You are on page 1of 41

PENANGANAN PERMASALAHAN AIR TERPRODUKSI

DALAM PENGELOLAAN
MIGAS HIJAU
SHALE OIL
SHALE GAS
CBM
A. Lesto P. Kusumo
Ketua KMI Yogyakarta
lesto.kusumo@gmail.com
GERAKAN PENGGUNAAN MIGAS HIJAU UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA YANG
LEBIH HIJAU
RANGKAIAN ACARA IATMI SATUKAN ENERGI 2013
UPN VETERAN YOGYAKARTA
12 OKTOBER 2013
CURRICULUM VITAE
NAMA : A. LESTO PRABHANCANA KUSUMO
E-MAIL : lesto.kusumo@gmail.com
PHONE : +62-81802748217
PEKERJAAN:
1. KONSULTANT SENIOR WASTE SOLID AND WASTE WATER BILOGICAL REMEDIATION PADA SAMRO
TECHNOLGY INDONESIA
2. KONSULTANT SENIOR DEWATERING MANAGEMENT SOLUTION PADA SAMRO TECHNOLGY INDONESIA
3. KONSULTAN INDEPENDEN - SURFACE FACILITIES RELIABILITY
4. KONSULTAN INDEPENDEN - CORROSION AND COATING MANAGEMENT
5. KONSULTAN INDEPENDEN - STRUCTURE ASSESSMENT
NARASUMBER PADA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM - DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BIDANG:
1. KONSERVASI SUMBER DAYA LINGKUNGAN DAN AIR
2. GEOSPATIAL DAN PEMETAAN BENCANA
3. SISTEM INFORMASI DAN TELEMETRI
4. INVESTIGASI DAN OBSERVASI KEBENCANAAN DAN MITIGASI BENCANA
5. COMMUNITY DEVELOPMENT
ORGANISASI PROFESI
1. KETUA KMI YOGYAKARTA
2. KETUA BIDANG CORROSION MANAGEMENT INDOCOR
3. DEWAN PAKAR BIDANG COATING MANAGEMENT ASCOATINDO
ORGANISASI SOSIAL
KOORDINATOR COMMUNITY DEVELOPMENT KELUARGA SABO INDONESIA
KOORDINATOR MERAPI RESCUE COMMUNITY (MRC) MITIGATION, RESCUE AND CONSERVATION
CBM, Shale gas dan Shale oil adalah energi non-konvensional. Disebut
seperti itu, karena proses eksplorasi dan ekploitasinya yang lebih sulit
daripada minyak dan gas bumi yang selama ini dikenal. Shale gas dan shale
oil bisa didapatkan di kedalaman 1.500 sampai 3.000 meter di bawah
permukaan tanah. Kandungan minyak dan gas itu terdapat di antara formasi
batuan serpih. Biaya eksplorasi untuk menemukan shale gas dan shale oil
lebih tinggi daripada pencarian minyak dan gas bumi dengan cara
konvensional. Meski prosesnya lebih rumit, shale gas dan shale oil
digadang-gadang bisa mendongkrak cadangan minyak dan gas dunia yang
jumlahnya semakin menipis.
LATAR BELAKANG MIGAS HIJAU
SHALE GAS INDONESIA
Shale gas adalah gas alam yang terdapat di dalam batuan shale, yaitu sejenis batu lunak
(serpih) yang kaya akan minyak ataupun gas. Keberadaan shale gas tidak sedalam gas bumi
atau hanya berjarak antara 300-400 meter di bawah permukaan laut, sementara untuk gas
konvensional keberadaannya mencapai lebih dari 2.000 meter.
Terdapat dua macam teknik pengeboran untuk shale gas, yakni melalui pengeboran
horisontal atau hydraulic fracturing. Teknik ini juga yang membedakan shale gas dengan
gas alam konvensional. Karena letak sumber cadangan gasnya yang berbeda, maka lain
pula teknik pengeboran yang digunakan.
Konon, shale gas ini lebih ramah lingkungan, karena mampu mengurangi efek rumah kaca
akibat emisi karbon yang dihasilkannya lebih sedikit dibandingkan gas alam konvensional.
Hanya saja,biaya ekstraksi shale gas ini cukup mahal.
Potensi shale gas di Indonesia, berdasarkan estimasi Indonesian Petroluem Association
(IPA) sementara ini diperkirakan mencapai 450 trillion cubic feet (TCF) yang ada di
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Papua.
Pengembangan shale gas diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No.15/ 2012 tentang Tata
Cara Penetapan Dan Penawaran Wilayah Kerja Minyak Dan Gas Bumi Non Konvensional.
Teknisnya, pemerintah akan menawarkan wilayah kerja shale gas melalui tender reguler.
Daftar sementara blok yang akan ditawarkan tersebut adalah Blok North Tarakan, Blok
Berau, Blok Kutai I dan Blok Kutai II. Keempat WK tersebut berlokasi di Pulau Kalimantan.
Sementara dua WK lainnya berlokasi di Pulau Sumatera Selatan yaitu Blok Rama dan Blok
Shinta.
PERMASALAHAN
Sebab energi baru ini juga akan
menimbulkan masalah baru di kemudian
hari. Tak dipungkiri, dalam pengeboran
shale gas diperlukan banyak air. Sebaliknya
pengeboran shale gas menghasilkan limbah
air (dan kimia) yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut. Eksplorasi shale
gas yang dinamakan fracking
membutuhkan air tawar dalam jumlah
besar. Air tawar yang dicampur dengan
bahan kimia dan propan akan dipompa ke
dalam sumur minyak. Proses ini
dimaksudkan agar minyak dan gas yang
menempel pada batuan bisa terlepas dan
dapat diangkut ke permukaan. Akibat dari
proses ini kawasan yang mengandung shale
gas akan tercemar bahan kimia. Selain itu,
krisis air bersih di lahan eksplorasi yang
berujung pada kekeringan dan hancurnya
lahan pertanian sulit sekali untuk dihindari.
SHALE OIL
Bahan dasar minyak dari fosil hewan purba diproduksi bebatuan di perut bumi. Ada dua
jenis bebatuan yang menjadi tempat produksi bahan minyak ini, pertama batuan induk
yang merupakan tempat produksi minyak utama. Di bebatuan induk ini bahan minyak
mengalami proses alamiah dengan temperatur dan tekanan tertentu sehingga mampu
mengubah bahan minyak menjadi minyak.
Produksi minyak larinya ke non konvensional seperti shale oil, dimana eksplorasi
langsung ke targetnya yaitu ke batuan induk, kedalamannya lebih besar, karena tak perlu
nunggu minyak migrasi ke atas (voar). Shale oil dikejar di tempat minyak itu terbentuk.
Indonesia masih sulit mengembangkan teknologi eksplorasi minyak secara
nonkonvensional untuk mendapat shale oil atau minyak yang didapat dari sumber
minyak utama (batuan induk). Eksplorasi minyak non konvensional berbeda dengan
eksporasi minyak konvensional. Pengeboran minyak konvensional cukup dilakukan di
permukaan tanah, sedangkan pengeeboran minyak non konvensional harus sangat
dalam. Makin dalam pengeboran akan makin banyak biaya yang dikeluarkan. Belum lagi
tingkat teknologi produksi juga makin rumit.
PERMASALAHAN
Pemboran sangat dalam tentunya
menimbulakan masalah baru terutama dalam
pengelolaan limbah pemboran atau Waste
Drilling dalam bentung Waste Soild dan Waste
water. Saat mennggunakan lumpur Water based
mud maka dihasilkan lumpur yang kkemudian
dipisahkan menjadi lumpur, batuan dan air. Air
dan lumpur ini masih dapat digunakan kembali
untuk pemboran, sementara batuan akan
dipisahkan sebagai waste solid selanjunya
dilakukan perlakuan penanganan. Waste solid
akan bermasalahan saat pengeboran
menggunakan Oil based Mud (OBM) atau
Synthetic Oil based Mud (SOBM). Dimana tOBM
aatau SOBM yang tidak dapat dipisahkan dari
batuan perlu dilakukan treatmen khusus. Bila
pemboran sangat dala dilakukan maka jumlah
limbah yang terjadi menjadi sangat banyak.
Pemboran konvensional saat ini sudah
meninggalakan banyak masalah apalagi bila
dilakukan pemboran non konvensional
khususnya pemboran dalam.
CBM (Coal Bed Methane)
Batubara memiliki kemampuan menyimpan gas dalam jumlah yang banyak, karena
permukaannya mempunyai kemampuan mengadsorpsi gas. Meskipun batubara
berupa benda padat dan terlihat seperti batu yang keras, tapi di dalamnya banyak
sekali terdapat pori-pori yang berukuran lebih kecil dari skala mikron, sehingga
batubara ibarat sebuah spon. Kondisi inilah yang menyebabkan permukaan batubara
menjadi sedemikian luas sehingga mampu menyerap gas dalam jumlah yang besar.
Jika tekanan gas semakin tinggi, maka kemampuan batubara untuk mengadsorpsi gas
juga semakin besar.
Gas yang terperangkap pada batubara sebagian besar terdiri dari gas metana, sehingga
secara umum gas ini disebut dengan Coal Bed Methane atau disingkat CBM. Dalam
klasifikasi energi, CBM termasuk unconventional energy (peringkat 3), bersama-sama
dengan tight sand gas, devonian shale gas, dan gas hydrate. High quality
gas (peringkat 1) dan low quality gas (peringkat 2) dianggap sebagai conventional gas.
Produksi CBM
Di dalam lapisan batubara banyak terdapat rekahan (cleat), yang terbentuk ketika
berlangsung proses pembatubaraan. Melalui rekahan itulah air dan gas mengalir di dalam
lapisan batubara. Adapun bagian pada batubara yang dikelilingi oleh rekahan itu disebut
dengan matriks (coal matrix), tempat dimana kebanyakan CBM menempel pada pori-pori
yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, lapisan batubara pada target eksplorasi
CBM selain berperan sebagai reservoir, juga berperan sebagai source rock.
Terkait potensi CBM ini, ada 2 hal yang menarik untuk diperhatikan:
Pertama, jika ada reservoir conventional gas (sandstone) dan reservoir CBM (coal) pada
kedalaman, tekanan, dan volume batuan yang sama, maka volume CBM bisa mencapai 3
6 kali lebih banyak dari conventional gas. Dengan kata lain, CBM menarik secara
kuantitas.
Kedua, prinsip terkandungnya CBM adalah adsorption pada coal matrix, sehingga dari segi
eksplorasi faktor keberhasilannya tinggi, karena CBM bisa terdapat pada antiklin maupun
sinklin. Secara mudahnya dapat dikatakan bahwa ada batubara ada CBM.
Untuk memperoleh CBM, sumur produksi dibuat
melalui pengeboran dari permukaan tanah sampai ke
lapisan batubara target. Karena di dalam tanah sendiri
lapisan batubara mengalami tekanan yang tinggi,
maka efek penurunan tekanan akan timbul bila air
tanah di sekitar lapisan batubara dipompa (dewatering)
ke atas. Hal ini akan menyebabkan gas metana
terlepas dari lapisan batubara yang memerangkapnya,
dan selanjutnya akan mengalir ke permukaan tanah
melalui sumur produksi tadi. Selain gas, air dalam
jumlah yang banyak juga akan keluar pada proses
produksi ini.
PERMASALAHAN
CBM diproduksi pada kedalaman yang relatif dangkal dan dalam jumlah besar juga diikuti
oleh produksi air. Tekanan antara batuan dengan air yang berada diantara lapisan batubara
akan membentuk rekahan alami yang juga sebagai tempat terserapnya (adsorbsi) gas
methane tersebut di dalam lapisan batubara.
Produksi CBM pada tiap sumur selalu dimulai dengan cara memproduksikan air
dalam jumlah yang sangat banyak. Tentunya hal ini harus diperhatikan dan harus menjadi
concern dan kepedulian oleh para operator CBM mengingat produksi air dari hasil
dewatering pada CBM memiliki dampak yang serius pada lingkungan apabila tidak
ditangani secara benar dan tepat.
PROSES LIMBAH AIR
Pengelolaan air terproduksi pada pengembangan
CBM sampai saat ini harus menjadi fokus lingkungan
hidup yakni air terproduksi yang dibuang langsung
ke permukaan (lingkungan) tidak boleh melewati
ambang batas yang telah ditentukan oleh
Pemerintah. Terdapat 3 (tiga) tahapan utama dalam
memproduksi CBM, antara lain;
1. Tahap pengurasan air, dimana sejumlah air
dengan muatan yang besar akan diproduksi
bersamaan dengan keluarnya gas CBM
2. Tahap stabil, sebagai tahapan produksi stabil
yang terjadi setelah pengurangan tekanan reservoir
pada tahap pertama dilakukan dimana dalam tahap
ini sejumlah gas yang diproduksi akan meningkat
dan jumlah air yang diproduksikan akan menurun
3. Tahap penurunan, yaitu terjadi penurunan
jumlah gas yang diproduksi dan produksi air juga
rendah
Beberapa metode yang digunakan untuk mengelola
air CBM antara lain; surface discharge, infiltration
impoundments, re-injection dan reverse osmosis.
BUTUH BANYAK KOLAM/POND
TERKADANG KOLAM/POND
DIBIARKAN KERING
PERMASALAHAN
SHALE GAS LIMBAH PEMBORAN DAN LIMBAH AIR
SHALE OIL LIMBAH PEMBORAN (PADAT DAN CAIR)
CBM LIMBAH AIR PRODUKSI
ISSUES
Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
Toxicity Characterization Leaching Procedures (TCLP)
Total Dissolved Solids (TDS)
Total Solid Suspended (TSS)
Chemical Oxygen Demand (COD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BTEX
PCB (Clorine)
Toxicity Characterization Leaching Procedures (TCLP)
Metode uji ekstraksi untuk menentukan mobilitas analit baik organik dan anorganik hadir
dalam bentuk cair, limbah padat, dan multifase yang memiliki sifat mudah terbakar
(Ignitable), korosif (Corossive), reaktif (Reactive) dan beracun (toxic).
Kandungan logam berat yang diuji meliputi arsen (As), barium (Ba), boron (B), kadmium
(Cd), chromium (Cr), tembaga (Cu), merkuri (Hg), perak (Ag), selenium (Se), dan seng
(Zn). Serta beberapa kandungan lain.
Uji toksikologi ini merupakan pengujian terhadap hasil olahan untuk menetapkan nilai
LD50 (Lethal Dose Fifty) dengan melakukan perhitungan terhadap dosis (garam
pencemar per kilogramberat badan) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi
mahluk hidup.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI UNTUK AIR DAN LIMBAH
surface discharge
infiltration impoundments
re-injection
reverse osmosis
HIGH TECHNOLOGY
TEKNOLOGI MAHAL DAN SULIT
TIDAK MENYELESAIKAN MASALAH
SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIJAU
Biological Water Treatment or Dewatering Biological
Waste Water Treatment
Biological Waste Solid Treatment
Online Biological Remediation
Mobile Biological Treatment
Intermediate Biological Treatment
Sludge Biological Treatment
Phytoremediation
BIOREX

(BIOLOGICAL REMEDIATION)
PENANGANAN AIR TERPRODUKSI (DEWATERING)
SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIJAU
BioNATUREX

SOLUSI UNTUK SISTEM AIR TERPRODUKSI
CBM
SHALE OIL
SHALE GAS
22
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BioNATUREX

Biological Waste Water
Remediation for Central
Treatment Solution
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
23
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
24
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BioNatuRex
In Site Biological Waste Water Remediation
In Processing System
Integrated with Field/Customer Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E. Coli and Salmonella)
Output: In progress Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
25
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BioNATUREX
In Site Biological Waste Water Remediation
Adalah teknik pengolahan air limbah dengan
mereproduksi sistem yang telah ada di alam. Sistem
yang mereproduksi dari alam akan memberikan hasil
yang mendekarti dengan kondisi yang alamiah.
Sistem ini kemudian dibawa pada lokasi dimana
akibat situasi dan kondisi alam tidak dapat meproses
atau juga diakibatkan volume yang besar serta
keterbatasan lahan dan waktu.
BioNATUREX sangat tepat digunakan untuk proses
yang bersifat ter-PUSAT/SENTRALISASI
SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA berusaha agar
proses alamiah dapat dilakukan dimana saja.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing system
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
26
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
27
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
28
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing system
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
In Site Biological remediation Waste Water
Remediation
Penggunaan sistem Biological waste water
remediation langsung dilaksanakan di lokasi telah
terpasang sistem pengolahan air limbah, pada
industri Migas Hulu, Migas Hilir, Pertambangan,
Petrokimia, Pulp and Paper, Geothermal dan Industri
Berat lainnya sehingga hasil dapat terpantau dan
adjustment dapat dilakukan segera.
Penggunaan In Site Biological waste water
remediation akan memberikan penghematan biaya,
mengeffektifkan sumber daya, mengeffisienkan
waktu dan peralatan serta optimalisasi terhadap
hasil yang ingin dicapai.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
29
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing system
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
In processing system
Sistem prosees BioNATUREX yang dilakukan seacra
langsung terhadap obyek yang akan dilakukan
remediasi.
Untuk mengeffektifkan hasil maka proses akan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan operasi
kerja, sehingga tidak akan mengganggu aktifitas yang
dilakukan.
Pembuatan Bioremediation Agent dan mixing
dilakukan di lokasi sehingga akan menghemat biaya
jika dibandingkan dengan mendatangkan produk jadi,
namun tetap menekan hasil yang optimal.
Kebutuhan akan produk akan sangat mudah
dipantau dan juga menyesuaikan dengan kebutuhan
di lokasi.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
30
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Integrated with Field/Customer Equipments
Pada penggunaan Biological Waste Water
Remediation - BioNATUREX, sistem dan desain akan
disesuaikan dengan kondisi fasilitas yang sudah ada
di lapangan. Penambahan ataupun modifikasi
diusahakan tidak merubah secara mayor fasilitas
yang telah terpasang.
Sistem kerja BioNATUREX dirancang agar dapat
bekerja secara simultan dengan peralatan/
perlengkapan/fasilitas yang ada, sehingga fungsi
kerja akan tetap effisien dan effektif.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
31
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Customize Microbes
Tidak seperti produk Bioremediasi lainnya, dimana
produk yang ada merupakan produk jadi dan dibuat
seacra masal. Sistem BiorNATUREX menekan
penggunaan jenis dan mikroba yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan/lokasi.
Sistem BioNATUREX menerapkan Multi Blend
Microbes dimana desain mikroba dan desain nutrisi
disesuaikan kebutuhan dimana Bioremdiation
dilakukan. Selain itu Sistem BioNATUREX dengan
Multi Blend Microbes merupakan bagian dari
Chemical/ Mechanical Remediation Replacement.
Sehingga produk yang dihasilkan akan lebih baik dan
ramah lingkungan
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
32
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Wastewater
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Non Pathogen Microbes (No E. Coli and Salmonella)
Menggunakan mikroba non pathogen dan non
contaminan. Sehingga tidak akan memberikan efek
negatif secara langsung maupun melalui vektor
(hewan, serangga, tanaman) atau media (sungai, air
tanah, tanah atau udara).
Pada beberapa sistem Bioremediasi, terkadang
digunakan beberapa mikroba yang bersifat patogen,
E. Coli - penyakit diare dan gagal ginjal
Salmonella - penyakit diare, keram perut, keracunan
dan typhus
Corynebacterium - difteri (gangguan saluran
pernafasan), kelumpuhan syaraf dan gangguan
jantung serta ginjal.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
33
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Output: In progress Bioremediation
Sistem BioNATUREX dengan Multi Blend Microbes
memiliki keunggulan dimana proses bioremediasi
dapat dilakukan penyesuaian dengan target maupun
kondisi lingkungan (adjusment) dan proses tetap
berlanjut sehingga hasil yang didapat pada saat
sekarang akan berbeda (lebih baik) pada saat yang
akan datang. Pada water waste, proses bioremediasi
akan terus berjalan untuk mencapai hasil terbaiknya,
sehingga dapat dilanjutkan dengan proses berikutnya,
yaitu di lepas ke lingkungan atau pun menjadi air
baku industri hingga air baku layak minum dengan
proses produksi air baku layak minum.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
34
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Bioreactor
Sistem BioNATUREX pada tahap awal adalah
masuknya waste water ke dalam sistem bioreactor
tank. Pada proses ini dilakukan pengkondisian waste
water sehingga sesuai dengan kondisi kerja mikroba,
lalu ditambahkan mikroba dan perlakuan aerasi.
Pada bioreactor maka akan terjadi proses degradasi
dan dekomposisi polutan dan kontaminan. Sistem ini
memerlukan beberapa stage tergantung dengan
target yang diinginkan dan jumlah kandungan
polutan dan kontaminan.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
35
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Biofiltration
Sistem BioNATUREX pada tahap ke dua adalah
masuknya waste water ke dalam sistem biofiltration
tank. Pada proses ini waste water masuk ke dalam
area yang bersifat porous dan besifat permeable. Di
antara zona porous ini akan terdapat polutan akan
tertahan dan mikroba akan memproses lebih lanjut
polutan dan kontaminan agar terdegradasi dan
terdekomposisi, proses akan berjalan lebih lambat
sehingga memberi waktu mikroba bekerja lebih
efektif. Pada Proses Biofitration terkadang
dibutuhkan beberapa stage untuk optimalisasi.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
36
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Bioadsorption
Sistem BioNATUREX pada tahap ke tiga adalah waste
water akan mengalami adsopsi baik melalui
mekanika tanah dan memlalui mekanika penyerapan
oleh akar tanaman. Tanah yang sudah dirancang
sedemikian rupa memliki kemampuan menyerap
polutan dan kontaminan yang masih mungkin lolos,
selanjutnya sebagaian dari hasil serapan tanah akan
di proses melalui sistem metabolisme akar tanaman
yang memanfaatkan hasil remediasi sebagai bagian
dari nutrisi yang dibutuhkannya. Sistuasi ini
mengadopsi pada kondisi wetland atau rawa.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
37
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
Biosedimentation
Biosedimentation pada sistem BioNATUREX adalah
tahap ke keempat dimana waste water yang sudah
terproses akan mengalami situasi penenangan dan
sedimentasi pada material yang mungkin masih
terbawa. Proses sedimentasi ini akan dibantu proses
adsopsi oleh beberapa tanaman air ringan yang
mengadopsi pada kondisi wetland atau rawa. Selepas
proses ini diharapakan wastewater telah menjadi air
baku untuk irigasi yang dapat diproses menjadi air
baku industri maupun air baku layak minum.
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
38
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
BIONATUREX
In Site Biological Waste Water
Remediation
In processing System
Integrated with Field/Customer
Equipments
Customize Microbes
Non Pathogen Microbes (No E.
Coli and Salmonella)
Output: In progress
Bioremediation
Methods
Bioreactor
Biofiltration
Bioadsorption
Biosedimentation
BioNATUREX
In Site Biological Waste Water Remediation
Bioreactor
Aerobic
Biofiltration
Aerobic
Bioadsorpsi Bioseedimentasi
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
39
The contents of this documents, together with its attachments, may contain confidential information belong to SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA.
You should not disseminate, distribute, copy or otherwise use this email or any part thereof, without any permission from SAMRO TECHNOLOGY
INDONESIA.
Bioreactor
Aerobic
Biofiltration
Aerobic
Bioadsorption Biosedimentation
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
KESIMPULAN
1. PRODUKSI AIR PADA OPERASI CBM, SHALE GAS DAN SHALE OIL MEMBUTUHKAN
PERHATIAN BESAR DIKARENAKAN AIR PRODUKSI UNKONESIONAL TERSEBUT
CUKUP BESAR DAN MASUK DALAM KATEGORI B3
2. MIGAS HIJAU TIDAK BERARTI PROSES JUGA BERSIFAT HIJAU BILA TIDAK
DIANTISIPASI
3. MIGAS HIJAU MEMBUTUHKAN TEKNOLOGI TINGGI DAN BIAYA MAHAL
4. BANYAK MASALAH LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN MIGAS HIJAU
5. PENGELOLAAN MIGAS HIJAU DARI HULU HINGGA HILIR PERLU MEMPERHATIKAN
KEHIJAUANNYA
6. PERMASALAHAN SAAT EKSPLORASI, EKSPLOITASI HINGGA PRODUKSI PERLU
DIPERHATIKAN DENGAN SEKSAMA
7. SAMRO BIOREX SEBAGAI SOLUSI WASTE WATER DAN WASTE SOLID
8. SAMRO BioNATUREX MERUPAKAN SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN AIR
PRODUKSI CBM, SHALE GAS DAN SHALE OIL YANG MURAH EFFEKTIF, EFFSIEN DAN
RAMAH LINGKUNGAN
BioNATUREX

Natural Remediation Solution
TERIMA KASIH
SAMRO TECHNOLOGY INDONESIA
Griya Purwa Asri E-319/325
Purwomartani, Kalasan
Yogyakarta 55571 INDONESIA
samro.techology@yahoo.co.id

You might also like