You are on page 1of 5

Prognosis

Baik jika infeksi terkontrol ; jika terdapat hearing loss maka disembuhkan sesuai gejala ; jika
terjadi konduksi hearing loss maka di lakukan pembedahan.
Learning Objective !
Diagnosis Otitis Media supuratif kronik tipe Maligna
1. Interpretasi hasil pemeriksaan kasus d scenario?
1) Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya
tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus
eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita
pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika
pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien
tidak dapat mendengarnya
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya
secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala
didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah
bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada
dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika
pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya
tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus
lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih
lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I
yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak
lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai
aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah
tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid
pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan
garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
2) Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang
antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan
garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika
telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau
sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga
akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum
timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus
di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan
didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih
hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di
dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada
sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.
3) Test Swabach
Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteo temporale
Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada
puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin
lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada

saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera
memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal
ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan
dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
2. Perbedaan penyakit infeksi telinga dan non infeksi?
Macam kelainan non infeksi telinga :
- Kelainan Aurikula
Kelainan kongenital
o Fistula preaurikular
o Aurikula Aksesorius
o Kelainan ukuran/posisi (anotia, mikrotia, makrotia, loop ear/bat ear)
o Sindroma kongenital lain (Sindroma Treacher Colin )
- Kelainan CAE :Atresia meatus
- Trauma telinga luar : tajam atau tumpul
- Frostbite/burn : thermal injury kerusakan selular karena gangguan mikrovaskular
- Hematoma : trauma tumpul akumulasi darah pada ruang subperikondrial
- Neoplasma
Jenis : osteoma, karsinoma ( basal cell ca, cutaneus squamous cell ca, melanoma)
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. FKUI.
2007
3. Penyebab fistula retro aurikula kiri pada kasus di scenario?
Dapat disebabkan oleh adanya kolesteatom. Kolesteatoma pada OMSK tipe
atikoantral adalah suatu kantong retraksi yang dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi
dengan debris keratin yang muncul dalam ruang yang berpneumatisasi dari tulang temporal.
Kolesteatoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh, mendestruksi tulang, dan
menyebabkan infeksi kronik sehingga suatu otitis media kronik dengan kolesteatoma sering
dikatakan sebagai penyakit yang tidak aman dan secara umum memerlukan
penatalaksanaan bedah. Pembentukan kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di
sekitarnya sehingga mengakibatkan terjadinya destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret
yang kental dan berbau.
4. Pemeriksaan penunjang ?
Tes Bing
- Cara pemeriksaan :
o Tragus telinga yang diperiksa ditekan (ditutup) sehingga terdapat tuli
konduktif kira2 30 Db.
o Penala digetarkan, diletakkan di tengah kepala seperti pada tes weber
-

Interpretasi:

o Lateralisasi ke telinga yang ditutup telinga normal atau tuli saraf


o Tidak ada lateralisasi ke telinga yang ditutup (yang diperiksa)
telinga tersebut tuli konduktif

Audiometri
- Tujuan : untuk menentukan sifat kelainan pendengaran
- Merupakan earphone sederhana yang dihubungkan dengan ossilator
elektronik yang mampu memancarkan suara murni dengan kisaran
frekuensi rendahtinggi
- Tingkat intensitas nol pada masing2 frekuensi adalah kekerasan yang
hampir tidak bisa didengar oleh telinga normal
- Volume dapat ditingkatkan,bika harus ditingkatkan hingga 30 desibel
dari normal org tsb dikatakan kehilangan pendengaran 30 dB untuk
frekuensi tertentu

Timpanometri
- Definisi : pengukuran tekanan telinga yang berhubungan dengan tuba
saluran eustachius pada membran tImpani
- deteksi kehilangan pendengaran
- instrumen diagnostik
- Tujuan, mengetahui: Compliance/mobilitas membrana timpani;
Tekanan pada telinga tengah ; Volume canalis auditorius eksterna
- Hasil timpanogram
- Klasifikasi timpanogram : tipe A (normal); type B (menunjukkan
adanya cairan di belakang membrana timpani); tipe C (menunjukkan
adanya disfungsi tuba eustachius)
- Berguna untuk diagnosis dan follow-up penyakit pada telinga tengah
(aling sering : otitis media pd anak-anak)
- Cara pemeriksaan: menggunakan probe dengan frekuensi 226 Hz
- Interpretasi : Compliance membrana tympani (normal volume: 0.2 to
2.0 mL), normal tekanan pada telinga tengah = +100 mm H2O s/d 150 mm H2O
- Volume canalis auditorius eksternal = 0.2 s/d 2.0 mL).

Radiologi
Pemeriksaan radiologi dari mastoid perlu untuk melihat perkembangan
pneumatisasi mastoid dan perluasan penyakit. Foto polos dan CT Scan dapat
menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma dan keadaan tulang-tulang
pendengaran juga dapat diperhatikan.
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan bakteri
penyebab OMSK dan antibiotika yang tepat

Sumber : (Ballenger, 1997; Mills, 1997; Helmi, 2005).

5. Frekuensi yang dapat didengar manusia (tertinggi dan terendah)


Bunyi frekuensi 20-20.000 siklus per detik (cps,Hertz) frekuensi nada murni
yang dapat ditangkap oleh telinga normal
Ambang kepekaan manusia beragam, namun paling sensitif = 1000-4000 Hz
Sumber : Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.ECG
6. Pencegahan
Prevensi : menjaga agar perforasi tetap kering
-

Kontrol infeksi/alergi saluran pernapasan atas


Hindari kemasukan air

Sumber : Nashar, Az Hafid, 2013, THE DISEASE DIAGNOSIS & TERAPI, Pustaka Cendekia
Press, Yogyakarta

You might also like