You are on page 1of 16

ANATOMI HIDUNG

Oleh Donald Marpaung


Pendahuluan
Hidung merupakan organ penting sesuai fungsinya yaitu sebagai indra penghidu,
menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru-paru, mempengaruhi refleks
tertentu pada paru-paru dan memodifikasi bicara. Karena letaknya diantara kedua
mata, kedua pipi dan di atas bibir maka hidung merupakan bagian dari wajah yang
letaknya tepat di tengah. Hal ini menempatkannya menjadi pusat perhatian bila
menatap wajah seseorang. Bagi sebagian orang faktor inilah yang menyebabkan
begitu pentingnya bentuk hidung bahkan berupaya untuk memperbaikinya sekalipun
bentuknya normal menurut penilaian orang pada umumnya. Tentu saja bentuk
hidung menjadi lebih penting lagi apabila mengalami gangguan akibat trauma,
infeksi, peradangan, dan lain-lain.
Hidung Luar
Menonjol pada garis tengah di antara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar
dapat dibedakan atas tiga bagian yang paling atas, kubah tulang, yang tak dapat
digerakkan! dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan! dan
yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.
Bagian puncak hidung disebut apeks. "gak ke atas dan belakang dari apeks
disebut batang hidung #dorsum nasi$, yang berlanjut sampai ke pangkal hidung menyatu
dengan dahi. %ang disebut kolumela membranosa adalah mulai dari apeks, yaitu di
sebelah posterior bagian tengah bibir atas dan distal dari kartilago septum. Titik
pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. &isini bagian bibir
atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas ke bawah, disebut filtrum.
'ebelah kiri dan kanan kolumela adalah nares anterior atau nostril #lubang hidung$ kanan
dan kiri, di sebelah latero-superior dibatasi ala nasi dan di sebelah inferior oleh dasar
hidung

(angka hidung bagian luar terdiri dari dua os nasal, prosesus frontal os maksila,
kartilago lateralis superior, sepasang kartilago lateralis inferior #kartilago alar mayor$
dan tepi )entral #anterior$ kartilago septum nasi . Kerangka utama adalah keempat tulang
yang telah disebutkan sebelumnya. Tepi medial kartilago lateralis superior menyatu
dengan kartilago septum nasi dan tepi kranial melekat erat dengan permukaan bawah os
nasal serta prosesus frontal os maksila.
Tepi bawah #kaudal$ kartilago lateralis superior terletak di bawah tepi atas
#kranial$ kartilago lateralis inferior. Bila kartilago lateralis inferior diangkat dengan
retraktor, barulah akan terlihat batas bawah kartilago lateralis superior ini atau yang
disebut limen nasi. "da kalanya kedua tepi kartilago lateralis superior dan inferior tidak
melekat dengan erat di bagian medial, sehingga dengan demikian akan menyebabkan
kerangka hidung luar kurang kuat. &i sebelah lateral, antara kartilago lateralis superior
dan inferior terdapat beberapa kartilago sesamoid. Kartilago lateralis inferior berbentuk
ladam. Krus lateralnya lebar dan kuat, merupakan kerangka ala nasi. Bagian medialnya
lemah, sebagian meluas sepanjang tepi kaudal kartilago septum nasi yang bebas, dan
sebagian lagi ada di dalam kolumela membranosa.
*ada tulang tengkorak, lubang hidung yang berbentuk segitiga disebut apertura
piriformis. Tepi latero-superior dibentuk oleh kedua os nasal dan prosesus frontal os
maksila. &asarnya dibentuk oleh prosesus al)eolaris maksila. &i garis tengah ada
penonjolan #prominentia$ yang disebut spina nasalis anterior.
+

,tot-otot ala nasi terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok dilator, terdiri dari
m. dilator nares #anterior dan posterior$, m. proserus, kaput angulare m. kuadratus labii
superior dan kelompok konstriktor yang terdiri dari m. nasalis dan m. depresor septi.
Septum Nasi
'eptum nasi membagi ka)um nasi menjadi dua ruangan, kanan dan kiri. Bagian
posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago
septum #kuadrilateral$, premaksila dan kolumela membranosa! bagian posterior dan
inferior oleh os )omer, krista maksila, krista palatina serta krista sfenoid.
Kavum Nasi
Dasar hidung. &asar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan
prosesus hori-ontal os palatum.
Atap. "tap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,
prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. 'ebagian besar
atap hidung dibentuk oleh lamina kribosa yang dilalui filamen-filamen n. olfaktorius
yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas
septum nasi dan permukaan kranial konka superior.
Dinding lateral. &inding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus
frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan
bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina
pterigoideus medial.
Kona! .osa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka! celah
antara konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior, celah antara konka
media dan inferior disebut meatus medius, dan sebelah atas media disebut meatus
superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat #konka suprema$ yang teratas.
Konka suprema, konka superior dan konka media berasal dari massa lateralis os etmoid,
sedangkan konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian
superior dan palatum.
/

Konka inferior adalah tulang yang memanjang berbentuk seperti kulit kerang,
bagian superior melekat ke dinding lateral ka)um nasi. "da tepi melengkung yang
memisahkan permukaan medial dengan lateral. Tepi bebas inferior melengkung dari
depan ke belakang dan dari atas ke bawah, dengan bagian cembungnya menghadap ke
arah septum. Tulang yang membentuk konka berlubang-lubang seakan 0akan
mempunyai sel-sel, sehingga penampakannya kasar dan berlekuk-lekuk. 1jung anterior
dan posterior agak meruncing. *ermukaan konka berlubang-lubang di beberapa tempat
untuk melalui pembuluh darah. 2ekukan longitudinal atau parit-parit juga membantu
distribusi pembuluh darah besar. Mukosa konka tebal, kaya pembuluh darah dan melekat
erat pada perikondrium atau periosteum.
Konka media dan konka inferior dilapisi oleh epitel torak berlapis semu bersilia,
yang ujung-ujung anteriornya pada orang dewasa epitelnya dapat berubah menjadi
kubus atau gepeng. 'troma konka media mengandung banyak sekali kelenjar,
sedangkan stroma konka inferior mengandung banyak pembuluh darah. *ada konka
inferior juga ada kelenjar, tetapi tidak sebanyak seperti pada konka media. *embuluh-
pembuluh darah di sini adalah pleksus )ena yang membentuk jaringan erektil hidung dan
letaknya terutama pada sisi bawah konka inferior dan ujung posterior konka inferior
dan media.
Meatus Superior. Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah
yang sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok
sel-sel etmoid posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa
ostium yang besarnya ber)ariasi. &i atas belakang konka superior dan di depan korpus
os sfenoid terdapat resesus sfeno etmoidal, tempat bermuaranya sinus sfenoid.
Meatus medius. Meatus medius, merupakan celah yang lebih luas daripada
meatus superior. &i sini terdapat muara sinus frontalis, sinus maksila dan sel-sel anterior
sinus etmoid. &i balik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada
dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus
medius dengan infundibulum, disebut hiatus semilunaris. &inding inferior dan medial
infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai
3
prosesus unsinatus. &i atas infundibulum ada penonjolan hemisfer, yaitu bula etmoid
yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. ,stium sinus frontal, antrum maksila dan sel-
sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila
bermuara di posterior muara sinus frontal. "da kalanya sel-sel etmoid bermuara di atas
bula etmoid dan kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di
depan infundibulum.
Meatus in"erior! Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus,
mempunyai muara duktus naso lakrimalis yang terdapat kira-kira antara / sampai /,4 cm
di belakang batas posterior nostril.
Nares! 5ares posterior atau koana adalah pertemuan antara ka)um nasi dengan
nasofaring , berbentuk o)al dan terdapat di kanan dan kiri septum. Tiap nares posterior
bagian bawahnya dibentuk oleh lamina hori-ontalis palatum, bagian dalam oleh os
)omer, bagian atas oleh prosesus )aginalis os sfenoid dan bagian luar oleh lamina
pterigoideus sfenoid.
5ares anterior menghubungkan rongga hidung dengan dunia luar. 5ares anterior
lebih kecil dibandingkan dengan nares posterior yang berukuran kira-kira tinggi +,4 cm
dan lebar 6,+4 cm.
Muosa Hidung
(ongga hidung, nasofaring dan sinus paranasal dilapisi oleh selaput lendir yang
berkesinambungan dengan berbagai sifat dan ketebalan. &i bagian paling anterior
)estibulum nasi terdapat epitel kubus dan gepeng berlapis. &i atas bidang konka
superior terdapat epitel olfaktorius! di bawahnya epitel respiratorius.
#egio respiratorius. Mukosanya, seperti epitel di atasnya, pada daerah
respiratorius ber)ariasi sesuai dengan lokasinya yang terbuka atau terlindung. Mukosa
respiratorius yang khas, didapati di bagian yang terlindung. Terdiri dari 3 macam sel.
*ertama, sel torak berlapis semu yang mempunyai +77 silia tiap selnya. Tersebar di antara
sel-sel bersilia terdapat sel-sel goblet dan sel yang memiliki mikro)ili #atau disebut juga
sel sikat$.
Kelenjar mukus #sel-sel goblet$ pada mukosa respiratorius adalah sel tunggal yang
pada pemeriksaan mikroskopis tampak berbentuk piala. 'el ini menghasilkan kompleks
protein polisakarida yang membentuk lendir dalam air. *ada kondisi yang berlainan,
penampilan mukus dapat berbeda-beda.
Mikro)ili adalah penonjolan seperti jari yang kecil, pendek dan langsing pada
permukaan sel yang menghadap ke lumen. Merupakan e)aginasi plasma membran dan
mengandung sitoplasma. .ungsinya belum diketahui, tetapi nyata sangat menambah
luasnya permukaan sel. Terakhir, adalah sel basal #sel cadangan$ yang terdapat di atas
membran basal.
#egio ol"atorius. 8pitel olfaktorius yang kecoklatan terdiri dari / macam sel
sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktorius. *ada tunika propria didapati kelenjar
Bowman yang tubuloal)eolar dan bercabang-cabang.
Muosa sinus paranasal. Mukosa sinus paranasal merupakan lanjutan mukosa
hidung, hanya lebih tipis dan kelenjarnya lebih sedikit. 8pitelnya torak berlapis semu
4
bersilia, bertumpu pada membran basal yang tipis dan tunika proprianya melekat erat
dengan periostium di bawahnya. 'ilia lebih banyak di dekat ostium, gerakannya akan
mengalirkan lendir yang menyelimuti permukaannya ke arah hidung melalui ostium
masing-masing sinus.
Persara"an Hidung
Sara" sensoris! 'araf sensoris untuk hidung #selain n. olfaktorius$ terutama
berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris n. trigeminus. 9abang pertama n.
trigeminus, yaitu n. oftalmikus mempercabangi n. nasosiliaris yang kemudian bercabang
lagi menjadi n. etmoidalis anterior dan posterior dan n. infratroklearis. 5. etmoidalis
anterior berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung
bersama a. etmoidalis anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan di sini terbagi
menjadi cabang nasalis internus medial dan lateral. 9abang medial berjalan ke depan
bawah pada septum untuk mempersarafi tepi anterior septum, sedangkan cabang lateral
mempersarafi dinding lateral dan juga mempunyai cabang lagi, yaitu n.nasalis eksternus,
yang menuju permukaan luar hidung.
'araf yang berasal dari cabang maksilaris n. trigeminus akan membentuk
n.nasalis superior posterior yang memasuki hidung melalui foramen sfenopalatina,
berjalan di dekat dinding lateral dan dinding medial #septum$ menuju ganglion
sfenopalatina. &i sini terbagi menjadi cabang-cabang. %ang terprnting di antara cabang
medial adalah n. nasopalatina #n. cotunnius$! yang berakhir di daerah foramen insisi)us
dan berhubungan dengan palatina anterior.
9abang maksilaris n. trigeminus juga membentuk n. nasalis inferior posterior,
yang memasuki hidung melalui foramen sfenopalatina, kemudian berjalan ke arah
bawah untuk mempersarafi konka inferior.
:ambaran mengenai ganglion sfenopalatina #ganglion Meckel$ tidak dapat
dijelaskan dengan pasti. 2etaknya jauh di dalam fossa pterigopalatina tepat di sebelah
lateral foramen sfenopalatina dan sering digambarkan seakan-akan tergantung pada n.
maksilaris di atasnya. %ang menuju ganglion ini adalah n. petrosus superfisialis mayor
#simpatis$ dan n. petrosus superfisialis mayor #parasimpatis$. Menurut 2arsel, serabut-
serabut saraf otak ; dan sistem parasimpatis melewati ganglion ini tanpa terhenti.
'ebaiknya, n. petrosus superfisialis mayor keluar dari nukleus sali)atorius superior dan
berakhir di ganglion ini. 'erabut saraf n. petrosus superfisialis mayor setelah keluar dari
ganglion akan didistribusikan ke kelenjar air mata dan mukosa traktus respiratorius
atas! fungsinya untuk )asodilatasi dan merangsang pembentukan air mata dan sekresi
hidung.
&ari segi anatomi agaknya ganglion sfenopalatina hampir tidak berperan dalam
menghantar rasa sakit pada wajah. Tindakan melakukan anestesi terhadap ganglion
sfenopalatina dengan aplikasi lokal pada foramen sfenopalatina atau penyuntikan pada
ganglion akan sedikit sekali manfaatnya untuk mengontrol rasa sakit. 5amun serabut-
serabut saraf cabang kedua n. trigeminus letaknya sangat dekat dan bila ini dianestesi,
mungkin rasa nyeri dapat hilang.
'araf lain yang berasal dari cabang kedua n. trigeminus turun di dalam kanalis
pterigopalatina dan keluar pada foramen palatina mayor di permukaan bawah palatum
<
durum! akan mempersarafi palatum durum dan molle, u)ula, tonsil, dan berjalan terus ke
depan sampai kanalis insisi)us.
5. infratroklearis berasal dari cabang pertama n. trigeminus dan serabut-
serabutnya akan mempersarafi kelopak mata dan kulit sisi hidung bagian atas.
5. nasalis eksternus, dari pangkalnya di sinus etmoid anterior, berjalan ke
bawah di dalam celah yang terdapat pada permukaan dalam os nasal, celah ini pada foto
(ontgen harus dibedakan dengan garis fraktur. 'araf ini menembus dinding hidung di
antara os nasal dengan kartilago lateralis superior dan mempersarafi kulit dorsum nasi di
bagian bawah sampai ke puncak hidung.
5. infraorbitalis muncul di pipi di bawah mata pada foramen infraorbita untuk
mempersarafi sebagian dinding lateral hidung dan struktur lainnya di wajah.


Nervus ol"atorius. 5. olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan
bawah bulbus olfaktorius dan kemudian menyebar di mukosa yang melapisi bagian atas
konka superior dan bagian septum yang berhadapan! hubungan rongga-rongga sinus
dengan ka)um nasi lebih bebas dan berguna untuk penyebaran filamen-filamen n.
olfaktorius.
N. terminalis, yang berasal dari ganglion terminalis di sebelah medial bulbus
olfaktorius, mempunyai / atau 3 cabang yang berjalan melalui bagian anterior lamina
kribrosa menuju ke bagian superior anterior septum bertulang rawan. 'araf ini
beranastomosis dengan n.nasopalatina dan n. etmoidalis
Perdarahan hidung
*erdarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari / sumber utama
6. a. etmoidalis anterior
+. a. etmoidalis posterior cabang dari a. oftalmika
/. a. sfenopalatina, cabang terminal a. maksilaris interna, yang berasal dari a. karotis
eksterna.
'eptum bagian superior anterior dan dinding lateral hidung mendapat perdarahan dari
a. etmoidalis anterior! a. etmoidalis posterior yang kecil hanya memperdarahi daerah
yang kecil di regio superior posterior. Kedua arteri etmoidalis, setelah meninggalkan a.
=
oftalmika. Menyeberangi lamina kribrosa dan masuk hidung melalui foramen etmoid
anterior dan posterior, disertai oleh serabut saraf pasangannya. "rteri dan ner)us
etmoidalis anterior merupakan petunjuk letak lamina kribrosa bagi operator.
Biasanya a. maksilaris muncul sebagai cabang terakhir a. karotis eksterna dan
berjalan di lateral lamina pterigoideus lateral untuk memasuki fossa pterigopalatina.
9abang terakhirnya, a. temporalis superfisialis, berjalan ke atas melalui permukaan
luar pangkal -igoma dimana pulsasinya dapat diraba. &i dalam fossa a. maksilaris
terbagi menjadi cabang-cabang yang berjalan bersama cabang kedua dan cabang ketiga
n. trigeminus. 9abang-cabang berikut ini dapat dikenali a. al)eolaris superior posterior,
a. palatina minor, a. asesorius nasal dan a. faringeus superior, a. infraorbitalis, arteri-
arteri untuk foramen rotundum dan kanalis pterigoideus, a. palatina mayor, dan
terakhir a. sfenopalatina terminalis, yang melalui foramne sfenopalatina untuk masuk ke
dalam rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. ". sfenopalatina terbagi
menjadi aa. nasales posterolateral yang menuju ke dinding lateral hidung dan aa. septi
posterior, yang menyebar pada septum nasi$.
,leh karena aa. nasales posterolateral ukurannya cukup besar, maka pada operasi
pengangkatan konka media atau inferior akan disertai perdarahan yang cukup banyak.
"da anastomosis bebas antara aa. nasales lateralis dengan a. etmoidalis anterior,
sehingga pada pengangkatan konka, perdarahan dapat timbul dari kedua sumber ini
meskipun hanya satu arteri yang terkena.
". septi posterior mempunyai / cabang utama satu untuk bagian posterior, satu
untuk bagian inferior dan satu lagi untuk bagian tengah dan posterior septum. 9abang-
cabang yang sampai di bagian inferior anterior septum akan beranastomosis bebas
dengan cabang a. labialis superior untuk septum dan aa. palatina mayor.
9abang lain dari a. sfenopalatina turun di dalam kanalis palatina mayor untuk
masuk ke dalam rongga mulut melalui foramen palatina mayor dan kemudian
menyebar di permukaan bawah palatum.
;ena-)ena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. ;ena pada )estibulum dan struktur luar hidung mempunyai
hubungan dengan sinus ka)ernosus melalui ). oftalmika superior.
Kepustaaan
6. Boies, Buku ajar penyakit THT, 8disi <, hal 6=/-6>/.
>
+. Ballenger, *enyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan 2eher, 8disi 6/, ?ilid 6,
hal 6-64.
@
$ISIOLOGI HIDUNG
Hidung mempunyai 3 fungsi utama, yaitu
6. 'ebagai lokasi epitel olfaktorius
+. 'aluran udara yang kokoh menuju traktus respiratorius bagian bawah
/. ,rgan yang mempersiapkan udara inspirasi agar sesuai dengan permukaan paru
3. 'ebagai organ yang mampu membersihkan dirinya sendiri .
67
Berarti hidung merupakan alat pelindung tubuh terhadap -at--at berbahaya yang masuk
bersama udara pernapasan. Hidung juga berperan sebagai resonator dalam fonasi, hal ini
nyata pada seseorang yang terserang selesma.
Penghidu
8pitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna kecoklatan mempunyai / macam
sel-sel saraf sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. *ada permukaan bebas sel
penunjang yang ramping terdapat lempengan kecil-kecil atau jaringan -at tanduk
menyebabkan sel-sel tersebut bertautan erat satu sama lain. *ada permukaan bebasnya
terdapat sejumlah jonjot mikro )illi yang menonjol ke dalam lapisan lendir yang
menyelimuti permukaan. *ada sitoplasma bagian apikal terdapat kompleks :olgi kecil
dan granul pigmen coklat yang membuat epitelnya mempunyai warna khas. 2amina
propria di daerah olfaktorius juga mengandung kelenjar-kelenjar olfaktorius Bowman
yang bercabang-cabang dan berbentuk tubulo-al)eolar. 'el penunjang dan kelenjar
Bowman #:ra-iadei$ menghasilkan mukus cair yang menyelimuti daerah olfaktorius,
yang sifatnya agak berbeda dengan mukus pada daerah respiratorius! namun komposisi
histokimianya belum diketahui. &i antara dasar sel-sel penunjang terdapat sel basal yang
mungkin berfungsi sebagai cadangan untuk menggantikan sel-sel penunjang dan
mungkin sel-sel olfaktorius.
&i antara sel-sel penunjang terdapat sel n. olfaktorius yang bipolar, sedangkan di
bagian puncak sel terdapat dendrit yang telah berubah bentuk dan memanjang ke
permukaan epitel, kemudian membentuk bulatan yang disebut batang atau )esikel
olfaktorius. &ari )esikel ini keluar <-> silia yang tidak dapat bergerak, yang panjangnya
47-+77 mikrometer dan di dalamnya terdapat mikrotubulus yang tersusun menurut pola
A@ tambah +B seperti silia respiratorius. *ada potongan melintang, bagian proksimal
batang silia tampak lebih tebal, ke distal makin tipis dan mikrotubulusnya tinggal dua.
Belum diketahui apa makna susunan yang demikian ini. 2etak silia sejajar dengan
permukaan mukosa dan diselimuti oleh lapisan lendir. 'ilia ini berasal dari badan basal
di bagian distal sel tanpa mempunyai tempat akar, kalaupun ada tempat akar, letaknya
tidak beraturan #lihat mengenai silia respiratorius$.
Menurut teori stereokimia, untuk penghidu setiap bau dari ketujuh bau-bauan
kimia atau dasar indra pencium mempunyai molekul yang ukuran dan bentuknya unik
dan bersifat elektrofilik atau nukleofilik. 8pitel olfaktorius diduga mempunyai
reseptor-reseptor yang bentuk dan dimensinya tertentu, sehingga satu molekul bau yang
spesifik membutuhkan partikel reseptor tersendiri. Bai-bauan primer adalah bau-bauan
eterial, kamper, AmuskyB wangi bunga, bau permen, pedas dan bususk. Bau tambahan
termasuk bau amandel, merupakan kombinasi yang ditimbulkan oleh pertautan
molekul-molekul dengan + atau lebih reseptor primer.
Teori lain berpendapat bahwa kualitas molekul yang dianggap sebagai bau adalah
interaksi antara )ibrasi ini dengan organ reseptor. 'etiap bau-bauan primer #menurut
Cright dapat sampai +4 macam$ memiliki frekuensi masing-masing.
Kemungkinan besar, permulaan perjalanan impuls pada n. olfaktorius adalah
rangsangan pada batang olfaktorius atau silia, mungkin oleh larutan partikel bau-bauan
dalam lendir. 'ering dijumpai )akuol pinositik yang berhubungan dengan batang-batang
olfaktorius. *ada perangsangan sel reseptor, akan timbul perubahan potensi listrik yang
66
menghasilkan penjalaran impuls ke bulbus olfaktorius untuk merangsang sel mitral.
*erubahan pada potensi membran dapat diukur, dan disebut sebagai olfaktogram.
"mplitudonya ber)ariasi untuk daerah 0daerah epitel olfaktorius yang berlainan! dan
bentuk, lamanya dan periode laten, semua dipengaruhi oleh intensitas rangsangan.
Bulbus olfaktorius mempunyai akti)itas listrik yang menetap dan terus-menerus. Bila ada
rangsang penghidu, akan terjadi peningkatan akti)itas, dapat terjadi singkat atau lama.
Kualitasnya tergantung pada pola eksitasi reseptor atau sel mitral.
1jung proksimal sel olfaktorius menipis sampai hanya berbentuk filamen setebal
6 mikrometer, yakni akson. Bersama-sama akson lain berkumpul membentuk gabungan
+7 filamen, disebut fila olfaktoria, yang berjalan melalui lubang pada lamina kribrosa
dan memasuki bulbus olfaktorius di otak. .ila ini tidak bermielin. 8pitel olfaktorius
juga mempunyai serabut saraf yang bermielin yang berasal dari n. trigeminus. 'erabut-
serabut distal n. trigeminus ini terlindung di antara sel-sel penunjang pada permukaan
epitel, di sini sudah tidak bermielin. 'erabut ini meneruskan rangsang sensoris #tapi
bukan bau-bauan$.
&i dalamn bulbus olfaktorius akson dari n. olfaktorius akan berhubungan dengan
sel-sel mitral, dan akson ini meninggalkan bulbus untuk membentuk traktus olfaktorius,
yang berjalan sepanjang dasar lobus frontalis untuk kemudian masuk korteks piriformis
yang rumit susunannya, komisura anterior, nukleus kaudatus, tuberkulus olfaktorius,
dan limbus anterior kapsul internus, dengan hubungan sekunder.
Makhluk hidup dapat dibagi menjadi mikrosomatik dan makrosomatik,
tergantung pada ketajaman indra penghidu. Manusia termasuk golongan pertama, yang
indra penghidunya tidak berkembang dengan baik karena tidak penting untuk
mempertahankan keselamatan jiwanya atau untuk mencari makanan. :olongan
makrosomatik indra penghidunya berkembang dengan baik karena berperan penting
dalam kehidupannya.
%alan napas
Hidung merupakan tempat lewatnya udara pernapasan, masuk dan keluar. &i
bagian depan ditunjang oleh kartilago lateralis superior dan inferior yang setengah
kaku, pada inspirasi kuat dinding lateral hidung dapat tertarik ke dalam. 'edang di
bagian posterior saluran udara ini kaku.
"lur udara pernapasan terutama ditentukan oleh hasil efek nares anterior yang
arahnya ke atas dan bentuk rongga hidung. 1dara masuk hidung dengan arah hampir
)ertikal, membelok >7
o
sampai @7
o
ke arah posterior sewaktu memasuki rongga hidung.
"liran udara utama kemudian berjalan hori-ontal sampai membentur dinding posterior
nasofaring, menikung >7
o
sampai @7
o
ke arah bawah, bergabung dengan aliran dari sisi
hidung satunya, berjalan di belakang palatum masuk ke faring. Kedua belokan tajam
>7
o
- @7
o
ini disebut sebagai titik benturan dan membantu untuk menyingkirkan partikel
yang tak diinginkan. Benturan udara dengan adenoid memberi kesempatan bagi adenoid
untuk berfungsi dengan cara menjajaki partikel yang tersaring di dalam kripta dan
mengadakan reaksi imunologik. 'ebagian dari udara pernapasan mencapai daerah
olfaktorius. &engan mengendus aliran udara ke daerah olfaktorius akan meningkat.
(ute udara ekspirasi pada umumnya adalah kebalikan dari inspirasi, tetapi karena
ada obstruksi relatif di katup nasal anterior maka timbulah perputaran arus. &efleksi
6+
septum atau penyebab obstruksi yang lain juga menambah perputaran arus ini. *erputaran
arus ini paling kecil pada pernapasan tenang namun bertambah bila kecepatan aliran
napas meningkat.
Aliran udara
"liran udara ini kecil, hanya 6-+ mm, sedangkan permukaan lateral hidung luas.
Hal ini menyebabkan adanya pertemuan bebas antara udara pernapasan dengan
permukaan mukosa. 'ebaliknya, rasio udara pernapasan dengan luasnya permukaan
mukosa di bagian lain tidak sebaik itu lagi sampai mencapai bronkiolus.
Katup nasal anterior atau ostium internum pada lumen nasi, terletak kira-kira 6,4
sampai + cm di belakang nares anterior. *ada titik ini potongan melintang saluran udara
tiap sisi hidung sebesar 67 sampai 37 mm
+
dan merupakan bagian traktus respiratorius
yang paling sempit. *ada hidung terdapat kira-kira 47D tahanan dari seluruh traktus
respiratorius. &i belakang katup ini potongan melintang saluran utama #hori-ontal$
hidung lebih lebar, sedangkan aliran udara tetap sempit, sehingga membuat kesempatan
hubungan bebas antara permukaan yang luas dengan aliran udara. Kemudian pada koana
posterior potongan melintang menyempit kembali. Hal ini yang dapat menerangkan
mengapa terjadi )ariasi tekanan intranasal dari -4 atau -< mm H+, sampai E4 atau E<
pada inspirasi dan ekspirasi.
Telah dibuktikan bahwa ada penggiliran siklus resistensi yang berkepanjangan
#misalnya pembesaran adenoid atau tampon hidung padat$ dapat mengakibatkan
korpulonale, kardiomegali dan edema paru. "kibat resistensi hidung yang tinggi paling
sering adalah pernapasan mulut sehingga fungsi pembersihan udara dan Afungsi
pengatur kondisi udaraB hidung tidak dijalani. (esistensi saluran udara bronkhial akan
meningkat bila selaput lendir hidung dan nasofaring mengalami iritasi #misalnya oleh
debu silika$.
Ke&epatan aliran udara
"liran udara ini tercepat pada katup nasal anterior, sampai /,/ mFdetik pada
aliran udara inspirasi sebesar +77 mlFdetik dibandingkan dengan 6 mFdetik pada bronkus
sekunder #:ambar 6-63$. 'elanjutnya pada bagian saluran udara yang hori-ontal
kecepatan aliran melambat, walaupun penampang melintang nya melebar dan aliran
udaranya tetap kecil. Hal ini memberi kesempatan untuk udara pernapasan mengadakan
kontak bebas lebih lama dengan daerah permukaan yang luas. Kondisi ini sangat ideal
untuk fungsi Apengatur kondisi udaraB dan ditempat ini juga sekret sinus yang bebas
kontaminasi memasuki hidung pada saat yang sangat dibutuhkan.
Pen'aringan partiel
*artikel yang berukuran 4 sampai < mikrometer atau lebih, >4 sampai @7D
disaring di dalam hidung dan nasofaring. *artikel yang lebih besar dapat ditangkap oleh
bulu hidung. *artikel yang lebih kecil masuk lebih dalam ke traktus respiratorius bagian
bawah dan mengangkut apa saja yang terbawa dari permukaannya. &roplet yang
mengandung )irus berkelompok membentuk partikel yang biasa berukuran lebih besar
dari 4-< mikrometer sehingga sebagian besar tertahan dalam hidung. 'ehubungan dengan
ini, sebaiknya diketahui bahwa pada pernapasan hidung, semprotan aerosol akan lebih
6/
banyak yang tertahan di dalam hidung daripada yang masuk ke traktus respiratorius
bawah. ?elas juga bahwa penyaringan partikel di dalam hidung meningkat akibat
bertambahnya kecepatan alian udara di kedua tempat penyempitan yang telah
dibicarakan.
Pengatur ondisi udara
*engaturan suhu dan kelembaban sebagian besar terjadi dalam tempo singkat
pada waktu udara pernapasan melintasi bagian hori-ontal saluran hidung. &i sini udara
dipanaskan #atau didinginkan$ oleh radiasi yang berasal dari pembuluh darah mukosa.
*roses pelembaban udara pernapasan terjadi oleh e)aporasi dari lapisan lendir yang
menyelimuti permukaan mukosa. Mekanisme yang efisien ini dibuktikan dengan
mengamati udara inspirasi di nasofaring yang ternyata suhunya mendekati suhu tubuh
normal dan kelembaban nisbinya mendekati 677D. *embuluh darah mukosa terbagi
dalam + tingkat yang letaknya sejajar. 'alah satu letaknya lebih superfisial dan
mempunyai kapiler-kapiler yang masuk ke dalam epitel. "rah aliran darah ini dari
belakang ke depan, berlawanan dengan arah aliran udara inspirasi dan lendir. Tatanan ini
sangat efisien dalam mengatur suhu dan kelembaban dan membersihkan udara.
'uhu mukosa hidung lebih rendah beberapa derajat daripada udara ekspirasi. ,leh
karena itu terjadi pengembunan dan pemanasan mukosa hidung pada waktu ekspirasi, hal
ini yang disebut sebagai pertukaran panas dan kelembaban regeneratif. Hal ini
menerangkan mengapa terjadi ujung hidung yang AbasahB pada cuaca dingin #dengan
suhu -67 sampai -+
o
9$.
Konka inferior, yang paling kaya akan pembuluh darah, ternyata fungsi utamanya
bukan sebagai radiator panas melainkan katup yang mengontrol kapasitas hidung.
Silia
'ecara filogenetik, silia termasuk struktur tua, dapat ditemukan pada organisme
satu sel yang primitif, yang dapat pindah dari satu tempat ke tempat lain oleh karena
gerakan silia. *ada manusia silia pernapasan dapat ditemukan di seluruh traktus
respiratorius, kecuali bagian hidung yang paling depan, dinding posterior orofaring,
sebagian laring dan cabang terminal bronkus. 'ilia terdapat juga pada tuba eustachius,
sebagian besar telinga tengah , dan di dalam sinus paranasal, terutama di dekat ostium
sinus. 'ilia dalam bentuk lain, juga didapati pada makula dan krista di telinga dalam dan
sebagai batang-batang retina mata.
"khir-akhir ini telah banyak terungkap pengetahuan mengenai ultrastruktur silia
respiratorius #:ambar 6-64 dan 6-6<$. 'ilia manusia memanjang kira-kira < mikrometer
di atas permukaan luminal sel dan lebarnya sekitar 7,/ mikrometer. 'etiap sel dapat
mempunyai silia sampai +77 helai. Tiap silia agaknya tertanam pada badan basal yang
letaknya tepat di bawah permukaan sel. 'truktur sentriol sel yang sedang membelah,
mirip dengan yang terdapat pada sel basal, sel basal berasal dari sel yang sedang
membelah itu.
Tiap silia diselubungi oleh lanjutan membran sel atau membran plasma. &i dalam
silia ada sehelai filamen #atau fibril$ yang disebut aksonema. &i bawah aksonema
terdapat badan basal yang silindris dan pendek, lebih ke bawah lagi fibril memanjang
sampai ke sitoplasma apikal dan di sini disebut sebagai tempat akar. &i sini silia
tertanam kuat dan kemungkinan tempat akar ini meneruskan impuls saraf dari satu silia
63
ke silia di sebelahnya sehingga dapat timbul irama yang selaras. .ilamen ini adalah
pasangan tubulus yang tersusun seperti roda pedati, ada @ pasangan terletak di bagian luar
sepanjang perifer aksonema dan satu pasang di tengah.
Kesembilan pasangan luar ini msaing-masing terdiri dari dua mikrotubulus juksta
subfibril ", yang letaknya agak di sentral dan subfirbril B yang letaknya agak di tepi dan
lebih pendek. "da + lengan yang tersusun teratur, terdiri dari "T*ase yang dinamakan
dynein, menghubungkan subfibril " dengan B dari pasangan sebelahnya. 'elain itu ada
penghubung lain antara subfibril " dan B dari pasangan sebelahnya, yang tersusun
teratur seperti halnya dynein, yaitu dengan inter)al tertentu di sepanjang subfibril.
&iduga ini berasal dari bahan elastis yang disebut neksin. &ari " menuju pasangan yang
di tengah ada jari-jari yang radial. &i bagian dasar silia, pasangan tubulus sentral berkahir
dan masing-masing pasangan perifer melanjutkan diri ke bawah untuk masuk ke badan
basal sebagai tripel, karena ada tambahan subfibril 9.
&apat diterangkan bahwa gerakan silia terjadi karena tubulus saling meluncur di
atas tubulus lainnya, sehingga timbul gerakan seperti mencukur dan mengakibatkan silia
menunduk. 8nergi untuk ini berasal dari lengan dynein #"T*ase$ yang memecah
adenosin tri fosfat #"T*$. *ada waktu menunduk terjadi proses penambatan kembali jari-
jari. *oros gerakan silia adalah garis tegak lurus pada bidang yang menghubungakan
pasangan tubulus sentral. 'leigh berpendapat bahwa tekanan yang terasa oleh silia akibat
kontak dengan silia di sebelahnya yang menunduk merupakan stimulus untuk menunduk
juga, mengikuti irama yang beraturan #:ambar 6-6=$.
'el-sel bersilia gugur dan diganti secara teratur. Kemungkinan besar sel-sel basal
mempunyai potensi untuk berdiferensiasi menjadi sel goblet atau sel bersilia sesuai
dengan kebutuhan.
Belum diketahui dengan jelas apa yang mengontrol gerak silia. *ada manusia
tidak ada saraf pengontrol, meskipun pada faring kodok ada. Tetapi kontrol saraf akan
mempengaruhi komposisi. "setilkolin akan meningkatkan frekuensi gerak silia pada
kodok, dan 4 hidroksi triptamin #serotonin$ meningkatkan gerak silia pada moluska tetapi
efeknya kecil pada mamalia. "T* merupakan sumber energi utama pada akti)itas silia
mamalia.

64
6<

You might also like