Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama
disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta
faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai
peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga
perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu
terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi
sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan
yang buruk. (Ketut Sudhaberata,2006)
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal
setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman.
Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004)
Negara - negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga
perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam
hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang
sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka kematian
ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka yang sangat mengkhawatirkan
karena meningkat dari angka yang tercatat peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun
1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73
orang.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan 20.00
0 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan
seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali
apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan
mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah
2 | P a g e
perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari
penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %,
aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan
mencakup 75 - 80 % dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi - eklampsi
dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%.
(Zuspan F.P, 1978 dan Arulkumaran ,1995)
Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS pendidikan di
Indonesia, di dapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9
kali lebih besar di banding kehamilan normal). Sedangkan berdasarkan penelitian Lukas dan
Rambulangi tahun 1994, di dua RS pendidikan di Makassar insidensi preeklampsia berat
2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya22,2%.Target penurunan angka
kematian ibu menjadi 124 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidak mudah
tercapai mengingat sistem pelayanan obsentri emerjensi masih lemah. Akhirnya yang
harus diingat dari informasi diatas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah
masalah ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional dimana
setiap negara seharusny a me mi l i k i tanggung jawab untuk menanggulangi dan
mencegah kematian ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit preeklampsia dan ekslampsia?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit preekslampsia dan ekslampsia?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit preeklampsia dan ekslampsia?
2. Untuk mengetagui konsep asuhan keperawatan penyakit preekslampsia dan
ekslampsia?
3 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
1. Preeklampsia
a. Pengertian Preeklampsia
Hipertensi pada kehamilan (PIH), pernah disebut toxemia, memiliki dua tahap yaitu
preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
Diagnosis preeklampsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema. Akan tetapi, temuan yang paling penting ialah hipertensi,
dimana 20% pasien eklampsia tidak mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan
kejang pertama ( Willis, Blanco, 1990).
Preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan
tekanan darah, proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang eklampsia dan gagal organ
ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan
abruksio plasenta (Shennan dan Chappel, 2001)
Peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin sesuai dengan pre-eklampsia.
Di negara maju, penyakit ini merupakan penyebab utama kematian maternal , dan di inggris
kebanyakan kematian ini berhubungan dengan asuhan suboptimal, terutama oleh pemberi
asuhan intrapartum (Kaunitz et al., 1985:DoH. 1996).
Pre-eklampsia merupakan penyebab utama prematuritas iatrogenik. Banyak ibu pre-
eklampsia di induksi atau melahirkan preterm, dan banyak bayi yang akan dipondokkan ke
unit neonatal setelah kelahiran, terhitung 15% dari seluruh kelahiran preterm. Bila kurang
dari 48 minggu, pemberian kortikosteroid maternal memperlihatkan penurunan masalah
pernapasan pada bayi yang baru dilahirkan (Guinn et al., 2001).
Pada pemeriksaan kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin dan
aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat
berlangsung. Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensis dan proteinuria.
Preeklampsia dibagi menjadi dua, yaitu :
4 | P a g e
a. Preeklampsia sedang
Ditandai dengan :
Peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15mmHg,
Proteinuria +2, dan
Penambahan berat badan selama trimester kedua lebih dari 3 pound (1,3 kg)
setiap minggu dan selama trimester ketiga lebih dari 1 pound (0,45 kg) setiap
minggu.
b. Preeklampsia berat
Ditandai dengan
Tekanan darah 160/100 atau lebih,
Albuminuria +3 atau +4,
Proteinuria lebih dari 3gr/ liter.
Keluhan subyektif :
- Edema umum,
- Nyeri epigastrium
- Gangguan penglihatan
- Nyeri kepala
- Edema paru dan sianosis
- Gangguan kesadaran.
Penambahan berat badan 2 pound (0,9 kg) kurang dari satu minggu,
Oliguria ; dan
Pemeriksaan :
- Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus.
- Perdarahan pada retina.
- Trombosit kurang dari 100.000/mm
- Peningkatan nitrogen urea darah, asam urat dan serum kreatinin.
Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjukk akan terjadi
eklampsia, ang mempunya prognosa buruk dengan angka kematian maternal dan tinggi
janin.
5 | P a g e
Perbedaan preeklampsia ringan
dan berat
Efek pada Ibu Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
Tekanan darah
MAP
Peningkatan Berat Badan
Proteniuria
Dipstik kualitatif
Analisis kualitatif 24
Jam
Edema
Peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 30 mm Hg atau
lebih,peningkatan tekanan
darag sistolik sebesar 15 mm
Hg dua kali dengan jarak enam
jam
140/90 = 107
Peningkatan berat badan lebih
dari 0,5 kg/minggu selama
trimester kedua dan ketiga atau
peningkatan berat badan yang
tiba-tiba sebesar 2 kg setiap
kali
Proteinuria sebesar 300 mg/L
dalam 24 jam atau > 1g/L
secara random dengan
memakai contoh urine siang
hari yang di kumpulkan pada
dua waktu dengan jarak enam
jam karena kehilangan protein
adalah bervariasi: dengan
dipstik, nilai bervariasi dari
sedikit sampai +1
Edema dependen, bengkak di
mata, wajah, jari, bunyi
Peningkatan menjadi 160/110
mm Hg pada dua kali
pemeriksaan dengan jarak enam
jam pada ibu hamil yang
beristirahat di tempat tidur.
160/110 = 127
Sama semperti preeklampsia
ringan
Proteinuria 5 sampai 10 g/L
dalam 24 jam atau + 2 protein
dengan dipstik
Edema umum, bengkak semakin
jelas di mata wajah, jari, bunyi
paru (rales) bisa terdengar
6 | P a g e
Refleks
Haluaran urine
Nyeri kepala
Ganggua penlihatan
Iritabilitas/afek
Nyeri ulu hati
Kretinin serum
Trombositopenia
Peningkatan AST
Hematokrit
Efek pada janin
Perfusi plasenta
Prematur placenta agin
pulmoner tidak terdengar
Heperefleksi +3; tidak ada
konus di pergelangan kaki
Keluaran sama dengan
masukan 30 ml/jam
Sementara
Tidak ada
Sementara
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
meningkat
menurun
tidak jelas
Hiperfleksia +3 atau lebih;
klonus di pegelangan kaki
Oligular;+30 ml/jam atau 120
ml/4 jam
Berat
Kabur,fotofobia,bintik buta pada
funduskopi
berat
Ada
Meningkat
Ada
Jelas
Meningkat
Perfusi menurun dinyatakn
sebagai IUGR pada fetus,rbagai
daerah yDJJ: diselerasi lambat
Perfusi menurun dinyatakan
sebagai IUGR pada fetus,DJJ:
diselarasi lambat
Pada waktu lahir plasenta
terlihat lebih kecil daripada
plasenta yang normal untuk usia
kehamilan ,prematur agig
terlihat jelas dengan berbagai
daetrah yang sisitianya
7 | P a g e
pecah,banyak terdapa nerkosis
iskemia
(infak putih),dan deposisi fibrin
intevilosa (infak merah) bisa
terlihat.
c. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP, suatu keadaan multi sistem merupakan suatu bentuk preeklamsia
berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukan adanya bukti
laboratorium umum untuk sindrom
Hemolisis (H) sel darah merah,
Hemolisis adalahan pemeccahan sel darah merah yang mengakibatkan
pelepasan hemaglobin kedalam plasma darah. Hemolisis merupakan proses normal
pada akhir rentang hidup tiap sel darh merah (SDM) setalah sekitar 120 hari.
Normalnya hemolisis terjadi cukup lambat sehingga dapat dibersihkan oleh
hepar,limpa, dan sumsum tulang. Bila proses ini berjalan sangat cepat, dan produksi
SDM tidak mampu mempertahankan penurunan jumlah SDM sirkulasi yang terjadi,
maka penyebab anemia hemolitika mikroangiopati.
Peningkatan enzim hati (EL),dan
Sindrom HELLP menggnggu fungsi hepar. Ibu biasanya mengeluh nyeri
epigastrik, yang disebabkan oleh obstruksi aliran darah disinusoid hepar akibat
deposisi fibrin intravaskuler.
8 | P a g e
Trombosit rendah (LP) keluhan bervariasi dari malaise,nyeri ulu hati mual dan
muntah,sampai gejala menyerupai virus yang tidak spesifik.
Trombosit rendah merupakan garis pertamaa pertahanan terhadap perdarahan.
Bekerja dengan:
- Menyumbat lubang dikapiler(hemostasis primer)
- Memulai pembekuan , dan
- Ketika darah lepas dari lubang yang besar, segera trombosit menjadi bagian
integral kebanyakan bekuan.
- Trombositopenia di akibatkan oleh peningkatan konsumsi atau destruksi
trombosit.
Pada waktu berobat, ibu ini biasa nya sudah berada dalam trimester ke dua atau awal
trimester ke tiga dan awal nya hanya menunjukan beberapa tanda preeklamsia .Ibu ini biasa
nyaakan menerima diaknosis bukan obsentri,sehingga memperlambat pengobatan dan
meningkatkan morbiditas maternal dan perinatal (martin,dkk.,1991a)
Sindrom HELLP mempengaruhi sekitar 2% sampai 12% preeklamsia berat,dengan
angka mortalitas 2% sampai 24% (sibai dkk,1986).Insiden paling tinggi terdapat pada ibu
berusia lanjut,berkulit putih dan multi para.
Walaupun mekanisme masih belum di ketahui,sindrom hellp diduga terjadi akibat
perubahan yang mengiringi preeklamsia(lihat gambar 21-2).Vasospasme arterial,kerusakan
endotelium,dan agregasi trombosit dengan akibat hipoksia jaringan ialah mekanisme
yangmendasarinya untuk patofisiologi sindrom HELLP(poole,1988,1993).
Koagulopati yang telihat pada sindrom HELLP serupa dengan DIC, kecuali bahwa
pemeriksaan faktor pembekuan, masa protrombin, masa tromboplastin sebagian (PTT), dan
waktu perdarahan biasanya tetap normal (Guyton, 1992; Leduc, dkk., 1992; Perry, 1992)
(Tabel 21-1). Dalam mengevaluasi keparahan koagulopati yang terdapat dalam sindrom
HELLP, harus selalu diingat bahwa trombositopenia adalah temuan yang umum (Perry,
1992).
Insiden
9 | P a g e
Prevalensi pre-eklampsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan definisi yang
digunakan untuk menerangkannya (Davey & MacGilivray, 1998:Chappel et al .,1999).
Terjadi kurang dari 5 % dalam kebanyakan populasi, dan studi prospektif terkini
menunjukkan insiden di bawah 2.2%, bahkan pada populasi primigravida yang
diketahui prevalensinya lebih tinggi (Higgins et al., 1997).
Sampai 20 % dari semua ibu hamil akan mengalami hipertensi selama kehamilan,
dari mereka kurang dari 10 % yang menderita penyakit serius ini.
Hipertensi akibat kehamilan (HAK) adalah peningkatan TD tanpa proteinuria dan
tidak ada patologi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi akibat
kehamilan sekitar tiga kali lebih sering daripada pre-eklampsia (Shennen &
Chappel,2001)>
The international society for the study of hypertension in pregnancy (ISSHP) telah
mengadopsi istilah hipertensi gestasional untuk menjelaskan semua ibu hipertensi,
dengan atau tanpa proteinuria, yang sebelumnya normotensif tanpa proteinuria.
Di inggris kurang dari 10 wanita meninggal tiap tahun tetapi di negara yang kurang
berkembang 50.000 kematian maternal pertahun disebabkan oleh eklampsia, dan
jumlah yang sama diperkirakan karena pre-eklampsia (Duley,1992).
b. Etiologi preeklampsia
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda
dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan
plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan
menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan
dengan perkembangan penyakit ; primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan
dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada 14%
sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali
rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden
dapat mencapai 25% (Zuspan, 1991). Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak
terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia.
10 | P a g e
Teori iskemia plasenta dianggap dapat menerangkan berbagai gejala preeklampsia
dan eklampsia. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta bahan trofoblas akan diserap
kedalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin dan
aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannnya garam dan air.
Faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
Ada hubungan genetik yang telah ditegakkan; riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meningkatkan risiko empat sampai delapan kali (Lie et al.,1998).
Ada bukti pengaruh paternal. Ibu berisiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini (Need et al ., 1983).
Pre-eklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan pertama :keguguran
dan penghentian kehamilan memberikan perlindungan terhadap penyakit ini pada
kehamilan berikutnya (Strickland et al.,1986).
Kehamilan ganda memiliki risiko lebih dari dua kali lipat (Duley et al., 2001).
Pasangan (suami) baru mengembalikan risiko sama seperti primigravida(McCowan
et al.,1996).
Obesitas (yang dengan indeks masa tubuh > 29) meningkatkan risiko empat kali lipat
(Shennen et al., 1996). Inggris memiliki tingkat obesitas tertinggi di Eropa.
Kondisi dasar maternal yang meningkatkan risiko : hipertensi kronis (Kyle et al.,
1995), penyakit ginjal (Cheston, 1996), intoleransi glukosa termasuk diabetes
gestasional (Duley et al.,2001)., pre-eklampsia sebelumnya (20% risiko
kekambuhan) dan kecenderungan trombotik yang mendasari, terutama sindrom
antifosfolipid (Brown et al.,1998).
11 | P a g e
c. Pathway
12 | P a g e
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume
plasma darah, vasodilatasi, penurunan vaskularer sistemik ( Systemic Vaskular Resistance),
peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia ,
volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan
hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel
darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Pre-eklampsia berhubungan dengan implantasi abnormal plasenta dan invasi dangkal
tromboblastik yang diakibatkannya (pijnenborg,1994) mengakibatkan berkurangnya perfusi
plasenta. Arteri spiralis maternal (juga disalahartikan sebagai arteri uterine) gagal
mengalami vasodilatasi fisiologis normalnya : aliran darah kemudian mengalami hambatan
akibat perubahan aterotik yang menyebabkan obstruksi di dalam pembuluh darah.
Patologi peningkatan tahanan dalam sirkulasi utero-plasenta dengan gangguan aliran
darah intervilosa, dan berakibat iskemia dan hipoksia yang bermanifestasi selama paruh dua
kehamilan (Graham et al., 2000).
Gambaran serupa mengenai invasi tromboblastik yang tidak ade kuat juga tampak
pada kehamilan dengan komplikasi retriksi pertumbuhan janin pada ibu tanpa pre-
eklampsia. Oleh karena itu, sindrom maternal pre-eklampsia pasti berhubungan dengan
faktor tambahan.
Tekanan darah vasospasme
Perfusi palsenta menurun
Aktivitas sel endotelium
Vasokonstriksi Redistribusi cairan intravaskuler
13 | P a g e
Kaskade aktivitas kogulasi
Penurunan organ ferfusi
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai
preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap peredaran
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara
prostaksiklin, prostaglandin dan tromboksan A2 (Konsesus report, 1990).
Selain kerusakan endotelia, vasospasme juga arterial juga turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapilar. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut
menurunkan volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia
mudah menderita edema paru. (Dildy, dkk. 1991)
Easterling dan bennedeti (1989) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu
keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat
hipoperfusi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berferpusi di ginjal,
timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif tetapi hal ini akhirnya
akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia.
Hubungan sistem imun dan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. Keberadaan
protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori ini
didukung oleh peningkatan preeklampsia-eklampsia pada ibu hamil pertama kali.
Terjadinya spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam tubuh dapat
menimbulkan :
a. Gangguan metabolisme jaringan.
Terjadinya metabolisme anaerob lemak dan protein.
Pembakaran yang tidak sempurnaa menyebabkan pembentukan badan
keton dan asidosis
b. Gangguan peredarah darah dapat menimbulkan :
Nekrosis (kematian jaringan)
14 | P a g e
Perdarahan
Edema jaringan.
c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan
gangguan pertukaran nutrisi. CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.
d. Manifestasi klinis.
Gejala- gejala umum yang biasa terjadi pada penderita preeklampsia adalah :
a. Kenaikan tekanan darah.
b. Pengeluaran protein dalam urin
c. Edema kaki, tangan sampai muka.
d. Terjadinya gejala subyektif :
Sakit kepala terutama daerah frontalis.
Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur.
Nyeri pada epigastrium
Terdapat mual sampai muntah.
Sesak nafas.
Berkurangnya urin.
e. Menurunnya kesadaran
f. Hingga terjadinya kejang.
Selain tanda dan gejala yang disebutkan diatas, perubahan patologis yang mungkin
terjadi pada berbagai organ penting juga dijabarkan sebagai berikut :
Perubahan kardiovaskuler.
- Perubahan sub-endokardial.
- Menimbulkan dekompensasi kardio sampai terhentinya fungsi jantung.
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kematian janin.
- Spasme yang berlangsung lama menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.
Perubahan hati.
- Perdarahan yang tidak teratur.
- Terjadi nekrosis, trombosis pada hati.
15 | P a g e
- Rasa nyeri pada epigastrium karena perdarahan subkapsuler.
Retina.
- Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus.
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur.
Otak.
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak,
perdarahan dan nekrosis.
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat.
Paru-paru.
- Berbagai tingkat edema.
- Bronkopneumoni sampai abses.
- Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis.
Aliran darah ke plasenta.
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kematian janin.
Perubahan ginjal.
- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
filtrasi glomerulus berkurang.
- Terjadi retensi air dan garam.
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.
Perubahan pembuluh darah.
- Permebilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein
ke jaringan.
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam sehingga menimbulkan edema.
- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme
tubuh.
e. Pencegahan kejadian preeklampsia dan eklampsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu pencegahan dan diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
16 | P a g e
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
pemeriksaan teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah
dan pemeriksaan urinuntuk menentukan proteinuria.
Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan
berkaitan dengan :
1. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi
pada 4 sehat lima sempurna (sesuai 13 pesan sehat gizi seimbang). Untuk
meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat.
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak berbaring ke arah punggung janin
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan. Keadaan yang emerlukan perhatian adalah :
- Uji kemungkinan preeklampsia
Pemeriksaan tekanan darah dan atau kenaikannya.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan berat badan atau edema.
Pemeriksaan protein dalam urin
Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,
gambaran darah umum, dan pemeriksaaan retina mata.
- Penilaian kondisi janin dalam rahim.
Pemantauan tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban.
Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
terpilih dan terpuji.
17 | P a g e
2. Eklampsia
a. Pengertian Eklampsia
Eklampsia adalah kelanjutan preeklampsia berat menjadi eklampsia dengan tambahan
kejang-kejang atau koma.
Insiden eklampsia yang dilaporkan berkisar antara 0,5 sampai 2% untuk semua
kehamilan. Berbagai tanda dan gejala eklampsia, selain kejang, meliputi : hipertensi yang
ekstrim, hiperefleksia, proteinuria +4, edema umum sampai hipertensi ringan tanpa edema.
Ibu melaporkan adanya nyeri kepala dengan atau tanpa gangguan penglihatan selama satu
sampai empat hari sebelum kejang timbul, 20% ibu mengalami Proteinuria (Villar, Sibai,
1988). Temukan laboraturium bervariasi. Hemokonsentrasi terbukti dengan adanya
peningkatan hematokrit. Asam urat, kreatinin urine meningkat. DIC bisa timbul jika
pengobatan tertunda atau jika terjadi solusi plasenta.
Menjelang kejang-kejang, dapat didahului gejala subyektif yaitu nyeri pada kepala
didaerah frontalis, nyeri epigastrium, penglihatan semaki kabur, dan terdapat mual dan
muntah serta pemeriksaan menunjukkan hiperfleksia atau mudah terangsang.
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi :
a. Eklampsia gravidarum.
- Kejadian 50 % sampai 60 %.
- Serangan terjadi dalam keadaan hamil.
b. Eklampsia parturientum.
- Kejadian sekitar 30% sampai 35%
- Saat sedang inpartu.
- Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inparti.
c. Eklampsia puerperium.
- Kejadian jarang, 10 %.
- Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
b. Tingkatan Kejang pada eklampsia.
Kejang terdiri dari 4 tingkat, yaitu :
18 | P a g e
1. Tingkat awal atau aura.
- Berlangsung 30 sampai 35 detik.
- Tangan dan kelopak mata gemetar.
- Mata terbuka dan pandangan kosong.
- Kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2. Tingkat kejang tonik.
- Berlangsung sekitar 30 detik.
- Seluruh tubuh kaku: wajah kaku : pernapasan berhenti dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki diputar ke dalam dan lidah dapat tergigit.
3. Tingkat kejang klonik.
- Berlangsung sampai dua menit.
- Kejang tobik berubah menjadi kejang klonik.
- Kontraksi otot berlangsung cepat.
- Mulut terbuka-tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus.
- Mata melotot.
- Mulut berbuih.
- Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis.
- Penderita dapat jatuh sehingga menimbulkan trauma tambahan.
4. Tingkat koma
- Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik napas.
- Diikuti koma yang lamanya bervariasi.
Selama terjadi kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40
o
C, nadi bertambah ceepat
dan tekanan darah meningkat.
c. Komplikasi eklampsia.
Kejang pada eklampsia dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1. Komplikasi pada ibu.
- Menimbulkan sianosis.
- Aspirasi air ludah mnambah gangguan fungsi paru.
- Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung
mendadak.
19 | P a g e
- Lidah dapat tergigit.
- Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktur dan luka-luka.
- Gangguan fungsi ginjal : oligo sampai anuria.
- Perdarahan atau ablasio retina.
- Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
2. Komplikasi pada janin.
- Asfiksia mendadak, karena spasme pembuluh darah menimbulkan kematian.
- Solusio plasenta.
- Persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim adalah sebagai berikut.
Kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan
protein dapat menimbulkan badan keton.
Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simpatis dan nervus vagus
yang menyebabkan :
a. Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan
bradikardi serta irama yang tidak teratur.
b. Peristaltik usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga
menimbulkan mekonium.
Bila kekurangan O2 terus berlangsung keadaan bertambah gawat sampai
terjadi kematian dalam rahim.
Memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian bayi maka dan ibu makan
cara terbaik yang perlu dilakukan adalah mencegah terjadinya eklampsi dan preeklampsia.
20 | P a g e
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
21 | P a g e
Pengkajian
Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengidentifikasi sedini mungkin semua ibu
yang yang beresiko mengalami preeklampsia. Faktor-faktor seperti paritas, usia, kehamilan
dan lokasi geografis perlu dipertimbangkan. Wanita yang baru menjadi ibu atau dengan
pasangan baru ternyata enam sampai delapan kali lebih mudah terkena preeklampsia
daripada multipara. Anak wanita dan saudara wanita ibu preeklampsia memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk terkena preeklampsia daripada ibu yang tidak memiliki
riwayat preeklampsia dalam keluarganya (OBrien, 1992)
Secara umum observasi ibu harus meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pemeriksaan TD dan proteinuria regular.
Edema dependen. Adalah edema pada bagian bawah atau bagian tubuh yang
dependen. Dimana tekanana hidrostastiknya paling besar. Apabila ia sedang
berjalan, edema ini paling terlihat jelas dikaki dan pergelangan kaki. Apabila orang
tersebut berbaring ditempat tidur,edema lebih sering timbul di bagian sakrum.
Edema pitting. Meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang bengkak ditekan
dengan jari. Lekukan ini disebabkan pergeseran cairan ke jaringan sekitar, menjauh
dari tempat yang mendapat tekanan. Dalam 10030 detik, lekukan ini biasanya akan
menghilang.
Gejala yang menimbulkan adanya keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) dan sistem
penglihatan biasanya menyertai edema wajah. Walaupun hal ini bukan merupakan
pemeriksaan rutin untuk periode prenatal, tetapi evaluasi fundus memberi data yang
berharga. Pemeriksaan fundus pada awal kehamilan akan membantu membedakan
penyakit yang memang sudah ada dari penyakit yang baru timbul pada masa hamil.
Ibu mungkin tidak mampu mengaitkan atau membedakan gejala yang lain seperti
nyeri ulu hati atau oliguria.
Refleks tendon profunda (RTP) dievaluasi. Jika diduga ada preeklampsia. Evaluasi
RTP diperlukan jika ibu sedang menjalani pengobatan dengan magnesium sulfa.
Hilangnya RTP adalah tanda dini keracunan magnesium yang mengancam.
Pemeriksaan laboratorium
- Hitung trombosit. Disfungsi endotel mengakibatkan disfungsi trombosit. Bila
hitung trombosit lebih dari 50 x