You are on page 1of 15

MAKALAH DOKTER MUDA

ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA












Disusun Oleh :
Togar Erkasan Sitorus 010911155


Pembimbing :
Hantoro Ishardyanto, dr., SpB(K)Onk


DEPARTEMEN/SMF ILMU ONKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RSU Dr. SOETOMO - SURABAYA
2014
1.1 Definisi Payudara
Payudara atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi pada
wanita yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara terdiri dari lobulus-
lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang
menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar
mammae merupakan ciri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia
berbentuk kerucut tapi sering bervariasi dalam ukuran.

1.2 Anatomi Payudara
1.2.1 Letak
Pada wanita muda, payudara memiliki tepi yang membulat di dalam fasia
superfisial, sebagian besar di anterior depan toraks, namun dapat membesar
dengan pola yang bervariasi. Ukuran dan bentuk tergantung genetik, ras, diet,
usia, paritas dan status menopause. Payudara pada wanita dewasa dasar dari
payudara secara vertical adalah costa 2 atau 3 hingga costa 6 , pada medialnya
melekat ke tepi sternum dan pada lateral melekat ke mid axillary line. Kuadran
superolateral memanjang ke axila melalui batas inferolateral dari pektoralis
mayor.

Gambar 1. Payudara (Netter, 2008)
Puting dari payudara berada di tengah dan depan, bentuknya bervariasi
mulai dari mengerucut hingga mendatar (flattened), tergantung dari nervous,
hormonal, perkembangan dan faktor lain. Pada sebagian besar wanita terletak
pada ICS IV, pada nulipara, berwarna merah muda, coklat muda atau lebih
gelap tergantung melanisasi tubuh. Kadang puting tidak muncul pada
pertumbuhan prenatal; dan tetap mengalami retraksi.
Areola adalah suatu diskus pada kulit, yang membulat dan menjadi dasar
dari putting payudara, warnanya mulai dari merah muda hingga coklat
kehitaman tergantung pada paritas dan ras.

1.2.2 Bagian-bagian Payudara
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.














Gambar 2. Anatomi payudara

Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).

Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.

Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang
dan terbenam (inverted).

Bentuk puting susu normal

Bentuk puting susu pendek

Bentuk puting susu panjang

Bentuk puting susu terbenam/
terbalik
Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak berambut.
Papilla dermis banyak mengandung kelenjar sabasea. Sedangkan kulit pada
areola juga banyak mengandung pigmen, tetapi berbeda dengan kulit puting
susu, ia kadang-kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya
biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan disebut
kelenjar Montgomery.
Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas otot
dada. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang
lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui
puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan
sebagai piringan sebuah jam, satu garis menghubungkan jam 12 dengan jam
6 dan garis lainnya menghubungkan jam 3 dengan jam 9. Empat kuadran
yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas
dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah
dalam (infro medial).
Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor
payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang
payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar
mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering
menjadi tempat neoplasia.
Pada kuadran medial atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya lebih
sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di kuadran medial
bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi di sepanjang garis
susu, yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga
lipatan paha.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

1.2.3 Jaringan Kelenjar, Duktus, dan Jaringan Penyokong
Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi
puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi,
sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi
itu, menjadi lembut, kecuali saat dan selama ibu menyusui, duktus ini akan
mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu
bukaan ke arah puting (duktus eksretorius).

Gambar 4. Jaringan Payudara (Netter, 2008)
Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu
duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius lobulus itu. Setiap
lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam laktiferus
(saluran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya, untuk
membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir ke dalam saluran sekretorik.
Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, saluran-saluran ini akan
membesar, untuk menjadi tempat penampungan air susu (yang disebut sinus
laktiferus), kemudian saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan menembus
puting dan bermuara di atas permukaannya.
Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada
jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan
jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang
berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.

1.2.4 Vaskularisasi Payudara
Arteri
Payudara mendapat aliran darah dari:
1. Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III,
IV, V dari a. mammaria interna menembus di dinding dada dekat tepi
sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan
memberi aliran darah pada tepi medial glandulla mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan
pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan memberikan aliran
darah ke glandula mamma bagian dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal). Pembuluh darah ini berjalan
turun menyusuri tepi lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.
subskapularis. Arteri i memberikan aliran darah ke m. latissmus dorsi dan
m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada
glandula mamma, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan
radikal mastektomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan the bloody angel.

Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna
Vena ini merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang
mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria
interna yang kemudian bermuara pada v. minominata.
b. Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorako-akromialis. v.
thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara
pada. Azygos (melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan
dapat bermetastase langsung ke paru).

1.2.5 Sistem Limfatik Payudara
a. Pembuluh Getah bening
Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla ini
mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma,
kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas payudara
Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini
mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlais lalu menembus fasia
tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Kemudian
berjalan ke medial bersama-sama dengan sisitem pertorntes menembus
m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamaria
interna.
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava,
sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan
duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah
payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika
superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah
bening preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma, di
atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung
getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero
superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna.

Gambar 5. Sistem Limfatik (Netter, 2008)
b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening aksilla. Terdapat enam grup kelenjar getah bening
aksilla:
Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak
di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla.
Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:
- Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
- Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang v. subskapularis dan
thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v.
subskapularis, sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam
m. latissimus dorsi.
Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam
jaringan lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya
terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila,
kira-kira pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar
getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba
dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m.
pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-
akromialis. Jumlahnya satu sampai empat buah.
Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.
aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi
sampai ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako
akromialis.
Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang v.aksillaris,
mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis
sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius.
kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial
letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah
bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah
bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini
merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah
kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas disebut
prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.
Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di
sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari
tepi sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada
sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8 buah.

1.2.6 Inervasi Saraf Payudara
Payudara diinervasi oleh cabang anterior dan lateral dari n. intercostal ke-2
sampai ke-4 yang membawa serabut sensoris dan efferent simpatik. Puting
payudara dipersyarafi oleh cabang anterior dari cabang kutaneus lateral dari
T4. Ini membentuk plexus di dalam putting dan serabut sensorisnya berakhir
di dekat epitel sebagai ujung bebas , korpuskel Meissner, dan Merkel disc. Ini
penting untuk fungsi mengisap ke sistem syaraf pusat. Fungsi sekretoris lebih
dipengaruhi oleh hormon daripada syaraf. Daerah areola memiliki ujung
sensoris yang lebih sedikit.
1.2.7 Mikrostruktur Payudara
Mikrostruktur payudara bervariasi sesuai usia ,siklus menstruasi, kehamilan,
dan laktasi. Pada payudara mature, resting, duktus tersusun dari epitel
kolumnar. Pada duktus yang lebih besar terdapat 2 lapis sel tapi pada duktus
yang lebih kecil, hanya 1 lapis sel epitel kolumnar atau kuboidal. Dasar dari sel
tersebut melekat pada sel myoepitel dari ectodermal, sama seperti epitel
kelenjar lain. Myoepitel sel jumlahnya sangat banyak sehingga membentuk
lapisan yang mengelilingi duktus dan alveoli dan memberikan gambaran epitel
berlapis.

Gambar 6. Struktur Payudara
Duktus laktiferus merupakan muara dari masing masing lobus dari
payudara, melalui putting patudara dan terbuka pada ujungnya sebagai 15-20
orifisium. Dekat dengan orifisium, masing-masing duktus melebar sebagai
sinus lactiferous dimana pada payudara laktasi, lebih berdilatasi lagi dan terisi
dengan susu. Masing-masing ductus laktiferus berhubungan ke sistem duktus
dan lobules., dan dikeliling oleh stroma, membentuk lobus dari kelenjar
mamae. Lobulus terdiri dari bagian dari kelenjar yang memiliki potensi untuk
sekresi. Strukturnya bervasiasi menurut status hormonal. Pada payudara mature
dan resting, masing masing lobules terdiri dari ujung buntu, duktus bercabang
yang ujungnya sedikit memiliki alveoli terminal yang merupakan tempat
keluarnya susu pada payudara laktasi. Epitel kuboid terstratifikasi digantikan
oleh keratinized stratified squamous epithelium yang berlanjut ke epidermis,
dekat dengan ujung duktus laktiferus.
Puting payudara terdiri dari jaringan ikat kolagen padat dan mengandung
elastic fibres yang berkerut pada kulit. Otot polos tersusun sirkuler dan berada
di profundus dari putting payudara. Kontraksinya dipengaruhi oleh dingin,
atau stimulus taktil (missal, hisapan bayi), menyebabkan ereksi dan
berkerutnya areola di sekitarnya.

1.3 Fisiologi Payudara
Perkembangan payudara dan fungsi yang dipengaruhi oleh berbagai
rangsangan hormon, termasuk estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,
hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone, estrogen, progesteron, dan
prolaktin terutama memiliki efek trofik mendalam yang penting pada
perkembangan payudara dan fungsi normal.
Estrogen memulai pengembangan duktal, sedangkan progesteron
bertanggung jawab untuk diferensiasi epitel dan untuk pengembangan lobular.
Prolaktin adalah stimulus hormonal utama untuk lactogenesis pada akhir
kehamilan dan periode postpartum. Proses in meng-upregulasi reseptor hormon
dan merangsang perkembangan epitel. Gambar di bawah ini menggambarkan
sekresi hormon neurotropik dari hipotalamus, yang bertanggung jawab untuk
pengaturan sekresi hormon yang mempengaruhi jaringan payudara.
Gonadotropin luteinizing hormone (LH) dan follicle- stimulating hormone
(FSH) mengatur pelepasan estrogen dan progesteron dari ovarium. Pada
gilirannya, pelepasan LH dan FSH dari sel-sel basofilik dari hipofisis anterior
diatur oleh sekresi gonadotropin - releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus.
Efek umpan balik positif dan negatif dari sirkulasi estrogen dan progesteron
mengatur sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon-hormon ini bertanggung
jawab untuk pengembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan payudara.
Pada neonatus perempuan, kadar estrogen dan progesteron yang beredar
menurun setelah kelahiran dan tetap rendah sepanjang masa karena sensitivitas
dari sumbu hipotalamus-hipofisis umpan balik negatif dari hormon ini. Dengan
terjadinya pubertas, ada penurunan sensitivitas hipotalamus-hipofisis axis
umpan balik negatif dan peningkatan kepekaan terhadap umpan balik positif
dari estrogen . Kejadian-kejadian fisiologis memulai peningkatan GnRH, FSH,
dan sekresi LH dan akhirnya terjadi peningkatan sekresi estrogen dan
progesteron oleh ovarium , yang mengarah ke pembentukan siklus menstruasi.











Gambar 7. Fisiologi Payudara (Brunicardi, 2010)
Pada awal siklus menstruasi, ada peningkatan dalam ukuran dan kepadatan
payudara, yang diikuti oleh kendurnya jaringan payudara dan proliferasi epitel.
Dengan terjadinya menstruasi, maka pembengkakan payudara berkurang dan
proliferasi epitel menurun .

1.4 Perkembangan Kehamilan , Laktasi , dan Penuaan
Sebuah peningkatan dramatis dalam sirkulasi estrogen ovarium dan plasenta
dan progestin jelas terlihat selama kehamilan , yang memulai perubahan
mencolok dalam bentuk dan substansi dari payudara. Payudara membesar
sebagai duktal dan berproliferasi epitel lobular, kulit areolar gelap, dan aksesori
kelenjar areolar ( kelenjar Montgomery ) menjadi menonjol . Pada trimester
pertama dan kedua, saluran cabang kecil dan berkembang. Selama trimester
ketiga, tetesan lemak menumpuk di epitel alveolar dan kolostrum mengisi
ruang alveolar dan duktus. Pada akhir kehamilan, prolaktin merangsang
sintesis lemak susu dan protein.

Gambar 8. Perkembangan Payudara
Setelah melahirkan plasenta, progesteron dan estrogen menurun, yang
memungkinkan ekspresi penuh dari laktogenik prolaktin. Produksi susu dan
pelepasan dikendalikan oleh refleks saraf yang berasal dari ujung saraf
kompleks puting - areola. Laktasi membutuhkan stimulasi rutin pada saraf
sehingga dapat terus menghasilkan sekresi prolaktin dan susu. Oksitosin
memulai kontraksi sel-sel mioepitel, yang menghasilkan kompresi alveoli dan
aliran susu ke dalam sinus laktiferus. Setelah penyapihan dari bayi ,
pengeluaran prolaktin dan oksitosin menurun. Menyebabkan peningkatan
tekanan di dalam saluran dan alveoli, yang menyebabkan atrofi epitel Gambar
C). Dengan menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progesteron
oleh ovarium dan involusi duktus dan alveoli payudara. Sekitarnya meningkat
fibrosa jaringan ikat dalam kepadatan, dan jaringan payudara digantikan oleh
jaringan adiposa Gambar D).







DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Budi. 2011. Anatomi dan Fisiologi Payudara. Diakses dari http://smart-
pustaka.blogspot.com/2011/09/anatomi-dan-fisiologi-payudara.html tanggal 22
Juni 2014
Brunicardi et al, 2010. Schwartzs Principle of Surgery, The McGraw-Hill
Companies, USA.
Netter, 2008. Netter Atlas, Anatomy USA

You might also like