jarang operasi ini dilakukan dengan jangka waktu 6-12 bulan.
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
Pada OMSK tipe bahaya atau tipe aman dengan jaringan granulasi luas. Pada
awalnya bersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani.
Dikerjakan melalui 2 tahap (combined approach) melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpani posterior.
Pada OMSK tipe bahaya belum disepakati karena sering terjadi kekambuhan
kolesteatoma.

Pencegahan
Pemberian ASI minimal 6 bulan
Pencegahan ISPA pada bayi dan anak
Penghindaran memberikan susu botol saat berbaring
Penghindaran pajanan kepada asap rokok
Berenang kemungkinan besar tidak memberikan kesan kepada peningkatan resiko
otitis media

Komplikasi
Menurut Adams dkk.
o Komplikasi di telinga tengah
 Perforasi membran timpani persisten
 Erosi tulang pendengaran

30
 Paralysis N.facialis; biasanya didahului dengan erosi tulang oleh
kolesteatoma atau jaringan granulasi menyebabkan infeksi ke
dalam kanalis fasialis tersebut
o Komplikasi telinga dalam
 Fistula labirin
 Labirin supuratif
 Tuli saraf : sensorineural
o Komplikasi ekstradural
 Abses ekstradural
 Trombosis sinus
 Petrositis
o Komplikasi kesusunan saraf pusat
 Meningitis
 Abses otak
 Hidrosefalus otitis
Menurut Souza dkk.
o Komplikasi intratemporal
 Pada telinga tengah
 Paresis nervus fasialis
 Kerusakan tulang pendengaran
 Perforasi membran timpani
 Ke rongga mastoid
 Petrositis
 Mastoiditis koalugen
 Telinga dalam
 Labirinitis
 Tuli saraf
o Komplikasi ekstratemporal
 Intrakranial
 Abses ekstradural
 Abses subdural
 Abses otak
 Meningitis
 Hidrosefalus otitis
 Ekstrakranial
 Abses retroaurikular
 Abses Bezold
 Abses zigomatikus
Menurut Shambough dkk. (2003)
o Komplikasi intratemporal
 Perforasi membran timpani
 Mastoiditis akut
 Paresis N.fasialis
 Labirinitis
 Petrositis

31
o Ekstratemporal
 Abses subperiosteal
o Intrakranial
 Abses otak
 Tromboflebitis
 Hidrosefalus otitis
 Epiema subdura
 Abses subdura/ekstradural

Prognosis
Baik dengan kontrol infeksi yang baik
Penyembuhan dengan penurunan pendengaran bergantung kepada etiologi dan
penyebab
Tuli konduktif dapat dikoreksi dengan operasi
Tujuan terapi : untuk menyediakan telinga yang selamat untuk pasien

7) Interpretasi more info

Otoskopi : untuk melihat bagian-bagian telinga selepas pinna


o Kasus more info
 Telinga kirinya normal
 Telinga kanannya meradang, perforasi membran timpani
Rinoskopi anterior : rinoskop dimasukkan dari kavum nasi
Rinoskopi posterior : memakai spatula lidah, kaca nasofaring untuk melihat
nasofaring
Laringoskopi indirek : guna kaca laring, untuk melihat laring
Tes Rinne
Garpu tala di depan pinna terdengar lebih keras bermaksud ia (+), yaitu normal,
atau tuli sensorineural.
Garpu tala di depan mastoid lebih keras bermaksud ia (-), yaitu adanya tuli
konduktif.
Tes Weber
Garpu tala di garis tengah wajah. Lateralisasi ke telinga sehat merupakan tuli
sensorineural dan jika lateralisasi ke telinga sakit merupakan tuli konduktif. Jika
tiada lateralisasi, bermaksud kedua-dua telinga itu normal.
Tes Schwabach
Pemeriksaan ini membandingkan pasien dan pemeriksa, dengan syarat telinga
pemeriksa hendaklah normal. Garpu tala diletakkan di mastoid, jika sama-sama
mendengar maka telinganya normal. Apabila pasien masih dapat mendengar,
maka hasilnya memanjang dan itu adalah tuli konduktif. Jika pasien sudah tidak
dapat mendengar, hasilnya memendek dan itu adalah tuli sensorineural.
Fistula : untuk nistagmus dengan memakai balon Politzer yang dimasukkan udara.

32
Pasien akan merasa pusing/nistagmus, maknanya adanya (+) komplikasi telinga
dalam. Jika pasien tidak merasa apa-apa (-), maknanya normal atau labirin mati.
Posisi Schuller : bisa terlihat semua yang tampak di posisi Law dan atik/
epitimpanum (telinga tengah). Elevasi lateral dari berkas sinar X. Jika
pneumatisasi mastoid hilang, mungkin adanya infeksi. Jika adanya bayangan
radiolusen, maka adanya kolesteatoma.
Audiometri nada murni : tes memakai audiometer ini digunakan audiogram
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tipe tuli. Konduksi tulang atau udara
dicocokkan dengan ambang.

ULASAN
Pada pemicu kali ini, setiap persoalan yang timbul di dalam diskusi kelompok telah
dijelaskan di dalam pleno pakar. Pakar menjelaskan yang OMSK tipe aman dibedakan
dari tipe ganas oleh kawasan yang diliputinya. OMSK tipe aman atau benigna hanya
berada pada bagian mukosa, sedangkan untuk tipe ganas ia sudah meliputi kawasan
tulang. Dijelaskan juga yang kolesteatoma sentiasa di atik. Apabila adanya gelembung
udara (air bubble) di membran timpani, kiranya itu sudah terjadi efusi pada telinga
tengah dan keluarnya cairan serosa daripadanya.
Pada kolesteatoma, pasien mengalami deskuamasa sel dan menyebabkan bau busuk
karena terjadinya nekrosis pada tulang yang dibantu dengan enzim osteoklas. Beda antara
kolesteatoma kongenital dan didapat ialah kolesteastoma kongenital memiliki membran
timpani yang masih utuh dan isi dalamnya masih putih sedangkan pada kolesteatoma
didapat asalnya dari infeksi dan akan menyebabkan perforasi membran timpani.
Nistagmus dan vertigo yang terjadi adalah gangguan keseimbangan. Maka, pasien ini
sebenarnya mengalami OMSK dengan komplikasi labirinitis.

33
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan dan gejala klinis yang ada pada pasien ini, disimpulkan bahawa
pasien ini menghidap otitis media supuratif kronik. Pasien ini telah menjalani
pemeriksaan ketajaman pendengaran, radiologi, audiometri dan sebagainya. Dilakukan
juga pemeriksaan kultur efusi cairan telinga yang ada pada telinganya dan
dikonfirmasikan bahawa dia terinfeksi dengan pseudomonas aeruginosa.
Pasien ini, yakni F, harusnya diberikan penatalaksanaan yang standar untuk OMSK. Dia
bisa menjalani pengobatan konservatif atau medikamentosa, dan jika perlu bisa dilakukan
operasi untuk mencegah terjadi kerusakan atau komplikasi pendengaran yang berat dan
memperbaiki pendengaran.

34
DAFTAR PUSTAKA
1) Anil KL, Current Diagnosis and Treatment : Otolaryngology Head and Neck Surgery,
2nd Edition, copyrighted 2008 by the McGraw-Hill Companies, Inc., printed in USA;
Chapter 49 : Otitis Media; 655-665
2) Harjanto Effendi, Boeis Buku Ajar THT ©1994 Penerbit Buku Kedokteran ECG,
dicetak di Indonesia; Bab 6 : Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid; 107-117
3) Junquiera LC, Carneiro J; Basic Histology Text and Atlas, 11 th Edition, copyrighted
© 2005 by The McGraw-Hill Companies, Inc., printed in USA; Chapter 23 :
Photoreceptor and Audioreceptor System, Hearing: The Audioreceptor System; 469-
474
4) Katzung BG, Basic and Clinical Pharmacology, 10 th Edition, copyrighted by The
McGraw-Hill Companies, Inc., printed in Singapore; Chapter 51 : Clinical Use of
Antimicrobial Agents, table of empiric antimicrobial therapy based on site of
infection; 832t
5) Katzung BG, Basic and Clinical Pharmacology, 10 th Edition, copyrighted by The
McGraw-Hill Companies, Inc., printed in Singapore; Chapter 51 : Clinical Use of
Antimicrobial Agents, table of recommendations for nonsurgical antimicrobial
prophylaxis; 841t
6) PL Dhingra, Disease of Ear, Nose and Throat, 4 th Edition, copyrighted © 2007
Elsevier, printed in India; Chapter 4 : Assessment of Hearing; 22-24
7) PL Dhingra, Disease of Ear, Nose and Throat, 4 th Edition, copyrighted © 2007
Elsevier, printed in India; Chapter 10 : Disorders of Middle Ear; 61-65
8) PL Dhingra, Disease of Ear, Nose and Throat, 4 th Edition, copyrighted © 2007
Elsevier, printed in India; Chapter 11 : Cholesteatoma and Chronic Suppurative Otitis
Media; 66-73
9) Robbins and Cotran, Pathologic Basis of Disease International Edition, 7th Edition,
copyrighted by Elsevier Inc., printed in China; Chapter 16 : Head and Neck; Ears :
Inflammation Lesions; 788
10) Tortora GJ, Bryan D, Principles of Anatomy and Physiology, 11th Edition,
copyrighted by Biological Sciences Textbooks, Inc., and Bryan Derrickson, printed in
USA; Chapter 17 : The Special Senses, Anatomy of the Ear; 595-598
11) Tortora GJ, Bryan D, Principles of Anatomy and Physiology, 11th Edition,
copyrighted by Biological Sciences Textbooks, Inc., and Bryan Derrickson, printed in
USA; Chapter 17 : The Special Senses, Physiology of Hearing; 601-602
12) Tortora GJ, Bryan D, Principles of Anatomy and Physiology, 11th Edition,
copyrighted by Biological Sciences Textbooks, Inc., and Bryan Derrickson, printed in
USA; Chapter 17 : The Special Senses, Physiology of Equilibrium
13) E-book : Langman’s Medical Embryology, Chapter 16 : Ear; 403-414

35
14) E-book : Netter – Interactive Atlas of Human Anatomy v.3.0; Maxillary Artery; 116
15) E-book : Netter – Interactive Atlas of Human Anatomy v.3.0; Tympanic Cavity-
Lateral Wall; 221
16) E-book : Gray’s Anatomy
17) http://emedicine .medscape.com/article/764006-diagnosis
18) Buku penuntun blok Special Senses System
19) Nota kuliah blok Special Senses System

36

You might also like