You are on page 1of 75

Materi Kuliah Keenam

1. Reaksi perletakan pada balok di atas dua tumpuan


2. Reaksi Perletakan pada balok gerber

Pada pengenalan tentang prinsip perhitungan reaksi


perletakan (tumpuan) sebagaimana diterangkan pada
kuliah sebelumnya, struktur balok ditumpu atau
diletakan di atas tanah dan hanya menderita beban
vertikal.
Akibat beban vertikal, maka pada kedua ujung balok
akan muncul dua reaksi perletakan yang besarnya sama
dengan beban yang bekerja dan arahnya berlawanan
dengan arah beban (SV = 0).
Perhitungan reaksi perletakan pada kedua sisi tumpuan
balok mempunyai kesamaan dengan cara perhitungan
uraian satu atau beberapa gaya vertikal menjadi dua
gaya yang diketahui garis kerjanya.
Uraian gaya menjadi dua gaya lain yang garis kerjanya
sejajar dapat dilakukan pada gaya-gaya dengan arah
sebarang.

Jika ada satu atau beberapa gaya miring yang garis


kerjanya sejajar dapat diuraikan menjadi dua gaya
dengan arah yang sejajar. (lihat uraian satu gaya
miring menjadi dua gaya miring yang saling sejajar).
Apakah bentuk beban yang miring juga dapat
diberlakukan dengan cara yang sama seperti beban
vertikal pada balok yang ditumpu pada dua tumpuan ?

Jika pada balok bekerja beban


miring P dengan arak beban
membentuk sudut a terhadap
sumbu balok, maka balok hanya
mempunyai kemampuan
memberikan reaksi balik sebesar RA
dan RB pada kedua sisi tumpuan.
Besar reaksi RA dan RB dipengaruhi
oleh komponen beban P sin a.
Akibat komponen beban P sin a,
maka tumpuan balok akan
memberikan reaksi balik sebesar
RA = Psin a * b / L
RB = P sin a * a / L
Balok masih menderita gaya
horizontal sebesar P cos a. Siapa
yang akan menahan beban P cos a ?.
Pada kedua tumpuan tidak ada yang
mampu menahan beban P cos a.
Balok tidak stabil

Untuk menjaga agar balok tetap stabil


maka balok harus diletakan pada sistim
tumpuan yang mampu menahan kedua
beban P sin a dan P cos a tersebut di
atas.

Dari uraian di atas juga tampak bahwa


akibat beban P sin a maka akan muncul
dua reaksi perletakan :
RA = Psin a * b / L
RB = P sin a * a / L
Untuk menahan beban P cos a maka
minimum harus ada satu lagi reaksi
tumpuan yang mampu menahan gaya
horizontal.
Atau secara keseluruhan untuk
menahan beban P yang miring
dibutuhkan sistem tumpuan yang
mampu memberikan 3 bentuk reaksi.

Di dalam ilmu mekanika teknik (engineering mechanics) terdapat tiga jenis


tumpuan yaitu Roll (roda), Sendi (engsel) dan Jepit.
Roll adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk beban-beban
yang bekerja tegak lurus bidang tumpuan roll. Atau dengan perkataan lain roll
mampu memberikan reaksi balik dengan arah tegak lurus bidang tumpuan.
Secara skhematis bentuk tumpuan roll dapat digambarkan sebagai berikut :

Tumpuan roll merupakan jenis tumpuan


yang arah garis kerja reaksinya pasti yaitu
tegak lurus bidang tumpuan.

Sendi (engsel / hinge) adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi
untuk beban-beban yang bekerja tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan sendi.
Atau dengan perkataan lain sendi mampu memberikan reaksi balik dengan arah
tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan. Secara skhematis bentuk tumpuan sendi
dapat digambarkan sebagai berikut :

Karena sifat tumpuan sendi yang dapat


berputar, maka tumpuan sendi merupakan
jenis tumpuan yang arah garis kerja
reaksinya tidak pasti (berubah-ubah sesuai
arah gaya yang bekerja padanya).

Jepit (fix) adalah jenis tumpuan yang mampu memberikan reaksi untuk bebanbeban yang bekerja tegak lurus dan sejajar bidang tumpuan dan mampu
menahan gaya-gaya yang arahnya memutar. Atau dengan perkataan lain jepit
mampu memberikan 3 (tiga) bentuk reaksi balik yaitu reaksi dengan arah tegak
lurus dan sejajar bidang tumpuan serta reaksi momen. Secara skhematis bentuk
tumpuan jepit dapat digambarkan sebagai berikut :

Arah garis kerja tumpuan jepit


sulit untuk ditentukan

Jika kita kembali membahas


keseimbangan balok yang menderita
gaya miring, maka tampak pada balok
akan bekerja dua gaya P sina dan P cosa
yang dapat ditahan oleh dua tumpuan
yang mampu memberikan 3 jenis reaksi
yaitu dua reaksi vertikal di tumpuan A
dan B serta reaksi horizontal ditumpuan
A (atau tumpuan B).
Dari kebutuhan akan reaksi yang harus
ada pada struktur ini, maka bentuk
struktur yang memenuhi syarat adalah
struktur dengan tumpuan sendi dan roll
Secara skhematis maka model
struktur balok beserta tumpuannya
adalah seperti terlihat pada gambar
di samping. Tumpuan A adalah Sendi
dan tumpuan B adalah Roll

Posisi tumpuan sendi dan roll bebas


bisa di titik A atau di titik B. Posisi
sendi dan roll yang berbeda akan
memberikan reaksi yang berbeda

Untuk memudahkan dalam analisis


struktur, maka bentuk struktur balok
dapat diubah menjadi struktur batang
(frame)

Dari model struktur tersebut terlihat


adanya tiga reaksi perletakan yang harus
dihitung akibat beban P.

SMA = 0 menghasilkan reaksi Vb


SV = 0 menghasilkan reaksi Va
SH = 0 menghasilkan reaksi Ha
Atau dapat pula dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
SMB = 0 menghasilkan reaksi Va
SV = 0 menghasilkan reaksi Vb
SH = 0 menghasilkan reaksi Ha

Jika dihubungkan jumlah reaksi


perletakan yang harus dihitung ada 3
yaitu Va, Ha dan Vb dengan persamaan
keseimbangan juga ada 3 yaitu SV=0,
SH = 0 dan SM = 0, maka kita memiliki 3
persamaan dengan 3 unknown value.
Secara matematis, ketiga reaksi
perletakan tersebut dapat dihitung
dengan mudah.

cara lain yang juga sering dilakukan


adalah sebagai berikut :
SMB = 0 menghasilkan reaksi Va
SMA = 0 menghasilkan reaksi Vb
SH = 0 menghasilkan reaksi Ha

Struktur yang memiliki jumlah reaksi


perletakan sama dengan jumlah
persamaan keseimbangan dikenal
dengan nama Struktur Statis Tertentu.
Sedangkan struktur yang memiliki
jumlah reaksi perletakan melebihi
persamaan keseimbangannya disebut
Struktur Statis Tak Tentu

Contoh kasus :

SMA = 0 VB * 200 - P sin 56 * 60 = 0 VB = 60/200 * P sin 56 = 2.487 kN.


SMB = 0 VA * 200 - P sin 56 * 140 = 0 VA = 10 sin 56 * 140 / 200 = 5.803 kN
SH = 0 HA Pcos 56 = 0 HA = Pcos 56 = 5.592 kN
SMA = 0 VB * 200 - P sin 56 * 60 = 0 VB = 60/200 * P sin 56 = 2.487 kN.
SV = 0 VA + VB = P sin 56 VA = P sin 56 VB = 8.29 2,487 = 5.803 kN.
SH = 0 HA Pcos 56 = 0 HA = Pcos 56 = 5.592 kN

Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya:


VA = 59 mm = 5.9 kN
HA = 58 mm = 5.8 kN
VB = 24.14 mm = 2.414 kN

Karena garis kerja tumpuan


B sudah pasti yaitu vertikal,
tentukan titik potong garis
kerja P dan garis kerja reaksi
tumpuan B (titik T) .
Hubungkan titik T dan Titik
A.
Uraikan gaya P menjadi dua
gaya PA dan PB sesuai garis
TA dan TB. Akibat gaya PA
maka pada tumpuan A akan
muncul reakasi Ra = PA.
Analogi Vb = panjang vektor
PB. Jika Ra diuraikan dalam
arah vertikal dan horizontal,
maka akan muncul :
Va = uraian gaya Ra vertikal
Ha = uraian gaya Ra horizontal

Cara Grafis dengan menggunakan diagram kutub :


VA = 58.85 mm = 5.885 kN
HA = 58.16 mm = 5.816 kN
VB = 24.74 mm = 2.474 kN

1. Uraikan gaya P menjadi dua gaya arah vertikal dan horizontal


2. Buat diagram kutub 012
3. Melalui titik a sembarang pada garis kerja VA tarik garis // 01 dan akan berpotongan dengan garis kerja Psina
di titik b.
4. Melalui titk b tarik garis // 02 dan akan memotong garis kerja VB di titik c.
5. Hubungkan a dan c
6. Melalui titik 0 tarik garis // ab dan akan memotong garis 12 di 3.

Cara Analitis :
SMA = 0 VB*200 P1 sin 135*60 P2*100 P3 sin 63.4 * 140 = 0
VB = (56.49 sin 135*60 + 60*100 + 44.62 sin 63.4 * 140) /200 = 69.91 kN ()
SV = 0 VA + VB P1 sin 135 P2 P3 sin 63.4 = 0
VA = 56.49 sin 135 + 60 + 44,62 sin 63,4 69.91 = 69.93 kN ()
SH = 0 HA - 56.49 cos 45 + P3 cos 63.4 = 0
HA = 56.49 cos 45 44.62 cos 63.4 = 19.965 kN ()

Cara Grafis
mencari
resultate beban
luar

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Buat diagram kutub 01234


Hubungkan 0 dengan 1, 2, 3 dan 4
Tarik garis // 01 dan akan memotong garis kerja gaya P1 di titk 1
Melalui titik 1 tarik garis // 02 dan memotong garis kerja P2 di titik 2
Melalui titik 2 tarik garis // 03 dan memotong garis kerja P3 di titik 3
Melalui titik 3 tarik garis // 04 dan memotong garis // 01 di titik T.
Melalui titik T tarik garis // 14 yang merupakan garis kerja resultante
R, dan ukurkan panjang vektor gaya R = panjang garis 14

Cara Grafis
mencari reaksi
perletakan

1. Uraikan gaya R menjadi dua gaya vertikal dan horizontal


sesuai garis 15 dan 45
2. Buat poligon kutub 015
3. Melalui titik a pada garis kerja Va tarik garis // 01 dan akan
memotong garis kerja R di titik b.
4. Melalui titik b tarik garis // 05 dan akan memotong garis
kerja Vb di titik c.
5. Hubungkan a dan c dan pada diagram kutub tarik garis // ac
melalui 0. Garis ini akan memotong komponen vertikal dari
gaya R menjadi dua gaya Va dan Vb.
Va = 70 mm = 70 kN
Ha = 20 mm = 20 kN
Vb = 70 mm = 70 kN

Cara Grafis :

VA = 70 mm = 70 kN
HA = 20 mm = 20 kN
VB = 70 mm = 70 kN

Cara Grafis dengan menggunakan segitiga gaya


VA = 69.96 mm = 69.96 kN
HA = 19.99 mm = 19.99 kN
VB = 70.93 mm = 70.93 kN

Cara Analitis :
SMA = 0 VB*200 P1 sin 135*60 P2*100 P3 sin 63.4 * 140 = 0
VB = (56.49 sin 135*60 + 60*100 + 44.62 sin 63.4 * 140) /200 = 69.91 kN ()

SV = 0 VA + VB P1 sin 135 P2 P3 sin 63.4 = 0


VA = 56.49 sin 135 + 60 + 44,62 sin 63,4 69.91 = 69.93 kN ()
SH = 0 HA - 56.49 cos 45 + P3 cos 63.4 = 0
HA = 56.49 cos 45 44.62 cos 63.4 = 19.965 kN ()

Cara Analitis :
Dengan cara analitis kita dapat mencari dimana letak garis kerja gaya resultante akibat
P1 sin 135, P2 sin 90 dan P3 sin 63.4 dengan menggunakan SM disebarang titik
diantara 3 beban tersebut.
Jika jarak resultante dianggap X terhadap titik I, maka M1 = M2 + M3
P1 sin 135 * X = P2 sin 90 * (40-X) + P3 sin 63.4 * (80-X)
39.944 X = 60 *(40-X) + 39.897 *(80-X)
139.841 X = 5591.76 X = 39.987 cm

Cara Analitis :
Dengan posisi gaya resultante X = 39.987 cm maka kita dapat mencari reaksi Va
dan VB akibat gaya resultante R = P1 sin 135 + P2 sin 90 + P3 sin 63.4 = 139.841
kN.
SMA=0 VB*200 = R * 99.987 VB = 139.841*99.987 / 200 = 69.911 kN()
SMB=0 VA*200 = R * 100.013 VB = 139.841*100.013 / 200 = 69.930 kN()

Beban merata dan segitiga.


Pada perhitungan reaksi perletakan pada
struktur balok di atas dua tumpuan telah
diperkenalkan bagaimana cara menghitung
reaksi perletakan jika pada balok bekerja
satu atau lebih dari satu beban terpusat.
Secara umum prinsip yang digunakan adalah
mencari resultante dari gaya-gaya atau
beban tersebut kemudian menggantikan
beban-beban
tersebut
dengan
gaya
resultante. Dengan menggunakan gaya
resultante kemudian dicari reaksi perletakan
pada kedua tumpuan. Bagaimana jika pada
balok bekerja gaya merata, dan segitiga?

Beban merata dan segitiga.

Untuk membahas pengaruh dari beban


merata atau beban segitiga, akan dilihat
perhitungan resultante gaya-gaya terpusat
yang jumlahnya banyak dan mempunyai
jarak yang berdekatan.

Gaya terpusat P1-P8 = 2 kN disebarkan secara merata sepanjang 7


meter dengan jarak masing-masing beban = 1 meter. Sepanjang 7
meter ada gaya 16 kN.

Seperti pada kasus dengan beban terpusat yang lebih dari satu, maka akan
dicari terlebih dahulu posisi resultante dari beban-beban terpusat tadi dengan
cara Analitis :
Posisi resultante akibat 8 gaya P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8 diambil
sejarak X dari posisi beban P1.

M1 + M2 + M3 + M4 = M5 + M6 + M7 + M8
P1*X + P2*(X-10)+P3*(X-20)+P4*(X-30)=P5*(40-X )+ P6*(50-X)+P7*(60X)+P8*(70-X)

(P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8)*X=(10+20+30+40+50+60+70)*2
X = 280/16*2 = 35 = 3.5 meter (posisi resultante beban di tengah

Cara Analitis :

Untuk mencari Va dan VB dengan gaya-gaya P1 sampai P8 :


SMA = 0 VB * 200 = P1*31+ P2*41+ P3*51+ P4*61+ P5*71+ P6*81+
P7*91+ P8*101
VB = 2*(31+41+51+61+71+81+91+101) /200 = 5.28 kN ()
SMB = 0 VA * 200 = P1*169+P2*159+P3*149+P4*139+P5*129 +P6*119
+P7*109 + P8*99
VA = 2*(169+159+149+139+129+119+109+99) /200 = 10.72 kN ()
VA + VB = 16 kN P1+P2+P3+P4+p5+P6+P7+P8=8*2 kN = 16 kN

Cara Analitis :
Untuk mencari Va dan VB dengan gaya R:
SMA = 0 VB * 200 = R*66 VB = 16*66/200 = 5.28 kN
SMB = 0 VA * 200 = R*(35+99) VA = 16*134/200 = 10.72 kN
VA + VB = 16 kN
P1+P2+P3+P4+p5+P6+P7+P8=8*2 kN = 16 kN

q = 16 kN/7 meter
q = 2.2857 kN/meter
q = 2.2857 kN/m

q = 16 kN/7 meter
q = 2.2857 kN/meter
q = 2.2857 kN/m

Model beban merata

Untuk mencari Va dan VB dengan gaya R:


SMA = 0 VB * 200 = q * 7 * 66
VB = 2.2857 * 7 * 66 / 200 = 5.279967 kN 5.28 kN

SMB = 0 VA * 200 = q * 7 * (35+99)


VA = 2.2857 * 7 * 134 / 200 = 10.719933 kN 10.72 kN
VA + VB = 5.279967 kN + 10.719933 kN = 15.9999 kN 16 kN

Model beban merata

Untuk mencari Va dan VB akibat beban merata dapat dilakukan dengan mencari luas
bidang beban = 2.2857 * 7 = 15.9999 kN. Total beban 15.9999 kN merupakan
resultante dari gaya merata R. Titik tangkap gaya R terletak pada tengan-tengah
bidang beban atau 3.5 m.

Untuk mencari Va dan VB akibat beban merata, maka dapat dicari dengan mencari luas
bidang beban = q*b. Total beban q*b yang merupakan luas dari bidang beban
merupakan resultante dari gaya merata R. Titik tangkap gaya R terletak pada tengahtengah bidang beban atau b/2.
VA = R*(c+b/2)/L = q*b*(c+b/2)/L
VB = R*(a+b/2)/L = q*b*(a+b/2)/L
Dari uraian tersebut di atas, maka posisi resultante dari gaya-gaya yang
bekerja pada suatu benda dapat ditentukan dari letak garis berat bidang
beban.

Model beban segitiga

Dengan cara yang sama :


jika pada balok bekerja gaya-gaya yang berubah-ubah secara linier
dan membentuk bidang beban berupa segitiga, maka resultante gayagaya berbentuk bidang segitiga tersebut dapat ditentukan dari titik
berat bidang segitiga.
Jika tinggi beban terbesar = q dan panjang beban b. maka
R = 0.5*q*b
Posisi garis kerja gaya R pada jarak 2b/3 dari posisi beban terkecil
dan b/3 dari posisi beban terbesar.

Cara Analitis :
Untuk mencari Va dan VB dengan gaya R. R = 5.5 * 8 * 0.5 = 22 kN
SMA = 0 VB * 200 = q * 8 * 0.5 * (20+160/3)
VB = 5.5 * 8 * 0.5 * 73.3333 / 200 = 8.0667 kN
SMB = 0 VA * 200 = q * 8 * 0.5 * (100+80/3)
VA = 5.5 * 8 * 0.5 * 126.6667 / 200 = 13.9333 kN
VA + VB = 8.0667 kN + 13.9333 kN = 22 kN

Contoh balok menderita beban terpusat, merata dan segitiga

Cara analitis :
SMA = 0 VB*20 = q1*5.5*2.75 + q2*9.0*0.5*(6.0+5.5)+P2 sina*17.5
VB = (1*5.5*2.75 + 1*9.0*0.5*11.5+2*17.5)/20.0 = 5.094 kN ()
SMB = 0 VA*20=1*5.5*17.25+1*9*0.5*8.5 +2 *2.5
VA = (1*5.5*17.25+1*9*0.5*8.5 +2 *2.5)20 = 6.906 kN ()
SH = 0 HA = P cos a = 2.5 * 3/5= 1.5 kN ()

Cara Grafis :

1. Tentukan resultante gaya dengan menggunakan


diagram kutub 01234

Cara Grafis :

2. Dengan menggunakan gaya R dibuat diagram kutub 015 untuk


menghitung reaksi VA dan VB.

VA = 68/20* 2 kN = 6.8 kN
VB = 52/20*2 kN = 5.2 kN
HA = 15/20*2kN = 1.5 kN

Cara Grafis :

VA = 68/20* 2 kN = 6.8 kN
VB = 52/20*2 kN = 5.2 kN
HA = 15/20*2kN = 1.5 kN

Balok Konsol
Pada perhitungan reaksi perletakan sebagaimana
diterangkan di depan, balok selalu menumpu pada
dua tumpuan sendi dan roll dengan panjang balok
sama dengan jarak antara kedua tumpuan tersebut.
Sering dijumpai pada bangunan teknik sipil jarak
tumpuan yang terlalu besar menyebabkan balok
mudah melendut (berubah bentuk / tidak kaku). Jika
balok yang harus ditumpu terlalu panjang, maka
untuk memperkecil lendutan, posisi tumpuan digeser
agak ketengah baik pada kedua tumpuan maupun
salah satu diantara kedua tumpuan tersebut. Model
struktur seperti ini biasa dikenal dengan nama balok
konsol (kantilever).

Balok Konsol
Untuk mencari reaksi perletakan pada balok konsol,
maka perlu diperhatikan besarnya reaksi perletakan
pada salah satu tumpuan bisa lebih besar dari beban
yang bekerja. Tetapi karena SV = 0, maka arah reaksi
perletakan pada tumpuan yang lain menjadi terbalik.

Contoh balok konsol dengan satu beban terpusat pada ujung konsol.
Cara Grafis :

VA = 72.35/20* 2 kN = 7.235 kN ()
VB = 12.25/20*2kN = 1.225 kN ()
1. Buat diagram kutub 012
2. Melalui titik 1 pada garis kerja VA tarik garis // 01 dan akan
memotong garis kerja beban P di titik 2.
3. Melalui titik 2 tarik garis // 02 dan akan memotong garis kerja
VB di titik 3.
4. Hubungkan titik 1 dan 3
5. Melalui titik 0 tarik garis // 13 dan akan memotong garis garis
12 dititik 3.

Cara Analitis :

SMA = 0 VB*200 + 6 *40 = 0 Vb = - 6*40/200 = -1.2 kN ()


SMB = 0 VA * 200 6 * 240 = 0 VA = 6*240/200 = 7.2 kN ()

Contoh balok konsol dengan beban terpusat, merata dan segitiga.


Hitung reaksi tumpuan A dan B dengan cara grafis dan
analitis

Cara Grafis :

Tentukan besarnya
resultante R dan garis
kerja resultante
dengan menggunakan
diagram kutub

Tentukan besarnya
reaksi tumpuan VA
dan VB akibat gaya R
dengan menggunakan
diagram kutub

Cara Analitis :

SMA = 0 VB*200 + 3 *40 1*15*3.5- 1*9*0.5*17= 0


Vb = (- 3*40 + 15*35 +4.5*170)/200 = 5.85 kN ()

SMB = 0 VA * 200 3 * 240 1*15*165 1*9*0.5*30 = 0


VA = (3*240+15*165+4.5*30)/200 = 16.65 kN ()

Contoh balok konsol dengan beban terpusat di kedua ujungnya.

Cara Grafis :

Cara Analitis :

SMA = 0 VB*200 - 4 *260 + 4 * 40= 0


Vb = (4*260 - 4*40)/200 = 4.4 kN ()
SMB = 0 VA * 200 4 * 240 + 4*60= 0
VA = (4*240-4*60)/200 = 3.6 kN ()

Contoh balok konsol dengan beban terpusat, merata dan segitiga.

Cara Analitis :
SMB = 0 VA =( 4*24 + 1*9*0.5*18 + 6sin60*11.5 + 21*0.1*4.5
4*6)/20 = 11.110 kN ()
SMA = 0 VB = (4*4+1*9*0.5*2+6sin60*8.5+21*0.1*15,5+4*26)20= 8.687kN ()
SH = o HB = 6 cos 60 = 3 kN ()

Mencari resultante
gaya dengan
diagram kutub
0123456

Cara Grafis :

Mencari reaksi
perletakan dengan
diagram kutub
017

Cara Grafis :

VA = 106.33/40*4 kN = 10.633 kN
VB = 91.67/40*4 kN = 9.167 kN
HA = 30/40*4 kN = 3 kN

Cara Grafis :

Balok Gerber
Pemindahan posisi tumpuan menjadi makin dekat
tidak selalu bisa mengatasi masalah kekakuan balok.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah menambah
jumlah tumpuan. Balok di atas dua tumpuan diubah
menjadi balok di atas tiga atau empat atau bahkan
lebih dari empat tumpuan. Penambahan tumpuan
akan menyebabkan bertambahnya jumlah reaksi
perletakan yang harus dihitung. Jumlah reaksi
tumpuan yang berubah tidak dapat diimbangi oleh
jumlah persamaan yang hanya ada tiga. Untuk
mengatsi masalah ini harus ditambah persamaan
keseimbangan sehingga kondisi struktur statis
tertentu masih tetap dapat diwujudkan.

Balok Gerber
Sebagai contoh jika balok diatas dua tumpuan sendi
dan roll ditambah dengan satu tumpuan roll, maka
jumlah reaksi perletakan yang harus dihitung menjadi
4 (empat). Agar struktur tetap statis tertentu maka
ditambahkan satu persamaan dengan menambahkan
satu sendi penghubung pada balok. Pada posisi sendi
tidak ada momen sehingga momen pada sendi
tambahan = 0.
Metode perhitungan balok gerber sama dengan
perhitungan reaksi perletakan pada dua jenis balok
yaitu balok anak (balok menumpang) dan balok induk
(balok yang ditumpangi). Perhitungan reaksi
perletakan dengan cara analitis dan grafis sama
seperti metode perhitungan yang telah di bahas di
depan.

Dengan penambahan satu tumpuan roll, maka ada 4 reaksi


perletakan yang harus dihitung yaitu VA, HA, VB dan VC.
Dengan penambahan satu sendi S, maka terdapat penambahan satu
persamaan keseimbangan SMS = 0 sehingga persamaan
keseimbangan menjadi : SV=0, SH = 0, SM = 0 dan SMS = 0

Dengan penambahan dua tumpuan roll, maka ada 5 reaksi perletakan


yang harus dihitung yaitu VA, HA, VB, VC dan VD.
Dengan penambahan dua sendi S1 dan S2, maka terdapat penambahan
dua persamaan keseimbangan SMS1 = 0 dan SMS2 = 0 sehingga
persamaan keseimbangan menjadi : SV=0, SH = 0, SM = 0,
SMS1 = 0 dan SMS2 = 0

Untuk menghitung reaksi perletakan pada balok gerber, maka balok


dipisahkan menjadi balok anak (SC) dan balok induk (ABS). Reaksi
perletakan pada balok anak dihitung (VS, HS dan VC). Reaksi VS dan HS
kemudian dilimpahkan ke balok induk dengan arah gaya berlawanan
(lihat gambar di atas)

Catatan :
Jarak yang dicantumkan pada
contoh soal di bawah mempunyai
skala gambar :
10 = 1 meter

SMS = 0 VC =
(0.5*10.0*5.0+3sin60*4.0)/10.0 =
3.539 kN ()
SMC = 0 VS =
(0.5*10.0*5.0+3sin60*6.0)/100 =
4.059 kN ()
SH = 0 HS = 3 cos 60 = 1.5 kN ()

SMA = 0 VB = (3*8 + 1*20*10 + 4.059*20)/17.5 = 17.439 kN ()


SMB = 0 VA = (3*9.5 + 1*20*7.5 - 4.059*2.5)/17.5 = 9.620 kN ()
SH = 0 HA = HS= 1.5 kN ()

Cara Grafis mencari


resultante gaya-gaya pada
balok anak

Cara Grafis mencari


resultante gaya-gaya pada
balok anak

1. Buat diagram kutub 0123


2. Tarik garis //01 memotong garis kerja P2 di titik 1
3. Melalui titik 1 buat garis // 02 memotong garis
kerja Rq1 di titik 2
4. Melalui titik 2 tarik garis // 03 memotong garis
//01 di titik 3.
5. Melalui titik 3 tarik garis // 13 yang merupakan garis
kerja R

Cara Grafis mencari reaksi


perletakan pada balok anak

VS = 40.68 mm = 4.068 kN ()
VC = 35.57 mm = 3.557 kN ()
HS = 15 mm = 1.5 kN ()

Cara Grafis mencari reaksi


perletakan pada balok anak

1. Melalui titik A pada garis kerja VA tarik garis // 01


memotong garis vertikal dari Rq1P2 di titik B
2. Melalui titik B tarik garis // 04 memotong garis
kerja VC di C
3. Melaui titik 0 tarik garis // AC yang akan memotong
garis 14 di 5
4. Garis 51 merupakan komponen gaya VS dan garis
54 merupakan komponen gaya VC

Cara Grafis mencari


resultante gaya-gaya pada
balok induk

1. Buat diagram
kutub 012345
2. Tarik garis //01
memotong garis
kerja P1 di titik 1
3. Melalui titik 1 buat
garis // 02
memotong garis
kerja Rq1 di titik 2
4. Melalui titik 2
tarik garis // 03
memotong garis
kerja VS di titik 3
5. Melalui titik 3 tarik
garis // 04
memotong garis
kerja HS di titik 4
6. Melalui titik 4
tarik garis //05
memotong garis //
01 di titik 5
7. Tarik garis //15
melalui titik 5
yang merupakan
garis kerja R

Cara Grafis mencari reaksi


perletakan pada balok induk

1. Melalui titik K
pada garis kerja
VA tarik garis
//01 memotong
garis kerja
komponen
vertikal dari gaya
R di titik L
2. Melalui titik L
tarik garis //04
memotong garis
kerja VB di titik M
3. Hubungkan K dan
M
4. Melelui titik 0
tarik garis // KM
memotong
komponen
vertikal dari R di
titik 6
5. 16 = komponen
gaya VA
6. 64 = komponen
gaya VC

VA = 9.875 kN ()
HA = 1.5 kN ()
VB = 17.225 kN ()

You might also like