You are on page 1of 9

REFERAT

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


DERMATITIS POPOK






Oleh:
Ammar Setyawan, S.Ked




FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJYA
2014






Referat
Dermatitis Popok
Ammar Setyawan, S.Ked.

Pendahuluan
Ruam popok atau dermatitis popok (DP) adalah tipe dermatitis yang sering terhadi
pada bayi dan anak-anak yang menggunakan popok. Hal ini termasuk semua inflamasi akut
kulit yang terjadi pada daerah yang ditutupi popok serta disebabkan baik efek secara langsung
penggunakan popok ataupun peningkatan pH kulit, defisiensi zink, kelembaban yang lama,
dan bahan iritan dari cairan tubuh seperti urin atau feses. Faktor-faktor tersebut dapat memicu
hidrasi berlebihan pada stratum korneum. Selain itu abrasi kimia dan mekanis juga
mengganggu fungsi barrier dan membuat stratum korneum lebih cenderung mengalami
trauma friksi dan penetrasi iritan atau mikroba. Hadirnya mikroorganisme khususnya
Candida memainkan peran sekunder dalam perkembangan DP. DP jarang terjadi selama
beberapa bulan awal usia, sebab level enzim fecal rendah pada usia ini. Puncak level enzim
berada diantara bulan ke 6 sampai bulan ke 12 dan dapat berlanjut sampai penggunaan popok
dihentikan. Prevalensi DP semakin menurun dengan digunakannya popok sekali pakai dengan
bahan superabsorban. Meski demikian, DP masih merupakan salah satu dermatitis yang sering
terjadi pada bayi dan anak-anak. DP juga dapat ditemukan pada orang dewasa khususnya
lansia yang mengalami kontinensia urin dan feses.
1,2,3

Definisi

Isitilah dermatitis popok mencakup seluruh bentuk erupsi akut yang terjadi di daerah yang
tertutup oleh popok. Kondisi ini dapat disebabkan karena penggunaan popok secara langsung
(kontak terhadap iritan pada bahan popok) ataupun karena dampak yang ditimbulkan oleh
penggunaaan popok. Di daerah berkembang dan industrial DP banyak ditemukan.
2,4

Etiologi
Dermatitis popok umumnya terjadi pada bayi di usia 6 sampai 12 bulan. DP lebih sering
terjadi bayi yang telah mengkonsumsi makanan padat. DP dapat disebabkan infeksi jamur
seperti kandida yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat hangat dan lembab seperti di
bawah popok. DP lebih sering terjadi pada penggunaan popok yang tidak terjaga higinie dan
kekeringannya, bayi menggunakan antibiotik atau dengan ibu menyusui yang menggunakan
antibiotik serta pada bayi yang sering buang air besar. Penyebab lain dari DP termasuk asam
pada tinja (sering terjadi pada anak dengan diare), ammonia (bahan kimia hasil produksi
bacteria yang terdapat pada urin), popok yang terlalu ketat atau menggesek kulit, reaksi dari
sabun dan produk lain yang digunakan untuk membersihkan popok kain.
5,6

Epidemiologi
Kejadian dermatitis popok telah menurun seiring dengan meningkatnya penggunanaan popok
sekali pakai dengan penyerapan baik. Meskipun demikian, dermatitis pada daerah popok pada
bayi masih menjadi kelainan kulit yang sering ditemui. Terdapat bukti bahwa sekitar 50%
bayi mengidap DP pada derajat dan tingkat tertentu. Prevalensi tertinggi dermatitis popok
terjadi di usia antara 6 sampai 12 bulan. Dermatitis popok juga dapat ditemukan pada orang
dewasa dengan inkontinensia urin dan feses yang menggunakan popok. Meskipun demikian.
Tidak ada pengaruh jenis kelamin dan juga pengaruh ras pada kejadian DP. Peningkatan
insiden terjadi pada bayi berusia 6-12 bulan. Anak-anak lebih sering daripada orang
dewasa.
1,6

Derajat Dermatitis popok
1. Pada tahap dini, ruam tersebut berupa kemerahan di kulit pada daerah popok yang sifatnya
terbatas disertai lecet-lecet ringan atau luka pada kulit.
2. Pada derajat sedang berupa kemerahan dengan atau tanpa adanya bintil- bintil yang
tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet pada permukaan luas. Biasanya disertai
rasa nyeri dan tidak nyaman.
3. Pada kondisi yang parah ditemukan kemerahan yang disertai bintil-bintil, bernanah dan
meliputi daerah kulit yang luas.
4. Bayi atau anak dengan kelainan itu dapat menjadi rewel akibat adanya rasa nyeri, terutama
pada waktu buang air kecil atau besar.
4

Manifestasi Klinis
Dermatitis popok mempunyai bentuk klinis yang beragam tergantung penyebabnya.
1. Dermatitis popok kontak iritan
Merupakan bentuk DP yang paling banyak. DP ini bisa terjadi pada segala usia.
Gambaran klinis berlokasi pada daerah popok yang cembung dan berkontak erat
dengan popok. Lesinya berupa ruam yang basah, eritematous, kadang-kadang
dijumpai skuama dan erosi.
2. Dermatitis popok kandida
Merupakan bentuk DP kedua tersering. Lesi berupa plak eritema, berskuama, berbatas
tegas disertai lesi satelit. Kadang-kadang DP kandida ini bersamaan dengan oral trush.
3. Miliaria rubra (MR)
Biasanya dijumpai pada bokong yang tertutup popok plastik yang menyebabkan
muara kelenjar ekrin yang tertutup. MR juga bisa dijumpai pada daerah lipatan,
leher dan dada bagian atas.
7

Patogenesis
Peningkatan hidrasi atau kelembaban kulit terjadi pada bayi atau anak yang menggunakan
popok. Peningkatan kelembaban ini lebih meningkatkan resiko terjadinya friksi, potensi
abrasi atau lecet serta lebih banyak penetrasi transepidermal termasuk mikroba atau bahan
iritan lainnya. Hal tersebut cenderung menjadikan kulit luka atau iritasi. Selain itu pH kulit
juga memainkan peran yang penting dalam perkembangan DP. Produksi ammonia dari urea
urin yang dipecah oleh bakteri urease pada feses akan mencetuskan peningkatan pH di daerah
popok. Peningkatan pH 6-7 dapat meningkatkan aktivitas enzim fecal yaitu protease dan
lipase. Enzim fecal ini merusak kulir secara langsung serta meningkatkan kecenderungan kulit
untuk terkena bahan iritan lain pada daerah popok. Setelah itu akan muncul reaksi local dari
kulit akibat rentetan peristiwa tersebut yang akan menimbulkan lesi eritem yang berbatas
tegas pada daerah popok.
4,6

Diagnosis Banding
Perlu diketahui beberapa diagnosis diferensial dari DP antara lain:
1. Psoriasis vulgaris
Pada psoriasis vulgaris terdapat plak eritematous berbatas tegas. Karena kelembaban
skuama putih mungkin sukar untuk ditemukan. Jika daerah inguinal juga terkena
erupsi atau terdapat lesi pustul satelit dan bertahan sampai lebih dari 72 jam maka
perlu dipikirkan adanya pengaruh kandida. Ketika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
maka akan tampak daerah dengan krusta kuning, erosi dan impetiginisasi
2. Dermatitis seboroik
Ditandai dengan adanya deskuamasi berwarna kuning diatas daerah yang eritem.
Rambut, wajah dan daerah intertriginosa dapat terkena dampak.
3. Dermatitis atopik
Dapat disebabkan oleh erupsi umum karena adanya faktor atopi lesi dapat tampak di
wajah dan permukaan tubuh. Pada kasus ini jarang terjadi pada bayi dengan usia di
bawah 6 bulan.
4. Akrodermatitis enteropatika
Merupakan penyakit genetik autosomal resesif. Penyakit ini dapat ditemukan pada
bayi yang tidak mendapatkan ASI. Trias klasik dari akrodermatitis enteropatika adalah
dermatitis, diare, dan alopesia.
Dermatitis popok iritan merupakan dermatitis eritem yang berbatas pada daerah yang
terkena pajanan saja. Daerah lipatan dapat terlihat tidak terkena dampak, beda halnya dengan
intertrigo. psoriasis inversa, dan kandidiasis, dimana daerah lipatan adalah daerah yang paling
sering terlibat.
1,2,6


Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan Dermatitis Popok dikenal dengan tatalaksana ABCDE
A. Air (udara). Popok harus dibiarkan terbuka sebisa mungkin ketika bayi tertidur untuk
menjaga kulit bayi tetap kering
B. Barrier Ointment (salep barrier). Pasta Zink Oksida, petrolatum, dan salep lainnya
diaplikasikan seriap penggantian popok bila perlu. Pemberian bedak bayi pada daerah
popok tidak memberikan manfaat antimikroba dan menambah resiko terjadinya
aspirasi
C. Cleansing and anti-candidal treatment (pembersihan dan terapi anti kandida).
Disarankan untuk membersihkan dengan air bersih atau minyak mineral dengan
lembut sehingga terhindar dari trauma friksi . Agen anti kandida perlu diberikan jika
terdapat tanda adanya infeksi kandidiasis. Nystatin per oral diindikasikan ketika
terdapat kandidiasis oral
D. Diapers (popok). Popok sebaiknya diganti sesering mungkin serta segera setelah
buang air besar.
E. Edukasi kepada orang tua pasien atau orang terdekat yang merawat.
Dermatitis popok iritan dan dermatitis popok kandida (atau kombinasi keduanya)
termasuk DP yang paling sering terjadi. Kandida akan memperburuk DP jika terjadi dalam
waktu lebih dari 3 hari. Meskipun drmikian banyak krim antifugal yang efektif pada daerah
ini (daerah popok). Sebuah kombinasi baru dan mudah digunakan (meskipun lebih mahal)
yakn kombinasi resep yang mengandung mikonazol dan zink oksida telah diakui untuk
penatalaksanaan DP. Dibutuhkan edukasi kepada orang tua serta dokter layanan primer
diharapkan memberikan instruksi pemakaian topical steroid dalam penatalaksanaan kasus DP.
Karena tingginya penyerapan steroid pada daerah lembab serta adanya oklusi pada popok,
pada regio ini penggunaan steroid harus dibatasi dalam penggunaan jangka pendek (3 samapai
7 hari) hidrokortison (1% atau 2,5%) salep. Penggunaan steroid tersebut efektif pada hampir
semua kasus DP ketika dibutuhkan pemakaian steroid topical. Demikian juga dengan
pemakaian produk steroid terhalogenasi seperti nystatin dan triamcinolone serta clotrimazole
dan betamethason dipropionate, harus dihindari karena meningkatkan resiko athopy steroid
dan suppresi aksis hipotalamus pituitari ketika steroid jenis potensi sedang dan tinggi
digunakan pada daerah popok. Akhirnya, orang tua harus diberi pengetahuan bahwa faktanya
masalah DP juga dapat diselesaikan dengan melatih anak untuk menggunakan toilet sehingga
popok tidak perlu digunakan.
8


Pencegahan
Pada dermatitis pencegahan adalah penatalaksanaan terbaik. Popok yang berisi gel super-
absorban telah terbukti efektif dalam mencegah dermatitis baik pada neonatus maupun bayi.
Gel superabsorban bekerja dengan menyerap kelembaban atau air dari kulit serta menjadi
penyangga pH. Popok kain dan popok sekali pakai biasa memiliki kecenderungan yang sama
dalam menyebabkan dermatitis popok. Melindungi daerah yang bersentuhan dengan popok
memiliki manfaat yang baik pada dermatitis. Pasta seng oksida dengan 0,25% mikonazole
dapat dianjurkan jika ada kemungkinan kandidiasis.
1,4

Cara terbaik untuk mencegah DP dengan menjaga kulit daerah popok tetap kering dan bersih
serta mengganti popok sesering mungkin sehingga urin dan feses tidak mengiritasi kulit.
Untuk mencegah DP:
Ganti popok yang basah atau terkena feses sesegera mungkin dan bersihkanlah kulit area
popok secara tuntas
Biarkan kulit area popok benar-benar kering sebelum menggunakan popok baru
Keringkan dengan tepukan perlahan dengan kain lembut ketika mengeringkan kulit.
Menggosok dapat memicu adanya iritasi
Gunakan popok secara longgar untuk menghindari lecet
Jika menggunakan popok kain, bilas beberapa kali setelah dicucci untuk menghilangkan sisa
sabun atau detergen yang dapat mengiritasi kulit. Hindari penggunaan pelembut pakaian dan
lembar pengering yang juga dapat memicu iritasi.
8


Prognosis.
Dermatitis popok iritan primer hampir selalu menunjukkan respon terhadap terapi dan
pada jangka panjang DP akan berakhir permasalahannya ketika popok tidak lagi digunakan
seiring dengan berlatihnya anak menggunakan toilet secara mandiri. Meskipun demikian
pada beberapa anak, erupsi pada daerah popok merupakan tanda pertama kecurigaan adanya
kelainan kulit kronis, khususnya psoriasis dan dermatitis atopi. Karena dermatitis atopi sering
diinisiasi dengan adanya dermatitis popok dengan ruam yang persis dengan dermatitis popok
iritan biasa maka perlu pertimbanagn untuk tidak memberi harapan prognosis yang lebih
optimis kepada orang tua dengan anak dengan lesi tersebut.
6

Komplikasi
Pada DP dapat terjadi beberapa komplikasi. Pada kasus yang dermatitis iritan yang berat
dapat ditemukan erosi superficial atau bahkan ulserasi. Ujung penis dapat iritasi dan
meninggalkan krusta. Komplikasi dari dermatitis popok pounch out ulcer atau erosi dengan
tepi yang menonjol (dermatitis popok erosif jacquet), papul dan nodul pseudoverukosa; plak
dan nodul violaseus (granuloma glutea infantum).
4. Pseudoverucous papules dan nodules
Dijumpai pada daerah popok dan perianal dan kelainan ini disebabkan kelembaban
yang berlangsung lama.
5. Infantile granular parakeratosis
Merupakan bentuk retensi keratosis dan bersifat idiopatik, ada dua bentuk klinis :
- Plak linier bilateral
- Plak eritematous geometric pada lipatan inguinal
6. Jacquet erosive dermatitis
Kelainan ini mempunyai gambaran lesi berupa ulkus punched-out dengan batas tegas
atau erosi dengan pinggir meninggi. Penyebabnya adalah kontak lama dengan urin dan
feses pada permukaan kulit yang tertutup. Sekarang dengan ada popok yang
superabsorben kelainan ini jarang dijumpai.
7. Granuloma gluteale infantum
Bentuk DP ini jarang dijumpai. Lesinya berupa nodul merah ungu dengan ukuran 0,5
3 cm, dijumpai pada daerah popok. Pada pemeriksaan histopatologi, tampak lapisan
dermis di infiltrasi limfosit, sel plasma, netrofil, eosinofil dan tidak ada granuloma.
Faktor penyebabnya antara lain faktor iritasi, infeksi kandida dan pemakaian steroid
topical. Penatalaksanaannya adalah dengan menghindarkan pajanan bahan iritan,
penggunaan barier pasta, menghindarkan pemakaian steroid. Perbaikan biasanya
terjadi dalam beberapa bulan.
7



















DAFTAR PUSTAKA
1. James W. D., T. G. Berger, D. M. Elston . Andrews Disease of Skin (Edisi ke-11).
London: Elseiver, 2011
2. Serdarolu.S. dan stnba T.K. Diaper Dermatitis (Diaper rash, napkin rash) .
Journal of Turkish Academy of Dermatology 4 (4) . 2010. http://www.jtad.org
diakses pada tanggal 31 Maret 2014 )
3. Panahi Y et al. Clinical Study: A Randomized Comparative Trial on the
Therapeutic Efficacy of Topical Aloe vera and Calendula officinalis on Diaper
Dermatitis in Children. The ScientificWorld JournalVolume 2012,
4. Kellen, P.A. Diaper Dermatitis: Differential Diagnosis and Management. Canada
Family Physician. 36 : 1569-1572. 1990. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ diakses
tanggal 31 maret 2014
5. Kaneshiro K N., D. Zieve. Diaper Rash. National Lybrary of Medicine. A.D.A.M
Medical Encyclopedia. 2013. (http://ncbi.nlm.nih.gov diakses tanggal 31 Maret
2014
6. Atherton.D.J., A.R.Gennery dan A.J Cant. The Neonate: Diaper Dermatitis.
Rooks Textbook of Dermatology (edisi ke-7). London: Blackwell Publishing,
2004
7. Tanjung C. Dermatitis popok. openCourseware. 2009. (http:// ocw.usu.ac.id
diakses tanggal 30 Maret 2014)
8. Chang, M.W., dan S.J Orlow. Neonatal, Pediatric ,and Adolescent Dermatology
dalam Fitzpatricks Dermatology in General Medicine (edisi ke-7). USA:
McGrawHill, 2008

You might also like