You are on page 1of 9

1

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


FRAKSI KLOROFORM RELATIF NONPOLAR RIMPANG KUNYIT
PUTIH (Curcuma mangga Val)

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF SECONDARY METABOLITE
COMPOUND IN RELATIVELY NONPOLAR CHLOROFORM
FRACTION OF Curcuma mangga Val RHIZOME
Mita Arum Suryandari, Sri Atun, Nurfina Aznam
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Atun_1210@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengisolasi senyawa metabolit sekunder dalam
fraksi kloroform relatif nonpolar rimpang kunyit putih menggunakan metode
maserasi dengan pelarut metanol serta mengidentifikasi dan mengarakterisasi
senyawa metabolit sekunder berdasarkan hasil analisis spektrofotometer UV, IR
dan GC-MS.
Serbuk rimpang kunyit putih diisolasi menggunakan metode maserasi
dengan pelarut metanol. Ekstrak metanol yang diperoleh disaring dan dipekatkan
menggunakan evaporator. Ekstrak pekat lalu dipartisi menggunakan n-heksana.
Fraksi metanol yang didapat dipartisi menggunakan kloroform kemudian
dipekatkan. Setelah dipekatkan, dikelompokkan menggunakan KVC, KKG, dan
KLT sesuai kepolarannya. Identifikasi senyawa metabolit sekunder pada rimpang
kunyit putih menggunakan Spektrofotometer UV, IR dan GC-MS.
Hasil identifikasi dan karakterisasi senyawa metabolit sekunder fraksi
kloroform relatif nonpolar dalam rimpang kunyit putih yaitu Spektra UV
menunjukkan 2 puncak yang memiliki panjang gelombang maksimum sebesar
231,80 nm dan 283,80 nm. Spektra IR menunjukkan serapan ikatan C=O, C-H
alkana serta C-H aromatik. Kromatogram GC menunjukkan 37 puncak, senyawa
dominan terdapat pada puncak ke-31 yang memiliki persentase sebesar 11,94%,
base peak 98, dan memiliki indeks kemiripan (SI) dengan cis-mirtanol sebesar 79.
Puncak ke-26 kromatogram GC memiliki persentase sebesar 5,57%, base peak
149 dan menunjukkan indeks kemiripan (SI) dengan dioktil ftalat sebesar 94.

Kata kunci: isolasi, Curcuma mangga Val, fraksi kloroform

Abstract
The aims of this research was isolating the secondary metabolite
compound in relatively nonpolar chloroform fraction of Curcuma mangga Val
rhizome by maceration using solvent methanol and identifying and also
characterizing the secondary metabolite compound based on the
spectrophotometer analysis results of UV, IR and GC-MS.
2

Curcuma mangga Vals rhizome powder was isolated using maceration
method and used was methanol. The methanol extract obtained was filtered and
concentrated using an evaporator. The concentrated extract was partitioned using
n-hexane. Methanol fraction obtained was partitioned using chloroform and then
concentrated. After being concentrated, grouped using LVC, GCC, and TLC
according to the polarity. The identification of the secondary metabolites in
Curcuma mangga Val used UV, IR spectrophotometer and GC- MS.
The results of the identification and characterization of the secondary
metabolite compound in relatively nonpolar chloroform fraction of Curcuma
mangga Val rhizome showed 2 peaks of UV Spectra with maximum wavelength
of 231.80 nm and 283.80 nm. IR spectra showed the function groups of C=O, C-H
alkane, and C-H aromatic. GC chromatogram showed 37 peaks, the percentage of
dominant compound 11.94%, base peak 98, and similarity index (SI) with cis-
myrtanol at 79. Peak 26th's percentage of GC chromatogram of 5.57%, base peak
149 and shows the similarity index (SI) with dioctyl phthalate for 94.

Key words: isolation, Curcuma mangga Val, chloroform fraction

PENDAHULUAN
Pada tahun-tahun terakhir ini
fitokimia atau kimia tumbuhan telah
berkembang menjadi satu disiplin
ilmu tersendiri. Bidang perhatiannya
ialah aneka ragam senyawa organik
yang dibentuk dan ditimbun oleh
tumbuhan, yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, perubahan
metabolismenya, penyebarannya
secara alamiah, dan fungsi
biologinya [1].
Keanekaan dan jumlah
struktur molekul yang dihasilkan
oleh tumbuhan banyak sekali,
demikian juga laju kemajuan
pengetahuan kita tentang hal tersebut
pada saat ini. Kunyit putih (Curcuma
mangga Val) merupakan salah satu
dari banyak jenis kunyit yang akhir-
akhir ini banyak diteliti kandungan
kimianya. Tidak seperti Curcuma
longa dan Curcuma zedoaria yang
telah banyak diteliti, kandungan
kimia dan bioaktivitas C.mangga Val
belum banyak diketahui [2].
Curcuma mangga, Curcuma
zedoaria dan Curcuma longa
merupakan tumbuhan yang berasal
dari satu genus. Berdasarkan kaidah
kemotaksonomi bahwa tumbuhan
dari genus atau famili yang sama
kemungkinan mengandung senyawa
dengan kerangka struktur yang mirip.
Secara evolusi, tumbuhan telah
3

mengembangkan bahan kimia yang
merupakan produk metabolit
sekunder sebagai alat pertahanan
terhadap serangan organisme
pengganggu. Tumbuhan sebenarnya
kaya akan bahan bioaktif. Walaupun
hanya sekitar 10.000 jenis produksi
metabolit sekunder yang telah
teridentifikasi, tetapi sesungguhnya
jumlah bahan kimia dapat
melampaui 400.000 jenis senyawa
[3]. Senyawa metabolit sekunder
merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan
sebagai pelindung tumbuhan dari
gangguan hama penyakit.
Penelitian kunyit putih ini
dilakukan untuk menentukan
senyawa metabolit sekunder yang
diisolasi dari fraksi kloroform kunyit
putih relatif nonpolar. Metode yang
digunakan untuk mengisolasi
senyawa metabolit sekunder pada
kunyit putih adalah maserasi
menggunakan pelarut metanol
kemudian dilanjutkan partisi dengan
n-heksana kemudian dipartisi
kembali dengan kloroform.
Pemisahan dan pemurnian dilakukan
dengan kromatografi vakum cair
(KVC), kromatografi kolom gravitasi
(KKG), dan kromatografi lapis tipis
(KLT). Identifikasi senyawa
metabolit sekunder dilakukan dengan
spektrofotometer UV, IR dan GC-
MS.

METODE PENELITIAN
1. Isolasi
Proses isolasi diawali dengan
maserasi menggunakan pelarut
metanol teknis. Ekstrak metanol
yang diperoleh kemudian dievaporasi
sehingga diperoleh ekstrak pekat
kemudian ekstrak tersebut dipartisi
menggunakan pelarut n-heksana dan
kloroform. Setelah dievaporasi,
diperoleh fraksi kloroform pekat.
Dengan menggunakan KVC,
diperoleh fraksi kloroform hasil
KVC relatif nonpolar. Untuk
memurnikan senyawa pada fraksi
relatif nonpolar dilakukan
impregnasi dan pemisahan
menggunakan KKG. Setelah itu,
diuji kemurnian senyawa
menggunakan KLT.
2. Identifikasi
Apabila telah diperoleh noda
tunggal maka senyawa tersebut
4

diduga merupakan senyawa murni,
kemudian pada senyawa murni
tersebut dilakukan identifikasi
menggunakan spektrofotometer UV,
IR dan GC-MS untuk memperoleh
struktur dan nama senyawa yang
diperoleh.

PEMBAHASAN
Proses pembuatan serbuk
diawali dengan memilih rimpang
kunyit putih yang segar dan berbau
seperti aroma mangga. Setelah itu
dikupas kulitnya, ditimbang
kemudian dicuci sampai bersih
dengan air mengalir. Rimpang yang
telah dicuci bersih kemudian diiris
tipis-tipis kemudian dikeringkan
menggunakan oven. Suhu
pengeringan sangat berpengaruh
terhadap kualitas, terutama pada
perubahan kadar fitokimia atau
senyawa aktif. Hasil penelitian Huda
et al. [4] menunjukkan bahwa
perbedaan kondisi pengeringan
mempengaruhi kandungan
kurkuminoid dalam rimpang
temulawak. Pengeringan oven (60
0
C)
menghasilkan simplisia temulawak
dengan warna lebih cerah, lebih
getas, dan kandungan kurkuminoid
lebih banyak daripada pengeringan
lampu (20
0
C). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan oven yang
menggunakan lampu sebagai alat
pengeringnya. Setelah kering, sampel
dihaluskan dengan cara digiling
kemudian serbuk hasil gilingan di
ayak. Setelah selesai, serbuk
ditimbang dan diketahui massa
serbuknya sebesar 4 kg.
Menurut Harborne [1],
alkohol merupakan pelarut serba
guna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan. Metanol banyak
digunakan sebagai pelarut maserasi
karena metanol mampu melarutkan
hampir semua senyawa metabolit
sekunder. Pada proses maserasi,
serbuk kunyit putih dilarutkan dalam
metanol teknis kemudian digojok
sesekali agar larutan homogen.
Perbedaan konsentrasi zat aktif di
dalam dan di luar sel akan
memunculkan gaya difusi, larutan
yang terpekat akan didesak menuju
keluar dan berusaha mencapai
keseimbangan konsentrasi antara zat
aktif di dalam dan di luar sel. Proses
keseimbangan ini akan berhenti,
setelah terjadi keseimbangan
konsentrasi (jenuh). Apabila larutan
5

telah jenuh, akan ada zat aktif yang
masih belum larut dalam pelarut.
Untuk itu, dilakukan remaserasi
sebanyak 2 kali agar zat aktif yang
belum larut, bisa larut dalam pelarut.
Setelah proses maserasi selesai,
ekstrak metanol hasil maserasi
disaring agar hilang pengotornya.
Ekstrak metanol kemudian
dipekatkan menggunakan evaporator.
Proses partisi dilakukan
dengan menggunakan corong pisah.
Partisi pertama dilakukan dengan
menggunakan pelarut n-heksana
teknis. Ekstrak metanol yang larut
dalam n-heksana teknis ditampung
sebagai residu. Ekstrak metanol yang
tidak larut dalam n-heksana dipartisi
lagi menggunakan pelarut kloroform
p.a. Ekstrak metanol yang larut
dalam kloroform (fraksi kloroform)
ditampung dan digunakan pada
proses KVC. Fraksi kloroform
terlebih dahulu dipekatkan
menggunakan evaporator. Tahap
selanjutnya, pemisahan dilakukan
dengan beberapa teknik kromatografi
meliputi KVC, KLT, dan KKG.
Analisis menggunakan
spektrofotometer UV memiliki
tujuan untuk mengetahui adanya
gugus kromofor yang menyebabkan
transisi elektronik pada senyawa
yang diidentifikasi. Gugus kromofor
merupakan gugus fungsi yang
menyerap radiasi pada daerah dekat
sinar tampak. Pelarut yang
digunakan adalah metanol yang
dapat melarutkan hampir semua
senyawa dengan baik dan tidak
menyerap radiasi sinar UV oleh
karena itu koreksi pelarut untuk
metanol adalah 0 nm. Hasil analisis
spektrofotometer UV menunjukkan
dua panjang gelombang maksimum
pada 231,80 nm dan 283,80 nm.
Terjadi transisi elektronik pada
panjang gelombang maksimum
231,80 nm dari n * sedangkan
pada panjang gelombang
maksimum 283,80 nm terjadi
transisi elektronik dari n *.

6


Gambar 1. Spektra UV senyawa hasil isolasi kunyit putih
fraksi kloroform relatif nonpolar
Spektrofotometer infra red
(IR) digunakan untuk mengetahui
adanya gugus fungsi yang
terdapat pada senyawa yang
diidentifikasi. Hasil analisis
spektrofotometer IR
menunjukkan serapan gugus C-H
aromatik pada bilangan
gelombang 3078,96 cm
-1
. Dua
serapan gugus C-H alkana pada
bilangan gelombang 2925,44 dan
2851,06 cm
-1
. Bilangan
gelombang 1760,51 cm
-1

menunjukkan serapan gugus
C=O karbonil.


Gambar 2. Spektra IR senyawa hasil isolasi kunyit putih
fraksi kloroform relatif nonpolar
7

Senyawa hasil isolasi
kemudian diidentifikasi
menggunakan GC-MS. Tujuan
analisis menggunakan GC-MS
untuk mengetahui persen
kemurnian senyawa yang
dianalisis. Senyawa dominan
yang diperoleh pada GC-MS
berbeda dengan yang diperoleh
dari spektrofotometer UV dan IR.
Pada kromatogram GC (Gambar
3) terdapat 37 puncak dengan
puncak tertinggi pada puncak ke-
31.

Gambar 3. Kromatogram GC-MS senyawa hasil isolasi
kunyit putih fraksi kloroform relatif nonpolar

Senyawa hasil isolasi
kemudian diidentifikasi
menggunakan GC-MS. Tujuan
analisis menggunakan GC-MS
untuk mengetahui persen
kemurnian senyawa yang
dianalisis. Senyawa dominan
yang diperoleh pada GC-MS
berbeda dengan yang diperoleh
dari spektrofotometer UV dan IR.
Puncak 31 memiliki persentase
kemurnian sebesar 11,94% saja
dengan waktu retensi 30,363
menit. Kemudian pada spektrum
massa menunjukkan pola
fragmentasi senyawa yang
dianalisis. Base peak senyawa
dominan adalah 98. Base peak
merupakan puncak tertinggi
dalam spektrum massa yang nilai
intensitasnya sebesar 100%.
Library spektrum massa tidak
ada yang menunjukkan pola
fragmentasi yang sama dengan
senyawa dominan. Senyawa
dominan memiliki SI sebesar 79
dengan pola fragmentasi cis-
mirtanol dan tidak cocok dengan
data spektra UV dan IR.
8

Kromatogram GC pada
puncak ke-26 memiliki
persentase kemurnian sebesar
5,57% dengan waktu retensi
29,206 menit, dan base peak 149.
Spektra massa yang ditunjukkan
puncak ke-26 memiliki SI
sebesar 94 dengan senyawa
dioktil ftalat serta menunjukkan
spektra massa yang mendukung
spektra UV dan IR. Senyawa
dioktil ftalat memiliki berat
molekul sebesar 390.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan
maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Senyawa metabolit sekunder
hasil isolasi rimpang kunyit
putih dapat diisolasi
menggunakan metode
maserasi menggunakan
pelarut metanol.
2. Hasil identifikasi dan
karakterisasi senyawa
metabolit sekunder fraksi
kloroform relatif nonpolar
yang terdapat dalam rimpang
kunyit putih berdasarkan
hasil analisis
spektrofotometri UV, IR dan
GC-MS adalah
Spektrofotometri UV
menghasilkan 2 puncak yang
memiliki panjang gelombang
maksimum masing-masing
sebesar 231.80 nm dan
283.80 nm, Spektrofotometer
IR menunjukkan serapan
ikatan C=O, C-H alkana,
serta C-H aromatik.
Kromatogram GC
menunjukkan 37 puncak,
senyawa dominan terdapat
pada puncak ke-31 yang
memiliki persentase sebesar
11,94%, base peak 98, dan
memiliki indeks kemiripan
(SI) dengan cis-mirtanol
sebesar 79. Puncak ke-26
kromatogram GC memiliki
persentase sebesar 5,57%,
base peak 149 dan
menunjukkan indeks
kemiripan (SI) dengan dioktil
ftalat sebesar 94 .
9


DAFTAR PUSTAKA
[1].
Harbone J .B,. (1987). Metode
Fitokimia: Penuntun Cara
Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerjemah: K.
Padmawinata dan I. Soediso.
Bandung : Penerbit ITB.
(Harborne, J .B., 1987: 1)
[2]. Aryo Tedjo , Dondin Sajuthi,
dan Latifah K. Darusman.
(2005). Aktivitas
Kemoprevensi Ekstrak
Temu Mangga. Makara,
Kesehatan, vol.9, no.2.
Hlm.57-62.
[3]. Kardinan, A. (2002). Pestisida
Nabati: Ramuan dan
aplikasi cetakan ke-4.
J akarta: Penebar Swadaya.
[4]. Huda, B. Cahyono, dan L.
Lenawati. (2008). Pengaruh
Proses Pengeringan terhadap
Kandungan Kurkuminoid
dalam Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrizha
Roxh.). Jurnal Skripsi.
Semarang: UNDIP.


Artikel ini telah disetujui untuk diterbitkan Artikel ini telah direview
oleh pembimbing I pada tanggal pada tanggal


Prof. Dr. Sri Atun
NIP 19651012 199001 2 001 NIP

You might also like