You are on page 1of 4

Pada postingan terdahulu, telah dibahas tentang pengertian dan perumusan kebijakan publik.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang tahap-tahap perumusan kebijakan publik.
Sebagaimana yang telah didinggung bahwa proses kebijakan publik cukup panjang yang diawali
dari perumusan sampai dengan evaluasi. Dalam rangka perumusan, terdapat tahap-tahap yang
dilalui sehingga pada akhirnya lahirlah kebijakan publik.
Adapun tahap-tahap perumusan kebijakan publik adalah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah (defining problem)
Sebagaimana yang telah dipaparkan di postingan terdahulu, bahwa suatu kebijakan yang
diimplementasikan berawal dari perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah (isue-isue)
publik. Ini merupakan proses yang cukup fundamental, dimana kesalahan dalam perumusan
masalah akan mengakibatkan kebijakan yang dikeluarkan pun akan salah.
1. Agenda kebijakan
Setelah dilakukan perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah yang ada di masyarakat,
langkah selanjutnya adalah menyusun agenda kebijakan. Dalam proses ini akan dilakukan
analisis apakah masalah yang ada merupakan masalah publik dan pantas dimasukan ke dalam
agenda kebijakan atau tidak. Tidak semua masalah yang ada masuk dalam agenda kebijakan.
Masalah-masalah apa saja yang masuk dalam agenda kebijakan, tentunya adalah masalah-
masalah yang memiliki syarat-syarat tertentu sehingga dikatakan masalah publik, yang perlu
dibuat kebijakan. Salah satunya adalah apakah masalah tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak (rakyat) dan memiliki dampak yang luas atau tidak.
Masalah yang memenuhi syarat sebagai masalah publik yang masuk dalam agenda kebijakan
akan dibawah ke lembaga ekskutif,legislatif, bahkan mungkin saja yudikatif untuk dilakukan
pembahasan.
1. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
Alternatif merupakan pilihan-pilihan pendamping pilihan utama. Alternatif yang tersedia
merupakan pilihan-pilihan yang dapat dinilai dan dianalisis untuk dicari kebaikan dan
keburukannya. Dalam proses perumusan kebijakan publik, maka proses pemilihan alternatif
merupakan proses analisis terhadap beberapa alternatif yang terseda untuk mencari pemecahan
masalah yang terbaik. Pada tahap ini akan terjadi pertarungan kepentingan antar kelompok yang
relatif berbeda dasar pemikiran dan tujuannya.
1. Penetapan kebijakan
Pada tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk pemecahan masalah berakhir, maka outputnya
adalah diambilnya salah satu alternatif sebagai upaya terbaik untuk memecahkan masalah.
Langkah selanjutnya (sebagai proses terakhir) adalah menetapkan kebijakan. Pada tahap ini
dilakukan pengesahan kebijakan sebagai produk hukum yang memiliki kekuatan hukum dan
mengikat. Penetapan yang dilakukan dapat berupa : Undang-Undang, Yurisprudensi, keputusan-
keputusan organisasi, dan lain-lain.
Perumusan kebijakan publik merupakan langkah penting, untuk itu perlu dilakukan sesuai
dengan tahapan proses-proses tersebut di atas.
Pada postingan terdahulu, telah dibahas tentang pengertian dan perumusan kebijakan publik.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang tahap-tahap perumusan kebijakan publik.
Sebagaimana yang telah didinggung bahwa proses kebijakan publik cukup panjang yang diawali
dari perumusan sampai dengan evaluasi. Dalam rangka perumusan, terdapat tahap-tahap yang
dilalui sehingga pada akhirnya lahirlah kebijakan publik.
Adapun tahap-tahap perumusan kebijakan publik adalah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah (defining problem)
Sebagaimana yang telah dipaparkan di postingan terdahulu, bahwa suatu kebijakan yang
diimplementasikan berawal dari perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah (isue-isue)
publik. Ini merupakan proses yang cukup fundamental, dimana kesalahan dalam perumusan
masalah akan mengakibatkan kebijakan yang dikeluarkan pun akan salah.
1. Agenda kebijakan
Setelah dilakukan perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah yang ada di masyarakat,
langkah selanjutnya adalah menyusun agenda kebijakan. Dalam proses ini akan dilakukan
analisis apakah masalah yang ada merupakan masalah publik dan pantas dimasukan ke dalam
agenda kebijakan atau tidak. Tidak semua masalah yang ada masuk dalam agenda kebijakan.
Masalah-masalah apa saja yang masuk dalam agenda kebijakan, tentunya adalah masalah-
masalah yang memiliki syarat-syarat tertentu sehingga dikatakan masalah publik, yang perlu
dibuat kebijakan. Salah satunya adalah apakah masalah tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak (rakyat) dan memiliki dampak yang luas atau tidak.
Masalah yang memenuhi syarat sebagai masalah publik yang masuk dalam agenda kebijakan
akan dibawah ke lembaga ekskutif,legislatif, bahkan mungkin saja yudikatif untuk dilakukan
pembahasan.
1. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
Alternatif merupakan pilihan-pilihan pendamping pilihan utama. Alternatif yang tersedia
merupakan pilihan-pilihan yang dapat dinilai dan dianalisis untuk dicari kebaikan dan
keburukannya. Dalam proses perumusan kebijakan publik, maka proses pemilihan alternatif
merupakan proses analisis terhadap beberapa alternatif yang terseda untuk mencari pemecahan
masalah yang terbaik. Pada tahap ini akan terjadi pertarungan kepentingan antar kelompok yang
relatif berbeda dasar pemikiran dan tujuannya.
1. Penetapan kebijakan
Pada tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk pemecahan masalah berakhir, maka outputnya
adalah diambilnya salah satu alternatif sebagai upaya terbaik untuk memecahkan masalah.
Langkah selanjutnya (sebagai proses terakhir) adalah menetapkan kebijakan. Pada tahap ini
dilakukan pengesahan kebijakan sebagai produk hukum yang memiliki kekuatan hukum dan
mengikat. Penetapan yang dilakukan dapat berupa : Undang-Undang, Yurisprudensi, keputusan-
keputusan organisasi, dan lain-lain.
Perumusan kebijakan publik merupakan langkah penting, untuk itu perlu dilakukan sesuai
dengan tahapan proses-proses tersebut di atas.
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil
mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik,
maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat
dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai
masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang
pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau
pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn
(1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang
rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua
isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber, 1974; Salesbury
1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986)
[2]
diantaranya:
1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius;
2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;
3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan mendapat
dukungan media massa;
4. menjangkau dampak yang amat luas ;
5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan
kehadirannya)
Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama.
Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-
undang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui.
Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi
kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat
urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.

You might also like