You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma Otak Organik ialah gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat
disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama di
luar otak atau tengkorak.
Sindroma otak dibedakan menjadi dua, yaitu sindroma otak organik akut dan
sindroma otak organik kronik. Sindroma otak organik akut termasuk ke dalam penyakit
jiwa fisiogenik, penyebab penyakit jiwa diketahui dan apabila penyebab diobati maka
penderita akan kembali sehat.
Sindroma otak organik dikatakan akut apabila gangguan jaringan otak dapat kembali
ke keadaan normal dengan kata lain reversible dan sementara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud sindroma otak organik?
2. Apa saja pembagian dari sindroma otak organik?
3. Apa gejala dari sindroma otak organik akut?
4. Apa saja penyebab terjadinya sindroma otak organik akut?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui pengertian dari sindroma otak organik.
2. Untuk mengetahui pembagian dari sindroma otak organik.
3. Untuk mengetahui gejala dari sindroma otak organik akut.
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya sindroma otak organik akut.

BAB II
(ISI)
2.1 Pengertian dan Penyebab Sindroma Otak Organik Akut

Sindroma Otak Organik (S.O.O) ialah gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik
yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini
dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (umpama meningoensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan sebagainya) atau yang terutama
di luar otak atau tengkorak (umpama tifus, endometritis, payah jantung, toxemia kehamilan,
intoxikasi, dan sebagainya).
Sindroma Otak Organik dibedakan menjadi dua yaitu : Sindroma Otak Organik Akut
dan Sindroma Otak Organik Kronik.
Sindroma otak organik dikatakan akut jika gangguan jaringan otak dapat kembali
kekeadaan normal, dengan kata lain reversibel dan sementara, bukan berdasarkan penyebab,
permulaan, gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya.
Gejala utama S.O.O akut adalah kesadaran yang menurun , delirium dan sesudahnya
terdapat amnesia. Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah penyebabnya sembuh,
mungkin satu bulan sesudahnya, tetapi tidak jarang delirium ini hilang timbul jika penyakit
sudah menjadi kronis.
S.O.O akut mempunyai gejala klinis yang bermacam-macam dengan dua
keistimewaan yaitu disorientasi dan gangguan dalam beberapa ingatan. Gejalanya
mempunyai perubahan yang mencolok dari hari ke hari. Pagi hari tampak normal, sementara
disorientasi, halusinasi dan kebingungan masih jelas malam sebelumnya.
Penyebab S.O.O akut adalah :
-

infeksi di otak maupun sistemik


hipoglikemik
intoksikasi : alkohol dan obat-obatan
gangguan keseimbangan elektrolit
trauma kepala

2.2 Delirium
2

Batasan dan Uraian Umum


Suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan kognisi yang terjadi secara
akut dan berfluktuasi.

Epidemiologi
Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah factor risiko untuk
perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat di rumah sakit yang
berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium. Faktor predisposisi lainnya
untuk perkembangan delirium adalah usia muda, cedera otak yang telah ada sebelumnya,
riwayat delirium, ketergantungan alcohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris dan
malnutrisi. Adanya delirium merupakan tanda prognostic yang buruk.

Penyebab
Penyebab utama dari delirium adalah penyakit sitem saraf pusat dan intoksikasi maupun
putus dari agen farmakologis atau toksik. Neurotransmitter utama yang dihipotesiskan
berperan pada delirium adalah asetilkolin, dan daerah neuroanatomis utama adalah
formasio retikularis. Beberapa jenis penelitian telah melaporkan bahwa berbagai factor
yang menginduksi delirium menyebabkan penurunan aktifitas asetilkolin di otak. Juga,
satu penyebab delirium yang paling sering adalah toksisitas dari banyak sekali medikasi
yang diresepkan yang mempunyai aktivitas kolinergik. Formasi retikularis batang otak
adalah daerah utama yang mengatur perhatian dan kesadaran, dan jalur utama yang
berperan dalam delirium adalah jalur tegmental dorsalis, yang keluar dari formasi
retikularis mesensefalik ke tektum dan thalamus. Mekanisme patologi lain telah diajukan
untuk delirium. Khususnya, delirium yang berhubungan dengan putus alcohol telah
dihubungkan dengan hiperaktivitas lokus sereleus dan neuron nonadrenergiknya.
Neurotransmiter lain yang berperan adalah serotonin dan glutamate.

Penyebab Delirium:
3

Penyakit intrakranial
1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang
2. Trauma otak (terutama gegar otak)
3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.
5. Gangguan vaskular

Penyebab ekstrakranial
1. Obat-obatan (di telan atau putus),
Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi, Obat antiparkinson. Obat
antipsikotik, Cimetidine, Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine, Fenitoin,
Ranitidin, Sedatif(termasuk alkohol) dan hipnotik, Steroid.
2. Racun
Karbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.
3. Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)
Hipofisis, Pankreas, Adrenal, Paratiroid, tiroid
4. Penyakit organ nonendokrin.
Hati (ensefalopati hepatik), Ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik), Paru-paru
(narkosis karbon dioksida, hipoksia), Sistem kardiovaskular (gagal jantung, aritmia,
hipotensi).
5. Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asam folat)
6. Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
7. Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab apapun
8. Keadaan pasca operatif
9. Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
10. Karbohidrat: hipoglikemi.

Manifestasi klinis
4

Manifestasi klinik dapat sangat bervariasi. Delirium yaitu suatu keadaan kesadaran
berkabut atau berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan. Manifestasi
klinisnya yaitu:
Berkurangnya atensi (kemampuan memfokuskan, mempertahankan
dan mengalihkan perhatian), defisit memori, disorientasi, dan gangguan berbahasa.
Agitasi psikomotor
Gangguan persepsi
Gangguan emosi
Kekacauan arus dan isi pikir
Gangguan siklus tidur-bangun.
Terjadi dalam periode waktu yang pendek dan cenderung berfluktuasi dalam sehari

Kriteria DiagnosisBerdasarkan ICD-10 dan PPDGJ-III


A.Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan)
yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian
B.Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi,
gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan
dengan demensia).
C.Gangguan Psikomotor berupa hipoaktivitas atau hiperaktivitas,pengalihan aktivitas yang
tidak terduga, waktu bereaksi yang lebih panjang, arus pembicaran yang bertambah
atau berkurang, reaksi terperanjat yang meningkat.
D.Gangguan siklus tidur berupainsomnia, atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur
sama sekali atau siklus tidurnya terbalik yaitu mengantuk siang hari. Gejala memburuk
pada malam hari dan mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut
menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
E.Gangguan emosional berupa depresi, ansietas, takut, lekas marah, euforia, apatis dan
rasa kehilangan akal.

Klasifikasi Delirium
5

Delirium AkibatKondisi Medis Umum(KMU)


DeliriumAkibatIntoksikasi/Putus Zat
Delirium AkibatEtiologi Beragam
Delirium yang Tidak Spesifik
1.Delirium Akibat Kondisi Medis Umum
Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan)
yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan
dan mengalihkan perhatian
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi
dalam sehari
Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium bahwa gangguan
disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung suatu KMU
Kondisi Medis Umum (KMU)
Kondisi medis umum yang melatar belakangi delirium dapat bersifat fokal ataupun
sistemik, misalnya:
1. Penyakit SSP (trauma kepala, tumor, pendarahan, hematoma, abses, nonhemoragik
stroke, transien iskemia, kejang dan migrain, dan lain-lain)
2. Penyakit sistemik (misalnya, infeksi, perubahan status cairan tubuh, defisiensi
nutrisi, luka bakar, nyeri yang tidak dapat dikontrol, stroke akibat panas, dan di
tempat tinggi (>5000 meter)
3. Penyakit jantung (misalnya, gagal jantung, aritmia, infark jantung, bedah jantung)
4. Gangguan

metabolik

(misalnya,

ketidakseimbangan

elektrolit,

diabetes,

hipo/hiperglikemia)
5. Paru (misalnya, COPD, hipoksia, gangguan asam basa)
6. Obat yang digunakan (misalnya, steroid, medikasi jantung,antihipertensi,
antineoplasma, antikolinergik, SNM, sinrom serotonin)
6

7. Endokrin (misalnya, kegagalan adrenal, abnormalitas tiroid atau paratiroid)


8. Hematologi (misalnya, anemia, leukemia, diskrasia)
9. Renal (misalnya, gagal ginjal, uremia)
10. Hepar (misalnya, gagal hepar, sirosis, hepatitis)
2.Delirium Akibat Intoksikasi Zat
Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan)
yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa)
atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi
dalam sehari.
Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, sebagai berikut:
A. Simtom A dan B terjadi selama intoksikasi zat atau penggunaan medikasi
B. Intoksikasi zat adalah etiologi terkait dengan delirium

3.Delirium Akibat Putus Zat


Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan)
yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa)
atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia.
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi
dalam sehari.
Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, sebagai berikut:
Simtom A dan B terjadi selama atau segera setelah putus zat.

4.Delirium Akibat Etiologi Beragam


7

Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan)


yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa)
atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek,cenderung berfluktuasi
dalam sehari.
Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, bahwa : Delirium
memiliki lebih dari satu etiologi, misalnya lebih dari satu KMU, KMUdan intoksikasi
zat, atau efek samping obat.
5.Delirium yang Tidak Dapat Dispesifikasi
Kriteria untuk tipe delirium tertentu tidak terpenuhi, misalnya; manifestasi delirium
diduga akibat KMU, penyalahgunaan zat tetapi tidak cukup bukti untuk menegakkan
etiologi spesifik.
Delirium disebabkan oleh penyebab yang tidak tercatat pada seksi ini (deprivasi
sensorik)
Diagnosis Banding
Demensia
Gangguan PsikotikSingkat
Skizofrenia
Skizofreniform
Gangguan Psikotik Lainnya
Mooddengan Gambaran Psikotik
Gangguan StresAkut

Penatalaksanaan Delirium
8

Tiga tujuan utama terapi delirium yaitu;


A. Mencari dan mengobati penyebab delirium (diperlukan pemeriksaan fisik yang
cermat dan pemeriksaan penunjang yang adekuat. Pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, analisis gas darah, fungsi hati, dan fungsi ginjal, serta EEG atau
pencitraan otak bila terdapat indikasi disfungsi otak).
B. Memastikan keamanan pasien
C.

Mengobati gangguan perilaku terkait dengan delirium, misalnya agitasi


psikomotor.

Terapi Farmakologik Delirium

Sangat bijak bila tidak lagi menambahkan obat pada obat yang sudah didapat oleh pasien
(biasanya pasien sudah mendapat berbagai obat dari sejawat lain) kecuali ada alasan yang
sangat signifikan misalnya agitasi atau psikotik (dicatat di rekam medik alasan penggunaan
obat). Interaksi obat harus menjadi perhatian serius.
Antipsikotika dapat dipertimbangkan bila ada tanda dan gejala psikosis, misalnya halusinasi,
waham atau sangat agitatif (verbal atau fisik) sehingga berisiko terlukanya pasien atau orang
lain
-

Haloperidol mempunyai rekam jejak terpanjang dalam mengobati delirium, dapat


diberikan per oral, IM, atau IV.

Dosis haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM/IV dan dapat diulang setiap 30 menit
(maksimal 20 mg/hari).

Efek samping parkinsonisme dan akatisia dapat terjadi bila diberikan IV, dipantau
dengan EKG adanya pemanjangan interval QTc dan adanya disritmia jantung.

Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan antipsikotika (misalnya, pasien dengan
Syndrome Neuroleptic Malignance) atau bila tidak berespons bisa ditambahkan
benzodiazepin yang tidak mempunyai metabolit aktif, misalnya lorazepam tablet 12
mg peroral. Kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan pernafasan.

Terapi Nonfarmakologik

1.Psikoterapi suportif yangmemberikan perasaan aman dapat membantu pasien menghadapi


frustrasi dan kebingungan akan kehilangan fungsi memorinya.
2.Perlunya reorientasi lingkungan, misalnya tersedia jam besar.
3.Memberikan edukasi kepada keluarga cara memberikan dukungan kepada pasien
Peringatan

A.Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung antikolinergik (misalnya, triheksilfenidil)


karena akan memperberat delirum.
B.Fiksasi (restrain) adalah pilihan terakhir karena dapat menyebabkan semakin beratnya
agitasi.

Komplikasi
Gangguan stres akut dapat terjadi pada pasien yang sudah sembuh dari delirium, misalnya,
pasien dapat seperti mengalami kembali gangguan persepsi. Beberapa keadaan, seperti
disorientasi, psikosis, deprivasi tidur menyebabkan delirium dipersepsikan oleh pasien
sebagai peristiwa yang sangat traumatik. Oleh karena itu, dianjurkan penggunaan
benzodiazepin, jangka pendek (misalnya lorazepam), pada pasien yang tetap cemas setelah
deliriumnya membaik.

Prognosis
Prognosis bergantung kepada tatalaksana penyakit yang mendasarinya

2.3 Sindroma otak organik akut karena ruda-paksa kepala


10

Dengan bertambah majunya masyarakat kita dalam hal lalu lintas, industri,
pembangunan, dan sebagainya, maka ruda-paksa kepala atau trauma kapitis
bertambah banyak. Hal ini mempunyai aspek juridis, tetapi sudah terang juga
merupakan tantangan bagi ilmu dan praktek kedokteran. Trauma kapitis dapat
merupakan faktor pencetus precipitating factor bagi skizofernia atau psikosa manikdepresif pada orang yang mempunyai predisposisi untuk ini, atau dapat
mengaktivasikan demensia paralitika.
Gangguan jiwa yang dapat timbul secara akut karena ruda-paksa kepala ialah :
- Komosio serebri (gegar otak) : untuk waktu yang pendek sekali terjadi
kekacauan fungsi otak sebab trauma kapitis, tetapi tidak terjadi kelainan
histologik. Kesembuhan adalah cepat dan komplit karena trauma terjadi
gelombang tekanan positif diikuti oleh gelombang dengan tekanan negatif yang
biarpun hanya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek sekali, sudah dapat
menimbulkan lobang-lobang yang sangat kecil di dalam sel (fenomena kavitasi)
yang mengganggu fungsi otak dan membuat orang itu tidak sadar. Fase tidak sadar
itu mungkin berlangsung dari hanya beberapa detik sampai beberapa jam
lamanya. Banyak rang muntah-muntah waktu mereka mulai sadar kembali.
Rupa-rupanya tidak ada hubungan antara beratnya komosio (yang diukur dengan
lamanya hilang kesadaran) dan kerasnya gangguan jiwa sebagai akibatnya.
Sesudahnya terdapat amnesia. Diagnosa komosio serebri (jadi tidak terdapat
gangguan yang lain) hanya dibuat sesudah penderita sembuh. Sindroma postkomosio dalam bentuk nerosa atau gangguan psikosomatik mungkin timbul secara
-

sekunder karena ruda-paksa kepala.


Koma traumatikum : terjadi pada komosio yang hebat, pada kontusio atau
laserasio serebri, yaitu : koma yang lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari.
Bila koma berlangsung lebih dari 24 jam biasanya sudah merupakan suatu
kontusio yang berat.
Sesudah koma mungkin terjadi stupor, mungkin juga pebderita menjadi gelisah
atau kesadarannya tetap tidak begitu terang dan pelan-pelan baru menjadi baik

atau ia masuk ke dalam delirium atau sindroma Korsakow.


Delirium traumatikum : permulaan delirium ini biasanya pada awaktu penderita
mulai sadar kembali. Sebabnya mungkin karena komosio, kontusio, laserasio,
perdarahan atau tekanan dalam tengkorak yang meninggi sebab trauma (edema
cerebri).
Biasanya delirium traumatikum hanya ringan dengan gejala-gejala : lekas
terangsang, pencerapan tidak jelas, tidak kenal orang, lekas lupa, tidak begitu
11

mengerti percakapan dan keadaan. Bila keras, maka pasien mungkin gelisah,
marah-marah, merusak, agresif dan berhalusinasi.
Delirium atau koma yang berlangsung lebih dari satu minggu berarti ada
kerusakan jaringan otak yang hebat. Perkiraan tentang defek yang akan tinggal
tetap jangan dibuat sebelum paling sedikit 6 bulan, penilaian terakhir tentang ini
sebaiknya dibuat sesudah 12 atau 18 bulan sesudah trauma kapitis. Gejala-gejala
terakhir biasanya tidak begitu berat seperti yang dibayangkan dengan kerasnya
-

gejala-gejala permulaan.
Sindroma Korsakow : gejala-gejala utama ialan konfabulasi, disorientasi dan
gangguan

pencarapan dan ingatan yang baru. Sering terdapat gejala-gejala

bercampuran dan pembagian tidak berbatas jelas.


Pengobatan S.O.O karena ruda-paksa : istirahat di tempat tidur. Observasi
yang teliti. Dapat diberi sedativa bila perlu, tetapi hati-hati sebab mungkin
menyelubungi gejala-gejala yang lain atau mungkin juga timbul efek paradoxal.
Narkotika merupakan kontraindikasi.
Selama 24 jam pertama harus awas akan timbulnya komplikasi. Penderita
diterangkan secara sederhana tentang gangguannya, ia ditentramkan dengan katakata, diusahakan katarsis dan reassurance, jangan memusatkan perhatiannya
pada kepalanya, dan jangan sekali-sekali menakut-nakuti penderita, sebab nanti
akan lebih besar kemungkinan timbulnya nerosa atau gangguan psikosomatik dan
lebih sukar diobati.
Lamanya di rumah sakit harus sesingkat-singkatnya. Bila tidak terdapat gangguan
lain, sesudah 2-3 hari penderita dibolehkan duduk dan esok harinya disuruh
berjalan.
Perubahan kepribadian sesudah ruda-paksa kepala : perubahan kepribadian
ini ialah primer oleh kelainan histologis pada jaringan otak karena ruda-paksa itu.
Tetapi

faktor-faktor

psikologispun

mempunyai

pengaruh.

Tidak

jarang

kecnderungan-kecenderungan yang sebelum trauma capitis itu msih dapat ditekan


dan dikuasai, sesudahnya menjadi manifest. Kadang-kadang didapat kesan bahwa
penderita sejak dahulu mempunyai kepribadian yang kurang matang. Menetapkan
berapa besar kerusakan otak yang menimbulkan kelainan kepribadian itu dan
berapa besar pengaruh psikologis seringn tidak mudah atau tidak mungkin.
Gejala-gejala ialah : sakit kepala, pusing, lekas lelah, mudah terangsang oleh suara
keras, insomnia, lekas lupa, dan daya konsentrasi berkurang. Gejala-gejala

12

menjadi lebih keras bila penderita lelah, meminum alkohol, atau hawa panas.
Kadang-kadang kepalanya menjadi pusat perhatiannya.
Keadaan defek post trauma : gejala utama ialah demensia. Penderita lekas lupa,
penilaiannya berkurang, rasa etisk dan moral juga merosot. Keadaan ini sukar
dibedakaan dari psikosa disebabkan oleh aterosklerosa otak yang disertai dengan
trauma kapitis. Prognosanya tidak baik bila demensia sudah menahun dan berat,
tetapi kadang-kadang dengan berlalunya waktu gejala-gejala mungkin menjadi
berkurang.
Ensefalopatia traumatikum pada petinju atau punch drunk terjadi oleh karena
pukulan-pukulan pada kepala yang sering terjadi waktu main tinju. Mungkin
sebab perdarahan-perdarahan kecil (petekia) yang kemudian mengakibatkan
nekrosa di dalam otak.
Gejala : koordinasi pergerakan berkurang, kelihatan seperti mabuk, banyak
penderita menjadi efor, bingung perhatian, ingatan dan konsentrasi berkurang.
Mungkin timbul tremor, propulsi (seperti ada yang mendorong ke depan) bila
berjalan dan muka topeng seperti pada Parkinsonisme. Gejala-gejala mungkin
bertambah dalam tahun pertama, kemudian menjadi stasioner.
Epilepsi traumatikum : lebih sering sesudah kontusio dan dilaserasio
(kerusakan) otak. Mungkin jenis grand mal atau Jackson. EEG membantu dalam
menentukan lokalisasi kerusakannya.
Gangguan jiwa menahun yang sekunder karena trauma kepala : nerosa.
Segala macam frustrasi dan konflik mungkin timbul akibat trauma itu yang
mengakibatkan rasa cemas, terutama bila trauma terjadi pada orang yang sedang
dalam kesukaran, umpamanya kesukaran ekonomi, rasa tidak puas

dalam

pekerjaan, ketegangan dalam keluarga, atau tidak dapat mecapai sesuatu yang
sangat diharap-harapkan. Ditambah lagi dengan anggapan bahwa kepala itu
merupakan bagian yang sangat penting dari badan manusia, sehingga bila terasa
pusing atau sakit kepalasesudah trauma kapitis, maka mudah sekali timbul rasa
cemas dan rasa tak aman.
Nerosa tidak terjadi sesudah trauma, tetapi beberapa waktu sesudahnya dan
lamanya berdeba-beda. Sering sesudah penderita sembuh dan akan kembali ke
pekerjaannya, ia mulai mengeluh lagi tentang kepalanya.
13

Gejala-gejalanya mirip gejala sindroma post komosio. Sering keluhannya banyak,


tidak jelas dan tidak tetap. Tidak jarang juga gejala-gejala psikogenik bercampur
dengan gejala-gejala organik. Kedua hal ini sukar sekali dibedakan.
Bagi timbulnya nerosa ini, sangatlah penting kepribadian premorbid dan keadaan
emosi pada waktu trama kapitis terjadi, bukan kerasnya trauma. Jadi pada harihari pertama psikoterapi yang suportif dan sugestif seperti telah dikatakan diatas,
penting sekali untuk mencegah terjadinya nerosa.

BAB III
(KESIMPULAN)
3.1 Kesimpulan
Sindroma Otak Organik (S.O.O) ialah gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik
yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini
dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (umpama meningoensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan sebagainya) atau yang terutama
di luar otak atau tengkorak (umpama tifus, endometritis, payah jantung, toxemia kehamilan,
intoxikasi, dan sebagainya).
14

Sindroma Otak Organik dibedakan menjadi dua, yaitu Sindroma Otak Organik Akut
dan Sindroma Otak Organik Kronik. Sindroma otak organik dikatakan akut jika gangguan
jaringan otak dapat kembali kekeadaan normal, dengan kata lain reversibel dan sementara,
bukan

berdasarkan

penyebab,

permulaan,

gejala

atau

lamanya

penyakit

yang

menyebabkannya.
S.O.O akut mempunyai gejala klinis yang bermacam-macam dengan dua
keistimewaan yaitu disorientasi dan gangguan dalam beberapa ingatan. Gejalanya
mempunyai perubahan yang mencolok dari hari ke hari. Pagi hari tampak normal, sementara
disorientasi, halusinasi dan kebingungan masih jelas malam sebelumnya. Gejala utama S.O.O
akut adalah kesadaran yang menurun , delirium dan sesudahnya terdapat amnesia. Penyebab
sindroma otak organik akut adalah infeksi di otak maupun sistemik, hipoglikemik,
intoksikasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan trauma kepala.

DAFTAR PUSTAKA

Amir,Nurmiati, Dr., dr., Sp.KJ(K), dkk. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan


Kedokteran (PNPK) Jiwa/Psikiatri. Jakarta: Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa (PP DSKJI).

Editor Dr, Rusdi Maslim.2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: PPDGJ.

15

Kaplan.H.I, Sadock. B.J, . 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikiatri Klinis, Edisi ketujuh, Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara.

Maramis. W.F.1992. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan ke VI. Surabaya: Airlangga
University Press.

http://www.scribd.com/document_downloads/direct/130605829?
extension=pdf&ft=1399286930&lt=1399290540&user_id=239056374&uahk=X+DuOyuB98
pn84nf0KNRIGVe9IE diakses 4 mei 2014

16

You might also like