You are on page 1of 64

Kuliah Kelima

Uraian Gaya
Keseimbangan Gaya
Konsep Reaksi Perletakan pada balok

Uraian Gaya dan Keseimbangan Gaya


Pengenalan tentang konsep uraian satu gaya menjadi dua gaya telah
dibahas secara terbatas pada bagian awal kuliah Statika. Sebagai
contoh pada beberapa contoh kasus mencari resultante gaya secara
analitis maupun grafis dengan bantuan dua sumbu horizontal (X) dan
sumbu vertikal (Y). Uraian satu gaya menjadi dua atau lebih tidak
selalu menggunakan garis-garis kerja gaya yang saling tegak lurus.
Pada bagian ini akan kita lihat konsep uraian gaya menjadi beberapa
gaya dengan garis kerja gaya yang berbeda-beda.
Uraian satu gaya menjadi beberapa gaya yang akan dibahas pada
kuliah Statika meliputi :

1. Uraian gaya menjadi dua gaya konkuren


2. Uraian gaya menjadi dua gaya sejajar

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya


Sebagai ilustrasi akan kita lihat satu balok dengan berat 20 kN digantung
pada dua tali dengan posisi seperti terlihat pada gambar di bawah.
Bagaimana mencari besarnya gaya-gaya yang bekerja pada tali akibat
beban W.

Untuk mencari besarnya gaya-gaya


yang bekerja pada tali, maka pertama

kali gaya W harus diuraikan sesuai


dengan arah tali.

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Penggambaran secara
grafis pada uraian satu
gaya menjadi dua gaya.

1. Melalui titik B tarik garis yang sejajar dengan tali 1 dan akan berpotongan dengan
perpanjangan tali 2 di titik C
2. Melalui titik B tarik garis yang sejajar dengan tali 2 dan akan berpotongan dengan
perpanjangan tali 1 di titik D
3. Garis AC merupakan panjang vektor gaya S1 dan garis AD merupakan panjang vektor
gaya S2.
4. Besar gaya S1 dan S2 dapat ditentukan secara grafis dengan mengukur panjang vektor
gaya S1 dan S2.
5. S1 = 29.74/29.75* 20 kN = 19.993 kN
6. S2 = 34.27/29.75* 20 kN = 21.002 kN

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Penggambaran secara
grafis pada uraian satu
gaya menjadi dua gaya.
Cara lain yang juga dapat digunakan adalah dengan membuat segitiga gaya
1. Gambar dan ukurkan panjang vektor gaya W (garis AB).
2. Melalui titik A tarik garis sejajar tali1 dan melalui titik B tarik garis sejajar tali2. Kedua
garis akan berpotongan di titik C
3. Panjang garis AC merupakan panjang vektor gaya S2 dan panjang garis BC merupakan
panjang vektor gaya S1 (perhartikan arah gaya S1 dan S2 terhadap gaya W.
4. S1 = 29.74/29.75* 20 kN = 19.993 kN
5. S2 = 34.27/29.75* 20 kN = 21.002 kN

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Perhitungan secara grafis pada uraian satu


gaya menjadi dua gaya merupakan
kebalikan dari perhitungan resultante dua
gaya secara grafis.

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Tali 1 akan ditarik oleh gaya S2 dan tali 2


akan ditarik oleh gaya S1.

Untuk mencari berapa gaya yang akan


bekerja pada masing-masing tali dilakukan
dengan menguraikan gaya W menjadi dua
gaya sesuai arah tali.

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Pada saat kedua tali menderita gaya tarik,


maka tali akan memberikan perlawanan
dengan arah gaya yang berlawanan
dengan gaya S1 atau S2

S3 dan S4 adalah gaya-gaya yang


memberikan perlawanan terhadap gaya S1
dan S2 agar tali tidak berpindah tempat

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Jika gaya-gaya W, S3 dan S4


disusun secara grafis, maka
akan menghasilkan segitiga
gaya seperti pada gambar di
sebelah kanan

Penggambaran secara
grafis pada perhitungan
keseimbangan 3 gaya.

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Keseimbangan tiga gaya

Dari uraian di atas, jika kita lihat


gambar segitiga gaya pada
proses uraian gaya dan
keseimbangan gaya akan
tampak adanya perbedaan
seperti terlihat pada gambar di
samping
Uraian satu gaya
menjadi dua gaya

1. Konsep dasar kseimbangan gaya

Cara Analitis :

S2 sin 35.5 + S1 sin 18.4 = 20 (1)


S2 cos 35.5 S1 cos 18.4 = 0
S2 cos 35.5 = S1 cos 18.4
S2 = (cos18.4/cos35.5) S1
S2 = 1.16553 S1 (2)

Cara Grafis :

Substitusi (2) ke (1) :


1.16553 S1 sin 35.5 + S1 sin 18.4 = 20
0.99248 S1 = 20
S1 = 20.152 kN

1. S1 = 29.74/29.75* 20 kN = 19.993 kN
2. S2 = 34.27/29.75* 20 kN = 21.002 kN

S2 = 23.487 kN

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya


Contoh lain jika
jarak kedua tali
sama ke masingmasing titik tumpu.

Cara Analitis :
S1 sin 24.4 + S2 sin 24.4 = 20 (1)
S1 cos 24.4 S2 cos 24.4 = 0
S1 cos 24.4 = S2 cos 24.4
S1 = (cos24.4/cos24.4) S2
S1 = S2 (2)

Cara Grafis :
S1 = 48.26 mm = 48.26/40 * 20 kN = 24.13 kN
S2 = 48.26 mm = 40.26/40 * 20 kN = 24.13 kN

Substitusi (2) ke (1) :


S2 sin 24.4 + S2 sin 24.4 = 20
0.8262 S2 = 20
S2 = 24.207 kN
S1 = 24.207 kN

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya


Jika diketahui dua gaya P1 dan P2 konkuren, maka kita dapat mencari resultante kedua
gaya tersebut. Gaya R merupakan pengganti kedua gaya P1 dan P2. Perhatikan arah
gaya P1, P2 dan R.

Mencari resultante dua gaya

Membentuk
Poligon Gaya
Terbuka
Keseimbangan tiga gaya
Jika diketahui tiga gaya P1 , P2 dan P3 konkuren seperti terlihat pada gambar di bawah
dimana ketiga gaya membentuk susunan gaya tertutup, maka resultante dari P1, P2
dan P3 adalah nol.

Membentuk
Poligon Gaya
Tertutup

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya

Mencari
resultante tiga
gaya

Mencari
keseimbangan
empat gaya

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya


Menguraikan Gaya menjadi dua gaya yang
garis kerjanya konkuren
Pada titik pangkal gaya
P (titik 1) tarik garis
sejajar garis (a) dan
pada ujung gaya P (titik
2) tarik garis sejajar
garis (b). Kedua garis
berpotongan di titik 3.
Vektor gaya (1-3)
merupakan gaya Pa,
vektor gaya (3-2)
merupakan gaya Pb.
Gaya Pa dan Pb adalah
uraian gaya P pada dua
garis (a) dan garis )b)

Konsep dasar uraian gaya dan keseimbangan gaya


Menguraikan Gaya menjadi dua gaya yang
garis kerjanya konkuren
Pada titik ujung gaya P
(titik 2) tarik garis
sejajar garis (a) dan
memotong garis (b) di
titik 4.
Pada titik ujung gaya P
(titik 2) tarik garis
sejajar garis (b) dan
memotong garis (a) di
titik 3.
Vektor 1-3 merupkan
gaya Pa dan vektor 1-4
merupakan gaya Pb.
Gaya Pa dan Pb adalah
hasil uraian gaya P pada
dua garis (a) dan garis
(b).

Cara menguraikan gaya menjadi dua gaya yang garis


kerjanya konkuren (ketiga garis kerja gaya bertemu di
satu titik) seperti pada kasus (1) dikenal dengan uraian
gaya dengan menggunakan /menggambar segitiga
gaya.
Meskipun uraian satu gaya menjadi dua gaya yang
garis kerjanya diketahui dapat dihitung secara
analitis. Uraian gaya menjadi dua gaya sering
dilakukan secara grafis.
Sebelum kita melihat uraian satu gaya menjadi
dua gaya dengan garis kerja sejajar, kita akan
melihat cara mencari resultante dua gaya yang
garis kerjanya sejajar dengan menggunakan
diagram kutub.

Mencari resultante
gaya-gaya sejajar
dengan
menggunakan
diagram kutub.

Dikethui dua gaya sejajar


W1 dan W2 masing-masing
dengan 10 kN dan 20 kN
dengan jarak 600 mm

Susun gaya-gaya W1 dan W2 secara


berurutan. Tentukan titik sebarang 0'.
Hubungkan titik 0 dan 1'. Hubungkan titik
0'dan 2'. Hubungkan titik 0'dan 3'. Cara ini
dikenal dengan Lukisan Kutub Gaya dengan
titik 0' disebut titik kutub

Diagram
Kutub

Melalui titik A (sebarang) tarik


garis // 0'1' hingga memotong garis
kerja gaya P1 di titik I.
Melalui titi I tarik garis // 0'2'
hingga memotong garis kerja gaya
P2 di titik II.
Melalui titik II tarik garis // 0'3'
hingga memotong sambungan dari
garis AI (// 0'1') dititik T12.
Melalui titik T12 tarik garis // 1'3'
dan memotong garis penghubung
titik 1 dan 2 di titik K. Garis yang
melalui titik T12 dan K merupakan
garis kerja Gaya R.

Jika segitiga 0'1'2' dianggap


sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W1, P1'0'
dan P2'0', maka gaya P1'0' dan
P2'0' merupakan uraian gaya W1.

Jika segitiga 0'2'3' dianggap


sebagai segitiga gaya yang
tersusun dari gaya-gaya W2, P2'0'
dan P3'0', maka gaya P2'0' dan
P3'0' merupakan uraian gaya W2.

Gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'1'2' mempunyai besar yang


sama dengan gaya P2'0' pada segitiga gaya 0'2'3'. Kedua
gaya tersebut mempunyai arah yang saling berlawanan
sehingga bisa saling menghilangkan.
Karena kedua gaya tersebut saling menghilangkan maka
tinggal menyisakan gaya-gaya W1, W2, P1'0' dan gaya P3'0'.
Jika gaya W1 dan W2 diketahui, maka kita dapat
menguraikan resultante gaya (W1 + W2) menjadi gaya-gaya
P1'0' dan P3'0'.
Atau sebaliknya jika dua gaya P1'0' dan P3'0' diketahui
besar dan arah dan garis kerjanya, maka kita dapat mencari
resultante dari gaya (W1 + W2).

Posisi
resultante
dapat dicari
dengan
bantuan
diagram
kutub

W1 + W2 = R
Segitiga gaya yang tersusun dari gaya-gaya W1, W2, P1'0'
dan P3'0' sama dengan segitiga gaya yang tersusun dari R,
P1'0' dan P2'0'.
Jadi jika gaya P1'0' dan P3'0' diketahui besar, arah dan garis
kerjanya, maka kita dapat menentukan besar, arah dan letak
garis kerja dari gaya R yang merupakan resultante dari gaya
W1 dan W2
Jadi R juga merupakan resultante dari gaya P1'0' dan P3'0'.

Menentukan resultante tiga


gaya sejajar dengan
menggunakan diagram kutub
gaya

Diagram
Kutub

(1)
1. Susun gaya-gaya W1, W2 dan W3 dan beri
nama titik awal gaya 1, 2, 3 dan 4
2. Tentukan titik pole 0 dan hubungkan
dengan titik 1, 2, 3 dan 4 membentuk
diagram kutub

(2)

(3)

(6)
(4)

(5)

Diagram
Kutub

(1)
3. Tarik garis sembarang //10 dan akan
memotong garis kerja W1 di titik I.
4. Melalui titik I tarik garis // 20 dan memotong
garis kerja W2 di titik II
5. Melalui titik II tarik garis // 30 dan akan
memotong garis kerja W3 di titik III
6. Melalui titik III tarik garis // 40 dan akan
berpotongan dengan garis //01 ditik T123

(2)

(3)
(6)

(4)

(5)

Diagram
Kutub

(1)
7. Melalui titik T123 tarik garis // garis 14 yang
merupakan garis kerja gaya R dan akan
memotong haris horizontal di titik A.
8. Titik A merupakan letak titik yang akan dilewati
garis kerja resultante R.
9. Ukurkan panjang vektor gaya R melalui A.

(2)

Pengontrolan keseimbangan
gaya-gaya dengan
menggunakan segitiga gaya

Cara lain mencari resultante


dengan menggunakan urutan
gaya yang berbeda

Perhatikan cara penentuan


urutan penarikan garis dengan
urutan / susunan gaya

Menentukan resultante empat


gaya sejajar dengan
menggunakan diagram kutub
gaya

3. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Jika diketahui gaya P1


bekerja pada garis (b) dengan
panjang vektor gaya (misal
panjang vektor 60 mm) akan
diuraikan menjadi dua gaya
P2 yang bekerja pada garis
(a) dan gaya P3 yang bekerja
pada garis (c).

3. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Untuk mencari besarnya gaya P2 dan


P3, pertama-tama dibuat diagram
kutub gaya 012.

3. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

1. Melalui titik 1 sebarang di garis (a) tarik garis sejajar dengan 10. Garis ini
akan memotong garis (b) di titik 2.
2. Melalui titik 2 tarik garis sejajar 20 yang memotong garis ( c ) di titik 3.
3. Hubungkan titik 1 dan 3.
4. Melalui titik 0 pada diagram kutub tarik garis sejajar 13. Garis ini akan
memotong garis 12 di titik 3.

3. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Menurut cara uraian gaya


sebagaimana diterangkan di depan,
maka vektor gaya 13 ekivalen
dengan gaya P2 dan vektor gaya 32
ekivalen dengan gaya P3.

Cara grafis ini merupakan kebalikan dengan mencari resultante


dua gaya sejajar.

3. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.


Secara grafis :
Besarnya gaya P2 = panjang vektor h1
Besarnya gaya P1 = panjang vektor h2

Dengan cara analitis maka dapat dicari besarnya gaya P2 dan P3.
Kedua gaya tersebut dimomenkan ke titik B.
M2 = P2 * a1
M3 = P3 * a2 = (P1 P2) * a2
P2 * a1 = (P1 P2) * a2
P2 = (a2/(a1+a2) )* P1
P3 = (a1/(a1+a2)) * P1

Contoh :

P1 = 6 kN bekerja pada garis (a) akan


diuraikan menjadi dua gaya P2 dan P3
yang bekerja pada garis (a) dan garis ( c)
yang berjarak 40 cm dan 60 cm dari
garis (b).

Dengan cara grafis diperoleh


panjang P2 = 36.12 mm = 3.612 kN.
Panjang P2 = 23.88 mm = 2.388 kN

Dengan cara analitis :


P2 = 60/(60+40) * 6 kN = 3.6 kN
P3 = 40/(60+40)* 6 kN = 2.4 kN.

Catatan : semua ukuran panjang


pada pengukuran dilakukan oleh
komputer. Jika menggunakan
penggaris maka perlu
memperhatikan skala terkecil dari
penggaris.

Pada beberapa contoh tentang uraian satu


gaya menjadi dua gaya yang bekerja sejajar
dilakukan pada gaya-gaya dengan arah
vertikal. Cara ini juga dapat dilakukan untuk
gaya-gaya yang bekerja dengan arah miring
atau membentuk sudut tertentu terhadap garis
horizontal.

2. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Secara Grafis:

P = 70 mm = 70/20 * 2 kN = 7 kN
Pa = 41.93 mm = 41.93 / 20 * 2 kN = 4.193 kN
Pb = 28.09 mm = 28.09/20 * 2 kN = 2.809 kN

2. Uraian Gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar.

Secara Analitis:
Untuk mencari uraian gaya P menjadi dua gaya Pa dan
Pb secara analitis, maka momen Ma dan Mb dihitung
sebagai berikut :
Ma = Pa * 60 cos 26.5o
Mb = Pb * 90 cos 26.5o
Ma = Mb
Pa * 60 cos 26.5o= Pb * 90 cos 26.5o
Pa = 90/60 * Pb
Pa = 90/60 * (P Pa)
150/60 Pa = 90/60 P
Pa = 90/150 P
Pb = 60/90 * 90/150 Pa = 60/150 P
Pa = 90/150 P = 4.2 kN
Pb = 60/150 P = 2.8 kN

Jika kita melihat kembali konsep resultante


dari beberapa gaya baik yang bekerja
konkuren
maupun
sejajar,
maka
gaya
resultante merupakan satu gaya fiktif yang
menggantikan bekerjanya beberapa gaya pada
satu benda yang sama. Jika konsep ini kita
aplikasikan pada persoalan mencari uraian
beberapa gaya menjadi dua gaya, maka gayagaya yang akan diuraikan pertama-tama harus
dicari resultantenya. Gaya resultante dari
beberapa gaya kemudian diuraikan menjadi
dua gaya yang garis kerjanya telah diketahui.

Secara Grafis:
Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya
dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertamatama dibuat diagram kutub untuk mencari resultante R yang
merupakan resultante dari gaya P1 dan P2. Diagram kutub
oabc digunakan untuk mencari resultante R.
Dengan menggunakan gaya resultante R kemudian dibuat
diagram kutub 01'2'. Diagram kutub 0'1'2' digunakan untuk
mencari gaya Pa dan Pb

Secara Grafis (cara lain) :

Untuk mencari uraian gaya P1 dan P2 menjadi dua gaya


dengan garis kerja menurut garis a dan garis b dibuat
diagram kutub 0'1'2'3'.
Melalui titik 1 (sebarang) pada garis a tarik garis //0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 dibuat
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 ditarik garis // 0'3' yang memotong garis b di
titik 4.
Hubungkan titik 1 dan 4.
Melalui titik 0' tarik garis //14 yang memotong garis 1'3' di
titik 4'.
Komponen garis 1'4' merupakan komponen vektor gaya Pa
dan garis 4'3' merupakan komponen vektor gaya Pb.
Panjang Pa = 57 mm = 5.7 kN
Panjang Pb = 33 mm = 3.3. kN

Secara Analitis:
Untuk mencari besarnya uraian gaya P1 dan
P2 ke titik A dan B maka dilakukan cara
superposisi (penjumlahan) dari uraian akibat
gaya P1 dan akibat P2 masing-masing
terhadap titik A dan B (Lihat materi kuliah
5).
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1
Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2
Pa = 75/100 * 6 + 40/100 * 3 = 5.7 kN
Pb = 25/100 * 6 + 60/100 * 3 = 3.3 kN
Pa = 5.7 kN
Pb = 3.3 kN

Secara Grafis:

Untuk mencari uraian gaya P1, P2 dan P3 menjadi dua gaya


dengan garis kerja menurut garis a dan garis b, pertamatama dibuat diagram kutub 0'1'2'3'4'
Melalui titik 1 sebarang pada garis a tarik garis // 0'1' yang
memotong garis kerja gaya P1 di titik 2. Melalui titik 2 tarik
garis // 0'2' yang memotong garis kerja gaya P2 di titik 3.
Melalui titik 3 tarik garis // 0'3' yang memotong garis kerja
gaya P3 di titik 4. Melalui titik 4 tarik garis // 0'4' yang
memotong garis b di titik 5. Hubungkan titik 1 dan 5. Pada
diagram kutub, melalui titik 0' tarik garis // 15. Garis ini akan
memotong garis 1'2'3'4' di titik 5'.
Komponen garis 1'5' merupakan vektor gaya Pa dan
komponen garis 5'4' merupakan vektor gaya Pb.
Pa = 74 mm = 7.4 kN
Pb = 66 mm = 6.6 kN

Secara Analitis:
Akibat P1:
Pa = 75/100 * P1
Pb = 25/100 * P1
Akibat P2 :
Pa = 40/100 * P2
Pb = 60/100 * P2
Akibat P3:
Pa = 25/100 * P3
Pb = 75/100 * P3
Pa = 75/100 * 6 + 55/100 * 3 + 25/100 * 5 =
7.4 kN
Pb = 25/100 * 6 + 45/100 * 3 + 75/100 * 5 =
6.6 kN
Pa = 7.4 kN
Pb = 6.6 kN

Pada kuliah ini sudah dibahas konsep uraian satu gaya


menjadi dua gaya yang memiliki garis kerja yang
sejajar. Dasar analisis yang digunakan pada uraian satu
gaya menjadi dua gaya yang garis kerjanya sejajar
mengilhami analisa penting pada rekayasa struktur
yaitu perhitungan reaksi tumpuan pada struktur.
Sebagaimana halnya pada analisa gaya (resultante,
uraian dan keseimbangan gaya) maka perhitungan
reaksi tumpuan pada struktur dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu cara analitis dan cara grafis.
Secara umum perhitungan reaksi tumpuan pada
struktur selalu akan menggunakan analisa resultante
gaya, uraian gaya dan keseimbangan gaya.

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Untuk menghitung reaksi
tumpuan pada balok
yang ditumpu di dua
tumpuan, maka perlu
dihitung distribusi beban
P pada posisi as
tumpuan. Perhitungan
distribusi beban ini
dilakukan dengan prinsip
uraian satu beban
menjadi dua beban yang
bekerja sejajar.

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Jika P1 dan P2 adalah
distribusi beban P pada
kedua as tumpuan, maka
reaksi RB1 dan RB2
dihitung dengan konsep
keseimbangan dua gaya
pada garis kerja yang
sama.

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Menurut cara grafis
RB1 = P1 = 56 mm =
56/80 * 10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 24 mm =
24/80 * 10 kN = 3 kN.
Menurut cara analitis
RB1 = P1 = 140/200 *
10 kN = 7 kN.
RB2 = P2 = 60/200 * 10
kN = 3 kN = 3 kN.

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan akibat gaya P akan
menimbulkan reaksi tumpuan
RB1 dan RB2. Atau secara
umum pada balok sekarang
bekerja 3 gaya yaitu P, RB1 dan
RB2. Ketiga gaya tersebut
harus bekerja secara seimbang
agar struktur tetap seimbang
atau ketiga gaya tersebut harus
memenuhi persamaan
keseimbangan yaitu
V=0, H=0 dan M=0

Jika kita melihat kembali keseimbangan pada balok di atas, maka :


Berdasarkan V=0, maka akan menghasilkan persamaan RB1 + RB2 = P
Berdasarkan H=0, karena tidak ada gaya horizontal, maka H=0
Berdasarkan M=0, maka
MRB1 = MRB2 atau
RB1 * 60 = RB2 * 140
RB1 = 140/60 * RB2
RB1 = 140/60 * (P-RB1)
RB1 (1 + 140/60) = 140/60 * P
RB1 * 200/60 = 140/60 * P
RB1 = 140/200 * P

RB1 = 140/200 * P
RB2 = 60/200 * P

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Pada perhitungan reaksi
perletakan RB1 dan RB2
dengan cara analitis di
depan digunakan
keseimbangan momen di
posisi beban P.
Perhitungan reaksi
perletakan juga dapat
dilakukan dengan cara
yang sama tetapi
menggunakan
keseimbangan momen di
Menurut cara analitis
titik tumpuan kiri dan
SV = 0 RB1 + RB2= P
kanan.
RB1 = P RB2 = 10 3 = 7 kN
Menurut cara analitis
SM1 = 0 MP MRB2 = 0
10 * 60 RB2 * 200 = 0
RB2 = 60/200 * 10 kN = 3 kN.

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok

Menurut cara analitis


SV = 0 RB1 + RB2= P
RB2 = P RB2 = 10 7 = 3 kN

Menurut cara analitis


SM2 = 0 MP MRB1 = 0
10 * 140 RB1 * 200 = 0
RB1 = 140/200 * 10 kN = 7 kN.

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Dari uraian keseimbangan gaya
sebagaimana telah di sampaikan
di depan maka M = 0 harus
berlaku untuk sebarang titik di
balok.

Jika dicari keseimbangan pada


titik kiri dari balok (titik A)
diperoleh
MP - MRB2 = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat
dituliskan
MA = MP MRB2 = 0
P * a RB2 * L = 0
RB2 = P*a/L
Jadi dengan menggunakan
rumus
MA = 0
Dapat dicari reaksi RB2

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


Dengan cara yang sama :
Jika dicari keseimbangan pada
titik kanan dari balok (titik B)
diperoleh
MRB1 - MP = 0 (1)
Dengan persyaratan M = 0
Maka persamaan (1) dapat
dituliskan
MB = MRB1 MP = 0
RB1 * L P * b = 0
RB1 = P*b/L
Jadi dengan menggunakan
rumus
MB = 0
Dapat dicari reaksi RB1

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok

RA = 52 mm = 52/40 * 10 kN = 13 kN
RB = 48 mm = 48/40 * 10 kN = 12 kN

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN
SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok

SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN
SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10 * 140 + 15 * 80)/200 = 13 kN

Konsep dasar mencari reaksi perletakan pada balok


SMA = 0
RB * 200 P1 * 60 P2 * 120 = 0
RB = (10*60 + 15*120)/200= 12 kN

SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RA = P1 + P2 RB = 10 + 15 12 = 13 kN

SMB = 0
RA * 200 P1 * 140 P2 * 80 = 0
RA = (10*140 + 15*80)/200= 13 kN
SV = 0
RA + RB P1 P2 = 0
RB = P1 + P2 RA = 10 + 15 13 = 12 kN

Tugas Statika 1:
Soal No 1 :

Catatan : P3 dan diisi oleh


asisten dosen

Sebuah benda dengan bentuk bujur


sangkar menderita 4 gaya P1, P2, P3
dan P4. Titik tangkap masing-masing
gaya dapat dilihat pada gambar di
samping.
P3 = .. kN
= ..o
Tentukan :
1.Besar dan arah dari resultante gayagaya pada benda dengan
menggunakan poligon gaya
2.Besar , arah dan garis kerja
resultante gaya-gaya pada benda
dengan menggunakan segitiga gaya
secara grafis
3.Besar, arah dan garis kerja resultante
gaya-gaya pada benda dengan
menggunakan cara analitis.

Tugas Statika 1:
Soal No 2 :

Catatan : P2, a dan diisi oleh


asisten dosen

Diketahui 5 (lima) gaya dengan arah dan posisi seperti terlihat pada gambar di atas.
P2 = .. kN; a = cm; = ..o

Tentukan :
Besar, arah dan letak garis kerja resultante gaya-gaya dengan menggunakan cara
analitis dan grafis

Tugas Statika 1:
Soal No 3 :

Catatan : P2 dan a diisi oleh


asisten dosen

Diketahui 4 (empat) gaya dengan arah dan posisi seperti terlihat pada gambar di atas.

P2 = .. kN; a = cm
Uraikan keempat gaya-gaya tersebut di atas sesuai dengan garis kerja (a) dan garis
kerja (b) secara analitis dan grafis

Tugas Statika 1:
Tugas diberikan pada :

Nama : ..
NIM : .
Tanggal : .
Tanda Tangan Assisten :

Tugas dikumpulkan paling lambat satu minggu setelah tanggal


pemberian soal pada :
Dr. Ilham Nurhuda ST., MT.
Setelah disetujui oleh asisten dosen

You might also like