Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat
dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan
dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau
mengukur itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok,
maka harus mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok,
setelah itu baru menghitung volume.
Mengukur
dapat
dikatakan
sebagai
usaha
untuk
mendefinisikan
B. Tujuan
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran.
2. Menentukan panjang, diameter luar dan ketebalan benda.
3. Melakukan pengukuran massa benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuauan pustaka
Pembentuk utama fisika adalah besaran-besaran fisis yang dipakai untuk
menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya: panjang, massa, gaya, kecepatan,
rapat(density), resistivitas, temperatur, intensitas cahaya dan banyak lagi yang lain
( Silaban,1985).
Kita mengu
banyak
sekali
besaran
fisika,
sehingga
sulit
untuk
No Besaran Pokok
Nama Satuan
Lambang Unit
Simbol Besaran
Panjang
Meter
Waktu
Detik
Detik
Massa
Kilogram
Kg
Suhu
Kelvin
Intensitas cahaya
Kandela
Cd
Ampere
Jumlah zat
Mol
Mol
Banyak satuan turunan SI didefinisikan dalam satuan pokok ini. Misalnya, satuan
SI untuk daya yaitu watt (w), didefiniskan dalam satuan pokok untuk massa,
panjang dan waktu. Untuk mengubah satuan dari besaran fisik yang dinyatakan
kita dapat melakukan dengan suatu metode yang disebut konveksi-link-berantai
(chain-link-conversation) yaitu menglihkan data asli secara berurutan dengan
faktor-faktor konveksi yang ditulis sebagai satu kesatuan dan satuan-satuan
dimanupulasi secara besaran aljabar hingga diperoleh satuan yang dikehendaki
(Halliday dkk, 2010).
Standar panjang yang pertama adalah sebuah batang yang terbuat dari
suasa platinum-iridium yang disebut meter-standar dan disimpan di The
International Bureau of Weights and Measurer. Panjang satu meter didefinisikan
sebagai jarak antara dua garis halus yang diguratkan pada kepingan emas dekat
0C
ujung-
tertentu ( Silaban,1985).
Pada tahun 1960, dipakai standar baru untuk meter, berdasarkan pada
panjang gelombang cahaya. Namun pada tahun 1983, tuntutan akan ketelitian
yang lenig tinggi mencapai pada satu titik dimana standar kripton-86 tidak dapat
memenuhi tuntutan tersebut dan ditahun tersebut dibuat satu langkah besar. Meter
didefinisikan kembali sebagai jarak yang ditempuh cahaya pada interval waktu
tertentu. Dalam General Conference on Weights and measures ke-17, dituliskan
bahwa meter adalah waktu panjang lintasan yang ditempuh oleh cahaya didalam
rung vakum selama interval waktu 1/2999 792 458 detik. Interval waktu ini
3
dipilih agar kecepatan cahaya c manjadi tepat yaitu : c = 2999 792 458 m/s
(Halliday dkk, 2010).
Namun dewasa ini, alat ukur besaran untuk panjang yang banyak
digunakan berupa mistar, jangka sorong, atau mikrometer sekrup. Mistar,
sebaiknya digunakan untuk nilai ukur orde 10 cm. Dan jangka sorong lebih baik
digunakan untuk mengukur pada kawasan nilai ukur 1cm (misalnya diameter
pensil) dan mikrometer sekrup untuk kawasan ukur 0,5 cm (misalnya diameter
kawat) (Jati dan Tri, 2009).
Jika standar panjang berupa batang, beda halnya dengan massa. Standar SI
untuk massa adalah sebuah silinder platinum-iridium yang tersimpan di Lembaga
Berat dan Ukuran Internasional, dan berdasarkan perjanjian internasional yang
disebut sebagai massa sebesar satu kilogram. Standar sekunder dikirim ke
laboratorium standar di berbagai negara dan massa dari benda-benda lain dapat
ditentukan dengan menggunakan teknik neraca berlengan sama (equalarmbalance) dengan ketelitian 2 bagian dalam 108. Berikut ini beberapa massa
yang dinyatakan dengan kilogram :
No.
Objek
Alam semesta
1 x 1053
Galaksi kita
2 x 1041
Matahari
2 x 1030
Bulan
7 x 1022
Asteroid eros
5 x 1015
Pegunungan kecil
1x 1012
Kapal laut
7x 107
Gajah
5x 103
Buah anggur
3x 10-3
10
Partikel debu
7x 10-10
11
Molekul pinisilin
5x 10-17
12
Atom uranium
4x 10-25
13
Proton
2x 10-27
14
Elektron
9 x 10-31
4
memenuhi
kebutuhan
waktu
standar
yang
lebih
baik,
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
B. Alat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
C. Cara kerja
1.
Jangka Sorong :
a. Kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser, pastikan rahang
geser bekerja dengan baik, jangan lupa untuk mengkalibrasi ketika
rahang tertutup harus menunjukan angka 0 (nol), jika tidak
menunjukan angka nol maka sebaiknya diatur terlebih dahulu.
Mikrometer Sekrup :
a. Cek terlebih dahulu mikrometer sekrup yang akan di gunakan, jika
poros tetap dan poros geser di rapatkan dengan memutar pemutar ke
arah kanan. Skala utama harus menunjukkan nol. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh
kerusakan alat.
b. Buka rahang (poros geser) dengan memutar pemutar ke arah benda
yang akan di ukur bisa masuk.
c. Letakkan benda yang akan di ukur lalu tutup kembali ke rahang
dengan memutar pemutar ke arah kanan hingga benda yang akan di
ukur terjepit.
d. Kunci rahang dengan pemutar mengunci hingga terdengar bunyi
e. Lihat nilai terbesar yang di tunjukkan oleh skala utama. Skala ini
dalam mm.
f. Lihat nilai skala nonius cara menentukan skala nonius adalah dengan
menentukkan garis skala nonius yang sejajar dengan garis tengah
skala utama. Kalikan nilai skala nonius dengan 0,01.
g. Jumlahkan nilai yang di tunjukkan skala utama dengan nilai yang di
tunjukkan skala nonius.
3. Neraca Ohaus :
a.
b.
c.
d.
Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru di mulai membaca
hasil pengukurannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jangka Sorong
a. Luar Pipa (D)
No
D2
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
2,63 cm
6,9169 cm
10
2,63 cm
6,9169 cm
n = 10
D1 = 26,3 cm
D2 = 69,169 cm
=
D =
=
=
= 2,63 cm
=
9
=0
D1
D1 2
2,38 cm
5,6644 cm
2,39 cm
5,7121 cm
2,40 cm
5,76 cm
2,32 cm
5,3424 cm
2,31 cm
5,3361 cm
2,31 cm
5,3361 cm
2,31 cm
5,3361 cm
2,31 cm
5,3361 cm
2,40 cm
5,76 cm
10
2,31 cm
5,3361 cm
n = 10
D1 = 23,44 cm
D1 2= 54,95944 cm
= 2,344 cm
=
=
=
=
=
10
=
= 0,013366
c. Koin (D2)
2
No
1
2,70 cm
7,29 cm
2,71 cm
7,3441 cm
2,70 cm
7,29 cm
2,70 cm
7,29 cm
2,70 cm
7,29 cm
2,79 cm
7,7841 cm
2,70 cm
7,29 cm
2,79 cm
7,7841 cm
2,70 cm
7,29 cm
10
2,70 cm
7.29 cm
n = 10
D2 = 27,19 cm
D2 2= 73,9423 cm
Koin (
)
2 =
D2 =
=
=
=
= 2,719 cm
11
=
=
= 0,011
48,97 g
2398,0609 g
48,96 g
2397,0816 g
49,43 g
2443,3249 g
49,29 g
2429,5041 g
49,26 g
2426,5476 g
m = 245,91 g
m2= 12094,5191 g
M=5
=
=
=
=
=
=
= 4,591 g
=
= 8,1971
3. Mikrometer Sekrup
a. Plat (x)
12
No
x2
1,62 mm
2,6244 mm
1,6 mm
2,56 mm
1,59 mm
2,5281 mm
1,61 mm
2,5921 mm
1,64 mm
2,6898 mm
1,58 mm
2,4964 mm
1,595 mm
2.544025 mm
1,59 mm
2,5281 mm
1,65 mm
2,7225 mm
10
1,62 mm
2,6244 mm
n=10
x = 16,095 mm
x2= 25,909625 mm
Plat (x)
=
x =
=
=
=
=
= 1,6095 mm
= 0,0000544722
13
b. Kelereng ( )
2
No
1
15,9 mm
252,81 mm
15,93 mm
253,7649 mm
15,86 mm
251,5396 mm
15,88 mm
252,1744 mm
15,82 mm
250,2724 mm
15,83 mm
250,5889 mm
15,92 mm
253,4464 mm
15,86 mm
251,5396 mm
15,93 mm
253,7649 mm
10
15,845 mm
251,064025 mm
n=10
x = 16,095 mm
x2= 25,909625 mm
Kelereng ( )
=
= 15,8775 mm
=
=
=
= 0,01416
14
B. Pembahasan
Ketika melakukan pengukuran, kita bisa menggunakan penggaris,
meteran, miktometer sekrup, jangka sorong, dan neraca ohauss. Pada praktikum
ini kita melakukan pengukuran menggunakan alat jangka sorong, mikrometer
sekrup, dan neraca ohauss. Alat pengukuran tersebut memiliki kegunaan dan
fungsi yang berbeda serta meliki ketelitian yang berbeda juga. Pada alat jangka
sorong berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu benda, diameter suatu benda,
baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,1
mm. Jangka sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Mikrometer sekrup
memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat teliti. Micrometer
sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan
skala putar. Sedangkan neraca ohauss berfungsi untuk mengukur massa suatu
benda. Neraca ohauss memiliki berbagai macam bentuk, yaitu neraca tiga lengan
dan neraca empat lengan. Prinsip kerja neraca atau timbangan menggunakan
prinsip tuas.
Dari data praktikum yang telah kami hasilkan kali ini terdapat beberapa
kesalahan atau kekeliruan. Pertama, pada jangka sorong ketika mengukur
diameter dalam pipa. Kedua, pada neraca ohauss
mikrometer sekrup ketika mengukur ketebalan sebuah plat . Kesalahalan ini dapat
terjadi disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu :
1.
Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat
tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian
melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan alat tersebut dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan
manusia juga, dianggap sempurna padanya hampir tidak terdapat kesalahan
apapun.
2. Kesalahan titik nol. Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum
petunjuk atau jarum tidak kembali tepat pada angka nol.
3.
Kelelahan komponen alat. Misalnya dalam pegas; pegas yang telah dipakai
beberapa lama dapat agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum
penunjuk.
15
4.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam benda.
2. Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter luar
suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkan jangka sorong.
3. Mengukur ketebalan benda seperti plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih
mudah dan hasil pengukuran lebih tepat dibandingkan mengukur benda yang
berbentuk seperti kelereng.
B. Saran
Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk :
1. Memahami dahulu konsep pengukuran, alat ukur yang akan digunakan,
besaran, dan satuan agar praktikum berjalan dengan lancar dan mudah
dipahami.
2. Lakukan pengukuran ketebalan dan diameter sebanyak 10 kali dan 5 kali untuk
massa dari sudut yang berbeda namun tepat agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
17
LAMPIRAN
1. SOAL EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ? Bagaimana cara untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengukuran ?
2. Apakah perbedaan antara massa dengan berat benda ?
3. Jelaskan perbedaan mandasar antara :
a. Jangka sorong
b. Mikrometer sekrup
Jawaban
1. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan.
Cara unutk menghindai kesalahan dalam pegukuran :
19
20
21
Daftar Pustaka
Silaban, Pantur.1985.Fisika.Erlangga:Jakarta
Halliday & Resnick.1986.Fisika Dasar.Jilid 1.Erlangga:Jakarta
Jati,Bambang Murdaka Eka.Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu Komputer Dan
Informatika.2009.Edisi1.ANDI:Yogyakarta
22