You are on page 1of 35

1 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama
disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta
faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai
peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga
perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu
terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi
sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan
yang buruk. (Ketut Sudhaberata,2006)
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal
setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman.
Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004)
Negara - negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga
perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam
hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan. Di negara-negara yang
sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian. Angka kematian
ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran. Angka yang sangat mengkhawatirkan
karena meningkat dari angka yang tercatat peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun
1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73
orang.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan 20.00
0 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan
seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali
apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan
mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah
2 | P a g e

perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari
penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %,
aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan
mencakup 75 - 80 % dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi - eklampsi
dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%.
(Zuspan F.P, 1978 dan Arulkumaran ,1995)
Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS pendidikan di
Indonesia, di dapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9
kali lebih besar di banding kehamilan normal). Sedangkan berdasarkan penelitian Lukas dan
Rambulangi tahun 1994, di dua RS pendidikan di Makassar insidensi preeklampsia berat
2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya22,2%.Target penurunan angka
kematian ibu menjadi 124 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidak mudah
tercapai mengingat sistem pelayanan obsentri emerjensi masih lemah. Akhirnya yang
harus diingat dari informasi diatas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah
masalah ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional dimana
setiap negara seharusny a me mi l i k i tanggung jawab untuk menanggulangi dan
mencegah kematian ibu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit preeklampsia dan ekslampsia?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit preekslampsia dan ekslampsia?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit preeklampsia dan ekslampsia?
2. Untuk mengetagui konsep asuhan keperawatan penyakit preekslampsia dan
ekslampsia?

3 | P a g e

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
1. Preeklampsia
a. Pengertian Preeklampsia
Hipertensi pada kehamilan (PIH), pernah disebut toxemia, memiliki dua tahap yaitu
preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
Diagnosis preeklampsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema. Akan tetapi, temuan yang paling penting ialah hipertensi,
dimana 20% pasien eklampsia tidak mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan
kejang pertama ( Willis, Blanco, 1990).
Preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan
tekanan darah, proteinuria. Bisa berhubungan dengan kejang eklampsia dan gagal organ
ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan
abruksio plasenta (Shennan dan Chappel, 2001)
Peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin sesuai dengan pre-eklampsia.
Di negara maju, penyakit ini merupakan penyebab utama kematian maternal , dan di inggris
kebanyakan kematian ini berhubungan dengan asuhan suboptimal, terutama oleh pemberi
asuhan intrapartum (Kaunitz et al., 1985:DoH. 1996).
Pre-eklampsia merupakan penyebab utama prematuritas iatrogenik. Banyak ibu pre-
eklampsia di induksi atau melahirkan preterm, dan banyak bayi yang akan dipondokkan ke
unit neonatal setelah kelahiran, terhitung 15% dari seluruh kelahiran preterm. Bila kurang
dari 48 minggu, pemberian kortikosteroid maternal memperlihatkan penurunan masalah
pernapasan pada bayi yang baru dilahirkan (Guinn et al., 2001).
Pada pemeriksaan kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin dan
aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat
berlangsung. Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensis dan proteinuria.
Preeklampsia dibagi menjadi dua, yaitu :
4 | P a g e

a. Preeklampsia sedang
Ditandai dengan :
Peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15mmHg,
Proteinuria +2, dan
Penambahan berat badan selama trimester kedua lebih dari 3 pound (1,3 kg)
setiap minggu dan selama trimester ketiga lebih dari 1 pound (0,45 kg) setiap
minggu.

b. Preeklampsia berat
Ditandai dengan
Tekanan darah 160/100 atau lebih,
Albuminuria +3 atau +4,
Proteinuria lebih dari 3gr/ liter.
Keluhan subyektif :
- Edema umum,
- Nyeri epigastrium
- Gangguan penglihatan
- Nyeri kepala
- Edema paru dan sianosis
- Gangguan kesadaran.

Penambahan berat badan 2 pound (0,9 kg) kurang dari satu minggu,
Oliguria ; dan
Pemeriksaan :
- Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus.
- Perdarahan pada retina.
- Trombosit kurang dari 100.000/mm
- Peningkatan nitrogen urea darah, asam urat dan serum kreatinin.
Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjukk akan terjadi
eklampsia, ang mempunya prognosa buruk dengan angka kematian maternal dan tinggi
janin.
5 | P a g e


Perbedaan preeklampsia ringan
dan berat

Efek pada Ibu Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat

Tekanan darah





MAP
Peningkatan Berat Badan







Proteniuria
Dipstik kualitatif
Analisis kualitatif 24
Jam






Edema


Peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 30 mm Hg atau
lebih,peningkatan tekanan
darag sistolik sebesar 15 mm
Hg dua kali dengan jarak enam
jam

140/90 = 107
Peningkatan berat badan lebih
dari 0,5 kg/minggu selama
trimester kedua dan ketiga atau
peningkatan berat badan yang
tiba-tiba sebesar 2 kg setiap
kali


Proteinuria sebesar 300 mg/L
dalam 24 jam atau > 1g/L
secara random dengan
memakai contoh urine siang
hari yang di kumpulkan pada
dua waktu dengan jarak enam
jam karena kehilangan protein
adalah bervariasi: dengan
dipstik, nilai bervariasi dari
sedikit sampai +1

Edema dependen, bengkak di
mata, wajah, jari, bunyi
Peningkatan menjadi 160/110
mm Hg pada dua kali
pemeriksaan dengan jarak enam
jam pada ibu hamil yang
beristirahat di tempat tidur.


160/110 = 127
Sama semperti preeklampsia
ringan






Proteinuria 5 sampai 10 g/L
dalam 24 jam atau + 2 protein
dengan dipstik







Edema umum, bengkak semakin
jelas di mata wajah, jari, bunyi
paru (rales) bisa terdengar
6 | P a g e


Refleks






Haluaran urine


Nyeri kepala
Ganggua penlihatan

Iritabilitas/afek
Nyeri ulu hati
Kretinin serum
Trombositopenia
Peningkatan AST
Hematokrit

Efek pada janin

Perfusi plasenta




Prematur placenta agin
pulmoner tidak terdengar

Heperefleksi +3; tidak ada
konus di pergelangan kaki




Keluaran sama dengan
masukan 30 ml/jam

Sementara
Tidak ada

Sementara
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
meningkat



menurun




tidak jelas





Hiperfleksia +3 atau lebih;
klonus di pegelangan kaki

Oligular;+30 ml/jam atau 120
ml/4 jam

Berat
Kabur,fotofobia,bintik buta pada
funduskopi
berat
Ada
Meningkat
Ada
Jelas
Meningkat



Perfusi menurun dinyatakn
sebagai IUGR pada fetus,rbagai
daerah yDJJ: diselerasi lambat

Perfusi menurun dinyatakan
sebagai IUGR pada fetus,DJJ:
diselarasi lambat

Pada waktu lahir plasenta
terlihat lebih kecil daripada
plasenta yang normal untuk usia
kehamilan ,prematur agig
terlihat jelas dengan berbagai
daetrah yang sisitianya
7 | P a g e










pecah,banyak terdapa nerkosis
iskemia
(infak putih),dan deposisi fibrin
intevilosa (infak merah) bisa
terlihat.


c. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP, suatu keadaan multi sistem merupakan suatu bentuk preeklamsia
berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukan adanya bukti
laboratorium umum untuk sindrom
Hemolisis (H) sel darah merah,
Hemolisis adalahan pemeccahan sel darah merah yang mengakibatkan
pelepasan hemaglobin kedalam plasma darah. Hemolisis merupakan proses normal
pada akhir rentang hidup tiap sel darh merah (SDM) setalah sekitar 120 hari.
Normalnya hemolisis terjadi cukup lambat sehingga dapat dibersihkan oleh
hepar,limpa, dan sumsum tulang. Bila proses ini berjalan sangat cepat, dan produksi
SDM tidak mampu mempertahankan penurunan jumlah SDM sirkulasi yang terjadi,
maka penyebab anemia hemolitika mikroangiopati.

Peningkatan enzim hati (EL),dan
Sindrom HELLP menggnggu fungsi hepar. Ibu biasanya mengeluh nyeri
epigastrik, yang disebabkan oleh obstruksi aliran darah disinusoid hepar akibat
deposisi fibrin intravaskuler.
8 | P a g e


Trombosit rendah (LP) keluhan bervariasi dari malaise,nyeri ulu hati mual dan
muntah,sampai gejala menyerupai virus yang tidak spesifik.
Trombosit rendah merupakan garis pertamaa pertahanan terhadap perdarahan.
Bekerja dengan:
- Menyumbat lubang dikapiler(hemostasis primer)
- Memulai pembekuan , dan
- Ketika darah lepas dari lubang yang besar, segera trombosit menjadi bagian
integral kebanyakan bekuan.
- Trombositopenia di akibatkan oleh peningkatan konsumsi atau destruksi
trombosit.

Pada waktu berobat, ibu ini biasa nya sudah berada dalam trimester ke dua atau awal
trimester ke tiga dan awal nya hanya menunjukan beberapa tanda preeklamsia .Ibu ini biasa
nyaakan menerima diaknosis bukan obsentri,sehingga memperlambat pengobatan dan
meningkatkan morbiditas maternal dan perinatal (martin,dkk.,1991a)
Sindrom HELLP mempengaruhi sekitar 2% sampai 12% preeklamsia berat,dengan
angka mortalitas 2% sampai 24% (sibai dkk,1986).Insiden paling tinggi terdapat pada ibu
berusia lanjut,berkulit putih dan multi para.
Walaupun mekanisme masih belum di ketahui,sindrom hellp diduga terjadi akibat
perubahan yang mengiringi preeklamsia(lihat gambar 21-2).Vasospasme arterial,kerusakan
endotelium,dan agregasi trombosit dengan akibat hipoksia jaringan ialah mekanisme
yangmendasarinya untuk patofisiologi sindrom HELLP(poole,1988,1993).
Koagulopati yang telihat pada sindrom HELLP serupa dengan DIC, kecuali bahwa
pemeriksaan faktor pembekuan, masa protrombin, masa tromboplastin sebagian (PTT), dan
waktu perdarahan biasanya tetap normal (Guyton, 1992; Leduc, dkk., 1992; Perry, 1992)
(Tabel 21-1). Dalam mengevaluasi keparahan koagulopati yang terdapat dalam sindrom
HELLP, harus selalu diingat bahwa trombositopenia adalah temuan yang umum (Perry,
1992).

Insiden
9 | P a g e

Prevalensi pre-eklampsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan definisi yang
digunakan untuk menerangkannya (Davey & MacGilivray, 1998:Chappel et al .,1999).
Terjadi kurang dari 5 % dalam kebanyakan populasi, dan studi prospektif terkini
menunjukkan insiden di bawah 2.2%, bahkan pada populasi primigravida yang
diketahui prevalensinya lebih tinggi (Higgins et al., 1997).
Sampai 20 % dari semua ibu hamil akan mengalami hipertensi selama kehamilan,
dari mereka kurang dari 10 % yang menderita penyakit serius ini.
Hipertensi akibat kehamilan (HAK) adalah peningkatan TD tanpa proteinuria dan
tidak ada patologi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi akibat
kehamilan sekitar tiga kali lebih sering daripada pre-eklampsia (Shennen &
Chappel,2001)>
The international society for the study of hypertension in pregnancy (ISSHP) telah
mengadopsi istilah hipertensi gestasional untuk menjelaskan semua ibu hipertensi,
dengan atau tanpa proteinuria, yang sebelumnya normotensif tanpa proteinuria.
Di inggris kurang dari 10 wanita meninggal tiap tahun tetapi di negara yang kurang
berkembang 50.000 kematian maternal pertahun disebabkan oleh eklampsia, dan
jumlah yang sama diperkirakan karena pre-eklampsia (Duley,1992).


b. Etiologi preeklampsia
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda
dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan
plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan
menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan
dengan perkembangan penyakit ; primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan
dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada 14%
sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali
rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden
dapat mencapai 25% (Zuspan, 1991). Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak
terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia.
10 | P a g e

Teori iskemia plasenta dianggap dapat menerangkan berbagai gejala preeklampsia
dan eklampsia. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta bahan trofoblas akan diserap
kedalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin dan
aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannnya garam dan air.
Faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
Ada hubungan genetik yang telah ditegakkan; riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meningkatkan risiko empat sampai delapan kali (Lie et al.,1998).
Ada bukti pengaruh paternal. Ibu berisiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini (Need et al ., 1983).
Pre-eklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan pertama :keguguran
dan penghentian kehamilan memberikan perlindungan terhadap penyakit ini pada
kehamilan berikutnya (Strickland et al.,1986).
Kehamilan ganda memiliki risiko lebih dari dua kali lipat (Duley et al., 2001).
Pasangan (suami) baru mengembalikan risiko sama seperti primigravida(McCowan
et al.,1996).
Obesitas (yang dengan indeks masa tubuh > 29) meningkatkan risiko empat kali lipat
(Shennen et al., 1996). Inggris memiliki tingkat obesitas tertinggi di Eropa.
Kondisi dasar maternal yang meningkatkan risiko : hipertensi kronis (Kyle et al.,
1995), penyakit ginjal (Cheston, 1996), intoleransi glukosa termasuk diabetes
gestasional (Duley et al.,2001)., pre-eklampsia sebelumnya (20% risiko
kekambuhan) dan kecenderungan trombotik yang mendasari, terutama sindrom
antifosfolipid (Brown et al.,1998).

11 | P a g e

c. Pathway

12 | P a g e


Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume
plasma darah, vasodilatasi, penurunan vaskularer sistemik ( Systemic Vaskular Resistance),
peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia ,
volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan
hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel
darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Pre-eklampsia berhubungan dengan implantasi abnormal plasenta dan invasi dangkal
tromboblastik yang diakibatkannya (pijnenborg,1994) mengakibatkan berkurangnya perfusi
plasenta. Arteri spiralis maternal (juga disalahartikan sebagai arteri uterine) gagal
mengalami vasodilatasi fisiologis normalnya : aliran darah kemudian mengalami hambatan
akibat perubahan aterotik yang menyebabkan obstruksi di dalam pembuluh darah.
Patologi peningkatan tahanan dalam sirkulasi utero-plasenta dengan gangguan aliran
darah intervilosa, dan berakibat iskemia dan hipoksia yang bermanifestasi selama paruh dua
kehamilan (Graham et al., 2000).
Gambaran serupa mengenai invasi tromboblastik yang tidak ade kuat juga tampak
pada kehamilan dengan komplikasi retriksi pertumbuhan janin pada ibu tanpa pre-
eklampsia. Oleh karena itu, sindrom maternal pre-eklampsia pasti berhubungan dengan
faktor tambahan.
Tekanan darah vasospasme

Perfusi palsenta menurun

Aktivitas sel endotelium

Vasokonstriksi Redistribusi cairan intravaskuler
13 | P a g e

Kaskade aktivitas kogulasi

Penurunan organ ferfusi

Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai
preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap peredaran
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara
prostaksiklin, prostaglandin dan tromboksan A2 (Konsesus report, 1990).
Selain kerusakan endotelia, vasospasme juga arterial juga turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapilar. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut
menurunkan volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia
mudah menderita edema paru. (Dildy, dkk. 1991)
Easterling dan bennedeti (1989) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu
keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat
hipoperfusi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berferpusi di ginjal,
timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif tetapi hal ini akhirnya
akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia.
Hubungan sistem imun dan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. Keberadaan
protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori ini
didukung oleh peningkatan preeklampsia-eklampsia pada ibu hamil pertama kali.
Terjadinya spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam tubuh dapat
menimbulkan :
a. Gangguan metabolisme jaringan.
Terjadinya metabolisme anaerob lemak dan protein.
Pembakaran yang tidak sempurnaa menyebabkan pembentukan badan
keton dan asidosis
b. Gangguan peredarah darah dapat menimbulkan :
Nekrosis (kematian jaringan)
14 | P a g e

Perdarahan
Edema jaringan.
c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan
gangguan pertukaran nutrisi. CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.

d. Manifestasi klinis.
Gejala- gejala umum yang biasa terjadi pada penderita preeklampsia adalah :
a. Kenaikan tekanan darah.
b. Pengeluaran protein dalam urin
c. Edema kaki, tangan sampai muka.
d. Terjadinya gejala subyektif :
Sakit kepala terutama daerah frontalis.
Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur.
Nyeri pada epigastrium
Terdapat mual sampai muntah.
Sesak nafas.
Berkurangnya urin.
e. Menurunnya kesadaran
f. Hingga terjadinya kejang.
Selain tanda dan gejala yang disebutkan diatas, perubahan patologis yang mungkin
terjadi pada berbagai organ penting juga dijabarkan sebagai berikut :
Perubahan kardiovaskuler.
- Perubahan sub-endokardial.
- Menimbulkan dekompensasi kardio sampai terhentinya fungsi jantung.
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kematian janin.
- Spasme yang berlangsung lama menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.
Perubahan hati.
- Perdarahan yang tidak teratur.
- Terjadi nekrosis, trombosis pada hati.
15 | P a g e

- Rasa nyeri pada epigastrium karena perdarahan subkapsuler.
Retina.
- Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus.
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur.
Otak.
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak,
perdarahan dan nekrosis.
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat.
Paru-paru.
- Berbagai tingkat edema.
- Bronkopneumoni sampai abses.
- Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis.
Aliran darah ke plasenta.
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kematian janin.
Perubahan ginjal.
- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
filtrasi glomerulus berkurang.
- Terjadi retensi air dan garam.
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.
Perubahan pembuluh darah.
- Permebilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein
ke jaringan.
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam sehingga menimbulkan edema.
- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme
tubuh.

e. Pencegahan kejadian preeklampsia dan eklampsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu pencegahan dan diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
16 | P a g e

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
pemeriksaan teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah
dan pemeriksaan urinuntuk menentukan proteinuria.
Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan
berkaitan dengan :
1. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi
pada 4 sehat lima sempurna (sesuai 13 pesan sehat gizi seimbang). Untuk
meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat.
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak berbaring ke arah punggung janin
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan. Keadaan yang emerlukan perhatian adalah :
- Uji kemungkinan preeklampsia
Pemeriksaan tekanan darah dan atau kenaikannya.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan berat badan atau edema.
Pemeriksaan protein dalam urin
Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,
gambaran darah umum, dan pemeriksaaan retina mata.
- Penilaian kondisi janin dalam rahim.
Pemantauan tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban.
Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
terpilih dan terpuji.
17 | P a g e

2. Eklampsia
a. Pengertian Eklampsia

Eklampsia adalah kelanjutan preeklampsia berat menjadi eklampsia dengan tambahan
kejang-kejang atau koma.
Insiden eklampsia yang dilaporkan berkisar antara 0,5 sampai 2% untuk semua
kehamilan. Berbagai tanda dan gejala eklampsia, selain kejang, meliputi : hipertensi yang
ekstrim, hiperefleksia, proteinuria +4, edema umum sampai hipertensi ringan tanpa edema.
Ibu melaporkan adanya nyeri kepala dengan atau tanpa gangguan penglihatan selama satu
sampai empat hari sebelum kejang timbul, 20% ibu mengalami Proteinuria (Villar, Sibai,
1988). Temukan laboraturium bervariasi. Hemokonsentrasi terbukti dengan adanya
peningkatan hematokrit. Asam urat, kreatinin urine meningkat. DIC bisa timbul jika
pengobatan tertunda atau jika terjadi solusi plasenta.
Menjelang kejang-kejang, dapat didahului gejala subyektif yaitu nyeri pada kepala
didaerah frontalis, nyeri epigastrium, penglihatan semaki kabur, dan terdapat mual dan
muntah serta pemeriksaan menunjukkan hiperfleksia atau mudah terangsang.
Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi :
a. Eklampsia gravidarum.
- Kejadian 50 % sampai 60 %.
- Serangan terjadi dalam keadaan hamil.
b. Eklampsia parturientum.
- Kejadian sekitar 30% sampai 35%
- Saat sedang inpartu.
- Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inparti.
c. Eklampsia puerperium.
- Kejadian jarang, 10 %.
- Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

b. Tingkatan Kejang pada eklampsia.

Kejang terdiri dari 4 tingkat, yaitu :
18 | P a g e

1. Tingkat awal atau aura.
- Berlangsung 30 sampai 35 detik.
- Tangan dan kelopak mata gemetar.
- Mata terbuka dan pandangan kosong.
- Kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2. Tingkat kejang tonik.
- Berlangsung sekitar 30 detik.
- Seluruh tubuh kaku: wajah kaku : pernapasan berhenti dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki diputar ke dalam dan lidah dapat tergigit.
3. Tingkat kejang klonik.
- Berlangsung sampai dua menit.
- Kejang tobik berubah menjadi kejang klonik.
- Kontraksi otot berlangsung cepat.
- Mulut terbuka-tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus.
- Mata melotot.
- Mulut berbuih.
- Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis.
- Penderita dapat jatuh sehingga menimbulkan trauma tambahan.
4. Tingkat koma
- Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik napas.
- Diikuti koma yang lamanya bervariasi.
Selama terjadi kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40
o
C, nadi bertambah ceepat
dan tekanan darah meningkat.

c. Komplikasi eklampsia.
Kejang pada eklampsia dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.
1. Komplikasi pada ibu.
- Menimbulkan sianosis.
- Aspirasi air ludah mnambah gangguan fungsi paru.
- Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung
mendadak.
19 | P a g e

- Lidah dapat tergigit.
- Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktur dan luka-luka.
- Gangguan fungsi ginjal : oligo sampai anuria.
- Perdarahan atau ablasio retina.
- Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
2. Komplikasi pada janin.
- Asfiksia mendadak, karena spasme pembuluh darah menimbulkan kematian.
- Solusio plasenta.
- Persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim adalah sebagai berikut.
Kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan
protein dapat menimbulkan badan keton.
Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simpatis dan nervus vagus
yang menyebabkan :
a. Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan
bradikardi serta irama yang tidak teratur.
b. Peristaltik usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga
menimbulkan mekonium.
Bila kekurangan O2 terus berlangsung keadaan bertambah gawat sampai
terjadi kematian dalam rahim.

Memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian bayi maka dan ibu makan
cara terbaik yang perlu dilakukan adalah mencegah terjadinya eklampsi dan preeklampsia.

20 | P a g e

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA



21 | P a g e

Pengkajian
Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengidentifikasi sedini mungkin semua ibu
yang yang beresiko mengalami preeklampsia. Faktor-faktor seperti paritas, usia, kehamilan
dan lokasi geografis perlu dipertimbangkan. Wanita yang baru menjadi ibu atau dengan
pasangan baru ternyata enam sampai delapan kali lebih mudah terkena preeklampsia
daripada multipara. Anak wanita dan saudara wanita ibu preeklampsia memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk terkena preeklampsia daripada ibu yang tidak memiliki
riwayat preeklampsia dalam keluarganya (OBrien, 1992)
Secara umum observasi ibu harus meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pemeriksaan TD dan proteinuria regular.
Edema dependen. Adalah edema pada bagian bawah atau bagian tubuh yang
dependen. Dimana tekanana hidrostastiknya paling besar. Apabila ia sedang
berjalan, edema ini paling terlihat jelas dikaki dan pergelangan kaki. Apabila orang
tersebut berbaring ditempat tidur,edema lebih sering timbul di bagian sakrum.
Edema pitting. Meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang bengkak ditekan
dengan jari. Lekukan ini disebabkan pergeseran cairan ke jaringan sekitar, menjauh
dari tempat yang mendapat tekanan. Dalam 10030 detik, lekukan ini biasanya akan
menghilang.
Gejala yang menimbulkan adanya keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) dan sistem
penglihatan biasanya menyertai edema wajah. Walaupun hal ini bukan merupakan
pemeriksaan rutin untuk periode prenatal, tetapi evaluasi fundus memberi data yang
berharga. Pemeriksaan fundus pada awal kehamilan akan membantu membedakan
penyakit yang memang sudah ada dari penyakit yang baru timbul pada masa hamil.
Ibu mungkin tidak mampu mengaitkan atau membedakan gejala yang lain seperti
nyeri ulu hati atau oliguria.
Refleks tendon profunda (RTP) dievaluasi. Jika diduga ada preeklampsia. Evaluasi
RTP diperlukan jika ibu sedang menjalani pengobatan dengan magnesium sulfa.
Hilangnya RTP adalah tanda dini keracunan magnesium yang mengancam.
Pemeriksaan laboratorium
- Hitung trombosit. Disfungsi endotel mengakibatkan disfungsi trombosit. Bila
hitung trombosit lebih dari 50 x

per liter maka hemostatis akan normal,


tetapi kelahiran perlu dipertimbangkan bila hitung trombosit turun dibawah 100.
22 | P a g e

- Pemeriksaan pembekuan. Perlu karena pre-eklampsia dapat menyebabkan
koagulasi intravaskuler diseminata.
- Kadar asam urat. Digunakan untuk mengkaji beratnya penyakitb atau
progresinya. Namun, penyakit yang berat dapat terjadi meskipun konsentrasi
asam urat normal.
- Konsentrasi urea dan kreatinin plasma. Peningkatan kadarnya berhubungan
dengan keterlibatan ginjal lanjut dan penyakit serius. Tidak berguna sebagai
indikator awal beratnya penyakit, tetapi harus diperiksa sesuai perkembangan
penyakit untuk mengkaji perkembangan dan keterlibatan ginjal.
- Uji fungsi hepar. Pre-eklampsia dapat menyebabkan berbagai masalah hepar,
misalnya hematoma subkapsuler, ruptur, dan infark hepar.
Di bawah ini adalah tabel perubahan umum hasil pemeriksaan laboratorium pada
preeklampsia.
Normal PIH HELLP
Trombosit Tidak berubah Tidak berubah <100.000 m
3

Hemoglobin/hematokrit 12 sampai 16/37 sampai 47 Bisa naik Turun
PT/PTT Tidak berubah Tidak berubah Tidak
berubah
Fibrinogen 150 sampai 400 300 sampai 600 Turun
Fibrin split product (FSP) Tidak ada <1,0 Ada
Nitrogen urea darah (BUN) 9 sampai 20 < 1,0 Naik
Dehidrogenasi laktat (LDH) 0,5 sampai 1,3 Tidak berubah Naik
Aspartat amino transferase
(AST) dulu SGOT
84 sampai 220 Tidak berubah Naik
Alanin amino transferase
(ALT dulu SGPT)
3 sampai 21 Tidak berubah Naik
Protein 0 sampai 100 0 sampai 300 Naik
Klirens kreatinin 97 sampai 137 130 sampai 180 Turun
Sel Burr/ schystocytes Tidak ada Tidak ada Ada

Hematokrit, hemoglobin, dan thrombosis dipantau secara ketat untuk
menemukan perubahan yang mengindikasikan perburukan status pasien. Karena ada
23 | P a g e

kemungkinan hati terkena , kadar glukosa serum dipantau jika hasil tes fungsi hati
mennujukkan adanya peningkatan enzim hati (Egley, dkk, 1985). Apabila
thrombosis jatuh dibawah 100.000, profil koagulasi pasien perlu diperiksa untuk
mengidentifikasi berkembangnya DIC (Leduc, dkk, 1992).
Proteniuria ditetapkan melalui pemeriksaan memakai kertas strip pada contoh
urine yang diperoleh dengan cara pengambilan-bersih (clean-catch) atau dengan
memakai kateter. Hasil lebih dari 1+ pada dua atau lebih contoh urine dengan jarak
setidaknya 4

Beberapa unit menjalankan analisis bentuk gelombang Doppler arteria umbilikalis.
Biasanya dilakukan dalam 20-24 minggu gestasi dan merupakan uji sekali saja (tidak
terulang setelah 24 minggu) karena tidak aka nada variasi setelah itu (Bower et al.,
1993).

Agar lebih spesifik, setiap preeklampsia memiliki penatalaksanaan masing-masing,
yaitu :
a. Preeklampsia Sedang
Pengkajian. Bagian terpenting dari pengkajian prenatal adalah mengetahui tekanan
darah ibu pada awal kehamilan dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan kemudian.
Pada setiap kunjunganan prenatal dilakukan pengukuran tekanan darah dan pengkajian
terhadap tanda-tanda PIH. Pengkajian meliputi pemeriksaan bersihan urin terhadap
proteinuria, pengukuran berat badan dengan skalayang sama dengan kisaran waktu yang
sama pada hari yang bersangkutan, observasi pada edema, menanyakantentang sakit kepala,
pening, atau gangguan lambung. Pemeriksaan darah dianjurkan sebagai indikasi.
Intervensi. Intervensi keperawatan pada pasien dengan preeklampsia ringan berfokus
pada pendidikan dan support sebagai berikut :
Diet. Diet tinggi protein dengan supan natrium sedang antara 2,5 sampai 7,0 mg
perhari dan sampai 6 sampai 8 gelas air perhari. Tidak lagi diresepkan diuretik
atau pembatasan asupan cairan atau garam.
Isitirahat dan aktifitas. Isitirahat dengan posisi lateral rekumben ke arah kiri
adalah lebih baik dengan peningkatan lairan plasma ginjal, kecepatan filtrasi
24 | P a g e

glomerulus dan perfusi plasenta. Berbaring terlentang adalah berbahaya karena
menekan vena kava inferior dan aorta serta menguangi suplai darah ke uterus.
Posisi terlentang juga menekan arteri renalis dan mengurangi aliran darah ke
ginjal. Walaupun tirah baring mungkin diperlukan, mengurangi aktifitas masih
lebih baik.
Kesehatan mental. Anggota keluarga dibantu dengan berbagai perasaan tentang
bayi yang belum lahir, hubungan seksual, finansial, hubungan sosial,jemu dan
perasaan terisolasi dan kemampuan untuk memberikan perawatan bagi anggota
keluarganya.
Supervisi medik. Kunjungan ke klinik dijadwalkan setiap 2 minggu atau kurang,
tergantung pada gejala. Pengkajian tekanan darah, albuminuria, penambahan
berat badan, edema, kesehatan mental, dan perkembangan janin dilakukan pada
saat tersebut.
Tanda-tanda bahaya. Ibu dianjurkan untuk melaporkan setiap perubahan yang
tiba-tiba terjadi padanya seperti edema umum, sakit kepala, demam, tremor otot
atau kejang. Bila mereka melakukan pemeriksaan urin terhadap protein dan
menyimpan catatan grafik penambahan berat badan,anjurkan mereka untuk
melaporkan bila terjadi peningkatan yang tiba-tiba.
b. Preeklampsia berat.
Pengkajian. Bila preeklampsia menjadi lebih berat, diperlukan perawatan dirumah sakit.
Tujuan dari perawatan adalah mencegah kejang, menurunkan tekanan darah, menetapkan
fungsi ginjal yang adekuat dan melanjutkan kehamilan sampai janin cukup matur.
Pengkajian pasien di rumah sakit meliputi :
1. Tekanan darah, nadi, pernapasan minimal setiap 2-4 jam.
2. Suhu setiap 4 jam, atau kurang bila terjadi peningkatan suhu tubuh.
3. Kecepatan denyut jantung janin setiap 2 sampai 4 jam atau diawasi terus menerus.
4. Haluaran urin dilakukan pada setiap berkemih atau setiap jam dengan memasang
kateter (haluaran harus kebih besar dari 700ml dalam 24 jam atau 30ml/jam)
5. Protein uruin ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3 menandakan
kehilangan 5mg protein dalam 24 jam)
Berat jenis urin ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil yang didapat 1040
berhubungan oliguria atau proteinuria.)
6. Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas dan sakrum setiap 4 jam. Kedalaman
ditentukan dengan melakukan penekanan pada area diatas tulang.
25 | P a g e

7. Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah baring ketat.
8. Refleks tendon dalam dievaluasi setiap 4 jam terhadap hiperaktifitas dari tendon
bisep, trisep atau achilles.
9. Edema pulmoner ditentukan setiap 4 jam sekali dengan melakukan auskultasi.
10. Pelepasan plasenta dikaji setiap jam dengan memeriksa perdarahan vagina atau
rigiditas uterus.
11. Sakit kepala dikaji setiap 2 jam atau 4 jam dengan menanyakan pada pasien.
12. Gangguan visual dikaji setiap 4 jam dengan menanyakan atau setiap hari dengan
pemeriksaan funduskopi.
13. Tingkat kesadaran dikaji terus menerus terhadap perubahan kesadaran, perasaan,
pemahaman, dan tanda-tanda kejang atau koma.
14. Pemeriksaan laboratorium darah ditentukan setiap hari untuk hematokrit, nitrogen
urea darah, estriol, kreatinin, serum asam urat, pembekuan dan elektrolit.

Intervensi. Selama pasien dirawat di rumah sakit dengan preeklampsia berat, intervensi
meliputi hal-hal berikut :
1. Tirah baring, ruangan yang tenang, tidak ada telepon dan sedikit pengunjung untuk
mengurangi stimulus yang dapat mencetuskan serangan kejang.
2. Diit tinggi protein, natrium sedang yang dapat ditoleransi bila tidak terdapat mual
atau indikasi dari aktivitas yang menimbulkan serangan.
3. Keseimbangan cairan dan penggantian elektrolit untuk memperbaiki hipovolumia,
mencegah kelebihan sirkulasi, dan [emeriksaan serum harian (asupan cairan harus
1000 ml ditambah haluaran urin untuk 24 jam sebelumnya.)
4. Sedatif seperti diazepam atau fenobarbital untuk meningkatkan istirahat.
5. Antihipersensitif seperti hidrazalin untuk meningkatkan vasodilatasi tanpa
memberikan efek yang berat pada janin (diberikan bila tekanan diastolik lebih tinggi
dari 110 mmHg, diberikan drip intravena atau suntikan)
6. Antikonvulsan untuk mengurangi resiko kejang, seperti magnesium sulfat (MgSO4)
diberikan IM atau IV untuk mempertahankan kadar dalam darah antara 4,0 dan 7,5
mg/dl (pada 10 mg/dl refleks tendon dalam menghilang, dan pada 15 mg/dl terjadi
paralisis pernapasan dan/ henti jantung).
7. Dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status janin,
26 | P a g e

mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan
berkomunikasi dengan tenang hangat dan empati yang tepat.


RENCANA PERAWATAN
Preeklampsia: Perawatan di Rumah
Riwayat Kasus
Olga adalah seorang ibu berusia 38 tahun dengan gravida 3, para 0-1-1-0,
datang dengan usia kehamilan 32 minggu. Ia merasa tubuhnya bengkak dan
mengalami kesukaran untuk mengenakan sepatu. Pada kunjungan prenatalnya, dari
hasil pengkajian ditemukan bahwa ia mengalami edema dibagian tungkai 2+,
tekanan darah 140/90 (MAP=107), Refleks tendon Dalam DTRs 2+, tidak ada
klonus, dan protenuria +1. Olga sangat khawatir dengan kondisi dirinya dan
janinnya. Ia mngutarakan kecemasannya tentang konstipasi dan menduga bahwa ia
akan mengalami masa-masa yang penuh kebosanan jika harus terus-menerus
istirahat di tempat tidur di rumah.

1. Diagnosa Keperawatan : resiko tinggi cedera pada ibu dan janin yang
berhubungan dengan ibu tidak mengidentifikasi perburukan preeklampsia
HASIL AKHIR
YANG
DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI
Olga akan mampu
memantau dan
mengkaji dirinya
dan janinnya dan
segera
melaporkan
setiap perubahan
kesehatannya
kepada dokter.
Mendiskusikannnya
tanda dan gejala
bahaya dan
instruksikan Olga
memberitahu dokter
dengan segera bila
ada perubahan.



Member Olga
Pengetahuan
memampukan
Olga untuk
menjadi mitra
kerja dalam
perawatan dirinya
sendiri;
pengetahuan
menjadi dasar
pengambilan
keputusan.
Olga dengan benar
mengutarakan
tanda / gejala
perburukan
preeclampsia;
catatan harian /
buku catatan
menunjukkan
pengertiannya.

Olga dengan benar
27 | P a g e

penjelasan cara
mengkaji dan
mencatat tekanan
darah, aktivitas
janin, memeriksa
protein dalam air
kemih, edema, dan
menimbang berat
badan setiap hari.


Mengobservasi dan
melakukan
keeterampilan baru
meningkatkan
kepercayaan diri
dan member
kepastian.
mendemonstrasik
an pengkajian dan
pencatatan
tekanan darah ,
aktivitas janin, tes
urine, edema, dan
berat badan setiap
hari.

Olga mencatat:
Tekanan darah
130/70, aktivitas
janin 3 / jam,
mengeluarkan air
kemih dalam
jumlah banyak
dengan protein
negative,
penurunan berat
badan 2 kg.


2. Diagnose Keperawatan: Konstipasi yang berhubungan dengan penurunan
aktivitas fisik, penurunan motilitas, dan pemberian suplemen besi
HASIL AKHIR
YANG
DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI
Olga akan buang
air secara teratur.
Member konseling
tentang diet tinggi
serat dan asupan
cairan (8 sampai 10
gelas setiap hari)
dan menetapkan
waktu yang teratur
Efek samping tablet
besi adalah
konstipasi, serat /
cairan dan pola
defekasi yang
teratur akan
menstimulasi
Olga melaporkan
bahwa ia
defekasi secara
teratur dengan
nyaman.


28 | P a g e

untuk buang air
besar.
Mengintruksikan /
mendemonstrasikan
cara melakukan
latihan fisik ringan;
observasi
demonstrasi ulang
yang dilakukan
klien.



Menjelaskan alasan
kecendrunagn
konstipasi selama
kehamilan.
defekasi.

Latihan fisik
memfasilitasi
defekasi yang
teratur.







Hormon merelaksasi
otot polos usus,
meningkatkan
waktu pengosongan
lambung, dan
menurunkan
motilitas usus.



Olga melaporkan
bahwa temannya
melakukan
latihan fisik
dengannya setiap
pagi dan ia
melakukan
latihan fisik
bersama
suaminya setiap
malam.
Olga menyatakan
bahwa ia
memahami
penjelasan yang
diberkan.



3. Diagnosa Keperawatan: Kurang aktivitas hiburan yang berhubungan
dengan tirah baring
HASIL AKHIR
YANG
DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI
Olga melaporkan
bahwa ia tidak
merasa bosan
atau rasa
Merujuk ke perawat
penyelenggara
perawatan di rumah.

Kujungan rumah
memberi informasi
tentang keadaan
yang akan dialami.
Kunjungan
perawat telah
dijadwalkan
keperawatan ke
29 | P a g e

bosannya
minimal.

Memberi Olga nomor
telepon ibu juga
yang harus tirah
baring dan anjurkan
untuk saling kontak.

Menggali kesukaan
Olga: kerajinan
tangan, membaca,
menonton TV,
menonton video,
kunjungan
teman/keluarga.
Mendiskusikan
penatalaksanaan di
rumah dan
mobilisasi bantuan
dari orang-orang
serumah dan
sumber-sumber di
komunitas.


Mengajarkan /
mendemonstrasiaka
n / minta klien
menunjukkan
kemampuan
melakukan teknik
relaksasi.

Member dukungan
mutual dengan
berbagai perasaan,
ide tentang
aktivitas,
sosialisasi.

Memampukan Olga
untuk melihat
alternatif dan
membuat keputusan
terbaik, yang akan
memenuhi
kebutuhannya.
Memampukan Olga
untuk mulai
memikirkan
pemecahan masalah
tentang
penatalaksanaan di
rumah.



Member sarana lain
untuk dapat
mengatasi keadaan:
memampukannya
ia melakukan
perawatan diri.
rumah.
Olga mengatakan
bahwa ia ingin
berbicara dengan
orang lain yang
memiliki
masalah yang
sama.
Olga mulai
menelpon segera
setelah ia pulang
ke rumah.



Olga melaporkan
bahwa ibunya
telah
menawarkan diri
untuk datang bila
diperlukan dan
mengatakan
bahwa ia
memiliki banyak
teman.
Pada kunjungan
berikutnya, Olga
mengatakan
bahwa ia tidak
bosan. Teman-
teman / suami
membuatnya
rileks, mereka
30 | P a g e

telah menetapkan
jadwal untuk
mengunjunginya.


RENCANA PERAWATAN
Preeklampsia : Perawatan di Rumah Sakit
Riwayat Kasus
Pada minggu ke-35 Olga datang untuk memenuhi janji pemeriksaan prenatal.
Dari wawancara diketahui ia tidak bisa makan dengan baik karena merasa mual
dan nyeri kepala selama dua hari. Hasil pemeriksaaan fisik menunjukan bahwa
tekanan darah 150/98 (MAP = 115) ; DTRs +3, tidak ada klonus, edema pada
jari dan wajah, berat badan naik 3 kg. Dari hasil urinalisis ditemukan proteinuria
+2. Olga dirawat di rumah sakit dan pemberian MgSO
4
dimulai.

1. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin yang
berhubungan dengan intabilitas SSP
HASIL AKHIR
YANG
DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI
Ganguan SSP yang
dialami Olga
akan menurun
sampai mencapai
tingkat normal.








Mendapatkan data-
data dasar (mis.
DTRs, klonus).
Memantau pemberian
IV MgSO
4
dan
kadar serum
MgSO
4
.


Menkaji adanya
kemungkinan
keracunan MgSO
4


Data dasar
diperlukan untuk
memantau efek
terapi.
MgSO
4
adalah obat
anti kejang yang
bekerja pada
sambungan
mioneural.
Dosis yang
berlebihan akan
membuat kerja otot
menurun sehingga
RTP Olga +2 tanpa
klonus.

Kadar
MgSO
4
dalam
serum tetap
dalam batas
normal.
Tidak ada tanda-
tanda keracunan
MgSO
4
.


31 | P a g e


Olga tidak
mengalami
kejang.


Mempertahankan
lingkungan yang
tenang, gelap, dan
tanpa gangguan.

terjadi depresi
pernapasan berat.
Rangsangan kuat,
mis, cahaya terang
dan suara keras
menimbulkan
kejang.

Olga tidak
mengalami
kejang.

2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan
dengan preeklampsia akibat vasospasme
HASIL AKHIR
YANG
DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI
Olimah akan
mengalami
vasodilatasi yang
ditunjukkan
dengan adanya
dieresis dan
penurunan edema
serta berat badan.
Memantau asupan
oral dan infuse IV
MgSO
4.
Memantau urine yang
keluar.
Memantau edema
yang terlihat dan
penurunan berat
badan setiap hari.
Mempertahankan
tirah baring total
dengan posisi
miring.
MgSO
4
bekerja pada
sambungan
mioneural dan
merelaksasi ini
sering
menyebabkan
peningkatan perfusi
ginjal, mobilisasi
cairan
ekstravaskuler
(edema dan
diuresis).
Tirah baring
meningkatkan
aliran darah
uteroplasenta, yang
seringkali
menurunkan
tekanan darah dan
Edema pada
jaringan
periorbital, jari,
dan sakrum Olga
berkurang, ia
mengalami
dieresis.
Olga mengalami
penurunan berat
badan.
32 | P a g e

meningkatkan
dieresis.

3. Diagnosa Keperawatan : Ketakutan yang berhubungan dengan
ancaman cedera pada bayi belum lahir
HASIL AKHIR
YANG
DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI
Pasangan tersebut
akan menyatakan
bahwa rasa takut
berkurang.
Tetap member
informasi kepada
pasangan tersebut
tentang
penatalaksanaan
kepada Olga serta
kondisi kesehatan
bayi mereka (mis,
DJJ). Upayakan
untuk tetap dekat
dengan klien dan
pasangannya,
dengarkan
ketakutan mereka,
dan jelaskan
informasi.
Melibatkan mereka
ke dalam
pengambilan
keputusan dalam
perawatan mereka
(mis., tindakan yang
disukai, pilihan
cairan oral,
perawaatan mulut.
Pengetahuan akan
mengurangi rasa
takut karena
ketidak tahuan.











Memvalidasi bahwa
perasaan seseorang
dapat meningkatkan
kemampuan
seseorang untuk
mengatasi dan
menghilangkan
stress.
Pasangan ini
menyatakan
bahwa mereka
tidak merasa
sendiri dan
berbeda seperti
yang mereka
rasakan
sebelumnya.






Pasangan ini
menyatakan lega
bahwa mereka
dapat berbuat
sesuatu untuk
dirinya sendiri,
bahwa suara
mereka di dengar
dalam hal ini
mereka tidak
33 | P a g e

merasa terlalu
tidak berdaya.


34 | P a g e


35 | P a g e

Daftar Pustaka

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Hamilton, P.M. 1995. Dasar-dasar keperawatan maternitas edisi 6. Jakarta: EGC
Bobak. Lowdermilk dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

You might also like