You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHLUAN
Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun
(menarche) yang terus berlanjut sampai umur 45-50 tahun (menopause). Kerja
hormon-hormon ovarium (estrogen dan progesteron) di bawah rangsang hormon
lobus anterior hipofisis menyebabkan modifikasi struktur endometrium yang
disebut siklus menstruasi. Lama (durasi) siklus sangat bervariasi, pada umumnya
rata-rata 28 hari. Dalam praktek awal siklus dicatat pada saat munculnya darah
menstruasi yaitu desquamasi endometrium, serpihan pembuluh darah dan darah.
Fase siklus menstruasi, sebagai berikut : hari pertama sampai keempat sebagai
fase menstruasi, hari kelima sampai keempat belas fase proliferasi dan hari kelima
belas sampai hari kedua puluh delapan sebagai fase sekresi (luteal). Pentingnya
mengamati perjalanan siklus menstruasi setiap wanita agar dapat diusahakan
pengaturan siklus apabila terjadi gangguan proses menstruasinya. Dalam praktek
biostimulasi dengan sinar laser dapat dibantu ketepatan waktu agar menstruasi
wanita teratur setiap bulannya setelah mempelajari terlebih dahulu pola siklus
menstruasinya. Rangsangan titik akupuntur terpilih dapat menolong beberapa
jenis gangguan menstruasi seperti amenorea sekunder yang biasanya disebabkan
anoreksia nervosa atau ada gangguan fungsi endoktrin. Ada sekitar 30-50 %
wanita umur layak hamil/ melahirkan menderita dismenorea yang dapat juga
ditolong rasa sakitnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Usia Menarche Remaja


Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka
yang berumur 10-19 tahun (Depkes, 1993). Masa remaja adalah masa
peralihan dari anak ke dewasa baik secara jasmani maupun rohani. Tahapan
ini sangat menentukan bagi pribadi remaja dimana terjadi perubahan besar
dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial/tingkah
laku. Perubahan fisik/jasmani seperti berat badan, ukuran anggota badan
dan sebagainya; serta perubahan yang lain seperti berfikir/kecerdasan,
bertingkah laku, perasaan/kejiwaan yang berjalan secara bertahap sesuai
dengan umurnya (BKKBN, 2000).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan usia menarche antara lain adalah pengaruh genetik, kondisi sosial
ekonomi, kesehatan umum, kesejahteraan, status gizi, jenis latihan fisik
tertentu dan jumlah anggota keluarga. Penelitian Burhanuddin (2007)
menemukan bahwa dari 400 orang pelajar putri Bugis Kota dan Desa di
Sulawesi Selatan yang sudah menarche berusia antara 10 - 62 tahun sampai
15 - 71 tahun. Hal ini meliputi kelompok Kota 200 orang dengan usia ratarata 12,93 tahun dan kelompok Desa 200 orang dengan usia rata-rata 13,18
tahun pada pelajar putri Bugis. Disimpulkan bahwa ditemukan perbedaan
berat badan, status gizi, status sosial ekonomi dan aktivitas fisik responden
terhadap pencapaian usia menarche pada pelajar putri Bugis Kota dan Desa
di Sulawesi Selatan.
Ditemukan parameter pembeda terkuat melalui analisis diskriminan
adalah berat badan, sebagai pemicu percepatan usia menarche. Melalui
analisis jalur terdapat aspek yang berpengaruh langsung terhadap
pencapaian usia menarche yaitu: (1) berat badan, (2) status gizi, dan (3)
status sosial ekonomi orang tua. Sedangkan faktor yang berpengaruh secara

tidak langsung adalah aktivitas fisik responden melalui (1) aktivitas fisik
(Burhanuddin, 2007).
a.

Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai

perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19

tahun, merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Depkes RI, 2001).
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu : (1). Masa remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah
(13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir (16-19 tahun). Ciri khas tahap remaja
awal antara lain: lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. Ciri khas tahap
remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk
kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan
berpikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja
akhir antara lain: pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari
teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa
cinta, mampu berpikir abstrak.
Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan
itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut: tanda-tanda seks
primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks yaitu terjadinya
haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja
laki-laki.
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan
perubahan fisik yang meliputi : (1) Perubahan emosi, sehingga remaja
menjadi sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa; agresif dan
mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga
misalnya mudah berkelahi. (2). Perkembangan intelegensia, sehingga remaja

menjadi: mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik, ingin mengetahui


hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
b.

Menarche
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu
keluarnya cairan darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan
dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Sudah lebih
dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami perubahan, dari usia
17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada usia
11 16 tahun (Kartono, 1992).
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik
darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita.
Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita
untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain
dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10
dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,
status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi
berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 50
tahun, tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari
kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai
akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur
menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang
daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam
hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal,
termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa
tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan
daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan
sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut
hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur

wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur
tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi
buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh
serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal
sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga
hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya
akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan
merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang
hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana
Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai
amenore, atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk stres,
hilang berat badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya,
beberapa wanita mengalami menstruasi yang berlebihan, kondisi yang
dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun
dapat berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).
c.

Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche


Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan
usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu
genetik dan faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi,
keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap
media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut
Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan
menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan
rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group.
Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti
pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam
lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal
sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola
konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungun peer
group merupakan faktor- faktor yang mendukung ke arah percepatan usia
menarche remaja.

2.2

Siklus Menstruasi Normal


Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon
yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan
implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus
menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang,
atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu
alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari
adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari.
Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya
terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang
ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus
yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks
hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

a. Siklus Menstruasi Normal


Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi
lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan
siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa
sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan


hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar
rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan
endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn
berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua
fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut
sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1.

FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang


dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2.

LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan


hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3.

PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk


mengeluarkan prolaktin

Gambar 2. Siklus Hormonal


Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada
umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat

menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH
berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik
akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH,
folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).
Korpus

luteum

menghasilkan

progesteron

yang

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus


luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan,
dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila
terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan
hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2.

Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan
dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.
Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

3.

Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium
untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke
rahim).

Saat ovulasi adalah salah satu hal yang paling penting bagi seorang
wanita untuk memahami tentang tubuhnya, karena merupakan faktor penentu
dalam mendapatkan kehamilan atau mencegah kehamilan. Prosesnya dapat
sedikit membingungkan. Ovulasi terjadi ketika telur yang matang dilepaskan
dari ovarium, turun ke tuba fallopi, dan siap untuk dibuahi. Lapisan rahim
telah menebal untuk mempersiapkan telur yang dibuahi. Jika tidak ada
pembuahan terjadi, lapisan dinding rahim serta darah akan luruh. Peluruhan
sel telur yang belum dibuahi dan dinding rahim disebut juga menstruasi.
b. Fakta tentang Ovulasi yang perlu anda ketahui:
Kehidupan seorang wanita, diperkirakan ovarium mengandung
300.000 sel germinal yang akan menjadi folikel dan hanya sekitar 400-500
folikel yang akan mengalami ovulasi sampai usia menopause. Perkembangan
folikel merupakan proses yang dinamik yang berlangsung mulai dari menarke
sampai menopause. Untuk terjadinya ovulasi, folikel berkembang dari folikel
primer, sekunder dan terakhir menjadi folikel de Graaf. Untuk pertumbuhan
dan pematangan folikel serta terjadinya ovulasi, diperlukan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Dari
hipotalamus dikeluarkan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang
akan merangsang sintesis maupun sekresi FSH dan LH di hipofisis. Pada
awal setiap siklus menstruasi, terjadi pemilihan folikel dan FSH akan
menstimulasi perkembangan folikel pada kedua ovarium. Pada hari ke-6 atau
ke-7

siklus ovulatorik, sebuah folikel terseleksi untuk menjadi folikel

dominan. Pertumbuhan folikel dominan tersebut berlanjut disertai replikasi


sel granulosa, akumulasi cairan dalam folikel dan peningkatan produksi
estradiol, yang semuanya dipengaruhi oleh FSH. Folikel lain yang tidak
terseleksi mengalami degenerasi. FSH akan memicu pematangan folikel
sampai menjadi folikel de Graaf. Estrogen yang tinggi akan merangsang
pengeluaran LH, yang pada lukisan grafik dikenal sebagai puncak LH.
Puncak LH terjadi akibat adanya rangsangan hormon estrogen terhadap
hipofisis. Untuk terjadinya ovulasi diperlukan gonadotropin dan estrogen.
Ovulasi baru dapat terjadi bila cairan folikel tersebut mengandung kadar
estrogen yang tinggi. Sinyal untuk terjadinya ovulasi justru datangnya dari

folikel itu sendiri dengan adanya rangsangan estrogen terhadap hipofisis.


Gonadotropin hanya memicu proses pembentukan estrogen, dan estrogen
inilah yang kelak menentukan perlunya ovulasi atau tidak. Estrogen akan
memberikan sinyal kepada hipofisis untuk segera mengeluarkan LH.
Perkembangan folikel sangat tergantung pada rasio FSH/LH di dalam folikel
itu sendiri. Jika FSH lebih tinggi daripada LH, folikel dapat terus tumbuh,
karena FSH dapat mengubah androgen menjadi estrogen melalui enzim
aromatase. FSH yang rendah tidak dapat mengubah androgen menjadi
estrogen, sehingga kadar androgen dalam cairan folikel meningkat. Jika LH
lebih tinggi daripada FSH, maka LH yang tinggi ini akan memicu sintesis
androgen di sel-sel teka, sehingga ditemukan kadar androgen yang relatif
tinggi di dalam cairan folikel. Androgen yang tinggi ini akan menghambat
pematangan folikel yang pada akhirnya menyebabkan folikel menjadi
atresia.Tiga hari setelah ovulasi, terbentuklah organ endokrin baru yang
disebut korpus luteum. Korpus luteum merupakan organ tempat sintesis
progesteron. Sintesis progesteron ini dipicu oleh LH. Pembentukan
progesteron mencapai puncaknya pada hari ke-22 sampai ke-23 siklus haid.
Siklus menstruasi wanita normal antara 21-35 hari, terdiri dari fase folikuler
selama lebih kurang 10-14 hari dan fase luteal sekitar 14 hari. Wanita dengan
siklus menstruasi yang teratur umumnya terjadi siklus yang berovulasi.
Syarat utama dari berhasilnya konsepsi adalah ovulasi, maka terjadinya
ovulasi harus diketahui sebagai bagian dari dasar pengelolaan penderita
infertil. Untuk mengetahui terjadinya ovulasi terdapat beberapa cara yaitu:
pengukuran suhu basal badan, menilai kadar progesteron serum pada
pertengahan

fase

luteal,

memantau

Luteinizing

Hormone,

biopsi

endometrium serta pemantauan dengan ultrasonografi.

Sebuah sel telur hidup 12-24 jam setelah meninggalkan ovarium

Biasanya hanya satu telur yang dilepaskan setiap kali ovulasi

Ovulasi dapat dipengaruhi oleh stres, penyakit atau gangguan dari kegiatan
rutin sehari-hari.

Beberapa wanita mungkin mengalami beberapa bercak darah ringan selama


ovulasi

Implantasi/perlekatan telur yang dibuahi biasanya terjadi 6-12 hari setelah


ovulasi

Setiap wanita itu dilahirkan dengan jutaan telur yang matang menunggu
mulainya ovulasi

Sebuah periode menstruasi dapat terjadi bahkan jika ovulasi tidak terjadi

Ovulasi dapat terjadi bahkan jika menstruasi tidak terjadi

Beberapa wanita bisa merasakan sedikit nyeri atau sakit di dekat ovarium
selama ovulasi disebut mittelschmerz, dalam bahasa Jerman yang berarti
rasa sakit ditengah

Jika sebuah telur tidak dibuahi, itu terpecah dan diserap ke dalam lapisan
rahim

c. Mengetahui Saat Ovulasi:


Suatu siklus bulanan wanita diukur dari hari pertama dari periode
menstruasi hingga hari pertama dari periode berikutnya. Rata-rata siklus
bulanan wanita biasanya adalah antara 28-32 hari, tetapi beberapa wanita
mungkin memiliki siklus yang lebih pendek atau lebih lama.
Ovulasi dapat dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir
(HPHT) atau dengan menghitung 12-16 hari dari periode yang diharapkan
berikutnya. Kebanyakan wanita berovulasi kapan saja di antara hari ke11
Hari ke21 dari siklus mereka, dihitung dari hari pertama haid terakhir. Ini
yang banyak orang sebut sebagai masa subur dari siklus wanita, karena
hubungan seksual selama masa ini meningkatkan kemungkinan terjadi
kehamilan. Ovulasi dapat terjadi pada berbagai waktu selama siklus, dan
mungkin terjadi pada hari yang berbeda setiap bulan.
d. Siklus Ovulasi terbagi dalam dua bagian:
Bagian pertama dari siklus ovulasi disebut fase folikular. Fase ini
dimulai hari pertama periode haid terakhir (HPHT) dan berlanjut sampai
terjadinya ovulasi. Ini paruh pertama dari siklus, ini dapat sangat berbeda
untuk setiap wanita yang berlangsung kira-kira 7 hari sampai 40 hari. Bagian
kedua siklus ini disebut fase luteal dan berlangsung dari terjadinya ovulasi
hingga periode berikutnya dimulai. Fase luteal memiliki waktu yang lebih
tepat dan biasanya hanya 12-16 hari dari terjadinya ovulasi. Hal ini

menunjukkan bahwa hari ovulasi akan menentukan berapa lama siklus anda.
Ini juga berarti bahwa faktor-faktor luar seperti stres, penyakit, dan gangguan
rutinitas biasa, dapat menimbulkan terjadinya ovulasi yang kemudian efeknya
terjadi perubahan waktu haid anda yang akan datang.
Jadi pendapat yang mengatakan bahwa stres dapat mempengaruhi
siklus menstruasi hanya sebagian benar. Stres dapat mempengaruhi ovulasi
yang akhirnya menentukan saat haid akan datang, tapi stres di sekitar waktu
periode yang diharapkan (fase luteal) tidak akan membuat siklus anda
terlambat, karena sudah ditentukan saat itu akan datang 12-16 hari
sebelumnya.
e. Dari Menstruasi sampai Ovulasi
Waktu siklus menstruasi Anda dimulai, tingkat hormon estrogen anda
rendah. Hipotalamus anda (yang bertanggung jawab mempertahankan kadar
hormon Anda) mengirimkan sebuah pesan ke kelenjar pituitari yang
kemudian mengirimkan hormon FSH (folikel stimulating hormone). FSH ini
memicu beberapa folikel Anda untuk berkembang menjadi telur matang.
Salah satu ini akan berkembang menjadi folikel dominan, yang akan merilis
telur matang dan yang lain akan hancur. Setelah folikel matang mereka
mengirimkan

hormon

lain,

estrogen.

Tinggi

kadar

estrogen

akan

memberitahu hipotalamus dan kelenjar hipofisis bahwa ada telur yang


matang.
Luteinizing hormone (LH) kemudian dilepaskan, disebut sebagai
lonjakan LH. Lonjakan LH menyebabkan telur meledak melalui dinding
ovarium dalam waktu 24-36 jam dan memulai perjalanannya ke tuba tabung
untuk fertilisasi. Folikel telur yang dilepaskan ini disebut korpus luteum, dan
itu akan merilis progesteron yang membantu penebalan dan persiapan lapisan
rahim untuk implantasi. Korpus luteum akan memproduksi progesteron
selama sekitar 12-16 hari (fase luteal siklus Anda.) Jika telur dibuahi, korpus
luteum akan terus memproduksi progesteron untuk kehamilan berkembang
sampai plasenta mengambil alih. Anda dapat mulai mencari gejala kehamilan
sedini satu minggu setelah pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan telur
melarut setelah 24 jam.

Pada saat ini kadar hormon Anda akan menurun dan dinding rahim
Anda akan mulai untuk meluruh sekitar 12-16 hari dari ovulasi. Ini adalah
menstruasi (siklus menstruasi) dan membawa kita kembali ke hari 1 dari
siklus Anda. Perjalanan kemudian dimulai lagi.

Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel
telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus
dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu
rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di
dalam siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah
akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular.
Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran
FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari
peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon
LH meningkat drastis (respon bifasik)

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)


hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke
luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup
korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus
berikutnya.
2.3 Kontrol Hormonal Siklus Haid Wanita
Kontrol hormonal manusia

Hormon mengatur dan memberikan efek terhadap organ seks internal,


organ seks eksternal dan pembentukan krakteristik seks sekunder.

Secara alamiah, hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku menusia.

Hormon selain memberikan efek maskulin dan feminim terhadap tubuh,


juga mempengaruhi perilaku seseorang dan berinteraksi langsung dengan
sistem saraf.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hormon sangat besar pengaruhnya


terhadap fisik dan sistem reproduksi wanita dan pria.

Hormon mengontrol sistem reproduksi wanita

Siklus reproduksi wanita yaitu siklus menstruasi ( menstular sycle)

Hormon yang mempengaruhi:

Gonadotropins ( anterior pituitary gland) menghasilkan FSH sehingga


dapat menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium.
Letupan LH menyebabkan ovulasi
Estradiol & progesterone yang diproduksi oleh korpus Luteum.

Kontrol Saraf Terhadap Prilaku Seksual Wanita

Sama seperti medial preoptic area ( MPA) yang memegang peranan


penting perilaku seks pria, daerah lain dibagian Ventral forebrain
memegang peranan yang sama pada perilaku seksual wanita: the
Ventromedial nucleus dan hipotalamus (VMH).

Juga periaqueductal gray Matter ( PAG ) dari midbrain, yang


mendindingi cerebral aquduct.

You might also like