You are on page 1of 131

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

(Kode MK/SKS : 265H2203/3 sks)


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
BUKU AJAR
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
(Kode MK/SKS : 265H2203/3 sks)
Oleh :
Makhrani, S.Si, M.Si
Program Studi Geofisika
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
2012
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
LKPP UH
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
Judul Buku/Mata Kuliah : Geologi Minyak dan Gas Bumi
Nama Lengkap : Makhrani, S.Si, M.Si
Penanggung Jawab Penulisan : Makhrani, S.Si, M.Si
N I P / N I D N : 19720227 199802 2 002 / 0027027201
Pangkat/Golongan : Penata / IIIc
Program Studi : Geofisika
Fakultas : MIPA
Email : rani_anshar@yahoo.co.id
Anggota Tim Penulis : -

Biaya : Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)
Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas
Hasanuddin tahun 2012 sesuai SK Rektor Unhas
No
Makassar, 25 November 2012
Dekan Fakultas Mipa Penanggungjawab Penulisan
Prof. Dr. H. Abd Wahid Wahab, M.Sc Makhrani, S.Si, M.Si
NIP . 19490827 197602 1 001 NIP 19720227 199802 2 002
Mengetahui,
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc.
NIP 19630501 198803 1 004
KATA PENGANTAR
Atas rakhmat Allah Yang Maha Pengasih serta terdorong oleh hasrat hati
untuk menyumbangkan sesuatu yang Insyaallah bisa berguna dalam
memperlancar proses pembelajaran khususnya pada program studi geofisika
Jurusan Fisika FMipa Unhas, dengan ini kami persembahkan satu buku ajar
untuk mata kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi yang disusun secara
sederhana agar mudah dipahami oleh mahasiswa terutama untuk para peminat
mata kuliah ini.
Maksud dan tujuan buku ajar ini yaitu sebagai bahan pembelajaran dan
pedoman untuk lebih memahami bagaimana kaitan antara kondisi geologis
dengan keberadaan minyak dan gas bumi, dimana faktor ini biasanya
melibatkan metode-metode geofisika seperti seismic, geoloistrik dll.
Struktur materi dalam buku ajar ini diawali dengan penjelasan tentang
istilah-istilah dasar yang ada dalam Geologi Minyak dan Gas Bumi serta
keterkaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain. Pada Bagian selanjutanya disajikan
pembahasan tentang hakikat minyak dan gas bumi sebagai bahan hidrokarbon
sampai pada bagian akhir yang berbicara tentang tahapan-tahapan eksplorasi
migas bahkan juga daerah-daerah yang potensil mengandung minyak dan gas
bumi. Jadi secara terpadu materi yang disajikan diharapkan mampu memberi
nilai tambah dalam proses pembelajaran, selain itu pula karena mata kuliah ini
sangat membantu dalam memberikan pemahaman sebagai modal dalam
memasuki dunia kerja khususnya dibidang industri minyak yang memang
sangat terkait sekali dengan program studi geofisika.
Kami menyadari bahwa buku ajar ini masih harus diperbaharui lebih
lanjut, untuk itu segala masukan dan kritikan yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan. Ucapan terimah kasih juga tak lupa kami haturkan kepada
LKPP yang telah memberikan kepercayaan dan bantuan dana untuk
penyusunan buku ajar ini. Akhir kata mudah-mudahan bermanfaat. Wassalam
Makassar Oktober 2012
Penyusun
Ii
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Senarai Kata Penting iv
Bab I Pendahuluan 1
A. Profil Lulusan Program Studi 1
B. Kompetensi Lulusan 1
C. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 3
D. Garis Besar Program Pengajaran (GBRP) 5
Bab II Arti Penting Minyak dan Gas Bumi 8
Bab III Hakikat Minyak dan Gas Bumi 22
Bab IV Cara Terdapatnya Minyak dan Gas Bumi 35
Bab V Batuan Reservoir 43
Bab VI Perangkap Reservoir 54
Bab VII Asal Minyak dan Gas Bumi 63
Bab VIII Batuan Induk, Pematangan, Migrasi Serta Akumulasi
Minyak dan Gas Bumi 81
Bab IX Eksplorasi MInyak dan Gas Bumi 92
Bab X Geologi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia 101
Evaluasi 118
Penutup 119
Daftar Pustaka 122
Pernyataan Keaslian Baku Ajar 123
Iii
SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)
Antiklin : Suatu lipatan ke atas yang berbentuk busur (arc)
Akumulasi minyak : cara terdapatnya minyak yang dalam jumlah besar atau
dari segi ekonomi terkumpul secara menguntungkan.
Back arc basin : Cekungan yang berbentuk busur yang terjadi akibat penipisan
kerak dibelakang busur magmatic.
Basalt : Batuan beku berbutir halus dengan komposisi gabro.
Bidang perlapisan : Bidang yang memisahkan lapisan-lapisan batuan
sedimen.
Eksplorasi : tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
Eksplorasi minyak dan gas bumi : Semua kegiatan dari permulaan sampai
akhir dalam usaha dan penambahan cadangan minyak bumi yang baru.
Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan
Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas
pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan
Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
Fasies : Kelompok sifat yang dapat dibedakan dalam satuan batuan.
Fossil : Sisa kehidupan masa lampau yang terawetkan.
Formasi : Satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi. Formasi harus
memiliki keseragaman atau gejala-gejala litologi yang nyata baik terdiri dari satu
macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih ; beberapa
jenis batuan yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari satuan formasi lainnya.
Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses
penambangan Minyak dan Gas Bumi.
Kerogen : Bahan organik, tidak larut, dijumpai pada batuan sedimen terutama
shale.
Lapangan minyak : Daerah yang dibawahnya mempunyai akumulasi minyak
dalam beberapa telaga minyak dan terdapat dalam suatu gejala geologi yang
sama.
Lipatan : Pelengkungan atau flexure pada batuan.
Migrasi : Pergerakan minyak atau gas dari batuan induk ke batuan reservoir.
Migrasi Primer : Keluarnya minyak dan gas bumi dari batuan induk dan
masuk ke batuan lapisan penyalur (carrier bed)
Migrasi Sekunder : Pergerakan minyak dan gas bumi dari lapisan penyalur ke
tempat akumulasi (tempat tetes-tetes atau gumpalan-gumpalan minyak
terkumpul atau terperangkap).
Minyak dan gas bumi ialah bahan-bahan galian minyak bumi, aspal, lilin
bumi, semua jenis bitumen baik yang padat maupun yang cair dan semua gas
bumi serta semua hasil-hasil pemurnian dan pengolahan bahan-bahan galian
antrasit dan segala macam batu bara, baik yang tua maupun yang muda.
Oil shale : Shale yang kaya akan hidrokarbon.
Oil shows : Terdapatnya dalam jumlah kecil atau sebagai tanda-tanda minyak.
Perangkap minyak : Bentuk lapisan penyekat yang sedemikian rupa sehingga
minyak tidak dapat lari kemana-mana lagi.
Perangkap Struktur : Perangkap minyak yang dibentuk karena gaya tektonik
atau struktur misalnya pelipatan dan pematahan.
Perangkap Stratigrafi : Perangkap minyak yang terjadi karena berbagai variasi
lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian dalam kelanjutan
penyaluran minyak dalam bumi.
Permeabilitas : sifat dari batuan reservoir yang mampu meloloskan fluida atau
cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk
atau kerangka batuan tersebut.
Pertambangan : sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang
Porositas : Perbandingan (dalam persen) antara pori-pori dalam batuan
dengan volume batuan.
Propinsi atau daerah minyak : daerah dimana sejumlah telaga dan lapangan
minyak berkelompok dalam lingkungan geologi yang sama.
Rembesan (seep) : Bentuk keberadaan minyak bumi dipermukaan yang tidak
mempunyai nilai komersil tetapi bisa menunjukkan daerah kemungkinan
adanya minyak di bawah permukaan.
Reservoir : Wadah dimana minyak terkumpul.
Sesar : Permukaan dimana tubuh batuan patah dan bergeser.
Shale : Batuan sedimen klastik berbutir halus akibat konsolidasi lempung dan
lumpur.
Tar : Minyak bumi sangat kental, tidak dapat mengalir.
Tekanan reservoir : Tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi rongga
reservoir, baik gas, minyak maupun air.
Tektonik : Studi mengenai pergerakan dan deformasi litosfer.
Telaga minyak : Bahagian dari suatu reservoir yang seluruhnya terisi oleh
minyak.
Usaha Pertambangan : kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang
BAB I PENDAHULUAN
A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI
Kelulusan mahasiswa dari Program Studi Geofisika dikendalikan dari
mutu lulusan yang menyangkut sikap wawasan dan kemampuan. Tingkat
kompleksitas dan spesifikasi pengetahuan dasar dari lulusan Program Studi
Geofisika memerlukan kematangan intelektual yang perlu pengembangan yang
meliputi bidang-bidang:
a. Kognitif menyangkut kematangan wawasan
b. Psikomotorik menyangkut ketarmpilan
c. Afektif menyangkut kematangan sikap/perilaku
d. Kemandirian menyangkut kemampuan tindakan pengelolaan yang
dimanifestasikan dalam mutu peneitian.
Berdasarkan pengembangan bidang-bidang tersebut di atas, maka profil
lulusan Program Studi Geofisika dan komponennya disusun sebagai berikut:
1. Kepribadian : Memiliki integritas dan etika ilmiah yang tinggi dalam
berkehidupan bermasyarakat serta movitasi yang tinggi
untuk bekerja sepanjang hayat.
2. Profesionalisme :Memiliki kemampuan dan ketrampilan pengembangan
metode ilmiah berdasarkan pemahaman knowledge
foundation dalam bidang lingkungan, sumberdaya alam dan
informasi.
3. Kecendekiaan : Memiliki dasar keilmuan geofisika yang kuat dan
keterampilan yang tinggi untuk menyelesaikan masalah
IPTEKS, sosial budaya masyarakat.
4. Adapatsi : Memiliki kemampuan keilmuan dan keterampilan untuk
beradaptasi dan bekerja sama dalam kegitan lintas displin.
B. KOMPETENSI LULUSAN
Pernyataan kompetensi PS Geofisika Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin berdasarkan Kepmendiknas No. 045/U/2002 adalah sebagai
berikut:
1
a. Kompetensi Utama (U)
1. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama, etika dan tanggung
jawab profesional sebagai sarjana geofisika.
2. Memiliki pengetahuan dasar geofisika secara komprehensif sehingga
mereka dapat berprofesi sebagai ahli geofisika melalui penguasaan
secara operasional sains dasar (matematika, fisika, kimia, biologi,
geologi), disamping ilmu geofisika secara umum.
3. Memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan permodelan
matematis/fisis berbagai proses geofisika.
4. Memiliki pengetahuan keahlian dalam merancang dan melaksanakan
survei geofisika praktis secara lengkap (pengumpulan data, pemrosesan
data, dan interpretasi) dan menuangkan hasilnya dalam bentuk laporan
penelitian.
5. Memiliki penguasaan secara operasional semua metode geofisika (a.l.
seismik, gravitasi, magnetik, elektrik, elektromagnetik, termik, radio-
aktivitas), metode survey hidro-oseanografi dan prediksi cuaca yang
akurat.
b. Kompetensi Pendukung (P)
1. Mampu berkomunikasi secara efektif dalam bidang geofisika khususnya
dan masyarakat luas dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
2. Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu geofisika dalam
melakukan mitigasi dan adaptasi bencana alam.
3. Mandiri untuk belajar lebih lanjut (mengembangkan diri) dan berfikir
secara logis dan analitis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi secara profesional.
c. Kompetensi Lainnya
1. Memiliki pemahaman, kesadaran dan kearifan tentang berbagai aspek
sosial, ekonomi dan budaya akibat dampak laju perkembangan IPTEKS
yang pesat.
2. Memiliki integritas, adaptif, mampu bekerjasama (team work) dan memiliki
etika ilmiah yang tinggi baik dalam lingkungan kerja maupun dalam
berkehidupan di masyarakat.
2
3. Memiliki kesadaran, kepedulian dan komitmen terhadap perlindungan dan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Hubungan antara profil lulusan dan kompetensi lulusan Program Studi
Geofisika ditunjukkan pada Tabel-1.
Tabel-1 Matriks hubungan antara Profil dan Kompetensi Lulusan
Profil Lulusan
Kompetensi yang seharusnya dimiliki
Kompetensi
Utama
Kompetensi
Pendukung
Kompetensi
Lainnya
Kepribadian U1 P1 L1, L2
Profesionalisme U4, U5 P2 L3
Kecendekiaan U2, U3 P1 L3
Adapatsi U1 P5 L2
C. ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, pimpinan fakultas
mensyaratkan kehadiran mahasiswa 80 persen untuk dapat mengikuti ujian
akhir seperti yang tertuang di dalam Peraturan Akademik Universitas
Hasanuddin. Aturan yang sama juga berlaku bagi penyajian materi matakuliah,
dimana hanya matakuliah yang telah memproses kegiatan belajarnya di kelas
minimal 80 persen yang dapat diujikan di akhir semester. Dosen yang tidak
melaksanakan tugas perkuliahan dengan baik, diingatkan pada setiap rapat
rutin di tingkat jurusan.
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan kualitas lulusan, maka
dilakukan evaluasi untuk mengetahui: (1) kesesuaian materi perkuliahan
dengan GBRP; (2) penguasaan materi oleh dosen; (3) sistematika penyajian;
(4) penguasaan alat bantu (media elektronik, hand-out); (5) kemampuan
memberikan umpan-balik terhadap tanggapan (pertanyaan dan komentar)
3
mahasiswa; dan (6) kemampuan dosen mengkomunikasikan materi
perkuliahan.
Selain itu kurikulum merupakan bagian yang sangat penting untuk
pelaksanaan proses pembelajaran. Revisi kurukulum dilakukan setiap selang
waktu tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna lulusan (industri,
institusi swasta dan pemerintah). Struktur kurikulum yang dijalankan oleh
Program Studi Geofisika berdasarkan kelompok matakuliah sesuai dengan
Kepmendiknas No. 232/U/2000. KBK ini terbagi ke dalam lima kelompok
matakuliah, yaitu:
1. MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian), yang berbobot: 12 sks (7,3
%)
2. MKK (Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan), yang berbobot: 72 sks (43,4
%)
3. MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya), yang berbobot: 56 sks (33,7 %)
4. MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya), yang berbobot: 11 sks (6,6 %)
5. MBB (Matakuliah Berkehidupan Bersama), yang berbobot: 15 SKS (9,0 %)
D. GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)
Garis Besar Rencana Pembelajaran untuk mata kuliah Geologi Minyak
dan Gas Bumi disajikan pada halaman berikut :
4
GARISBESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN
MATAKULIAH : GEOLOGI MINYAKDAN GASBUMI
KODE MATAKULIAH : 265H2203
DOSEN PENGAMPU : MAKHRANI,S.Si, M.Si ; SABRIANTO ASWAD, S.Si, M.Si
Matakuliah Prasyarat : Geologi Dasar
Kompetensi Utama : Kemampuan memiliki pemahaman dan penguasaan tentang dasar-dasar dalamGeologi Minyak dan Gas Bumi yang Meliputi
Pengertian, Asal Mula, Keberadaan Migas, Kegiatan Eksplorasi Serta Perkembangan Industri Minyak dan Gas Bumi.
Kompetensi Pendukung : Dapat Melakukan Interpretasi Terhadap Rekaman Seismik Pantul dan Mamahami Tentang Keberadaan Minyak dan Gas Bumi
Kompetensi Lainnya : Kemampuan menjadi pribadi yang mempunyai visi untuk tetap melestarikan sumber daya alam
Memiliki pemahaman dan penguasaan tentang optimalisasi eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
Kemampuan berinteraksi secara berkelompok
Minggu
ke
Sasaran Pembelajaran Materi Pembelajaran Strategi Pembelajaran Kriteria Penilaian Bobot
Nilai (%)
1 Membentuk kelompok belajar Kontrak Perkuliahan Ceramah
2 Menjelaskan pengertian
minyak dan gasbumi serta
sejarah dan perkembangan
industri minyakbumi di
Pendahuluan Ceramah +tugas mandiri Ketepatan penerapan konsep
dan kejelasan uraian
5%
Indonesia
3 Menjelaskan Hakikat minyak
dan gas bumi dalam bentuk
hidrokarbon padat, cair dan
gas
Hakikat minyak dan gas
bumi dalam bentuk
hidrokarbon padat, cair
dan gas
Ceramah interaktif +Tugas
Mandiri
Ketepatan penerapan konsep
pada jawaban
10%
4 Menjelaskan cara terdapatnya
minyak dan gas bumi pada
permukaan, dalam kerak
bumi dan penyebarannya
Cara terdapatnya Minyak
dan gas bumi
CeramahInterakif +
Collaborative Learning +tugas
kelompok
Ketepatan penerapan konsep
dan kejelasan uraian
10 %
5-6 Menjelaskan pengertian
permeabilitas, hakekat rongga
pori, batuan reservoir, dan
jenis-jenis batuan
reservoir
Batuan Reservoir Collaborative Learning +Tugas
kelompok
Ketepatan penerapan konsep
dan kejelasan uraian
10%
7-8 Memahami perangkap migas
dalam keadaan hidrostatik,
perangkap struktur,
perangkap stratigrafi,
ketidakselarasan, perangkap
sekunder dan perangkap
desitter
Perangkap Reservoir Small Group Disscussiondan
presentasi
Ketepatan penerapan konsep
dan kejelasan uraian
10 %
8-9 Memahami teori asal
anorganik, teori organik,
akumulasi mibas, pengawetan
dan transformasi zat organik
dalam sedimen
Asal Minyak dan Gas Bumi Small Group Disscussion dan
presentasi
Ketepatan penerapan konsep
dan kejelasan uraian
10%
10-11 Memahami konsep batuan
induk, penentuan batuan
Batuan induk,
Pematangan, Migrasi serta
Small Group Disscussion dan
presentasi
Ketepatan penerapan konsep
dan kejelasan uraianserta
10%
induk, pematangan migas,
migrasi dan proses
akumulasinya
Akumulasi Migas kerjasama tim
12-13 Mengetahui dan memahami
hal-hal yang berkaitan dengan
eksplorasi migas serta
tahapan-tahapan eksplorasi
Eksplorasi Minyak dan Gas
Bumi
Collaborative Learning Kejelasan uraian serta
kerjasama tim
10%
14-15 Mengetahui daerah-daerah
yang potensil mengandung
migas di Indonesia serta
memahami beberapa
cekungan minyak yang ada di
Indonesia
Geologi Minyak dan Gas
Bumi di Indonesia
Study Case Ketepatan penerapan konsep
dan contoh serta kejelasan
uraian
5 %
16 Mengingat kembali
pemahaman konsep dari
keseluruhan isi materi yang
telah diperoleh
Evaluasi Final Test Ketepatan penerapan konsep
pada jawaban
15 %
Referensi :
1. Koesoemadinata.R.P.1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi ; Jilid 1, Penerbit ITB Bandung.
2. Koesoemadinata.R.P.1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi ; Jilid 2, Penerbit ITB Bandung.
3. Ginanjar. 1984. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Diktat. Workshop Geofisika. Unpad. Bandung
4. Skinner.b.j.1980. Earths Energy and Mineral Resources. William Kaufumann inc Los Altos
BAB II
ARTI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA SEJARAH
PERKEMBANGAN INDUSTRI MIGAS
II.1 PENDAHULUAN
Pada materi ini ada beberapa sasaran belajar yang akan dicapai yaitu
terdiri dari sasaran umum dan sasaran khusus. Adapun sasaran umumnya
yaitu ; mahasiswa diharapkan mempunyai pemahaman yang luas tentang arti
pentingnya minyak dan gas bumi serta mengetahui sejarah perkembangan
industry migas.
Sasaran khususnya yaitu :
Mahasiswa mengetahui beberapa pengertian dasar yang akan sering
dijumpai pada materi ini
Mahasiswa memahami beberapa keunggulan migas sebagai sumber
energy
Mahasiswa mengetahui ruang lingkup Geologi Minyak dan Gas Bumi
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang sejarah migas khususnya
yang menyangkut sejarah metoda eksplorasi di Indonesia
Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan yaitu :
Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang
kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang
nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.
II.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
II.2.1 ARTI MINYAK DAN GAS BUMI
Minyak dan gas bumi merupakan istilah Indonesia yang pemakaiannya
telah mendarah daging pada kita. Sebelumnya, kita lebih banyak menggunakan
istilah minyak tanah yang berarti minyak yang berasal dari dalam tanah untuk
mendefenisikan arti minyak bumi/minyak mentah. Selain itu, istilah gas bumi
yang dalam bahasa Inggris disebut Earth Gas juga tidak banyak digunakan.
8
Istilah yang lazim digunakan pada masyarakat kita untuk mendefenisikan gas
bumi adalah Liquid Petroleum Gas (LPG). Dengan diketahuinya bahwa minyak
bumi terdapat bersama-sama dengan gas bumi, maka istilah yang lazim yang
digunakan sekarang adalah minyak dan gas bumi.
Menurut Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan
Minyak Dan Gas Bumi, yang dimaksud dengan minyak dan gas bumi ialah
bahan-bahan galian minyak bumi, aspal, lilin bumi, semua jenis bitumen baik
yang padat maupun yang cair dan semua gas bumi serta semua hasil-hasil
pemurnian dan pengolahan bahan-bahan galian antrasit dan segala macam
batu bara, baik yang tua maupun yang muda.
A. Kepentingan Minyak dan Gas Bumi dalam Peradaban
Sebelum akhir tahun 1973 pentingnya minyak dan gas bumi sebagai
bahan galian tidaklah terlalu terasa. Penurunan produksi minyak bumi telah
mengakibatkan timbulnya krisis di seluruh dunia dan memberikan pengaruh
politik ataupun ekonomi.
Dari sini dapat dilihat,bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber
kekayaan yang sangat penting,yang berpengaruh ataupun yang merupakan
salah satu faktor peradaban manusia. Minyak bumi mempunyai peranan
khusus karena bukan semata-mata bersifat bahan galian,tetapi juga berupa
bahan bakar. Jadi merupakan sumber energi yang penting.
Adapun sumber energi yang lazim kita kenal pada saat ini selain minyak dan
gas bumi antara lain :
1. Arang dan Kayu
2. Batubara
3. Sumber Hidro-Listrik
4. Energi Nuklir
5. Energi Matahari
6. Energi Panas Bumi (Geothermal)
B. Keunggulan Minyak dan Gas Bumi Sebagai Sumber Energi
Minyak dan gas bumi,terutama minyak bumi,mempunyai keunggulan
daripada sumber energi lainnya yang telah diutarakan di atas. Keunggulan
9
tersebut disebabkan karena berbagai sifat fisika tertentu dari minyak dan
gasbumi,yaitu antara lain:
1. Sifat cair minyak bumi.
2. Minyak dan gas bumi memiliki nilai kalor yang tinggi.
3. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam bahan bakar.
4. Minyak dan gas bumi menghasilkan berbagai macam pelumas.
5. Minyak dan gas bumi dapat bersifat sebagai bahan baku, yaitu bahan
petrokimia.
Tabel II.1 Nilai Kalori Beberapa Jenis Bahan Bakar
Bahan Bakar Kal/gram
Kayu
Arang Kayu
Batubara Muda/Lignit
Batubara Subbitumina
Batubara Bitumina
Lemak Hewan
Minyak Nabati
Alkohol/Etil
Aspal
Minyak Mentah
Minyak Bunker
Solar
Minyak Tanah
Bensin
3.990-4.420
7.260
3.328-3.339
5.289-5.862
5.650-8.200
9.500
9.300-9.500
6.456
5.295
10.419-10.839
10.283-10.764
10.667
11.006
11.528
Sumber : RP Koesoemadinata, 1980
C. Beberapa Pokok Kebijaksanaan dalam Penggunaan Minyak Bumi
Sebagai Sumber Energi
Dalam pemanfaatan minyak dan gas bumi kita perlu memperhatikan tiga
pokok kebijaksanaan sebagai berikut :
10
1. Kenyataan bahwa minyak bumi merupakan bahan dapat habis
(exhaustible) atau dapat dikatakan tidak dapat diperbaharui kembali.
Hal ini mengandung arti bahwa eksplorasi minyak bumi harus terus menerus
dilakukan, selain itu harus pula ditentukan garis besar kebijaksanaan
mengenai pengelolaan energy yaitu bahwa untuk setiap barrel minyak yang
diproduksikan secara minimal haruslah diikuti dengan penemuan satu barrel
minyak pada kegiatan eksplorasi. Jadi pihak manapun atau Negara manapun
haruslah memegang suatu kebijaksanaan bahwa eksplorasi harus terus
menerus dilakukan bukan semata-mata hanya untuk menembah jumlah
cadangan tetapi juga untuk mengganti cadangan yang telah diproduksi.
2. Konsumsi minyak bumi terus-menerus meningkat. Kita ketahui bersama
bahwa peradaban atau kehidupan manusia sangat tidak bisa lepas dari
kebutuhan akan minyak dan gas bumi, baik itu dinegara yang sedang
berkembang apalagi Negara-negara maju. Untuk itu kebijakan ini haruslah
dijadikan pedoman baik itu Negara penghasil minyak maupun Negara
konsumen. Untuk Asia Tenggara misalnya, jika dewasa ini produksi
Indonesian berlebihan mungkin saja ditahun-tahun yang akan datang karena
meningkatnya permintaan akan minyak bumi mengakibatkan Negara ini akan
mengimpor dari Negara luar kecuali jika ia mampu mempertinggi produksi
dan memperbesar cadangan minyaknya.
3. Kebijaksanaan harus juga didasarkan pada tidak meratanya sumber
daya minyak bumi di seluruh dunia. Hal ini bukan saja di seluruh dunia
melainkan pada suatu lingkup wilayah yang lebik kecil misalnya suatu
Negara maka keberadaan minyak atau penyebarannya juga tidak merata.
Kita ambil contoh di Negara Indonesia yang juga termasuk salah satu
Negara penghasil minyak, tidak semua wilayahnya mempunyai kandungan
minyak. Dari masa lampau hingga sekarang tidak meratanya penyebaran
minyak bumi telah menyebabkan politik ekspansi. Banyak Negara berusaha
untuk menguasai suatu wilayah yang kaya akan kandungan minyak bukan
ditinjau dari segi militer tetapi segi politik ekonomi. Jadi apabila suatu Negara
ingin maju maka Negara itupun harus mengamankan persediaan minyaknya
dengan perencanaan untuk waktu yang cukup lama.
11
D. Minyak Bumi Sebagai Zat Unik dalam Kerak Bumi
Minyakbumi merupakan suatu zat yang unik di dalam kerak bumi yang
sebetulnya serba padat disamping air. Keunikan tersebut dapat kita perinci
sebagai berikut :
1. Sifatnya yang cair membedakannya dengan zat lain disekitarnya,kecuali air.
2. Sifatnya yang cair menyebabkan geologi sejarah minyakbumi pun berlainan
dari kerak bumi sendiri.
3. Susunan kimia minyakbumi juga berbeda dengan kerak bumi.
4. Secara kimia minyakbumi mempunyai hubungan erat dengan zat organik
sehingga batuan sedimen merupakan habitat minyak dalam kerak bumi.
E. Ruang Lingkup Geologi Minyak dan Gas Bumi
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa minyak bumi dan batu bara
merupakan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil bersifat organik, maka
sangatlah erat hubungannya dengan batuan sedimen. Selain itu, kita dapat
melihat pula hubungan yang sangat erat antara bijih-bijih dengan berbagai
bahan baku seperti logam dan sebagainya, yang pada umumnya berhubungan
dengan batuan beku dan sedimen. Dengan demikian, kita dapat melihat
perbedaan yang menyolok antara bahan bakar yang berhubungan dengan
batuan sedimen di satu pihak dan di pihak lain bahan baku yang berhubungan
erat dengan batuan beku dan metamorf. Berdasarkan kenyataan di atas, kita
dapat membedakan dua bidang utama dalam ilmu geologi, yaitu :
Geologi Batuan Keras (hard-rock geology), yaitu bidang geologi yang khusus
mempelajari bijih-bijih logam yang berhubungan erat dengan dengan batuan
kristalin atau batuan beku dan metamorf. Bidang ini sering digolongkan
dalam Geologi Ekonomi.
Geologi Batuan Lunak (soft-rock geology), yaitu bidang yang mempelajari
batuan sedimen, terutama untuk mencari minyak dan batu bara yang erat
hubungannya dengan batuan sedimen. Geologi Batuan Lunak juga disebut
sebagai Geologi Bahan Bakar (fuel geology).
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ruang lingkup geologi minyak dan gas bumi
ini merupakan pengkajian dari batuan sedimen dan semua faktor yang
12
menentukan cara terdapatnya, penyebarannya dan cara berakumulasinya
minyak dan gas bumi di dalam kerak bumi.
II.2.2 Sejarah dan Perkembangan Industri Minyak Bumi
A. Sejarah Umum dan Perkembangan Industri Mi nyak Bumi
Di dalam sejarah manusia, minyak bumi pertama kali ditemukan atau
dikenal orang di Timur Tengah, di Iran atau Parsi Kuno yang juga dikenal
sebagai daerah Mesopotamia, minyak bumi mula-mula dikenal sebagai
rembasan dan sumber yang terdapat di permukaan bumi. Nabi Nuh as yang
diperkirakan hidup di daerah ini adalah manusia yang mungkin pertama kali
memanfaatkan minyak bumi (dalam hal ini aspal) untuk melapisi perahunya
agar tidak kemasukan air.
Di zaman Harun Al-Rasyid, minyak bumi juga telah dikenal dan digunakan
sebagai pembakar yang dinamakan naptha. Hal ini terjadi jauh sebelum
perkembangan minyak bumi modern timbul. Pada zaman Cina Kuno bahkan
telah dikenal industri pengusahaan minyak bumi dan menurut catatan sejarah,
orang Cina bahkan telah mencoba membor minyak bumi sejak zaman sebelum
masehi.
Industri minyak bumi yang modern muncul di Amerika Serikat pada abad
ke-19, yang segera disusul oleh beberapa negara Eropa dan bagian dunia
lainnya. Sebelum ditemukan pengusahaannya secara komersiil, minyak bumi
telah dikenal di Amerika Serikat sebagai rembasan yang muncul dari
permukaan bumi, semula sering dianggap sebagai barang aneh dan juga
diperjualbelikan sebagai obat. Namun, Jauh sebelum minyak bumi digunakan
dalam industri, Haquet pada tahun 1794 telah mengemukakan teorinya bahwa
minyak bumi berasal dari daging ataupun zat organik lainnya, seperti kerang
atau moluska. Hal ini dikemukakan karena batuan yang mengandung minyak
biasanya mengandung fosil binatang laut.
Pada tahun 1805, Von Humbold dan Gay Lussac mengira bahwa minyak
bumi berhubungan dengan aktivitas gunung api, seperti gunung venesius. Ide
serupa dikemukakan pula oleh ahli geologi Perancis Virlet d Aoust pada tahun
1834. Teorinya didasarkan pada gejala bahwa seringkali minyak bumi
ditemukan bersamaan dengan lumpur gunung api.
13
Pada tahun 1842, Sir William Logan, direktur Jawatan Geologi Kanada
menghubungkan terdapatnya rembasan minyak dengan struktur antiklin, seperti
di pulau Gespe yang terdapat di sungai St. Lawrence. Pada tahun 1847 di
Glasgow Inggris untuk pertama kali mengolah minyak bumi menjadi minyak
lampu yang menggantikan lilin yang merupakan sumber penerangan utama
pada saat itu. Sejak saat itu, minyak menjadi bahan yang banyak dicari oleh
pengusaha. Hal ini menimbulkan ide bagi Kolonel William Drake untuk
membor minyak yang dapat diproduksikan secara komersiil.
Tahun 1859 merupakan saat bersejarah yang sangat penting, yaitu saat
permulaan timbulnya industri minyak. Pengeboran dilaksanakan di Titusville,
negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, dan minyak berhasil ditemukan
serta di produksikan dari kedalaman 69 kaki. Pemboran dilakukan di dekat
suatu rembasan atau sumber minyak bumi ,dan ternyata dapat dihasilkan
produksi yang lebih besar daripada yang keluar dari rembasan. Sejak saat
itulah pemboran merupakan satu-satunya cara untuk mengexploitasi dan
mengexplorasi minyak bumi secara komersiil.
Pada tahun 1860, Henry D. Rogers mengemukakan bahwa akumulasi
minyak bumi terdapat pada sumbu antiklin. B.B Andrews mengemukakan pula
terdapatnya minyak dan gas bumi sepanjang sumbu antiklin di dekat Cairo, di
nagara bagian Virginia Barat. Akan tetapi diterangkannya bahwa akumulasi
minyak dan gas bumi merupakan hasil retakan yang terjadi di atas sumbu
antiklin yang batuannya telah dihancurkan oleh pengangkatan dan pelipatan.
Prof. Alexander Winchell dari Universitas Michigan pada tahun 1960
berpendapat bahwa batu pasir sendiri cukup mempunyai porositas untuk
mengandung minyak tanpa adanya retakan.
Pada tahun 1861 Sterry Hunt menyatakan secara resmi Teori Antiklin
dalam suatu ceramah di Montreal, Canada dan dipublikasikan dalam suatu
majalah bernama Montreal Gazette pada tanggal 1 Maret 1861. I.C White
adalah ahli geologi pertama yang berani mendemonstrasikan kebenaran Teori
Antiklin unuk akumulasi minyak dan gas bumi, dan mendatangi suatu lapangan
dan menunjukkan lokasi pada struktur tersebut dengan berhasil.
Pada tahun 1889, E. Orton memeberikan suatu karya lengkap mengenai
geologi minyak dan gas bumi, dimana antara lain ia berkesimpulan bahwa
minyak bumi berasal dari zat organik. Pada tahun 1987 dimulailah pencarian
14
minyak bumi oleh perusahaan Southern Pacific Oil Company. Pada awal abad
ke-20, perusahaan minyak bumi Amerika Serikat telah mempunyai bagian
geologi sebagai Exploration Departement. Pada tahun 1917 para ahli geologi
Amerika mendirikan The American Association of Petroleum Geologist yang
mengkhususkan diri pada pencarian minyak dan gas bumi.

B. Perkembangan Metoda Eksplorasi Mi nyak Bumi
Menjelang abad ke-20, atau sekitar 50 tahun setelah penemuan sumber
minyak yang pertama di Amerik Serikat, sedikit sekali bantuan teknik yang
diberikan untuk penentuan lokasi pomboran. Minyak biasanya ditemukan
dengan membor dekat rembasan atau indikasi permukaan, malahan kadang-
kadang dilakukan pemboran secara membabi buta.
Pada tahun 1912, para ahli geologi mulai melakukan perpetaan singkapan
untuk penentuan tempat pemboran yang paling baik. Penelitian ini memberikan
hasil yang sangat menggembirakan dan dalam waktu beberapa tahun saja
sumber minyak telah dibor sampai kedalaman yang yang dapat dicapai oleh
alat pembor, sekitar 1000 sampai 1300 meter dengan menggunakan bor
tumbuk (cable tool).
Pada tahun 1921, metoda pemboran putar (rotary-drilling) pertama kali
dipergunakan di lapangan minyak Spindletop di Texas. Dengan ditemukannya
baja yang lebih baik, metode pemboran cara putar diperbaiki dan awal tahun
20-an cara ini merupakan metoda utama untuk pemboran sumur yang dapat
menjangkau 1500-2000 meter di bawah permukaan bumi.
Pada permulaan tahun 1920, para ahli geologi telah memulai metode
eksplorasi bawah permukaan. Pemboran inti dan penggalian sumur telah
digunakan untuk mencari lapisan penunjuk yang dapat dipetakan di bawah
permukaan. Paleontologi terutama mikropaleontologi digunakan untuk mencari
korelasi lapisan beberapa sumur. Adanya penelitian mengenai mineral berat di
bawah permukaan juga membantu mencari korelasi lapisan beberapa sumur.
Perkembangan paling penting dalam pencarian minyak bumi adalah
ditemukannya berbagai cara geofisika, yang oleh industri minyak Amerika mulai
dipergunakan pada pertengahan tahun duapuluhan. Metoda yang pertama kali
adalah metoda seismik refraksi yang dikembangkan oleh beberapa ahli jerman
pada tahun 1923 di New Mexico untuk memetakan suatu patahan (zona
15
patahan), tanpa memberikan hasil. Setelah dilakukan berbagai perbaikan
berhasillah mereka melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah
Gulf-Coast pada tahun 1924. Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya
dalam waktu yang sangat pendek.
Pada tahun 1929 metoda seismik refleksi dikembangkan oleh para ahli
Amerika. Ternyata kedalaman tegak yang dapat dijangkau dengan cara ini
dapat mencapai ribuan kaki. Penggunaan cara ini memberikan hasil sangat
menakjubkan. Pada tahun 1923, bersamaan waktunya dengan dimasukkannya
cara seismik refraksi (bias), suatu prinsip pencarian minyak bumi yang lain
diimpor dari Eropa ke Amerika, yaitu metoda gravitasi. Alat yang dipergunakan
ialah neraca puntir (torsion balance), suatu penemuan Hongaria tahun 1890.
Ternyata metoda ini juga memberikan hasil yang besar dalam pencarian kubah
garam di daerah Gulf-coast, tetapi kurang berhasil untuk daerah pegunungan.
Gravimeter jenis lainnya dikembangkan di berbagai laboratorium Amerika
menjadi suatu alat yang cukup baik dan masih dipergunakan dewasa ini. Juga
pada permulaan tahun duapuluhan metoda magnetik dikembangkan. Metoda
tersebut ditemukan dan dikembangkan di Jerman dan ternyata merupakan
metoda yang sangat baik.
Pada tahun 1950 pertama kali helikopter dipergunakan untuk menunjang
explorasi seismik di Irian Jaya. Pada tahun 1958 pertama kali dilakukan
pemboran dengan menggunakan helikopter sebagai alat angkut, juga di Irian
Jaya, pada pemboran sumur Wapili di pulau Salawati. Pada tahun 1960 dimulai
explorasi seismik secara besar-besaran di lepas pantai. Dalam tahun 60-an
terjadi kemajuan luar biasa dalam penggunaan cara seismik. Pita rekaman
mulai digunakan untuk pencatatan. Metoda pengolahan data seismik secara
elektronik juga telah mulai menggunakan komputer. Menjelang akhir tahun 60-
an dikembangkan pula cara yang dinamakan penginderaan jauh (remote
sensing).
C. Perkembangan Industri Mi nyak Bumi di Indonesia
Perkembangan Industri Mi nyak Sebelum Perang Kemerdekaan
Minyak bumi telah dikenal rakyat Indonesia sejak abad pertengahan,
misalnya penggunaan minyak bumi oleh orang Aceh untuk memerangi armada
Portugis. Industri minyak bumi modern di Indonesia dimulai pada tahun 1871
yaitu usaha pemboran pencarian minyak bumi untuk yang pertama kali di Desa
16
Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh seorang pengusaha asal Belanda bernama
Jan Reerink. Namun usaha pemboran yang dilakukan di dekat suatu rembasan
akhirnya mengalami kegagalan.
Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia ialah pada tahun
1883, yaitu dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga
Said di dekat Pangkalan Brandan di Sumatera Utara oleh seorang Belanda
bernama A.G Zeijlker. Penemuan ini disusul oleh penemuan lain, yaitu
lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal. Pada waktu yang
bersamaan juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu, Jawa Tengah.
Minyak hitam di dekat Muara Enim di Sumatera Selatan, dan Riam Kiwa di
daerah Sanga-Sanga di Kalimantan. Penemuan sumber minyak Telaga Said
oleh A.G Zeijlker merupakan modal pertama bagi berdirinya suatu perusaaan
yang dewasa ini dikenal dengan nama Shell.
Menjelang akhir abad ke-19 terdapat 18 perusahaan asing yang
beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan suatu perusahaan terbatas
bernama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang dimodali oleh penemuan
A.G Zeijlker di Sumatera utara tersebut. Kemudian perusahaan ini bergabung
dengan Shell Transport Trading Company dan dilebur menjadi satu perusahaan
yang dinamakan The Asiatic Petroleum Company atau Shell Petroleum
Company. Pada tahun 1907 didirikan Shell Group yang terdiri dari Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) dan Anglo Saxon.
Pada tahun 1912 perusahaan Amerika mulai masuk ke Indonesia dengan
mendirikan perusahaan N.V Standard Vacuum Petroleum Maatschappij yang
mempunyai cabang di Sumatera Selatan bernama Nederlandsche Koloniale
Petroleum Maatschappij (NKPM) yang setelah peran kemerdekaan berubah
menjadi P.T Stanvac Indonesia. Perusahaan ini menemukan lapangan minyak
Pendopo pada tahun 1921 di Sumatera Selatan yang merupakan lapangan
minyak terbesar di Indonesia pada saat itu.
Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada saat itu,
pemerintah Belanda mendirikan perusahaan gabungan antara pemerintah dan
Bataafsche Petroleum Maatschappij, yaitu Nederlandsche Indische Aardolie
Maatschappij, yang setelah perang dunia II menjadi P.T Permindo dan
kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N Pertamina.
17
Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard
Oil of California dan Texaco, yang pada tahun 1930 membentuk Nederlandsche
Pacific Petroleum Mij (NPPM) dan sekarang telah mejelma menjadi P.T Caltex
Pasifik Indonesia. Perusahaan ini mengadakan eksplorasi secara besar-
besaran pada tahun 1935 di Sumatera Tengah dan menemukan lapangan
minyak Sebangga pada tahun 1940 serta lapangan minyak Duri tahun 1941. Di
daerah konsesi perusahaan ini, tentara Jepang menemukan lapangan minyak
raksasa Minas pada tahun 1944 dan dibor kembali oleh Caltex pada tahun
1950.
Pada tahun 1935 untuk mengeksplorasi minyak bumi di Irian Jaya dibentuk
sebuah perusahaan gabungan antara BPM, NPPM, NKPM, dan satu anak
perusahaan diberi nama Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij (NNGPM)
dengan hak mengadakan eksplorasi minyak bumi selama 25 tahun. Pada tahun
1938 lapangan minyak klamono ditemukan, disusul dengan lapangan minyak
Wasian, Mogoi, dan Sele. Namun, perusahaan ini tidak berhasil menemukan
lapangan minyak yang berarti, dan pada tahun 1960 diserahterimakan kepada
perusahaan SPCO dan kemudian diambil alih oleh Permina pada tahun 1965.
Ini adalah perkembangan industri minyak sebelum perang kemerdekaan.
Sejarah Metoda Eksplorasi di Indonesia
Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) yang pada waktu itu bernama Koninklijke. Pada
saat perusahaan ini mulai beroperasi di Indonesia disewanya dua orang ahli
geologi yaitu Dr. C. Porro dan Dr. C. Schmidt yang kemudian menjadi guru
besar dalam ilmu geologi di Brussel. Pada awalnya hanya dilakukan pemetaan
geologi permukaan dengan mengadakan eksplorasi di sepanjang sungai unuk
mencari singkapan, dan kemudian dilakukan pemboran. Para ahli geologi
membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama peta sruktur, dan
kemudian dilakukan suatu prognase dan pemboran eksplorasi. Hingga perang
dunia I eksplorasi sampai beribu meter merupakan suatu hal yang luar biasa.
Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 dilakukan
pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam menggunakan
mesin berbahan bakar bensin.
18
Pada tahun 1920 metode baru mulai dimasukkan di Indonesia yaitu metode
geofisika. Metode geofisika yang pertama kali digunakan adalah metode
gravitasi dan metode seismik, kedua metode ini dilakukan oleh Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) dalam eksplorasi minyak bumi. Namun, secara
luas metode gravitasi digunakan di Indonesia pada tahun 1924 setelah berhasil
baik di Amerika dan penggunaan metode seismik dilakukan di Indonesia sejak
tahun 1937. Permulaan pemakaian log pertama kali dilakukan oleh Perusahaan
Schlumberger bersamaan dengan penerapan mikropaleontologi di Indonesia.
Metode pemetaan udara dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun
1932, yaitu di Sumatera Selatan dan kemudian di Sumatera Utara pada tahun
1934. Pemetaan dilakukan oleh angkatan darat Hindia-Belanda dengan skala 1
: 10.000. Pada tahun itu pula dilakukan pemetaan udara secara besar-basaran
di Kepala Burung, Irian Jaya. Pemetaan udara berlangsung dari tahun 1935-
1937. Pemetaan udara sangat membantu dalam interpretasi geologi daerah
tersebut. Pemetaan udara berikutnya dilakukan pada tahun 1938 di Kalimantan.
Perkembangan Industri Mi nyak Setelah Perang Kemerdekaan
Pada revolusi fisik tahun 1945-1950 terjadilah pengambilalihan semua
instalasi minyak oleh Republik Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T
Minyak Nasional Rakyat yang pada tahun 1954 berubah menjadi Perusahaan
Tambang Minyak Sumatera Utara. Pada tahun 1957 didirikan P.T Permina oleh
Kolonel Ibnu Sutuwo yang kemudian menjadi P.N Permina pada tahun 1960.
Pada tahun 1959 Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij menjelma
menjadi P.T Permindo yang kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N Pertamin.
Pada waktu itu juga di Jawa Timur dan Jawa Tengah telah berdiri Perusahaan
Tambang Minyak Republik Indonesia yang kemudian menjelma menjadi P.N
Permigan dan setelah tahun 1965 dilikuidasi dan diambillah oleh P.N Permina.
Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan dan diganti
dengan sistem kontrak karya.
Pada tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan kepada P.N Permina.
Tahun 1965 merupakan sejarah baru dalam perminyakan Indonesia dengan
dibelinya seluruh kekayaan Bataafsche Petroleum Maatschappij Shell oleh
P.N Permina. Pada tahun itu seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah
konsesi P.N Permina dan P.N Pertamin dan dimulainya sistem kontrak bagi
19
hasil (production sharing). Perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai
kontrakor saja dengan hasil produksi minyak dibagikan dan bukan dalam
bentuk pembayaran royalti.
Sejak tahun 1967 eksplorasi besar-besaran dilakukan oleh P.N Pertamin
dan P.N Permina baik di darat maupun di laut yang bekerja sama dengan
kontrakor asing. Tahun 1966 P.N Pertamin dan P.N Permina digabung menjadi
P.N Pertamina yang kemudian merupakan satu-satunya perusahaan minyak
nasional. Tahun 1969 merupakan tahun yang sangat penting karena
ditemukannya lapangan minyak lepas pantai (lapangan minyak Arjuna) di dekat
Pamanukan Jawa Barat dan tidak lama kemudian ditemukan pula lapangan
minyak Jatibarang oleh Pertamina. Pada tahun 1970 menyusul dengan
ditemukannya lapangan minyak Kasim di Irian Jaya di daerah yang ditinggalkan
oleh Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij (NNGPM) yang kemudian
ternyata merupakan sumur dengan produksi yang paling besar, yaitu 20.000
barel/hari.
II.3 PENUTUP
II.3.1 SOAL LATIHAN
Setelah mahasiswa memahami isi materi ini diharapkan memberikan
tanggapan atau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Jelaskan pengertian minyak dan gas bumi serta keunikannya sebagai
salah satu sumber energy yang sangat penting bagi peradaban manusia.
2. Dalam pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai sumber energy yang
sangat penting ada pokok-pokok kebijakan yang harus diperhatikan,
jelaskan pokok-pokok kebijakan tersebut!
3. Uraikan apa yang anda pahami tentang sejarah perkembangan industry
minyak dan gas bumi khususnya tentang penkembangan eksplorasi
minyak bumi di Indonesia.
4. Cari satu contoh kasus eksplorasi yang dilakukan di wilayah Negara
Indonesia yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap
keberadaan Indonesia sebagai salah satu Negara penghasil minyak di
Asia Tenggara.
20
II.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.
Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua jilid
satu, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan
Gas Bumi
21
BAB III
HAKEKAT MINYAK DAN GAS BUMI
III.1 PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini diberikan sasaran umum yang hendak dicapai
dalam mempelajari materi ini yaitu untuk mengetahui hakekat dari minyak dan
gas bumi baik dari segi kimia maupun fisika dan mengetahui klasifikasi dari
minyak dan gas bumi. Adapun sasaran khusus yang hendak dicapai yakni :
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang apa yang dimaksud
hidrokarbon baik dalam bentuk padat, cair maupun hidrokarbon gas
Mahasiswa mampu menyebutkan sifat-sifat fisika dan kimia dari
hidrokarbon atau minyak bumi
Pada materi ini sangat penting sekali adanya informasi awal yang dimiliki
oleh mahasiswa terkait materi yang akan dipelajari. Untuk itu mahasiswa pada
pertemuan sebelumnya ditugaskan mencari literature yang terkait dengan
materi.
III.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Minyak bumi adalah suatu bahan bakar yang terbuat dari fosil. Disebut
suatu bahan bakar fosil sebab dibentuk dari sisa binatang dan tumbuhan laut
kecil atau organisme-organisme yang telah punah berjuta-juta tahun yang lalu.
Ketika organisme tersebut mati, mereka tenggelam di dasar samudra. Di sini
mereka terkubur oleh lapisan-lapisan pasir dan lanau. Dari waktu ke waktu,
campuran organik ini mengalami tekanan yang sangat besar, dan panas yang
meningkat. Campuran dibuat dari atom karbon hidrokarbon dan hidrogen yang
akhirnya minyak memenuhi batuan seperti spons yang basah.
Tidak semua material organik berubah menjadi minyak. Pada kondisi
tertentu harus terdapat pada batuan oil-rich. Harus ada suatu perangkap batuan
penyerap yang mencegah minyak dari perembesan ke luar, perangkap seperti
tanah liat atau lempung misalnya. Di bawah kondisi - kondisi ini, hanya sekitar
dua persen dari meterial organik tersebut yang menjadi minyak.
Kebanyakan batuan reservoir adalah batugamping atau batupasir
dimana minyak terjebak. Minyak di dalamnya mungkin sama encer seperti
22
bensin atau kental seperti ter. Minyak bumi disebut sebagai sumber energi
nonrenewable karena memerlukan waktu berjuta-juta tahun untuk
pembentukannya. Kita tidak dapat membuat cadangan baru dari minyak bumi.
Minyak dan gas bumi yang merupakan senyawa hidrokarbon terdiri dari
unsur kimia sebagaimana tertera pada tabel III.1 berikut:
Tabel III.1: Susunan kimia minyak dan gasbumi dalam persen berat
Unsur Gasbumi Aspal Minyak mentah
(Levorsen) (Levorsen) (Levorsen) (Purdy)
Karbon (C) 65 80 80 85 82.2 87.1 83 87
Hidrogen (H) 1 25 8.5 11 11.7 14.7 11 25
Belerang (S) Jejak 0.2 2 8 0.1 5.5 0 6
Nitrogen (N) 1 15 0 2 0.1 1.5 0 0.7
Oksigen (O) 0.1 4.5 0 0.5
Logam 0 0.1
Dari tabel diatas nampak bahwa, pada umumnya minyak bumi terdiri dari
80 hingga 85% unsur C atau karbon, 20 hingga 15% unsur H atau Hidrogen
sementara unsur lain seperti Oksigen, Nitrogen, Belerang, terdapat kurang dari
5% malah kadang-kadang kurang 1%.
Zat hidrokarbon merupakan senyawa yang beraneka ragam. Abraham
(1945) mengklasifikasikan zat hidrokarbon menjadi dua golongan yaitu bitumina
dan nonbitumina. Zat bitumina sering juga disebut sebagai petroleum. jadi ada
kesamaan pengertian antara petroleum dan zat bitumina, akan tetapi tidak
dengan zat hidrokarbon padat, pirobitumina dan lain-lain.
23
Larut tak larut
Cairan padat Dapat dilumerkan tidak dapat dilumerkan

Lumer sukar dilumerkan`
1. semua minyak bumi bebas oksigen mengandung
2. semua rembesan minyak oksigen

3. ozokerit 7. Barmudez pitch 11.Gilsonit
4. Lilin montan 8. Tabbyit 12. Grahamit
14. Wurtzelit 19. gambut
5. Hatcherrit 9. Gilsonit cair 13. Glance pitch 15. Elaterit 20. Lignit
6. scheererit 10. Argulit 16. Albertit 21. Batubara
17. Impsonit
18. Ingramit
Gambar III.1 Diagram Klasifikasi Hidrokarbon Alam (menurut H. Abraham,
1945)
Pembagian tersebut diatas sama sekali didasarkan atas kelarutan zat
hidrokarbon dalam CS
2.
Dalam hal petroleum, Herberg (1964) dalam
Koesoemadinata (1980) mendefenisikannya sebagai suatu campuran kompleks
yang terdiri dari zat hidrokarbon yang terdapat secara alam dan dapat berupa
cairan, gas atau padat seperti minyak mentah, gas alam serta aspal alam yang
komersil didalam industri minyak. Dapat dicatat disini bahwa istilah petroleum
dalam bahasa inggris menunjukkan suatu cairan yang biasanya sinonim
dengan minyak bumi. Tetapi menurut Levorsen (1956) dalam Koesoemadinata
(1980), istilah petroleum juga dipakai secara bersama dengan istilah bitumina
yang terdiri dari zat padat atau setengah padat yang biasanya terdiri dari
hidrokarbon berat seperti aspal, ter, albertit, gilsonit, dan lain-lain.
Dalam diagram Abraham (1945), hidrokarbon yang larut dalam
karbondisulfida disebut bitumina sedangkan yang tidak larut disebut
nonbitumina. Bitumina dibagi menjadi yang bersifat cair dan bersifat padat.
24
Kelarutan dalam karbon disulfida
bitumina Nonbitumina
Minyak bumi
aspal
Lilin mineral
aspalit
Piro-bitumina
pirobitumina
yang bersifat
aspal
Pirobitumina
yangbersifat
bukan aspal
Yang bersifat cair disebut sabagai petroleum atau minyak bumi yang terdiri dari
semua minyak mentah yang didapatkan dari sumur pemboran ataupun yang
keluar sendiri pada permukaan sebagai rembasan, sedangkan yang bersifat
padat terbagi menjadi dua bagian yakni yang mudah melumer dan yang sulit
melumer. Yang mudah melumer dibagi menjadi lilin mineral dan aspal
sedangkan yang sukar melumer terdiri dari apa yang dinamakan aspalit.
Golongan nonbitumina dibagi menjadi yang dapat dilumerkan dan yang
tak dapat dilumerkan. Yang tidak lumer disebut sebagai piro-bitumina yang
terbagi menjadi yang bersifat aspal dan yang bersifat non-aspal seperti
batubara muda, dan batubara. Termaksud juga dalam piro-bitumina adalah
karogen yang tidak lain daripada zat organik yang tidak larut dan terdapat
dal;am batuan sedimen yang secara pirolisis dengan temperatur yang yang
sangat tinggi menghasilkan hidrokarbon.
Diagram Abraham juga memperlihatkan bahwa disebelah kiri kadar
hidrogen dalam hidrokarbon paling tinggi, sedangkan makin kekanan makin
berkurang dan kadar oksigen bertambah. Selain itu juga indeks bias dari kiri
kekanan makin meningkat, sedangkan titik lebur dan keatsirian (volatility) serta
kesempatan untuk membakar secara cepat makin kekanan makin kurang. Dari
diagram tersebut jelaslah bahwa minyak bumi hanya merupakan sebagian
hanya saja dari berbagai jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam. Namun
demikian minyak bumi adalah hidrokarbon yang paling penting karena
jumlahnya yang paling banyak diantara hidrokarbon lainnya.
III.2.1 HIDROKARBON PADAT
Sebagaiana telah didiagramkan diatas, hidrokarbon padat terdiri dari
golongan bitumina dan nonbitumina. Golongan bitumina terdiri dari lilin mineral
antara lain ozokerit, lilin montan, hatcherit dan scheererit dan golongan aspal
antara lain bermudez pitch, tabbyit, gilsonit cair, dan argulit. kemudian golongan
aspaltit (yaitu zat yang sukar dilumerkan) antara lain gilsonit, grahamit, dan
glance pitch.
Golongan nonbitumina antara lain adalah pirobitumina yang terdiri atas
dua golongan yaitu pirobitumina aspal dan pirobitumina nonaspal. Golongan
pirobitumina aspal antara lain wurtzelit, eleterit, albertit, impsonit, dan ingramit
25
sedangkan pirobitumina non aspal antara lain batubara muda, gambut, lignit
dan batu bara.
Hidrokarbon yang bersifat padat biasanya terdapat bersamaan satu
dengan yang lain. Misalnya lilin mineral banyak terdapat di dalam Green River
Formation, yang mengandung zat koragen. Lilin mineral biasanya terdapat
dalam bentuk urat-urat, begitupun aspaltit dan gilsonit dan juga pirobitumina
non-aspal misalnya wurtzelit. Semua zat ini seolah-olah kelihatan sebagai zat
kimia yang merupakan hasil pemerasan serpih minyak dan kemudian
didesakkan secara paksa kedalam rekahan sehingga membentuk terbentuknya
yang sebenarnya daripada hidrokarbon padat tersebut. Termaksud dalam
bitumina padat ini ialah pasir-ter(tarsand) dan minyak serpih (oil shale).
Dibeberapa tempat didunia, misalnya Kanada sebelah barat dan di
Venezuela, terdapat berbagai lapisan pasir yang telah dijenuhi dengan
hidrokarbon yang sudah kental dan setengah aspal. Lapisan pasir ini meliputi
luas ribuan kilometer persegi serta puluhan meter ketebalan dan merupakan
cadangan minyak terbesar didunia. Namun hidrokarbon ini sukar sekali
dipisahkan dari pasir untuk dapat ditampung. Misalnya di Kanada sebelah
barat, didapatkan lapisan pasir yang disebut Athabasca tarsand (McMurray
Sand). Cadangan minyak atau hidrokarbon yang terkandung didalam pasir-ter
ini meliputi milyaran barrel. Dewasa ini karena keadaan krisis minyak, kesulitan
memprosesnya sudah dapat diatasi dengan cara menguntungkan. Dengan
pemanasan atau dengan distalasi destruktif, minyak bumi dapat dihasilkan dari
pasir ter. Juga pernah dipikirkan untuk menggunakan suatu ledakan nuklir
untuk membebaskan minyak dari tarsand yang padat ini. Cara terbentuknya
pasir-ter atau Athabasca tarsand yang padat ini tidaklah begitu jelas tetapi
diduga berasal dari minyak bumi yang dihasilkan dari rembasan dan terjadi
bersama-sama pengendapan pasir tersebut.
Serpih minyak atau oil-shale adalah suatu serpih yang mengandung zat
organik yang jika dipanaskan pada temperatur tinggi (diatas 400
o
C) dengan
akan mengurai dan kemudian menghasilkan hidrokarbon cair yang serupa
dengan minyak bumi. Zat organik yang menghasilkan minyak pada suatu
pemanasan atau distilasi yang sifatnya destruktif disebut juga suatu piro-
bitumina, sebagaimana telah dikatakan diatas dan nama lainnya adalah
26
kerogen. Suatu endapan serpih minyak yang terkenal adalah formasi Gren
River yang terdapat di Uinta-Basin, dinegara bagian Colorado, Utah dan
wyoming. Serpih yang mengandung karogen ini cukup tebal dan
penyebarannya sangat luas, sehingga memberikan cadangan minyak bukan
saja milyaran barrel tetapi sampai milyaran barrel. Kadar serpih minyak ini
hampir dapat mencapai 150 galon per ton, tetapi kebanyakan adalah antara 25
dan 50 galon per ton. Kerogennya sendiri bukanlah minyak bumi dan juga batu
bara, tetapi merupakan suatu zat yang mempunyai sifat diantara kedua
hidrokarbon tersebut. Kerogen pernah dikira sebagai zat induk minyak bumi,
tetapi pernah pula diperkirakan sebagai salah satu jenis hidrokarbon lain yang
tidak mempunyai hubungan atau mempunyai sedikit hubungan dengan minyak
bumi. Serpih minyak juga menghasilkan minyak bumi bebas dan dapat
dilarutkan oleh pelarut minyak seperti kloroform dan karbontetraklorida.
Susunan kimia dari pada kerogen adalah kira-kira karbon: 69-80%, hidrogen: 7-
11%, nitrogen: 1,25-2,5%, belerang: 1-8% dan oksigen: 9-17%. Dapat dicatat
bahwa perbedaan khas dengan minyak bumi adalah kadar oksigen dan
nitrogennya. Dibawah mikroskop, kerogen terlihat terdiri dari suatu masa zat
organik yang telah dihancurkan luluhkan, terutama sebagai bekas tumbuhan,
ganggang, spora, pollen, arpus, lilin dan lain-lain. Suatu serpih yang
mengandung kerogen dapat secara berangsur-angsur berubah tanpa kelihatan
menjadi batubara. Beberapa tempat lain dimana minyak serpih didapatkan
antara lain diJerman utara. Di daerah itu minyak serpih dikenal dengan sebutan
Kuchersicher.
III.2.2 HIDROKARBON CAIR
A. Hakekat Kimia
Minyak bumi merupakan zat paling penting diantara semua hidrokarbon
ataupun diantara semua bitumina. Susunan kimia minyak bumi tertera dalam
tabel 1. Jelas kelihatan disini bahwa minyak bumi terdiri dari 80 hingga 85%
Karbon dan selebihnya Hidrogen. Kadar Belerang dapat meningkat sampai 2%
misalnya pada minyak bumi Timur tengah, tetapi khususnya di Indonesia
terkenal dengan kadar Belerang rendah. Kadar zat Oksigen dan Nitrogennya
sangat rendah dan hanya merupakan jejak saja. Walaupun minyak bumi
27
terutama hanya terdiri dari dua unsur yaitu karbon dan hidrogen, namun kedua
unsur ini dapat membentuk berbagai macam senyawa molekuler dengan rantai
panjang dan struktur lingkaran. Malah rantai yang terdiri dari pada C dan H
tersebut dapat bercabang-cabang ke berbagai arah dan dapat membentuk
berbagai macam struktur tiga dimensi. Dengan demikian C dan H ini dapat
membentuk molekul yang sangat besar dan jumlah karbon C dalam setiap
molekul dapat berjumlah puluhan bahkan secara teotitis bisa mencapai ratusan
bahkan ribuan. Sifat dari pada hidrokarbon untuk membentuk molekul yang
berlainan dengan susunan atau dengan rumus kimia yang sama disebut sifat
membentuk isomer.
Walaupun hidrokarbon dapat membuat isomer secara tidak terhingga,
namun ada aturan tertentu dalam cara pembuatan rantai panjang. Selain dapat
membuat rantai panjang dan struktur isomer, hidrokarbon juga dapat bersifat
jenuh dan tak jenuh. Yang dinamakan jenuh adalah jika salah satu valensinya
tidak diikat oleh atom hidrogen tetapi terdapat ikatan rangkap antara dua atau
tiga atom karbon. Contoh suatu hidrokarbon tidak jenuh adalah alken, yang
merupakan suatu ikatan valensi alkan. Misalnya etan dengan rumus C
2
H
4
,
karena dua valensi atom karbon diikat rangkap.
Ada beberapa aturan dalam susunan minyakbumi yang memudahkan
kita mempelajarinya, antara lain:
1. Pada umumnya minyak bumi hanya memperlihatkan susunan hidrokarbon
yang bersifat jenuh.
2. Hidrokarbon yang terdapat didalam bumi merupakan berbagai macam seri
homolog. Yang dimaksud dengan homolog adalah suatu seri susunan
hidrokarbon berdasarkan penambahan atom C membentuk suatu susunan
yang hampir sama akan tetapi rantainya menjadi lebih panjang ataupun
lingkarannya menjadi ruwet.
3. Dalam seri homolog biasanya terdapat beberapa keluarga homolog yang
disebut golongan isomer. Golongan ini biasanya terdiri dari rantai yang yang
menerus dari pada senyawa berbagai macam jenis minyak bumi. Anggota
pertama dari seri homolog selalu terdapat secara lebih banyak
terkonsentrasikan didalam minyak bumi dari pada anggota yang lebih besar
28
berat molekulnya. Malah pada beberapa minyak bumi anggota yang lebih
besar ini bisa hilang atau tidak ada sama sekali.
4. pada umumnya seri homolog dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yakni:
a. I golongan asiklis atau alifat, juga disebut alkan atau parafin yang dibagi
menjadi 2 kelompok yakni seri parafin normal dan seri iso-parafin
b. II golongan siklis yang dibagi menjadi 3 kelompok yakni seri naften atau
siklo-parafin, seri aromat dan seri aromat-sikloparafin-polisiklis
(termaksud kompleks aspal)
Analisa dan klasifikasi minyak bumi
1. Distalasi berfraksi, merupakan penyulingan serta pengembunan kembali
berbagai macam cairan yang mempunyai titik didih yang berbeda-beda.
2. Analisa Hemple
3. Indeks Korelasi dan klasifikasi dasar minyak bumi
Secara umum minyak bumi diklasifikasikan:
1. minyak bumi berdasar parafin (paraffin base) yang menghasilkan parafin
pada pendinginan
2. minyak bumi berdasarkan aspal (asphalt base), jika mengandung residu
aspal
3. minyak bumi berdasarkan peralihan (intermediate base)
B. Hakekat Fisika
Sebagaimana cairan lainnya, kuantitas minyak bumi diukur berdasarkan
volumnya. Khusus di Indonesia, ukuran yang dipergunakan adalah meter kubik
atau sering juga ton. sedangkan didunia perdagangan digunakan satuan barrel
yang setara dengan 159 liter.
Berat jenis atau gravitasi jenis
Salah satu sifat minyak bumi yang penting dan mempunyai nilai dalam
perdagangan adalah berat jenis atau gravitasi jenis. Berat jenis minyak bumi
atau dalam istilah dunia perdagangan dikenal dengan API Gravity minyak bumi
, sering menunjukkan kualitas minyak bumi yang mana makin kecil berat
jenisnya atau makin tinggi derajat API Gravitymya, minyak bumi itu semakin
berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah
29
derajat APInya atau makin berat berat jenisnya , mutu minyak bumi itu kurang
baik karena lebih banyak mengandung lilin atau residu aspal.
Viskositas
Sifat penting lain dari pada minyak bumi adalah viskositasnya. Viskositas
merupakan daya hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda
berputar pada cairan tersebut. Satuan viskositas adalah centipoise. pada
umumnya makin tinggi derajat API, makin ringan minyak bumi tersebut maka
makin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Titik Didih dan Titik Nyala
Titik didih minyak bumi berbeda-beda sesuai dengan gravitas APInya.
Kalau gravitasi API rendah, maka titik didihnya tinggi sedangkan kalau gravitasi
APInya tinggi maka titik didihnya rendah. Hal ini disebabkan karena minyak
bumi berderajat API rendah mengandung banyak fraksi berat (berat jenis tinggi)
dan dengan demikian titik didihnya tinggi sedangkan jika derajat APInya tinggi
maka lebih banyak mengandung fraksi ringan seperti bensin degan demikian
titik didihnya rendah.
Titik nyala adalah suatu titik temperatur dimana minyak bumi dapat
terbakar karena suatu percikan api. Makin tinggi gravitasi APInya titik didihnya
makin rendah, maka jelaslah flash-point juga makin rendah dan mudah dapat
terbakar karena percikan api.
Warna
Minyak bumi tidak selalu memperlihatkan warna hitam adakalanya malah
tidak berwarna sama sekali. Pada umumnya warna berhubungan dengan berat
jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi, warna jadi hijau kehitam-hitaman
sedangkan kalau berat jenisnya rendah warna jadi cokelat kehitam-hitaman.
Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran misalnya oksidasi senyawa
hidrokarbon karena senyawa hidrokarbon sendiri tidak memperlihatkan warna
tertentu.
Flurosensi
Minyak bumi memiliki sifat flurosensi yaitu jika terkena sinar ultra-violet
akan memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna flurosensi
minyak bumi adalah kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan
sangat hidup. Sifat flurosensi ini sangat penting karena sedikit saja minyak bumi
30
terdapat dalam kepingan batuan atau dalam lumpur pemboran memperluhatkan
flurosensi secara kuat sehingga mudah dideteksi dengan mempergunakan
lampu ultra-violet.
Indeks refraksi
Minyak bumi memperlihatkan berbagai macam indeks refraksi dari 1.4
sampai 1.6. Perbedaan indeks refraksi tergantung dari derajat APInya atau
berat jenisnya. Makin tinggi berat jenis atau makin rendah derajat APInya akan
tinggi pula refraksinya dan sebalknya.
Aktivitas Optik
Kebanyakan minyak bumi memperlihatkan aktivitas optik, yaitu suatu
daya memutar bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi. Kisaran rata-rata
adalah dari 0 sampai 0.2
o
.
Bau
Minyak bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang
biasa disebabkan oleh p-engaruh molekul aromat. Umumnya minyak bumi yang
berasal dari Indonesia tidak berbau sedap oleh karena senyawa nitrogen
ataupun belerang.
Nilai Kalori
Nilai kalori m inyak bumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh satu
gram minyak bumi yaitu dengan meningkatkan temperatur satu gram air dari
3.5 derajat celcius dan satuannya adalah kalori .
III.2.3 HIDROKARBON GAS ATAUPUN GAS BUMI
Didalam reservoir gas bumi bisa terdapat sebagai larutan yang besar
dalam jumlah yang sangat sedikit sekali sampai meliputi 100% dari reservoir.
Berbagai jenis gas bumi diantaranya:
1. Gas bebas, yang merupakan fase bebas dari pada minyak bumi. Hanya
terdapat pada bagian atas dari reservoir yang terisi minyak bumi
2. Gas terlarut dalam minyak bumi. Karena gas dan minyak bumi adalah
hidrokarbon, maka wajarlah jika jumlah gas yang larut dalam minyak bumi
tergantung dari sifat kedua zat tersebut dan juga dari tekanan dan
temperatur didalam reservoir. Semua minyakbumi yang terdapat didalam
31
reservoir, mengandung gas dalam larutan dari hanya beberapa m
3
hingga
ribuan m
3
. Untuk setiap m
3
minyak bumi, jumlah gasbumi yang terlarut
didalamnya dinyatakan dalam jumlah sedikit saja, maka gas dapat
dipisahkan dari minyak segera setelah dihasilkan dari sumur pemboran,
dalam suatu alat yang dinamakan gas-separator dan kemudian dibakar.
Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, gas tersebut dapat dipergunakan untuk
diperdagangkan ataupun dipompakan kembali kedalam reservoir.
Jika suatu reservoir tidak memperlihatkan topi gas bebas(gas cap), berarti
bahwa semua gas terdapat dalam larutan dan keadaan itu disebut tidak
jenuh, sedangkan kalau gas terdapat sebagai topi gas bebas diatas
reservoir, didapatkan suatu reservoir yang jenuh. Temperatur dan tekanan
pada waktu gas itu mulai keluar dari larutan disebut titik gelembung (bubble
point). Jika temperatur konstan, maka tekanan titik gelembung disebut titik
jenuh. Selain itu gas dapat juga larutv dalam air, dalam jumlah yang dapat
mencapai 20 m
3
setiap m
3
minyak pada tekanan 5000 psi.
3. Gas tercairkan, dibawah kedalaman 2000 meter biasanya keadaan reservoir
mempunyai temperatur dan tekanan yang tinggi, sehingga secarac fisik gas
dan minyak bumi tidak bisa dibedakan. Dalam keadaan demikian
didap[atkan reservoir kondestant.
Susunan Kimia Gas Bumi
Metan (CH
4
) adalah hidrokarbon yang paling stabil dan merupakan
penyusun utama bumi. Selain itu terdapat juga hidrokarbon lainnya dalam
jumlah kecil seperti etan, propan, butan, pentan, heksan, dan dalam kasus
tertentu juga hekten , oktan, dan nonan. Hidrogen bebas jarang sekali
didapatkan dalam gas alam kecuali didaerah yang bersifat volkanik sedangkan
karbon monoksida dan gas yang tidak jenuh jarang sekali didapatkan. Metan
merupakan senyawa yang selalu terdapat didalamnya dan tidak dapat
dikondensasikan pada temperatur dan tekanan reservoir minyak, sedangkan
yang lainnya bisa didapatkan sebagai cairan.kerapatan gas bumi berkisar dari
0.554 (untuk metan) terhadap udara sampai lebih tinggi dari pada udara untuk
gas yang bersifat basah. Umumnya berkisar antara 0.6 sampai 0.90 jika
dibandingkan dengan udara.
32
Gas bumi juga dibagi atas gas kering danm gas basah tergantung dari pada
kadar cairan atau uap yang ikut didalamnya. Susunan kimia umum adalah
sebagai berikut:
1. Metan CH
4
, 82.3% (aktif)
2. Etan C
2
H
6
, 14.4% (aktif)
3. Karbon dioksida CO
2
, 0.5%
4. Nitrogen N, 2.8%
Pengotoran Dalam Gas
Pengotoran utama disebabkan oleh kadar Nitrogen, Karbondioksida, dan
Hidrogensul;fisa. juga helium dapat merupakan pengotoran yang terdapat
dalam jumlah yang relatif sangat kecil. jika kadar CO
2
dan Nitrogen besar maka
gas tersebut mempunyai nilai yang lebih rendah karena juga nilai kalorinya
menjadi lebih rendah.
Helium merupakan gas ringan, tidak berbau, tidak berwana dan merupakan gas
mulia yang terdapat bersama-sama dengan gas alam pada keadaan temperatur
normal. Kadang-kadang didalam gas alam kadar helium cukup tinggi untuk
dapat diusahakan seperti yang didapatkan di AS yaitu dengan kadar berkisar
antara 1-8%, juga di Uni Sovyet ada kemungkinan gas tersebut didapat
bersama-sama dengan gas bumi.
Nitrogen, adanya kadar nitrogen yang tinggi dida;lam gas bumi mungkin sekali
merupakan sebagian udara yang terperangkap dengan sedimen. Sedikit sekali
dari nitrogen ini merupakan gas yang terbentuk dari zat organik sebagaimana
diperkirakan.
Hidrogensulfida, biasanya terdapat bersama-sama dengan gas bumi. gas ini
biasanya tidak berwarna dan memiliki bau yang tidak sedap. Gas bumi yang
mengandung Hidrogensulfida walaupun dalam jumlah kecil tidak baik untuk
dipergunakan sebagai bahan bakar umum, karena dapat meracuni dan
menyebabkan korosi dalam pipa.
Pemakaian Gas Bumi
Gas bumi dewasa ini diusahakan untuk tujuan komersil. Di massa
lampau gas bumi hanya dapat digunakan jika terdapat didekat daerah industri
atau diperkotan, melalui pip. Namun akhir-akhir ini dengan teknik pencairan,
33
terutama gas bumi yang mengandung molekul beratom C lebih besar sampai
C
4
-C
5
, dapat dimampatkan menjadi cairan yang disebut elpiji.
Berbagai Sifat Fisika Gasbumi
gas biasanya diukur dalam m
3
atau kaki kubik dalam keadaan baku yaitu
pada temperatur 60.7
o
F dan tekanan 76 mmHg. Seringkali dipergunakan
temperatur 20
o
C. Volum gas biasanya dinyatakan dalam satuan ribuan yang
disingkat sebagai M.
III.3 PENUTUP
III.3.1 SOAL LATIHAN
1. Bila ditinjau dari segi kimianya, minyak dan gas bumi merupakan senyawa
hidrokarbon. Jelaskan apa maksudnya!
2. Sebagai agent of change, kita dituntut untuk mempelajari segala sesuatu
yang ada dibumi sehingga kita dapat memanfaatkannya untuk kehidupan
dimassa kini dan massa yang akan datang. Salah satunya adalah dengan
mempelajari tentang hakekat minyak dan gas bumi ini. Sejauh ini apa yang
anda pahami tentang hakekat minyak dan gas bumi.
III.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.
Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi
Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.
Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi,
PPT MIGAS Cepu.

34
BAB IV
CARA TERDAPATNYA MINYAK DAN GAS BUMI
IV.1 PENDAHULUAN
Sebelum mambahas materi tentang cara terdapatnya minyak dan gas
bumi maka perlu dikemukakan beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah
mempelajari materi ini, yaitu :
Mahasiswa mengetahui sekaligus memahami tentang beberapa prinsip
dasar yang menyangkut cara terdapatnya migas
Mahasiswa bisa menjelaskan tentang macam-macam rembesan minyak
yang terkait dengan struktur bawah permukaan
Mahasiswa memahami bagaimana proses akumulasi migas dan cara
terdapatnya dalam suatu reservoir minyak
Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip utama dalam reservoir migas
yang terkait dengan penjebakan minyakbumi.
Mahasiswa memahami tentang kerangka geologi penyebaran minyak
dan gasbumi.
Dalam rangka pencapaian sasaran belajar ini maka dianjurkan agar
mahasiswa mengacu pada pengetahuan dasar geologi, geologi struktur dan
membaca beberapa referensi yang ada kaitannya dengan materi ini.
IV.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN
Pada dasarnya minyakbumi terdapat dalam dua cara utama yakni pada
permukaan bumi dan dalam kerak bumi. Berikut akan dibahas secara lebih
terinci.
IV.2.1 MINYAKBUMI PADA PERMUKAAN
Dibeberapa tempat demikian pula di Indonesia, minyakbumi di
permukaan ditemukan dalam bentuk rembesan (seep). Kadangkala rembesan
ini tidak mempunyai nilai ekonomi tetapi merupakan petunjuk yang sangat
penting bagi kemungkinan terdapatnya minyak di bawah permukaan.
Berdasarkan gejala timbulnya minyak di permukaan, dapat dibagi menjadi yang
masih aktif dan yang tidak aktif lagi (Koesoemadinata,1980). Termasuk kategori
masih aktif yaitu minyak keluar bersama-sama dengan air atau merembes
35
secara perlahan untuk kemudian membentuk suatu danau aspal, atau dapat
pula keluar secara aktif dari suatu gunung api lumpur. Sedangkan yang
termasuk tidak aktif lagi yaitu dapat berupa batu pasir yang dijenuhi oleh
bitumina yang merupakan residu penguapan fraksi ringan dari suatu
minyakbumi. Selain itu terdapatnya hidrokarbon padat seperti wurtzelit, elaterit
dsb dapat diartikan sebagai rembesanyang tidak aktif lagi.
Link (1952) dalam Koesoemadinata (1980) memberikan suatu klasifikasi
berbagai macam rembesan yang dapat terjadi pada suatu daerah, yaitu :
Rembesan yang keluar dari homoklin dimana ujungnya telah tererosi
atau tersingkap akan tetapi lapisan minyaknya belum sampai pada
permukaan.
Rembesan minyak yang berasosiasi dengan lapisan dan formasi tempat
minyak tersebut terbentuk. Hal ini dikarenakan batuan induk (serpih
misalnya) pengalami penghancuran dan akan membebaskan minyak
dalam jumlah kecil sehingga indikasi dipermukaan sangat kecil.
Rembesan minyak dan gas yang keluar dari akumulasi minyak yang
besar dan telah tersingkap oleh erosi atau reservoirnya telah hancur
akibat patahan dan lipatan. Rembesan macam inilah yang biasanya
merupakan daerah rembesan yang terbesar di dunia.
Rembesan minyak sepanjang bidang ketidakselarasan. Untuk hal ini
mungkin terdapat banyak rembesan lain yang keluar atau memotong
suatu bidang ketidakselarasan yang kemudian menjadi jalan utama dan
alat pengumpul dari semua rembesan sehingga menjadi rembesan yang
cukup besar.
Rembesan yang berasosiasi dengan intrusi seperti gunung api lumpur,
interusi batuan beku atau penusukan oleh kubah garam. Rembesan
semacam ini bisa berasosiasi dengan reservoir yang telah hancur
dibawahnya bisa juga tidak.
Adanya rembesan minyak memang tidak mutlak menunjukkan akan adanya
reservoir dibawahnya. Namun bagaimanapun juga adanya rembesan harus
diperhatikan dari segi eksplorasi dan eksploitasi minyakbumi karena paling
tidak mengidikasikan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu
membentuk minyakbumi, hanya saja harus dipelajari strukturnya lebih jauh.
36
Selain itu puls adanya rembesan mungkin berasosiasi dengan suatu reservoir
minyak dibawahnya yang mengalami kebocoran.
Pentingnya rembesan minyak dalam cekungan minyakbumi dapat terlihat
dari kenyataan bahwa cekungan sedimen penghasil minyak di dunia ini hampir
semuanya ditandai dengan adanya rembesan.
IV.2.2 MINYAKBUMI DALAM KERAK BUMI
Minyakbumi dalam kerak bumi biasanya didapati dalam lapisan berpori.
Dari segi jumlah maka bisa ditemukan sebagai jejak-jejak (minor occurrences)
dan juga ditemukan sebagai suatu akumulasi. Sebenarnya minyakbumi atau
hidrokarbon didapatkan pada berbagai macam formasi atau lapisan sebagai
tanda-tanda minyak atau hidrokarbon dalam jumlah sedikit (minor showing).
Tanda itu biasanya ditemukannya minyak bersama-sama dengan air terutama
air asin. Terkadang juga minyakbumi ditemukan didalam lapisan yang bukan
reservoir misalnya pada lapisan serpih atau batuan lainnya.
Tanda-tanda minyak yang dalam jumlah sedikit biasanya didapat pada
saat melakukan pemboran, dan ini mengandung arti penting bahwa lapisan
tempat terdapatnya tanda-tanda itu paling tidak pernah mengandung minyak.
Atau ada kemungkinan besar lubang bor yang menembus lapisan yang
mengandung minyak sedikit itu terdapat didekat atau pinggiran suatu akumulasi
minyak yang penting.
Adanya tanda-tanda minyak yang sedikit atau bisa menunjukkan adanya
akumulasi yang komersil bisa diteliti lebih lanjut dari lumpur pemboran dan dari
serbuk pemboran. Suatu lapisan reservoir yang mengandung minyak dapat
disebut komersil jika dari lapisan tersebut minyak dapat diproduksikan secara
menguntungkan. Hal ini ditentukan oleh berbagai factor ekonomi dan geologi.
IV.2.2.1 KEADAAN DAN CARA TERDAPATNYA MINYAKBUMI DALAM
RESERVOIR
Berbicara mengenai keberadaan minyakbumi dalam kerak bumi tentu
saja tidak lepas dari apa yang disebut dengan reservoir minyak. Suatu
akumulasi minyak selalu terdapat di dalam suatu reservoir. Suatu reservoir
haruslah tertutup pada bagian atas dan pinggirnya oleh lapisan penutup dan
kemudian berbentuk perangkap. Suatu perangkap sebetulnya tidak lain
37
daripada suatu tempat fluida tetapi karena hokum hidrostatika dank arena
asosiasinya dengan air maka bentuk wadah ini tidaklah terbuka ke atas tetapi
terbuka ke bawah. Bentuk perangkap yang terbuka ke bawah ini bisa dengan
berbagai macam cara yakni :
Terbuka seluruhnya ke bawah sebagaimana didapatkan pada perangkap
struktur misalnya pada sumbu antiklin
Setengah terbuka ke bawah misalnya suatu perangkap stratigrafi dimana
hanya sebagian saja dari bagian bawah perangkap tersebut terbuka
Tertutup sama sekali misalnya jika batuan reservoir sangat terbatas
penyebarannya sehingga berbentuk suatu lensa.
Batas bawah suatu akumulasi minyak tentu merupakan suatu permukaan air
yang mendorong minyak ke atas dan memojokkan minyak tersebut untuk tetap
berada dalam perangkap. Meskipun sifat komersil sangat tergantung pada
kondisi ekonomi serta kemajuan teknologi namun beberapa factor geologi juga
sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu akumulasi minyakbumi. Faktor-
faktor geologi tersebut antara lain :
Tebal lapisan reservoir, makin tebal tentu makin besar pula kemungkinan
untuk mendapatkan produksi yang besar sehingga kolom minyak yang
akan didapatkan juga menjadi lebih besar
Tutupan (closure), berlaku untuk perangkap struktur. Disini tutupan
berarti kolom minyak maksimal yang mungkin didapatkan dalam suatu
perangkap. Jika tutupan itu rendah atau sangat terbatas maka jumlah
minyak yang terkumpul juga sangat terbatas.
Penyebaran batuan reservoir. Jika batuan reservoir terbatas pada bagian
kecil perangkap maka hal ini tidak terlalu menguntungkan untuk
terdapatnya akumulasi yang sifatnya komersil
Porositas dan permeabilitas efektif, kedua sifat ini merupakan hal yang
sangat penting bahkan merupakan sifat khas dari batuan reservoir.
Besar kecilnya porositas menentukan besar kecilnya jumlah cadangan,
sedangkan besar kecilnya permeabilitas menentukan besar kecilnya
jumlah minyak yang dapat dikeluarkan.
Selain apa yang telah diuraikan maka unsure lain yang juga
mempengaruhi ada tidaknya minyakbumi adalah migrasi, waktu igrasi,
akumulasi, waktu akumulasi, batuan induk serta mulajadi.
38
Keadaan dalam reservoir dapat diketahui berdasarkan pada beberapa
interpretasi daripada :
Fluida yang diperoleh dari inti pemboran
Contoh fluida dari dasar pemboran
Contoh fluida dari permukaan sumur yang sedang diproduksikan
Studi sejarah produksi dari satu atau lebih sumur misalnya
penurunan tekanan reservoir, peningkatan atau penurunan produksi.
Dalam menginterpretasi dan mengevaluasi semua data tentu saja dapat
menimbulkan berbagai persoalan misalnya perbedaan temperature permukaan
dan reservoir, terjadinya berbagai pengotoran dan reaksi lainnya yang timbul
karena semua perubahan tersebut. Namun dari semua data hubungan fluida di
dalam reservoir dapat diperkirakan secara meyakinkan dan yang penting
diantaranya adalah mengenai penyebaran air, minyak dan gas di dalam
reservoir tersebut. Dan tak kalah pentingnya untuk diketahui adalah peranan air
terutama sifat dari air formasi.
Penyebaran vertical daripada air, gas dan minyak ditentukan oleh sifat
fasa tersebut, antara lain :
Berat jenis, ini sangat dipengaruhi oleh kadar garam yang terlarut
didalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi berat jenis
air. Berat jenis air formasi berkisar dari nilai 1,0 untuk air yang sangat
tawar sampai 1,140 untuk air formasi yang mengandung 210.000 ppm
garam. Berat jenis minyakbumi dapat berkisar dari 0,6 1,0 biasanya
kurang dari 1,0. Berat jenis (specific gravity) gas biasanya dinyatakan
sebagai perbandingan terhadap kerapatan jenis (density) udara. Berat
jenis gas berkisar 0,061 0,965. Berat jenis gas jauh lebih kecil dari
minyakbumi.
Daya larut masing-masing fluida/gas
Gas dapat larut dalam air dan daya larut gas rata-rata 20 kaki kubic
setiap barrel pada tekanan 5000 psi. Daya larut gas dalam minyakbumi
lebih besar lagi dan biasanya berkisar dari beberapa kaki kubik sampai
ribuan kaki kubik untuk setiap barrel. Daya larut gas dalam minyak
ataupun air sangat tergantung daripada tekanannya, lebih besar tekanan
lebih besar pula daya larutnya sampai dicapai suatu titik penjenuhan.
39
Sebagai akibat sifat masing-masing jenis fluida maka pada umumnya
dalam reservoir terdapat suatu stratifikasi daripada air, minyak dan gas.
Kapilaritas, besaran tekanan kapiler tergantung dari tegangan
permukaan dan juga dari pelengkungan bidang permukaannya. Derajat
pelengkungan daripada permukaan lengkung tersebut tergantung dari
besar kecilnya pori batuan dan juga dari jenis fluida yang ada.Tekanan
kapiler didapatkan jika dua fluida yang tidak dapat larut berada dalam
persentuhan, hubungan tekanan kapiler ini dinyatakan dalam pengertian
tegangan permukaan, sudut sentuh dan radius daripada pipa kapiler.
r
P
c

cos . 2
dimana P
c
= tekanan kapiler
= tegangan permukaan
= sudut kontak permukaan air-minyak
r = radius efektif pipa kapiler
Dalam keadaan pori jenuh air dan adanya tekanan kapiler maka untuk
dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu
tambahan tekanan yang dinamakan tekanan masuk (entry pressure) dan
tekanan penggeseran (displacement pressure).
Penjenuhan masing-masing fluida dalam batuan reservoir, di dalam
suatu reservoir jarang sekali minyak terdapat 100 % menjenuhi lapisan
reservoir.Biasanya air terdapat sebagai interstitial water yang berkisar
dari beberapa persen sampai kadang-kadang lebih dari 50 % tetapi
biasanya antara 10 30 %. Besarnya penjenuhan air didalam reservoir
minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu diproduksikan.
Penjenuhan air dinyatakan sebagai S
w
(water saturation). Jika S
w
lebih
besar dari 50 % minyak masih dapat keluar akan tetapi pada umumnya
harus lebih kecil dari 50 %.
Tekanan reservoir minyak dan gas bumi terutama ditentukan oleh
kedalamannya, makin dalam makin tinggi temperaturnya. Dilain fihak
nilai dari temperature ini ditentukan oleh gradient panasbumi. Gradien
panasbumi didefinisikan sebagai perbandingan antara temperature
formasi dikurang dengan temperature permukaan tahunan rata-rata
dibagi dengan kedalaman.
40
IV.2.3 KERANGKA GEOLOGI PENYEBARAN MINYAK DAN GASBUMI
Pada kenyataannya minyak dan gasbumi selalu didapatkan dalam
cekungan sedimen. Secara geologi, permukaan bumi ini dapat dibedakan
antara perisai dan cekungan sedimen. Perisai biasanya terdiri dari batuan beku
dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-kambrium. Didaerah ini tidak
didapatkan minyak dan gasbumi. Diantara semua perisai didapatkan cekungan
sedimen yang secara klasik dibedakan menjadi geosinklin, daerah epi-kontinen
dan daerah paparan kontinen.
Geosinklin ialah suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan sedimen
yang sangat tebal diendapkan secara cepat dan akhirnya menghasilkan struktur
pelipatan yang ketat dan rumit seperti pegunungan Alpina dan Himalaya. Di
daerah seperti ini minyak jarang sekali ditemukan karena struktur yang ruwet
dan sedikit banyak daerah ini diintrusi batuan beku.
Daerah epi-kontinen yang disebut miogeosinklin terletak diantara geosinklin
dan perisai benua dan merupakan juga daerah dimana sedimen tebal terjadi,
tetapi tidak terlipat secara kuat. Daerah semacam inilah yang merupakan
cekungan yang paling kaya akan kandungan minyakbumi.
Daerah paparan kontinen merupakan daerah dimana lapisan sedimen tidak
terlalu tebal dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak. Secara
tektonik jarang sekali minyakbumi didapatkan di dalam rangkaian pegunungan
yang terlipat ketat apalagi pegunungan yang diintrusi oleh batuan beku.
Kebanyakan minyakbumi ditemukan pada daerah yang bersifat landai atau
yang tidak berstruktur sama sekali, misalnya pantai timur sumatera dan Jawa,
daerah dataran rendah Iran dan Irak dsb.
IV.3 PENUTUP
IV.3.1 SOAL LATIHAN
Setelah membahas materi yang berkaitan dengan cara terdapatnya minyak
dan gasbumi maka mahasiswa diminta memberikan jawaban atau ulasan
tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Jelaskan bagaimana keterdapatan minyak dan gasbumi sebagai oil show
dan akumulasi komersil.
41
2. Kita ketahui bahwa rembesan minyakbumi tidak lepas dari kondisi
geologi dari suatu daerah tertentu. Jelaskan jenis-jenis rembesan
minyakbumi tersebut.
3. Jelaskan prinsip utama dari cara terdapatnya minyak dalam suatu
reservoir.
4. Apa yang dimaksud reservoir, lapangan minyak dan daerah minyak.
5. Diketahui bahwa keberadaan minyak dalam suatu jebakan sering
bersama air dan gas, dimana penyebaran vertical dari ketiga macam
fasa ini ditentukan oleh sifat fasa tersebut. Jelaskan sifat-sifat fasa yang
dimaksud.
IV.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi
Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.

42
BAB V
BATUAN RESERVOIR
V.1 PENDAHULUAN
Dalam mempelajari materi tentang batuan reservoir ini sasaran umum
yang hendak dicapai ialah agar mahasiswa mempunyai pemahaman yang luas
tentang peranan batuan reservoir dalam hal cara terdapatnya minyak dan gas
bumi. Adapun sasaran khususnya yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian batuan reservoir serta
kaitannya dengan porositas dan permeabilitas
2. Agar mahasiswa memahami karakteristik serta jenis dari batuan
reservoir
Dalam pembahasan materi ini ada beberapa hal penting yang akan
mempermudah mahasiswa dalam memperoleh pemahaman tentang batuan
reservoir misalnya adanya sampel batuan yang akan membantu dalam proses
identifikasi masalah porositas dan jenis-jenis batuan reservoir. Untuk keperluan
tersebut mahasiswa diharapkan mencari informasi tentang jenis-jenis batuan
reservoir misalnya dengan mencari gambar-gambar tentang batuan reservoir.
Sampel batuan bisa diperoleh dari laboratorium geofisika.
V.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Sebelum membahas masalah batuan reservoir, kita membahas dulu
tentang batuan secara umum. Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan
lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan
tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati
langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui
dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa
daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi,
yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan,
dan sejarah geologinya. Secara genesa, batuan dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
43
Batuan beku (igneous rock), yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil
dari kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang
mendingin (Walter T Huang, 1962). Berdasarkan teksturnya batuan beku ini
bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang
relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat
letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya
adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Gambar V.1 Contoh batuan beku
Batuan sedimen (sedimentary rock), yaitu batuan yang terjadi akibat
lithifikasi dari hancuran batuan lain (detritus) atau lithifikasi dari hasil reaksi
kimia tertentu (Pettijohn, 1964). Lithifikasi adalah proses terubahnya
material pembentuk batuan yang bersifat lepas (unconsolidated rock forming
materials) menjadi batuan yang kompak (coherent rock).
Gambar V.2 Proses ternetuknya batuan sedimen
44
Gabbro
Granit
Batuan sediment bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian
diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan
sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi.
Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan
penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan
induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu
konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk
melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit
dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan
sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source)
atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping
terumbu.
Batuan metamorf (methamorphic rock), yaitu batuan yang berasal dari
batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan,
temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979).
V.2.1 BATUAN RESERVOIR
Reservoir adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas
bumi. Adapun unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi adalah :
1. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan
gas bumi. Biasanya batuan ini berpori dan berongga.
2. Lapisan Penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang tidak permeabel atau
lulus minyak.
3. Perangkap reservoir (reservoir trap), adalah suatu unsur pembentuk
reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta
penutupnya merupakan bentuk konkav kebawah dan menyebabkan minyak
dan gas bumi berada di bagian atas reservoir. Bentuk perangkap ini sangat
ditentukan oleh cara terdapatnya minyak bumi, yaitu selalu berasosiasi
dengan air dimana air memiliki berat jenis jauh lebih tinggi.
45
Pengertian Batuan Reservoir, Porositas, dan Permeabilitas
Pada hakikatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir
asal mempunyai kemampuan untuk minyimpan dan melepaskan minyak bumi.
Dalam hal ini batuan reservoir harus memiliki porositas yang meberikan
kemampuan untuk menyimpan; juga kelulusan atau permeabilitas, yaitu
kemampuan untuk melepaskan minyak bumi itu. Jadi secara singkat, dapat
disebutkan bahwa reservoir harus berongga rongga dan berpori-pori yang
berhubungan.
Perbedaan antara porositas dan permeabilitas ialah porositas menentukan
jumlah cairan yang terdapat sedangkan permeabilitas menentukan jumlahnya
yang dapat diproduksi. Suatu batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai
lapisan penyalur aliran minyak dan gas bumi ke tempat minyak bumi tersebut
keluar batuan induk ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap.
Bagian suatu perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir.
Porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori
terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan
dalam persen dan disebut porositas.
= =


%
Porositas biasanya berkisar antara 5 sampai 40 %. Porositas 5 % biasanya
disebut porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat nonkomersiil.
Secara teoritis porositas tidak bisa lebih dari 47,6 %, yang berlaku untuk
porositas jenis intergranuler.
Misalkan dalam kubus / batuan terdapat 8 buah bola penuh sehingga isi seluruh
butiran dalam kubus adalah :


Dengan jari-jari butir bola = r
Isi setiap bola =

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu :


46
1. Di Laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hukum
Boyle : gas digunakan sebagai penggganti cairan untuk menentukan
volum pori tersebut.
2. Dari Log Listrik, log sonik dan log rarioaktivitas.
3. Dari log kecepatan pemboran.
4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi.
5. Dari hilangnya inti pemboran.
Skala Visuil Pemberian Porositas
Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara visuil dengan mengunakan
peraga visuil. Penentuan ini bersifat semi kuantitatif dan dipergunakan suatu
skala sebagai berikut :
0 5 %, dapat diabaikan (negligible)
0 10 %, buruk (poor)
10 15 %, cukup (fair)
20 20 % baik (good)
20 25 %, sangat baik (very good)
>25, istimewa (exelent).
Permeabilitas
Permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan
cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk
atau kerangka batuan tersebut.
Defenisi permeabilitas dapat ditulis dalam persamaan :
=

.


( )
Dimana q dinyatakan dalam centimeter per sekon, k dalam darcy
(permeabilitas), viskositas m dinyatakan dalam sentipoise, dan


adalah
gradien hidrolik yang dinyatakan dalam atmosfer per centimeter.
Cara penentuan permeanbilitas adalah :
1. Dengan Permeameter, suatu alat pengukur yang menggunakan gas.
2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
3. Dari kecepatan pemboran.
47
4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang.
Secara perkiraan dilapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif
sebagai berikut :
1. Ketat (tight), kurang dari 5 md (milidarcy).
2. Cukup (fair), antara 5 10 md.
3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
Permeabilitas Relatif dan Efektif
Permeabilitas tergantung pada ada tidaknya cairan ga di dalam rongga
yang sama. Sebagai contoh misalnya saja adanya air dan minyak. Gambar
dibawah ini memperlihatkan permeabilitas relatif.
Gambar V.1 Grafik permeabilitas relative dengan perbedaan
penjenuhan air dan minyak (Lavorsen, 1958 dalam
Koesoemadinata,1980)
Penjenuhan air diperlihatkan pada absis dan dinyatakan dalam persen
air, koordinat menunjukkan fraksi permeabilitas dari pada fluida yang
bersangkutan terhadap keadaan jika seluruh batuan tersebut dijenuhi oleh
cairan tersebut itu saja. Hal ini juga jelas sama untuk kehadiran gas dan minyak
(gambar 4.2). Jika penjenuhan minyak kurang dari 40 %, maka minyak sama
sekali tidak bisa bergerak dan hanya gas saja yang dapat bergerak.
48
Gb.1 Grafik
Hakekat Rongga Pori
Dilihat dari segi asal terjadinya, rongga rongga pori dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu :
1. Pori Primer (rongga primer), atau disebut juga antar-butir (inter granula).
2. Pori Sekunder atau pori yang dibentuk kemudian.
Pori sekunder disebut juga pori terinduksikan, yang berarti porositasnya
dibentuk oleh beberapa gejala dari luar, seperti gejala tektonik dan pelarutan.
Porositas primer dibentuk pada waktu batuan diendapkan, jadi sangat
tergantung dari faktor sedimentasi.
Berbagai faktor yang mempengarughi besar-kecilnya pori-pori adalah :
a. Besar Butir, besar butir mempengaruhi ukuran pori-pori, tetapi tidak sama
sekali tidak mempengaruhi porositas total daripada batuan, setidak-tidaknya
untuk pasir kasar ataupun halus.
b. Pemilahan, Pemilahan (shorting) adalah cara penyebaran berbagai macam
besar butir. Misalnya jikas sedimen itu dei=endapakan dalam arus sedimen
yang kuat maka pemilahannya akan lebih baik dan dengan demikian
memberikan besar butir yang sama.
49
Gambar V.2 Grafik memperlihatkan relatif dengan perbedaan
penjenuhan gasdan minyak(Lavorsen,1958 dalam
c. Bentuk dan Kebundaran Butir, bentuk suatu butiran klastik didefenisikan
sebagai suatu hubungan terhadap suatu bola yang dipakai sebagai standar,
sedangkan kebundaran didasarkan terhadap suatu ketajaman atau
penyudutan daripada pinggiran butir.
d. Penyusutan Butir, Penyusitan butir adalah pengaturan kepadatan daripada
susunan bola butir satu terhadap yang lainnya. Penyusutan butir sangat
mempengaruhi porositasnya. Butiran yang berbentuk bola dan seragam
akan memberikan angka porositas 47,6 % untuk penyusutan kubus yang
paling terbuka, dan 25, 9 % untuk penyusutan rhombohedral. Seperti pada
gambar dibawah ini.
50
Gb V.3 Pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas dan permeabilitas dalamgreywacke
Gb V.4 Pengeruh susunan butir terhadap
porositas
Gambar V.5 Diagram yang memperlihatkan
perbandingan berbagai jenis Batuan
reservoir sebagai cadangan minyak
bumi
e. Kompaksi dan Sementasi , Kompaksi dan sementasi juga mempengaruhi
besar kecilnya rongga-rongga yang ada, dan pada umumnya memperkecil
atau menyusutkan pori-pori yang telah ada. Kompaksi akan menebabkan
penyusutan yang lebih ketat sehingga sebagian rongga-rongga akan hilang.
Batuan Reservoir Kl astik Detritus Batupasir
Dua macam batuan yang penting uantuk bertindak sebagai reservoir adalah :
Batupasir dan Gamping atau karbonat. Pada Gambar berikut memprlihatkan
bahwa 60 % daripada reservoir minyak terdiri daripada batupasir, 30 % terdiri
dari pada batuan gamping dan sisanya batuan lainnya.
1. Jenis jenis Klastik Detritus
Adapun batuan yang termasuk jenis-jenis
klastik Detritus yaitu Batupasir, Konglomerat
dan detritus kasar, Batu Lanau. Jenis batuan
tersebut dapat sebagai batuan reservoir.
Batupasir merupakan reservoir yang paling
penting dan yang paling banyak di dunia ini, 60
% daripada semua batuan reservoir adalah
batupasir. Konglomerat dan detritus kasar
juga bisa menjadi sebagai batuan reservoir.
Jelas juga, bahwa makin kasar batuan tiu, pori-
porinya makin besar dan kerenanya
permeabilitasnya menjadi lebih baik. Batu
lanau juga kadang-kadang bertindak sebagai
reservoir. Tapi karena besar butirnya yang
halus maka permeabilitasnya kurang begitu baik.
2. Fasies, Bentuk dan Ukuran Tubuh Batupasir.
Pada umunya kita dapatkan tiga macam fasies yaitu :
1. Batu pasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil)
2. Batu pasir yang diendapkan dalam lingkunagn campuran atau dekat
pantai.
51
3. Batu pasir Marine yaitu bastu pasir yang diendapkan dalam laut misalnya
batupasir pparan, lensa pasir neritik dan turbidit.
Ukuran dan Bentuk : Ukuran suatu lapisan reservor dapat dinyatakan dalam
tebal dan luas. Tebal uatu lapisan reservoir, baik lapisan itu batupasir maupun
batu gamping, dapat berkisar antara 1,5 sampai 500 meter. Berbagai paenulis
telah membuat penggolongan ukuran serta bentuk abtuan reservoir.
Penggolongan Krynine (1940) didasarkan atas perbandingan lebar atau luas
terhadap tebal atau kira-kira luas berbanding volume. Ini merupakan bentuk 2
dimensi yaitu :
1. Pasir Lapoisan Selimut (Blanket sand, sheet sand), jika perkiraan luas
(lebar) lapisan reservoir terhadap volume(tebal) lebih besar dari 1000 : 1
2. Tabuler, Jika perbandingan luas (lebar) berbanding volume (tebal)
diantara 50 : 1 sampai 5 : 1.
3. Prima, jika perkiraan luas (lebar) bernbanding volume (tebal) di antara
50: 1 sampai 5 : 1
4. Tali sepatu (shoe-string sand), jika lebar terhadap tebal adalah 5 : 1 atau
lebih kecil lagi.
Klasifikasi berikutnya adalah oleh Rich (1923) dan Potter (1962). Kedua penulis
ini membedakan :
1. Tubuh batupasir yang sama sisi, sebagai contoh misalnya lapisan
selimut (balnket) atau sheet (lembaran), dan menurut penulis sekarang
juga termasuk lensa-lensa.
2. Tubuh batupasir memanjang, misalnya bentuk prisma, bentuk tali sepatu
(shoe string) dan sebagainya.
Pada umunya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang erbatas,
oleh karena itu proses regresi transgresi, proses meander dan proses-proses
lainnya menyebabkan tubuh-tubuh yang terbatas ini merupakan susunan yang
sangat kompleks dan ruwet. Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Jika
cara merapatnya tidak sempurna, yang biasanya memang demikin maka akan
terdapat intrerkalasi serpih diantaranya Ini justrumemperlihatkan bahwa suatu
lapisan yang kelihatannya merupakan suatu lapisan yang luas sebetulnya terdiri
dari beberapa lapisan yang merapat secara lateral dan disisipi oleh lapisan
serpih.
52
V.3 PENUTUP
V.3.1 SOAL LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan batuan reservoir ?
2. Sifat-sifat fisis apa yang harus dimiliki oleh suatu batuan reservoir.
3. Sebutkan lima jenis batuan yang biasanya termasuk batuan reservoir,
serta jelaskan bagaimana karakteristik dari batuan tersebut sehingga
termasuk kedalam batuan reservoir
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit
ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
52
BAB VI
PERANGKAP RESERVOIR
VI.1 PENDAHULUAN
Perangkap reservoir merupakan unsur paling penting dalam cara
terdapatnya minyak dan gasbumi. Malahan explorasi atau pencaharian minyak
dan gasbumi sampai kini ditujukan kepada pencaharian perangkap. Dalam
pembahasan materi ini sasaran yang ingin dicapai ialah :
Mahasiswa memahami pengertian suatu perangkap reservoir dan arti
penting dari keberadaan perangkap reservoir tersebut.
Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang jenis-jenis perangkap
reservoir serta kondisi geologis yang ikut dalam pembentukan perangkap
tersebut.
Untuk mencapai sasaran tersebut mahasiswa harus memiliki pemahaman
yang baik tentang materi-materi yang disajikan dalam mata kuliah yang sangat
mendukung mata kuliah ini misalnya geologi dasar, geotektonik dan geologi
struktur.
VI.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Dipandang dari segi sejarahnya, teori perangkap dikemukakan oleh
Sterry Hunt yang mengatakan bahwa minyak bumi selalu terdapat di atas atau
di puncak suatu antiklin. Berbagai prinsip mengenai minyak dan air serta prinsip
lainnya yang menyatakan bahwa minyak itu selalu mencari tempat-tempat yang
tinggi belum begitu jelas pada waktu itu dan mungkin berbagai keterangan lain
harus diberikan untuk menerangkan mengapa minyak berakumulasi di atas
puncak suatu antiklin.
Sebetulnya perangkap adalah tidak lain daripada bentuk lapisan
penyekat. Lapisan penyekat itu dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak
tidak dapat lari kemana-mana lagi. Bentuk ini akan menahan tetes-tetes minyak
dalam perjalanannya sepanjang garis-garis gaya. Oleh karena itu perangkap
dapat dibagi dalam dua jenis yakni:
a) Perangkap dalam keadaan hidrostatik
b) Perangkap dalam keadaan dinamik
Istilah perangkap atau jebakan (trap), mengandung arti seolah-olah minyak
53
terjebak atau tersangkut dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepas lagi.
Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa tersendiri,
namun selalu berada bersama-sama dengan air (air formasi). Menurut Teori
Potensial yang dikemukakan dalam Koesoemadinata,1980 menyatakan bahwa
adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan
dan terutama juga perbedaan berat-jenis kedua zat itu, maka minyak akan
selalu naik ke atas dan menurut teori akan mencari ternpat dengan potensi
yang paling rendah.
VI.2.1 JENIS-JENIS PERANGKAP MINYAK DAN GAS
Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi
hidrokarbon didalam kerak bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan
reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan ini adalah adanya
batuan reservoir, dalam batuan reservoir ini, terdapat beberapa faktor penting
diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi. Perangkap minyak bumi
sendiri merupakan tempat terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap
dan mempunyai bentuk konkav ke bawah sehingga minyak dan gas bumi dapat
terjebak di dalamnya. Perangkap minyak bumi ini sendiri terbagi menjadi
perangkap stratigrafi, perangkap struktural, perangkap kombinasi stratigrafi-
struktur dan perangkap hidrodinamik.
Perangkap Stratigrafi
Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara
vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan
variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoir dalam
perpindahan minyak bumi. Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah
minyak dan gas bumi terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian
terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, hal ini
dikarenakan batuan reservoir telah menghilang atau berubah fasies
menjadi batu lain sehingga merupakan penghalang permeabilitas
(Koesoemadinata, 1980). Dan jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan
ketidakselarasan seperti Channels, Barrier Bar, dan Reef, namun
berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, dan
Truncations.
54
Gambar VI.1 Contoh perangkap stratigrafi
Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoir tersebut, atau
ketika terjadi perubahan permeabilitas pada lapisan reservoir itu sendiri.
Pada salah satu tipe perangkap stratigrafi, pada horizontal, lapisan
impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada batuan yang memiliki
kandungan minyak. Terkadang terpotong pada lapisan yang tidak dapat
ditembus, atau Pinches, pada formasi yang memiliki kandungan minyak.
Pada perangkap stratigrafi yang lain berupa Lens-shaped. Pada perangkap
ini, lapisan yang tidak dapat ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki
kandungan hidrokarbon. Pada tipe yang lain, terjadi perubahan
permeabilitas dan porositas pada reservoir itu sendiri. Pada reservoir yang
telah mencapai puncaknya yang tidak sarang dan impermeabel, yang
dimana pada bagian bawahnya sarang dan permeabel serta terdapat
hidrokarbon. Pada bagian yang lain menerangkan bahwa minyak bumi
terperangkap pada reservoir itu sendiri yang Cut Off up-dip, dan mencegah
migrasi lanjutan, sehingga tidak adanya pengatur struktur yang dibutuhkan.
Variasi ukuran dan bentuk perangkap yang demikian mahabesar, untuk
memperpanjang pantulan lingkungan pembatas pada batuan reservoir
terendapkan.
56
57
2.Perangkap Struktural
Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural, perangkap
ini Jebakan tipe struktural ini banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi
perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang
merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang
paling asli dan perangkap yang paling penting, pada bagian ini berbagai
unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoar
sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan oleh gejala tektonik atau
struktur seperti pelipatan dan patahan (Koesoemadinata, 1980).
a. Jebakan Patahan
Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan batuan.
Jebakan ini terjadi bersama dalam sebuah formasi dalam bagian patahan
yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini berhenti dan pada saat
yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak pada
daerah patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang impermeabel
yang pada satu sisinya berhadapan dengan pergerakan patahan yang
bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang lain. Kemudian,
minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan permeabel. Minyak
dan gas disini sudah terperangkap karena lapisan tidak dapat ditembus
pada daerah jebakan patahan ini.
58
b.Jebakan Antiklin
Kemudian, pada jebakan struktural selanjutnya, yaitu jebakan
antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan, yang
memiliki bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas bumi
bermigrasi pada lipatan yang sarang dan pada lapisan yang permeabel,
serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah terjebak
karena lapisan yang diatasnya merupakan batuan impermeabel.
c. Jebakan Struktural lainnya
Contoh dari perangkap struktur yang lain adalah Tilted fault blocks in
an extensional regime, marupakan jebakan yang bearasal dari Seal yang
berada diatas Mudstone dan memotong patahan yang sejajar Mudstone.
Kemudian, Rollover anticline on thrust, adalah jebakan yang minyak bumi
berada pada Hanging Wall dan Footwall. Lalu, Seal yang posisinya lateral
pada diapir dan menutup rapat jebakan yang berada diatasnya.
59
3. Perangkap Kombinasi
Kemudian perangkap yang selanjutnya adalah perangkap kombinasi
antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini
merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak
minyak bumi. Dan, pada jenis perangkap ini, terdapat lebih dari satu jenis
perangkap yang membentuk reservoar. Sebagai contohnya antiklin
patahan, terbentuk ketika patahan memotong tegak lurus pada antiklin.
Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak saling mengendalikan
perangkap itu sendiri.
60
4. Perangkap Hidrodinamik

Kemudian perangkap yang terakhir adalah perangkap hidrodinamik.
Perangkap ini sangat jarang karena dipengaruhi oleh pergerakan air.
Pergerakan air ini yang mampu merubah ukuran pada akumulasi minyak
bumi atau dimana jebakan minyak bumi yang pada lokasi tersebut dapat
menyebabkan perpindahan. Kemudian perangkap ini digambarkan
pergerakan air yang biasanya dari iar hujan, masuk kedalam reservoar
61
formasi, dan minyak bumi bermigrasi ke reservoar dan bertemu untuk
migrasi ke atas menuju permukaan melalui permukaan air. Kemudian
tergantung pada keseimbangan berat jenis minyak, dan dapat menemukan
sendiri, dan tidak dapat bergerak ke reservoar permukaan karena tidak ada
jebakan minyak yang konvensional.
VI.3 PENUTUP
VI.3.1 TUGAS LATIHAN
Setelah anda membahas materi dalam bab ini maka silahkan anda
mengerjakan beberapa hal berikut ini :
1. Apa pengertian dari perangkap reservoir
2. Sebutkan jenis-jenis dari perangkap reservoir migas
3. Jelaskan peranan dari perangkap reservoir terhadap akumulasi dari
minyak dan gas bumi.
4. Carilah beberapa contoh gambar perangkap reservoir migas dan analisis
faktor-faktor geologis yang menyebabkan pembentukan dari bentuk
perangkap tersebut.
VI.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Penerbit
ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied
Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.
VIVvvhhhhhy
62
BAB VII
ASAL MINYAK DAN GAS BUMI
VII.1 PENDAHULUAN
Pembahasan tentang asal minyak dan gas bumi memiliki sasaran
sebagai berikut :
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang teori-teori pembentukan
minyak dan gas bumi.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori organik dan teori
anorganik.
Mahasiswa mempunyai pemahaman tentang proses-proses akumulasi,
pengawetan dan transformasi dari zat organik.
VII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Membahas identifikasi minyak
bumi tidak dapat lepas dari bahasan
teori pembentukan minyak bumi dan
kondisi pembentukannya yang membuat
suatu minyak bumi menjadi spesifik dan
tidak sama antara suatu minyak bumi
dengan minyak bumi lainnya.
Pemahaman tentang proses
pembentukan minyak bumi akan
diperlukan sebagai bahan pertimbangan
untuk menginterpretasikan hasil
identifikasi. Ada banyak hipotesa
tentang terbentuknya minyak bumi yang
dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah :
1. Teori Abiogenesis (Anorganik)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam
alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan
dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877)
63
mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja
uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah
pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai
terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan
bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut
berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan
meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.
2. Teori Biogenesis (Organik)
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan
pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W.
Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di
atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler
(1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa:
minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta
tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua
macam bukti, yaitu:
a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium, yaitu bahwa proses organik
ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya dalam alam.
Dengan kata lain, proses kimianya harus betul dan terbukti di dalam
laboratorium.
b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data
mengenai tempat terdapatnya minyak bumi, dalam keadaan yang
bagaimana, serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini
didapatkan dari hasil explorasi di dunia. Jadi, tanpa kekecualian harus
dapat menerangkan cara terdapatnya minyakbumi secara geologi di
seluruh dunia.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai dua teori utama mengenai berbagai
keberatan serta kesulitan yang timbul, serta beberapa masalah yang masih
belum terpecahkan dalam teori anorganik maupun teori organik. Ternyata
masih banyak persoalan yang timbul, juga dalam teori organik yang diterima
masyarakat luas.
64
VII.2.1 TEORI ASAL ANORGANIK MINYAKBUMI
1. Teori Alkali Panas Dengan CO
2
(Berthelot, 1866)
Berthelot adalah ahli kimia Perancis. Ia memulai dengan suatu anggapan
bahwa di dalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya
pada temperatur yang tinggi. Jika karbondioksida yang datang dari udara
bersentuhan dengan alkali panas ini, maka asetilen dapat terbentuk seperti
pada persamaan berikut:
Variasi lain dari teori ini adalah adanya besi yang panas dalam kerak bumi,
yang karena aksi karbondioksida dan hidrogensulfida menghasilkan juga reaksi
yang serupa. Air yang mengandung asam karbonat biasanya datang dari laut
yang masuk ke dalam kerak bumi melalui rekahan-rekahan.
2. Teori Karbida Panas Dengan Air (Mendeleyeff, 1877)
Mendeleyeff seorang kimiawan asal Uni Soviet abad 19, beranggapan
bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi. Air yang masuk ke dalam
kerak bumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi. Di dalam
teori ini didasarkan suatu pengetahuan umum bahwa kalsiumkarbida ditambah
air akan membentuk gas asetilen yaitu salah satu gas hidrokarbon.
3. Teori Emanasi Volkanik
Asal volkanik minyakbumi, mula-mula sekali ditemukan oleh Von Humboldt
pada tahun 1805, kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet
dAoust (1934), silvestri dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini
mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi
lumpur merupakan gunungapi dalam arti sebenarnya yaitu terdapatnya
minyakbumi di dalam batuan volkanik atau dekat batuan beku. Selain itu juga
didasarkan atas adanya gas metan (CH
4
) di dalam emanasi gunungapi lainnya.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya minyak cair dan parafin yang padat di
65
dalam rongga-rongga lava basalta di Gunung Etna. Rusia berhasil
membuktikan kalau minyak bumi ternyata bukan dari fosil dan dapat
diperbaharui karena berasal dari lapisan magma di kedalaman lebih dari 30,000
kaki dan tidak ditemukan lapisan organik.
4. Hipotesa Kimia
Pada tahun 1964 di Amerika Serikat, Marx mengemukakan teori baterai,
yang menyatakan bahwa di bawah kerakbumi terdapat suatu kombinasi antara
air, grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar,
dengan grafit bertindak sebagai penyaluran aliran listrik. Sebagai akibat reaksi
ini, air terurai dan menghasilkan hidrogen yang bereaksi dengan grafit untuk
membentuk hidrokarbon.
Proceedings of the National Academy of Sciences, studi tersebut
menjelaskan bagaimana peneliti menggabungkan tiga materi abiotik (tak hidup)
-- air (H
2
O), batu kapur (CaCO
3
), dan besi oksida (FeO) -- dan menghancurkan
campuran tersebut bersama-sama dengan tekanan yang sama dengan di
bawah permukaan bumi. Proses ini menghasilkan metana (CH
4
), komponen
paling besar dalam gas alam.
5. Hipotesa Asal Kosmik
Teori ini terutama didasarkan atas spekulasi bahwa di dalam atmosfer planet
terdapat hidrokarbon, terutama metan. Planet tersebut adalah Venus, Mars,
juga Saturnus dan Uranus dengan seluruh satelitnya. Teori asal kosmik juga
diperkuat dengan ditemukannya hidrokarbon di dalam meteorit.
6. Teori Asal Anorganik Dari Sebagian Para Ahli Geologi Uni Soviet
Porfirev (1974) mengemukakan minyakbumi berasal daripada magma, dan
bahwa magma mengandung hidrogen ataupun karbon, sebagaimana terbukti
dengan adanya grafit dan intan di dalam batuan ultra-basa. Memang menurut
hematnya terjadinya minyak bumi berlangsung dalam bagian atas selubung di
bawah kerakbumi yang dinamakan astenosfer.
66
VII.2.2 TEORI ASAL ORGANIK MINYAK DAN GAS BUMI
Teori-teori organik itu harus didasarkan atas:
a. Berdasarkan atas percobaan laboratorium yang mensintesakan minyak
bumi dari zat organik.
b. Didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai penyebab
terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Gambar VII.2 Cekungan minyak
1. Sejarah Teori Organik
Seorang sarjana Perancis P.G. Macquir (Perancis, 1758) merupakan orang
yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan berhubungan dengan cara terbentuknya batubara.
Kemudian seorang sarjana asal Rusia M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga
mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana
lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938)
dan Hofer.
2. Argumentasi Untuk Minyakbumi Asal Organik
Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa
minyakbumi berasal dari zat organik, yaitu:
1) Minyakbumi mempunyai daya dapat memutar bidang optik atau bidang
polarisasi.
2) Minyakbumi mengandung porfirin, suatu zat yang kompleks yang terdiri
dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel dsb. Porfirin adalah suatu
67
zat yang sangat menyerupai hemoglobin yang terdapat dalam darah dan
zat klorofil dalam daun-daunan.
3) Susunan hidrokarbon yang terdiri dari unsur H dan C sangat mirip
dengan zat organik yang terdiri dari H, C dan O.
4) Hidrokarbon terdapat di dalam sedimen resen. Hal ini berhubungan
dengan asosiasi minyakbumi dengan sedimen, sedangkan diketahui pula
bahwa zat organik banyak terdapat didalam lapisan sedimen.
5) Secara praktis lapisan minyak didapatkan setelah kambrium sampai
pleistosen.
3. Pagar Cox
Pada umumnya dalam proses pembentukkan minyakbumi terdapat tiga
stadium atau fasa:
1) Pembentukannya sendiri yang terdiri dari:
a. Pengumpulan zat organik di dalam sedimen
b. Pengawetan zat organik di dalam sedimen
c. Transformasi zat organik menjadi minyakbumi
2) Migrasi daripada minyakbumi yang terbentuk dan tersebar di dalam
batuan sedimen ke perangkap dimana minyak terdapat.
3) Akumulasi daripada tetes minyak yuang tersebar di dalam lapisan
sedimen sehingga berkumpul menjadi akumulasi komersil.
Beberapa garis utama daripada pagar cox ini adalah:
1) Minyakbumi selalu terdapat dalam batuan sedimen dan pada umumnya
sedimen marin. Hedberg (1964) juga memperlihatkan bahwa banyak
kasus yang menunjukkan bahwa minyakbumi itu terdapat dalam batuan
sedimen non-marin.
2) Minyakbumi merupakan campuran kompleks hidrokarbon. Secara unsur
maka susunannya adalah seragam, yaitu 15% hidrogen dan 85%
karbon.
3) Minyakbumi terdapat dari umur kambrium sampai pleistosen.
4) Temperatur reservoir rata-rata ialah 107
0
c dan secara kekecualian dapat
mencapai 141
0
c. Juga temperatur yang lebih rendah dapat dialami
minyakbumi.
68
5) Minyakbumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi sebagaimana
diperlihatkan oleh hadirnya porfirin dan unsur belerang. Juga
minyakbumi hanya sedikit sekali mengandung oksigen.
6) Minyakbumi dapat mengalami berbagai perubahan. Dapat tahan
terhadap perubahan tekanan dari 8 sampai 10.000 psi atau kurang dari
satu atmosfer. Selain itu minyakbumi dapat bertahan dalam kisaran
temperatur 100
0
c.
Hedberg dalam Koesoenadinata (1980), mengemukakan pula beberapa faktor
lingkungan pengendapan sebagai berikut:
Banyaknya produksi zat organik jenis tertentu. Masih harus diteliti
apakah zat organik tersebut berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan,
marin atau daratan
Terbentuknya suatu kondisi anaerob dan reduksi
Tidak adanya organisme yang merusak zat organik
Pengendapan sedimen halus secara cepat yang memberikan
pengawetan kepada zat organik dan juga memberikan matriks yang kaya
air untuk proses diagenesa
Adanya rongga reservoir pada waktu kompaksi
Selain itu Hedberg menekankan pula pentingnya ada cekungan yang
terbatas dengan sedikit sirkulasi air.
4. Data Geokimia
Berbagai data geokimia memberikan beberapa keterangan mengenai
terjadinya minyakbumi
1) Minyakbumi mengandung beberapa senyawa yang memperlihatkan
kesamaan struktur terhadap zat organik yang diisolir dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan
2) Beberapa komponen minyakbumi termasuk kompleks porfirin, tidak stabil
pada temperatur 250 sampai 300
0
c
3) Parafin normal merupakan susunan utama minyakbumi.
4) Dengan sedikit kekecualian, minyakbumi tidak mengandung lebih dari
0,5 persen nitrogen dan 1,0 persen oksigen.
69
5. Zat organik sebagai sumber
Bahwa zat organik merupakan bahan sumber bagi pembentukkan minyak
dan gasbumi, telah diterima oleh sebagian besar ahli geologi. Namun yang
menjadi persoalan adalah macam zat organik apakah yang menjadi sumber itu
apakah tumbuh-tumbuhan atau hewan dan bagian mana saja dari zat tersebut
dapat menjadi minyakbumi.
Gambar VII.3 Bagan Struktur Molekul Beberapa Komponen Fraksi Lipid
Lipid mungkin merupakan zat pembentuk utama minyakbumi. Hal ini terlihat
pula dari perbandingan H : C nya, yang menunjukkan bahwa lipid adalah yang
paling mirip dengan minyakbumi. Zat organik juga dapat terbentuk dalam
kehidupan laut ataupun darat. Juga zat organik dapat juga dibagi dua jenis,
yakni yang berasal dari kehidupan nabati dan kehidupan hewan.
Zat Organik Lautan
Bahan organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
- Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 m.
- Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 m.
Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata
bahan organik tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut
terdiri dari sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup
melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan.
Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi laut adalah sebagai berikut :
- Sumber energi (makanan)
- Sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan
- Sumber vitamin
70
- Sebagai zat yang dapat mempercepat dan menghambat pertumbuhan
sehingga memiliki peranan penting dalam mengatur kehidupan
fitoplankton di laut.
Bahan organik terlarut dalam air laut.
- Bahan organik karbon berukuran 0,3 3 mgC/ l pada perairan pantai,
ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan polusi
dari daratan.
- Metode penentuan karbon organik, ditemukan oleh Menzel dan Vaccaro
(1964) dalam Riley dan Chester (1971) dengan menyaring sampel,
dipindahkan ke sebuah ampul dan diacidified sparging dengan uap
udara bersih untuk memisahkan karbondioksida yang bergabung dengan
keseimbangan asam karbonik. Sampel ini dihilangkan dengan Potasium
Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu ampul ditutup. Selanjutnya dipanaskan
dengan suhu 130C dalam sebuah autoclave selama 1 jam. Setelah
dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk oleh oksidasi dari
bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu diukur
dengan alat ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan
absorption chromatography.
- Bahan organik nitrogen.
Penentuan bahan organik nitrogen terlarut (5 300 gN/l) dikemukakan
oleh Strikland dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen dioksidasi
menjadi nitrit+ oleh penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra violet.
Nitrat selanjutnya direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor
column sehingga total nitratnitrogen dapat ditentukan.
Bahan organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu :
Daratan
Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan
sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa
mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari pelepasan humic material dan
hasil penguraian dari buah-buahan yang jatuh di tanah. Penambahan
bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran)
dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera
membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan
71
air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi
dikarenakan kondisi anoksik tersedia.
Penguraian organisme mati oleh bakteri
Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis
dan bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan.
Tingkat penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai
tersedianya enzim dan bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis,
reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam sel dan hasilnya
selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan. Menurut Johanes
(1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme
seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik
karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati
dalam air laut terjadi dengan cepat. Waksman, et al (1938) dalam Riley
dan Chester (1971) telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen
yang ada dalam zooplankton mati, diubah menjadi amonia dalam waktu
2 minggu dan fospat dilepaskan dengan cepat. Skopintsev (1949) dalam
Riley dan Chester (1971) menyatakan bahwa 70 % organik karbon tidak
terlarut di dalam kultur alga mati akan dioksidasi menjadi karbondioksida
(CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang diubah
kedalam bahan organik terlarut.
Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton.
Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam
badan perairan. Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk
organisme laut lainnya dan juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam
amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan secara
dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp
Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.
Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting
bahan organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip
adalah Nitrogenous seperti urea, purines (allantoin dan asam uric),
trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine oxide dan asam
amino (glycine, taurine dan alanine)
72
Sifat Bahan Organik Terlarut dalam Air Laut
Sebagian besar bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material
yang kompleks dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Kehidupan
tumbuh-tumbuhan dalam laut terdiri dari ganggang, jamur, bakteri,
dinoflagelata, dan diatomea. Kehidupan hewan dalam laut terdiri dari
foraminifera, radiolaria, spongia, coralia, ikan, dll.
Ganggang ini paling banyak terdapat di lautan dan merupakan makanan
utama bagi hewan di laut. Dapat pula dikatakan bahwa zat lipid sangat banyak
terdapat di dalam ganggang tersebut. Diatomea juga merupakan tumbuh-
tumbuhan yang terkungkung dalam endapan silikat. 5 50% dari jasad
diatomea terdiri daripada pelampung yang berupa zat minyak, sehingga
mungkin zat beginilah yang merupakan sumber utama minyakbumi. Melihat
bahwa lipid merupakan sumber utama minyakbumi, maka jasad plankton
merupakan binatang yang mungkin sekali menjadi sumber minyakbumi, karena
padanya terdapat paling banyak lipid.
Zat Organik Daratan
Sebagaimana telah nyata sebelumnya diperkirakan tumbuh-tumbuhan
dapat merupakan sumber utama minyak dan gasbumi. Harus kita ingat pula
bahwa selain tumbuh-tumbuhan, di daratpun terdapat kehidupan hewan, yang
zat organiknya kemudian dapat terkumpul untuk menjadi minyakbumi, atau
terbawa oleh sungai ke laut untuk kemudian menjadi minyakbumi.
Zat organik di daratan terutama terdiri dari tumbuh-tumbuhan, yaitu Lignin
dan selulosa, terutama terdiri dari karbohidrat dan juga zat-zat kayu, Asam
humus, Asam geis, Asam ulmik
Proses pembentukan minyakbumi berdasar teori organik
Mungkin tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa secara alami
minyak bumi yang ada secara alami ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya
dari ganggang. Ya, selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan
juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang merupakan biota
terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan
(diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi akan lebih banyak
menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan
73
karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks. Setelah ganggang-
ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen.
Keberadaan ganggang ini bisa juga di laut maupun di sebuah danau. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu
saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di
danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak
karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya
mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).
Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini
sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan
mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja karbon ini teroksidasi maka
akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.
Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah
ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya,
maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentu saja kita
tahu bahwa semakin kedalam atau masuk ke bumi, akan bertambah suhunya.
Gambar VII.4 Pembentukan Migas (Teori Organik)
Gambar VII.4 Proses Pembentukan Migas (Teori Organik)
74
VII.2.3 PENGUMPULAN, PENGAWETAN, DAN TRANSFORMASI ZAT
ORGANIK DALAM SEDIMEN
1. Lingkungan Pengendapan Zat Organik
Untuk terbentuknya minyak dan gasbumi tentu diperlukan suatu lingkungan
pengendapan yang dapat memberikan kadar zat organik yang tinggi serta
kesempatan untuk mengawetkannya. Keadaan yang seperti itu yang
memungkinkan teronggoknya zat organik adalah:
Suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik
sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.
Pengendapan sedimen yang berlangsung sedemikian cepatnya, terutama
yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan
tidak hilang oleh pembusukkan ataupun oksidasi.
Lingkungan yang berada pada keadaan reduksi, dimana tidak terdapat
sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat
organik akan terawetkan.
Daerah pantai dan mulut sungai
Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat,
terutama terdapat di daerah pantai dan mulut sungai. Perairan pantai biasanya
memproduksi 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama
daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari
daratan yang akan menarik banyak sekali jasad.
Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana
terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwelling currents).
Aliran ini membawa air dingin dari dalam yang besar sekali yang naik ke
permukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan
tempat kehidupan yang subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat
merupakan sumber zat organik.
Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat
yang dinamakan zat sapropel, yaitu suatu zat organik yang setengah
membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan
laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam
keadaan anaerob.
75
Lingkungan sedimentasi cepat
Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah
pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik.
Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai,
dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore currents)
disebarkan di sepanjang pantai.
2. Lingkungan Pengawetan Zat Organik
Cekungan Euxinic : kondisi untuk terjadinya pengawetan zat organik ialah
tidak banyak adanya oksigen. Hedberg (1964) dalam Koesoemadinata (1980),
menekankan pentingnya cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida yang
kurang, sehingga oksidasi tidak akan terjadi. Dan lautan yang demikian
merupakan suatu cekungan yang mempunyai ambang di bawah alas
gelombang pada mulutnya terhadap laut terbuka sehingga tidak terjadi sirkulasi
udara sama sekali dan oleh karenanya segala sesuatu menjadi berbau busuk
(sapropel), sedangkan di bagian lain atasnya sirkulasi udara terjadi dan di sini
organisme hidup.
Gambar VII.5 Penampang Suatu Cekungan Euxinic (Koesoemadinata, 1980)
3. Beberapa Lingkungan Pengumpulan Zat Organik
Lingkungan Terumbu
Salah satu lingkungan sedimentasi yang juga merupakan daerah tempat
akumulasi zat organik adalah terumbu. Kadar zat organik dalam suatu terumbu
koral dapat berkisar dari 4 sampai 8 persen dari masa total. Terumbu adalah
suatu masa gamping yang dibangun oleh organisme yang mengeluarkan kapur
dan biasanya bersifat koloni yang berkerangka.
76
Penggolongan terbentuknya minyakbumi didalam lingkungan terumbu
sebagai berikut:
Di belakang terumbu. Dalam laguna, seperti dalam cekungan yang
tertutup
Di muka terumbu, dalam lingkungan dasar yang euxinic, juga di dalam
terumbunya sendiri.
Sumber zat organik terdapat di dalam terumbu itu sendiri.
Danau darat sebagai tempat akumulasi zat organik
Di tengah danau terdapat suatu daerah anaerob yang sangat dalam dengan
sedimen berwarna hitam sampai ketebalan beberapa inci dan sangat berbau
hidrogensulfida. Makin ke tengah danau kadar karbon organik bertambah atau
meningkat, sampai lebih dari 5 %. Sedimentasi danau (lakustrin) ditentukan
oleh ukuran danau, kimiawi air, jumlah allochtonous yang dibawa sungai.
Pada danau terbuka keseimbangan antara air masuk dan pengendapan
dengan air keluar dan penguapan Allochtonous dibawa oleh aliran sungai, dan
karakter sedimen adalah masukan bahan tumbuhan darat. Dapatlah
disimpulkan bahwa terdapatnya pengumpulan serta pengawetan zat organik
secara banyak tidak hanya disebabkan karena kecepatan sedimentasi yang
sangat tinggi, tetapi juga karena keadaan anaerob.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
untuk terbentuknya zat induk minyakbumi sangat beraneka ragam misalnya
lingkungan lautan maupun lingkungan daratan. Lingkungan yang baik untuk
terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak dan juga pengawetan
zat organik, antara lain adalah banyaknya cahaya matahari, adanya cukup zat
makanan dan pengawetan oleh penguburan yang cepat dalam sedimen halus.
Diantara lingkungan tersebut terdapat situasi dimana yang satu lebih
menguntungkan daripada yang lain:
Sungai besar yang membawa zat makanan dari daratan dan sedimen
halus dari laut menghasilkan delta yang sangat baik untuk pertumbuhan
dan pengawetan zat organik.
77
Cekungan yang setengah tertutup dengan satu ambang merupakan
daerah yang sangat baik untuk pengumpulan dan pengawetan zat
organik
Suatu kasus istimewa dari cekungan evaporit yang terhalang dari laut
terbuka dimana kebanyakan cadangan minyakbumi rupanya berasosiasi
secara genetika .
Cadangan minyakbumi yang besar didapatkan dalam reservoir karbonat
yang menyerupai terumbu yang juga sebagian berasal dari lingkungan
yang setengah tertutup.
Danau daratan merupakan suatu keadaan yang tidak jauh berbeda
dengan keadaan yang telah dikemukakan di atas.
4. Kadar Zat Organik Dalam Sedimen Dan Batuan Sedimen
Kadar organik sedimen sangat dipengaruhi oleh konfigurasi laut.
Endapan dalam cekungan yang tertutup lebih banyak mengandung zat
organik daripada punggungan serta lereng-lereng yang ada didekatnya.
Kadar organik sedimen meningkat dengan halusnya tekstur. Lempung
kira-kira mengandung dua kali lebih banyak mengandung zat organik
daripada lanau. Dan lanau lebih banyak dua kali daripada pasir halus.
Kadar organik sedimen halus dapat berkisar besar sekali dalam jarak
bebeapa kilometer saja.
Kadar organik sedimen laut yang khas, bervariasi secara kasar dengan
jumlah plankton yang terdapat pada permukaan air laut
Sedimen dekat pantai mengandung lebih banyak zat organik daripada
endapan samudera terbuka.
Kadar organik di daerah pemunculan airlautdalam ke permukaan
sangatlah besar.
Zat organik dalam batuan sedimen
Kesimpulan daripada hasil yang dilakukan oleh Trask (1932) dkk adalah:
Zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen terutama adalah
pirobitumina atau kerogen, yaitu suatu zat kompleks yang tahan berupa
senyawa hidrokarbon yang juga mengandung oksigen.
78
Kadar zat organik yang terdapat dalam batuan sedimen ternyata berkisar
antara 1,3 sampai 1,7 % atau rata-rata 1,5 %.
Litologi ternyata juga berpengaruh terhadap kadar zat organik. Semua
jenis batuan sedimen ternyata mengandung zat organik, tetapi yang
paling banyak yaitu di dalam batuan serpih dan gamping.
Warna juga merefleksikan kadar zat organik. Makin gelap warna batuan
sedimen terutama batuan serpih, kadar zat organiknya makin tinggi.
Trask tidak menemukan minyak bebas di dalam batuan sedimen,
kecuali di dalam batuan reservoir dan dalam batuan serpih yang berada
langsung di atas batuan reservoir.
5. Proses Transformasi Zat Organik Minyak Bumi
Mengenai proses transformasi zat organik minyak bumi diajukan beberapa
pendapat:
1. Degradasi termal
Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan
dan temperatur akan meningkat. Temperatur merupakan faktor penting.
Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyakbumi tetapi
memerlukan temperatur sangat tinggi yaitu 400
0
c.
2. Reaksi Katalis
Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, cracking
terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila
menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat).
3. Radioaktivitas
Penelitian yang dilakukan oleh whitehead (1954) membuktikan
kemampuan pembentukan hidrokarbon minyakbumi dari zat organik.
Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha
membentuk hidrokarbon parafin.
4. Aktivitas Bakteri (Mikrobiokimia)
Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan
hidrokarbon minyakbumi dan memegang peranan penting dari sejak
matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya
aktivitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yang
79
mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya
minyak bumi.
5. Tanpa Suatu Proses Tertentu
Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon
sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang
normal. Juga minyakbumi dari rembasan dari zaman-zaman lampau
yang mungkin diendapkan kembali dan menambah cadangan yang telah
ada.
VII.3 PENUTUP
VII.3.1 TUGAS
Setelah mempelajari materi ini silahkan anda memberikan penjelasan
tentang pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apa yang dimaksud dengan teori organik dan anorganik terkait dengan
proses pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Pada umumnya dalam proses pembentukan minyak bumi terdapat tiga
stadium atau fasa, uraikan ketiga stadium tersebut!
3. Jelaskan apa bagaimana karakteristik lingkungan yang baik untuk
terdapatnya kehidupan dan pertumbuhan yang banyak serta pengawetan
dari zat-zat organik.
DAFTAR PUSTAKA
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.
Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi 2 jilid 2,
Bandung, Penerbit ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
80
BAB VIII
BATUAN INDUK, PEMATANGAN, MIGRASI SERTA AKUMULASI
MINYAK DAN GAS BUMI
VIII.1 PENDAHULUAN
Ada beberapa sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi
dalam bab ini yaitu :
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep tentang batuan
induk
Mahasiswa mampu menguraikan tentang proses pematangan minyak
dan gas bumi
Mahasiswa mampu menguraikan proses migrasi serta akumulasi minyak
dan gas bumi.
Dalam proses pembelajaran tentang materi ini ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan yaitu :
Mahasiswa diharapkan membaca materinya sebelum masuk ke ruang
kuliah untuk memperlancar proses diskusi yang terjadi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Mahasiswa diharapkan telah memiliki referensi pendukung lainnya yang
nantinya akan memperkaya informasi tentang materi ini.
VIII.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Secara umum sering dikemukakan bahwa pembentukan minyak bumi
terjadi karena pengonggokan zat organik terutama plankton pada dasar laut,
dan tertimbun dengan sedimen halus dalam keadaan reduksi, sehingga
terawetkan. Hal ini hanya terjadi di cekungan sedimen dimana terdapat suatu
ambang dari laut terbuka, sehingga terdapat keadaan setengah euxinic, dengan
sedimentasi yang cepat, disertai dengan penurunan. Lama kelamaan akan kita
dapatkan suatu urutan batuan serpih yang kaya akan zat organik dan berwarna
hitam yang disebut source rock atau batuan induk. Karena gradien panas bumi
dan gaya tektonik serta pembebanan, oleh temperatur tinggi dan tekanan , zat
81
organik tersebut diubah menjadi minyak dan gas bumi dan diperas keluar untuk
bermigrasi ke batuan rservoir.
VIII.2.1 Konsepsi Batuan Induk
Dalam konsepsi ini diperlukan suatu ciri tertentu untuk mengetahui ciri
batuan induk dan cara mengidentifikasinya. Pada umumnya batuan induk
dibayangkan sebagai batuan serpih berwarna gelap, kaya akan zat organik
dan biasanya diendapkan di lingkungan marin.
Beberapa penyelidikan tentang batuan induk memperlihatkan bahwa semua
batuan sedimen mengandung zat organik, terutama dalam bentuk karogen
walaupun hidrokarbon dan aspal ditemukan (smith,1954 dalam
Koesoemadinata,1980). Terutama batuan serpih yang berwarna gelap paling
banyak mengandung karogen. Penyelidikan yang agak sama dilakukan oleh
Fletcher dan Bay (1975) terhadap formasi talang akar di laut jawa sebelah
barat. Walaupun demikian tidak ada persesuaian faham mengenai ciri maupun
geokimia daripada kualitas suatu batuan induk. Saat itu masih banyak yang
keberatan untuk menganggap serpih minyak atau serpih hitam yang kaya akan
zat organik sebagai batuan induk. Sebab kalau demikian, tentu kadar zat
organiknya akan berkurang , karena minyaknya telah bermigrasi.
Levorsen,1958 dalam Koesoemadinata,1980 justru berpendapat bahwa
batuan induk yang baik justru sedikit mengandung zat organik yang
ketinggalan karena sebagian besar telah ditransformasi menjadi minyak bumi.
VIII.2.2 Penentuan Batuan Induk
Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara para ahli geokimia
mengenai kriteria batun induk minyak dan gas bumi, namun menurut Haun,
1977 dalam Koesoemadinata,1980 kriteria-kriteria yang lazim dipakai sebagai
standar untuk identifikasi batuan induk adalah sebagai berikut :
TOC (total organic carbon), yaitu presentase berat dari karbon
organik dalam suatu contoh batuan. Yang dimaksud dengan
karbon organik adalah zat carbon yang berasal dari zat organik
dan bukan dari karbonat misalnya gamping. Karbon organik total
berhubungan langsung dengan kadar zat organik total atau
kerogen, yaitu 1,2 1,6 kali TOC.
82
EOM (extractable organic matter), yaitu hidrokarbon dan
nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan misalnya dalam CS
2
atau
bitumina. Volum dan sifat-sifat dari EOM menunjukkan sifat
batuan induk. Pada umumnya extrak dari batuan induk susunan
kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah.
CPI (carbon preference index), yaitu perbandingan antara volum
anggota n-parafin yang bernomor ganjil terhadap yang bernomor
genap dari kisaran C
21
C
37
. Untuk batuan induk yang baik nilai
CPI harus kurang dari 1,15.
CIR (carbon isotope ratio) C
13
/C
12
. Kisaran nilai CIR untuk minyak
bumi yaitu 1% (0,0109 0,0110). Batuan induk harus mempunyai
CIR yang mendekati nilai minyak bumi.
LOM (level of thermal maturity). Pada teori degradasi termal
pembentukan minyak bumi dinyatakan bahwa minyak bumi hanya
bisa terbentuk pada tingkatan pematangan tertentu yaitu
perpaduan antara temperature dan waktu.
VIII.2.3 Waktu Pembentukan Minyak Bumi
Jika kita bertanya tentang kapankah minyak bumi itu terbentuk? Maka
pada umumnya ada dua konsep mengenai pembentukan minyak bumi yaitu :
Anggapan pembentukan segera
Anggapan ini didasarkan pada beberapa hal yaitu
- Terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen
- Kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin
padat sehingga makin sulit bagi cairan yang terbentuk di dalamnya untuk
bermigrasi. Stadium perkembangannya menurut Hedberg,1937 yang dikutip
dari Koesoemadinata,1980 diuraikan sebagai berikut:
Stadium 1 : Penyusunan mekanis komponen mineral, kedalaman 0,01
meter. Penyusutan porositas dari 90 % menjadi 75 %. Air
bebas keluar.
Stadium 2 : Penyusunan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya
mineral lempung langsung bersentuhan. Kedalaman 200
83
300 meter. Penyusutan porositas dari 75 % mrnjadi 35%.
Sedimen mengalami pengeluaran air secara besar-besaran
dengan hanya sedikit air bebas yang tertinggal.
Stadium 3 : Deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman dari 320
-2000 meter. Porositas menyusut dari 35% menjadi 10%.
Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang pori yang semakit
menciut.
Stadium 4 : Gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman sampai
lebih dari 3000 meter. Porositas menurun dibawah 10%.
Hanya air yang diabsorbsi masih terdapat.
Anggapan pembentukan lambat - stadium serpih
Kita telah mengetahui bahwa pembentukan minyakbumi secara populer
adalah dari serpih yang kaya akan zat organik mengalami penimbunan dan
oleh temperatur tinggi dan tekanan berubah menjadi minyak bumi dan
kemudian bermigrasi. Dengan demikian batuan induk harus mengalami suatu
stadium serpih (shale stage) dahulu sebelum dapat menghasilkan minyakbumi.
Oleh karena itu terdapat berbagai macam minyakbumi yang dihasilkan oleh
suatu batuan induk, sesuai dengan stadium perkembangan suatu cekungan.
VIII.2.3 Pematangan Minyakbumi
Pengertian Dan Proses Pematangan
Pengertian pematangan erat hubungannya dengan masalah waktu
pembentukan dan pengertian batuan induk. Banyak ahli geologi minyak bumi
berpendapat bahwa langkah terakhir dalam sejarah pembentukan minyakbumi
terjdi atau dekat reservoir pada waktu atau setelah migrasi primer selesai dan
terdiri dari suatu urutan perubahan purna-diagnesa yang menghasilkan
hidrokarbon dari senyawa yang lebih berat dengan berat molekul rendah.
Proses ini disebut pematangan atau pendewasaan (maturation) dan hasilnya
adalah minyakbumi yang sebenarnya.
Dalam hal proses pematangan minyak banyak hipotesa yang telah
diajukan seperti teori perbandingan karbon oleh White,1915, fraksinasi minyak
dalam batuan oleh Day,1916 dan hipotesa-hipotesa yang lain yang dimana bisa
84
ditarik kesimpulan bahwa makin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua
umurnya maka makin meningkat perbandingan hidrokarbon dan karbonnya.
Namun untuk gas sebaliknya. Dalam hal ini sumber organik minyak bumi serta
lingkungan pengendapan batuan induk harus diperhitungkan, karena fasies
merupakan factor yang lebih kuat dibandingkan dengan kedalaman dan
umurnya.
Hubungan antara pematangan zat organik dengan pembentukan
migas
Terlepas dari persoalan apakah pendewasaan minyak bumi terjadi
dalam batuan induk atau di luar batuan induk banyak ahli mengemukakan
adanya hubungan langsung antara pengubahan termal zat organik yang
terdapat dalam batuan sedimen dengan jenis minyak atau gas bumi yang
terakumulasi diantaranya. Dalam hal ini harus dibedakan antara pengubahan
yang terjadi pada waktu diagenesa yang merupakan transformasi organik
dengan perubahan termal.
Zat organik yang terkumpul dalam sedimen pada waktu diagenesa
mengalami beberapa perubahan yang merupakan transformasi organik.
Perubahan terjadi ketika pada waktu transport , dengan adanya transformasi
kimia, pelarutan, pemilahan fisika, pencernaan dan pemrosesan oleh
organisme dan mekanisme koagulasi dan presitipasi.
Pada waktu pengendapan zat organik mengalami pengerjaan oleh
organism aerob dan anaerob tergantung pada ketersediaan oksigen. Dalam
keadaan oksidasi dan energy tinggi yang tinggal hanyalah bagian yang tahan
yang seringkali mengalami pengendapan berulang-ulang. Hasil organism
memegang peranan yang penting dalam pembentukan debris sapropel yang
amorf yang terutama terdiri dari bakteri, ganggang dan organisme lainnya.
Keadaan anaerob adalah relative, karena untuk reduksi selalu diperlukan
oksigen.
Perubahan termal zat organik mungkin dimulai dari temperature 100
o
C.
Perubahan temperature yang dapat menyebabkan mulainya metamorfisme dan
sangat berpengaruh pada zat organik yang terkandung dalam sedimen disebut
eometamorfisme. Tingkat atau derajat eometamorfisme dewasa ini lazim
85
disebut LOM (Level of Organic Maturation) atau tingkat kematangan (termal)
organik yang terekam dalam batuan.
VIII.2.4 Migrasi
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah
permukaan. Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses
migrasi, berupa ekspulsi hidrokarbon dari source rock (batuan sumber) yang
berbutir halus dan berpermeabelitas rendah ke carrier bed yang memiliki
permeabelitas lebih tinggi. Akumulasi merupakan pengumpulan dari
hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif diam
dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan
akumulasi terjadi.
Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan
sumber, kemungkinan bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa
tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi diperlukan
pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir dan
kemudian bergerak ke perangkap. Koesoemadinata (1980) menyatakan ada
beberapa faktor tertentu sebagai sumber tenaga untuk terjadinya migrasi
minyakbumi baik primer maupun sekunder, yaitu kompaksi, tegangan
permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy), tekanan hidrostatik, tekanan
gas, sedimentasi, dan gradien hidrodinamik.
Migrasi Primer
Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian
serius bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum yaitu difusi, ekspulsi fasa
minyak, dan pelarutan dalam gas.
Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara
terbatas pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber
yang tebal. Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya
migrasi primer, dimana difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon
dalam ukuran yang cukup besar.
Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam
fasa hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro
86
selama pergerakan hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi
kekuatannya menahan tekanan, perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang
lemah dari batuan tersebut, seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang
terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi daripada batuan yang massif, dalam banyak kasus tidak ada
perekahan mikro atau ekspulsi yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang
dihasilkan batuan sumber mencapai batas ambang tertentu.
Mills (1923) dan Sokolov (1964) dalam Koesoemadinata (1980)
sehubungan dengan pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi gas,
menyatakan bahwa minyak dapat larut dalam gas, terutama pada temperatur
dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi dengan lebih leluasa
melalui batuan berhubung tegangan permukaannya yang kecil. Karena suatu
pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan membawa minyakbumi
terlarut. Mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada keberadaan
gas yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan sumber
untuk menghasilkan gas.
Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan
lambat dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang
rendah. Migrasi primer akan terhenti ketika hidrokarbon mencapai tingkat
permeabelitas yang memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer
dapat terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada
karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber.
Migrasi Sekunder
Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan mengalami
migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh gaya
pelampungan (bouyancy). Teori pelampungan (dalam Koesoemadinata, 1980)
menerangkan mekanisme pergerakan minyak bumi karena adanya perbedaan
berat jenis minyakbumi dan air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu
melambung mencari tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak
ke atas mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir.
Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas. Semakin
besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan kapilaritasnya, dan
87
semakin kecil pori dari suatu batuan, semakin besar tekanan kapilaritasnya.
Gaya pelampungan bekerja untuk menggerakan hidrokarbon, tetapi tekanan
kapilaritas melawan gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya
pelampungan yang bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka
migrasi dari hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan
gaya ketiga yang menggerakan hidrokarbon dapat mengubah pergerakan dari
hidrokarbon, tetapi hal ini kurang mempengaruhi dasar bahwa gaya
pelampungan dan tekanan kapilaritas merupakan faktor utama yang
menentukan pergerakan dari hidrokarbon.
Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya
pelampungan yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas,
dan lalu mengikuti kemiringan carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan
dengan permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur dan
perubahan fasies mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan
daripada gaya pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah,
dan atau terhenti.
VIII.2.5 Akumulasi minyak dan gas bumi
Kita ketahui bahwa minyak dan gas bumi berakumulasi pada suatu
perangkap yang perupakan bagian tertinggi dari lapisan reservoir. Akan tetapi
apakah yang menyebabkan minyak dan gasbumi berhenti di sana? Apabila
hidrokarbon mencapai trap maka terjadi pemisahan antara fasa hidrokarbon
dengan air. Akumulasi terjadi sebagai akibat gaya pelampungan yang
menggerakan hidrokarbon berhenti atau dibiaskan. Batuan inpermeabel dapat
menjadi perisai yang menahan migrasi hidrokarbon terjadi, karena tekanan
kapilaritas yang tinggi terhadap gaya pelampungan hidrokarbon.
Dalam Koesoemadinata (1980) diuraikan beberapa teori tentang
akumulasi dari migas, diantaranya adalah teori akumulasi Gussow. Teori ini
menjelaskan bahwa dalam keadaan hidrostatik proses akumulasi migas adalah
sebagai berikut. Gumpalan atau tetes-tetes minyak dan gas akan bergerak
sepanjang bagian atas lapisan penyalur ke atas, terutama disebabkan oleh
pelampungan (buoyancy). Begitu sampai di suatu perangkap, minyak dan gas
akan menambah suatu kolom gas dan mendesak minyak ke bawah yang juga
88
bertambah juga kolomnya dan gilirannya mendesak air ke bawah. Hal ini akan
terus terjadi sampai batas minyak-air mencapai spill point. Penambahan minyak
dan gas terus menerus akan menyebabkan pelimpahan (spilling) minyak ke
atas ke struktur selanjutnya. Pada fasa selanjutnya berhubung dengan
penambahan gas maka seluruh minyak didesak gas ke bawah sehingga
melimpah sampai habis dan perangkap sepenuhnya di isi oleh gas.
Gambar VIII.1 Diferensiasi migas dalam perangkap yang
menyebabkan minyak melimpah(Gussow,1951)
Selain teori yang dikemukakan oleh Gussow, teori yang lainnya yaitu
Teori akumulasi King Hubbert. King Hubbert meninjau prinsip akumulasi
minyakbumi dari segi kedudukan energi potensial dan erat hubungannya
dengan perangkap hidrodinamik. Dalam hal ini minyakbumi baik dalam bentuk
tetes atau fasa yang menerus berada dalam lingkungan air akan selalu mencari
bagian reservoir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial rendah.
Medan potensil dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan resultan dari
dua gaya yaitu gaya pelampungan (buoyancy) dan gaya yang disebabkan
gradien hidrodinamik.
Waktu penjebakan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk
diketahui dalam lingkup materi ini. Penentuan waktu dalam sejarah geologi
mengenai kapan minyakbumi dapat terjebak bukan saja penting dalam segi
ilmiah akan tetapi juga dalam segi ekonomi. Suatu perangkap dapat terisi atau
89
kosong tergantung dari waktu pembentukan ataupun kapan minyak itu
terbentuk atau berada dalam keadaan terjebak oleh perangkap. Pengertian
yang baik mengenai hal ini dapat membantu evaluasi suatu prospek. Untuk itu
perlu dipertimbangkan beberapa factor dalam hal mengkaji tentang waktu
penjebakan. Faktor-faktor tersebut antara lain waktu pembentukan perangkap,
perangkap yang terisi dan yang kosong, expansi gas, minyak dibawah
penjenuhan, topi gas yang berkelainan, metoda energy, mineral diagenesa dan
sementasi organik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa minyakbumi tidak terjadi
pada waktu tertentu didalam evolusi minyakbumi. Setelah berakumulasi di
suatu perngkap, minyak bumi dapat bermigasi lagi ke arah perangkap yang
terbentuk kemudian.
VIII.3 PENUTUP
VIII.3.1 SOAL LATIHAN
Setelah kita membahas materi tentang batuan induk, proses pematangan,
migrasi serta akumulasi minyak dan gas bumi, diharapkan mahasiswa
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan batuan induk.
2. Apa ciri-ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu batuan induk
3. Apa hubungan antara pengubahan/pematangan termal zat organik
dengan pembentukan minyak dan gas bumi.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan migrasi primer dan migrasi
sekunder.
5. Jelaskan syarat-syarat fisika yang diperlukan dalam hal proses migrasi
dari minyak dan gas bumi.
VIII.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. A., 2008, Pemodelan Zona Subduksi Dan Struktur Bawah
Permukaan Jawa Timur Berdasarkan Kajian Anomali Gravitasi,
Bandung.
90
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi kedua,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis
Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB,
Bandung.
91
BAB IX
EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI
IX.1 PENDAHULUAN
Materi yang akan dibahas dalam bab ini merupakan materi yang sangat
menarik khususnya bagi mahasiswa prodi geofisika. Hal ini dikarenakan bidang
geofisika sangat terkait langsung dengan kegiatan eksplorasi migas. Untuk itu
ada beberapan sasaran yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ini.
Sebagai sasaran umum ialah agar mahasiswa mengerti dan memiliki
pemahaman tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam suatu
kegiatan eksplorasi. Adapun sasaran khususnya ialah :
Agar mahasiswa bisa menguraikan apa saja tahapan-tahapan yang
harus dilakukan dalam hal perencanaan eksplorasi
Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan daerah eksplorasi
Agar mahasiswa mengetahui peranan ilmu geofisika dalam tahapan
eksplorasi
IX.2 URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
IX.2.1 Pengertian Eksplorasi
Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang
yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk
kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang
menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas
pencarian hidrokarbon tersebut. Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi
bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namun berada di dalam pori-pori
batuan bercampur bersama air.
Eksplorasi memang merupakan kegiatan penting dalam industri energi
pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi. Demi
kelangsungan peradaban kita, diperlukan produksi minyak dan gas bumi secara
terus menerus. Dengan demikian cadangan makin menciut dan hanya dengan
eksplorasi sajalah cadangn akan semakin bertambah atau setidaknya
dipertahankan. Banyak ahli ekonomi ataupun khayalak ramai mengira bahwa
92
jika disuatu daerah telah diselidiki atau dieksplorasi dapatlah diketahui apakah
daerah itu mengandung cadangan minyak atau tidak. Mereka kemudian
mengharapkan bahwa dengan dilakukannya eksplorasi untuk seluruh daerah
tersebut misalnya seluruh daerah Indonesia, dapatlah diadakan inventarisasi
mengenai jumlah cadangan minyak bumi kita dan sampai kapan habisnya
minyak bumi ini. Namun, dilihat dari penjelasan sebelumnya jangankan
mengetahui seluk beluk cara terdapatnya minyak didalam suatu daerah apalagi
diseluruh Indonesia, sedangkan cara terbentuk dan terdapatnya minyakbumi di
dalam kerakbumi pun belum kita mengerti sedalam dalamnya ataupun
meramalkannya.
Beberapa konsepsi dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi,
dan konsep mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus
menerus berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat
terdapatnya dan keadaan geologi minyakbumi. Contohnya, pencarian minyak
dan gasbumi di Amerika Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan
dilakukan oleh puluhan ribu ahli geologi dengan modal yang sangat besar serta
dengan menggunakan metoda yang paling modern, tetapi ternyata sampai kini
masih tetap dapat ditemukan cadangan baru di dalam daerah yang sudah
dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya makin kecil dan makin sulit
untuk ditemukan.
IX.2.2 Urutan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi tidak dibedakan antara survey
pendahuluan atau prospeksi dan eksplorasi sebagaimana dalam bidang
pertambangan. Yang diartikan eksplorasi minyak dan gas bumi dalam industry
minyak adalah semua kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha
penemuan dan penambahan cadangan minyak dan gasbumi yang baru.
Eksplorasi mencakup semua kegiatan yang merupakan bagian integral dalam
usaha pemcarian minyak bumi termasuk pemboran.
Urutan suatu operasi eksplorasi adalah sebagai berikut :
Perencanaan eksplorasi (exploration palnning)
Operasi survey lapangan
Penilaian dan prognosis prospek
Pemboran eksplorasi
93
Pengembangan dan reevaluasi daerah
Bersamaan dengan dilakukannya urutan operasi eksplorasi, juga
dilakukan pengkajian dan evaluasi secara terus-menerus oleh suatu kelompok
studi yang menunjang eksplorasi dan yang menyarankan berbagai garis
kebijaksanaan dalam bidang eksplorasi.
IX.2.2.1 Perencanaan Eksplorasi
Suatu eksplorasi untuk minyak dan gas bumi haruslah direncanakan sebaik-
baiknya dengan memperhitungkan untung rugi dan juga efisiensi dan ekonomi
dari eksplorasi tersebut. Dewasa ini sering dilakukan perencanaan jaringan
yang menggambarkan garis-garis operasi dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya beserta jadwal waktu yang keseluruhanya merupakan jaringan. Hal ini
perlu untuk saling mengecek efisiensi dan kelancaran kerja. Perencanaan
eksplorasi meliputi beberapa hal, antara sebagai berikut :
Pemilihan Daerah Eksplorasi
Pemilihan daerah eksplorasi juga berhubungan dengan permintaan daerah
kuasa pertambangan yang berlaku terutama pada perusahaan minyak asing.
Namun perusahaan Negara pun harus mengajukan permintaan daerah yang
akan di eksplorasi. Secara umum, pemilihan daerah eksplorasi untuk
perusahaan bersifat internasional ataupun multinasional tergantung dari Negara
atau tempat dilakukannya eksplorasi dan apakah daerah eksplorasi di lepas
pantai ataukah di daratan dan sebagainya. Hal ini selalu menyangkut keadaan
geologinya sendiri yang memungkinkan terdapatnya minyak bumi, menyangkut
pula kestabilan politik dan daerah pemasaran. Karena hal ini sering
menentukan berhasil atau tidaknya rencana yang telah dibuat. Beberapa dasar
pemilihan daerah eksplorasi adalah keadaan Geologi,keadaan Ekonomi, serta
keadaan social politiknya.
Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi geologi regional yang menyangkut studi
komparatif atau perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang telah
terbukti produktif. Studi ini mempertimbangkan formasi yang biasa dijadikan
sasaran eksplorasi, struktur yang dapat bertindak sebagai perangkap dan
seterusnya serta juga memperhatikan feasibility studies yaitu suatu studi
mengenai kemungkinan tercapainya sasaran eksplorasi tersebut. Selain itu
94
studi pendahuluan juga meliputi pembuatan rencana eksplorasi. Studi geologi
regional meliputi ketebalan dan Penyebaran Sedimen, statigrafi regional,
tektonik dan Sejarah Geologi.
IX.2.2.2. OPERASI EKSPLORASI
Dalam tahapan operasi eksplorasi ini selain metoda dan teknik
penyelidikan geologi juga meliputi beberapa hal lain yaitu organisasi dan
personalia, peralatan dan fasilitas serta anggaran belanja.
Secara umum tahap operasi eksplorasi dapat dibagi sebagai berikut :
Penyelidikan Sepintas Lalu
Suatu survey sepintas lalu dimaksudkan supaya dalam waktu yang singkat
didapatkan gambaran keadaan geologi yang luas sehingga dapat dipilih
beberapa daerah untuk dilakukan penelitian secara lebih mendetail. Dalam
survey sepintas lalu ini, seringkali perusahaan dikejar waktu, sebab seringkali
sebagian daerah harus diserahkan kembali dalam waktu tertentu. Dengan
demikian tentu dalam jangka waktu yang pendek itu perusahaan harus bisa
menentukan daerah mana yang akan dikembalikan dan daerah mana yang
akan dipertahankan. Untuk itu operasi harus dilakukan secepat mungkin
dengan menggunakan fasilitas modern dan juga berbagai studi yang meluas.
Operasi yang dilakukan pada taraf sepintas lalu ini antara lain pemotretan dari
Udara, pemetaan Geologi Permukaan misalnya pengukuran penampang
stratigrafi dan pemetaan struktur, penyelidikan geofisika yang dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan.
Survey Detail
Tujuan Survey detail adalah untuk menentukan adanya tutupan, besar
kecilnya tutupan secara areal atau secara vertical serta bentuk perangkap
secara lebih teliti sehingga langsung diapat ditentukan titik lokasi pemboran
ekplorasi. Dari survey detail ini dapat dilakukan perkiraan volum minyak yang
bisa diharapkan secara maksimal. Metode yang sampai sekarang
dipergunakan adalah Survey Geologi Permukaan, Survey Seismic, survey
Gravitasi Detail serta Pemboran Stratigrafi.
Operasi eksplorasi selain beberapa metode yang dilakukan diatas juga meliputi
hal- hal sebagai berikut :
a) Organisasi dan Personalia
95
b) Peralatan dan Fasilitas
c) Anggaran belanja
IX.2.2.3 PENILAIAN DAN PROGNOSIS PROSPEK
Penilaian
Hasil survey mendetail dikerjakan dan disusun menjadi suatu laporan dan
harusnya menghasilkan prospek pula untuk dilakuakan pemboran eksplorasi.
Semua prospek dikemukakan oleh ahli geofisika kepala dan ahli geologi kepala
yang kemudian dinilai bersama dengan manager eksporasi. Penilaian
dilaksanakan deri berbagai segi, antara lain : segi geologi, segi ekonomi, segi
logistic dan kesampaian daerah.
Prognosis
Yang dimaksud dengan Prognosis adalah rencana pemboran secara
terperinci serta ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu pemboran dan
pada kedalaman berapa. Prognosis ini meliputi lokasi yang tepat, kedalaman
terakhir, latarbelakang geologi, objektif dan lapisan reservoir yang diharapkan,
kedalaman puncak formasi yang akan ditembus, serta jenis survey lubang bor
yang akan dilaksanakan.
Dalam prognosis ini para ahli geologi harus bekerjasama dengan bagian
exploitasi dan bagian pemboran. Dalam hal ini para ahli geologi juga harus
dapat meramalkan antara lain :
Kedalaman terdapatnya kehilangan sirkulasi
Kedalaman terdapatnya gas tekanan tinggi
Kedalaman terdapatnya pemasukan air yang besar.
Acara Pemboran Lubang Kosong
Acara pemboran lubang kosong (Dry-hole program) adalah suatu program
yang menitikberatkan pemboran khusus untuk mendapatkan data geologi
secara luas, tetapi dengan harapan bahwa salah satu daripada pemboran akan
menghasilkan minyak. Jadi tujuannya adalah mendapatkan data geologi.
96
IX.2.2.4 PEMBORAN EKSPLORASI
Pemboran explorasi juga sering disebut sebagai suatu Wildcat. Wildcat
atau sumur eksplorasi adalah sumur yang dibor untuk menentukan apakah
terdapat minyak atau gas di suatu tempat yang sama sekali baru. Jika sumur
eksplorasi menemukan minyak atau gas, maka beberapa sumur konfirmasi
(confirmation well) akan dibor di beberapa tempat yang berbeda di sekitarnya
untuk memastikan apakah kandungan hidrokarbonnya cukup untuk
dikembangkan. Pemboran explorasi merupakan puncak seluruh kegiatan
explorasi akan tetapi pemboran explorasi ini tetap merupakan pekerjaan
geologi. Tugas seorang ahli geologi jaga sumur ini antara lain adalah :
Memeriksa keratan sumur serta memplotnya dalam suatu log litologi.
Menentukan batas formasi yang telah dicapai pada waktu pemboran.
Menentukan pengambilan inti dan sebagainya.
Menyaksikan pelaksanaan penglogan listrik oleh perusahaan jasa teknik.
Mengadakan analisa terhadap log listrik, log litologi untuk penentuan
zona-zoa yang diharapkan menghasilkan minyak.
Penentuan selang-selang yang harus dilakukan perforasi dan pengujian
akan adanya minyak dan gas bumi.
Hasil suatu pemboran eksplorasi itu dapat digolongkan sebagai berikut :
Penemuan baru (Discovery) : misalnya sumur yang memproduksi minyak
secara menguntungkan, sumur yang menghasilkan minyak secara tidak
menguntungkan, dan sumur gas. Untuk mengetahui besar kecilnya
penemuan produksi yang didapatkan dari suatu sumur, dilakukan suatu
pengujian produksi yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Jika kita mendapatkan suatu sumur minyak yang tidak komersiil, dapat
berarti bahwa setidak-tidaknya suatu formasi tertentu telah terbukti
mengandung minyak. Tidak komersilnya suatu sumur dapat disebabkan
oleh berbagai factor, seperti tipisnya reservoir, kurangnya permeabilitas
ataupun juga lokasinya yang kurang tepat. Oleh karena itu, dengan
mempelajari geologi serta berbagai factor penyebab terdapatnya minyak
bumi, suatu prospek yang baru dapat diharapkan untuk mendapatkan
minyak yang bersifat produktif.
97
Lubang kosong atau lubang kering (Dry hole) yang bersifat :
- Lubang sumur yang memperlihatkan tanda-tanda adanya gas dan
minyak
- Sumur yang kering sama sekali
- Kegagalan mekanik
Suatu sumur kosong tidaklah diartikan suatu kegagalan. Seringkali suatu
lubang kosong memperlihatkan terdapatnya tanda-tanda minyak dan gas.
Hal ini sangat dapat memberi dorongan untuk meneruskan explorasi.
Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut :
- Gagal untuk mengenal adanya zona-zona minyak dan gas di dalam
sumur tersebut.
- Posisi perangkap telah bergeser atau jalanya pemboran telah
menggeser.
- Tidak ada minyak dan gas dalam perangkap.
- Tidak ada perangkap reservoir
Dapat saja kita meleset dalam meramalkan penyebaran batuan resorvir.
Hilangnya perangkap reservoir dapat disebebkan oleh :
- Perubahan fasies batuan reservoir menjadi batuan non reservoir
- Tidak ada perangkap pada lokasi pemboran
- Kecerobohan dalam pemetaan dan penentuan lokasi
- Adanya sesar naik
- Salah penentuan lokasi
Kegagalan Mekanik
Seringkali kegagalan explorasi tidak dapat mencapai objektifnya,
disebabkan karena kegagalan mekanik misalnya :
- Serpih yang terus menerus mengembang
- Peledakan lubang sumur
- Bor terus menerus terjepit dan patah sehingga pemboran tidak bisa
dilaksanakan.
Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas masih ada hal lain yang juga
penting dalam mendukung tahapan ini yaitu adanya laporan tentang kegiatan
pemboran eksplorasi yang telah dilakukan. Laporan ini berupa hasil geologi
98
yang dicapai oleh pemboran dan juga berita acara pemboran oleh ahli teknik
pemboran. Bagian laporan itu menyangkut antara lain :
- Nama sumur dan alasan untuk melakukan pemboran dilokasi itu
- Letak geologi regional serta geologi local
- Statigrafi yang didapatkan berdasarkan pemboran
- Interpretasi struktur pengukuran dari pemboran
- Data laboratorium serta hasil analisa dari semua jasa teknik
- Diskripsi lengkap dari sumur pemboran dan berbagai contoh Lumpur.
IX.2.2.5 PENGEMBANGAN DAN REEVALUASI
Jika suatu lapangan minyak ditemukan, maka haruslah direncanakan
pengemabangannya untuk diexploitasi, sebelum penemuan lapangan baru ini
diserahkan pada bagian eksploitasi, maka bagian explorasi harus menentukan
batas lapangan dengan suatu rencana pemboran semi ekplorasi.
Geologi Produksi
Tugas seorang ahli geologi produksi pada umumnya adalah :
- Menentukan bentuk geometrid an kelangsungan lapisan reservoir yang
produktif dan mengandung minyak.
- Bersama-sama ahli tekhik reservoir membantu menentukan besar
cadangan atau jenis cadangan yang didapatkan dari lapangan itu.
- Membantu menentukan lokasi pemboran pengembangan
- Mencari akumulasi baru secara extensive atau penerusan dari lapangan
yang sedang diexploitasikan sebagai akibat penentuan bentuk geometri
lapisan reservoir, dengan memproyeksikannya kejalur luar daerah yang
diketahui.
Reevaluasi Daerah
Hasil suatu acara pemboran explorasi memberikan tambahan data yang
berharga dan jelas harus dipelajari serta ditambahkan pada data yang telah ada
untuk mengadakan reevaluasi.
Beberapa daerah tertentu dapat menarik minat orang kembali dan suatu
rencana eksplorasi dan penyeledikan geologi yang lebih mendetail dapat
disusun. Mungkin pula daerah explorasi atau sebagian daripadanya
dikesampingkan karena tak ada harapan ditemukannya minyak. Maka ini
memberikan harapan untuk menemukan ladang minyak yang baru. Berbagai
99
studi dilakukan terus menerus sementara pemboran explorasi ini pun
dilaksanakan secara rutin.
Dengan bertambahnya data pemboran, pengertian serta teknik korelasi
lebih baik dan interpretasi geologi daerah menjadi lebih halus. Hasil studi dan
research dapat diintegrasikan menjadi suatu basin studi. Dengan demikian
hasil suatu usaha explorasi selain menghasilkan minyak bumi yang penting
bagi perkembangan ekonomi juga menghasilkan sumbangan besar terhadap
ilmu pengetahuan
IX.3 PENUTUP
IX.3.1 SOAL LATIHAN
1. Dalam hal perencanaan eksplorasi ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan. Jelaskan tahapan-tahapan tersebut!
2. Kegiatan ekplorasi merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya besar.
Untuk itu diperlukan pertimbangan yang matang dalam hal pemilihan
daerah yang akan dieksplorasi. Jelaskan factor apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam tahapan pemilihan daerah eksplorasi.
3. Kita tahu bersama bahwa metoda geofisika sangat penting dalam ikut
menentukan kesuksesan suatu kegiatan eksplorasi migas. Cari satu contoh
kasus dimana penggunaan salah satu metode geofisika menjadi bagian
dalam kegiatan eksplorasi migas.
IX.3.2 DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.co.id/eksplorasi_minyak_bumi.htm
Kartyoso, S,.1999, .Migas dan Usaha Migas Hupmas Pertamina.
Koesmadinata, P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi Kedua Jilid 1,
Penerbit ITB, Bandung.
100
BAB X
GEOLOGI MINYAK BUMI DI INDONESIA
X.1 PENDAHULUAN
Sebelum kita membahas tentang geologi minyak bumi di Indonesia terlebih
dahulu kita mengetahui sasaran yang akan dicapai setelah mempelajari materi ini.
Adapun sasaran-sasaran yang hendak dicapai ialah :
Mahasiswa mengetahui seberapa besar potensi minyak dan gas bumi di
Indonesia.
Mahasiswa mengetahui beberapa cekungan minyak yang ada di Indonesia
Mahasiswa bisa menganalisis hubungan antara cekungan-cekungan tersebut
dengan kerangka tektoniknya.
Untuk mencapai sasaran tersebut tentu saja dibutuhkan informasi yang lebih luas,
sehingga untuk keperluan pencapaian sasaran mahasiswa dianjurkan mencari dan
membaca beberapa referensi tentang kondisi perminyakan di Indonesia terutama
mengakses beberapa hasil penelitian atau jurnal yang terkait dengan materi ini.
X.2 URAIAN MATERI PEMBELAJARAN
Jika kita bertanya tentang bagaimana awal mula terbentuk minyak bumi,
maka harus dipahami dulu tentang faktor utama dalam pembentukannya. Ada tiga
faktor utama dalam pembentukan minyak atau gas bumi, yaitu :
1. Ada batuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan
terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari batuan asal menuju ke
batuan reservoir (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang
berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon
tersebut.
3. Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang
tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya
gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara
terus menerus, dapat menciptakan suatu ruangan bawah tanah yang
menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang
101
impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa
bergerak kemana-mana lagi.
Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan
faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang
terbentuk pada temperatur kurang dari 65
o
C dan umumnya terurai pada suhu di
atas 260
o
C. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177
o
C. Komponen-komponen pembentuk minyak bumi merupakan campuran
rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon
(C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah
kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N).
Ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya,
yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep. Minyak bumi young-
shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik,
sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow biasanya
kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai parafin yang lebih pendek.
Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya
paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat
teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak
mentah yang dikatakan paling sweet. Minyak semacam inilah yang paling
diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.
Indonesia merupakan suatu negara yang termasuk produsen minyak bumi
yang cukup penting. Hal ini bukan merupakan akibat dari segi besarnya produksi,
tetapi lebih karena posisi geografinya. Sampai kini, indonesia merupakan
produsen paling besar di Asia, kecuali Timur Tengah. Arti penting ini terutama
disebabkan karena letaknya di antara negara konsumen, antara lain Jepang yang
sangat kekurangan bahan bakar. Produksi indonesia dewasa ini telah melampui 1 juta
Barrel perhari, Namun dibandingkan dengan produksi harian dunia, yaitu 40
juta barrel perhari, sangatlah kecil (2,5%). Produsen terbesar adalah Amerika
serikat (kira-kira 12 juta barrel/hari) setelah itu Uni soviet. Berbagai negara seperti
Arab saudi, Abu Dhabi, dan sebagainya, telah melampaui 2 juta barrel/hari. Salah
satu keuntungan minyak bumi indonesia adalah kadar belerangnya yang
rendah(< 1%) di bandingkan dengan Timur tengah (2%).
102
X.2.1 SEDIMENTASI, SRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI
Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman
dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui
terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil
yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian,
diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.
Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama
jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang
hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar
lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik
yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini
berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan
tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat.
Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup
mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit.
Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya
hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan
batuan di atasnya kemudian mendestilasi sisa-sisa bahan organik, lalu secara
perlahan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Batuan yang
mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun.
Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum batuan dimana
diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.
Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya oligosen, tetapi
pada beberapa tempat (Kalimatan) dimulai pada eosen. Pada Akhir Mesozoikum,
seluruh daerah cekungan telah dilipat, diintrusi, diangkat dan didenudasi,
sehingga seluruh batuan yang berumur pra-tersier dianggap sebagai batuan dasar
(Basement). Walaupun tidak seluruhnya terdiri dari batuan beku atau
dimetamorfasekan, akan tetapi batuan tersebut telah tertektonisasi, sehingga kecil
kemungkinan untuk terdapatnya minyakbumi.
Pematahan bongkah terjadi pada permulaan tersier, sehingga terjadi relief
lagi dan sedimentasi dimulai biasanya bersifat non-marin, kadang-kadang dimulai
dengan aktifitas volkanik (Jawa Barat). Permulaan sedimentasi ini biasanya terjadi
103
pada oligosen, tetapi pada beberapa tempat misalnya Kalimantan dimulai pada
eosen.
Untuk itu adanya daur (cyclus) terestris yang mendahului daur marin, yang
merupakan pula lapisan penghasil sunda. Biasanya daur sedimentasi ini terbatas
pada basinal deeps(grabens), tidak merata, dan terisolir di sana sini. Minyak yang
terdapat di sini bersifat parafin berat.
Di atas daur ini terdapat suatu transgresi marin dengan sedimentasi lebih
luas kecuali beberapa peninggian batuan dasar. Biasanya terdapat suatu pasir
dasar, yang berasal dari paparan sunda, akan tetapi peninggian batuan dasar
merupakan sumber yang baik dari sedimen detritus. Lapisan reservoir ini biasanya
menumpang (on-Lapping) terhadap peninggian batuan dasar terhadap paparan
sunda. Permulaan miosen yaitu pembentukan lapisan gamping yang sangat luas,
terutama di laut jawa. Periode ini rupanya merupakan tergenangnya seluruh
daerah cekungan, dari sabang sampai ke tarakan. Tidak banyak lagi peninggian
batuan dasar yang masih menonjol di permukaan laut (kekecualian antara lain
terdapat di daerah tinggi Lampung, lengkung Karimun Jawa). Perkembangan
terumbu (reef development) terjadi pada bagian yang tinggi, seperti daerah
Baturaja, paparan seribu dan lain-lain. Nama formasi gamping ini adalah formasi
Baturaja, formasi kujung, dan formasi Berai.
Di Sumatra gamping ini tidak begitu terkembang secara luas, hanya terisolir
di sana-sini seperti misalnya: Baturaja di cekungan palembang, Gamping kubu di
sumatra tengah, formasi telaga. Di kalimantan timur, perkembangan gamping itu
tidak diketahui terbatas pada jazirah mangkalihat. Gamping ini terbukti pula
produktif seperti misalnya: Lapangan Kitty (cekungan sunda), Lapangan raja (Gas
sumatra selatan). Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Transgresi maximal
terjadi di miosen tengah, dimana pada umumnya serpih marin agak dalam
diendapkan dan pada umumnya sering dianggap batuan induk minyakbumi antara
lain formasi Gumai, sumatera selatan. Ketidakselarasan intra-Miosen pada
umumnya tidak didapatkan. Sedimentasi berlangsung terus sewaktu bukit barisan
dan pegunungan jawa selatan mulai diangkat dan tererosi. Pada akhir miosen
terjadi suatu regresi yang berlangsung terus selama pliosen. Regresi ini
menghasilkan lapisan reservoir penting, yang bersifat paralis/ litoral, seperti
formasi keutapang (di Sumatra Utara), formasi air benakat (Sumatra Selatan),
104
formasi ngrayong (Jawa Timur) dan formasi Balikpapan/ palubalang di Kalimantan
Timur.
Minyakbumi yang dihasilkan dari formasi regresi ini bersifat parafin ringan
(40
0
-60
0
API Gravity) atau aspal (Mangunjaya, Sumatra Selatan, Tarakan/Bunyu,
Kalimantan). Regresi ini berlangsung dengan sedimentasi non-marin dan diikuti
dengan perlipatan pada jaman plio-pleistosen. Dilaut Jawa (Bagian barat) regresi
ini tidak mencapai sedimentasi non marin dan suatu lapisan gamping diendapkan
yaitu formasi parigi. Sering pula pengendapan ini dikatakan sebagai daur
sedimentasi kedua (Transgresi kedua).
Waktu perlipatan utama dari lapisan tersier adalah jaman plio-pleistosen.
Akan tetapi pematahan-tumbuh pada batuan dasar juga mempengaruhi pelipatan
pada oligosen dan miosen bawah, sehingga sering struktur pada lapisan atas
tidak sesuai dengan lipatan pada lapisan sebelah bawah. Adanya
ketidakselarasan dalam oligosen (antara daur non-marin dan marin) diperkirakan
terdapat di sumatra tengah dan di laut jawa sebelah barat. Sampai kini lipatan
dengan patahan yang mengikutinya merupakan perangkap utama minyakbumi.
Perangkap stratigrafi mulai ditemukan di sumatra selatan. Sejumlah lipatan
biasanya mengelompok dalam antiklinorium, yang sering pula merupakan
peninggian batuan dasar atau pengangkatan.
X.2.2 DAERAH CEKUNGAN MINYAK
Potensi sektor energi terutama minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia
saat ini 70 persen diantaranya terdapat di cekungan-cekungan Tersier lepas
pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (Badan Penelitian dan
Pengembangan (Litbang) Energi Sumber Daya Mineral).
Saat ini terindikasi sedikitnya 66 cekungan migas di seluruh Indonesia,
sebagian besar berada di darat dan laut dangkal perairan territorial dan hanya
beberapa cekungan yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka),
16 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum
dieksplorasi.
Beberapa daerah di indonesia memiliki cekungan-cekungan dan berpotensi
sebagai penghasil minyak seperti tang terlihat pada gambar berikut:
105
Gambar X.3 Penyebaran daerah cekungan Minyak Di Indonesia
Dari beberapa daerah cekungan minyak yang terdapat di Indonesia, beberapa
diantaranya diuraikan sebagai berikut :
Daerah cekungan Sumatra Utara
Daerah ini meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sampai
ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan
pra-tersier. Dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan
batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan
non-marin. Trangresi baru dimulai dengan batu pasir peunulin atau batupasir
Belumai, yang tertindih oleh formasi telaga yang merupakan lapisan reservoir
utama. Daerah cekungan ini terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan
batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman paseh ( paseh
deep). Di sini juga letak daerah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan
yang menjurus ke utara selatan. Cekungan paseh membuka ke arah utar lepas-
pantai, ke sebelah selatan terdapat depresi tamiang dan depresi medan. Di antara
kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan disana formasi peunulin/telaga/
Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemukan dalam formasi Diski
Batumandi, lebih ke selatan lagi terdapat depresi siantar dan kemudian daerah
cekungan dibatasi oleh lengkung asahan (sebagai bagian paparan sunda yang
menjorok) dari daerah cekungan sumatra tengah. Struktur daerah cekungan
sumatra utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujur
barat-laut-tenggara yang dibarengi oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat
relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di plio-plistosen. Semua unsur
106
struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, Seperti
misalnya blok arun yang menjurus utara-selatan.
Di daerah tersebut terdapat beberapa lapangan minyak, rantau ditemukan
pada tahun 1929 dengan kedalaman reservoir antara 300 sampai 1500 meter
dalam formasi keutapang. Mimyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan (API
48.5
0
). Lapangan ini memperlihatkan waterdrive yang sangat kuat. Produksi
kumulatif sampai tahun 1970 telah melampui 100 juta barrel. Diski dan
Batumandi minyak ditemukan di sumur explorasi diski dan batumandi sebelah
barat medan dalam formasi peunulin (Telaga limestone). Namun sampai kini
belum dapat diproduksikan, karena sifat reservoirnya yang kurang baik.
Lapangan gas arun yang terletak di propinsi Aceh 225 kilometer sebelah
baratlaut medan ditemukan oleh mobil oil pada tahun 1971. Lapangan ini terletak
di antara pegunungan barisan dan selat malaka. Gas dan kondensat terdapat
dalam terumbu dan batuan karbonat yang bersekutu, tebalnya melebihi 300 meter
dan berumur miosen bawah dan tengah. Formasi ini sesuai dengan anggota
telaga. Atap reservoir terdapat pada kedalaman kira-kira 3000 meter. Terumbu
karbonat ini terdapat pada peninggian paleotopografi yang membujur utara
selatan dan membawahi sutu lapisan batupasir (Belumai), perangkap akumulasi
ini merupakan perangkap stratigrafi murni dengan gasnya yang terjebak dalam
fasies terumbu yang berpori-pori dan tertutup serpih dari formasi Baong. Potensi
laoangan ini ditujukkan oleh produktifitas sumur yang melebihi setengah milyar
kaki per kubik. Cadangan terbukti 17 trillion gas mengandung 15 persen CO
2
dan
sedikit nitrogen. Luas reservoir 42000 acres. Lapangan gas lainnya lho sukon
sebelah timur lapangan arun.
Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Selatan terletak memanjang berarah Barat laut -
Tenggara di bagian Selatan Pulau Sumatera. Luas cekungan ini sekitar 85.670
km
2
dan terdiri atas dua sub cekungan yaitu: sub cekungan Jambi dan sub
cekungan Palembang. Sub cekungan Jambi berarah Timur laut - Barat daya
sedangkan Sub cekungan Palembang berarah Utara - Barat Laut - Selatan -
Tenggara dan diantara keduanya dipisahkan oleh sesar normal Timur laut - Barat
daya.
107
Gambar X.1 : Peta lokasi cekungan
Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007)
Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya dapat dikenal satu daur
besar yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang
terbentuk dalam fase transgresi dikelompokan menjadi kelompok Telisa (Formasi
Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai). Sedangkan yang terbentuk
dalam fase regresi dikelompokan menjadi kelompok Palembang (Formasi Air
Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai).
Formasi Talang Akar merupakan transgresi marin yang sebenarnya dan
dipisahkan dari Formasi Lahat oleh suatu ketidakselarasan yang memiliki
pengangkatan regional dalam oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah. Sebagian
dari formasi Talang Akar adalah fluviatil sampai delta dan marine dangkal. Di
beberapa tempat, batupasir terlokalisasi pada daerah tinggi atau dekat paparan
sunda. Formasi ini merupakan lapisan reservoir yang utama di Sumatera Selatan.
Formasi Baturaja terdiri dari batugamping yang merupakan terumbu yang
tersebar di sana-sini. Formasi ini tidak terbentuk dalam Cekungan Jambi, begitu
pula dalam bagian tertentu dari Cekungan Palembang. Terumbu Formasi Baturaja
langsung diendapkan diatas batuan dasar Pra-Tersier.
108
Formasi Gumai yang terdapat diatasnya mempunyai penyebaran yang
luas, pada umumnya terdiri dari serpih dalam. Formasi Gumai sebagai batuan
induk untuk semua minyak di Sumatera Selatan. Hal ini berdasarkan extraksi
hidrokarbon dari serpih formasi tersebut. Minyak bumi terbentuk setelah
pengendapan maka akan bermigrasi secara lateral ke Formasi Talang Akar,
sehingga minyak bumi dalam formasi ini bersifat parafin berat. Pelipatan
Pliopleistosen menyebabkan minyak bumi tersebut diubah menjadi parafin ringan
dan migrasi vertikal ke dalam Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.
Formasi Lahat terdapat sebelum regresi utama dan pada umumnya
merupakan sedimentasi non-marin. Formasi ini diendapkan dalam bongkah-
bongkah yang terpatahkan ke bawah. Sedimen terdiri dari kipas aluvial, fluvial dan
sebagian terbentuk di delta. Pada bagian atasnya adalah lempung tufaan dan
batupasir tufaan yang berasal dari transgresi marine.
Formasi Air Benakat merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari
lapisan pasir pantai. Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya.
Lapisan batupasir disini juga merupakan lapisan reservoir yang penting.
Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fasa akhir
regresi dan pada formasi ini terdapat batubara yang penting, seperti yang
ditemukan di Bukit Asam (Koesoemadinata, 1980).
109
Berikut dapat dilihat kolom stratigrafi pada Cekungan Sumatera Selatan
Gambar X.2 : Stratigrafi umum cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo,
2007)
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif. Hal ini
disebabkan terdapat beberapa formasi yang dapat bertindak sebagai batuan induk
110
yang baik, batuan reservoir yang memadai dan batuan penutup. Jalur migrasinya
diperkirakan sesar-sesar yang terjadi di cekungan itu.
Batuan induk yang potensial berasal dari batulempung Formasi Lahat,
batulempung Formasi Talang Akar dan batulempung Formasi Gumai. Formasi
yang paling banyak menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang
Akar, dengan kandungan material organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%.
Lapisan batupasir yang terdapat dalam Fomasi Lahat, Talang Akar, Gumai, Air
Benakat, dan Muara Enim dapat merupakan batuan reservoir. Selain itu
batubatugamping Formasi Baturaja juga berlaku sebagai batuan reservoir.
Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal
dari Formasi Gumai, Air Benakat, Muara Enim. Disamping itu, terjadinya
perubahan facies kearah lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja.
Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan
merupakan perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser
dapat bertindak sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada
batugamping terumbu berbentuk membaji, bentuk kipas dan lensa dari batupasir
karena perubahan facies. Migrasi pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui
sesar-sesar yang ada (Hadipandoyo, 2007)
Daerah Cekungan Jawa Barat Utara
Daerah cekungan jawa barat utara meliputi daerah dataran rendah Jawa Barat
utara (dataran rendah jakarta) dan laut Jawa Barat utara daerah dapat dikenal
beberapa unsur tektonik sebagai berikut
a. Daerah angkatan Lampung yang memisahkan daerah cekungan
palembang dengan daerah jawa barat Utara.
b. Paparan sunda di utara.
c. Jalur peerlipatan bogor di selatan.
d. Daerah pengangkatan Karimun jawa di sebelah timur.
e. Paparan pulau seribu. Unsur yang disebut terakhir ini membagi daerah
cekungan daerah jawa barat menjadi :
111
Cekungan Sunda
Di cekungan ini batu pasir talang akar dalam bagian-baagin danau yang
dinamai Banuwati shale. Formasi talang akar yang menutupinya sangat tebal
dalam bagian-bagian yang dalam akan tetapai menipis ataupun menghilang
kearah paparan Sunda ataupun kedaerah tinggi seperti paparan pulau seribu.
Beberapa lapangan minyak bumi didapatkan dalam formasi talang akar yang
bersifat transgresif dan formasi baturaja. Sifat minyak dari kedua formasi ini
berbeda formasi baturaja bersifat aspal tetapi berkadar belerang rendah.
Cekungan jawa barat utara dibagi dalam beberapa cekungan kecil atau
depresi yaitu depresi Jatibarang, depresi pasir putih, depresi arjuna, depresi
ciputat. Depresi ciputat dibatasi sebelah timur pulau seribu paling bawah
ditemukan formasi jatibarang yang terdiri bahan-bahan vulkanik seperti lava,
basalt, tufa dan breksi yang kemudian tertutup oleh lapisan trangresif dari formasi
Cibulakan. Formasi batugamping baturaja tidak terkembangkan dengan baik dan
di wakili sebagi suatu anggota gamping. Kelihatannya transgresi di sini tidak
pernah mencapai laut dalam, dan ekuivalen formasi gumai di sini diwakili
cibulakan bagian atas yang bersifat pasiran. Transgresi formasi parigi yang terdiri
dari batugamping yang bersifat terumbu. Regresi terakhir diwakili oleh formasi
Cisubu yang umumnya bersifat marin. Minyak terdapat dalam formasi jati barang
dan formasi cibulakan dan juga dalam formasi ekuivalen baturaja.
Lapangan jatibarang
a. Lapangan randengan : lapangan ini mewmproduksi dari lapidsan Cibulakan
dari perangkap suatu kubah kecil lapangan-lapangan lain yang ditemukan
pada tahun 1978-1979 adalah lapangan Camara, kandanghaur dan tugu (dari
formasi parigi).
b. Lapangan kompleks arjuna (lepas pantai) : kompleks ini merupakn kumpulan
lapangan minyak yang mulai dengan diketemuannya struktur e pada tahun
1969 dan disusul oleh struktur b dan k. minyak ditemukan terutama dalam
lapisan pasir Cibulakan atas dengan beberapa interval.
Struktur jumlah lapisan pasir kedalaman(kaki)
e 4 2300-3200
b 7 2900-3800
112
k 3 2700-3800
c. Lapangan arimbi terletak di utara Cirebon dan menghasilkan dari terubu
gamping formasi batu raja.
Daerah cekungan jawa timur
Derah cekungan ini meliputi pulau jawa dan palung jawa timur utara
Madura. Daerah cekungan yang pertama lebih merupakan epikontinental dan
beberapa unsur tektonik.
Pencekungan laut Jawa timur
a. Daerah pengangkatan Karimun Jawa disebelah jawa barat
b. Monoklin selatan kelanjutan selatan karimun jawa
c. Palung pati, yang berkelanjutan ke pertelukan florence barat dan
berorentasi timur laut barat daya.
d. Lengkung (kubat) bawean merupakan daerah positif
e. Cekungan florens timur sebelah tenggara lengkung bawean dan
mencekubg florence cekung sendiri merupakan setengah grabean.
f. Arah positif merupakan cekungan florence timur dan batasnya bersifatpatahan
g. Depresi masalombo suatu cekungan terdpatdisebelah timurarah positif JSI
trend. Depresi membuka ke depresi Madura utara.
h. daerah tinggi masalembo merupakan elemen tektonik paling timur daerah
cekungan daerah Jawa timur dan membatasi dari dalam laut flores.
i. Pertelukan JS 20 merupakan suatu depresi yang penting yang membuka
ke barat ke graben tuban utara ke cekungan Madura.
Cekungan Jawa timur Madura
Daerah cekunagn ini lebih merupakan geosinklin, dengan ketebalan
sedimen tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal khas dari cekungan ini
adalah Timur-Barat, dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier muda.
Di sebelah selatan, cekungan yang memanjang timur-barat ini dibatasi oleh
pegunungan kendeng, yang menerus ke pantai Selatan Madura, dengan sedimen
Tersier terlipat sangat ketat, yang dibarengi sesar-sesar naik.
Pada umumnya di sini dapat dibedakan dua jalur sedimentasi di sini :
a. Jalur Rembang-madura. Di sini fasa regresi didapatkan dalam sedimen
klastik yang merupakan reservoir minyak.
113
b. Jalur randublatung-selat madura, yang pada umumnya terdiri dari
sedimen halus seperti serpih napal, dengan tekanan lebih (over
pressure), sehingga mengakibatkan diapair serpih. Dalam arah utara-
selatan terjadi perubahan fasies dari sedimen cekungan epikontinen ke
geosinklin. Dalam hal ini terutama formasi Kujung menjadi gamping
cekungan. Dasar cekungan ini belum pernah ditembus oleh pemboran,
demikian pula lapisan dasarnya. Lapisan tertua adalah formasi Kujung
yang terdapat dalam fasies cekunganyang berumur Te. Di atasnya
terdapat formasi tuban (Tf
1-2
) yang pada bagian atasnya terdapat dalam
fasa regresif dan terkembangkan dalam fasies pasir (anggota Ngarong),
yang merupakan reservoir minyakpenting. Formasi ini dibatasi dari
formasi yang ada di atasnya, yaitu formasi kawengan, oleh suatu
ketidakselasan yang menghilang berwujud sedimentasi menerus dalam
jalur randublatung selat Madura.
c. Formasi Kawengan yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota ledok
dan anggota mundu merupakan lapisan reservoir penting, dan berumur
Miosen atas Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang
berumur Pliosen sampai pleistosen. Formasi Lidah dan formasi
Kewengan berubah fasies menjadi gamping terumbu formasi madura.
Terdapatnya Minyak bumi
Di cekungan jawa timur Utara ini minyak terutama ditemukan dalam fasa
regresif anggota ngarayong dan formasi kawengan yang transgresif di atasnya,
terutama dalam anggota wonocolo.
Di formasi fasa transgresif sampai kini belum ditemukan. lapangan minyak
di Jawa timur dapat dikelompokkan ke dalam 2 daerah minyak yaitu daerah cepu,
dan daerah Kruka-surabaya.
Daerah Cepu
Lapisan reservoir terutama didapatkan dalam batupasir anggota ngrayom.
Tujuhpuluh tiga persen produksi daerah ini didapatkan dari interval ini. Porositas
rata-rata adalah 18 % dan berkurang ke arah ESE. Ketebalan bersih lapisan
minyak Lapangan semanggi 35-45 meter, Nglob : 100-110 meter dan Kawengan :
40 meter.
114
Lapisan minyak lain adalah anggota wonocolo yang terdiri dari sisipan gamping
pasiran, dan batupasir gamping halus di bagian bawahnya. Secara total telah
ditemukan 11 lapis minyak. Juga anggota ledok yang terdiri dari kalkrenit pasiran
yang ditandai glaukonit dan perlapisan silang siur kadang-kadang merupakan
reservoir.
Perangkap di daerah ini teutama merupakan struktur lipatan yamg
menjurus baratlaut-tenggara yang disebabkan pelipatan akhir pliosen dan barat-
timur yang disebabkan gerakan pleistosen sampai resen. Struktur antiklin pada
umumnya disertai sesar naik yang miring ke arah utara, malahan pada kedua
belah sayatnya (lapangan kawengan) minyak yang didapatkan pada umumnya
bersifat parafin, terutama kawengan yang bersifat parafin berat. Lapangan minyak
yang penting ialah keawean. Lapangan ini merupakan kulminasi antiklin kidangan-
wonocolo kawengan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1984 dan dewasa ini
masih diproduksikan. Minyak ditemukan dalam lapisan pasir anggota ngrayong
dan womocolo dan terdapat dalam antiklin asimetri dengan sesar naik pada sayap
selatannya. Yang termasuk kawengan yaitu: Kidangan,Dandangil, Wonocolo.
Daerah minyak surabaya
Pada daerah ini minyak didapatkan dalam anggota wonocolo. Sangat khas
adalah anggota mundu yang berkembang sebagai lapisan pasir yang terdiri dari
cangkang giobigerina.
Daerah cekungan kalimantan timur
Daerah cekungan tersier kalimantan timur dibatasi di sebelah barat oleh
paparan stabil sunda dari kalimantan barat yang merupakan suatu kompleks
batuan dasar pra-tersier, batuan beku dan metamorf yang telah stabil, di bagian
barat laut oleh daerah tinggi kucing yang juga terdiri dari batuan pra-tersier yang
terlipat ketat.
Dibagian selatan daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan
epikontinen laut jawa timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah kalimantan
beserta leoas pantai lepasnya menjadi beberapa cekungan Yaitu: a. Daerah tinggi
meratus b. Paparan paternoster c. punggung Mangkalihat. Ketiga unsur ini
membagi cekungan sebagai berikut: a. Cekungan barito sebelah barat punggung
Meratus b. Cekungan kutai di sebelah utara punggungan meratus c. cekungan
115
pasir antara punggung meratus dan paparan paternoster d. cekungan tarakan
dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung mangkalihat.
Daerah cekungan laut cina selatan
Daerah cekungan Laut Cina selatan merupakan suatu propinsi minyak dan
gasbumi yang baru. Explorasi di daerah ini mulai tahun 1970, pada tahun 1979
lapangan minyak pertama di wilayah Indonesia diresmikan. Beberapa lapangan
gas dan minyakbumi sebelumnya telah diketemukan di wilayah Malaysia.
Kerangka tektonik
Daerah ini terdapat dua unsur tektonik utama, yaitu daerah paparan sunda
dan cekungan (geosyncline) Borneo Barat Laut. Cekungan borneo Barat laut ini,
yang juga disebut cekungan natuna Timur, merupakan suatu cekungan busur-
muka (fore-arc basin) di tepi timurlaut Paparan Sunda yang stabil semenjak
Tersier. Cekungan yang besar ini membujur dari lepas pantai Vietnam melalui
Utara kepulauan natuna ke Serawak-brunei, dan ke arah timurlaut membuka ke
dasar laut berkedalaman abisal dan bergerak samudra tapi cekungan terhadap
paparan adalah sangat terjal. Cekungan ini bersifat suatu palung jalur penekukan
kerak samudra ke bawah Paparan Sunda pada jaman Kapur-Eosen
(eugeosyncline) dan pada zaman Oligo-miosen lebih bersifat miogeosyncline atau
mungkin dapat diklasifikasikan sebagi tepi benua yang tertarik-pisah. Batas
paparan cekungan ini adalah merupakan terusan garis sesar Lupar yang
berarahkan barat-laut sampai perbatasan Indonesia-malaysia di kalimantan.
Struktur pada cekungan ini terdiri dari diapair lempung dan tingian batuan dasar.
Kapur-eosen diwakili oleh filit dan turbidit yang diperkirakan sebagai melange,
disusul oleh pengendapan marin dangkal dan laut dalam pada jaman Miosen dan
pliosen. Cekungan natuna barat merupakan suatu depresi yang disebabkan
penipisan kerak kontinen pada penarik-pisahan yang disebabkan penipisan kerak
kontinen pada penarik pisahan yang terjadi setelah jaman oligosen. Cekungan ini
berarahkan baratlaut-tenggara, sedangkan Cekungan natuna barat berarahkan
timurlaut-baratdaya, cekungan thailand ini dipisahkan dari cekungan natuna timur
(Geosinklin serawak) oleh tinggian khorat-Natuna Swell) yang merupakan suatu
busur bathlit Mesozikum atas, cekungan ini disebut juga sebagai inter bathlik
basin oleh white dan wing Mesozoikum. Tinggian khorat-natuna merupakan suatu
ambang yang memisahakan Cekungan natuna barat dari laut terbuka, sehingga
116
sedimentasi di cekungan ini dari Oligosen sampai Miosen tengah bersifat
nonmarin sampai paralis. Daerah ini mengalami pematahan pada orogonesis
Miosen bawah/Pliosen dan sementara ini terdapat transgresi marin sampai
dengan pliosen dimana terjadi pengendapan lumpur di laut terbuka. Struktur di
cekungan natuna Barat menunjukkan aspek tarik-pisahan (pull-apart)
dantranscurrent (wrench) yang bersifat sinistral, yang menyebabkan gerakan-gerakan
vertikal yang membentuk tutupan berarahkan timurlaut-baratdaya.
X.3 PENUTUP
X.3.1 TUGAS
Setelah membahas materi tentang Geologi Minyak dan Gasbumi di Indonesia,
selanjutnya mahasiswa ditugaskan untuk mencari atau melengkapi informasi
tentang cekungan-cekungan minyak di wilayah Indonesia. Tugas ini dikerjakan
secara kelompok dan masing-masing kelompok diminta presentasi singkat tentang
tugasnya masing-masing pada pertemuan berikutnya.
X.3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hadipandoyo, S., 2007, Kuantifikasi Sumber Hidrokarbon Indonesai, Pusat
Penelitian & Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS,
Jakarta.
Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger data services,
kuningan, Jakarta.
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak Dan Gas Bumi Jilid 1 dan 2, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
117
EVALUASI
Sebagai seorang mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang
geofisikawan sangat membutuhkan pemahaman yang luas tentang alam
semesta diantaranya adalah bagaimana proses terakumulasinya minyak dan
gas bumi dibawah permukaan. Tentu saja untuk terjun dalam industry yang
bergerak dalam bidang perminyakan dan gas bumi mahasiswa dituntut untuk
memiliki keterampilan dilapangan selain itu keterampilan dalam bekerja sama
dalam suatu tim. Pengetahuan tentang minyak dan gasbumi sudah barang
tentu menjadi syarat yang sangat penting. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang handal dibidang yang akan digeluti, mahasiswa akan cepat
terserap dalan dunia kerja.
Pengetahuan yang diperoleh dalam proses perkuliahan sebaiknya diikuti
dengan kerja praktek pada bidang yang betul-betul diminati, sehingga akan
nampak jelas bagaimana dan dimana pemanfaatan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh di kampus. Dengan demikian mahasiswa akan lebih termotifasi
dalam belajar terutama dalam menyelesaikan tugas akhir. Salah satu cara yang
baik untuk meningkatkan motifasi belajar mahasiswa adalah dengan jalan
memberikan gambaran yang nyata tentang bagaimana dan dimana ilmu dan
keterampilan mereka akan dibutuhkan.
Untuk mencapai suatu keberhasilan memang harus dengan kerja keras
dan kedisiplinan yang tinggi, karena bagaimanapun baiknya struktur mata
kuliah yang telah dirancang kalau tidak dibarengi dengan belajar keras dan
disiplin yang tinggi maka kita akan jauh dari apa yang diharapkan. Belajar
dalam hal ini bukan sekedar ingin lulus saja tapi lebih dari itu yakni
meningkatkan potensi diri dan memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu tidak
ada kata berhenti belajar, yang ada adalah menjaga motifasi dan terus
mengejar pengetahuan serta meningkatkan keterampilan. Untuk menunjang
kegiatan tersebut maka materi-materi perkuliahan akan selalu di perbaharui
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan dunia kerja.
PENUTUP
Minyak bumi, gas alam, dan batu bara berasal dari pelapukan sisa-sisa
makhluk hidup, sehingga disebut bahan bakar fosil. Proses pembentukannya
memerlukan waktu yang sangat lama sehingga termasuk sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui. Minyak bumi sering disebut dengan emas cair
karena nilainya yang sangat tinggi dalam peradaban modern. Pertanian,
industri, transportasi, dan sistem-sistem komunikasi sangat bergantung pada
bahan bakar ini, sehingga berpengaruh pada seluruh kegiatan kehidupan suatu
bangsa.
Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber utama energi dunia, yaitu
mencapai 65,5%, selanjutnya batubara 23,5%, tenaga air 6%, serta sumber
energi lainnya seperti panas bumi (geothermal), kayu bakar, cahaya matahari,
dan energi nuklir. Negara yang mempunyai banyak cadangan minyak mentah
(crude oil), menempati posisi menguntungkan, karena memiliki banyak
persediaan energi untuk keperluan industri dan transportasi, disamping
pemasukan devisa negara melalui ekspor minyak. Minyak bumi disebut juga
petroleum (bahasa Latin: petrus = batu; oleum = minyak) adalah zat cair licin,
mudah terbakar dan sebagian besar terdiri atas hidrokarbon. Kandungan
hidrokarbon dalam minyak bumi berkisar antara 50% sampai 98%. Sisanya
terdiri atas senyawa organik yang mengandung oksigen, nitrogen, dan
belerang.
Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak
dan gas bumi, yaitu:
(1) Teori Biogenetik (Teori Organik)
Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas
alam terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati
dan tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian
dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan
dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan
tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan lapisan batuan di
atasnya, maka binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tersebut berubah
menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.
119
(2) Teori Anorganik
Menurut Teori Anorganik, disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk akibat aktivitas bakteri. Unsur-unsur oksigen, belerang, dan nitrogen
dari zat-zat organik yang terkubur akibat adanya aktivitas bakteri berubah
menjadi zat seperti minyak yang berisi hidrokarbon.
(3) Teori Duplex
Teori Duplex merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori Anorganik.
Teori Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas, menjelaskan bahwa
minyak dan gas bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani
maupun nabati. Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani
dan gas bumi berasal dari materi nabati.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan
Lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari
Lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk
(Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat
yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu
yang disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan
air, (2) minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan
minyak bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat
sendiri dalam suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan
berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian
bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang
lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui (unrenewable). Untuk itulah maka pengetahuan tentang
minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita ketahui.
Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan
minyak dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan
meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh
rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-2020),
permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta
bph,(Sumber:http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/). Hal inilah yang menjadi dasar
betapa pentingnya pengetahuan dan kajian tentang geologi minyak dan gas
bumi mulai dari asal usul terbentuknya minyak, proses migrasi dan penjebakan
120
minyak sampai pada kegiatan eksplorasi yang merupakan bagian yang sangat
penting dalam hal mendukung terpenuhinya kebutuhan akan minyak dan gas
bumi.
Dalam kegiatan eksplorasi migas salah satu metode yang biasanya
digunakan ialah metode-metode geofisika yang digunakan untuk studi
pendahuluan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi misalnya metode
gravitasi. Studi pendahuluan tersebut bertujuan untuk mengetahui daerah
daerah penyebaran cekungan serta ketebalan sedimen dalam cekungan
tersebut. Eksplorasi minyak bumi selalu diawali dengan penentuan ketebalan
serta penyebaran batuan sedimen karena berdasarkan pembentukannya
minyak bumi akan selalu terakumulasi dengan batuan sedimen. Pada
umumnya semakin tebal dan luasnya suatu lapisan sedimen, maka
kemungkinan ditemukannya minyak bumi akan semakin besar. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya semakin tebal lapisan sedimen, maka
semakin banyak formasi yang dapat bertindak sebagai batuan reservoir
maupun sebagai batuan induk ( Koesoemadinata, 1980).
Mengingat begitu pentingnya kedudukan ilmu geofisika dalam hal
mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi maka
sebagai mahasiswa geofisika sangat perlu mengambil mata kuliah ini sebagai
langkah untuk mendapatkan pemahaman tentang geologi minyak dan gas
bumi. Selain itu mahasiswa diharapkan melakukan kegiatan magang atau kerja
praktek sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan pengalaman langsung
dibidang industry migas.
Seiring berjalannya waktu maka teknologi di bidang perminyakan
terutama dalam hal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi juga ikut berkembang.
Untuk itu diharapkan agar pengetahuan di bidang ini juga terus dikembangkan
dan dimutahirkan agar sejalan dengan kebutuhan pasar sehingga bukan tidak
mungkin hal itu yang bisa menjadi bekal bagi lulusan geofisika untuk berkiprah
diluar kampus nantinya. Semoga dengan tersedianya bahan ajar ini bisa turut
membantu memperlancar kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata
kuliah Geologi Minyak dan Gas Bumi.
121
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1981, Geofisika Eksplorasi Terbatas, Pendidikan dan Pelatihan
Geofisika Terbatas, Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Fagan, A., 1991. An Introduction To The Petroleum Industry. Government of
Newfoundland And Labrador. Department of Mines And Energy.
Hadipandoyo, S., 2007, Kuantifikasi Sumber Hidrokarbon Indonesia, Pusat
Penelitian & Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi,
LEMIGAS, Jakarta.
Hardjono, A., 2007. Teknologi Minyak Bumi, Cetakan kedua, Yogyakarta: UGM
Press.
Harsono, A., 1997, Pengantar Evaluasi Log, Schlumberger data services,
kuningan, Jakarta.
Hasan, A., 1985. Gas and Oil Separation and Process, PT. TRIEC.
Hasan, M. A., 2008, Pemodelan Zona Subduksi Dan Struktur Bawah
Permukaan Jawa Timur Berdasarkan Kajian Anomali Gravitasi,
Bandung.
Koesoemadinata, R.P, 1978, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Jilid 1
dan 2. Penerbit ITB.
Magetsari, N. A.,-, Geologi Fisik, Bandung, Penerbit ITB.
Subroto, E.A., 1993, Penggunaan Geokimia Petroleum Dalam Eksplorasi
Migas, Laboratorium Geokimia, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, ITB Bandung.
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1979. Applied
Geophysics 1 edition. Cambridge University Press.
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys D.A., 1990. Applied
Geophysics 2 edition. Cambridge University Press.
Widianto, E.,2008, Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis
Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa, Disertasi S-3 ITB,
Bandung.
Undang-Undang No. 44 Prp. Tahun 1960 Tentang : Pertambangan Minyak Dan
Gas Bumi
Yohanes, M, 1991, Pengantar Geologi Dan Eksplorasi Minyak Dan Gas Bumi,
PPT MIGAS Cepu.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITASHASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245;
Telp 0411 586200 ext 1064; Fax 0411 585188; email lpp@unhas.ac.id
Surat Pernyataan
Saya, penulis buku ini:
Nama : Makhrani, S.Si, M.Si
NIDN : 0027027201
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Buku ini benar saya tulis, bukan karya plagiat. Beberapa pernyataan,
gambar, rumus, atau opini dari orang lain yang termuat dalam buku ini
selalu disertai sumbernya yang jelas.
2. Buku ini saya serahkan kepada Lembaga Kajian dan Pengembangan
Pendidikan (LKPP) Unhas, untuk selanjutnya dijadikan koleksi
Perpustakaan Pusat Unhas dan dalam bentuk softcopy dipajang di
www.unhas.ac.id yang dapat diakses oleh semua pengguna, khususnya
mahasiswa.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh sunggguh.
Makassar, 30 November
2012
Penulis,
Makhrani, S.Si, M.Si
NIDN: 0027027201

You might also like