Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK II
Achmad Algan
(061340411638)
Dea Anggraeni
(061340411641)
Fitriyani
(061340411645)
Indah Nurcahyanti
(061340411647)
Indar Sanjaya
(061340411651)
Maya Elvisa
(061340411653)
(061340411656)
KELAS
: 3 EG B
DOSEN PEMBIMBING
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat
menghitung kadar abu pada sampel batubara.
II.
III.
DASAR TEORI
Ash Content
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu,melainkan
mengandung mineral matter. Namun mineral matter dapat dianalisa dan
dinyatakan sebagai kadar abu atau Ash Content. Mineral matter atau ash
dalam batubara terdiri dari inherent dan extraneous. Inherent ash ada
dalam batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan
dalam batubaraterikat secara kimia dalam stuktur molekul batubara.
Sedangkan extraneous ash berasal dari dilusi atau sumber abu lainnya
yang berasal dari luar batubara.
Sifat-sifat Ash content :
Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis
mineral matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal
dari inherent atu dari extraneous.
Kadar abu relative lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh
karena itu ash sering dijadikan parameter penentudalam beberapa
kalibrasi alat preparasi maupun alat sampling.
Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin
rendah nilai kalorinya.
Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai HGI batubara.
Mineral matter
Inherent ash
Extraneous ash
atas untuk batubara tertentu yang mengandung banyak pyrite dan carbonat,
menjadi tidak begitu teliti karena selama pembakaran terjadi beberapa
reaksi. Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi selama pembakaran :
Dekomposisi Pyrite
4FeS2 + 15O2 2Fe2O3 + 8SO3
Dekomposisi Karbonat
CaCO3 + CaO + CO2
Dalam basis dry mineral matter free basis (dmmf) untuk penentuan
rank batubara di ASTM, ash yang digunakan adalah hasil kalkulasi dimana
ash dinyatakan sebagai ash bebas sulfat. Dalam utilitasnya, batubara yang
digunakan sebagai fuel murni ash tinggi tidak diharapkan karena selain ash
merukan material yang incombustible, juga akan menambah beban dalam
pengolahan limbahnya. Namun untuk keperluan tertentu, ash tinggi justru
dibutuhkan asalkan kalori yang dibutuhkan juga terpenuhi. Dari tipe
batubara yang sama semakin tinggi nilai ash, maka semakin kecil nilai
kalorinya dalam basis adb, dan ash received karena antara ash cv memiliki
korelasi yang jelas. Inherent ash yang tinggi akan sulit sekali dipisahkan
dari batubara, akan tetapi extraneous ash masih bisa dikurangi dengan
memperkecil dilusi yang terjadi pada saat penambangan atau suatu proses
pencucian.
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menimbang 4 buah cawan porselen.
2. Memasukkan batubara berukuran 60 mesh pada 2 cawan dan 170
mesh pada cawan yang lain, masing-masing 1 gram.
3. Menghidupkan oven dan mengatur suhunya (400C).
4. Memasukkan cawan yang berisi batubara ke dalam oven.
5. Mengatur suhu oven menjadi 750C.
6. Pemanasan dilakukan sampai semua sampel batubara menjadi abu (3
jam).
7. Mendinginkan cawan berisi batubara tersebut dengan membuka pintu
oven sampai suhunya turun menjadi 400C.
8. Menimbang masing-masing cawan dan menghitung kadar abunya.
V.
VI.
DATA PENGAMATAN
No.
Cawan
Cawan Kosong
(m1)
1
2
3
4
23,3152 gr
23,5191 gr
21,8702 gr
20,7326 gr
Cawan +
Batubara
(m2)
24,3192 gr
24,5203 gr
22,8717 gr
21,7336 gr
Cawan +
Abu
(m3)
23,3439 gr
23,5500 gr
21,8909 gr
20,7572 gr
PERHITUNGAN
1. Cawan 1 (60 mesh)
A (%)
100%
100%
100%
2,8586 %
2. Cawan 2 (60 mesh)
A (%)
100%
100%
100%
3,0863 %
Berat
Batubara
1,0040 gr
1,0012 gr
1,0015 gr
1,0010 gr
100%
100%
100%
1,997 %
100%
100%
100%
2,4575%
VII.
ANALISA DATA
Praktikum penentuan kadar abu pada sampel batubara ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas batubara dan efisiensi proses
pembersihan. Abu merupakan bahan-bahan yang tidak terbakar setelah
pembakaran. Abu dalam batubara tersebut bersumber dari mineral matter
dalam batubara dan unsur pengotor dari batu pasir, tanah dan sebagainya
yang berasal dari penutup, dasar, atau parting pada lapisan batubara.
Batubara yang digunakan sebagai sampel adalah batubara
berukuran 60 dan 170 mesh. Berdasarkan teori, semua proses preparasi
baik pengurangan ukuran, pembagian dan pemanasan khusus tidak akan
mengurangi atau menambah kadar abu pada batubara yang diproses. Dan
hal tersebut akan dapat diketahui kebenarannya melalui praktikum ini.
Dalam proses pemanasan batubara, suhu yang digunakan adalah
750C dalam waktu 3 jam, berdasarkan standar ASTM. Hal ini dilakukan
agar batubara dapat menyerap kalor dari dalam oven dengan sempurna.
Selain itu, pada kondisi tersebut, semua zat organic teroksidasi menjadi
CO2 dan H2O, sedangkan zat anorganiknya akan menjadi abu yang tersisa
setelah pembakaran.
Ketika batubara dalam porselen dipanaskan, porselen harus dalam
keadaan terbuka supaya panas yang dihasilkan oven mengenai batubara
secara langsung dan dapat terjadi transfer panas secara sempurna, sehingga
menghasilkan pembakaran sempurna pula. Sementara itu, pada proses
pendinginan, oven harus dalam keadaan terbuka supaya proses
pendinginan barjalan lebih cepat karena suhu dalam oven akan
dipengaruhi oleh lingkungan sehingga suhu akan turun lebih cepat.
Kadar abu pada batubara yang dihasilakn antara batubara 60 dan
170 mesh, diperoleh nilai yang lebih besar pada batubara 60 mesh. Hal ini
dikarenakan luas permukaannya lebih luas, namun bongkahannya masih
lebih besar dari 170 mesh. Sehingga pembakarannya lebih sempurna pada
batubara 170 mesh dan kadar abunya pun menjadi sedikit lebih rendah dari
batubara 60 mesh.
Kadar batubara yang tinggi akan menyebabkan nilai kalornya
rendah. Hal ini dikarenakan kecilnya kandungan fixed carnon (karbon
padat) yang berpengaruh terhadap besarnya pembentukan energi pada
porses pembakaran batubara.
VIII.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Ash adalah mineral batubara yang masihtersisa setelah proses
pembakaran.
Penentuan kadar abu batubara dilakukan untuk menentukan
kualitas batubara.
Kadar abu di dalam batubara dipengaruhi oleh banyaknya jenis
mineral matter yang dikandung oleh batubara tersebut, baik yang
berasal dari inherent maupun extraneous.
Semakin tinggi kadar abu dalam batubara maka nilai kalornya akan
semakin rendah, begitupun dengan kualitas dan harga jualnya.
Berdasarkan luas permukannya, kadar abu pada batubara 60 mesh
lebih besar daripada kadar abu 170 mesh.
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR ALAT
Neraca Analitik
Desikator
Muffle Furnace
Penjepit
Cawan porselen