Teks tersebut membahas rencana pembangunan pabrik bioetanol selulosa yang memanfaatkan bahan baku seperti tandan kosong kelapa sawit dan jerami. Pabrik akan melakukan proses pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi untuk menghasilkan bioetanol dari bahan bakunya. Rencananya pabrik akan dibangun dekat sumber bahan baku untuk meminimalkan biaya transportasi.
Teks tersebut membahas rencana pembangunan pabrik bioetanol selulosa yang memanfaatkan bahan baku seperti tandan kosong kelapa sawit dan jerami. Pabrik akan melakukan proses pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi untuk menghasilkan bioetanol dari bahan bakunya. Rencananya pabrik akan dibangun dekat sumber bahan baku untuk meminimalkan biaya transportasi.
Teks tersebut membahas rencana pembangunan pabrik bioetanol selulosa yang memanfaatkan bahan baku seperti tandan kosong kelapa sawit dan jerami. Pabrik akan melakukan proses pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi untuk menghasilkan bioetanol dari bahan bakunya. Rencananya pabrik akan dibangun dekat sumber bahan baku untuk meminimalkan biaya transportasi.
Ini mimpiku. Di dunia mimpi apa saja boleh saja terjadi, terserah yang mimpi. Kata orang sunda: Blog Aing, Kumaha Aing. Jangan tanya masalah logika, realita, dan referensi dari mana.
Aku sedang asik-asiknya meneliti tentang bioetanol selulosa (cellulosic ethaol). Penelitianku memang masih dalam taraf percobaan di laboratorium dan skalanya kecil. Tapi aku selalu bermimpi tentang pabrik bioetanol berbahan baku biomassa lignoselulosa. Aku pernah mendengar ceramah seorang motivator: Mulailah dari Akhir. Aku coba mempraktekannya. Aku sedang memikirkan AKHIR itu.
Fermentasi etanol adalah fermentasi yang sudah sangat kuno. Spirtus (metanol+etanol) atau ciu (etanol) sudah diproduksi dalam skala besar. Artinya teknologi fermentasi dan distilasi dalam skala pabrik sudah dikuasai. Singkatnya tinggal pakai saja. Untuk kasus biomassa lignoselulosa agak sedikit lain. Teknologi fermentasinya agak maju beberapa langkah ke belakang. Masih ada beberapa proses tambahan sebelum masuk ke fermentasi dan distilasi. Sedangkan untuk pemurniannya menjadi etanol bahan bakar (Fuel Grade Ethanol) juga sedang gencar dikembangkan. Aku lebih fokus di proses awalnya, yaitu menyiapkan lignoselulosa agar bisa difermentasi menjadi etanol. Bahan baku lignoselulosa sangat banyak. Untuk langkah awal ini aku fokus pada TKKS dan jerami. Berikutnya kalau ada kesempatan adalah limbah kehutanan. Aku pilih bahan baku itu karena jumlahnya sangat melimpah, murah, dan terkonsentrasi di satu tempat (khususnya TKKS). Jika mau membuat pabrik bioetanol masalah bahan baku tidak begitu menjadi masalah. Proses pertama adalah pretreatment bahan baku. Rasanya kalau tidak dipretreatment dulu TKKS atau biomassa lignoselulosa yang lain sangat sulit untuk dihidrolisis. Lignin sangat kuat melindungi selulosa. Sulit sekali melakukan hidrolisis selulosa tanpa memecah pelindung lignin ini. Banyak sekali metode pretreatmen yang sudah dicoba orang, baik dengan cara fisika, kimia, bilogi, atau kombinasi dari cara itu. Aku menggunakan caraku sendiri, kira-kira seperti gambar di bawah ini proses pretreatment. Prosesnya tidak sama persis seperti yang digambar. Ada beberapa modifikasi dan penyempurnaan untuk mendapatkan hasil pretreatment terbaik. Teknik ini sangat murah dan mudah. Dapat dilakukan untuk skala berapapun. Aku yakin ini akan sangat ekonomis dan efisien.
Proses berikutnya adalah hidrolisis. Hidrolisis secara umum dilakukan dengan dua cara: asam atau enzim. Banyak varian diantara kedua metode ini. Apapun metodenya bentuk reaktor hidrolisis kira- kira seperti alat di bawah ini.
Reaktor hidrolisis ukuran besar. Reaktor ini berputar pada saat bekerja untuk meningkatkan efisiensi hidrolisis, perhatikan roda pengerakknya. Aku temukan alat ini ketika sedang jalan-jalan di sebuah pabrik. Sambil jalan-jalan aku bertanya tentang alat ini, untuk apa, dan bagaimana cara kerjanya. Kapasitas alat ini adalah 35 m3, bisa bekerja dalam suhu tinggi hingga > 200 oC, tekanan 5-6 bar, tahan asam dan tahan basa. Ketika sedang kerja alat ini berputar-putar sehingga menimbulkan efek pengadukan. Saat mendengar penjelasannya tiba-tiba cling aureka aku menemukan alat yang aku cari. Rasanya alat ini cocok sekali dengan kriteria proses yang sedang aku kerjakan. Dengan alat seperti ini proses hidrolisis dalam skala besar bisa dilakukan. Yang harus aku lakukan adalah menemukan parameter proses yang paling optimum dan ekonomis untuk hidrolisis TKKS atau biomassa lignoselulosa lain. Hidrolisat dari reaktor hidrolisis akan ditampung di tangki penampung ini. Sedangkan sisa lignoselulosa yang tidak terhidrolisis akan ditampung di tempat lain untuk dikeringkan dan dijadikan bahan bakar boiler.
Dua tabung besar ini adalah penampung hidrolisat setelah dari reaktor hidrolisis. Di tanki penampung ini hidrolisat akan didinginkan. Jika proses hidrolisis menggunakan asam, maka di tangki ini juga dilakukan detoksifikasi dan netralisasi hingga hidrolisat bisa difermentasi. Dari tangki penampung, hidrolisat akan dialirkan ke tangki fermentasi.
Fermentor untuk fermentasi etanol. Fermentor ini memiliki pengaduk di bagian bawahnya yang berputar pelan untuk sirkulasi bahan di dalam fermentor. Bentuk reaktor fermentasi (fermentor) kira-kira seperti tabung raksasa di gambar ini. Di sini proses fermentasi dibuat optimum untuk menghasilkan etanol. Lama fermentasi kira-kira 2 3 hari. Dari fermentor ini, selanjutnya ke bagian distilasi. Aku belum pernah melihat alat distilasi kapasitas besar, tetapi aku pernah melihatnya di internet. Nah, untuk purifikasi nunggu hasil dari peneliti-peneliti lain. Sebenarnya sudah ada dengan menggunakan zeolit sintetis, tapi kalau lihat harganya rasanya belum ekonomis. Tiap malam aku mimpi jalan-jalan mengawasi produksi bioetanol di pabrik.
Membayangkan Sebuah Pabrik Bioetanol dari TKKS Posted on July 29, 2010 | 12 Comments Setelah saya tulis dua posting sebelumnya (klik di sini dan di sini), aku jadi ingat tulisanku dua tiga tahun yang lalu, tentang pabrik bioetanol selulosa (klik di sini). Tiga tahun yang lalu pengetahuan saya tentang bioetanol masih sedikit sekali, baru belajar tentang bioetanol apalagi bioetanol selulosa. Sebenarnya waktu itu sedang giat-giatnya belajar tentang biopulping. Saya coba menulis ulang tulisan itu, tentunya dengan sedikit perbaikan dan pengalaman baru yang aku dapatkan. Bahan bakunya dari TKKS atau biomassa lignoselulosa yang berada di sekitar pabrik itu. Teknologinya menggunakan biochemical platform (lihat di dokumennya DoE). BAHAN BAKU
Bahan baku utamanya adalah TKKS, jadi pabrik bioetanol dibuat di lokasi yang dekat dengan bahan baku. Bisa juga mencakup kawasan tertentu. Karena harga TKKS cukup murah, rasanya dengan radius 500 1000 km, lokasi pabrik masih cukup layak. Bahan baku juga bisa ditambah dengan limbah biomassa lignoselulosa lain, misalnya saja jerami atau limbah industri kayu. Volume limbahnya lumayan besar juga. Bahan baku ini dipretreatmen lebih dulu. Pretreatment dilakukan di lokasi bahan baku. Pretreatment membuat TKKS lebih mudah untuk dihidrolisis. Setelah dipretreatment, TKKS dikeringkan dan diolah lebih lanjut hingga siap masuk ke digester. Proses ini memberikan beberapa keuntungan: 1) TKKS langsung bisa dipakai ke digester, 2) lebih mudah dihidrolisis, 3) volume lebih kecil, 4) yieldnya tinggi.
TKKS bahan baku, bisa diolah sampai di sini aja, atau diperhalus lagi seperti foto di bawah ini.
TKKS bahan baku bentuk serbuk
Jadi pabrik sawit bisa mengolah TKKS menjadi produk setengah jadi ini dan menjualnya ke pabrik bioetanol. Investasi tidak besar tetapi keuntungannya besar, sebesar volume limbah TKKSnya. TKKS dikirim ke pabrik bioetanol. HIDROLISIS Di pabrik, TKKS langsung dimasukkan ke tangki digester atau tangki hidrolisis. Bentuknya seperti gambar di bawah ini. Volumenya bisa disesuaikan, kurang lebih 10000 liter.
Tangki hidroliser kapasitas pabrik Di dalam tangki ini, TKKS akan dihidrolisis menjadi gula. Kurang lebih 40-50% dari massa TKKS akan diubah menjadi gula. Hasilnya adalah sirup gula TKKS.
Sirup TKKS Sirup ini ditampung di tanki penampungan. Di sini sirup dinetralisasi dan diberi nutrisi agar bisa difermentasi.
FERMENTASI
Sirup TKKS dialirkan ke fermentor-fermentor ukuran besar, diberi ragi, dan difermentasi. Lama fermentasi kira-kira 72 jam. Setelah itu cairan fermentasi didistilasi untuk memurnikan bioetanol. DISTILASI
Distilator Cairan fermentasi dimasukkan ke distilator ukuran pabrik untuk mendapatkan bioetanol. Kadar etanolnya bisa mencapai >90%.
Sampai di sini bioetanol sudah bisa dijual. Banyak industri yang membutuhkan bioetanol ini. Jika akan digunakan sebagai bahan bakar, bioietanol perlu dimurnikan lagi hingga kadarnya 99%.