You are on page 1of 11

Modul 8

Operational Amplifier

Nama : Nova Lailatul Rizkiyah
NIM : 10212042
Email : nova.rizkiyah@students.itb.ac.id
Shift/Minggu: Jumat/VII
Asisten: Thebe Alfarisi(10210071)
Nanda P.H. Tumangger (10210064)
Rachman B Putra( 10211071)
Elvina Ayu Ratnasari(10211033)
Tanggal Praktikum :8 November 2013
Tanggal Pengumpulan: 14 November 2013

Abstrak
Pada percobaan modul 8 yang berjudul Transistor sebagai penguat common emittor telah
dilakukan 5 percobaan. Pada percobaan pertama yaitu membuat rangkaian penguat inverting
dengan hasil output berlawanan fasa dengan input. Pada percobaan kedua yaitu membuat
rangkaian noninverting dengan hasil output sefasa dengan sinyal input. Pada percobaan
ketiga yaitu membuat penguat differensiator yang hasil output keluarannya seperti isyarat
tapis lolos tinggi. Pada percobaan keempat yaitu membuat penguatan integrator dengan
output seperti isyarat keluaran tapis lolos rendah. Pada percobaan terakhir, dibuat
rangkaian komparator. Komparator berfungsi untuk membandingkan nilai mana yang lebbih
besar antara inputan inverting atau noninverting.
Kata kunci: Inverting, noninverting, differensiator, integrator, komparator

1. Tujuan
a. Menentukan prinsip kerja op amp sebagai
penguat inverting dan noninverting.
b. Menentukan prinsip kerja op amp sebagai
diferensiator dan integrator.
c. Menentukan prinsip kerja op amp sebagai
komparator.
2. Teori Dasar
A. Pengertian
Penguat operasional (Op Amp)
didefinisikann sebagai suatu rangkaian
terintegrasi yang berisi beberapa tingkat dan
konfigurasi penguat diferensial. Penguat
operasional memilki dua masukan dan satu
keluaran serta memiliki penguatan DC yang
tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik,
penguat operasional memerlukan tegangan
catu yang simetris yaitu tegangan yang
berharga positif (+V) dan tegangan yang
berharga negatif (-V) terhadap tanah
(ground). Simbol dari penguat operasional :

B. Karakteristik Ideal Penguat Operasional
Op-amp pada dasarnya adalah sebuah
differential amplifier (penguat diferensial)
yang memiliki dua masukan. Input (masukan)
op-amp ada yang dinamakan input inverting
dan non-inverting. Op-amp ideal memiliki
open loop gain (penguatan loop terbuka) yang
tak terhingga besarnya. Seperti misalnya op-
amp LM741 yang sering digunakan oleh
banyak praktisi elektronika, memiliki
karakteristik tipikal open loop gain sebesar
104 ~ 105. Penguat operasional banyak
digunakan dalam berbagai aplikasi karena
beberapa keunggulan yang dimilikinya,
seperti penguatan yang tinggi, impedansi
masukan yang tinggi, impedansi keluaran
yang rendah dan lain sebagainya. Berikut ini
adalah karakteristik dari Op Amp ideal[1] :
Penguatan tegangan lingkar terbuka
(open-loop voltage gain) A
VOL
=
Tegangan ofset keluaran (output offset
voltage) V
OO
= 0
Hambatan masukan (input resistance)
R
I
=
Hambatan keluaran (output resistance)
R
O
= 0
Lebar pita (band width) BW =
Waktu tanggapan (respon time) = 0
detik
Karakteristik tidak berubah dengan
suhu
Kondisi ideal tersebut hanya
merupakan kondisi teoritis tidak mungkin
dapat dicapai dalam kondisi praktis.
Tetapi para pembuat Op Amp berusaha
untuk membuat Op Amp yang memiliki
karakteristik mendekati kondisi-kondisi di
atas. Karena itu sebuah Op Amp yang
baik harus memiliki karakteristik yang
mendekati kondisi ideal. Berikut ini akan
dijelaskan satu persatu tentang kondisi-
kondisi ideal dari Op Amp.
1. Penguatan Tegangan Lingkar Terbuka
Penguatan tegangan lingkar terbuka
(open loop voltage gain) adalah penguatan
diferensial Op Amp pada kondisi dimana
tidak terdapat umpan balik (feedback) yang
diterapkan padanya. Secara ideal, penguatan
tegangan lingkar terbuka adalah:
A
VOL
= Vo / Vid =
A
VOL
= Vo/(V1-V2) =
2. Tegangan Ofset Keluaran
Tegangan ofset keluaran (output
offset voltage) V
OO
adalah harga
tegangan keluaran dari Op Amp terhadap
tanah (ground) pada kondisi tegangan
masukan V
id
= 0. Secara ideal, harga
V
OO
= 0 V. Op Amp yang dapat
memenuhi harga tersebut disebut sebagai
Op Amp dengan CMR (common mode
rejection) ideal.
3. Hambatan Masukan
Hambatan masukan (input resistance) R
i

dari Op Amp adalah besar hambatan di antara
kedua masukan Op Amp. Secara ideal
hambatan masukan Op Amp adalah tak
berhingga. Tetapi dalam kondisi praktis, harga
hambatan masukan Op Amp adalah antara 5
k hingga 20 M, tergantung pada tipe Op
Amp.
4. Hambatan Keluaran
Hambatan Keluaran (output resistance)
R
O
dari Op Amp adalah besarnya hambatan
dalam yang timbul pada saat Op Amp bekerja
sebagai pembangkit sinyal. Secara ideal harga
hambatan keluaran R
O
Op Amp adalah = 0.
5. Lebar Pita
Lebar pita (band width) BW dari Op
Amp adalah lebar frekuensi tertentu dimana
tegangan keluaran tidak jatuh lebih dari 0,707
dari harga tegangan maksimum pada saat
amplitudo tegangan masukan konstan. Secara
ideal, Op Amp memiliki lebar pita yang tak
terhingga. Tetapi dalam penerapannya, hal ini
jauh dari kenyataan.
6. Waktu Tanggapan
Waktu tanggapan (respon time) dari Op
Amp adalah waktu yang diperlukan oleh
keluaran untuk berubah setelah masukan
berubah. Secara ideal harga waktu respon Op
Amp adalah = 0 detik, yaitu keluaran harus
berubah langsung pada saat masukan berubah.
7. Karakteristik Terhadap Suhu
Sebagai mana diketahui, suatu bahan
semikonduktor yang akan berubah
karakteristiknya apabila terjadi perubahan
suhu yang cukup besar. Pada Op Amp yang
ideal, karakteristiknya tidak berubah terhadap
perubahan suhu. Tetapi dalam prakteknya,
karakteristik sebuah Op Amp pada umumnya
sedikit berubah, walaupun pada penerapan
biasa, perubahan tersebut dapat diabaikan.
C. Aplikasi Penguat Operasional[2]
1. Pembanding (Comparator)
Comparator adalah penggunaan op
amp sebagai pembanding antara tegangan
yang masuk pada input (+) dan input (-).

Gambar1: Komparator
Jika input (+) lebih tinggi dari input (-) maka
op amp akan mengeluarkan tegangan positif
dan jika input (-) lebih tinggi dari input (+)
maka op amp akan mengeluarkan tegangan
negatif. Dengan demikian op amp dapat
dipakai untuk membandingkan dua buah
tegangan yang berbeda.
Komparator membandingkan dua
tegangan listrik dan mengubah keluarannya
untuk menunjukkan tegangan mana yang
lebih tinggi.
(1)
di mana V
s
adalah tegangan catu daya dan
penguat operasional beroperasi di antara + V
s
dan V
s
.)
2. Penguat Pembalik (Inverting)

Gambar 2: penguat inverting
Penguat pembalik adalah penggunanan
op amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal
outputnya berbalik fasa 180 derajat dari sinyal
input.
..(2)
dimana :
Z
in
= R
in
karena V adalah bumi maya (virtual
ground)
sebuah resistor dengan nilai :
..(3)
ditempatkan di antara masukan non-pembalik
dan bumi. Walaupun tidak dibutuhkan, hal ini
mengurangi galat karena arus bias masukan.
Bati dari penguat ditentukan dari rasio
antara R
f
dan R
in
, yaitu:
(4)
Tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran
adalah pembalikan dari masukan.
3. Penguat tidak membalik (Non Inverting)
Penguat Tak-Membalik (Non-Inverting
Amplifier) merupakan penguat sinyal dengan
karakteristik dasar sinyal output yang
dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan
sinyal input. Penguat tak-membalik (non-
inverting amplifier) dapat dibangun
menggunakan penguat operasional, karena
penguat operasional memang didesain untuk
penguat sinyal baik membalik ataupun tak
membalik. Rangkain penguat tak-membalik
ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat
AC maupun DC dengan keluaran yang tetap
sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi
masukan dari rangkaian penguat tak-
membalik (non-inverting amplifier) berharga
sangat tinggi dengan nilai impedansi sekitar
100 MOhm.

Gambar 3: penguat noninverting
Rangkaian diatas merupakan salah satu
contoh penguat tak-membalik memnggunakan
sumber tegangan DC simetris. Dengan sinyal
input yang diberikan pada terminal input non-
inverting, maka besarnya penguatan tegangan
rangkaian penguat tak membalik diatas
tergantung pada harga Rin dan Rf yang
dipasang. Besarnya penguatan tegangan
output dari rangkaian penguat tak membalik
diatas dapat dituliskan dalam persamaan
matematis sebagai berikut:
(5)
Apabila besarnya nilai resistor Rf dan
Rin rangkaian penguat tak membalik diatas
sama-sama 10KOhm makabesarnya
penguatan tegangan dari rangkaian penguat
diatas dapat dihitung secara matematis
sebagai berikut:

4. Integrator
Opamp bisa juga digunakan untuk
membuat rangkaian-rangkaian dengan
respons frekuensi, misalnya rangkaian
penapis (filter). Salah satu contohnya adalah
rangkaian integrator. Rangkaian dasar sebuah
integrator adalah rangkaian op-amp inverting,
hanya saja rangkaian umpanbaliknya
(feedback) bukan resistor melainkan
menggunakan capasitor C.

Gambar 4: penguat integrator
Mari kita coba menganalisa rangkaian
ini. Prinsipnya sama dengan menganalisa
rangkaian op-amp inverting. Dengan
menggunakan 2 aturan op-amp (golden rule)
maka pada titik inverting akan didapat
hubungan matematis :
i
in
= (v
in
v
-
) / R = v
in
/ R, dimana v
-
= 0 ... (6)
i
out
= -C d(v
out
v
-
) / dt = -C dv
out
/d
t
; v
-
= 0
i
in
= i
out
; ... (7)
Maka jika disubtisusi, akan diperoleh
persamaan :
i
in
= i
out
= v
in
/ R = -C dv
out
/d
t

atau dengan kata lain
V
out
= -1/RC (
t0

tl
v
in
dt
) ... (8)
Dari sinilah nama rangkaian ini diambil,
karena secara matematis tegangan keluaran
rangkaian ini merupakan fungsi integral dari
tegangan input. Sesuai dengan nama
penemunya, rangkaian yang demikian
dinamakan juga rangkaian Miller Integral.
Aplikasi yang paling populer menggunakan
rangkaian integrator adalah rangkaian
pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang
berupa sinyal kotak.
Dengan analisa rangkaian integral serta
notasi Fourier, dimana
f = 1/t dan = 2f ... (9)
penguatan integrator tersebut dapat
disederhanakan dengan rumus
G() = -1/RC ... (10)
Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan
cara lain, yaitu dengan mengingat rumus
dasar penguatan opamp inverting G = -R
2
/R
1
.
Pada rangkaian integrator tersebut diketahui
R
1
= R dan R
2
= Z
c
= 1/C Dengan demikian
dapat diperoleh penguatan integrator tersebut
seperti persamaan 5 atau agar terlihat respons
frekuensinya dapat juga ditulis dengan
G(f) = -1/2fRC ...(11)
Karena respons frekuensinya yang
demikian, rangkain integrator ini merupakan
dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus
tersebut secara matematis, penguatan akan
semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal
input semakin besar.
Pada prakteknya, rangkaian feedback
integrator mesti diparalel dengan sebuah
resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R
atau satu besaran tertentu yang diinginkan.
Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi =
0), kapasitor akan berupa saklar terbuka. Jika
tanpa resistor feedback seketika itu juga
outputnya akan saturasi sebab rangkaian
umpanbalik op-amp menjadi open loop
(penguatan open loop opamp ideal tidak
berhingga atau sangat besar). Nilai resistor
feedback sebesar 10R akan selalu menjamin
output offset voltage (offset tegangan
keluaran) sebesar 10x sampai pada suatu
frekuensi cutoff tertentu.
5. Differensiator
Kalau komponen C pada rangkaian
penguat inverting di tempatkan di depan,
maka akan diperoleh rangkaian differensiator.
Dengan analisa yang sama seperti rangkaian
integrator, akan diperoleh persamaan
penguatannya :
V
out
= -RC dv
in
/dt ...(12)
Rumus ini secara matematis menunjukkan
bahwa tegangan keluaran v
out
pada rangkaian
ini adalah differensiasi dari tegangan input v
in
.
Contoh praktis dari hubungan matematis ini
adalah jika tegangan input berupa sinyal
segitiga, maka outputnya akan mengahasilkan
sinyal kotak.

Gambar 5: penguat differensiator
Bentuk rangkain differensiator adalah
mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga
jika berangkat dari rumus penguat inverting G
= -R
2
/R
1
dan pada rangkaian differensiator
diketahui R
2
= R dan R
1
= Z
c
= 1/C maka
jika besaran ini disubtitusikan akan didapat
rumus penguat differensiator
G() = -RC (13)
Dari hubungan ini terlihat sistem akan
meloloskan frekuensi tinggi (high pass filter),
dimana besar penguatan berbanding lurus
dengan frekuensi. Namun demikian, sistem
seperti ini akan menguatkan noise yang
umumnya berfrekuensi tinggi. Untuk
praktisnya, rangkain ini dibuat dengan
penguatan dc sebesar 1 (unity gain). Biasanya
kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang
nilainya sama dengan R. Dengan cara ini akan
diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai
frekuensi cutoff tertentu.

Gambar 6: penguat differensiator
Mendiferensiasikan sinyal hasil
pembalikan terhadap waktu dengan
persamaan:
.(14)
di mana Vin dan Vout adalah fungsi dari
waktu. Pada dasarnya diferensiator dapat juga
dibangun dari integrator dengan cara
mengganti kapasitor dengan induktor, namun
tidak dilakukan karena harga induktor yang
mahal dan bentuknya yang besar.
Differensiator dapat juga dilihat sebagai tapis
pelewat-rendah dan dapat digunakan sebagai
tapis aktif.
3. Data

a. Op amp sebagai penguat inverting
R1=2.373 k

R2=5.06 k

Vcc+=12 volt Vcc-=12volt
No Vi(volt) Vo(volt)
1 0.5 1.257
2 1.303 2.798
3 1.536 3.286
4 2.316 5.1
5 3.13 6.82
6 0.8 1.72
7 0.2 0.47
8 2.16 4.75
9 5.63 9.06
10 7.4 9.61
11 9.57 10
12 3.847 7.99
13 5.38 8.96

Berikut gambar hasil keluaran op amp sebagai
penguat inverting:








b. Op-amp sebagai penguat non inverting
R1=1.9 k
R2=5k
Vcc+=12 volt Vcc-=12volt
No Vi Vo
1 2.12 7.43
2 2.079 7.43
3 2.993 8.92
4 4.31 9.72
5 5.37 10.08
6 6.87 10.66
7 8.83 10.66
8 10.09 10.94
9 0.875 3.156
10 1.385 5.07
11 1.83 6.71
12 2.181 7.7
13 4.72 9.88
14 6.74 10.36
15 7.22 10.46

Berikut hasil keluaran op amp sebagai
penguat noninverting:





c. Op amp sebagai diferensiator
C1=

F
C2=2200pF=2.2x

F
R=2.02 k
Vin=4.7mV
Vout=741mV
f=1/R(C1+C2)= 4057 Hz
Berikut gambar hasil keluaran op
amp sebagai pengguat
differensiator:

gambar f1=1/RC
gambarf2<f1



Gambar f3>f1

d. Op amp sebagai integrator
C=2200pF=2.2x

F
R=0.8k
Vcc=+12volt
Berikut hasil keluaran op amp sebagai
penguat integrator:





e. Op amp sebagai komparator
(data diambil dari shift selasa sore)
R1=0.9 K
R2= 9 K
Rs=0.507k
Vcc= 12V


Gambar op amp sebagai komparator
4. Pengolahan Data

a. Op amp sebagai penguat inverting
Av=-

=-

=-2.13


Grafik 1: penguat inverting pada grafik semilog
b. Op-amp sebagai penguat non inverting
Av=1+

=1+

=3.59

Grafik 2: penguat non inverting pada grafik semilog
c. Op amp sebagai diferensiator
C1=

F
C2=2200pF=2.2x

F
C1+C2=1.02x


R=2.02 k
f1=1/R(C1+C2)= 4843 Hz
f2<f1=269 Hz
f3>f1=6.05 Hz
Vin=4.7mV
Vout=741mV

=3.59x


d. Op amp sebagai integrator
C=2200pF=2.2x

F
R=0.8k
f=1/RC=568kHz
Vin=4.7mV
Vout=741mV
Av=

=9.08x


e. Op amp sebagai komparator
R1=0.9 K
R2= 9 K
Rs=0.507k
Vcc= 12V

Tidak bisa atau membandingkan nilai kedua
masukan karena tidak mengambil data.
5. Analisis
Pada operational amplifier(op-amp)
merupakam integrasi dari penguat
diferensial/penguat transistor.
Op amp sebagai penguat inverting dimana
input diberikan pada kaki inverting(kaki
negative) akan menghasilkan isyarat keluaran
yang berbeda fasa dengan isyarat masukan.
Terlihat pada gambar hasil percobaan di data.
Sinyal yang lebih kecil merupakan sinyal
masukan, dan sinyal yang lebih besar
merupakan sinyal keluaran hasil penguatan
tegangan. Pada perhitungan matematis,
penguatan tegangan sebesar 2.13 kali, namun
pada grafik semilog terlihat bahwa penguatan
hanya 1.001kali (merupakan
gradient/perbandingan Vo terhadap Vi). Hal
ini dikarenakan sinyal generator yang
harusnya selalu memberikan tegangan positif
0.1371742
0.3703704
1
2.7
7.29
19.683
0 10 20
V
o
(
V
)

Vi(V)
Linear
(y=1.001x+1.8
206)
1
2.7
7.29
19.683
0 10 20
V
o
(
V
)

Vi(V)
Linear
(y=0.6799x
+5.5471)
pada pada kaki negatif(kaki inverting) belum
tentu selalu menghasilkan sinyal positif saja.
Op amp sebagai penguat noninverting dimana
input diberikan pada kaki noninverting(kaki
positif) akan menghasilkan isyarat keluaran
yang sama fasanya dengan isyarat masukan.
Hal ini terlihat pada gambar hasil percobaan
di data. Pada perhitungan matematis,
dihasilkan penguatan sebesar 3.59 kali.
Namun, pada grafik hasil semilog terlihat
bahwa penguatan hanya sebesar 0.6799kali
(gradient/perbandingan Vo terhadap Vi).
Seperti pada penguat inverting, hal ini terjadi
karena sinyal generator yang seharusnya
memberikan sinyal positif, belum tentu selalu
menghasilkan sinyal stabil positif untuk
inputan pada kaki noninverting.
Pada penguat differensiator op amp memiliki
isyarat keluaran seperti isyarat tapis lolos
tinggi. Isyarat keluaran dari differensiator ini
merupakan deferensial dari isyarat masukan
jika RC<<T/2 dengan T=perioda isyarat.
Terlihat pada gambar hasil percobaan di data
tersebut yang memperlihatkan sinyal patah-
patah pada output keluarannya. Pada
perhitungan matematis dihalsilkan nilai
penguatan sebesar 3.59x

kali, yang
artinya penguatannya sangat kecil atau bisa
terjadi pelemahan.
Pada penguat integrator op amp memiliki
keluaran seperti isyarat tapis lolos rendah.
Isyarat keluaran rangkaian ini merupakan
integral dari isyarat masukan jika RC>>T/2
dengan T=periode isyarat. Terlihat pada
gambar di data yang menghasilkan gambar
output pengintegralan. Pada perhitungan
matematis dihasilkan nilai 9.08x

sebagai
hasil penguatannya. Artinya, pada percobaan
penguat integrator op amp tidak terjadi
penguatan, malah terjadi pelemahan tegangan.
Baik penguat deferinsiator dan integrator
yang mengalami pelemahan tegangan terjadi
karena adanya tegangan jatuh. Tegangan jatuh
secara umum adalah tegangan yang
digunakan pada beban. Tegangan jatuh
ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui
tahanan kawat. Tegangan jatuh V pada
penghantar semakin besar jika arus I di dalam
penghantar semakin besar dan jika tahanan
penghantar R semakin besar pula. Tegangan
jatuh merupakan penanggung jawab
terjadinya kerugian pada penghantar karena
dapat menurunkan tegangan pada beban.
Akibatnya hingga berada di bawah tegangan
nominal yang dibutuhkan. Atas dasar hal
tersebut maka tegangan jatuh yang diijinkan
untuk instalasi arus kuat hingga 1.000 V yang
ditetapkan dalam persen dari tegangan
kerjanya (Daryanto,2010: hal 18 & 42).
Pada komparator, tidak berfungsi sebagai
penguat seperti pada aplikasi op amp yang
sebelumnya. Komparator memiliki 2 jenis
masukan yaitu masukan inverting(negatif)
dan noninverting(+). Komparator berfungsi
untuk membandingkan nilai kedua masukan
tersebut. output bernilai porsitif jika masukan
inverting lebih besar daripada masukan
noninverting, dan sebaliknya. Paada gambar
hasil percobaan terlihat isyarat masukan dan
isyarat keluaran yang sama fasanya, artinya
masukan noninverting lebih besar nilainya
dibandingkan masukan inverting. Namun,
tidak bisa menggambar histerisisnya karena
tidak ada data. Histerisis adalah perbedaan
nilai pembacaan sensor untuk suatu nilai
masukan tertentu bila nilai masukan tersebut
didekati dari nilai yang lebih rendah dan yang
lebih tinggi. Histerisis dinyatakan sebagai
persentase deviasi maksimum (antara kurva
naik dan kurva turun) terhadap nilai skala
penuh. Tujuan dari histerisis ini agar sistem
tidak berguncang dan output dari keluaran
komparator tidak
mengalami noise (gangguan).
Pada umumnya penguat inverting lebih sering
dipasang atau ditemukan pada komponen
elektronika dibanding dengan penguat
noninverting. Hal ini dikarenakan jika
menggunakan penguat noninverting misal
input tegangan yang akan dikuatkan kurang
dari +5 volt maka penguatannya tidak presisi.
Maksudnya tegangan keluaran untuk 1-5 volt
sama nilainya dengan keluaran pada
penguatan input 5.5 volt. Jadi, nilai outputnya
tidak terlalu baik untuk menguatkan tegangan
yang kecil, apalagi untuk menguatkan
keluaran sensor, malah tidak ketahuan
perbedaan nilainya.
Jika memang mau menggunakan penguat
noninverting, maka direkomendasikan untuk
memakai op-amp yang LM358, atau
421F(agak lebih mahal dari LM741). Jika
menggunakan op amp tersebut meskipun
tegangan masih relatif rendah, masih bisa
dikuatkan oleh op-amp tersebut.
6. Kesimpulan
Pada percobaan kali ini dapat dipahami
prinsip kerja rangakaian op amp sebagai
penguat inverting, noninverting,
differensiator, integrator dan komparator.
Pada penguat inverting, input diberikan pada
kaki inverting maka isyarat outputnya akan
berlawanan fasa dengan isyarat input.
Sebaliknya, pada penguat noninverting, input
diberikan pada kaki noninverting, maka
isyarat keluarannya sefasa dengan isyarat
masukan. Penguat differensiator memiliki
isyarat keluaran seperti tapis lolos tinggi.
Penguat integrator memiliki isyarat tapis lolos
rendah. Komparator sebagai membandingkan
antara masukan inverting dan noninverting.

7. Referensi

[1] Sutrisno. 1986. Elektronika teori dan
penerapannya. Penerbit ITB: Bandung
[2] Carter, B., & Brown, T. (2001).
Handbook of Operational Amplifier
Applications. Texas: Texas Instruments.

You might also like