Professional Documents
Culture Documents
TEORI PENUNJANG
(2.1)
H+ + e- H(atom)
2H
H2
Universitas Indonesia
b. pH 7 : 2H2O + 02 + 4e-
4OH-
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Sebuah Profil Energi Termodinamika Untuk Logam Dan SenyawaSenyawanya[1].
Selisih energi bebas antara logam dengan produk korosinya (G) dalam
gambar 2.2 hanya menggambarkan logam yang mengalami korosi bukan
penentuan laju korosinya. Energi bebas merupakan faktor satu-satunya yang
menentukan suatu korosi berlangsung spontan atau tidak. Setiap energi bebas
suatu unsur dinyatakan sebagai G dan perubahan energi dinyatakan sebagai G.
Peralihan energi tinggi ke energi rendah , yang menyebutkan bahwa energi yang
diberikan dengan tanda negatif dan energi yang diserap oleh sistem dengan tanda
positif. Jadi agar suatu reaksi dapat berjalan spontan maka G harus negatif.
Semua korosi bergantung pada temperatur, ini karena tingkat energi bebas unsurunsur yang terlibat bergantung pada temperatur. Oleh sebab itu kita dapat
mengaplikasikan ke persamaan termodinamik sebagai berikut :
G = G0 + RT ln J
(2.2)
(2.3)
(2.4)
Seperti contoh reaksi diatas menggambarkan besi yang terkorosi didalam larutan
tembaga sulfat sebagai berikut :
Fe Fe2+ + 2e
(2.5)
Universitas Indonesia
Cu2+ + 2e Cu
2+
(2.6)
2+
Fe + Cu Fe + Cu
(2.7)
(2.8)
(2.9)
Keterangan:
E= potensial yang diukur (dalam Volt)
Z = banyaknya elektron yang dipindahkan dalam reaksi korosi
F = muatan yang dipindahkan oleh satu mol elektron (96494 coulomb per
mol)
Tanda negatif menunjukkan bahwa elektron bermuatan negatif.
Tanda (0) menyatakan kondisi baku sehingga dapat dituliskan menjadi:
G0 = - zFE
(2.10)
(2.11)
(2.12)
Universitas Indonesia
akan terkorosi, tidak terkorosi atau mengalami pemasifan dalam larutan dalam
pelarut air.
Gambar 2.4 Diagram E-pH Besi Dilingkungan Air Pada Suhu 250C Pada
Pengamatan Perilaku Korosi[2]
Universitas Indonesia
(2.13)
Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion
(n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai
contoh besi :
Fe Fe2+ + 2e
(2.14)
: 2H- + 2eH2
(2.15)
Reduksi oksigen
: O2 + 4 H- + 4e 2H2O
(2.16)
: Fe3+ + e Fe2+
(2.17)
Pengendapan logam
: 3 Na + 3 e 3 Na
(2.18)
: O2 + 4 H+ + 4 e 2H2O
(2.19)
O2 + 2H2O + 4e 4OH-
(2.20)
Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam larutan terbuka
(NaCl.H2O). Reaksi korosi tersebut sebagai berikut :
Fe3+ + O2- Fe2O3
(2.21)
Universitas Indonesia
Peristiwa korosi pada struktur pipa, baik yang terjadi dilingkungan tanah
dan air harus melibatkan syarat-syarat diatas. Peristiwa korosi pada struktur pipa
memiliki reaksi anoda dan katoda:
Reaksi anodik
: Fe Fe2+ + 2e-
(2.22)
Reaksi katodik
(2.23)
Reaksi keseluruhan
(2.24)
Pada reaksi (2.22) dan (2.23) melibatkan elektron. Reaksi anodik adalah
2+
katodik adalah reaksi pelarutan oksigen O2 didalam air menjadi ion OH dengan
membutuhkan 4 elektron dimana terjadi pengurangan bilangan okdasi 0 menjadi 4. Elektron ini akan mengalir dari reaksi anodik menuju reaksi katodik untuk
mencapai kesetimbangan yang dinamis. Pergerakan elektron ini mengakibatkan
terjadinya arus listik yang arahnya berlawanan dengan arah aliran elektron. Arah
aliran elektron berasal dari anoda menuju katoda sehingga arah aliran arus listrik
berasal dari katoda menuju anoda.
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
permukaan pada sampel kupon dijelaskan dalam ASTM G1,G4 dan NACE
RP0775.
Zat Kimia
Waktu
Temperatur
Keterangan
Dingin
Room
Terhindar Dari
20% NaOH,200g/L
Besi Dan
Zinc Dust Or
Hingga
Baja
Conc.HCl,50 G/L,
Bersih
10%H2so4
Karat
10 % HNO3
Hingga
Bersih
140 f
Kontaminasi
(600c)
Klorida
Keterangan :
CR
Weight Loss
= Konstanta-Faktor
Alloy Density
Epoxy
Exposed Area
Universitas Indonesia
12
Exposure time
mm/yr
m/yr
nm/h
pm/s
Outstanding
<1
< 0.02
< 25
<2
<1
Excelent
1-5
0.02-0.1
25-100
2-10
1-5
Good
5-20
0.1-0.5
100-500
10-50
20-50
Fair
20-50
0.5-1
500-1000
50-150
20-50
Poor
50-200
1-5
1000-5000
150-500
50-200
Unacceptable
200+
5+
5000+
500+
200+
Relative
Corrosion
Resistance
13
Ekstrapolasi Tafel
Metode polarisasi mengukur laju korosi yang memiliki keuntungan yang
sangat baik. Biasanya hanya beberapa menit yang dibutuhkan untuk menentukan
kecepatan korosi dengan tahanan polarisasi, dimana pengukuran kehilangan
secara konvensional membutuhkan beberapa hari atau lebih. Oleh karena itu,
pengukuran semicontinous pada korosi dapat dimasukkan dimana sangat berguna
dalam pembelajaran kinetik atau untuk mengawasi proses korosi diplant proses.
Metode ini sangat sensitif dan membutukan faktor pemercepat seperti temperatur
tinggi untuk meningkatkan kecepatan dilaboratorium. Pengukuran polarisasi
adalah pengujian tidak merusak dan dapat dilakukan beberapa kali untuk
mengukur kecepatan korosi secara berurutan pada elektroda yang sama.
Kinetika elektrokimia
pada
sebuah
metal
yang terkorosi
dapat
(2.25)
Perilaku tafel yang baik dapat diamati pada deareasi elektrolit netral.
Dengan adanya semua reaksi katodik lainnya, polarisasi katodik akan dikontrol
oleh air yang terhidrolisis.
Universitas Indonesia
14
(2.26)
Reaksi ini equivalen dengan reaksi (2.25); penambahan 2OH- pada masing bagian
(2.25) akan menghasilkan (2.26). Akan tetapi kinetika pada dua reaksi tersebut
sangat berbeda. Kecepatan (2.25) relatif lebih tinggi, karena adanya H+,dikontrol
oleh pH. Kecepatan (2.26) kurang karena dissociation molekul air, sehingga
kecepatannya lambat.
Universitas Indonesia
15
MoA
VaA
0.15
0.15
0.08
0.08
0.15
0.15
0.08
0.08
0.15
0.08
Universitas Indonesia
16
Gambar 2.7 Perbandingan Ukuran Pasir, Lumpur, Dan Tanah Liat Membentuk
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Partikel
17
a. Kandungan Air
Air dalam bentuk larutan ataupun gas merupakan variabel yang
menentukan kemampuan tanah sebagai media elektrolit dalam reaksi korosi.
Pergerakan air mengikuti arah gravitasi yaitu, mengalir dari ketinggian tinggi ke
rendah. Pergerakan air didalam tanah juga diakibatkan dari tingkat basah yang
tinggi menuju daerah kering sehingga air bergerak dari tanah yang basah menuju
tanah yang kering meskipun hal ini akan bertentangan dengan gravitasi jika tanah
yang basah berada dibawah. Mekanisme pergerakan air dalam tanah ini dapat
terjadi melalui gravitasi, kapilaritas, tekanan osmosis dan interaksi elektrostatik
antar partikel tanah. Air dapat bergerak didalam tanah dikarenakan adanya
porositas tanah sebagai tempat pergerakan air, tekstur dan struktur tanah sebagai
kekuatan yang dapat menahan atau menampung air serta kandungan organik
didalam tanah.
b. Derajat Aerasi
Derajat aerasi didalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman tanah.
Penurunan derajat aerasi atau kandungan oksigen sejalan dengan makin dalamnya
kedalaman tanah begitu juga sebaliknya dengan peningkatan derajat aerasi.
Konsentrasi oksigen merupakan hal terpenting dalam korosi. Oksigen adalah
pemicu reaksi katodik pada korosi. Walaupun demikian kehadiran jenis bakteri
Universitas Indonesia
18
pH log
log
1
log AH
AH
1
log H
keasaman tinggi
pH tinggi
keasaman rendah
Sifat tanah ditentukan oleh pH tanah yang akan menentukan keadaan dari
korosifitas tanah. pH tanah yang asam akan mengakibatkan korosifitas tanah
meningkat sedangkan tanah yang bersifat basa mengakibatkan logam akan
menghasilkan scale.
Universitas Indonesia
19
2. Iklim
-
Curah hujan dan suhu sangat berpengaruh aktif terhadap asam basanya
tanah.
3. Bahan Organik.
-
Bahan
organik
menghasilkan
asam-asam
organik
hasil
proses
humifikasi.
-
4. Pengaruh manusia
-
5. Jenis lempung
-
Universitas Indonesia
20
Penting untuk daerah tergenang atau rawa untuk melihat potensi bahaya
clay (lempung) karena adanya reaksi oksidasi.
Jika setelah oksidasi nilai pH 3,5 maka tanah mengandung pirit yang
menghasilkan sulfat yang beracun.
2H+
Reaksi :
FeS
+ O2 + H2O
Fe (OH)3 + H2SO4
SO42-
fasa padat
Universitas Indonesia
21
Tanah alkali
Tanah alkali
Sifat netral
4. Rendah (<5,5)
-
Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan
Universitas Indonesia
22
d. Resistifitas Tanah
Resistifitas tanah adalah besarnya karakteristik tanah sebagai media
elektrolit untuk menghantarkan arus listrik yang menyebabkan terjadinya korosi.
Telah diketahui bahwa tingkat korosifitas tanah akan meningkat saat arus yang
mengalir meningkat yang menyebabkan nilai resistifitas dari tanah menurun. Nilai
resistifitas sangat dipengaruhi oleh kandungan air baik dalam bentuk uap air atau
cairan didalam tanah.
Resistifitas tanah adalah faktor terpenting dalam mengukur tingkat
korosifitas tanah. Setiap tanah memiliki tingkat korosif yang berbeda dengan
tanah yang lain karena nilai resistifitasnya yang berbeda. Tanah berpasir (sandy
soil) memiliki korosifitas yang rendah akibat nilai resistifitasnya tinggi sedangkan
tanah liat (clay) memiliki korosifitas yang tinggi akibat nilai resistifitasnya
rendah. Tinggi dan rendahnya korosifitas tanah ini memiliki range nilai yang
dapat dilihat sebagai berikut :
Tidak korosif
100 -200
Korosi rendah
50 100
Korosi rendah
30 50
Korosif
10 30
Sangat Korosif
Universitas Indonesia
23
Tabel 2.7 Klasifikasi Tanah, Air Dan Batuan Secara Kasar Berdasarkan Nilai
Resistifitas [6]
Reoginal Resistivitas Tanah
Resistivitas (Ohm.m)
Tanah Basah
50 200
Tanah Kering
100 200
Tanah Gersang
Air
Air Tanah
1- 10
Air Hujan
30 1000
Air Laut
0.2
Air Es
105 108
100 10.000
Consolidated sediments
10 100
Unconsolidated sediment
1 10
Pada tabel 2.7 dapat dilihat bahwa tanah basah (wet region) memiliki
resistifitas yang rendah. Tanah basah terletak dipermukaan bumi, seperti halnya,
tanah lempung atau tanah liat. Nilai resistifitas yang rendah dari tanah basah
dikarenakan kandungan uap air dan mineral yang ada pada tanah basah.
Sedangkan tanah kering dan tandus (dry dan arid region) memiliki resistifitas
yang tinggi. Nilai resistifitas yang rendah dari tanah basah dikarenakan kandungan
uap air dan mineral yang ada di tanah basah.
Kemampuan tahanan (resistance) tanah dipermukaan bumi sebagai media
elektrolit yang dapat diwakili oleh resistifitas tanah, dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu, kelembaban, temperatur tanah, kelarutan garam (dissolved salt),
kandungan mineral atau kimia didalam tanah, keadaan tanah dan kedalaman
tanah. Pengukuran resistifitas tanah pada daerah tertentu bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar tahanan yang dapat dihasilkan dan dijaga agar biaya
pengeluaran dari penginstalasi benda kerja diupayakan serendah mungkin.
Resistifitas tanah memiliki nilai yang beraneka ragam tergantung dari jenis
tanahnya sendiri, misalnya daerah endapan lumpur berbeda dengan daerah
Universitas Indonesia
24
pinggiran sungai serta tanah kering berbeda dengan tanah berbatu granit di
pegunungan[5]. Perbedaaan nilai resistifitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
akan tetapi faktor yang paling mempengaruhi adalah kandungan uap air atau
kelembaban. Faktor-faktor yang dimaksud, yaitu :
f.
25
sehingga terjadi perbedaan tekanan antara permukaan tanah dan atmosfer udara
sehingga uap air akan mengalir dari permukaan tanah yang bertekanan tinggi
menuju atmosfer (awan) yang bertekanan rendah. Kenaikan temperatur yang
sangat ekstrim seperti halnya gurun pasir akan mengakibatkan uap air akan terus
menerus naik ke awan dan tidak turun ke bawah permukaan bumi lagi. Oleh
karena itu, dilingkungan dengan temperatur yang sangat tinggi, jarang ada bahkan
tidak ada uap air atau kandungan air dipermukaan tanah yang mengakibatkan nilai
resistifitas meningkat. Dibawah ini adalah berbagai nilai resistifitas berbagai
kondisi temperatur pada tanah lempung berpasir dengan kandungan uap air 15,2%
uap air.
Tabel 2.9 Nilai Resistivitas Tanah Berdasarkan Perubahan Temperatur[7].
Temperatur
0
Resistivitas
(Ohm-meter)
20
68
72
10
50
90
0(air)
32(air)
138
0 (es)
32 (es)
300
-5
23
790
- 15
14
3300
g. Kandungan garam
Kandungan garam bisa bermacam-macam, misalnya, tembaga/copper
sulfat (CuSO ), sodium karbonat (CaCO ) dan lain-lain. Ion-ion yang ada dalam
4
Universitas Indonesia
26
Resistivitas (ohm-meter)
pada 200 C
1.63 x 10-8
Copper, annealed
1.72 x 10-8
1.77 x 10-8
Gold,pure
2.44 x 10-8
Aluminium
2.82 x 10-8
Zinc
5.68 x 10-8
Brass
7.14 x 10-8
Iron, pure
1.00 x 10-7
Tin
1.15 x 10-7
Lead
2.20 x 10-7
Steel,Structural
3.00 x 10-7
Constantan
4.90 x 10-7
Mercury
9.62 x 10-7
Carbon
3.00 x 10-5
Sea Water
0.22
h. Potensial Reduksi-Oksidasi
Potensial redoks adalah beda potensial dari potential reduksi dan oksidasi
dalam korosi . Potensial redoks berhubungan dengan derajat aerasi didalam tanah.
Hal ini dikarenakan oksigen berperan penting dalam reaksi reduksi di katoda.
Nilai potensial redoks yang tinggi menunjukkan derajat aerasi tingggi atau
kandungan oksigen didalam tanah tinggi.
i.
Kandungan Garam
Ada beberapa kandungan garam-garaman yang mempengaruhi tingkat
korosifitas tanah seperti ion klorida dan ion sulfat. Ion klorida sangat berbahaya
dalam peristiwa korosi sebab klorida dapat mempercepat korosi pada logam.
Kehadiran ion klorida akan mempengaruhi nilai resistifitas menjadi lebih kecil.
Universitas Indonesia
27
Ion klorida didalam tanah berasal dari air di dalam tanah (groundwater) dan aliran
air laut yang merembes ke dalam tanah dan ke lingkungan air tawar baik
dipermukaan atau di dalam tanah. Ion klorida juga bisa berasal dari industri
pertanian, kendaraan bermotor dan lain-lain. Kandungan sulfat juga tidak kalah
berpengaruhnya dengan ion klorida. Kandungan sulfat bisa berasal bakteri
anaerob SRB yang menghasilkan sulfide di lingkungan sekitarnya.
j. Mikroorganisme[8]
Bakteri secara garis besar digolongkan menjadi dua golongan yaitu bakteri
aerob dan anerob.
-
Bakteri Anaerob artinya bila ada oksigen bakteri tersebut akan mati,
namun akan tumbuh subur dan gemuk bila kandungan oksigen di
lingkungannya sangat kecil.
(2.27)
Universitas Indonesia
28
2.
Reaksi anodik :
Fe Fe2+ + 2e-
(2.28)
Dissosiasi air
H2O H+ + OH-
(2.29)
H+ + e- H
(2.30)
Reaksi katodik :
(2.31)
Produk Korosi :
Fe2+ + S2- FeS dan 3 Fe2+ + 6 OH- 3 Fe(OH)2
(2.32)
Reaksi Keseluruhan :
4 Fe + SO42- + 4 H2O 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OHSalah satu spesies pendukung
(2.32)
Universitas Indonesia
29
Siklus Sulfur[8]
Reaksi:
H2S + O2 S + H2O
(G0= - 50,1 kkal/mol atau -210,4 kJ/mol)
(2.33)
(2.34)
(2.35)
Universitas Indonesia
30
Bakteri lain
yg dpt
(2.36)
Pyrobaculum, Pyrodictium
Interaksi siklus S & Fe
Salah satu implikasi dari siklus S adalah peristiwa korosi pada pipa-pipa besi yang
diletakkan di tanah yang mengandung S
Reaksi:
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2
4H2 + SO4
H2S + Fe
2-
2+
(2.37)
(2.38)
+ 2e FeS + H2
(2.39)
Tabel 2.11 Pengaruh Klorida,Sulfur Dan Ph Pada Korosi Jaringan Pipa Yang
Ditanam [7]
Concentration
Degree of corrosivity
Chloride
>5,000
Severe
1,500-5000
Considerable
500-1.500
Corrosive
<500
Threshold
Sulphate
>10.000
Severe
1.500-10.000
Considerable
150-1.500
Positive
0-150
Negligible
pH
<5.5
Severe
5.5-6.5
Moderate
6.5-7.5
Netral
>7.5
None(alkaline)
Universitas Indonesia
31
Tabel 2.12 Keuntungan dan kerugian dalam penggunaan metode Coating untuk
proteksi korosi
-
Keuntungan
Mudah diaplikaskan
Mudah dirawat/direpair
Tersedia dalam jumlah yang
melimpah (bahan pelapis)
Relatif Murah
Efektif
dalam
pencegahan
korosi
Dapat diaplikasikan bersamasama proteksi katodik (CP)
Kerugian
Lifetime lapisan pelapis terbatas
(coating breakdown)
Sifat mekanik relative rendah
Mengalami
degradasi,
khususnya oleh sinar ultraviolet
(UV)
Ketahanan terhadap temperature
relatif
rendah,
maksimal
o
150 C.
Dengan persiapan permukaan
yang
kurang
baik
dapat
mengarah ke corrosion under
insulation
2.3.1
Universitas Indonesia
32
dihasilkan oleh sistem. Cara pemberian arus searah dalam sistem proteksi katodik
ada dua yaitu dengan cara menerapkan anoda korban (sacrificial anode) atau
dengan cara menerapkan arus tanding (impressed current)
Pada sistem proteksi katodik dengan anoda korban, tidak diperlukan
memberikan daya. Paduan yang dijadikan anoda korban akan membangkitkan
arus yang diperlukan sebagai akibat adanya perbedaan potensial dengan struktur
yang dilindunginya. Adanya pembangkitan arus dari anoda korban mengakibatkan
umur anoda korban terbatas. Jenis logam yang lazim digunakan sebagai anoda
korban antara lain: Magnesium, seng atau aluminum pada berbagai derajat
kemurnian atau paduan/campuran lain dengan komposisi yang khusus.
Sistem proteksi katodik arus tanding, memanfaatkan arus searah yang
diberasal dari suatu sumber daya, dimana kutub positip dari sumber daya
dihubungkan dengan anoda sedangkan kutub negatifnya dihubungkan dengan
sistem yang akan diproteksi. Anoda yang digunakan umumnya memiliki umur
yang relatif panjang seperti misalnya besi cor berkadar silikon yang tinggi, grafit
atau aluminum. Disamping itu kadang-kadang digunakan juga besi scrap, paduan
timah hitam, platina atau paduan platina dengan paladium dan paduan-paduan
lainnya. Sumber daya yang digunakan tergantung pada mudah tidaknya jaringan
listrik diperoleh. Untuk mengkonversikan arus AC menjadi DC digunakan
Rectifiers. Jika tidak memungkinkan dapat digunakan batere atau solar power
sebagai sumber penyuplai arus searah. Masing-masing sistem tentu saja memiliki
kelemahan dan kelebihan.
Arus tanding
Memerlukan sumber daya
Universitas Indonesia
33
2.3.2 Inhibitor
Perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian internal.
Ditambahkan dalam lingkungan dalam jumlah yang sedikit (ppm atau mg/liter),
umumnya 10-100 ppm, sehingga dapat mengubah sedikit permukaan material.
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
non-oxidizing
membutuhkan O2 terlarut
Contoh : kromat,nitrit
contoh:
phospate,benzoate,hydroxide,molybdate
4. Destimulator
Menurunkan kadar O2 pada lingkungan (oxygen scravenger)
Contoh: reaksi hydrazine
Universitas Indonesia
36
O2 + N2H2 2H2O + N2
(2.40)
Universitas Indonesia
37
Dari grafik dapat dilihat bahwa baja (steel) dan tenbaga (copper)
memiliki beda potensial yang cukup besar sehingga berpotensi terjadi
korosi, Stainless steel yang dikatakan material sukar terkorosi, terlihat
dari grafik ternyata ada beberapa material yang lebih mulia (noble)
diantaranya grafit. Interaksi antara grafit-Stainless Steel harus dihindarkan
karena dapat menyebabkan stainless steel terkorosi.
38
2.3.4 Pelapisan
Salah satu cara pengendalian korosi dengan cara memberi lapisan
perlindungan (coating protection). Proteksi lapisan yang lazim digunakan pada
jaringan pipa adalah eksternal pelapisan, yang sering kali dikombinasi dengan
proteksi
katodik.
Untuk
korosi
bagian
dalam
pipa
(internal
korosi)
Universitas Indonesia
39
dapat mudah mengering dan membentuk suatu lapisan secara alami setelah
penguapan dari zat pelarut
Pada umumnya sifat dari kering alami adalah :
a. Reversible artinya, dapat kembali dalam bentuk semula walaupun
pelapisan sudah berbulan-bulan bahkan tahunan, ia akan mudah
dilarutkan kembali oleh pelarut tertentu
b. Solvent sensitive artinya, sangat peka dan tidak tahan terhadap
pelarut yang lebih kuat dari pelarutnya sendiri
c. Thermoplastic artinya, pelapis tersebut mudah menjadi lunak atau
lentur pada temperatur tertentu.
B. Chemical Curing
Proses kering secara kimia terbagi atas:
1. Reaksi dengan oksigen
Dalam udara tebuka komponen-komponen akan membentuk suatu
lapisan, sedang oksigen sebagai penghantarnya (oksidasi).
2. Reaksi antara dua komponen.
Artinya, pelapis tersebut diproduksi dan dikemas dalam bentuk dua
komponen yang mana bahan perekat, zat pewarna dan pelarut
dipisahkan dalam dua kemasan terpisah, yang disebut base dan
curing agent. Pelapis ini baru dicampurkan bila akan digunakan
dan akan membentuk suatu lapisan keras.
3. Reaksi dengan carbon dioxide dalam udara, atau reaksi dalam satu
komponen dengan jalan memanaskan permukaan dengan panas
yang tinggi.
Universitas Indonesia
40
Two-Pack
Other
a.
Tars
Bitumens
Chlorinated Rubbers
Vinyls
Acrylics
Polyvinyl Butyrals
Oil
Oleoresionous
Alkyds
Modified Alkyds
Epoxy Ester
Epoxy
Polyurethanes
Polyesters
Polyurethanes
Zinc Silicanes
Silicones
Pelapis Epoksi[11]
Epoksi merupakan jenis polimer tipe termoset. Umumnya terdiri dari
kumpulan mer yang tersusun terulang. Gabungan dari polimer yang berbentuk
rantai panjang dan bercabang membentuk polimer bersambung silang (cross
linked) yang mengandung epoksi atau oxirane.
Biasa terdiri dari 2 bagian, yang pertama berisikan resin epoksi, pigmen
dan beberapa pelarut, untuk bagian kedua adalah kopolimer (polimer yang
terbentuk
dari
monomer
yang
berbeda)
agen
pengeras
dapat
berupa
41
Hanya pada lapisan cat tebal yang penting untuk diperhatikan adalah sifat
kecenderungan cat basah untuk turun meleleh (sag) akibat lapisan tebal pada
permukaan vertikal dan pelarut tertinggal dalam lapisan. Pelarut yang tertinggal
dalam lapisan cat dapat menjadi penyebab kerusakan pada cat, akan tetapi pada
cat epoksi 2 komponen, pelarut yang digunakan sedikit sekali atau bahkan jenis
bebas pelarut.
Pengeringan resin epoksi dapat terjadi pada temperatur ruang maupun
pada temperatur tinggi, tergantung dari bahan yang dipilih. Pengeringan pada
temperatur ruang biasanya memerlukan dua komponen yang memisahkan antara
resin dan hardener, sedangkan pengeringan pada temperatur tinggi biasanya pada
campuran 1 komponen.
Dalam industri pelapisan sebagian dari resin epoxy yang dipakai adalah
yang bertipe glycidyl ether, yang merupakan turunan dari bisphenol-A dan
Epichlorohydrin.
(a)
(b)
Gambar 2.15 (A) Rumus Bangun Kelompok 2] (B)Pembentukkan Epoxy Dari
Epichlorohydrin Dan Bisphenol-A[11]
Universitas Indonesia
42
Nama Dagang
Aplikasi Umum
Aplikasi Khusus
Araldite
Epikote
Epon
Epi-rez
Lekutherm
Nepoxide
Polimer termosetting
Sangat bagus; gabungan dari sifat
mekanik
dan
ketahanan
korosi;dimensi
stabil;daya
ikat
baik;tidak mahal;dan sifat kelistrikan
baik
Kelistrikan
molding,sinks,adhe
sives,pelapis
pelindung,digunaka
n dengan laminat
fiberglas
International Paint Indonesia. Modified Epoxy interzone 954, terdiri dari dua
komponen , low VOC(Volatile Organic Compound) dan Kepadatan tinggi serta
memiliki Cathodic disbondment resistance yang sangat baik. Modified Epoxy
lapisan penghalang dibuat untuk perlindungan masa panjang pada aplikasi
pelapisan tunggal. Epoksi ini digunakan untuk penggunaan pemeliharaan splash
Universitas Indonesia
43
zone lepas pantai dan juga digunakan dilingkungan korosif seperti pabrik Kertas,
pabrik kimia,jetties dan sluice gates.Adapun komposisi epoksi yang digunakan
pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
44
b.
Proses Pelapisan[11]
Persiapan permukaan yang baik sangat dibutuhkan untuk berbagai jenis
45
b. Cara kimia
Pembersihan dilakukan dengan melarutkan semua kontaminan
dalam hal ini senyawa oksida-oksida logam, hasil reaksi dengan
larutan kimia jenis asam yang dipakai (pickling), dan dengan
senyawa basa, lemak, minyak yang diubah menjadi sabun yang
larut.
Senyawa- seanyawa asam yang sering digunakan antara lain :
1. H2SO4/ H3PO4
Universitas Indonesia
46
HCl/ H3PO4
3.
H3PO4
- pickling dengan 10- 20 % H3PO4, 600C-850C
- pasifasi dengan 2% H3PO4, 800C-900C
A.
Adhesi Mekanik
Merupakan adesi yang paling berperan dalam perekatan pelapis. Sangat
Universitas Indonesia
47
yang baik pada substrat yang mempunyai sifat lekat fisik dan kimia yang baik.
Untuk keperluan ketebalan pelapis untuk memberikan adesi yang memuaskan dan
untuk melindungi substrat akan bergantung pada macam pelapis dan jenis
lingkungan.
B.
Adhesi polar
Adesi polar atau ikatan bergantung pada gaya tarik resin pada substrat.
Resin bertindak sebagai magnet yang lemah, sehingga disebut sebagai kutub utara
dan selatan dari suatu magnet. Tingkat gaya tarik antar pengikat dan elemenelemen dari permukan-permukaan logam menentukkan jumlah adesi polar.
Material akan mempunyai adesi yang lebih baik apabila pada permukaan yang
dibersihkan dengan secara abrasi dan dengan celup asam (pickling). Resin-resin
seperti tipe epoksi menunjukkan adesi yang sangat baik karena mempunyai gaya
tarik polar yang sangat besar pada permukan logam. Resin-resin yang alin sangat
berbeda tarikan polarnya atau kemampuaanya melekat pada permukaan logam.
C.
Adhesi Kimia
Adesi kimia adalah reaksi yang sebenarnya antara pelapis dengan
permukaan logam yang dilapis. Reaksi seperti ini terjadi dalam primer vinyl,
dimana adanya asam posfat mengawali reaksi antara logam, resin dan pigmen
inhibitor untuk menghasilkan pelapis yang melekat kuat dan tahan korosi.
Universitas Indonesia
48
Laju penetrasi molekul uap air adalah keadaan yang menyatakan laju
penetrasi molekul air yang melewati ruang antar molekul lapisan pelapis, hal ini
merupakan
fenomena
yang
spesifik
dan
dipengaruhi
oleh
ketebalan
Universitas Indonesia
49
50
b. Retak (Cracking)
Keadaan ini berhubungan dengan berjalannya waktu dari pelapis.
Retak disebabkan oleh penyusutan lapisan selama waktu tertentu. Jika
kegagalan ini terjadi dalam garis panjang maka disebut retak dan
terkadang retak ini diperburuk oleh ketebalan yang berlebihan.
Universitas Indonesia
51
d. Pelepuhan (Blistering)
Keadaan ini ditandai dengan terdapatnya bulatan kecil atau besar
yang menonjol dipermukaan pelapis. Keadaan ini diakibatkan oleh
tereksposnya lapisan pada lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi
atau dalam lingkungan air. Uap air yang masuk melalui lapisan film
berkondensasi pada lapisan yang memiliki daya adesi lemah, blister
kemudian akan meluas, yang dimana didukung oleh garam yang terlarut
atau zat-zat lain yang terlarut dalam lapisan film. Blister yang terjadi
dengan cara ini dapat melarutkan pigmen anti korosi dari pelapis dan akan
terisi air yang diikuti dengan terjadinya karat. Blister juga dapat
disebabkan oleh difusi gas hidrogen pada logam, hal ini disebabkan
penggunaan pada gas aliran gas hidrokarbon.
plastik
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
mekanisme
penyerangan[15]:
Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
53
1. Air
Air akan terbawa selama penyimpanan isolasi ataupun pada saat
pemasangan, karena kebocoran system, tidak efektifnya waterproofing,
pemeliharaan yang kurang baik atau service lapses.
3. Temperatur
Temperatur berpengaruh terhadap korosi atmosferik melalui dua cara :
a.
b.
Universitas Indonesia
54
Selain itu ada dua kondisi temperatur korosi yang khusus yaitu :
a. Temperatur siklis yang mempercepat korosi,
b. Temperatur extreme yang tercapai selama terjadinya shut down
pabrik, di mana air terakumulasi tanpa pembekuan atau evaporasi
(pada kondisi ini penggantian isolasi harus direkomendasikan).
Secara umum mekanisme terjadinya korosi dibawah insulasi sangat berhubungan
dengan peristiwa Osmosis. Air yang terperangkap pada pelapis dengan perubahan
temperatur menguap, sehingga memungkinkannya masuknya ion-ion agresif
masuk kedalam cat sehingga terjadi reaksi elektrokimia antara logam dan ion-ion
agresif serta air yang berada dilapisan tersebut (korosi). atau diakibatkan dengan
adanya soil stress. Soil stress [7]adalah gap yang terbentuk antara pelapis dengan
dan permukaan pipa akibat ketidakseragaman permukaan pipa khusunya pada
Seams dan lasan girth sehingga air dan mikroorganisme dapat masuk hingga
menyebabkan sel korosi dibawah Disbonding coating. Soil stress atau tenting
sering terjadi pada tanah dengan clay basah yang tinggi.
92 tahun
(2 mm)/(0,15746mm/year)
12tahun
Total
104 tahun
Universitas Indonesia
55
Gambar 2.22 Estimasi Waktu Pakai Pada Jaringan Pipa Yang Dilapisi[1]
diaplikasikan pada 8-10 mill (203,2 254 m) untuk lebih kompetitif dengan
pelapis lain. Sekarang ini, pelapis tersebut diaplikasikan pada minimum 12 mil
hingga 25 mil(304,8-635m). Sekarang FBE tidak lagi menggunakan pelapisan
primer dan pemanasan pada saat pengaplikasiannya. Sistem FBE terbaru yang
dikenalkan pada tahun 1990-an menunjukkan ketahanan terhadap penyerapan air
dan abrasi. Ketahanan terhadap Soil Stress dan Cathodic Disbondment telah
dibuat untuk pelapisan khusus pipa diamerika serikat. Soil stress [7]adalah gap
yang
terbentuk
antara
pelapis
dengan
dan
permukaan
pipa
akibat
ketidakseragaman permukaan pipa khusunya pada Seams dan lasan girth sehingga
air dan mikroorganisme dapat masuk hingga menyebabkan sel korosi dibawah
Disbonding coating. Soil stress atau tenting sering terjadi pada tanah dengan clay
basah yang tinggi.
Universitas Indonesia