You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin komposit mempunyai nilai estetis yang sangat baik dan paling
sering digunakan untuk merestorasi gigi anterior. Namun penggunaan resin
komposit sebagai bahan restorasi gigi posterior telah berkembang pesat akhirakhir ini karena pasien tertarik pada restorasi yang sesuai dengan warna alami
gigi. Resin komposit memenuhi keinginan ini dan telah menjadi restorasi estetis
yang paling sering digunakan di bidang kedokteran gigi. Sebagai tambahan, resin
komposit tidak mengandung merkuri, mempunyai konduktivitas termal yang
rendah dan terikat pada struktur gigi dengan bahan adhesif (Roberson dkk., 2002).
Masalah-masalah berupa kurangnya daya tahan terhadap tekanan akibat
penggunaan dan sensitivitas teknik yang tinggi masih menjadi kekurangan resin
komposit untuk gigi posterior. Bagaimanapun, bahan ini popular bagi mereka
yang sangat membutuhkan estetis, ditambah lagi resin komposit telah
dipertimbangkan sebagai alternatif bagi mereka yang khawatir dengan kandungan
merkuri pada amalgam (Roberson dkk., 2002).
Pada akhir 1980, masalah pemakaian resin komposit dalam mulut telah
teratasi dan berbagai usaha dilakukan untuk memperbaiki ikatan resin komposit
ke dentin. Perbaikan ini menghasilkan peningkatan penggunaan resin komposit
untuk restorasi posterior. Oleh karena itu dalam laporan kali ini akan dibahas
tentang resin komposit sebagai salah satu bahan restorasi yang paling diminati
saat ini (Indra, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum

BAB II
ISI
2.1 Definisi Resin Komposit
Resin komposit adalah campuran dua material yang berbeda, campuran
polymer (disebut resin) dan glass partikel (filler). Resin komposit berisi bahanbahan kimia dan pigmen yang menghasilkan bahan-bahan sewarna gigi, terutama
digunakan dalam kosmetik dentistry oleh karena warnanya sesuai dengan warna
gigi asli (Indra, 2001).

2.2 Komposisi Resin Komposit


Kandungan utama resin komposit adalah matriks resin dan partikel pengisi
anorganik. Disamping itu ada beberapa komponen lainnya yang diperlukan untuk
meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan, yaitu:
-

Matriks Resin / Binder


Yaitu monomer alifatik atau aromatic seperti BIS GMA (bisphenol AGlycidil methacrylate) atau Urethane Dimethacrylate (Anusavice, 2004)..

Partikel Pengisi Inorganik (Filler)


Seperti Quartz, koloidal silica serta partikel kaca lainnya, penambahan
partikel filler pada matriks resin akan memperbaiki sifat resin seperti
mencegah terjadinya shrinkage selama proses pengerasan, mengurangi
penyerapan air dan juga menurunkan koefisien termal ekspansi,
meningkatkan sifat mekanis bahan seperti strength, kekakuan, kekerasan
bahan dan ketahanan bahan terhadap abrasi (Lindfelder, 1988).

Bahan Coupling
Seperti Organo silanes yang berguna untuk mengikatkan partikel filler
pada matriks resin, berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik
resin dan mempertahankan stabilitas hidrolik resin dengan cara mencegah
air masuk ke dalam ruang yang terdapat filler resin (Manappalli, 1998).

2.5 Sifat Sifat Resin Komposit


Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin
komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat-sifat yang terdapat pada resin
komposit, antara lain:

2.5.1 Sifat Fisik


Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga
nyaman digunakan pada gigi anterior. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya :
-

Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh
oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit
dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur,
arak dan minyak wijen. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit
kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi
yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat
untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.

Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari
amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan
restorasi pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis
bahan resin komposit berbeda (Craig dkk., 2002).

2.5.2 Sifat Mekanis


Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan factor yang
penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus
menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka
waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya
yaitu :
-

Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat sewaktu
berkontak disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang timbul antara kedua
benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email.
Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan
fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email
menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi
mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang

diaplikasikan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin


bonding agent)
-

Kekuatan dan Keausan


Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul
dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan
terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk
penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang
sangat tinggi karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga
akhirnya filler lepas (Craig dkk., 2002).

2.5.3 Sifat Khemis


Resin komposit menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah
serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro atau polimer dibentuk dari
sejumlah molekul-molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk
dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metakrilat ditemukan pada
ujung-ujung rantai atau pada ujung-ujung rantai percabangan. Salah satu
metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi
adalah resin Bowen (Bis-GMA) (Craig dkk., 2002).

2.4 Manipulasi dan Reaksi Pengerasan Resin Komposit


2.4.1 Metode Manipulasi Resin Komposit adalah :
- Cleaning (membersihkan) kavitas yang telah dipreparasi dengan menggunakan
bahan abrasif yang tidak terlalu keras seperti pumice
- Etching (pengetsaan) yaitu melakukan pengetsaan pada enamel margin dari
kavitas yang telah dibentuk dengan menggunakan asam fosfat selama 30 detik.
Lalu dibersihkan dengan irigasi air selama 15 detik dan dikeringkan
- Meletakan bonding agent yaitu resin tanpa partikel pengisi yang memiliki
matriks resin yang sama dengan resin komposit seperti HEMA ditambah
glutaraldehyde, polyurethanes,

polyacrylic acids

dll,

berfungsi

untuk

memperbaiki retensi dan mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran


marginal dari tepi restorasi

- Kemudian dilakukan manipulasi dengan aktivasi sinar. Bahan berupa pasta


komponen tunggal yang tidak memerlukan pengadukan. Bahan dapat mengeras
setelah disinari. Pada restorasi yang dalam bahan harus ditempatkan dalam
beberapa lapisan, setiap lapisan disinari sebelum lapisan berikutnya.
- Metode yang lebih mudah yaitu memasukan bahan dengan menggunakan
syringe
- Waktu pemaparan sinar harus kurang dari 40 detik dan ketebalan resin tidak
kurang dari 2,0 - 2,5mm.
- Pasien dan operator perlu menggunakan kacamata pelindung karena dapat
menyebabkan kerusakan retina jika melihat secara langsung pada cahaya dalam
periode waktu yang lama
- Bila dibutuhkan penyempurnaan permukaan, sebaiknya dilakukan pengasahan
dengan diamond stone atau tungsten carbide bur, kemudian dipoles dengan
white stone (Combe, 1986).

2.4.2 Reaksi Pengerasan Resin Komposit


Kepadatan yang terbentuk pada resin komposit mmelalui mekanisme
polimerisasi. Monomer metal metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi
dengan mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas.
Radikal bebas dapat berasal dari aktivitas kimia atau pengaktifan energy eksternal
(panas atau sinar) karena komposit gigi penggunaan langsung biasanya
menggunakan aktivasi sinar atau kimia. Resin komposit yang diaktifkan dengan
sinar, sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan ultraviolet untuk
merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar
ultra violet telah diganti karena efek cahayanya dapat mengiritasi retina sehingga
diganti dengan sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar biru). Yang secara
nyata meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lebih tebal sampai 2 mm (Noort,
2007).
Resin komposit yang mengeras dengan sinar diapsok sebagai pasta tunggal
dalam satu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi terdiri atas molekul fotoinisiator dan activator amin yang terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen
tidak terpapar oleh sinar, komponen tersebut tidak bereaksi. Namun, pemaparan

terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat yaitu 468 nm dapat
merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal
bebas yang mengawali polimerisasi tambahan (Noort, 2007).
Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang
memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari
spectrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2 % berat atau
kurang. Juga ada sejumlah aselerator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan
champoroquinone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15% berat, yang ada di
dalam pasta (Noort, 2007).
hv
ArC

O + RCH2CH2NR

Alfa-di ketone

ArC

amine

OH + RCH2CHNR
free radicals

2.5 Hasil dan Pembahasan


2.5.1 Hasil
2.5.1.1 Tempat dan Waktu
Tempat: Laboratorium IMTKG 3 IIK
Waktu: Senin, 28 April 2014
2.5.1.2 Alat dan Bahan
Alat
1. Mikromotor
2. Contra Angle
3. Diamond bur (round, silinder)
Bahan
1. Aquadest steril dalam syringe
2. Etsa dan bonding
3. Resin Komposit
2.5.1.3 Hasil
2.5.2 Pembahasan
Dalam hal manipulasi resin komposit, menurut teori dilakukan melalui
beberapa tahap seperti cleaning dengan bahan abrasive, etching (pengetsaan) pada
enamel, meletakkan bonding agent, manipulasi resin komposit yang diaktivasi
secara kimia atau melalui aktivasi sinar, setelah itu finishing dan polishing
menggunakan instrument yang mempertimbangkan abrasi yang kecil agar didapat
permukaan yang licin. Namun dalam praktikum yang kami lakukan pada minggu
lalu hanya melewati beberapa tahap saja. Kami tidak melakukan cleaning dengan
bahan abrasive, tapi kami melakukan pengetsaan dan bonding. Dan kami
melakukan manipulasi resin komposit yang diaktivasi melalui sinar. Prosedur dan

hasilnya kurang lebih sama dengan teori, yaitu dihasilkan resin komposit yang
setting setelah 40 detik atau kurang dari 40 detik setelah penyinaran. Untuk tahap
terakhir kami tidak melakukan prosedur finishing dan polishing yang sesuai
dengan teori sehingga permukaan yang dihasilkan tidak begitu licin. Tetapi hal ini
tidak begitu banyak berpengaruh terhadap proses praktikum di kampus.
Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin
berkembang terutama pada bahan komposit. Telah banyak perbaikan yang dicapai
dalam hal warna dan daya tahan terhadap tekanan kunyah. Sejalan dengan
perkembangan tersebut, masyarakat juga telah semakin sadar akan pentingnya
faktor estetika dari suatu restorasi gigi. Para dokter di tempat praktek pribadi pun
juga menggunakan bahan restorasi ini sebagai salah satu bahan restorasi yang
selalu disarankan dan ditawarkan kepada pasien yang ingin melakukan perawatan
atau perbaikan terhadap masalah gigi yang dialami. Resin komposit menjadi
bahan restorasi idaman masa kini karena memiliki estetika yang baik, menguatkan
struktur gigi, perlekatan mekanik yang baik ke struktur gigi dan tidak
mengandung merkuri.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Resin komposit adalah campuran dua material yang berbeda, campuran
polymer (disebut resin) dan glass partikel (filler). Resin komposit berisi bahanbahan kimia dan pigmen yang menghasilkan bahan-bahan sewarna gigi, terutama
digunakan dalam kosmetik dentistry oleh karena warnanya sesuai dengan warna
gigi asli. Kandungan utama resin komposit adalah matriks resin dan partikel
pengisi anorganik. Disamping itu ada beberapa komponen lainnya yang
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan.
Resin komposit mempunyai nilai estetis yang sangat baik dan paling
sering digunakan untuk merestorasi gigi karena pasien tertarik pada restorasi yang
sesuai dengan warna alami gigi. Resin komposit memenuhi keinginan ini dan
telah menjadi restorasi estetis yang paling sering digunakan di bidang kedokteran
gigi. Resin komposit menjadi bahan restorasi idaman masa kini karena memiliki

estetika yang baik, menguatkan struktur gigi, perlekatan mekanik yang baik ke
struktur gigi dan tidak mengandung merkuri.

5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum resin komposit kami menjumpai beberapa
kesulitan seperti pada saat aplikasi bonding dan resin komposit. Karena ada
sebagian yang diaplikasikan oleh petugas dan ada yang aplikasi sendiri. Tidak ada
petunjuk untuk ukuran berapa banyak (takaran) bonding dan resin komposit yang
harus diaplikasikan secara pas, sehingga kami masih bingung untuk ketentuan
yang benar. Ada yang terlalu banyak takarannya, ada yang terlalu sedikit
takarannya. Seharusnya sebelum melakukan praktikum harus benar-benar
dipelajari dan dipahami tentang cara manipulasi serta aplikasi yang baik dan benar
sehingga dapat meminimalisir kesalahan pada saat praktikum berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth. 2004. Phillips Science of Dental Material 10th ed. Jakarta:
EGC
Combe EC. 1986. Notes on Dental Material 5th ed. New York: Churchill
Livingstone
Craig RG, Powers JM, Wataha JC. 2002. Dental Materials : Properties and
Manipulation 7th ed. New Delhi: Harcourt Private Limited
Indra YK. 2001. Prosedur Penyelesaian dan Pemolesan Untuk Mendapatkan
Tumpatan Resin Komposit yang Ideal. Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi
Lindfelder KF. 1988. Current Developments in Posterior Composites Resin. Adv.
Dental Resin
Manappalli JJ. 1998. Basic Dental Materials 1st ed. New Delhi: Jaype Brothers
Medical Publishers
Noort R. 2007. Introduction to Denttal Materials 3rd ed. London: Mosby Elsevier

You might also like