You are on page 1of 9

Kista Ovarium

oleh: Lalu W.J. Hardi


Pendahuluan
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita. Berlokasi di
pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk seperti buah peer pada bayi
yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran dan bentuknya seperti buah kenari.
Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita. Hormon merupakan bahan kimia yang
mengontrol jalannya fungsi dari sel dan organ tertentu.
Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu ovarium
dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium melalui tuba falopii
menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen
dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara wanita,
bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-hormon ini juga mengatur siklus menstruasi dan
kehamilan.

Definisi
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian mana saja
dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista ovarium yang
paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk selama siklus menstruasi
normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil yang menahan sel telur.
Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga
dapat berjalan melewati tuba falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.
Salah satu tipe dari kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak
terbuka untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan
menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista
fungsional, terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista
menutup lagi setelah sel telur dikeluarkan.
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan pembunuh yang diam-diam (silent killer). Karena, memang seringkali penderita
tidak ada perasaan apa-apa. Kalaupun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut misalnya: sering
kembung, teraba massa atau ada benjolan di perut bagian bawah, gangguan pencernaan, dan
lain-lain.
Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya
keganasan ovarium itu. Sekarang ini yang bisa dipakai masih menggunakan USG, tetapi itu
agak sulit kalau diterapkan secara massal karena biayanya cukup mahal. Berbeda halnya
dengan kanker serviks yang bisa dideteksi dini dengan papsmear.
Orang yang menggunakan pil KB risiko terjadinya kanker ovarium bisa lebih kecil.
Karena kanker ovarium itu terjadi kalau ovariumnya aktif, mengalami pertumbuhan folikel.
Tapi dengan menggunakan kontrasepsi hormonal terutama pil KB, proses itu pada ovarium
ditekan, sehingga risikonya terjadi keganasan pada ovarium menurun.
Kista ovarium ini bisa juga terjadi pada anak-anak, bahkan ketika masih bayi, pada
remaja sampai orang tua. Tetapi kebanyakan dialami wanita berusia di atas 40 tahun. Bahkan,
pada bayi dalam kandungan bisa ditemukan kista ovarium. Pada ibu hamil yang ada kista
neoplasti, bila menutupi jalan lahir kistanya bisa dioperasi saat hamil. Tetapi jika kistanya
tidak menutupi jalan lahir, kistanya bisa dioperasi setelah melahirkan.

Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm
akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering
berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor
ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal
dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal.15 Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

Gejala-gejala dari kista ovarium
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun kadang-
kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti:
Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha.
Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit
Nyeri selama hubungan seksual.
Peningkatan berat badan
Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal
Nausea dan vomiting.
Breast tenderness

Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut.
Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor
ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu
konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,
sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa
menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar
untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka
perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah
peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat
digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum
dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-
gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah :
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan
tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk

Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik
tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita
dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut
adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu
selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor
tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat
neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi
jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya
disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi
yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor
yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal.

Prognosis
William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak sangat baik.
Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam
stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk
stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka
bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis
pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium
lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah
mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang
tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%.

Tipe kista yang lain:
1. Endometrioma. Kista ini tumbuh pada wanita yang memiliki endometriosis, yaitu jaringan
dari uterus tumbuh di luar uterus. Jaringan ini bisa menempel di ovarium, dan tumbuh. Kista
ini dapat menyebabkan rasa nyeri selama hubungan seksual dan menstruasi.
2. Cystadenoma. Kista ini tumbuh dari sel pada permukaan luar ovarium. Kista ini biasanya
berisi cairan seperti air atau kental, seperti gel yang lengket. Kista ini dapat membesar dan
menyebabkan nyeri.
3. Kista dermoid. Sel-sel di ovarium dapat membentuk rambut, gigi, atau pertumbuhan
jaringan lain yang dapat menjadi bagian dari pembentukan kista ovarium. Kista ini juga dapat
membesar dan menyebabkan nyeri.
4. Polikistik ovarium. Sel telur matur di dalam folikel atau kantung, tapi kantung ini tidak
membuka untuk mengeluarkan sel telur. Siklus terulang, folikel terus tumbuh di dalam
ovarium dan membentuk kista.

Klasifikasi kista ovarium
Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan, baik
pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis. Tumor kistik merupakan jenis
yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik, seperti kista retensi yang
berasal dari corpus luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan
neoplasma. Oleh karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan non-
neoplastik (fungsionil) dan golongan neoplastik.

1. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)
a. Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi. Setiap
bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan
degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak
jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang
besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi
sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi.
Gejala-gejala
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang
tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal bersifat monofasis. Bila mencapai
ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada
daerah yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii dapat menyebabkan torsi. Kadang-
kadang walaupun jarang, dapat terjadi rupture spontan, dengan disertai tanda-tanda
perdarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisnya dapat menyerupai suatu kehamilan
ektopik yang terganggu. Yang paling sering terjadi ialah cairan kista tersebut mengalami
resorpsi secara spontan setelah satu atau dua siklus.

Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak
akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau non
neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.
Terapi
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila harus
diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena indikasi
lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil dapat dilakukan
punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan meninggalkan jaringan
ovarium yang normal.

b. Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang
corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya,
terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.
Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah
cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan
fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel
lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.

Gejala-gejala
Pada beberapa kasus sering mnyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-kadang
terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus menerus, disertai rasa sakit pada
bagian perut bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit. Ada yang
menganggap kista ini sebagai korpus luteum persistens, dimana oleh sesuatu sebab tidak
terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang ditemukan pada mola
hydatidosa atau chorio epithelioma. Dalam beberapa kasus dari jenis ini, dindingnya dibentuk
oleh sel granulose yang mengalami luteinisasi, tetapi pada umumnya kista dibntuk oleh sel
theca lutein dan jaringan ikat.

c. Stein Levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna
keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang
tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak
ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-Leventhal
Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe.
Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang
menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal
dominant.

d. Germinal inclusion cyst
Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada
wanita tua. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.

e. Kista endometrial

2. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif

a. Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus,
dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan
adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari
suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen
lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang
penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.
Angka Kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma
ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan
(1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor
paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa
prapubertas.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala
(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada
penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui
yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam
kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan
omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir
(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk
tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-
sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya
menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.
Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat
ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti
dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini
terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista
sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk
mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung
dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus
ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat,
harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap
kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan
kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%,
Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya,
disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing
39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi
mencatat angka 36,1%.
Gambaran Klinik
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula
berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid
papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel
pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar,
seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya
yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Perubahan Ganas
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan
kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii
papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun
demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami
perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai
dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis
pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut
pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).
Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung
dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang
dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi.

d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu
lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh
Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan
produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori
yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses
partenogenesis.
Angka Kejadian
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling
sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid
bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan
pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya
mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut :
Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing
11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II,
Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor
ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu
kasus pada anak umur 13 tahun.
Gambaran Klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak
satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu
daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka
dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot
jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan,
dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari
kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini
terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira
dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang
tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada
kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor
yang khas.

Termasuk di sini:
1. Struma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat
menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah
ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanay tak berfungsi dan tidak ganas. Hariadi selam 5
tahun (1963-1968) menemukan 3 kasus struma ovarium (= 0,5%), Djaswadi selam 10 tahun
(1965-1974) hanya mencatat satu kasus (= 0,5%); sedangkan Gunawan selama 3 tahun
(1974-1977) melaporkan satu kasus (= 0,2%).
2. Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen dari
epitelium germinativum.
3. Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya
hormon koriogonadotropin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Obstetri patologi dan Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung; Elstar Offset Bandung.
F. Gary Cunningham, F. Gant N.(et al), alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko S.(et al). 2005.
Obstetri William. Edisi 21. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC..
p1036-1037.
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital. In :
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga.
Cetakan ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. p.355-361.
Sutoto, M.S.J. 1994. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan,Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, p : 346-365
William Helm, C.. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians and
Gynecologists. Available at http://emedicine.com

You might also like