You are on page 1of 11

Dosen PJ: Dr. Drh. Min Rahminiwati, MS.

Hari, tanggal: Senin, 19 Mei 2014


Kelompok: 4

Laporan Praktikum Farmakologi II
Analgesik




Kelompok 4
Kenda Adthiya B04110005 ...........
Yohan Naim Nurul Fatonah B04110007 ...........








Bagian Farmakologi dan Toksikologi
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi
FakultasKedokteranHewan
InstitutPertanian Bogor
2014



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analgesik adalah suatu senyawa yang dapat menghilangkan rasa nyeri.
Pembebasan mediator kimia pada waktu terjadinya stimulus nyeri seperti
bradikinin dapat merangsang ujung- ujung syaraf nyeri mnimbulkan rasa nyeri.
Respon terhadap nyeri dan kesadaran akan nyeri dapat dipengaruhi oleh
komponen psikologik. Dalam hal ini meskipun nilai ambang nyeri reltif konstan
pada orang normal tetapi sensasi nyeri sendiri sebagai respon terhadap stimulan
nyeri dapat bervariasi.
Berdasarkan tempat kerjanya analgesik yang bekerja perifer yang dapat
melibatkan komponen sental pula. Prinsip pengujian efek analgesik secara
eksperimental adalah mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau
mencegah kesadaran sensai nyeri dengan cara fisik atau kimiawi.
Tujuan
Untuk mengetahui kerja obat analgesik pada mencit yang uji.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak
nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam
kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat
bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok
atau kejang otot (Tjay, 2007).
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di
kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat
melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan
jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall,
1997;Ganong, 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-
ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan
antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh
jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan
ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak
sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus
impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan
sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang
adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang
otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan
zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat
mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri
di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat
diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di
salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat
benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah.
Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal,
diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaansediaan golongan non
salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat (Gilang, 2010).
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat
seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ketergantungan.
Ada 3 golongan obat ini yaitu(Medicastore,2006) :
1) Obat yang berasal dari opium-morfin
2) Senyawa semisintetik morfin
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Mekanisme Kerja Obat Analgesik
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu
enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah
satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah
mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX
pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator
nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek
samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung
usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek
samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan
dosis besar (Anchy, 2011).
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja
analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja
diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah
pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam
waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul
berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya
NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian,
penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume
distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein
plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan
derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat
berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam
mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).
Mekanisme kerja antalgin :
Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut
dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak
untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.
Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2 yaitu: suatu
mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti panas, merah, nyeri,
bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam
rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam
menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu
tubuh (Lukmanto, 1986).
MONOGRAFI
Pemerian :Serbuk hablur putih atau putih kekuningan
Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ( Anonim, 1995 )
Khasiat : Analgetik
Dosis : 500 mg ( Anonim, 1979 )

Mekanisme kerja ibuprofen :
Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis
biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin,
serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat
merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo,
B., 2000).
MONOGRAFI
Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (anonim, 1995).
Khasiat : Analgetik
Dosis : 400 mg tiap 4-6 jam (Charles,2009)
Mekanisme kerja asam mefenamat :
Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja
dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti
inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS
(Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa
prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-
2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan
antipiretik. Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgesik dan
antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang
menunjukan kerja pusat dan juga kerja perifer. Dengan mekanisme menghambat
kerja enziim sikloogsigenase ( Goodman, 2007 ).
MONOGRAFI
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; melebur pada suhu
2300 C disertai peruraian.
Kelarutan : Larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform,
sukar larut dalam etanol dan metanol, praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim,1995).
Khasiat : Analgetik (Anonim, 1979)
Dosis : 500 mg (Anonim, 2000)
Mekanisme kerja Paracetamol :
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada
siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).
MONOGRAFI
Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit
Kelarutan : larut dalam air mendidih , mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya (Anonim,1995).
Khasiat : Analgetik, antipiretik
Dosis : 500 2000 mg per hari (Anonim, 1979).
BAB III
METODOLOGI KERJA

2.1 Bahan dan Alat
Tikus putih jantan, larutan antalgin 10%, Ketoprofen, penangas air suhu
50
o
C, stopwatch, alat penahan tikus, alat suntik 1 mL.

2.1 Cara Kerja
1. Ekor tikus dimasukkan ke dalam penangas air, lamanya respon yang
muncul dicatat dengan cara mengamati waktu dari mulai ekor tikus
dimasukkan ke dalam penangas sampai dengan munculnya jentikan
ekor tikus dari penangas air.
2. Prosedur diatas diulangi 3 kali dengan selang waktu 2 menit untuk
memperoleh respon normal dari tikus.
3. Data kedua dan ketiga diratakan dan dicatat sebagi respon normal
masing- masing tikus terhadap stimulus nyeri (normal antara 3-5
detik).
4. Tikus disuntikan obat Antalgin dosis 300 mg/kg bb dan Ketoprofene 5
mg/kg bb secara intraperitoneum.
5. Didiamkan 10 menit.
6. Ekor tikus di masukkan ke dalam penangas air dan dicatat waktu
respon yang muncul. Ekor tikus tidak boleh dibiarkan berada dalam air
lebih dari 10 detik. Bila hal ini terjadi harus diangkat dan dinyatakan
sebagai kehilangan rasa nyeri atau analgesia.
7. Pengamatan dilakukan pada selang waktu 20, 30, 60, 90, dan 120
menit.
8. Gambaran stimulus nyeri dan respon dibuat tabel dan kurva.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Data 1 : 13 detik
Data 2 : 4 detik
Data 3 : 2 detik
Respon normal katak = (data 2 + data 3) : 2
= (4 + 2) : 2
= 3 detik
Berat tikus : 160 gram
Menghitung dosis Ketoprofene = (BB: 1000) x 5
= (160 : 1000) x 5
= 0.8
Dosis yang harus diberikan pada mencit = (0.8 : 100) x 1 mL
= 0.008 (dibulatkan: 0.01 mL)
Tabel stimulus nyeri dan respon tikus
Respon Normal Sesudah Pemberian Ketoprofene (menit ke- )
0 10 30 50 70 90
3s 12.5s 7.5s 6s 4s 3.5s

Kurva stimulus nyeri dan respon tikus



Pembahasan
Ketoprofen adalah salah satu jenis nonsteroidal anti-inflammatory drug
(NSAID) yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis nyeri ringan hingga
sedang, membantu meredakan gejala arthritis (osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis) seperti peradangan, pembengkakan, kaku dan nyeri sendi.
Ketoprofen dapat menghambat sintesa prostaglandin pada jaringan tubuh
dengan cara menghambat siklooksigenase, yaitu suatu enzim yang mengkatalisa
pembentukan prostaglandin (endoperoksid) dari asam arakhidonat.



Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia edisi 3, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Charles,dkk.2009.Drug Information Handbook. Apha.Ohio.Lexi-Com inc.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
9.5
10
10.5
11
11.5
12
12.5
13
10" 30" 50" 70" 90"
Ketoprofen
Ketoprofen
Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed.
New York: Mcgraw-hill Publishing Company: 319-20
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.
Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, diterjemahkan
oleh Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lukmanto, H., 1986, Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia, Edisi II,
Jakarta.
Siswandono dan Soekardjo, B., (2000). Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.
Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK
UI: 224-33

You might also like