Professional Documents
Culture Documents
BAHASA INDONESIA
2013
MODUL PLPG
BAHASA INDONESIA
Penulis
Tim Instruktur Bahasa Indonesia
Penyunting
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.
2013
TIM PENULIS
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
4
GLOSARIUM
Media Pembelajaran
Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai
jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contoh Modul
belajar yang terdiri dari bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual.
Multi image merupakan gabungan dari jenis proyeksi visual yang digabungkan
dengan komponen audio yang kuat/lebih besar sehingga dapat diselenggarakan
pertujukkan yang besar dan cocok untuk penyajian di suatu auditorium yang
luas.
Buku elektronik merupakan bentuk teks yang dituangkan dalam medium elektronik
(komputer)
Berbicara
Diskusi: kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Ekstemporan: metode pidato yang pepidato berpedoman pada garis besar atau
kerangka pidato yang telah disiapkan.
Frasa tanya: kombinasi kata nonpredikatif yang berfungsi menanyakan sesuatu.
Impromptu (serta-merta): metode pidato secara dadakan atau tanpa persiapan karena
kebutuhan sesaat (insidental).
Informan: orang yang memberikan informasi.
Kalimat: satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh
Kata tanya: kata yang berfungsi menanyakan sesuatu.
Kinesik: gerak tubuh
Moderator: pemandu diskusi.
Narasumber: orang yang menjadi sumber informasi.
menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang
ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau
hangat dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain
tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang
menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to the point
atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita, dikenal jenis berita
yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news),
serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata berbunga sehingga
fakta lebih menarik untuk diminati dan dinikmati pembaca (feature news).
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau
melukiskan apa adanya
diagram : gambaran (buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau menerangkan sesuatu
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
fakta: hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar
ada atau terjadi
Glosarium: (biasanya pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad yang
memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu
ditemukan; 2. daftar harga sekarang dibandingkan dengan harga sebelum-nya
menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang; 3. Kom
(artikel) daftar berita penting hari itu (dalam majalah, surat kabar) yang dimuat
di halaman depan; 4. Ling rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang
mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu; penunjuk
interferensi: bebas dari pengaruh bahasa daerah atau asing
kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan secara
hasil penggabungan dua bentuk yang secara tidak sengaja atau lazim dihubunghubungkan
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran yang
menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna
yang ditambahkan pada makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul
menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali.
hasil memapar; yang dipaparkan; keterangan atau penjelasan yang
dibentangkan; uraian
paparan:
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea
penyuntingan bahasa: bertujuan untuk memantapkan tata cara penyajian, penulisan,
stimulan : n sesuatu yang menjadi cambuk bagi peningkatan prestasi atau semangat
bekerja (belajar dan sebagainya); pendorong; penggiat; perangsang
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam
kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi
yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan.
Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat
kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi
pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat
pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan
tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat
untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang
digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
Menulis:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat
kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
bahasa jurnalistik: Bahasa yang khas yang digunakan dalam menulis berita (media
cetak). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa lainnya. Bahasa
jurnalistik memiliki ciri khusus, di antaranya lugas, sederhana, singkat dan
padat, sistematis, tidak memihak, serta menarik.
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang
menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang
ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau
hangat dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain
tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang
menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to the point
atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita, dikenal jenis berita
yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news),
serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata berbunga sehingga
fakta lebih menarik untuk diminati dan dinikmati pembaca (feature news).
11
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau
melukiskan apa adanya
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
ficer (feature) : berita kisah; berita dalam bentuk cerita; artikel yang sifatnya lebih
deskriptif
fiktif : a bersifat fiksi; hanya terdapat di khayalan grafik : n lukisan pasang surut suatu
keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun naiknya hasil, statistik, dan
sebagainya)
gaya selingkung: gaya yang ditetapkan dan diberlakukan oleh penerbit atau penerbitan
tertentu yang menjadi ciri pembeda dengan penerbit atau penerbitan lain
impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama karya seni
adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam penalaran, perasaan, dan
kesadaran pada saat tertentu
judul berita (headline): hakikatnya adalah intisari berita. Judul berita biasanya terdiri
atas satu atau dua kalimat pendek, tetapi telah cukup memberitahukan
persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Judul berita dibuat semenarik
mungkin karena merupakan daya pikat awal berita.
jurnal: merupakan majalah yang secara khusus memuat artikel dalam satu bidang
tertentu, misalnya jurnal seni, jurnal pertanian, jurnal kedokteran, jurnal hukum,
jurnal politik, dan lain-lain. Karena jurnal pada umumnya hanya memuat artikel
12
satu bidang ilmu, sebagian jurnal menambahkan kata ilmu untuk menyebut
namanya, sehingga menjadi jurnal ilmu seni, jurnal ilmu pertanian, jurnal ilmu
kedokteran, jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-lain. Artikel yang
dimuat pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah), sehingga sebagian orang
menyebutnya sebagai artikel ilmiah. Ketentuan baku bagi penulisan karya ilmiah
merupakan hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh penyunting artikel
ilmiah.
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala
seperti surat kabar, majalah.
media noncetak: (media elektronik) berarti sarana media massa yang mempergunakan
alat alat elektronik modern, misalnya radio, televisi, dan film. Dalam subbagian
ini disampaikan media noncetak, yakni radio dan televisi.
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul
menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali.
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea
13
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
penerbit: (1) orang dan sebagainya yang menerbitkan; (2) perusahaan dan sebagainya
yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya)
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2) orang yang
bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3)
orang yang bertugas menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa
contoh penggunaan kata penyunting adalah di bawah ini.
penyuntingan:
berarti proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting
menyunting. (Sunting-menyunting berarti perbuatan atau pekerjaan
menyunting). Penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati,
memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah
tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh sebuah penerbitan. Pada media
noncetak, penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati, memperbaiki
naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap
untuk disiarkan dan ditayangkan oleh media audio dan visual.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang;
biografi
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam
kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi
yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan.
Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat
kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi
pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat
pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan
tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
14
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat
untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang
digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
teras berita (lead): bagian berita yang terletak pada paragraf pertama (pertama dan
kedua untuk beberapa surat kabar). Teras berita merupakan bagian dari
komposisi berita, yang ditulis setelah judul berita dan sebelum tubuh berita. Jika
judul berita adalah intisari, teras berita adalah sari berita itu. Teras berita
merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang
dilaporkan. Teras berita disusun dengan rumus 5W + 1H (what, who, when, where,
why, dan how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang
biasanya berupa sederetan pertanyaan.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama
tubuh berita (body): merupakan keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta
memperjelas fakta atau data yang disuguhkan dalam lead tersebut. Rincian
tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan hal-hal yang belum terungkapkan
melalui lead.
Berbicara Sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua
pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna
atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat;
ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan kesusastraan yang
dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane,
Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan atau
diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat tradisional
yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra tulis) dalam masyarakat
modern
15
cerita pendek:
kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan
dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak
terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang
menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir
cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa
yang dilakonkan; 3. peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan
kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
16
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai dengan
maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-mena. Kewenangan
ini tetap memiliki batas-batas yang dapat dipahami oleh pembaca, secara
khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh
seorang penulis fiksi tentu memiliki tujuan tertentu.
musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas karangan
prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan;
peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak
yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang
berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama
Membaca sastra:
17
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua
pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna
atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat;
ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan kesusastraan yang
dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane,
Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan atau
diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat tradisional
yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra tulis) dalam masyarakat
modern
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan
memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak
terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang
menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
18
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir
cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa
yang dilakonkan; 3. peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan
kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai dengan
maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-mena. Kewenangan
ini tetap memiliki batas-batas yang dapat dipahami oleh pembaca, secara
khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh
seorang penulis fiksi tentu memiliki tujuan tertentu.
musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas karangan
prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
19
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan;
peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak
yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang
berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama
Menulis Sastra:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat
kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan
memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau
melukiskan apa adanya
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak
terikat pada latar sejarah dan warna lokal
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
20
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang
menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir
cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa
yang dilakonkan
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul
21
menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali.
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2) orang yang
untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang
digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
syair : bentuk puisi Melayu Lama yang tiap baitnya terdiri atas empat larik dengan
rima yang sama.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat
tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa model dan
perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan kelas, bab V memuat
tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta asesmen dan lampiran.
B. Prasyarat
Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda yang akan
mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa
seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang
berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan
disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan
sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus
mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar
membaca,
mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi
aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil
apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus
mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas
kepribadian seorang guru.
23
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu
memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses
pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,
bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu
meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Keempat kompetensi guru adalah prasyarat bagi guru yang akan mengikuti
PLPG sekaligus memelajari modulnya.
24
modul ini bukan satu-satunya model perlatihan yang ideal. Andalah yang akan
memutuskan model perlatihan mana yang tepat.
4) Selanjutnya, Anda diminta mencermati (dan membedah) kisi-kisi ujian
kompetensi awal (UKA). Melalui pencermatan kisi-kisi UKA, dalam pikiran
Anda sudah mulai menampakkan gambaran tentang butir soal yang akan
muncul. Ini adalah prediksi tentang butir soal.
5) Berkaitan dengan nomor 4, pengembangan butir soal pada bagian Evaluasi
modul ini merupakan tawaran (pilihan). Anda dimungkinkan mengembangkan
butir soal yang berbeda, yang lebih variatif dan lebih baik. Kerjakan bagian ini,
kemudian cocokkan jawaban terhadap soal-soal evaluasi Anda dengan kunci
jawaban penilaian yang disediakan pada bagian akhir modul ini.
6) Bagian akhir modul ini adalah daftar pustaka. Bagian ini menyiratkan
perbendaharaan bacaan yang dijadikan rujukan pengembangan modul ini. Anda
dipersilakan untuk mengritisi sajian daftar pustaka tersebut.
D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini (dan sekaligus mengikuti PLPG
dengan sungguh-sungguh) adalah meningkatnya keempat kompetensi guru. Artinya,
jika sebelumnya pemahaman dan penguasaan terhadap keempat kompetensi guru
kurang maksimal, maka setelah proses mempelajari, memahami, dan mengikuti PLPG,
maka kompetensi guru akan meningkat cukup signifikan.
BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna
strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk
nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14
Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun
2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik.
Guru yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi
guru dalam jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.
25
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk
menyediakan guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga
peserta didik yang memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesiasiaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk.
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan
penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi mereka
yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit
dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan.
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan
profesional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender, ras, status
perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik atau
opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong
pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas.
Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan
yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan
kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi
kekaryaan internasional, dan masyarakat madani.
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan
kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat
dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama
berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji
kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta
pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan
masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu
berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan
profesi guru.
26
2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam
rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan.
Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi
lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut ini.
a. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofe-sian guru
secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
c. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan
konversi nilai penilaian kinerja guru.
d. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya
berkaitan dengan keprofesian dan karir.
e. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan
perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
f. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di
kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.
b.
c.
d.
e.
f.
4. Langkah-langkah Pembelajaran
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari
oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihakpihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat
dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas
individual dan kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok.
Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun
demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara
relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru,
khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
B. Kebijakan Umum Pembinaan Dan Pengembangan Guru
1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini
28
29
terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan
pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan
dan pembelajaran secara mandiri.
Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan
empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon
guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain.
Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan
dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah
dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh
guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang
tidak dibahas secara detail di dalam buku ini.
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara
rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesi-onalisasi atau proses
penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya
yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat
dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting,
karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial,
jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
3. Alur Pengembangan Profesi dan Karir
Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata.
Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis
pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2)
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.
Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan
pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
33
sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata
pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan
tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti
tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam
pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada
pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang
bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi.
Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga
kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan
bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan,
kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka
terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut mela-kukan
profesionalisasi atau proses
penumbuhan
dan
pengembangan profesinya.
Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di
sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat
dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara
umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan
sebagainya.
34
kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini
harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan
kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru.
Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan
profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan
pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan
fungsional.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas.
Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan
profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima
kategori,
yaitu
pemahaman
tengtang
konteks
pembelajaran, penguatan
penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan
pengalaman tentang teori-teori terkini.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi
pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau
satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh
guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari
guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan
dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program
pelatihan
dapat
ditentukan secara
mandiri oleh penyelenggara atau
memodifikasi/mengadopsi program sejenis.
Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir,
kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan
pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem
pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau
dedikasi yang luar biasa.
Agama
menyampaikan
informasi
tentang
perencanaan
dan
41
42
C. Peningkatan Kompetensi
1. Esensi Peningkatan Kompetensi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun
piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut
guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu
mengembangkan
dan
menyajikan materi pelajaran yang
aktual
dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini.
Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru
menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan t u n t u t a n perkembangan
lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian
tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan
yang meragukan kompetensi guru
baik dalam bidang studi yang diajarkan
maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik
pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji
kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih
banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel
melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi
tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh
ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan
betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan
profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki
tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK
membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya
terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem
pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus
berubah.
Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi
43
tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak
didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu
didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari
oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning),
kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari
semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan
strategi dan teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula
agar pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama.
Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan
secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi
perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan
modern, perlu
mengembangkan sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter
utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal
yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan
eksistensinya.
48
PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil
PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru
masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja
rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan
sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara
itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang
disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar
dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran
yang berkualitas kepada peserta didik.
Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai
salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru
dan
kenaikan
pangkat/jabatan
fungsional
guru,
selain
kegiatan
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan
guru yang
profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi
juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan
penguasaan
IPTEK
yang
kuat,
guru
diharapkan
terampil
dalam
menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini.
a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam
memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan
49
Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh
guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu
sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon
(gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan
dimungkinkan melalui jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah
dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB
melalui
jaringan
antara
lain
dapat
berupa:
kegiatan
KKG/MGMP;
pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan
sebagainya; mengundang nara sumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas
pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan
pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan
lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran
luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK,
Perguruan Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau
institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan
memanfaatkan jejaring virtual atau TIK.
Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi
dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program
dimaksud disajikan berikut ini.
a. Dilakukan oleh guru sendiri:
1) menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya;
2) menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll);
3) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran;
4) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan
5) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
51
e. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus meli-batkan
guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi peru-bahan pada dirinya,
baik dalam penguasaan materi, pema-haman konteks, keterampilan, dan lainlain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam
jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktikpraktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis
kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup antara lain:
a. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang
berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
(guru pendamping).
b. Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan guru
binaannya atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan, apabila di sekolahnya
tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi.
c. Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah, yaitu seorang
guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai banyak guru boleh
membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan
sekolah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama sekolah dasar,
sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Dengan
demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di
beberapa sekolah.
d. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan mene-tapkan seorang
Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung
jawab untuk gugus sekolah tertentu).
e.
Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus
merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
f.
Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas
tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat
sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas
pembelajaran siswa.
PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar
kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan
layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi
tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada
perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN
dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang
dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
53
inovatif.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan
fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi
dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan
tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama
guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan,
sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan
jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas
Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru
dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan
ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah
maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru
yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain:
(1)
lokakarya
atau
kegiatan
bersama
untuk
menyusun dan/atau
mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media
pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium,
workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun
peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru,
antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan
pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan
metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik;
(5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK)
dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi
profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi
ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif;
(10)
kemampuan
untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang
terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan
54
5. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi,
dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus
menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi
adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari
standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan
empiris yang kuat, sehingga bisa dipertanggungjawabkan baik secara akademik,
moral, maupun keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji
kompetensi
menjadi salah satu basis utama desain program
peningkatan
kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya
berfokus
pada keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik
yaitu
kemampuan
yang
harus
dimiliki
guru
56
berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi
bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan
interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru
harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya
di
kelas,
dan
harus
mampu
melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang
diamati, yaitu:
1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6) Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga
akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas
generasi masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan
tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan
agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik
harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang
dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan
menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat.
57
3.
4.
5.
Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti
yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan
kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan
asesor yang berbeda.
Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan
kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi.
Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru,
dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada
dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal.
Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya
dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan
unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di
tempat kerja atau dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.
Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme
sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja.
Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya guru produktif,
normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau performance test.
Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas
tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan.
Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi
60
C. Penilaian Kinerja
1. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi
dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa
kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi
pekerti luhur, dan berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh
guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan
proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat
pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku,
maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya
proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan
profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang
profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK
Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang
dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah
kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup
guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru
sebagai m a s u k a n dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan
dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir
guru sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun
61
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka citacita pemerintah untuk
menghasilkan insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi lebih cepat
direalisasikan.
2. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir,
kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan
dari kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
kategori, yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang
ditetapkan, dan (2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang
ditetapkan.
Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan
diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru yang belum mencapai
standar minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan
(Diklat) melalui multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi.
Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi
peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru
(kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas
transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan
berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai
kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan acuan
bagi
sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru.
Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsurunsur kinerja
yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus
utama, seperti disebutkan di atas.
3. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur
komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
b. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi
jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang
dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
c. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan
relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua
kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
4. Prinsip Pelaksanaan
Prinsipprinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
63
b. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya seharihari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah meliputi:
1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),
3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan
4) motivasi belajar siswa.
c.
Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus
memahami semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan
penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara
utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan
kriteria yang digunakan dalam penilaian.
d. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir
tahun dengan memperhatikan halhal berikut.
1) Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas
seharihari.
2) Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua
guru yang dinilai.
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir profesinya.
5) Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang
berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan
penilaian tersebut.
6) Mudah tanpa mengabaikan prinsipprinsip lainnya.
7) Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
8) Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses,
yakni bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang
menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihakpihak terkait yang berkepentingan.
6. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian
65
Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format
Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja.
c. Tahap Penilaian
1) Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan
skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih
dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2 pada masingmasing indikator
untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan kepada
catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta buktibukti berupa
dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai
untuk setiap kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masingmasing indikator setiap
kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara memban-dingkan
rangkuman catatan hasil pengamatan dan pemantauan di lembar
format laporan dan evaluasi per kompetensi dengan indikator
kinerja masingmasing kompetensi
b) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil
penilaian kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk
penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah, nilai untuk setiap kompetensi direkapitulasi
ke dalam format rekapitulasi penilaian kinerja untuk mendapatkan
nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala
nilai sesuai Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009.
c) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai
sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat
ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya sebagaimana
tercantum dalam Tabel 3.1.
Nilai Hasil PK
Guru
91 100
76 90
61 75
Sebutan
Amat baik
B
ai
Cukup
k
Persentase
Angka kredit
125%
100%
75%
68
51 60
Sedang
50%
50
Kurang
25%
d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan
hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru
tersebut.
Hasil
PK Guru formatif dilaporkan kepada
kepala
sekolah/koordinator PKB sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB
tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim penilai tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya.
Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota,
69
provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit
(PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan
jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi
sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung
lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua
instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii)
instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan
digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan
sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku.
7. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit
Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan
sebutan hasil PK Guru dan persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan
jabatan fungsional guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka
kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan
verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen (Hasil PK
Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan hasil
pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam
Format Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang
disampaikan oleh sekolah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan
dan dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke
sekolah/madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.
Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai
Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi,
atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat dilakukan di tingkat sekolah, tetapi
hanya untuk keperluan estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi
berdasarkan hasil perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya
dicatat dalam format penghitungan angka kredit yang ditandatangani oleh penilai,
guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala sekolah. Bersamasama dengan angka
angka kredit dari unsur utama lainnya (pengembangan diri, publikasi ilmiah dan
karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan
oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka kredit
kenaikan jabatan fungsional guru.
a.
Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan
70
Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan
Fungsional Guru
Jabatan Guru
Guru Pertama
Guru Muda
Guru Madya
Guru Utama
Pangkat dan
Golongan Ruang
Penata Muda, III/a
Penata Muda Tingkat I, III/b
Penata, III/c
Penata Tingkat I, III/d
Pembina, IV/a
Pembina Tingkat I, IV/b
Pembinaan Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya, IV/d
Pembina Utama, IV/e
850
1.050
jenjang
50
50
100
100
150
150
150
200
-
Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah
angka kredit minimal yang dimiliki untuk masingmasing jenjang
jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan
minimal angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan
setingkat lebih tinggi.
b. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru.
71
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala
Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam
mengajar tatap muka diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru
pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas
tambahan tersebut.
1) Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru
Bimbingan dan Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu
ke skala 0 100.
2) Masingmasing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%),
Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana
diatur dalam Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009.
3) Angka
kredit
per
tahun
masingmasing
unsur
pembelajaran/
pembimbingan
dan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung menggunakan rumus
tertentu.
4) Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan
sesuai
prosentasenya
untuk memperoleh total angka kredit dengan
perhitungan sebagai berikut:
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya
= 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah t otal angka
kreditnya = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50%
Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah.
c) Guru dengan
tugas
tambahan
sebagai
kepala
perpustakaan/laboratorium/bengkel, atau ketua program keahlian; total
angka kredit = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50%
Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran.
c.
perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas
tambahan untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit
kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
1) Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim
kurikulum, pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit
kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun +
5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas
temporer yang diberikan selama setahun.
2) Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugastugas
sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing
peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing
penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka
kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas
temporer yang diberikan selama setahun.
8. Penilai PK Guru
a. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah
tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai
terlalu banyak), maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau
Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan
oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
1) Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai.
2) Memiliki Sertifikat Pendidik.
3) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang
tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai.
4) Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
6) Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk
menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan
Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda
dengan guru yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala
Sekolah dan/atau Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau
oleh Pengawas Sekolah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dan memahami PK Guru.
73
b. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas
Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara
berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan
prinsipprinsip penilaian yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah
khusus, penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru
Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai
adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun.
9. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti
melanggar prinsipprinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan
Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas sekolah.
b. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang
bersangkutan melakukan proses PK Guru.
c. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang
bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK
Guru.
10. Tugas dan Tanggung Jawab
Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat
otonomi daerah serta mengutamakan prinsipprinsip efisiensi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihakpihak yang terlibat
dalam pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah.
Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung
jawab masingmasing pihak dirinci berikut ini.
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1) Menyusun dan mengembangkan ramburambu pengembangan kegiatan PK
Guru.
2) Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
3) Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
4) Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat
pusat.
5) Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
6) Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional.
74
pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat,
dan promosi.
a. Penugasan
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan
dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru melakukan
kegiatan pokok yang mencakup:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik,
dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan beban kerja guru.
Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu
sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas sekolah.
Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas
pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu:
1) Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian
dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
2) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam
1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
3) Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar
yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150
(seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan
pendidikan.
4) Guru
pembimbing
khusus
pada
satuan
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib
memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling sedikit
melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
5) Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan
beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan
pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas
dasar pertimbangan kepentingan nasional.
Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut
secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan
jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu
dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat
79
memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu.
Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi
beban kerja tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas
Pendidikan Provinsi/Kabu-paten/Kota atau Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
b) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur
penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit
24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam
lingkungan kewenangannya.
c) Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kantor
Kementerian Agama
Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban
mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
d) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi
beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke
satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
e) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum
terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing
berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru pada sekolah/madrasah
lain, baik negeri maupun swasta.
f)
80
didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan
kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat
persetujuan kementerian pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan
yang saksama. Guru berhak dan wajib mengembangkan dirinya secara
berkelanjutan
sesuai
dengan
perkembangan
IPTEKS.
Kepala
sekolah/madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan merata kepada
guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
3. Guru dengan Tugas Tambahan
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib
mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan
pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau
konselor.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan
wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi
wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan
konseling atau konselor.
c) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib
mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
d) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan
pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
e) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium,
bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling
sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
f) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas
mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan
tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan
yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
g) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib
melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuan berpengalaman
sebagai guru sekurang-kurangnya delapan tahun atau kepala sekolah
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik
sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki
Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan
profesional Guru dan tugas pengawasan.
82
Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam
aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang
diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada
jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah
yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama delapan
tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan
kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk
memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan
tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan
fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan
ditempatkan pada jabatan struktural.
b. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi
dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil
kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi
ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh
guru.
Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahw dalam
melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai
dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat
dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
3. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16
Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru
Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari
yang terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan
persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan
karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan
sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru
yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat
83
dan/atau jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang.
Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan
pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan
tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah,
dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam
kenaikan pangkat guru terdiri atas:
1) Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.
Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas
guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:
a) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
b) 150 untuk Ijazah S-2; atau
c) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai
dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka
kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah
diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah
yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah
fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau
ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
2) Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.
Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti
fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah
fotokopi surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang
disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik
keikutsertaan
program induksi
yang dijadikan dasar penilaian adalah
fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala
sekolah/madrasah yang bersangkutan.
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda
84
golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama
golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan
karya inovatif.
Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi
pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi
ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal,
dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif
(menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni;
membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan
penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya).
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berke-lanjutan untuk
masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit.
2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit.
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurangkurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi
ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurangkurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurangkurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut,
sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu)
85
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut,
sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
9) Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama,
golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g diatas juga wajib
melaksanakan presentasi ilmiah.
c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai
pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut
ini.
1. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka
kredit sebagai berikut.
a) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;
b) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
c) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau
direktur
politeknik
pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat
keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang
membidangi pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendahrendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian Agama, surat
keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari
pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II.
2. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru
Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya
harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan
tersebut di antaranya:
a) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik
industri/ekstrakurikuler dan yang sejenisnya
b) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
86
c)
d)
e)
f)
3.
guru
belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
mereka belum optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa
perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung
sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran
untuk terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan
martabat yang jelas dan mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya
Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang
perlindungan hukum bagi mereka. Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai
mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini
diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu
pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan
untuk rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan
perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi
perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan
hukum bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas
spektrumnya dengan diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah
perlindungan terhadap guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya
perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan
sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan
komprehensif mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu
dirumuskan standar yang memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.
Advokasi
adalah upaya-upaya
yang
dilakukan
dalam
rangka
pemberian
perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI bagi guru.
Advokasi umumnya dilakukan melalui kolaborasi beberapa lembaga,
organisasi, atau asosiasi yang memiliki kepedulian dan semangat
kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan.
j.
waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.
Beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu:
1) Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal,
pemerintah dan pemerintah daerah.
2) Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis
dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung,
teman sejawat, dan masyarakat luas.
3) Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
resiko gangguan keamanan kerja,
resiko kecelakaan kerja,
resiko kebakaran pada waktu kerja,
resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan mengenai ketenagakerjaan.
4) Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
5) Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan
akibat:
kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain.
6) Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja,
akibat:
bahaya yang potensial,
kecelakaan akibat bahan kerja,
keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
d. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundangundangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan
93
Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan
Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas
Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk
pertemuan langsung oleh dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain
adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat
dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun setelah sidang peradilan
dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar pengadilan.
d. Konsiliasi dan perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi
atau perdamaian.
Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas,
konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang Nomor 30
tahun 1999. Konsiliasi atau perdamaian merupakan suatu bentuk alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk
mencapai perdamaian di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses
litigasi, dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan
pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan
hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau
satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi.
Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan pekerjaan
pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini
kemudian melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai
advokasi. Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari
organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya
benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup
kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak
lain berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada
kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan
96
menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote),
menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan
melakukan perubahan secara terorganisir dan sistematis.
f. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau
satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi.
Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif
penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atau dengan cara mengenyampingkan
97
secara ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian, presentasi karya
akademik, wawancara, dan penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai
prestasi terbaik melalui beberapa jenis teknik penilaian inilah yang akan
memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat nasional.
b. Penghargaan bagi Guru SD Berdedikasi di Daerah Khusus/Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian
serius dari
pemerintah. Oleh karena
itu,
sejak
beberapa
tahun
terakhir
ini,
pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan secara rutin baik pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional maupun pada peringatan lainnya.
Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan
martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai
pendidik bangsa dihormati dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru
untuk meningkatkan prestasi, pengabdian, loyalitas
dan dedikasi serta
darma baktinya pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan kompetensinya
secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing.
Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam melaksanakan
pekerjaan/jabatannya sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di daerah
yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami
bencana alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan darurat
lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin.
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan yang bersifat seremoni
belaka. Penghargaan ini secara selektif dan kompetitif diberikan kepada d u a
orang guru sekolah dasar (SD) Daerah Khusus dari seluruh provinsi di
Indonesia.
Masing-masing
Dinas Pendidikan Provinsi diminta dan diharuskan
menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus, terdiri dari satu
laki-laki dan satu perempuan yang berdedikasi tinggi untuk diberi penghargaan,
baik yang berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun guru
bukan PNS. Untuk dapat menerima penghargaan, guru SD berdedikasi yang
bertugas di Daerah Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan
khusus. Kriteria umum dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; setia dan taat kepada Pancasila dan UndangUndang Dasar
1945;
memiliki moralitas,kepribadian dan kelakuan yang
terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan masyarakat
sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya.
101
Kriteria
khusus
bagi
guru
SD
Daerah
Khusus
untuk
memperoleh penghargaan antara
lain,
pertama,
dalam
melaksanakan
tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa,
pengabdian,
kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai komitmen yang tinggi
dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan segala keterbatasan
yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas
sebagai
guru
di
daerah
khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus menerus
atau selama delapan tahun secara terputus-putus.
Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah menerima
penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima, responsif terhadap
persoalan-persoalan yang aktual dalam masyarakat. Keenam, dengan keahlian
yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah sosial sehingga
usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-masalah
tersebut.
Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta integritas
kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam masyarakat. Kedelapan,
menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada
masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.
c. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi
Penghargaan bagi guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Khusus
(PLB/PK) berdedikasi dilakukan sejak tahun 2004. Penghargaan ini diberikan
kepada guru dengan maksud untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan
profesionalisme guru PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada
kinerja dan prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang
memiliki dedikasi dan kinerja melampaui target yang ditetapkan satuan
Pendidikan Khusus mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif atau inovatif yang diakui
baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau internasional; dan/atau secara
langsung membimbing peserta didik yang berkebutuhan khusus sehingga
mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Seleksi pemilihan guru berdedikasi tingkat n a s i o n a l d i l a k s a n a k a n di
Jakarta. Mereka berasal dari seluruh provinsi di
Indonesia. Pemilihan
guru PLB/PK berdedikasi ini dilaksana-kan secara objektif, transparan,
dan akuntabel. Pemberian penghargaan ini diharapkan dapat mendorong
guru PLB/PK dalam meningkatkan kemampuan profesional yang diperlukan
untuk membantu mempersiapkan SDM yang memiliki kelainan tertentu untuk
102
untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi
kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan
dengan negara-negara Asean, Jepang, Australia, dan lain-lain.
Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah Konstitusi
tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan
jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara
berjenjang mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat
nasional.
7. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang
terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas
dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas
pertimbangan prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian,
penghasilan dimaksud merupakan hak yang diterima oleh guru dalam bentuk
finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan
prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai
pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia.
Menyusul lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber
penghasilan gur u selain gaji pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan
khusus.
a. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan
sertifikat pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan
pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan
tunjangan profesi k e p a d a g u r u . Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14
107
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa Pemerintah
memberikan tunjangan profesi
kepada guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan
memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya
dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya.
Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok guru
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru
sudah bersertifikat akan menerima tunjangan
profesinya
jika
guru
bersangkutan mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam
muka per minggu dan persyaratan lainnya.
yang
atau
yang
yang
tatap
terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara
lain, dalam hal batas wilayah negara di darat maupun di laut kawasan
perbatasan berada di kecamatan; dan pulau kecil terluar dengan luas area
kurang atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghu-bungkan garis
pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional.
4) Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah
yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang
berdampak negatif terhadap layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
5) Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan
sosial
dan
ekonomi
yang
membahayakan guru dalam melaksanakan tugas dan
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
6) Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam
keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya,
kelaparan dan sebagainya yang memerlukan penanggulangan dengan segera.
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya. Sebagai
katup pengaman sejak
tahun 2007, pemerintah memberikan bantuan
kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di
199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp
1.350.000 per bulan.
Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini adalah selain
meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat
sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain,
pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia
mengajar di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah
terpencil diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan
khusus ini.
d. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka
implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15
110
ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam
bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan
bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri
guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru
dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin
terwujudnya maslahat tambahan bagi guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan
ini adalah untuk:
(1) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi,
dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2)memberikan penghargaan
kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya
dalam dunia
pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang
lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi.
Dengan demikian, pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i)
mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat
dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru; (3) merangsang guru untuk
tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi guru hingga akhir masa
bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional.
Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan
contohnya?
Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan kepada
guru atas dasar prestasi kerja?
Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil perlu diberi tunjangan khusus?
G. Etika Profesi
1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
111
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh
masyarakat sebagai profesi kelas dua. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi
guru adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia
dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui
proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa
agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak
cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat
keterampilan dan kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L.
Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan
kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan
yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau
memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam
jumlah tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan
nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam
itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terusmenerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri,
kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif.
Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam
bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti
berikut ini.
a. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemam-puannya itu.
b. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang
seprofesi dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna
etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya.
d. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan
gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk
merangsang pertumbuhan diri.
e. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan
kebijakan bidang pendidikan.
f. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan
dirinya.
g. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memoti-vasi dan
mengatur dirinya.
h. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi
perbaikan-diri.
i. Memiliki empati yang kuat.
112
j. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan
masyarakat.
k. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
m. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
n. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga
sosial dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang
penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu
sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum
beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik
profesi seperti berikut ini.
a.
Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain
atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka
teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam
pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada
klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman
praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda
pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga
akademik biasa.
g.
Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru
dalam bekerja.
Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar
gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif
yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa
layanan darinya.
j.
2. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya
tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan
kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan
etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan
ini perlu didefinisikan.
a.
b. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang
dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan
nasional.
114
c.
Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh
guru-guru Indonesia sebagai
pedoman
sikap
dan
perilaku
dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara.
Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku
guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama
menunaikan
tugas-tugas profesionalnya
untuk
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.
f.
Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang
disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil
Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di
Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008
tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi
setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi
bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik
bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen
Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata
pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.
Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI
sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi
guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati.
Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan
tugas keprofesian.
a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
3) Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4) Guru
menghimpun
informasi
tentang
peserta
didik
dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan
efisien bagi peserta didik.
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa
kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di
luar batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan
yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik
dalam mengem-bangkan
keseluruhan
118
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
7)
pelanggaran
adalah
perilaku
menyimpang
dan/atau
tidak
122
Refleksi akhir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
123
===00===
127
BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Teori Belajar
1. Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbe-lakangan
tersebut disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan
penyelenggara bukan untuk peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan
bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas pengajar hanya sebagai penyampai
pokok bahasan. Mutu pengajaran menjadi rendah karena yang diukur hanya daya
serap sesaat yang dungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial.
Pengajaran tidak diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya
dapat melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif cenderung
terabaikan; (4) diskriminasi penguasaan wawasan yang terjadi akibat anggapan bahwa
yang di pusat mengetahui segalanya dibandingkan dengan yang di daerah, yang di
daerah merasa mengetahui semuanya dibandingkan dengan yang di cabang, yang di
cabang merasa lebih tahu di bandingkan dengan yang di ranting, begitu seterusnya.
Jadi, diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjekobjek; dan
(5) pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah.
Teks atau buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan
berhasillah dia.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama ini ibarat
sebuah bank. Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak mendatangkan hasil yang
berlipat-lipat. Peserta didik lantas diperlakukan sebagai bejana kosong yang akan diisi,
sebagai sarana tabungan. Guru atau pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah
subjek pasif yang penurut dan diperlakukan tidak berbeda. Pendidikan akhirnya
bersifat negatif dengan guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh peserta
didik yang wajib diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis pendidikan gaya
bank yang sangat magis dan naif.
a) guru mengajar murid belajar
b) guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
c) guru berpikir murid dipikirkan
d) guru bicara murid mendengarkan
e) guru mengatur murid diatur
f) guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti
g) guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan
tindakan guru
h) guru memilih apa yang diajarkan murid menyesuaikan diri
128
129
zaman, yakni proses transformasi pendidikan menuju pada learning to know, learning to
do, learning to be, dan learning to live together.
Pada modul ini, Anda akan mengenali konsep dasar PAIKEM, selayang
pandang teori belajar, model-model pembelajaran, dan contoh pembelajaran PAIKEM.
Setelah itu, Anda dapat menguatkan pemahaman melalui rangkuman dan evaluasi
yang terdapat pada modul ini. Selamat belajar modul ini. Salam PAIKEM!
a)
b)
c)
d)
Sebelum mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami teori belajar dan
karakteristik peserta didik agar lebih menguatkan pemahaman Anda tentang PAIKEM. Agar isi
modul dapat melekat dalam pengalaman belajar Anda, cara penggunaan modul ini perlu Anda
cermati dengan seksama. Berikut ini cara menggunakan modul tersebut.
a) Lakukanlah orientasi modul terdahulu dengan membaca sekilas dari awal sampai akhir
modul.
b) Bacalah daftar isi untuk memberikan pemahaman awal tentang isi modul.
c) Cermati dengan seksama tujuan, prasyarat, dan cara menggunakan modul untuk
membekali arah yang akan dituju dalam mempelajari modul ini.
d) Bacalah secara cermat dari pengantar sampai pada rangkuman.
e) Contoh pembelajaran berbasis PAIKEM pada modul ini hanya sebatas ilustrasi sebagian,
Anda dapat mengembangkan dan menerapkan dengan contoh-contoh lainnya di kelas
masing-masing.
f) Silahkan menguji diri melalui mengerjakan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan
yang ada pada evaluasi.
g) Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk memperdalam kemampuan
Anda di bidang PAIKEM.
Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM
TUJUAN MATA DIKLAT
Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang
sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.
130
5
4
Mahasiswa mampu
mendeskripsikan konsep
belajar
1
Mahasiswa mampu
menerapkan konsep
belajar behavioristik dalam
pembelajaran
Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari pandangan teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik dan teori belajar
humanistik. Selesai belajar modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan dalam
pembelajaran. Tujuan khusus yang dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda
dapat :
a) Menjelakan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, teori belajar
Konstruktivistik, dan teori belajar Humanistik
b) Memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.
A.
132
melalui threshold method (metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan
the incompatible response method (metode rangsangan tidak serasi).
Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan pembinaan
hubungan antara stimuli tertentu dengan respon tertentu. Semua proses belajar
dilakukan dengan coba-salah (trial and error). Ada tiga hukum dalam hal tersebut yaitu
(1) hukum hasil (law of effect), (2) hukum latihan (law of exercise), (3) hukum kesiapan
(law of readiness). Skinner menyatakan bahwa peneguhan (reinforcement) memegang
peran penting dalam mewujudkan tindak balas baru. Peneguhan diartikan sebagai
suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip Behavioristik
merupakan kegiatan belajar figuratif. Belajar seperti ini hanya menekankan perolehan
informasi dan penambahan informasi. Belajar merupakan proses dialog imperatif,
bukan dialog interaktif. Belajar bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses
mekanik. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
B. TEORI BELAJAR KOGNITIF
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan
peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku siswa bukan semata-mata respon
terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur
oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif
adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh Jerome Bruner,
reception learning oleh Ausubel. Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget dapat
digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.
Konstruktivistik
Pengetahuan adalah non-objective,
tempo- rer, selalu berubah, dan tidak
menentu
135
ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS
136
RESTRUCTURING OF
IDEAS
Clarification and Exchange
COMPARISON
WITH PREVIOUS
IDEAS
Exposure to conflict
situation
Construction of new ideas
Evaluation
APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS
138
E.RANGKUMAN
1. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan
hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya
kebiasaan.
2. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral
meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap
peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, danmenggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah
perceptual.
139
1.
2.
3.
4.
5.
F. PELATIHAN
Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam hal
a. Belajar
b. Mengajar
c. Kedudukan peserta didik
d. Pengetahuan
e. Fungsi Mind
Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik berdasarkan
prespektif sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda ketahui!
Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget!
Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut pandangan
teori belajar behavioristik dan konstruktivistik secara aplikatif yang selama ini telah
Anda lakukan!
Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
humanistik yang dikemukan oleh Bandura!
tenggelam jauh di lubuk hati. Untuk itu, agar dapat kreatif, Anda harus berani
menutup kran pengaruh dari luar. Guru kreatif menggunakan kata jangan berikut.
a) Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui kegagalan sebelum
Anda mencoba beberapa kali.
b) Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
c) Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
d) Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang banyak.
e) Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan pemikiran
yang mendalam.
f) Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
g) Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
h) Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
i) Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
j) Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah
mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends (dalam
Kardi dan Nur, 2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat
sebagai berikut.
a) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia
mengembangkan hubungan kemanusiaan yang tulus dengan siswa, orang tua,
dan kolega-koleganya.
b) Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu pengetahuan.
Mereka menguasai dasar-dasar pengetahuan tentang belajar dan mengajar;
menguasai pengetahuan tentang perkembangan manusia dan cara belajar; dan
menguasai pengajaran dan pengelolaan kelas.
c) Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar yang telah
dikenal di dunia pendidikan untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
d) Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong siswa
untuk berpikir reflektif dan mampu memecahkan masalah. Mereka memahami
bahwa belajar pengelolaan pembelajaran yang baik merupakan proses yang
amat panjang sama halnya dengan profesi lain, yang memerlukan belajar dan
interaksi secara berkelanjutan dengan kolega seprofesi.
Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru agar
menggunakan enam kiat mengajar dengan efektif apabila mengharapkan hasil belajar
siswa secara maksimal. Keenam kiat mengajar dengan efektif di kelas sebagai berikut.
a. Ciptakan kondisi yang benar
1) Orkestrakan lingkungan;
2) Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;
3) Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
4) Tentukan hasil dan sasaran; AMBAKApa Manfaatnya Bagiku?
142
c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritiskonseptual, analitis, dan reflektif;
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi secara
permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwarauntuk melayani semua
gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.
e. Praktikkan
1) Gunakan di luar sekolah;
2) Lakukan;
3) Ubahlah murid menjadi guru;
4) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
f. Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
1) Sadarilah apa yang Anda ketahui;
2) Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
3) Lakukan evaluasi berkelanjutan.
Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah pendekatan
PAIKEM. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Disebut
demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik,
mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam
suasana menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut
pembelajaran CTL.
143
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan pojok baca dan memajang hasil karya siswa.
4. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam
peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran
tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan
kemampuan guru yang berkesesuaian.
Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam Pembelajaran
Kemampuan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan
Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik berperan
aktif dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
mengelola pembelajaran
Percobaan
yang mendorong peserta
Diskusi kelompok
didik untuk berperan aktif
Memecahkan masalah
dalam pembelajaran.
Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
- media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
- gambar
- studi kasus
- nara sumber
- lingkungan
Peserta didik:
Melalui:
diskusi
pertanyaan terbuka
hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik sendiri
Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
145
6. Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik
sehari-hari.
7. Menilai proses pembelajaran
dan kemajuan belajar peserta
didik secara terus menerus.
146
Fase 1
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompokmembentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok belajar
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
menyampaikan apa yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada temantemannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal (lihat gambar
112)
1
2
3
Kelompok
asal
Kelompok
ahli
Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal
3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk beberapa kasus,
kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan diteruskan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Aspek
Tipe STAD
Tipe Jigsaw
dengan 4-5
orang anggota
heterogen
dengan 5-6
orang anggota
menggunakan
pola kelompok
asal dan
kelompok ahli
Biasanya guru
Pemilihan
topik
Tugas
Utama
Biasanya guru
Penilaian
Tes mingguan
Pengakuan
Lembar
pengetahuan
dan publikasi
lain
Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan
dan saling
membantu untuk
menuntaskan
materi
belajarnya
Siswa
mempelajari
materi dalam
kelompok ahli
kemudian
membantu
anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Bervariasi dapat
berupa tes
mingguan
Publikasi lain
Investigasi
Kelompok
5-6 anggota
heterogen
Pendekatan
Struktural
kelompok
dengan 4-6
anngota.
Biasanya siswa
Biasanya guru
Siswa
menyelesaikan
inkuiri kompleks
Siswa
mengerjakan
tugas-tugas
yang diberikan
sosial dan
kognitif
Menyelesaikan
proyek dan
menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes essay
Lembar
pengetahuan
dan publikasi
lain
Bervariasi
Bervariasi
149
Tahap 2
Merumuskan masalah
Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah
(melalui eksperimen atau cara lain)
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan
pengumpulan data
Tahap 7
Analisis data
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan
d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga sering
disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya sebagai teori
pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang menyumbang dasar pengembangan model
pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang
151
mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif
dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa
belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku
gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam
menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan
pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6 berikut ini
akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan oleh
guru pada tiap-tiap sintaks.
Tabel 2.6 Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase
Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan keterampilan
(pengetahuan prosedural) atau
mempresentasikan pengetahuan
(deklaratif)
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan
e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif
terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara
dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa.
Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang
studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak
digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi
kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya
152
diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi
dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu
dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan
yang perlu dikemas secara menarik.
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam
tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema
bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer,
kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan
siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian.
Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang
terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsepkonsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis
ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam
mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru bahasa
Indonesia diharapkan sebagai berikut.
Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Keterampilan
berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa.
Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas
berbahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu minat,
keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru tidak
perlu monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum
memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.
g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp,
sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu
sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan
teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro153
Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
h. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara
penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan
sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil
belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan
bahwa
(1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan
membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan
peluang agar dapat lebih berkembang;
(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama
dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara
merasa dan berpikir anak-anak;
(3) dunia anak adalah dunia bermain;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek.
Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi
belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan
sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan
kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak
sebagai berikut.
a) Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan
persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
b) Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara
bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
c) Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan
selama proses berlangsung.
d) Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
e) Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan
jalan agar partisipan menemukan jalannya.
f) Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
g) Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
h) Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
a) belajar dari realitas atau pengalaman,
b) tidak menggurui, dan
155
c) dialogis.
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari
pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle). Proses
tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan
partisipatori.
Berikut rincian proses tersebut.
a) Rangkai-Ulang
b) Ungkapan
c) Kaji-Urai
d) Kesimpulan
e) Tindakan
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah siswa
sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya
sebagai berikut.
a) Persepsi
b) Identifikasi diri
c) Aplikasi diri
d) Penguatan diri
e) Pengukuhan diri
f) Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media
atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu.
i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi
yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan
masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan
pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey sudah mengemukakan
pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey &
Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah
sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang
memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan
kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001).
Pembelajaran kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah
mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa
156
pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh
melampaui drill oriented dan metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001)
pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam
tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahakan masalahmasalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington (2001) mengembangkan
metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis
inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual
dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning,
constructivism, metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection.
Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari
mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan.
Tentunya, pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat
menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a)
observasi
b)
c)
d)
e)
bertanya
mengajukan dugaan
pengumpulan data
penyimpulan
2) Pertanyaan
157
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.
Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi dengan
temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar pendapat dengan
temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang
kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun.
Dalam kelas yang
kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran dalam kelompok
belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen.
Yang pandai mengajari yang lemah. Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu.
Yang cepat menangkap berada satu kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa
upayakan dapat selalu bervariasi dari segi apapun.
6) Penilaian Autentik
158
2)
3)
4)
PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran
ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas
sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan.
Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu,
pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2)
guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4)
multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran
induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8)
keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif .
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau
prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran kooperatif, (b)
pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran melalui penemuan, (d) pembelajaran
159
langsung, (e) pembelajaran komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h) kuantum, (i)
partisipatori, dan (j) kontekstual.
5) Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a) tipe STAD, (b) tipe
Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe Pendekatan Struktural.
6) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
teori belajar konstruktivis. Selain keterampilan akademik, model pembelajaran kooperatif
menekankan pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi ruang yang sangat luas
untuk berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan sumber belajar. Guru diharapkan selalu
memberikan penghargaan kepada kelompok kooperatif yang paling kinerjanya bagus.
7) Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada pemecahan masalah autentik, yaitu
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata, yang dirasakan siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
8) Belajar melalui penemuan (inkuiri) memberikan pengalaman kepada siswa sebagaimana
ilmuwan membangun pengetahuan. Secara garis besar tahapannya meliputi: menemukan
masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan
eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data hasil eksperimen, dan menarik
kesimpulan.
9) Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu.
Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
10) Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan keterampilan prosedural
terutama yang mengandung resiko (berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang
penalaran tingkat tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
K. PELATIHAN
Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM dan CTL!
Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
tipe Jigsaw!
Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan
model pembelajaran melalui penemuan!
Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda), kemudian
deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model Jigsaw!
Siswa ingin memcahkan masalah Bagaimanakah hubungan jumlah baterai
terhadap nyala lampu? Untuk memecahkan masalah tersebut model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok atau model pembelajaran problem based
instruction yang tepat untuk dipilih, berikan argumentasi Anda!
Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh menjawab
dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together, padahal sebelum
menjawab semua anggota kelompok telah berdiskusi dulu!
160
C. Media Pembelajaran
1. Pengantar
161
Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan optimal, disarankan Anda
sudah menguasai sejumlah pengetahuan antara lain, (1) teori belajar dan pembelajaran,
(2) model-model pembelajaran inovatif, (3) berbagai metode pembelajaran, (4)
karakteristik peserta didik, dan (5) analisis materi pembelajaran.
Untuk mempelajari modul ini ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu kegiatan
belajar tatap muka dengan instruktur pelatihan melalui tatap muka dan kegiatan
belajar dilakukan tanpa kehadiran instruktur (kegiatan terstruktur dan belajar
mandiri). Anda dapat melakukan kegiatan terstruktur tersebut secara mandiri (sendiri
atau dalam kelompok). Walaupun instruktur tidak hadir secara fisik bersama-sama
peserta pelatihan untuk melakukan kegiatan pelatihan.
Agar hasil belajar yang Anda peroleh dengan media modul ini optimal, Anda
disarankan membaca referensi lain yang relevan, membaca berbagai artikel baik dari
jurnal cetak maupun dari internet, melakukan diskusi dengan teman sejawat atau
instruktur, dan mengerjakan tugas-tugas atau latihan-latihan yang disediakan dalam
naskah modul ini. Jangan segan-segan bertanya kepada teman atau kolega Anda yang
telah berpengalaman dalam merancang, mengembangkan, dan mengim-plementasikan
media pembelajaran. Biasanya belajar dari pengalaman orang lain akan jauh lebih
bermakna.
Modul ini menghendaki Anda untuk memraktekkan pengetahuan yang telah
Anda pelajari melalui workshop pengembangan perangkat pembelajaran ke dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Pembelajaran (peer
teaching).
2. Pengertian, Rasional, dan Fungsi Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin medium yang berarti di
antara, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993). Martin dan Briggs (1986) menyatakan
bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat keras, seperti komputer,
televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-perangkat
keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru atau pengajar
juga termasuk media pembelajaran (Degeng, Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari
pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of Education
dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a
162
complete body of information and are largely self-supporting rather than supplementary in the
teaching-learning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang
menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar
mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar
dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977) membuat klasifikasi media
pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for
learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas
belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video
player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana
pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah,
surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe,
poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar
mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat
bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa pengertian
materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi rambu-rambu pertanyaan
berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya.
Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda
masukkan dalam kategori materi pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran
itu Anda dapatkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam
kategori sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda
mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan
dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti contoh uraian
berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca cepat 250
kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan?
Jawabannya adalah teks bacaan. Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda
ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari buku paket,
dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat kabar Kompas, buku paket,
majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan atau sumber materi. Dengan
alat apa Anda mengajarkan materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu?
Mungkin jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi
nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji, stopwatch,
handphone, dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai media
pembelajaran.
b. Rasional Penggunaan Media
1) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses pembelajaran pada
dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses beralihnya pesan dari suatu
sumber, menggunakan saluran, kepada penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan
163
akibat atau hasil (Gafur, 1986, p.16). Model komunikasi terebut dikenal dengan nama
model: Source Message Channel Reciever Effect. Dalam proses pembelajaran, pesan
itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh pendidik, saluran berupa media,
penerima adalah siswa, sedangkan hasil berupa bertambahnya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali
informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat
siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus
menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap
kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran
manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman,
perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak
melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut , maka
media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media
audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media dalam proses
komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas
pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak
indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses
komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal,
terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali,
sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dan
sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan
menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan sebagainya; dan c)
Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari
tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan
sebagainya.
3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman (Cone of
Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan secara
langsung, maka diperlukan media. Dengan menggunakan media, diharapkan masalahmasalah komunikasi dan masalah pembelajaran dapat diatasi. Kerucut Pengalaman
Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1 menggambarkan semakin ke atas semakin
abstrak, semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses pembelajaran, manakala
pendidik dapat memberikan pengalaman langsung, nyata, dan konkret kepada peserta
164
didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan berturut-turut pengalaman
tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman lapangan, pameran, gambar bergerak,
gambar mati, rekaman radio/audio, lambang visual, dan lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale. Berdasar kerucut
pengalaman tersebut, dalam pembelajaran mula pertama kita mengajak siswa terlibat
dalam pengalaman nyata atau pengalaman langsung. Jika tidak memungkinkan, kita
mengajak siswa untuk mengamati peristiwa yang dimediakan (peristiwa yang disajikan
dengan menggunakan media), dan akhirnya kita mengajak siswa mengamati lambang
atau simbul yang merupakan representasi kejadian.
a. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan, antara
lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan
kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan,
atau direkam kemudian disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan
lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif, artinya media
dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara
disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian
dapat diubah-ubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang
penampilannya; dan c) Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu
objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan
media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas
untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat
dikemukakan sebagai berikut, yakni (1) menghindari terjadinya verbalisme, (2)
membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa, (4) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
3. Jenis, Klasifikasi, Dan Pemilihan Media Pembelajaran
a. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4 klasifikasi,
yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual, dan (d) multi media.
1). Media visual
Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis, media cetak,
dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui
penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya
digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan
fakta-fakta sehingga menarik dan mudah diingat orang.
165
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data berangka
melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) diagram, yaitu gambaran yang
sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang
biasanya disajikan melalui garis-garis simbol, (3) bagan, yaitu perpaduan sajian katakata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau
hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draf kasar
yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar, (5) poster, yaitu sajian
kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik
perhatian orang yang lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel
untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula
dilepas, (7) bulletin board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar
atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau
alat penempel lainnya.
166
Lambang
verbal
Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati
Gambar bergerak
Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Tiruan pengalaman (simulasi)
Pengalaman langsung
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan
dengan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu; b)
Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan
didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya
memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa,
kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran
terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan modul.
Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topiktopik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi
yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan
bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui
alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan
transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on film
(plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara
langsung dengan menggunakan spidol; b) PPC transparancy film (PPC= Plain Paper
Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared transparancy film, yaitu jenis transparansi
yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan
program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk
menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang
dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau ruangan. Biasanya
memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP jenis portable; dan b) OHP
Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya
lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.
2). Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima
oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media audio yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari
suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan
pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan
dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan penerima
pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari pesawat radio di
rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di ruang-ruang kelas.
3). Media Audio Visual
168
169
sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan media tanpa bimbingan orang
lain.
d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media pembelajaran
pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan guru dalam rangka
mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran.
1) Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang
secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas
yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan
kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab
dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau
hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan
pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda pertimbangkan dalam
memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran adalah kefungsionalan
media tersebut. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang benarbenar fungsional dalam arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar
berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran
yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses pembelajaran, tetapi
benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan berlatih.
2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran adalah
ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam pembelajaran, media
itu dapat Anda dapatkan. Misalnya, ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda
memiliki kompetensi tertentu dan Anda memutuskan untuk menggunakan media
pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape recorder, kaset rekaman
berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia, kaset
rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda
perlukan media itu tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape
recorder, beserta perangkat pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan
demikian, kaset rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda
gunakan saat itu.
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus yang
mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan
170
sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan untuk media pembelajaran.
Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat kabar. Dalam surat kabar itu ada
berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat
Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau
pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah
Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat
meminjam alat peraga mata pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan
sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena membicarakan
tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam proses komunikasi. Oleh
karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal yang
memang tidak dapat Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti,
bungkus makanan, slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan
sebagai media pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan penentuan
media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media pembelajaran yang
Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media yang menarik bagi siswa
sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran Anda secara lebih
inten. Untuk dapat memilih dan menentukan media pembelajaran yang menarik,
setidaknya Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan
kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru,
(4) menantang, dan (5) variatif.
5) Guru Terampil Menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di laboratorium, peralatan
multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru belum mampu menggunakannya
dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara
lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling praktis untuk dipilih;
c) Ketersediaan perlengkapan yang diperlukan; dan d) Harus sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik ditinjau dari budaya, usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat
dan perhatian siswa; e) Seberapa jauh media tersebut mampu membawa peserta didik
mencapai sasaran belajarnya; dan f) Apakah media yang dipilih guru cukup memadai
dengan hasil yang akan dicapai, termasuk dana yang diperlukan, waktu yang
dipergunakan dan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah sejauh mana proses encoding
dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu mengefektifkan dan
mengefisienkan proses pencapaian tujuan. Peranan perangkat akal (brain ware) sangat
menentukan dalam menganalisis hubungan fungsional antara karakteristik materi
pelajaran dengan karakteristik metode transmisi, perangkat media, dan karakteristik
penerima pesan (peserta didik).
171
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi barier atau noices yang
sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan dapat berbentuk hambatan
psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia, pengetahuan), hambatan
fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera), serta hambatan kultural seperti
perbedaan adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan. Juga dapat terjadi hambatan pada
lingkungan. Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan
tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran antara lain:
a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan media dan perlengkapan
yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah out of date akibat kemajuan teknologi
yang cepat; c) Tidak memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan
karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dalam memilih, mengembangkan, mengopersionalkan media dalam
pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir terhadap konsep media pembelajaran yang
selalu berorientasi pada media perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pengembangan
pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien,
makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan karakteristik media tertentu khususnya
media perangkat lunak; c) Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan
dilakukan sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada; d)
Dalam membicarakan media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep
pengertian media pada media perangkat keras dan media perangkat lunak; e)
Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang lenih fungsional
dibandingkan pengembangan media perangkat keras; dan f) Pengembangan media
perangkat keras harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas,
sarana dan dana yang ada.
komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus
terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket, maka
perbandingan ukuran benda asli dan prototipe harus mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan,
kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan garis, bentuk, warna, tekstur,
dan ruang.
1. Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal hal yang
penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas, sederhana dan mudah dibaca.
2. Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam kesatuan
fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat dinyatakan dengan
unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat ditunjukkan dengan alur-alur
tertentu, misalnya dengan garis, anak panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3. Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang
dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan
penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk memusatkan perhatian. Penekanan
dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna tertentu, dan
sebagainya.
4. Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan dengan
pembagian secara simetris, sedang keseimbangan informal , yang ditunjukkan
dengan pembagian yang asimetris.
Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang dengan unsurunsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1. Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur bersama dan akan
membimbing pemirsa untuk mempelajari media tersebut dalam suatu urutan
tertentu.
2. Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian khusus pada
suatu yang divisualkan.
3. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan mencegah
rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan dengan cermat,
maka unsur-unsur yang dirancang menjadi efektif.
4. Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti sentuhan rasa
tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna, memberikan penekanan,
pemisahan atau untuk meningkatkan kesatuan.
5. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media visual,
tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh pengaruh terbaik.
Digunakan pada unsur-unsur visual untuk memberikan penekanan, pemisahan
atau meningkatkan kesatuan. Dipilih warna yang merupakan kesatuan harmonis,
dan jangan terlalu banyak macam warna akan mengganggu pandangan dan dapat
menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan. Hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : warna (merah, biru, dan lain-lain.),
nilai warna (gelap, terang), kekuatan warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau
susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun beberapa
173
benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan. Prinsip umum dan pembuatan layout digunakan sebagai pedoman berbagai media grafis yang tidak diproyeksikan,
misalnya: gambar, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, transparansi, dan lainlain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat dilakukan
dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat digunakan adalah powerpoint,
adobe photoshop, frehand, dan lain-lain. Sumber gambar dapat diperoleh dengan cara
scaner gambar, kamera, download dari internet, dan lain-lain.
b. Pembuatan Media Audio
1) Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan digunakan
sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi tertentu, maka harus
memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka dapat
memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan penelitian
banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis dari suatu
kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain
yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau
pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio berisi tentang
isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan , bahan yang
disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang
tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap jenis
mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu sebagai
penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan
grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.
2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau suara efek
(sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh penyiar (announcer), yang
di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN yaitu penyiar yang tugasnya
memberitahukan bahwa suatu acara atau program akan disampaikan. Selain itu dapat
dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan naskah dengan istilah NAR yaitu
hampir sama dengan penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki
program. Yang akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan, tujuan, dan
sebagainya. Untuk membedakan pembaca narasi laki-laki atau perempuan , pada
penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
174
dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal dari objek sesungguhnya), caption
(berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas karton), grafis (berasal dari gambar
yang dibuat dengan tangan atau komputer).
d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes,
simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini mula-mula
menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya komputer memberikan suruhansuruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila siswa menjawab degan benar maka
komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak
menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa agar mendapat
jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari dan
merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal dari yang
seerhana sampai kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui papan ketik,
komputer segera memberi umpan balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab
benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing siswa untuk
menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan informasi yang
jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau langsung melanjutkan ke materi
selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan adalah
pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli jawaban siswa
benar atau salah, pertanyaan berikutnya segera muncul setelah pertanyaan berikutnya
selesai dijawab. Rangkaian tes yang biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian
singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban soal-soal esai dengan komputer masih
belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau sistem
dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk memperagakan
untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan secara langsung seperti reaksi kimia
yang menimbulkan ledakan, mengukur ledakan laut, mengukur tinggi menara atau
menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat belajar
sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsurunsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan unsur
mendidik. Paket program ini dapat mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat belajar
berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara aktif. Paket
program ini bervariasi dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung
pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan respon komputer terhadap respon
177
178
Media
Siswa
Keterangan :
Guru
: komunikasi
utama
Tugas guru
Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga
dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi belajarnya
tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau cra belajar individual yang
banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah belajar jarak jauh.
b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dan
siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru
merupakan media utama. Media lain seolah-olah tidak ada perannya karena frekuensi
belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang tersedia. Bentuk komunikasinya
dapat disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut:
Guru
Keterangan :
Siswa
Media Lain
179
: komunikasi utama
:
konsultatif (kalau perlu saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal
c. Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok
Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar kelompok
dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota kelompok. Untuk
menjamin mutu dalam belajar kelompok maka perlu ditentukan besar kecilnya
kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok seperti pada
Gambar 3 sebagai berikut.
Pada pola a) guru mengontrol kegiatan
G
diskusi siswa. Pola dasarnya adalah
serangkaian dialog antara guru dan setiap
individu, dengan cara seperti ini maka
interaksi antara siswa yang satu dan siswa
S
S
yang lain relatif lebih kecil dibandingkan
S
S
S
dengan pola b).
Pada pola b) dapat disebut sebagai pola
G
multi komunikasi, karena komunikasi dapat
dilakukan dari dan ke berbagai arah.
S
S
Pengendalian diri dan kontrol dilakukan
oleh anggota masing-masing dengan cara
menahan diri dan memberi kesempatan
kepada anggota lain.
Gambar 3:
S
S
Keterangan:
Penggunaan
G
:
Guru
S
Media
dalam Belajar
S
:
Siswa
Kelompok
:
Arus interaksi
d. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran
Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran, masingmasing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu pada pembelajaran
dengan karakteristik tertentu.
1) Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media dipergunakan oleh
guru untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang digunakan
(kebanyakan bersifat by design) terutama untuk membantu guru dalam proses
180
oleh
Ivor
K.
Davies
ini
dapat
a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1) pembukaan
pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik perhatian siswa ke
arah materi baru yang akan disajikan dengan cara memberikan bahan pengait. Media
yang dapat digunakan pada tahapan ini, misalnya media cetak, medis grafis, media
audio, media audio-visual, atau pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga
dimensi.
b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut dibagi
dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi, diadakan tanya jawab
(review) untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas materi yang baru disajikan.
Dengan demikian kesalahpahaman atau kekurangjelasan materi dapat segera diatasi.
Pada tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan berbagai media seperti halnya
pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran,
materi dan siswa.
c) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang
hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh materi yang
telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan balik atas
tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa, dan (4) pemberian pekerjaan rumah jika
diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media, media cetak (bagan), OHP atau
papan tulis dan beberapa media yang lain.
2) Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau yang memerlukan
banyak berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi kepada kegiatan
belajar mandiri oleh siswa, strategi yang disarankan ialah strategi yang dikembangkan
berdasarkan teori Galperin yaitu Pendekatan Terapan, meliputi:
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan beberapa
peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian disusul dengan penyajian
materi baru terutama ditinjau dari aspek teoretiknya. Atau dengan kata lain, landasan
teoretik yang merupakan rasional serta akan menjadi acuan dalam pengerjaan
tugas/latihan, disajikan pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga prosedur kerja
serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan tugas/pelatihan.
b) Tahap berlatih/pengerjaan tugas
181
Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan
media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas
183
Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
B. LEMBAR LATIHAN
1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya, jelaskan
pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam memilih
dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media audio
untuk pembelajaran.
184
3. Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan menentukan media
pembelajaran yaitu: sesuai tujuan dan fungsi, tersedia, murah, menarik, dan guru
terampil menggunakannya.
4. Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah media audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan digunakan
sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi tertentu, maka harus
memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka dapat
memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan penelitian
banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang
tertulis dari suatu
kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain
yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau
pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio berisi tentang
isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan , bahan yang
disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang
tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap jenis
mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu sebagai
penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan
gambar dan grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus
direkam.
4. Asesmen
a. Hakikat dan Metode Asesmen
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua istilah
lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal ketiga istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang
hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu hierarki.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria
atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment)
berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak
185
yang
didik
didik
didik
telah
didik
yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak
dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta
membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki cakupan
aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response dan performance assessment.
Hal ini antara lain dikarenakan pada selected response: (a) alternatif pilihan jawaban
sudah disediakan, (b) pada umumnya hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat
diselesaikan dengan bekal pengetahuan dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons
secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas
yang dinilai dengan penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan aktual dari
peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara mendemonstrasikan
kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu, penilaian kinerja lebih rumit
dibandingkan dengan selected response baik dari segi cakupan tugasnya maupun cara
atau struktur mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki
keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika
dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena respons peserta pada selected response
hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah disediakan, maka skor yang diberikan
menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif bebas dari bias
atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian kinerja
meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat melakukan penskoran, tetapi
masalah krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar penilai
(interater reliability) ketika kemampuan yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai.
Metode selected response juga memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang
dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan
tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka
waktu penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam
hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response utamanya
bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-penilaian dalam skala
besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian sekolah, seleksi masuk
perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional (Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez,
2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau motivasi.
Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif dan lazimnya
menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang dikumpulkan melalui
angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan
keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua
187
Ya
Kelas: _____
Tidak
Nilai
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
189
Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau merasa
tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak,
memenuhi atau tidak memenuhi. Karena itu dapat dipilih skala penilaian lebih
dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi setiap kategori harus dirumuskan
deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan
mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu
disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 =
kurang, 2 = cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena
kriteria kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain,
karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh
penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.
Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum
No
1
2
3
4
Penilaian
2
Merangkai alat
Pengamatan
Data yang diperoleh
Kesimpulan
Rubriknya
Aspek yang dinilai
Merangkai alat
Pengamatan
Kesimpulan
1
Rangkaian alat
tidak benar
Pengamatan
tidak cermat
Data tidak
lengkap
Tidak benar
atau tidak
sesuai tujuan
Penilaian
2
3
Rangkaian alat
Rangkaian alat
benar, tetapi tidak
benar, rapi, dan
rapi atau tidak
memperhatikan
memperhatikan
keselamatan kerja
keselamatan kerja
Pengamatan cermat,
Pengamatan
tetapi mengandung cermat dan bebas
interpretasi
interpretasi
Data lengkap, tetapi
Data lengkap,
tidak terorganisir,
terorganisir, dan
atau ada yang salah
ditulis dengan
tulis
benar
Sebagian kesimpulan
Semua benar atau
ada yang salah atau
sesuai tujuan
tidak sesuai tujuan
2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
190
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan
akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru
akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta
didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran
mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau
Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh
nilai-nilai
positif
terhadap
kasus
lingkungan
tertentu
(kegiatan
pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik
memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.
b. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknikteknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan
pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami
sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru
dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
191
Tanggung jawab
Kepedulian
Menepati janji
Kejujuran
Ramah dengan
teman
Hormat pada orang
tua
Kerjasama
Kedisiplinan
Tenggang rasa
NAMA
Kerajinan
No
Ketekunan belajar
SIKAP
Keterbukaan
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
192
3. Tes Tertulis
a. Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
b. Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan ganda,
benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku
dari berbagai bentuk soal penilaian.
4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
193
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang
perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
:
:
:
Nama
:
NIS
:
Kelas
:
No.
ASPEK
1
PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2
PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3
LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
SKOR (1 - 5)
TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan
sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan
rating scale dan cheklist
194
5. Penilaian Produk
a. Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Mata Ajar
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas / SMT
No.
1
2
:
:
:
:
:
Tahapan
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Skor ( 1 5 )*
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan
semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka
semakin tinggi nilainya.
195
6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi,
musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang
dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta
didik.
196
SK / KD / PI
Waktu
Speaking
:
:
:
KRITERIA
Grammar Vocab
Pronoun-
Ket
197
ciation
1
Introduction
Writing
Memorize
Vocab
16/07/07
24/07/07
17/08/07
Dst....
12/09/07
22/09/07
15/10/07
15/11/07
12/12/07
10
Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang
digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban
TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0 5
dikategorikan tidak positif; 6 10 kurang positif; 11 15 positif dan 16 20 sangat
positif.
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen sesuai
dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!
Pemanfaatan Dan Pelaporan Hasil Asesmen
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang
dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum
mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria
ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses
pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas.
A. PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain
yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan
peserta didik. Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau
diberi kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan
cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan
tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan
antara peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam
efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih
cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta
didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat
mengembangkan potensi secara optimal.
3. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan
kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan
cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai
200
201
Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh nilai kurang dari
kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2) Jika
peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK lebih dari 3 mata
pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun
ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik,
emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi
yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas
diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan indikatornya dan
sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan indikator yang telah
tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan keperluannya
mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak yang tidak naik kelas
(automatic promotion). Automatic promotion apabila semua indikator, kompetensi
dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi
ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak naik ke kelas berikutnya.
Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan Permendiknas
No 20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?
203
204
205
207
pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran.
4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a. potensi peserta didik
b. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
d. peserta didik;
e. kebermanfaatan bagi peserta didik;
f. struktur keilmuan;
g. kedalaman dan keluasan materi;
h. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
i. alokasi waktu.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
208
e.
f.
g.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
e.
Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Ranah kognitif meliputi pemahaman
dan pengembangan keterampilan intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman,
penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah
menjadi indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan
yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspekaspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan
terhadap fenomena, tanggapan terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan
internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter merupakan
bagian dari indikator pada ranah afektif.
6.
209
Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif,
psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat
melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga
komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c)
contoh instrumen.
7.
a.
Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi
mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini,
yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.
Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri.
210
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan prinsipprinsip berikut ini.
1)
Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai
sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2)
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3)
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4)
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan siswa.
5)
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada bagian
indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
6)
Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model
penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
7)
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, buktibukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
8)
Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang
harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
9)
Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai
perkembangan pencapaian kompetensi.
10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus
menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan
penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun
efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus diberikan
baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.
b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Berikut
ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
211
Teknik
Tes tulis
Tes lisan
Tes unjuk kerja
Penugasan
Observasi
Wawancara
Portofolio
Penilaian diri
Bentuk Instrumen
Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan
Dll.
Daftar pertanyaan
Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produ
Tugas proyek
Tugas rumah
Lembar observasi
Pedoman wawancara
Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
siswa
Lembar penilaian diri
c.
Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya. Contoh
instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun,
apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi,
selanjutnya contoh instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran.
212
Format 1: Horizontal
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
pokok/
Pembelajaran
SILABUS
: ........
: .........
: .........
: 1. ........
Kegiatan
PembelaJaran
Indikator
Format 2: Vertikal
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / semester
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok/Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator
6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar
Penilaian
Teknik
Bentuk
Contoh
Instrumen Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
SILABUS
: ...............
: ...............
: ...............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
Catatan:
Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan siswa
untuk mencapai SK dan KD
213
C. PENGEMBANG RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah sejumlah guru
mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika terdapat empat guru matematika
dalam satu sekolah maka yang bertanggung jawab menyusun silabus adalah keempat guru
tersebut. Selanjutnya, yang bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru mata
pelajaran tertentu secara individu, di bawah koordinasi Kepala Sekolah atau MGMP. Oleh
karena itu, setiap guru secara individu dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi
dalam menyusun atau mengembangkan RPP.
Indikator
:
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan bentukbentuk perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-rambu
jawaban
3. Pedoman penskoran
(untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar
observasi/lembar pengamatan)
2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator, Alokasi Waktu.
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat operasional
yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan
mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang
operasional. Dengan demikian, jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau
lebih banyak dari pada indikator.
216
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal ini terdapat
beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan materi, metode,
media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan
lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam menjamin
evaluasi yang benar. Guru tidak akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah
tujuan kecuali guru itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B), condition (C),
dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi subyek tujuan
pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan
kemampuan audience setelah pembelajaran. Kata kerja ini merupakan jantung dari
rumusan tujuan pembelajaran dan HARUS terukur. Condition (C) merupakan situasi
pada saat tujuan tersebut diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang harus
dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat mengidentifikasikan paling
sedikit lima unsur cerita dengan benar. Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B:
mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita rakyat, D: lima unsur
cerita (dari enam unsur) dengan benar.
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP merupakan
pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi
pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru
dapat mengembangkannya menjadi Buku Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai
model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada
karakteristik pendekatan dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan
metode/pendekatan bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta
didik. Ingatlah, tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan
semua materi.
e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan
setiap
pertemuan.
Pada
dasarnya,
langkah-langkah
kegiatan
memuat
pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing
disertai alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh
rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan
sintaks yang sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih
dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2
atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
217
VI. Penilaian
: .............
219
220
221
Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan
Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi
dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan
SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan
SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk
MI, MTs, MA, dan MAK.
2)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berikutnya, informasi detail tentang kebijakan penyusunan silabus dan RPP terdapat pada
modul Pengembangan Silabus Dan RPP
222
beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang
nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui
rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran
yang ditetapkan oleh Menteri;
2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
3)
4)
selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain
yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
d. Pengelolaan kelas
1)
guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat
didengar dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, kesela-matan,
dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
10) yang diampunya; dan
223
11) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
C. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2.
Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
a.
Eksplorasi
4)
5)
6)
7)
8)
9)
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama
dengan
peserta
didik
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
225
BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
1. TUJUAN
Setelah selesai mempelajari Bab I ini, peserta dapat
a. menjelaskan dasar hukum pelaksanaan PTK oleh guru
b. menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas
c. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
d. membedakan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas
e. menjelaskan manfaat penelitian tindakan kelas
f. menjelaskan keterbatasan dan persyaratan penelitian tindakan kelas.
a.
b.
c.
d.
e.
2. STRATEGI KEGIATAN
Mendiskusikan tentang guru sebagai tenaga profesional menurut UU Nomor
14 Tahun 2005, sehingga peserta dapat menyimpulkan bahwa salah satu cirri
profesionalisme adalah selalu mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Mendiskusikan pentingnya PTK sebagai wujud profesionalisme guru
Menayangkan power point untuk mendiskusikan materi konsep dasar
penelitian tindakan kelas yang meliputi: pengertian, prinsip, karakteristik,
perbedaan penelitian kelas dengan PTK, dan manfaat PTK.
Mendiskusikan masalah yang terdapat pada latihan secara berkelompok.
Membahas hasil diskusi kelompok, secara strategi untuk memperkuat retensi
peserta tentang PTK.
3. MATERI
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang demikian
selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin
baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki kemandirian
dan kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman
membelajarkan, kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara
berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru.
Kemajuan dan perkembangan IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui
penyiapan guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu
memperbaiki proses pembelajarannya.
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas
sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan,
antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan
perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang
226
merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah,
menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk melakukan
perbaikan.
a. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur (2001)
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan
sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru)
bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan juga
terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan
terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi terhadap
kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah
mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam
pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian
pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi di mana mereka
bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena
membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya,
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan
untuk meningkatkan belajar siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya
sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan pengembangan
profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar
untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian
tanggungjawabnya.
b. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin. Oleh
karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi rutin/alami yang
terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat
digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti
(guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya
kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru perlu
menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang
baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan selaras dengan keterlaksanaan
227
4)
5)
6)
7)
8)
9)
2. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
228
No.
1
2
3
4
Oleh peneliti
Dirasakan oleh
orang luar/peneliti
Belum tentu ada
tindakan perbaikan
229
Peran guru
Tempat
penelitian
Proses
pengumpulan
data
Hasil penelitian
No.
1
2
3
5
6
berulang
Sebagai guru dan
peneliti
Kelas
Oleh guru sendiri
atau bantuan orang
lain
Langsung
dimanfaatkan oleh
guru, dan dampaknya
dapat dirasakan oleh
siswa
Sebagai guru
(subyek penelitian)
Kelas
Oleh peneliti
Menjadi milik
peneliti, belum tentu
dimanfaatkan oleh
guru
9.
Generalisasi
1. TUJUAN
Peserta dapat menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah
Peserta dapat merinci langkah-langkah untuk merencanakan perbaikan
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah melaksanakan PTK
Peserta mendeskripsikan teknik untuk merekam dan menganalisis data
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah merencanakan tindak lanjut
Peserta dapat membuat proposal penelitian tindakan kelas
2. STRATEGI KEGIATAN
Mendiskusikan langkah-langkah PTK dengan bantuan tayangan power point.
Peserta diminta mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dirasakan di
sekolah.
Berdasarkan diskusi hasil latihan nomor 2, peserta diminta membuat
perencanaan dan pelaksanaan PTK
Mendiskusikan hasil diskusi kelompok tentang membuat perencanan PTK
Workshop penyusunan proposal PTK.
Tugas mandiri
3. MATERI
a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri atas 4 tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Gambar 1).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk
merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil
memperbaiki praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi
kerisauan guru.
Perencanaan
Refleksi dan
revisi
Pelaksanaan
Tindakan
Pengamatan
234
b)
c)
d)
e)
f)
Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh
mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh
mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya.
Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai tugas
profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan
pembelajaran yang dikelolanya.
Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita
waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus
disertai dengan observasi, pengumpulan data, dan interpretasi yang
dilakukan oleh guru.
Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan situasi kelasnya.
Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru.
Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan dan etika
yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti menyampaikan kepada kepala
sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau
menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK,
siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin.
PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat sekolah.
236
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, data
diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering
disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan
hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua,
data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam
bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau
deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau
formula singkat.
5) Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung
dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan mengapa
satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi,
guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum
dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
6) Perencanaan Tindak Lanjut
Sebagaimana yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil
atau kesimpulan yang didapat pada analisis data, setelah melakukan refleksi
digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan
perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru,
maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali
tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK
berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam
PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.
Perencanaan
Gagal
Pelaksanaan
Refleksi
Berhasil
Pengamatan
Simpulan
238
7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana
2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya adalah
mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa Anda
tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut merupakan masalah
riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada manfaatnya apabila diteliti
dengan PTK? Untuk ini perlu didukung oleh kajian literatur atau hasil-hasil
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik oleh Anda sendiri maupun
orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari. Anda
perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika perlu
menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut. Setelah
Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam bentuk kalimat
yang jelas. Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan
pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan cara
pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap suatu
masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman
Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku literatur
dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan
teman sejawat atau para pakar. Cara penyelesaian masalah yang Anda
tentukan atau pilih harus benar-benar applicable, yaitu benar-benar dapat
dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat merumuskan
tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan terarah, sesuai dengan
latar belakang masalah dan mengacu pada masalah dan cara penyelesaian
masalah. Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau
dampak langsung atau pengiring terhadap kemampuan siswa Anda.
f) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau memperluas
pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah penelitian yang akan
diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil
penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat
240
4. Pelatihan
a.
b.
c.
d.
e.
241
Tugas: Susunlah sebuah proposal PTK untuk menyelesaikan masalah yang Anda
hadapi di sekolah Anda masing-masing. Gunakan format proposal PTK seperti yang
sudah dijelaskan di dalam modul ini.
3. MATERI
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri dari dua
macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan penelitian tindakan kelas dan
artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dan nonpenelitian.
a. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau hal
apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau badan
yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa jenis
laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes laboratorium.
Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi penyajiannya. Tujuan
menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan, dan
merekomendasikan hasil penelitian. Dalam penelitian, laporan merupakan laporan
hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk teori, konsep, metode, dan
prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara pemecahannya. Namun untuk
mengimplementasikannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil penelitian
formal dipublikasikan melalui seminar, pengkajian ulang, analisis kebijakan,
pendiseminasian dan sebagainya, yang memerlukan waktu cukup lama, sehingga pada
saat dilakukan implementasi, temuan tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan antara
lain sebagai berikut.
1) Sebagai dokumen penelitian, dan dapat dimanfaatkan oleh guru atau dosen
untuk diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat/pengembangan karir.
242
2) Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh
inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
3) Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik dan saran
terhadap penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan dalam
menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah
laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat memberikan arah
penulisan, sehingga memudahkan anda dalam menulis laporan. Sistematika atau
struktur ini harus sudah anda persiapkan sebelum penelitian dilakukan, yaitu pada
saat anda menulis proposal. Setelah PTK selesai dilakukan, anda mulai melihat kembali
struktur tersebut untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan
pengalaman anda dalam melakukan PTK, serta data informasi yang sudah
dikumpulkan dan dianalisis.
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis penelitian
lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan format tersendiri yang
bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format yang ditetapkan oleh Lembaga
Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan oleh Ditjendikti
atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan memperoleh pendanaan
dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga perlu disesuaikan dengan format
yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun bila dibandingkan
satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati beberapa komponen yang
dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan. Sistematika laporan PTK di bawah ini
merupakan modifikasi dari berbagai sumber:
Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-rambu
seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran,
tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan pembelajaran, dan
setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan, prosedur
pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan
saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan
pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan
243
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu.
Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, analisis
masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan
yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun
argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan
untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan
atau hipotesis. Urutan penyajian yang bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran,
karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Selain itu, bab ini juga
menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara pemantauan
beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan
yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Urutan
penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik
siswa)
B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan
data/instrument, refleksi)
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal
yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.
Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan
jelas.
244
pengamatan,
refleksi),
penulis lebih dari dua orang, maka nama penulis utama saja yang dicantumkan di
bawah judul, sedangkan nama penulis lainnya dituliskan dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang mencerminkan ide-ide
atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk artikel hasil penelitian, prosedur
penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang subjek yang
diteliti), dan ringkasan hasil penelitian, tekanan diberikan pada hasil penelitian.
Sedangkan untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan isi artikel yang
dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari penyunting. Panjang
abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang dibahas
dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam
karangan asli berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci antara 3-5
kata. Perlu diingat bahwa kata kunci tidak diambil dari kata-kata yang sudah ada di
dalam judul artikel. Kata kunci sangat bermanfaat bagi pihak lain yang
menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui jaringan internet untuk
menemukan karya seseorang yang sudah dipublikasikan secara online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci.
Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan: (a) latar
belakang masalah atau rasional penelitian, (b) masalah dan wawasan rencana
pemecahan masalah, (c) rumusan tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat
hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat dijamin otoritas
keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara ringkas, padat dan mengarah
tepat pada masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat mencakup landasan
teoretis, segi historis, atau segi lainnya yang dianggap penting. Latar belakang atau
rasional hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga mengarahkan pembaca
ke rumusan penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah dan
akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan berisi uraian
yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan dibahas. Bagian ini
menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga mereka tertarik untuk
mengikuti bagian selanjutnya. Selain itu, bagian ini juga diakhiri dengan rumusan
singkat tentang hal-hal yang akan dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan pembahasan. Pada
bagian metode disajikan bagaimana penelitian dilaksanakan. Uraian disajikan dalam
beberapa paragraf tanpa atau dengan subbagian. Yang disajikan pada bagian ini
hanyalah hal yang pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa sumber datanya
(subjek atau populasi dan sampel), bagaimana data dikumpulkan (instrumen dan
rancangan penelitian), dan bagaimana data dianalisis (teknik analisis data). Apabila
246
di dalam pelaksanaan penelitian ada alat dan bahan yang digunakan, maka
spesifikasinya perlu disebutkan.
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitian
dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian, lokasi dan lama penelitian,
serta uraian tentang pengecekan keabsahan hasil penelitian (triangulasi) juga perlu
dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan hasil analisis
data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil analisis saja, sedangkan proses
analisis data misalnya perhitungan statistik, tidak perlu disajikan. Proses pengujian
hipotesis, ternasuk pembandingan antara koefisien hasil perhitungan statistik
dengan koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang dilaporkan hanyalah hasil analisis
dan hasil pengujian data. Hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk grafik atau
tabel untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal, yang kemudian dibahas.
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Dalam
pembahasan disajikan: (a) jawaban masalah penelitian atau bagaimana tujuan
penelitian dicapai, (b) penafsiran temuan penelitian, (c) pengintegrasian temuan
penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang telah mapan, dan (d) menyusun teori
baru atau memodifikasi teori yang telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah
penelitian hendaknya disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil penelitian
dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada. Pengintegrasian
temuan penelitian ke dalam kumpulan yang ada dilakukan dengan membandingkan
temuan itu dengan temuan penelitian yang telah ada atau dengan teori yang ada,
atau dengan kenyataan yang ada di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan.
Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama dapat
dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari teori
harus disertai dengan modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh teori harus
disertai rumusan teori yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau
penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi bergantung pada
topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah
pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Isi
yang berbeda memerlukan penataan dengan urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Namun apabila
bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan sebelumnya, maka istilah yang
dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga ditambahkan saran
atau rekomendasi.
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran yang
memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan
pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal, bukan numerikal.
247
Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat. Saran dapat mengacu
pada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan artikel.
Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang tubuh artikel
harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis. Gaya selingkung
dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi, bergantung pada disiplin ilmu yang
menjadi payung artikel ilmiah anda atau jurnal yang akan memuat artikel anda.
Bidang Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan format APA (American
Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah menggunakan Turabian
Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa dan Sastra menggunakan MLA
(Modern Language Association). Apapun gaya yang anda gunakan, pastikan bahwa
gaya penulisan anda konsisten dan sesuai dengan format yang ditetapkan oleh
jurnal/media yang akan menampung tulisan anda. Untuk itu, anda perlu
mencermati lebih dahulu format seperti apa yang harus anda ikuti sebelum mulai
menulis/menyunting artikel ilmiah anda. Secara umum, yang dicantumkan dalam
rujukan (berupa buku) adalah: nama pengarang, tahun penerbitan, judul, kota
tempat penerbitan, dan nama penerbitnya.
4. LATIHAN
a. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari dimensi isi
artikel.
b. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Apa saja
yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
c. Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah ilmiah, apa
sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
d. Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar Pustaka?
e. Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
f. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran, peserta dapat
merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.
5. SUPLEMEN
Contoh-contoh laporan PTK dan contoh artikel tiap program studi/jurusan (jika
ada dan diperlukan).
BAB V
MATERI BAHASA INDONESIA
A. Berbicara
1. Pengantar
Kompetensi inti atau standar kompetensi yang Anda pelajari pada modul ini
adalah mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra. Kompetensi inti tersebut
248
terdiri atas tiga kompetensi dasar (KD), yakni menggunakan wacana lisan untuk
wawancara, menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan dan pidato, dan
menggunakan wacana lisan untuk diskusi. KD menggunakan wacana lisan untuk
wawancara terdiri atas dua indikator esensial, yakni menentukan jenis pertanyaan
yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus disampaikan
narasumber dengan benar. KD menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan
dan pidato terdiri atas tiga indikator esensial, yakni memilih kalimat yang tidak
sesuai dengan konteks penggalan pidato, menentukan jenis komponen pidato yang
sesuai dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat pembuka/penutup
pidato. KD menggunakan wacana lisan untuk diskusi terdiri atas dua indikator
esensial, yakni menentukan pernyataan persetujuan atau bukan persetujuan yang
tepat dan memilih komponen diskusi.
Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator esensial tersebut disajikan
dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar. Per kegiatan belajar terdiri atas tiga
komponen, yakni kegiatan orientasi yang berisi tujuan dan cara belajar, kegiatan inti
yang berisi uraian materi, dan perlatihan yang berisi penajaman kompetensi. Untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi, setelah kegiatan belajar disediakan soal-soal
evaluasi.
2. Materi Pembelajaran
A. MENGUNGKAPKAN SECARA LISAN WACANA NONSASTRA
Wacana, seperti yang Anda pelajari selama ini, ialah satuan bahasa terlengkap
yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan utuh. Sebagai karangan
atau tuturan utuh, wacana terdiri atas rangkaian kalimat berkaitan yang
menghubungkan antarproposisi sehingga terbentuk kesatuan (Alwi dkk., 2003:419).
Dari segi isi, wacana dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni wacana sastra
dan wacana nonsastra. Kedua jenis wacana tersebut dapat disampaikan secara lisan
atau nonlisan. Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini dibahas kompetensi inti
mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra. Bagian-bagian kompetensi inti
yang dibahas adalah menggunakan wacana lisan untuk wawancara,
menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan dan pidato, dan
menggunakan wacana lisan untuk diskusi. Tiap bagian diperinci menjadi beberapa
indikator esensial.
249
.
Wawancara merupakan satu di antara beberapa bentuk komunikasi lisan.
Dengan mengacu pendapat Leech (2003:80) bahwa dalam berkomunikasi lisan penutur
dan petutur beretorika interpersonal, hal itu mengisyaratkan bahwa dalam wawancara
pewawancara dan narasumber/informan juga beretorika interpersonal. Dalam retorika
interpersonal terdapat dua prinsip yang idealnya ditaati peserta komunikasi agar
tujuan komunikasi tercapai, yakni prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Substansi
prinsip kerja sama adalah bahwa sumbangan informasi yang diberikan penutur
idealnya sebatas yang diperlukan petutur (Leech, 2003:80). Hal itu berarti bahwa dalam
wawancara, misalnya, informasi yang diberikan oleh narasumber/informan idealnya
sebatas yang diperlukan pewawancara. Berbeda dengan prinsip kerja sama, substansi
prinsip kesantunan adalah bahwa tuturan penutur idealnya dapat menjaga
keharmonisan sosial (tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang
disebut dalam tuturan) (Leech, 2003:131).
Untuk mengetahui praktik wawancara, berikut disajikan teks hasil wawancara.
Tulislah komentar Anda pada ruang di bawah teks hasil wawancara!
Penyiar radio : Beberapa waktu lalu, sanggar belajar yang Anda kelola terpaksa
digusur. Sebenarnya persoalannya bagaimana?
Narasumber 1 : Sanggar belajar itu sudah cukup lama. Di sanggar itu anak-anak
sekitar biasanya belajar, berkreasi, dan sebagainya. Saya tidak
tahu setelah ini mereka belajar di mana?
Penyiar radio: Apakah sebelumnya tidak ada perjuangan untuk menggagalkan
penggusuran itu?
251
..
a) Menentukan Jenis Pertanyaan yang Cocok dengan Kutipan
252
Kata/Frasa tanya
di mana
Fungsi
Tempat
253
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
seberapa lama
Durasi
Perlatihan
254
Tentukan jawaban calon guru yang tepat untuk mengisi bagian yang
rumpang pada teks wawancara tersebut!
menyampaikan pikiran melalui gerak tubuh (kinesik), misalnya gerak tangan dan
ekspresi wajah.
Pidato dapat disampaikan dengan empat metode, yakni impromptu (serta-merta),
penghafalan, naskah, ekstemporan (tanpa persiapan naskah), (Keraf, 2004:360). Pada
metode impromptu (serta-merta), pidato disampaikan secara dadakan atau tanpa
persiapan karena kebutuhan sesaat (insidental). Pepidato menyampaikan pikiran
sesaatnya berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Pidato jenis ini biasanya tidak
bagus kecuali pepidatonya berpengetahuan luas dan mahir. Pada metode penghafalan,
pidato disampaikan dengan cara menghafal materi pidato yang telah disiapkannya.
Penyampaian pidato dengan metode menghafal berisiko karena pepidato dapat lupa
materi yang diingatnya. Pada metode naskah, pidato disampaikan dengan cara
membaca kata demi kata pada naskah yang disiapkannya. Pidato jenis ini biasanya
tidak menarik. Pendengar biasanya bahkan mengatakan, Gitu aja aku juga bisa. Pada
metode ekstemporan, pidato disampaikan dengan berpedoman pada garis besar atau
kerangka pidato yang telah disiapkan. Pidato jenis terakhir ini menuntut pepidato
mahir mengembangkan garis besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang pidato, berikut
disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam tanda kurung kalau Anda sependapat
dan tulislah TS kalau tidak sependapat!
(1) Cara penyampaian tidak penting, yang terpenting adalah materinya. (...)
(2) Cara memengaruhi dan meyakinkan pendengar antarpepidato sama. ()
(3) Cara mengurutkan materi antarpepidato berbeda meskipun mereka dapat
saling memengaruhi. ()
(4) Cara membangun kontak dengan pendengar tidak penting kalau pepidato
sudah dikenal oleh pendengar. ()
(5) Pepidato memiliki ciri khas dalam ekspresi vokal dan ekspresi fisik. ()
(6) Pepidato tidak perlu mengelola waktu karena pembawa acara telah
mengaturnya. ()
(7) Kualitas pidato ditentukan oleh siapa yang berpidato. ()
(8) Kemampuan berpidato bersifat genetis. ()
(9) Materi atau bahan pidato dapat digali dari pengalaman pribadi, hobi atau
keterampilan, pendapat pribadi, dan peristiwa aktual yang menjadi
pembicaraan di masyarakat. ()
(10) Tujuan pidato terdiri atas tiga jenis: memberikan informasi kepada
pendengar (pidato informatif), memengaruhi dan meyakinkan pendengar
(pidato persuasif), dan menghibur pendengar (pidato rekreatif). ()
(11) Sebelum berpidato, pepidato tidak perlu mengidentifikasi siapa mayoritas
pendengarnya. ()
(12) Kerangka atau garis besar naskah pidato terdiri atas tiga bagian, yaitu
pendahuluan, isi, dan penutup. ()
256
257
258
..
1) Memilih Kalimat yang tidak Sesuai dengan Konteks Pidato
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh (Alwi,
2003:280). Pengertian itu mengisyaratkan bahwa satuan bahasa yang lebih kecil
daripada kalimat, misalnya kata dan frasa, belum memiliki gagasan yang utuh.
Kalimat biasa digunakan dalam berbagai komunikasi, misalnya pidato. Dalam
pidato, pepidato menuangkan gagasan-gasasan utuhnya ke dalam kalimat-kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut disusun sebaik-baiknya oleh pepidato agar bermakna,
informatif, dan mudah dipahami. Untuk kepentingan itu, pepidato juga mengupayakan
kalimat-kalimatnya sesuai dengan konteks pidato.
Meskipun pepidato telah mengupayakan kalimat-kalimat pidatonya sesuai
dengan konteks pidato, dalam praktik masih banyak kalimat pidato yang tidak sesuai
dengan konteks pidato. Apa penyebabnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
tulislah S dalam tanda kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak
sependapat!
a) Pepidato mengalami disorientasi, misalnya karena kehilangan konsentrasi
sesaat. ()
b) Pepidato kurang persiapan. ()
c) Pepidato belum berpengalaman. ()
d) Pepidato tidak menyadari urgensi kesesuaian kalimat dengan konteks. ()
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada ruang
berikut!
259
..
Penggalan pidato tersebut terdiri atas enam kalimat. Kalimat pertama sampai
dengan kelima sesuai dengan konteks pidato, yakni peran guru dalam pendidikan.
Kalimat keenam tidak sesuai dengan konteks pidato karena tidak sejalan (tidak
menunjukkan peran guru dalam pendidikan). Dari segi logika, kalimat keenam di
samping tidak sesuai dengan konteks juga tidak logis karena jumlah peminat
pendidikan tidak disebabkan oleh jumlah guru.
pengantar pidato; sedangkan komponen penutup berisi simpulan dan saran pidato,
kalimat-kalimat penutupan, ucapan terima kasih, dan salam akhir. Karena isinya
berbeda, kalimat-kalimat yang menjadi tempat komponen pembuka berbeda dengan
kalimat-kalimat dalam komponen penutup. Kalimat-kalimat dalam komponen
pembuka bersifat mengawali uraian materi dengan fungsi membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan baik tentang
pebicara; sedangkan kalimat-kalimat komponen penutup bersifat mengakhiri uraian
materi dengan fungsi menegaskan atau menggarisbawahi materi yang telah
disampaikan, memberikan saran, dan menjalin hubungan baik dengan hadirin setelah
pidato.
Dengan berdasar isi dan fungsinya, kalimat-kalimat dalam komponen pembuka
dan penutup dapat diidentifikasi dan disusun setelah mengetahui konteks atau topik
pidato. Sebagai contoh, seorang pepidato akan menyampaikan topik Peran Generasi
Muda dalam Pembangunan Bangsa. Kalimat-kalimat pembukanya di antaranya
sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya hormati, selamat malam. Marilah kita
bersyukur kepada Tuhan. Atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat bertemu di tempat
ini guna menyamakan pikiran dan pandangan kita tentang peran penting generasi
muda dalam pembangunan bangsa. Berbeda dengan kalimat-kalimat pembuka,
kalimat-kalimat penutupnya di antaranya sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya
hormati. Sekali lagi saya ingin menggarisbawahi bahwa generasi muda memiliki peran
penting dalam pembangunan bangsa. Karena itu, sebagai generasi muda kita harus
turut berperan serta secara nyata dalam pembangunan bangsa. Kiranya, demikianlah
yang dapat saya sampaikan. Saya menyampaikan terima kasih dan mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan. Selamat malam.
Perlatihan
3) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang
berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan
oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang berguna
bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan oleh
hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.
Tentukan komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato tersebut!
permintaan informasi, tanpa narasumber, terdapat minimal satu orang yang berposisi
sebagai pebicara, dan melibatkan pemandu diskusi (moderator) dan penulis diskusi
(notulis).
1) Menentukan Pernyataan Persetujuan atau bukan Persetujuan
Dalam diskusi, pernyataan pebicara atau peserta diskusi bermacam-macam
sesuai dengan kepentingan, cara pandang, dan pengetahuan masing. Dimungkinkan
sebagian di antara mereka mengemukakan pernyataan yang benar dengan dukungan
data atau bukti yang kuat, pernyataan yang benar dengan dukungan data atau bukti
yang kurang kuat, atau pernyataan yang salah. Kondisi pernyataan yang bermacammacam tersebut menyebabkan ada pernyataan yang disetujui tanpa catatan atau
bersyarat, disetujui dengan catatan, dan ditolak.
Pernyataan persetujuan tanpa catatan diberikan kalau pernyataan yang
ditanggapi benar-benar dapat diterima tanpa syarat, misalnya karena isi dan
redaksinya baik serta dukungan data/buktinya kuat. Pernyataan persetujuan tersebut
misalnya Saya menyetujui pernyataan Saudara Agus karena atau Saya rasa pernyataan
Saudara Agus dapat diterima karena. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam
pernyataan persetujuan tanpa syarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang
menunjukkan persetujuan dan alasan persetujuan yang sejalan atau bahkan
menguatkan alasan dalam pernyataan yang ditanggapi.
Pernyataan persetujuan bersyarat diberikan kalau pernyataan yang ditanggapi
memiliki kelemahan, misalnya karena isi dan redaksi baik, tetapi dukungan
data/buktinya kurang kuat. Pernyataan persetujuan tersebut misalnya Saya menyetujui
pernyataan Saudara Agus dengan catatan bahwa atau Secara umum pernyataan Saudara
Agus dapat saya terima asalkan. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan
persetujuan bersyarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang menunjukkan persetujuan
dan syarat yang harus dipenuhi dalam pernyataan yang ditanggapi.
Pernyataan penolakan (bukan persetujuan) diberikan kalau pernyataan yang
ditanggapi benar-benar tidak dapat diterima, misalnya karena isi dan redaksinya tidak
baik serta dukungan data/buktinya lemah. Pernyataan bukan persetujuan bersifat
bertentangan dengan pernyataan orang lain sehingga harus ditata sebaik-baiknya agar
tidak menimbulkan konflik. Hal itu mengisyaratkan bahwa pernyataan bukan
persetujuan harus santun agar pemilik pernyataan yang ditanggapi tidak kehilangan
muka atau tersinggung. Terkait dengan hal itu, Leech (2003:160) menyarankan
penggunaan ketidaksetujuan sebagian, bukan ketidaksetujuan mutlak. Pernyataan
bukan persetujuan atau ketidaksetujuan sebagian tersebut misalnya Secara umum pada
pernyataan Saudara Agus terdapat beberapa hal yang benar, tetapi rasanya kita tetap perlu
memertimbangkan kepentingan yang lebih besar karena... atau Dari sisi A, B, dan C pendapat
saya sejalan dengan pernyataan Saudara Agus, tetapi ada sedikit perbedaan dalam
halkarena.
Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan bukan
265
266
a) Pebicara yang baik adalah pembicara yang berpikir lebih dahulu sebelum
mengutarakan ide-idenya. ()
b) Dengan cara tersebut, ide-ide yang diutarakan sudah dalam keadaan
matang dan tertata. ()
c) Ide-ide juga perlu disampaikan secara jelas dalam kata-kata terpilih yang
mudah dipahami dan dalam kalimat-kalimat yang tertata secara baik. ()
d) Dalam menyampaikan hal tersebut, pebicara sebaiknya tidak berbicara
tergesa-gesa. ()
Lalu, bagaimana cara meruntutkan gagasan, pendapat, dan saran? Pebicara
biasanya menggunakan cara berikut. Ketika akan menyampaikan suatu hal, pebicara
mengacu hal yang disampaikan sebelumnya. Pada saat akan membuat kalimat kedua,
misalnya, pebicara merujuk inti kalimat pertama; pada saat akan membuat kalimat
ketiga, pebicara merujuk inti kalimat kedua; dan seterusnya. Dengan cara itu, kalimatkalimat pebicara koheren (maknanya berhubungan). Koherensi tersebut merupakan
landasan terciptanya gagasan, pendapat, dan saran yang runtut.
Di samping itu, pebicara juga dapat menggunakan cara lain, yaitu menempatkan
kata-kata kunci (kata-kata penting) atau penggantinya pada kalimat berikutnya.
Misalnya kalau kalimat pertama pebicara adalah Perhatian terhadap anak perlu
dioptimalkan, kalimat keduanya adalah Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
memfasilitasi pendidikannya sebaik-baiknya atau Caranya adalah memfasilitasi pendidikannya
sebaik-baiknya. Perhatikanlah penggunaan kata perhatian dan akhiran nya dalam
kalimat kedua! Dengan cara itu, kalimat-kalimat pebicara kohesif (unsur-unsur
bahasanya, misalnya kata-kata yang digunakan pebicara, saling berhubungan).
Agar hasilnya baik, diskusi juga harus berjalan dengan baik. Untuk itu,
keberadaan pemandu diskusi yang terampil penting. Apa tugas pemandu diskusi?
Cobalah Anda cermati pernyataan-pernyataan berikut dan tulislah S dalam tanda
kurung kalau sependapat dan TS kalau tidak sependapat!
Pemandu diskusi memunyai tugas sebagai berikut:
a) menyampaikan topik diskusi ()
b) menyampaikan tujuan diskusi ()
c) mengenalkan pebicara ()
d) menyampaikan aturan-main diskusi ()
e) mengatur proses diskusi ()
f) menyimpulkan hasil diskusi. ()
Hal yang penting untuk Anda perhatikan terkait dengan tugas pemandu diskusi
adalah bahwa aturan-main atau tata cara diskusi harus ditaati. Sering terjadi diskusi
menjadi kacau karena aturan-mainnya tidak ditaati.
267
268
redaksi yang lain juga dapat diajukan, misalnya, Mohon dijelaskan sekali lagi hal yang
Anda maksudkan dengan.
Perlatihan
6) Perhatikan penggalan diskusi antarguru berikut!
Guru 1: Kalau menurut saya, semua kompetensi dasar harus diajarkan meskipun yang di-UNkan hanya kompetensi dasar pada keterampilan membaca dan menulis.
Guru 2:
Tentukan pernyataan persetujuan yang tepat untuk disampaikan oleh guru 2
sesuai dengan penggalan diskusi tersebut!
7) Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengundang seorang pakar bahasa
Indonesia untuk menjelaskan isu-isu mutakhir kebahasaindonesiaan. Seratus
guru bahasa Indonesia juga diundang dalam forum itu. Tentukan komponen
diskusi yang seharusnya ada!
B. Membaca
Standar kompetensi modul membaca ini adalah memahami wacana nonsastra.
Modul ini membahas (1) memahami berbagai teks, yang meliputi kalimat topik, kalimat
penjelas, ide pokok, dan makna tersirat dalam penggalan teks; (2) menyimpulkan dan
merangkum isi suatu teks; (3) membedakan fakta dengan opini dalam teks; (4)
mengubah sajian grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian.
1. Materi Pembelajaran
a. Memahami Berbagai Teks
Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan teks? Teks merupakan salah satu bentuk
wacana. Sebuah teks, utamanya teks karya ilmiah, terdiri atas paragraf-paragraf yang
kohesif dan koherensif. Paragraf yang kohesif adalah paragraf yang hanya
mengandung sebuah ide pokok atau kalimat topik. Selanjutnya, paragraf yang
koherensif adalah paragraf yang dibangun atas kalimat-kalimat yang padu.
Sebagaimana Anda pahami, sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut dapat dibedakan menjadi kalimat pokok dan kalimat-kalimat
penjelas. Kalimat pokok adalah kalimat yang dikembangkan dalam paragraf. Adapun
kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Untuk itu,
pada uraian berikut ini, Anda akan mempelajari bagaimana cara menemukan kalimat
pokok atau ide pokok dalam paragraf, menemukan kalimat penjelas yang tidak
mendukung isi paragraf, dan menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks
(secara tersirat)
Menemukan kalimat pokok atau ide pokok dalam paragraf
269
Berdasarkan letak kalimat pokoknya, terdapat empat macam paragraf, yakni (1)
paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf kombinatif, dan (4) paragraf tanpa
kalimat pokok (Akhadiah, S. dkk., 1997). Berdasarkan letak kalimat pokoknya, paragraf
deduktif adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak di awal paragraf, sedangkan
paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak di akhir paragraf.
Bila kalimat pokok terletak di awal dan akhir paragraf, paragraf tersebut disebut
paragraf kombinatif atau campuran. Selanjutnya, paragraf yang tidak berkalimat pokok
adalah paragraf yang beride pokok. Artinya, dari kalimat-kalimat yang membangun
paragraf tersebut, ternyata tidak ada yang merupakan kalimat pokok. Namun, dalam
paragraf semacam ini terdapat sebuah ide pokok.
Perlu Anda garis bawahi bahwa kalimat pokok bersinonim dengan kalimat
utama atau kalimat topik, yaitu kalimat yang mengandung ide pokok atau ide utama.
Bila ide pokok atau ide utama tidak disusun dalam berarti dalam paragraf tersebut
tidak terdapat kalimat pokok atau kalimat utama.
Perhatikan empat paragraf yang penulis susun berikut ini, kemudian identifikasi
macam paragraf dan temukan kalimat pokok/ide pokoknya! Diskusikan dengan teman
sejawat Anda!
No.
Contoh Paragraf
1.
2.
3.
Macam
paragraf
Kalimat/ide
pokok
270
4.
menyerah.
Alquran adalah kitab suci umat muslim. Alkitab
adalah kitab suci umat Kristen dan Katolik. Adapun
kitab suci umat Hindu adalah Weda. Selanjutnya,
Tripitaka adalah kitab suci umat Budha.
Dari hasil diskusi terhadap keempat contoh paragraf tersebut, yang manakah jawaban
Anda dari dua pilihan berikut ini?
No.
1.
2.
3.
4.
Pilihan A
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada akhir paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok
Pilihan B
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok.
Dari latihan tersebut, bisakah Anda membedakan apa yang dimaksud dengan
kalimat pokok dan apakah yang dimaksud dengan ide pokok? Ya, kalimat pokok
adalah kalimat yang mengandung ide pokok, sedangkan ide pokok adalah ide utama
yang dikembangkan dalam sebuah paragraf. Untuk memperdalam pemahaman
tentang ide pokok dalam sebuah paragraf, perhatikan contoh paragraf yang penulis
susun berikut ini!
Paragraf 5:
Udara di tempat ini bersih dan segar. Angin berhembus membelai wajahku. Desiran ombak
menyentuh gendang pendengaranku dengan lembut. Kepak camar bagaikan tarian gadis-gadis
lincah. Sesekali camar-camar itu menukikkan paruhnya untuk menyambar mangsa.
Paragraf tersebut dibangun atas empat kalimat. Bila diperhatikan, tidak ada satu
pun kalimat yang merupakan kalimat pokok. Namun, kalimat-kalimat yang
membangun paragraf tersebut membahas sebuah ide pokok, yakni keadaan di pantai.
Langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide pokok
Berikut ini, langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide pokok.
Langkah pertama, baca kalimat awal paragraf dan kalimat akhir paragraf. Langkah ini
digunakan untuk menemukan kalimat pokok paragraf deduktif, induktif, atau
kombinatif. Langkah kedua, jika dengan langkah tersebut, Anda tidak menemukan
kalimat pokok, bacalah seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut! Langkah
ini digunakan untuk menemukan ide pokok dalam paragraf tanpa kalimat topik.
Praktikkan kedua langkah tersebut untuk membaca paragraf berikut ini!
271
Paragraf 6:
Pertama, siapkan bahan berupa 10 buah pisang kepok, tepung terigu,
garam, dan gula secukupnya, keju parut, dan minyak goreng. Kedua, kupas
pisang dan belah dua secara memanjang. Ketiga, masukkan tepung terigu,
sedikit garam dan gula, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk
hingga menjadi adonan. Keempat, panaskan minyak di wajan. Kelima, masukkan
potongan pisang ke adonan. Keenam, goreng pisang yang terbalur adonan, balikbalik sampai berwarna kekuningan. Ketujuh, angkat pisang goreng tersebut dan
letakkan di piring serta taburkan keju parut di atasnya.
Untuk mempraktikkan langkah-langkah tersebut, jawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini!
No.
1.
2.
3.
Jawaban
Paragraf tersebut terdiri atas tujuh
kalimat
Tidak ada yang berupa kalimat topik.
272
Kalimat pokok
Kalimat penjelas
4. Dari contoh paragraf pada soal nomor 3, susun pertanyaan pilihan ganda untuk
mengukur makna kalimat yang selaras dengan isi paragraf (makna tersirat)!
b. Menyimpulkan dan Merangkum Isi Suatu Teks
Masih ingatkah Anda tentang macam paragraf berdasarkan letak kalimat
utamanya? Ya, ada empat macam paragraf, yakni paragraf deduktif, induktif,
kombinatif (campuran), dan paragraf tanpa kalimat utama. Berikut ini, Anda akan
mempelajari macam teks dan paragraf berdasarkan tujuannya.
Berdasarkan tujuannya, teks bisa berupa narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi (Keraf, 1984; Keraf, 1985; Finoza, 1998). Narasi adalah teks
yang bertujuan menceritakan suatu peristiwa secara kronologis. Adapun deskripsi
adalah teks yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu atau seseorang secara rinci
sehingga pembaca dapat membayangkan atau seolah-olah merasakan apa atau siapa
yang dideskripsikan. Selanjutnya, eksposisi adalah teks yang berdasarkan fakta
dan/atau data serta bertujuan menambah atau memperluas pengetahuan pembaca
sesuai dengan isi paparan. Guna memperjelas keterangan atau data/dan atau fakta
yang dikemukakannya, penulis dapat menampilkannya dalam bentuk tabel, diagram,
gambar, foto, dan sebagainya. Kemudian, argumentasi adalah teks yang berisikan fakta
dan/atau data disertai dengan argumen-argumen yang logis disertai dengan buktibukti yang akurat. Persuasi adalah teks yang bertujuan mempersuasi atau membujuk
pembaca sehingga melakukan sebagaimana yang dikehendaki penulis.
Sebuah teks terdiri atas paragraf-paragraf. Berdasarkan pernyataan tersebut,
penggalan teks narasi bisa berupa paragraf-paragraf naratif. Berikutnya, penggalan teks
deskripsi bisa berupa paragraf-paragraf deskriptif. Demikian pula, ada paragraf
ekspositoris, paragraf argumentatif, dan paragraf persuasif.
Pada saat membaca teks atau penggalan teks, Anda sebaiknya menentukan lebih
dulu tujuan membaca yang akan dicapai. Apakah dia bertujuan memahami isi teks,
menemukan ide pokok, atau bermaksud menyimpulkan dan merangkum isi teks.
Dalam bagian ini dibahas membaca dengan tujuan menyimpulkan dan merangkum isi
teks.
Apakah yang dimaksud dengan simpulan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:1310), simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan atau hasil menyimpulkan.
Menyimpulkan adalah menyarikan pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan
dalam karangan. Untuk menyimpulkan isi penggalan teks, pembaca hendaknya
membaca penggalan teks tersebut secara intensif. Dengan membaca intensif, pembaca
diharapkan memahami isi penggalan teks tersebut. Dengan pemahaman yang tepat,
pembaca akan dapat menyimpulkan isi penggalan teks yang dibacanya. Perhatikan
contoh berikut ini!
274
Penggalan teks 1
Kesadaran masyarakat akan pentingnya alat tukar yang tidak bersifat fisik,
baik kertas maupun logam, mulai tumbuh sejak 2005. Bank Indonesia pada 206
kemudian mencanangkan gerakan mengurangi uang tunai untuk menuju
masayarakat dengan alat tukar elektronik.
Pada 2007, mulai bermunculan produk uang elektronik (uang-e, emoney)
sebagai terjemahan teknis atas cita-cita itu. Sebut saja kartu Flazz dari Bank BCA
atau e-Toll dari Bank Mandiri. Kemudian, operator telepon seluler pun ikut ambil
bagian, yakni dengan munculnya Tcash dari telkomsel.
Sumber: Kompas, 2012:33
Untuk menyimpulkan isi teks tersebut, temukan kalimat pokok atau ide pokok
tiap paragraf. Selanjutnya, bila dianggap perlu, temukan kalimat penjelas atau ide
penjelas yang mayor yang menjelaskan kalimat pokok atau ide pokok tiap paragraf.
Nah, untuk menyimpulkan isi penggalan teks tersebut, berikut ini hasilnya.
Paragraf ke1
2
Kalimat pokok
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik tumbuh
sejak 2005.
Pada 2007, mulai bermunculan
produk uang elektronik.
275
2
3
Selanjutnya, tujuan membaca yang akan diuraikan berikut ini adalah untuk
merangkum isi teks. Apakah yang dimaksud dengan rangkuman? Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008:1142), rangkuman adalah ringkasan; ikhtisar dari sebuah
uraian. Merangkum adalah meringkas teks dalam bentuk-bentuk pokok saja. Agar
dapat merangkum teks yang dibacanya, pembaca hendaknya membaca intensif teks,
memahami isi teks, dan mampu menyarikan isi teks. Perhatikan contoh berikut ini!
Penggalan teks 3
Kemiskinan bukan untuk dihadapi dengan pasrah, melainkan memicu semangat
seseorang untuk mengubah nasibnya agar menjadi lebih baik. Dasar pemikiran yang
demikianlah yang menjadi pendorong bagi Tamrin untuk bekerja lebih keras, guna
menaklukkan kesulitan hidup.
Tamrin, warga Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat, memilih menekuni kerajinan perak. Tekad itu disambut teman
sekampung Tamrin, yang lalu mengajak dia bekerja pada sentra kerajinan perak di
Singapadu, Sukowati, Gianyar, Bali pada 1995. Tamrin menjadi pekerja magang pada
sentra kerajinan perak di desa tersebut.
Rangkuman: Kemiskinan harus ditaklukkan oleh Tamrin dengan menekuni kerajinan
perak.
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Cari penggalan teks minimal dua paragraf! Kemudian, simpulkan isi penggalan
teks tersebut!
2. Cari penggala teks minimal tiga paragraf! Tulis rangkuman dari penggalan teks
tersebut!
276
Sebuah fakta didukung oleh bukti. Fakta bersifat objektif, tidak mengandung
penilaian pribadi. Objektivitas fakta bisa berupa data historis, data penelitian ilmiah,
atau data statistik (Kirn dan Hartmann, 2007:22). Guna memperjelas pengertian fakta,
perhatikan contoh berikut ini!
Paragraf 9
Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012 menjadi
120.000 kursi. Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi. Penambahan kuota karena ada perguruan
tinggi negeri baru dan beberapa program studi baru PTN.
Fakta: (1) Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012
menjadi 120.000 kursi. (2) Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi.
Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan opini? Menurut Kirn dan Hartmann
(2007:22), opini didasarkan atas pendapat, keyakinan, atau perasaan individul. Opini
adalah kesimpulan atau keputusan personal dan subjektif. Agar jelas pemahaman Anda
tentang opini, perhatikan contoh berikut ini!
Paragraf 10
Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air tawar.
Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau terpencil di
Kabupaten Maluku Barat Daya. Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu pertengkaran.
(Sumber: Kompas, 2012:1)
Opini: (1) Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air
tawar. (2) Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau
terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. (3) Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu
pertengkaran.
Dari kedua contoh tersebut, apakah yang dapat Anda simpulkan tentang fakta
dan opini dalam sebuah paragraf? Ya, dalam sebuah paragraf bisa terdapat fakta saja
atau opini saja. Namun, dalam sebuah paragraf bisa terdapat fakta dan opini.
Perlatihan
1. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta saja!
2. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung opini saja!
3. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta dan opini!
d. Mengubah Sajian Grafik, Tabel, atau Bagan Menjadi Uraian
Pada materi sebelumnya dalam modul ini telah disampaikan bahwa dalam
tulisan eksposisi dan argumentasi, penulis bisa menyajikan grafik, tabel, atau bagan.
Ketiga bentuk penyajian visual tersebut dimaksudkan sebagai penunjang penjelasan
bagi tulisan eksposisi dan sebagai pembuktian dalam tulisan argumentasi.
277
6
5
4
Siswa PAUDNI
3
Siswa SD/SMP/SMA
Mahasiswa
2
1
0
McDogel
KECE FC
AW Lah
MrDoel
Media pembicaraan
Ragam Bahasa
1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
1. Ragam lisan:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
278
2. Ragam tulis:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai
279
faktor penentu
keberhasilan
menyimak
penyimak
pembicara
situasi
pembicaraan
No.
1.
2.
3.
4.
Bahan pokok
Gula
Telur
Beras C4
Kacang tanah
280
C. Menulis
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini. Kali ini
Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis. Di bawah ini disajikan
deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengungkapkan wacana tulis
nonsastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi dasar (KD) sejumlah enam.
Keenam KD yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
a) Menulis pesan singkat dan surat,
b) Menulis teks berita,
c) Menulis slogan, poster, dan iklan baris,
d) Menulis karya ilmiah,
e) Menulis paragraf,
f) Menulis kalimat dan penggunaan ejaan.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pesan Singkat (Memo)
Memo merupakan pesan singkat tentang pokok persoalan yang disampaikan
seseorang kepada orang lain. Pesan singkat tersebut biasanya disampaikan atasan
kepada bawahan, antarteman sejawat. Pesan singkat juga dapat disampaikan
antarteman dalam satu sekolah. Dalam institusi tertentu, misalnya kantor, biasanya
disiapkan papan tulis untuk menuliskan pesan singkat (memo) ini. Namun juga dapat
ditulis pada selembar kertas. Memo disampaikan kepada orang lain biasanya karena
alasan waktu yang mendesak dan tidak mungkin dapat bertemu.
Memo ditulis seseorang kepada orang lain dengan harapan pesan yang ingin
disampaikan segera tersampaikan kepada sasaran. Karena alasan cepat itulah, maka
memo harus ditulis dengan bahasa yang singkat dan mudah dipahami oleh orang lain,
terutama penerima pesan tersebut.
Bentuk penulisan memo juga sederhana. Perhatikan contoh format bentuk memo di
bawah ini. Jika diperhatikan, unsur yang harus ada dalam memo adalah judul, tanggal
penulisan, dari (pembuat memo), kepada (orang yang dituju), isi memo, nama terang
pembuat memo. Perhatikan format memo di bawah ini.
Kepala Memo
MEMO
7 Oktober 2012
Dari
: Kepala
Kepada :
Kepala,
Nama Terang
281
Perhatikan dua pesan singkat (memo) di bawah ini. Memo seperti ini sering
dijumpai di ruang redaksi majalah sekolah, tertulis di selembar kertas yang
ditempelkan di papan pengumuman.
MEMO
To: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, cepat diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci mejaku.
Sore hari, pukul 16.00 Wib kita ketemu.
Ttd.
Novi
MEMO
Dari: Pimred
Kepada: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, tolong diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci meja
saya. Sore hari, pukul 16.00 Wib kita bertemu di ruang redaksi.Terima kasih.
Ttd.
Novi
282
Dari kedua pesan singkat (memo) di atas, dapat diketahui dengan mudah mana
memo yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang sopan (santun) dan mana yang
kurang sopan.
b. Menulis Surat
1). Menulis Surat Pribadi
Komunikasi antarmanusia dapat dilakukan dengan berbagai cara. Telepon
adalah salah satu cara yang dipilih untuk berkomunikasi. Namun, jauh sebelum
telepon ditemukan, orang berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya jauh
menggunakan surat.
Setiap orang pasti pernah menulis surat pribadi kepada siapa pun, misalnya
kepada orang tua, paman-bibi, atau sahabat. Surat pribadi dapat berisi apa saja.
Panjang-pendeknya juga tidak ditentukan. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan
adalah terbangunnya komunikasi.
Di bawah ini disajikan bagian-bagian kosong (format) dalam surat pribadi.
(1)
(2)
(3) ..
(4)
(5)
(6)
(7)
(8) .
.
Keterangan:
1. Tulislah tempat dan tanggal penulisan
Misalnya: Surabaya, 17 September 2012
283
3.
4.
5.
6.
7.
8.
: 100/SMP/II/2012
: Tidak ada
: Ucapan terima kasih
26 Maret 2012
284
Contoh surat di atas menggunakan format lama (setengah lurus). Agar lebih jelas
pemahaman Anda terhadap format tersebut, perhatikan format surat model lama yang
dikenal dengan sebutan format lama (setengah lurus) berikut ini.
Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
:
.......Tanggal
Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
..............................
. ................................
..
..............................
..............................
..
...........................
...............................
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup
285
Sekarang coba Anda perhatikan dua contoh di bawah ini yang sama-sama
menggunakan format baru, tetapi yang satu menggunakan format setengah lurus dan
satunya lagi menggunakan format lurus.
Jalan ..................................Surabaya
: 60/052/SLTP/2012
: Tidak ada
: Undangan
18 April 2012
Kepala,
Contoh surat resmi di atas jika dilihat dari segi formatnya akan terlihat seperti di
bawah ini, yang biasa disebut format baru (setengah lurus).
Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
:
Tanggal
Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
... .................................
. ......................................
..
... .................................
....................................
..
.................................
.....................................
Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
287
: 031/OSIS/SMP 2/2012
: Tidak ada
: Permohonan izin
1 Desember 2012
Ketua OSIS,
Jika diformatkan contoh di atas akan tampak seperti format di bawah ini.
Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
:
Tanggal
Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
.................................
................................... .
..
.................................
.................................
..
..............................
.................................
Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)
Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup
289
290
(10) Jabatan, Tanda Tangan, Cap, Nama Terang, dan NIP bagi Surat Resmi Pemerintah
dicantumkan dengan jelas.
(11) Tembusan boleh ada, boleh tidak.
3. Perlatihan
a) Anda adalah anak pindahan dari sekolah lain. Setelah sebulan di sekolah yang
baru, Anda ingin menulis surat kepada sahabat Anda di sekolah lama. Anda ingin
menulis tentang banyak hal yang baru yang Anda jumpai di sekolah baru. Buatlah
sebuah surat pribadi kepada sahabat Anda tersebut!
b) Anda adalah pengurus OSIS sekolah. Pada bulan Oktober ini sekolah Anda akan
mengadakan kegiatan bulan bahasa. Anda akan mengundang pengurus OSIS
untuk rapat persiapan pembentukan panitia bulan bahasa tersebut. Buatlah
undangan rapat tersebut.
291
Standard Serial Number) keluaran LIPI. Menurut Ujang, aturan penulisan artikel popular di koran dan
majalah harus didahului dengan pemberian bekal. (wan/c6/nw)
Dikutip dari Jawa Pos, Rabu, 5 Oktober 2011
Berita amat akrab dengan kehidupan kita semua. Tidak ada hari tanpa berita.
Tidak ada seorang pun yang vakum dari berita. Kita tidak dapat menghindar dari
berita. Dengan demikian, berita adalah bagian integral dari kehidupan manusia.
Berita atau warta secara leksikal berarti kabar. Menulis berita berarti menulis
kabar. Pernyataan ini tentunya dilandasi oleh pemikiran bahwa manusia adalah
makhluk sosial, dan lebih spesifik lagi makhluk komunikasi. Ia secara naluriah akan
selalu ingin menginformasikan kabar tertentu kepada orang lain.
Apa berita itu? Setiap hari kita mendengarkan berita. Setiap hari Anda
menikmati berita. Melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, informasi langsung, serta
menyaksikan langsung kita bersentuhan dengan berita, bahkan terkungkung dalam
dunia berita.
Ada definisi yang bersumber pada aspek kemenarikan perhatian. Berita adalah
laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca.
Ada definisi yang bersumber pada aspek kecepatan kejadian. Berita adalah
laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik
bagi sebagian besar pembaca serta menyangkut kepentingan mereka itu.
Dari mana kita mendapatkan berita? Secara leksikal, sumber berarti asal. Sumber
berita mengandung arti asal dari keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan
manusia. Jawaban terhadap pertanyaan dari mana Anda menda-patkan berita
adalah jawaban terhadap sumber berita ini.
Ada dua sumber berita: (1) peristiwa dan (2) manusia. Sumber yang pertama
adalah kejadian-kejadian, seperti: gempa, pertandingan olahraga, banjir, sidang kabinet,
tabrakan, pameran, seminar, dan se-bagainya. Sumber kedua adalah pendapat manusia
yang dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pendapat manusia mengenai suatu peristiwa
yang disaksikannya. Kedua, pendapat manusia mengenai peristiwa yang tidak
disaksikannya.
Terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak muat,
yakni cepat, nyata, penting, dan menarik.
Unsur kecepatan berkaitan dengan ke-aktualan dan ketepatan waktu. Ini sesuai
dengan makna harafiah news sebagai sesuatu yang baru (new). Berita yang sudah
292
terjadi beberapa waktu sebelumnya tidaklah memiliki nilai layak muat bagi sebuah
penerbitan tertentu.
Unsur kenyataan berkaitan dengan kefaktualan sebuah berita. Hal ini berkaitan
dengan informasi sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia
jurnalistik terdiri atas (i) kejadian nyata (real event), (ii) pendapat (opinion), dan (iii)
pernyataan (statement) dari sumber berita.
Unsur kepentingan berkenaan dengan sebuah berita yang menyangkut
kepentingan orang banyak. Ada berita yang amat penting sampai yang biasa-biasa saja.
Berita yang menyangkut kepentingan banyak orang akan bernilai tinggi. Sebaliknya,
berita yang tidak menyangkut kepentingan banyak orang tidak akan bernilai tinggi.
Aspek kemenarikan dari sebuah berita akan mengundang orang untuk membaca
berita yang kita tulis. Berita yang aktual (nilai pertama), faktual (nilai kedua),
menyangkut kepentingan orang banyak (nilai ketiga) akan menarik perhatian pembaca.
Selain ketiga itu, berita dapat menarik apabila mengandung keganjilan/keanehan,
bersifat menghibur, atau berita human interest (menyentuh emosi, atau menggugah
perasaan).
Unsur-unsur sebuah berita, dalam banyak literatur adalah rumus 5W+1H.
Sebuah berita seharusnya berisi what, who, where, when, why dan how. Menurut Soehoet
(2003) berita tidak selalu mencantumkan keenam unsur tersebut. Jika tidak enam unsur,
berita dapat juga berisi empat unsur, yakni apa, siapa, di mana, dan kapan. Keempat
unsur itulah yang paling ingin diketahui pembaca.
Teras berita (lead) adalah bagian berita yang terletak pada alinea pertama. Teras
berita merupakan bagian dari komposisi atau susunan berita, yakni terletak setelah
judul berita (head) dan sebelum badan berita (news body). Teras berita mempunyai
kedudukan yang amat penting setelah judul berita berkenaan dengan daya
kemenarikan sebuah berita. Umumnya pembaca mencari penjelasan dari judul berita
melalui teras berita. Berita yang baik akan mencantumkan maksud utama judul dalam
teras berita. Sebaliknya, berita yang baik tidak mencantumkan penjelasan judul pada
teras beritanya.
Berkaitan dengan teras berita, terdapat sepuluh rambu-rambu yang dikeluarkan
oleh PWI:
1) Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting
berita. Alinea pertama dapat terdiri atas lebih dari satu kalimat, tetapi sebaiknya
jangan sampai melebihi tiga kalimat.
2) Teras berita jangan mengandung lebih dari 3045 kata.
3) Teras berita harus ditulis sebaik-baiknya, sehingga mudah ditangkap dan cepat
dipahami, kalimatnya singkat, sederhana, susunan bahasanya memenuhi prinsip
293
ekonomi bahasa, menjauhkan kata mubazir, satu gagasan dalam satu kalimat,
dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 5W+1H.
4) Hal yang tidak begitu mendesak, berfungsi sebagai pelengkap, hendaknya dimuat
dalam badan berita.
5) Teras berita lebih baik mengutamakan unsur apa (what).
6) Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa (who), tetapi bila unsur siapa
itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat dalam badan berita.
7) Teras berita jarang menonjolkan unsur kapan (when), kecuali bila unsur itu punya
makna khusus dalam berita itu.
8) Bila harus memilih dari dua unsur, yakni unsur tempat (where) dan waktu (when),
maka pilihlah unsur tempat dulu, baru waktu.
9) Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan berita, tidak
dalam teras berita.
10) Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead) asalkan
kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea berikutnya, tulis nama orang
itu, tempat, serta waktu dia membuat pernyataan itu.
(Dalam Romli, 2003:1516)
Selain teras, tubuh berita (body), dan penutup merupakan kelengkapan
konstruksi berita. Konstruksi berita yang paling banyak dipakai adalah piramida
terbalik. Unsur yang penting yang berupa teras berita (lantai piramida) ditempatkan
pada awal, kemudian diikuti bagian yang kurang penting, yakni tubuh berita (dinding
piramida), demikian seterusnya.
Perlatihan
Tulislah sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar Anda menjadi sebuah berita.
Perhatikan unsur-unsur berita yang harus ada dalam tulisan Anda! Selamat mencoba!
d. Menulis Slogan, Poster, dan Iklan Baris
1) Menulis Slogan
Kamus (elektronik) mendefinisikan slogan adalah 1) perkataan atau kalimat
pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk memberitahukan atau
mengiklankan sesuatu, seperti Solo Berseri (bersih, sehat, indah, rapi); 2) perkalian atau
kalimat pendek yg menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan
suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik, dan sebagainya.
Slogan juga didefinisikan sebagai perkataan atau kalimat pendek yang menarik
atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi, golongan,
organisasi, partai, instansi atau lembaga, dan sebagainya.
Media massa cetak maupun elektronik memiliki slogan. Kota/kabupaten di
Indonesia memiliki slogan. Partai politik memiliki slogan. Lembaga swadaya
294
295
NO
UNSUR
CONTOH (1)
CONTOH (2)
NO
1
2
3
4
5
UNSUR
Tulisan
Gambar
Tujuan
Kelengkapan
Isi
POSTER PENGUMUMAN
POSTER IKLAN
Oleh karena antara poster pengumuman dan poster iklan pada dasarnya
berbeda, langkah-langkah pembuatannya pun juga berbeda. Untuk melihat perbedaan
langkah tersebut sekaligus untuk berlatih menulis poster, cobalah Anda buat contoh
lain untuk kedua jenis poster tersebut. Untuk memudahkan pembuatan contoh
tersebut, ikutilah langkah-langkah berikut. Langkah pertama dalam bahan pelatihan ini
adalah langkah pembuatan poster pengumuman.
296
(1)
(2)
(3)
(4)
Tentukan kegiatan yang akan Anda umumkan. Kegiatan tersebut dapat berupa
seminar, lomba, atau pertunjukan.
Tentukan unsur-unsur yang akan Anda umumkan. Perbedaan kegiatan akan
membedakan usnsur-unsur yang dimaksud. Perhatikan perbedaan unsur-unsur
tersebut seperti yang tertera di bawah ini.
NO
1
KEGIATAN
Seminar
Lomba
Pementasan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
UNSUR
Tema
Pembicara
Tempat dan waktu
Undangan
Jenis Lomba
Syarat peserta
Pendaftaran
Tempat dan Waktu
Hadiah
Jenis pementasan
Waktu dan Tempat
Tiket
Pihak pelaksana
297
Jika dilihat dari tujuannya yang lebih spesifik ada perbedaan di antara ketiga
contoh tersebut. Perbedaan tersebut tampak seperti di bawah ini.
NO.
1
2
3
IKLAN
Contoh (1)
Contoh (2)
Contoh (3)
TUJUAN
Mencari guru Bahasa
Inggris
Menjual rumah
Menjual mobil
KATEGORI
Lowongan
Penjualan
Penjualan
Dari perbedaan tersebut Anda tentu dapat menyimpulkan bahwa jenis iklan
baris itu ada dua macam, yaitu jenis iklan lowongan dan jenis iklan jual beli. Iklan
lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga atau ahli-ahli untuk dipekerjakan
di kantor pemasang iklan. Iklan jual beli biasanya menawarkan barang atau jasa.
Cobalah ketiga contoh iklan di atas Anda bahasakan secara lengkap, tanpa
singkatan dan disertai tempat yang jelas. Sebagai informasi awal, ketiga contoh tersebut
diambil dari Harian Kompas tanggal 26 Februari 2004. Contoh iklan (1) berisi pencarian
calon guru bahasa Inggris, iklan (2) berisi penawaran rumah, dan iklan (3) berisi
penawaran mobil Opel Blazrer.
Apa yang harus Anda perhatikan sebelum Anda membahasakan secara lengkap
iklan-iklan tersebut? Tentu terlebih dahulu Anda harus memahami istilah-istilah yang
berhubungan dengan sesuatu yang diiklankan dan tempat pemasangan iklan. Di
bawah ini contoh membahasakan salah satu iklan baris di atas. Contoh iklan baris lain
dapat Anda bahasakan sendiri sebagai perlatihan!
Dicari calon guru Bahasa Inggris. Syarat calon: lulusan SMU/D3/S1 dan
harus bersedia mengikuti tes dan training terlebih dahulu. Yang berminat
dapat menghubungi Adi di Jln. Gatot Subroto 56 Jakarta, telepon 0215864874.
299
Dari contoh-contoh yang sudah Anda bedakan di atas, tentu Anda sudah
memahami benar unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam iklan baris. Nah,
sekarang cobalah Anda membuat contoh iklan.
Imam memiliki kendaraan roda dua yang bermerk Honda, yang dilihat
dari bentuknya tampak sudah cukup tua usianya. Umurnya memang baru
setengah umur Amir, yang tahun 2002 lalu merayakan ulang tahun ke 16.
Kendaraan itu catnya sudah mengelupas, namun mesinnya masih bagus.
Paling tidak, selama Imam memakainya, kendaraan tersebut ternyata belum
pernah masuk bengkel secara serius. Kata orang, suara mesinnya juga tidak
pernah mengganggu tetangganya seperti yang terjadi pada motor tua yang
lain. Kendaraan itu semula memang milik kakaknya yang berada di Jakarta.
Namun sekarang sudah diubah nomornya menjadi nomor Semarang. Kata
orang, kendaraan semacam itu hanya laku enam juta rupiah. Namun Imam
yakin tidak ada orang berani menawar di atas lima juta kecuali orang yang
memiliki maksud khusus. Meskipun demikian ia bertekad untuk tetap
menjualnya agar kendaraan tersebut tidak terpasang lagi di rumahnya, Jln.
Mahoni 40 Semarang. Dengan demikian, rumahnya yang asri itu akan
semakin tambah asri dan cantik.
JAWABAN
Honda
1995
4,5 juta
Mesin baik, body tua
Jln. Mahoni 40 Semarang
Jika
jawaban atas
pertanyaanpertanyaan
tersebut
disusun secara
berurutan
akan muncul
Dari
Dijual: Honda 95, mesin bagus, Hp 4,5 Jt. Hub. Jln. Mahoni 40 Semarang
300
Rumusan iklan tersebut tentu saja tidak sama persis dengan data yang sudah
terkumpul. Dalam deskripsi ada data kondisi tuanya kendaraan tersebut, namun
demikian tidak masuk karena akan mengurangi minat calon pembeli. Ini bukan sebuah
kebohongan tetapi sebuah strategi. Jika Anda mengatakan hal yang sebaliknya,
misalnya body mulus, itu baru kebohongan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan iklan Anda
dapat menghadirkan kata-kata tertentu yang berfungsi untuk lebih memudahkan calon
pembeli dalam membaca iklan.
Anda diperbolehkan menambah pertanyaan pada contoh lembar pengamatan
tersebut. Setelah jawaban terkumpul, susunlah menjadi iklan baris dengan
memperhatikan kehematan kata. Jika sudah tersusun iklan, buatlah contoh iklan baris
satu lagi dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
(1) Tentukan jenis iklan yang akan Anda tulis, yaitu dapat berupa iklan lowongan
atau iklan jual beli.
(2) Jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang dibutuhkan, jika
iklan jual beli yang Anda pilih, tentukan barang atau jasa yang akan ditawarkan.
(3) Tuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam pembuatan iklan tersebut.
Unsur-unsur atau butir-butir tersebut akan sangat bergantung kepada pilihan
jenis iklan yang akan digunakan.
(4) Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan bahasa yang jelas dan singkat.
Dari contoh iklan di atas tentu Anda dapat mengambil simpulan, iklan seperti
apa yang seharusnya Anda buat. Beberapa kriteria yang akan muncul dalam pemikiran
Anda paling tidak seperti di bawah ini.
a. Bersifat komunikatif
Komunikatif berarti maksud yang terkandung dalam iklan tersebut langsung
bisa ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak merasa kebingungan atau tidak
paham terhadap istilah atau kata atau singkatan yang ada dalam iklan tersebut.
b. Singkat
Syarat singkat dalam penulisan iklan baris di surat kabar terutama berkaitan
dengan penghematan biaya. Untuk mewujudkan penulisan iklan yang singkat
dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan hanya menggunakan kata-kata
yang memang amat penting saja dan dengan menggunakan singkatan.
c. Lengkap
Pengertian lengkap di sini mencakupi tersedianya informasi yang dibutuhkan
oleh pembaca iklan.
Penerapan ketiga syarat tersebut harus terjadi secara terintegrasi, dalam
pengertian syarat yang satu tidak boleh bertumpang tindih dengan syarat yang lain.
Dalam kenyataannya,
untuk memenuhi sebuah syarat, Anda justru harus
301
mempertimbangkan syarat yang lain. Sebab bisa jadi pengutamaan salah satu syarat
justru akan mengorbankan syarat lain.
Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam penulisan iklan
baris jenis lowongan pekerjaan adalah:
(1) jenis lowongan,
(2) kriteria sumber daya manusia yang dibutuhkan,
(3) alamat pemasang iklan,
(4) batas waktu pelamaran, serta
(5) hak yang akan diperoleh pelamar yang diterima.
Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam penulisan iklan
baris jenis jual beli atau penawaran barang/jasa adalah:
(1) barang atau jasa yang ditawarkan,
(2) kondisi barang,
(3) alamat, serta
(4) harga barang.
Perlatihan
(1) Tulislah slogan yang menarik dan bermanfaat untuk membangkitkan minat
belajar anak.
(2) Tulis slogan singkat, jelas, dan menarik tentang pentingnya hidup sehat.
(3) Tentukan sebuah kegiatan yang akan Anda posterkan. Tentukan unsur-unsur
yang akan Anda posterkan. Buatlah poster untuk kegiatan tersebut!
302
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam karya ilmiah adalah pemilihan
topik, penggunaan bahasa, dan sistematika penulisan. Ketentuan-ketentuan yang lebih
detil dapat dibaca pada buku yang ditulis Panuti Sudjiman dan Dendy Sugono yang
berjudul Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah, tahun 1996.
Jika penyusunan karya ilmiah ini berkaitan dengan tugas, harus diperhatikan
ruang lingkup topik yang ditentukan oleh pemberi tugas serta dipertimbangkan waktu
yang tersedia. Banyak orang menganggap topik sama dengan judul. Sesungguhnya
tidak demikian; topik adalah pokok yang akan diperikan atau masalah yang hendak
dikemukakan di dalam karya ilmiah, sedang judul adalah nama karya ilmiah. Topik
ditentukan sebelum seseorang mulai menulis, judul dapat dilakukan dan dipikirkan
sesudah tulisan itu selesai. Topik sebaiknya sesuai dengan masalah yang dikuasai,
karena gagasan yang cemerlang tidak menjamin menjadi tulisan yang baik.
Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah ragam tulis, bukan ragam lisan.
Ragam tulis di dalam karya ilmiah, menurut Sudjiman dan Dendy Sugono, hendaknya
jelas, lugas, dan komunikatif. Jelas artinya memperhatikan secara jelas unsur-unsur
kalimat (subjek, predikat, objek, dan keterangan). Lugas artinya bahasa yang
digunakan tidak menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan
kalimat hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan
maksud penulisnya. Hindari penggunaan sinonim, paralelisme, pleonasme, dan
metafora.
Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang disajikan
sama dengan yang dimaksud penulisnya.Wacana dapat menjadi komunikatif jika
disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat pada hubungan antarbagian
di dalam kalimat, antarkalimat di dalam paragraf, dan antarparagraf di dalam wacana,
yaitu memperhatikan hubungan yang masuk akal; misalnya hubungan sebab-akibat,
urutan peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti uraian yang disajikan
menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur.
Sistematika penulisan karya ilmiah adalah judul, kata pengantar, pendahuluan, isi,
penutup, dan daftar rujukan. Karya yang agak panjang (lebih dari sepuluh halaman)
dilengkapi dengan daftar isi yang ditempatkan di antara kata pengantar dan
pendahuluan. Hal lain yang dianggap perlu disertakan (dilampirkan) adalah korpus
data, alat pengumpul data (kuesioner, tes), dan peta.
Judul hendaknya memberikan gambaran yang jelas tentang materi dan ancangan
atau ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Judul harus menarik perhatian dan
menggelitik rasa ingin tahu pembaca. Kata pengantar sekurang-kurangnya berisi (1)
penjelasan mengenai tugas pembuatan/penyusunan karya ilmiah, (2) penjelasan
mengenai pelaksanaan pembuatan karya ilmiah, (3) informasi tentang bimbingan atau
arahan dan bantuan yang diperoleh selama mengerjakan karya imiah, (4) ucapan
303
dari satu bab. Bagian isi ini mengungkapkan (1) uraian masalah yang dibahas, (2)
analisis dan interpretasi, (3) ilustrasi atau contoh-contoh, serta (4) tabel, bagan, dan
gambar (kalau ada).
Penutup berisi simpulan dan saran (kalau ada). Simpulan merupakan jawaban
permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan. Simpulan bukan rangkuman
atau ikhtisar. Pernyataannya dapat berupa uraian (esei) atau berupa butir-butir yang
bernomor. Jika perlu, saran boleh disampaikan kepada pembaca berkaitan dengan
topik pembahasan. Daftar rujukan adalah daftar buku, majalah, artikel di dalam majalah
atau koran, atau artikel di dalam kumpulan karangan (antologi) yang digunakan
sebagai acuan di dalam pengumpulan data, analisis/pembahasan, atau penyusunan
karya ilmiah. Daftar rujukan merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Daftar rujukan
juga membantu pembaca untuk menemukan sumber acuan yang digunakan.
Perlatihan
Pilih sebuah topik. Topik itu akan Anda kembangkan menjadi karya tulis ilmiah
(penelitian). Anda akan membuat latar belakang karya tulis Anda. Buatlah latar
belakang yang dimaksud, sekurang-kurangnya tiga paragraf.
f. Menulis Paragraf
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis paragraf. Dalam
kegiatan belajar ini dibagi menjadi tiga subtopik, yakni menulis paragraf deskripsi,
menulis paragraf narasi (cerita), serta menulis paragraf eksposisi.
Ketiga subtopik disajikan dengan pola yang sama, yakni pengertian paragraf,
contoh pola pengembangan ketiga paragraf, dan di bagian akhir disediakan perlatihan.
Dengan pola sajian yang sama, diharapkan Anda lebih mudah memahami dan
selanjutnya mempraktikkan menulis sesuai contoh pola yang ditawarkan.
1. Menulis Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah penggambaran, pelukisan, pemerian, atau pendeskripsian
dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan. Seorang penulis
deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang
dilihatnya, dapat mendengar apa yang didengarnya, dapat mencium apa yang
diciumnya, dapat mencicipi apa yang dimakannya, dapat merasakan apa yang
dirasakannya, sehingga sampai pada simpulan yang sama dengannya. Dengan
demikian, deskripsi merupakan hasil observasi melalui pancaindra yang disampaikan
melalui bahasa (kata, frasa, dan kalimat).
Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk, yakni deskripsi
ekspositori dan impresionistis. Deskripsi ekspositori pada umumnya penyajiannya
sangat logis, yang berupa daftar rincian secara lengkap, atau yang menurut penulisnya
dianggap sebagai hal-hal yang penting, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan
logis objek yang diamati. Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai
logika urut-urutan sendiri. Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian kereta
305
api, maka urut-urutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan, yakni lokomotifnya,
lalu bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor lokomotif tersebut.
Deskripsi impresionistis yang juga disebut deskripsi stimulatif adalah deskripsi
yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan menstimulasi pembacanya.
Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi atau kesan penulis ketika melakukan
observasi terhadap suatu objek atau benda atau suasana tertentu. Urut-urutannya
adalah subjektif. Misalnya, penulis dapat mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok,
berangsur-angsur ke hal-hal yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula seorang
penulis memulai tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga yang tidak memiliki
kesan sama sekali.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di
lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel,
dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam
bus, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet.
Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga
murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang lalu.
Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang
copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku
dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya
cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet.
Kedua mahasiswa itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.
Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat panas karena
penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tapi orang
tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.
Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bus ada orang
yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batukbatuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, Sialan!
Terbitan tiga tahun yang lalu!
306
percaya saja, tidak berhak membantah, selama yang dideskripsikan itu masih masuk
akal, masih sesuai dengan realita.
Dalam penulisan deskripsi, yang dideskripsikan adalah fakta, bukan realita, dan
bukan pula yang aneh tapi nyata. Perhatikan contoh di bawah ini.
Deskripsi Ruangan
Pola Observasi Menurut Pengembangan Spasi
Kantor Lab Bahasa FSUI
oleh Endah Widyawati
Begitu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat pendingin ruangan,
suara menderu bising dari alat yang sama, serta bau asap tembakau yang menyesakkan dada
menyambutku. Ruangan ini sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi,
tetapi sudut sebelah kanan dinding di seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan
ukuran empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah meter.
Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang sempit ini tidak pula
diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang ditaruh sekenanya saja di sana-sini,
dan ini mengingatkanku pada gudang di rumahku.
Di atas ruangan bergantungan beberapa lampu neon model kuno yang membuat ruangan
ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat meter, diapit dua pasang lampu neon,
ada sebuah exhaust fan, kipas pengisap, yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau
yang kurang sedap di dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, di balik sebuah meja kerja terlihat sesosok
tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak dengan barang-barang
elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku dan map yang ada di depannya, lelaki
berkaca mata itu tampak terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa
coklat tua di mulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya exhaust
fan di langit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah sangat
ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang pendek di kiri, di
seberang meja oval yang ditutupi alas meja yang dulunya tentulah berwarna coklat indah. Jok
kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat yang indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang
perabot untuk diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di atas meja
berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian dalamnya
sudah kehitam-hitaman.
Dua lemari besi abu-abu menempel di dinding di sebelah kiriku. Di sebelahnya sebuah
kulkas kecil, tua, model satu pintu. Dulu warna kulkas itu tentulah putih, sekarang sudah lebih
banyak coklatnya. Pada pegangan pintunya tergantung sehelai kertas merah bertuliskan Teh
Botol Rp 200 saja. Rak kayu yang tinggi merapat ke dinding di samping kulkas, hanya menambah
penuh ruangan saja karena tidak ada isinya kecuali setumpuk map merah jambu dan kuning serta
sebuah bulu ayam. Di sisi rak, sudah di sudut ruangan, sebuah meja beroda dengan sebuah
monitor televisi di atasnya dan sebuah pesawat video pada rak di bawahnya.
Jendela-jendela besar di dinding yang berseberangan dengan pintu masuk ini ditutup tirai
hijau tua. Di bawah salah satu jendela inilah lelaki berpipa itu duduk. Di atas meja depannya
307
tergeletak sebuah tas kulit kemerahan, dalam keadaan terbuka, di samping tas ada asbak, gelas
berisi air putih dan setumpuk map serta kertas. Di samping kanan mejanya, di sebelah kiri dari
tempat aku memandang, ada meja rendah tempat mesin tik dan rak surat. Menempel ke dinding di
samping kanan orang itu ada dua buah filing cabinet, pada sebuah sisinya yang menghadap ke
arahku tergantung sebuah penanggalan. Sebuah layar yang besar dari besi dengan kaki kokoh
beroda, tegak di samping kiri orang itu. Tulisan SONY jelas terpampang pada kain hitam penutup
layar itu. Seingatku layar proyeksi video ini dulu sering dipinjam senat mahasiswa untuk memutar
film video, hampir setiap Sabtu.
Layar itu tegak rapat dengan bupet kayu yang panjang, ujungnya yang di sebelah sana
hampir menyentuh dinding yang berseberangan dengan pintu, sedangkan ujung sebelah sini
menyisakan tempat untuk lewat saja, sekitar satu meter. Di atas bupet kayu yang merupakan
pembatas sebelah kanan ruangan ini terlihat beberapa cangkir tertelungkup di atas sebuah baki,
segulungan kertas tisu, sebuah stoples tempat gula dan sebuah termos.
Di belakang bupet panjang itu, menempel pada dinding studio yang kedap suara, berdiri
beberapa rak besi, dan di situ berserakan beberapa speaker, tape recorder, serta berbagai-bagai
barang elektronik lainnya. Beberapa buah benda aneh seperti cerobong bergantungan di atas,
berasal dari sebuah alat pendingin ruangan, langsung ke atas studio: mengalirkan udara dingin ke
studio agar orang-orang yang sedang merekam tidak kepanasan.
Sisa ruangan di sebelah kanan membentuk sebuah gang, dinding kiri gang itu adalah
dinding depan studio, dan di situ tertempel kertas karton warna-warni: jadwal penggunaan ruangruang laboratorium bahasa. Di bawah jadwal ada beberapa meja dan kursi, dan di sana tertumpuk
mesin tik dan beberapa alat elektronik lagi. Di dinding kanan gang, yaitu dinding ruangan besar ini,
berbaris sebuah whiteboard, dua lemari kaca, dan tiga buah lemari besi. Dan di ujung gang itulah,
di sebelah kiri, pintu masuk ke studio.
Bau asap tembakau terasa makin menyesakkan. Kulayangkan pandanganku ke penghuni
ruangan, kami bertemu pandang. Baru kali ini kuperhatikan orang yang dikatakan sebagai kepala
laboratorium yang baru: rambutnya acak-acakan, kacamata tebal menempel di depan matanya,
bibirnya sinis mengepulkan asap tembakau, dan di bawahnya dagu ditumbuhi jenggot yang tidak
dirawat. Aku merasa serba salah. Sejak kapan dia berhenti membaca dan mulai
memperhatikanku? Cepat-cepat aku mundur, menutup pintu dan segera berangkat dari situ. Lega
rasanya terlepas dari ruangan dengan bau yang menyesakkan, serta pandangan yang sinis itu.
Contoh di atas merupakan deskripsi sebuah ruangan. Dari tulisan tersebut dapat
diketahui bahwa penulisnya masuk ke dalam ruangan itu, berdiri di pintu, di sebelah
dalam ruangan, dan mendeskripsikan apa-apa yang diobservasinya di ruangan itu, dari
tempatnya berdiri. Penulisnya mencoba melakukan observasi secara teliti dengan
menggunakan alat penginderaan yang dimilikinya: mata, hidung, telinga, dan kulitnya.
Deskripsi di atas dapat dibuatkan ragangan, kerangka, atau outline seperti di bawah ini.
No.
1
2
3
4
5
6
Alenia
1, 2, 3, 4
5
6, (7)
7, 8
9
10
Kepalaku menyentuh sebuah lonceng kayu berbentuk kepala manusia dengan mulut sumbing.
Lonceng itu tergantung di sana, persis di tempat orang akan lewat.
Lama aku termangu di tembok teras menikmati hembusan angin melalui cemara di taman.
Aku tersentak ketika tiba-tiba kudengar sapaan dari belakang, Hei, Non, jangan bengong di situ,
jatoh aja, tau rasa, lo.
Rupanya tanpa kusadari, Mira sudah datang, dan kami pun segera terlibat percakapan
yang mengundang gelak tawa.
2. Menulis Paragraf Narasi (Cerita)
Narasi adalah cerita. Cerita yang dimaksud didasarkan pada urut-urutan (atau
serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian atau peristiwa tersebut ada
tokoh, dan tokoh tersebut mengalami atau menghadapi serangkaian konflik. Kejadian
atau peristiwa, tokoh, dan konflik merupakan unsur-unsur pokok yang ada dalam
narasi. Kesatuan dari ketiganya disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah
cerita berdasarkan alur.
Beberapa hal yang berkaitan dengan narasi adalah:
a) unsur paling penting dalam narasi adalah perbuatan dan tindakan
b) narasi tidak hanya menyampaikan kejadian atau peristiwa (karena deskripsi juga
demikian)
c) unsur lain yg harus diperhatikan adalah waktu
d) Narasi adalah suatu bentuk wacana yg sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan
waktu.
e) Atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
f) Narasi berusaha menjawab pertanyaan: Apa yang telah terjadi?
g) Narasi yg bertujuan untuk memberi informasi agar pengetahuan pembaca lebih
luas disebut narasi ekspositoris.
h) Narasi yang disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu
menimbulkan daya khayal serta berusaha menyampaikan sebuah makna melalui
daya khayal yang dimilikinya disebut narasi sugestif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam narasi ekspositoris adalah sebagai
berikut.
a) untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yg dikisahkan,
b) sasaran utamanya adalah rasio (perluasan pengetahuan setelah menbaca kisah
ini),
c) misalnya, menyampaikan informasi berlangsungnya suatu peristiwa
(pemogokan buruh menuntut kenaikan gaji)
d) sebagai bentuk narasi, narasi ini mempersoalkan tahap-tahap kejadian,
rangkaian perbuatan
e) dapat bersifat khusus (khas) maupun generalisasi
f) secara khusus: berusaha menceritakan suatu peristiwa khas, yang hanya terjadi
satu kali (pengalaman pertama kali masuk perguruan tinggi, pengalaman
310
Sugestif
Menyampaikan suatu makna atau
amanat yg tersirat
Menimbulkan daya khayal
Penalaran hanya berfungsi sbg alat
menyampaikan makna
Bahasanya cenderung figuratif, titik
beratnya kata-kata konotatif
Tujuh tahun lamanya Yusril di luar negeri, dan ternyata Niar tidak setia. Pada tahun
kelima, datang suratnya yang mengatakan dia akan dikawinkan orang tuanya dengan pemuda
pilihan mereka.
Sepulang dari luar negeri dengan ijazah Ph.D. di sakunya, Yusril berusaha untuk tidak
bertemu dengan Niar. Tetapi secara kebetulan mereka bertemu di Pantai Padang pada suatu
senja. Niar bersama suaminya, dan dua orang anak mereka, seorang gadis berusia tiga tahun dan
seorang bayi yang masih digendong.
312
Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat gigi. Tetapi
agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas menyikat gigi pagi hari begitu
bangun tidur itu sangat menyengsarakan. Semua kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi
pagi-pagi guna menghalangi kerusakan gigi. Namun rasanya ada yang tidak maju-maju pada alat
pencegah kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada
kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara promosinya, dan yang tak
kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta itu sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal oleh kakek
bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara kerjanya berlawanan dengan
tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta
yang dikemas di dalam tube itu. Ketika Anda menganggapnya pastanya sudah habis, dan tube itu
Anda buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah
ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang Anda peroleh
akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga
pasta di dekat lubang tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus
memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori
lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube itu masih
akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita menggunakan
pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita menyikat gigi dua puluh empat jam sehari
semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih.
Kemudian perhatikan senyum model yang dipakai di dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan
semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin dilakukan
sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya: bagimana pun tampak
indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan benar jika kita memegang sikat gigi itu
hanya dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya adalah pasta. Hijau, putih bergaris merah atau
hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru kelihatan lebih kuning karena kontras),
tetap saja pasta itu benda asing di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa
yang ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat
gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa
enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-anak
kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta
gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras
akan menghasilkan busa, yang menyebabkan mulut (te)rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa
mau muntah.
Agaknya jelas bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang sekarang ini
sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak
dahulu kala harus dilakukan oleh para produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan
zaman, dia sudah ada sejak permulaan abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang
sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar.
Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan
rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan dan dicari alat
pencegah kerusakan gigi yang, selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat?
Dengan sendirnya alat seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi
kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan
senang hati memasukkan sepotong alat ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu
313
menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu akan benarbenar merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari itu.
Setiap orang menggosok gigi. Ada yang pagi sore setiap mandai, ada yang setiap selesai
makan. Ini bergantung pada keyakinan masing-masing mengenai bagaimana merawat gigi dengan
baik. Warna pasta yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang putih polos, putih bergaris
merah atau hijau atau lainnya. Tetapi bila diperhatikan, ada yang tidak berubah pada alat
perawatan gigi tersebut. Ternyata alat perawatan gigi seperti yang kinal selama ini memang sudah
diyakini sebagai yang terbaik sampai saat ini, dan tidak perlu diubah. Ini terlihat dari kenyataan
bahwa kemasan yang berbentuk tube itu adalah yang paling tepat untuk pasta gigi, lalu rasa dan
tekstur pasta di dalam tube itu pun cukup membuat orang senang menyikat gigi, dan semua ini
didukung pula oleh cara promosi yang memang meyakinkan.
Sejak puluhan, bahkan mungkin lebih seratus tahun yang lalu, kemasan pasta gigi yang
selalu hadir di kamar mandi kita adalah tube. Kemasan itu berbentuk lonjong, pangkalnya gepeng,
badannya berbentuk silinder, dan ada tutup di ujungnya. Kita tinggal membuka tutupnya, memijit
tube, dan keluarlah pasta gigi yang siap untuk dipakai. Dalam kemasan seperti ini pasta gigi tidak
mudah kering, asal kita tidak lupa menutupnya kembali. Kebersihannya pun terjamin, dan
gampang pula menyimpannya, atau membawanya untuk bepergian.
Coba bandingkan ini dengan kemasan lain yang pernah dicoba untuk dipasarkan: sachet
plastik seperti untuk shampoo, dan kaleng seperti tempat semir sepatu. Bila kita ingin
menggunakan pasta yang dikemas dalam sachet plastik, kita harus merobek sudut kemasan itu,
lalu memijitnya agar pastanya keluar secukupnya. Setelah dipakai kemasan harus diletakkan
berdiri agar isinya tidak tumpah, dan jangan sampai jatuh ke lantai agar tidak kemasukan air yang
barangkali kotor. Pastanya juga cepat kering dan rasa serta aromanya cepat hilang. Menghadapi
kemasan seperti kaleng semir sepatu, kita memang tinggal membuka tutupnya, basahi sikat gigi
kita dan goreskan pada pasta sesuai keperluan. Masalahnya, berapa banyak sikat gigi milik orang
lain yang masuk ke kaleng itu?
Rasa dan tekstur pasta gigi bermacam-macam, bergantung pada merek dan kegunaanya.
Warna yang indah, rasa yang manis dan aroma yang enak semuanya dibuat agar kita merasa
nyaman dan senang menggosok gigi. Dan kita semua tahu betul, bahkan anak-anak kecil pun tahu
betul, bahwa pasta gigi itu bukan untuk ditelan. Bisa dibayangkan bila warna pasta gigi hitam atau
ungu, aromanya seperti comberan, dan rasanya seperti obat malaria, pasti lebih banyak orang
yang rela giginya cepat rusak daripada harus menggosok gigi dengan pasta seperti itu.
314
Promosi pasta gigi secara tidak langsung merangsang orang agar mau merawat gigi serta
menggosok gigi secara teratur. Di dalam iklan terdapat senyum yang menawan dengan sebaris
gigi yang putih dan rapi. Setidaknya ini memotivasi orang agar merawat gigi dengan baik, agar
gigi bisa bersih dan putih seperti di dalam iklan. Namun kalau pada dasarnya seseorang memiliki
gigi yang tidak putih, dia tidak akan berhenti menggosok gigi, hanya karena giginya tidak kunjung
menjadi putih. Pengetahuan umum sekadarnya, ditambah bacaan dari media massa,
memungkinkan kita mengerti mengenai persoalan gigi yang memang tidak bisa menjadi putih itu.
Mengapa para produser pasta gigi tidak melakukan perubahan mendasar terhadap alat
perawatan gigi yang sudah berumur lanjut itu? Pertanyaan ini membawa kita kepada kenyataan
bahwa alat ini memang masih sangat pantas dipertahankan. Sesuatu alat yang sudah digunakan
sejak lama tidak selalu berarti keinggalan zaman dan harus diubah. Tidak ada salahnya
mempertahankannya bila memang masih mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Pikiran untuk
mencoba menghasilkan pasta gigi yang berasa enak dan bisa ditelan, kok, rasanya berlebihan.
Bukankah menggosok gigi bertujuan membersihkan kotoran yang menempel pada gigi? Maukah
kita menelan kotoran yang seharusnya dibuang?
Perlatihan
a) Setelah Anda membaca deskripsi yang berjudul Kamar Sebuah Asrama, cobalah
buat ragangan atau kerangkanya. Setelah Anda menemukan ragangan atau
kerangkanya, cobalah Anda membuat deskripsi sebuah ruangan dengan
pengembangan observasi menurut spasi (ruang) dengan ragangan tersebut!
b) Kisah cinta Yusril tersebut sangat bagus dan dapat dikembangkan menjadi sebuah
novel yang menarik. Tetapi, jika dibuatkan kisi-kisinya akan tampak hal-hal yang
salah waktu, yang anakronistis. Anda dapat menemukan salah waktu dan
anakronistis tersebut dengan mudah. Cobalah lakukan!
c) Pilih topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi wacana eksposisi. Buatlah
kerangka (outline) tulisan. Selanjutnya, kembangkan menjadi wacana eksposisi
yang menarik! Selamat mencoba!
g. Menulis Kalimat dan Penggunaan Ejaan
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis
kalimat dan menerapkan penggunaan ejaan dalam kalimat tersebut. Dalam kegiatan
belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni menulis kalimat dan menggunakan ejaan
yang benar dalam menulis.
Pemahaman kedua subtopik ini diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi Anda adalah guru bahasa Indonesia, yang setiap saat dimintai jawaban atas
kekurangjelasan menulis kalimat dengan menggunakan ejaan yang benar yang terjadi
di masyarakat (dan atau di sekolah).
1. Menulis Kalimat
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri baku dan efektif. Kebakuan mengacu
pada kesesuaian kalimat dengan kaidah tata kalimat bahasa Indonesia. Sumowidjoyo
(1994) mendeskripsikan ciri kalimat baku: garmatikal, masuk akal, bebas dari munsur
315
yang mubazir (redundance), bebas dari kerancuan (kontaminasi), bebas dari pengaruh
bahasa daerah atau asing (interferensi), sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku, jika dilisankan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia standar.
Keefektifan kalimat ilmiah diukur dari dua sisi, yakni dari sisi (a) penulis, dan
(b) pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan
dapat mengakomodasi gagasan ilmiah penulis secara tepat dan akurat. Dari sisi
pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya.
Oleh sebab itu, jika pembaca masih mengalami kebingungan, kesulitan yang
mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat
diketegorikan efektif. Kalimat efektif berciri gramatikal, logis, lengkap, sejajar, hemat,
dan ada penekanan.
Dengan mengacu pada ciri baku dan efektif tersebut, kalimat dalam bahasa
Indonesia ilmiah berciri (a) gramatikal, (b) logis, (c) lengkap, (d) hemat (bebas dari
unsur mubazir), (e) bebas dari kontaminasi, (f) bebas dari interferensi, (g) sejajar, dan
(h) ada penekanan.
a). Gramatikal
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri gramatikal. Artinya, kalimat ilmiah
sesuai dengan tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi),
dan tata fonem (fonologi) bahasa Indonesia. Untuk memperjelas kegramatikalan
bahasa Indonesia ilmiah, berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat.
(1) Tentang metode penelitian dibahas pada bab 3.
(2) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, tidak
mengherankan.
(3) Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya.
Kalimat (1) s.d. (3) tersebut tidak gramatikal karena fungsi subjek dihilangkan
(dibiarkan kosong). Perbaikan kalimat (1) dapat dilakukan dengan menghilangkan kata
depan yang mengawali subjek, tentang. Kata depan tersebut telah mengaburkan fungsi
frase metode penelitian. Frase tersebut berada di antara dua fungsi sebagai subjek dan
sebagai keterangan. Perbaiikan kaliamt (2) dan (3) dapat dilakukan dengan
menambahkan subjek yang kosong. Ketiga kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal
jika diubah menjadi (1a) s.d. (3a) berikut.
(1a) Metode penelitian dibahas pada bab 3.
(2a) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, berita itu tidak
mengherankan.
(3a) Keterampilan ini diperlukan agar mahasiswa dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya.
316
Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu, sehingga
pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi mmenjadi hak kaum ahli,
tetapi sudah menjadi bahasan awam.
(6a)
b). Logis
317
Kalimat logis jika mengandung makna yang masuk akal. Kalimat (7) s.d. (8)
berikut kurang masuk akal karena pikiran atau gagasan ilmiah yang dinyatakan dalam
kalimat tidak dapat diterima kebenarannya oleh akal sehat pembaca.
(7) Para penumpang diharapkan segera turun setelah bus berhenti.
(8) Masalah perencanaan karangan mau dijelaskan oleh ketua tim lomba karya
tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
Ketidaklogisan kalimat (7) adalah dalam hal tidak masuk akal penumpang diharap
turun setelah bus berhenti. Demikian pula, pada kalimat (8) terdapat ketidaklogisan
dalam hal masalah perencanaan karangan mau dijelaskan, seolah-olah masalah perencanaan
karangan makhluk bernyawa. Kedua kalimat dapat disusun lebih logis menjadi (7a),
(7b), (8a), dan (8b) berikut.
(7a) Para penumpang diharapkan segera turun ketika bus berhenti.
(7b) Ketika bus berhenti, para penumpang diharapkan segera turun.
(8a) Masalah perencanaan karangan akan dijelaskan oleh ketua tim lomba karya
tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
(8b) Ketua tim lomba karya tulis ilmiah akan menjelaskan masalah perencanaan
karangan pada pertemuan yang akan datang.
c). Lengkap
Kalimat ilmiah mewajibakn kehadiran fungtor inti: subjek, predikat, objek, dan
pelengkap secara fungsional. Pada kalimat verbal, penentu kehadiran fungtor adalah
verba yang menduduki fungsi predikat pada kalimat terebut. Jika predikatnya terdiri
atas verba taktransitif, fungtor wajib hanya subjek dan predikat. Akan tetapi jika
predikatnya terdiri atas verba transitif ada dua kemungkinan variasi. Pertama, jika
predikatnya diisi oleh verba ekatransitif, fungtor wajib adalah subjek, predikat, dan
objek. Kedua, jika predikat diisi oleh verba dwitransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan objek. Jika verba pengisi predikat terdiri atas verba semitransitif, fungtor
wajib adalah subjek, predikat, dan pelengkap.
Kalimat pada (9) merupakan kalimat yang lengkap, meskipun hanya terdiri
atas subjek dan predikat. Akan tetapi, meski tampak lebih panjang, kalimat (10)
merupakan kalimat yang belum lengkap.
(9) Pengamatan terhadap peristiwa itu sudah selesai.
(10) Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim peneliti yang
menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan sempat mengunandang
perhatian warga desa Mulung, kecamatan Driyorejo, kabupaten Gresik.
318
Kalimat (10) belum lengkap karena belum memiliki predikat. Bagian kalimat yang
panjang semuanya merupakan perluaran subjek. Perluasan subjek secara tidak disadari
ini terjadi karena penulis kurang tepat dalam menggunakan konjungsi, khususnya
yang. Kalimat tersebut menjadi lengkap jika disunting menjadi (10a) atau (10b) berikut.
(10a)
Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim peneliti
yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan sempat
mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan Driyorejo,
kabupaten Gresik itu sudah selesai.
(10b)
Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim peneliti
yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan sempat
mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan Driyorejo,
kabupaten Gresik itu sedang berlangsung.
Kalimat yang belum lengkap lain dapat diperhatikan pada (11) s.d. (13) berikut.
(11) Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi diharapkan akan
memperoleh masukan yang lebih sesuai dengan aspirasi.
(12) Setelah instrumen uji coba disusun, maka diusahakan agar memenuhi syarat
dari segi validitas dan reliabilitas.
(13) Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan , tetapi KBK itu
memang rumit.
Kalimat (11) s.d. (13) tersebut merupakan contoh kalimat yang tidak memiliki
unsur fungsi yang lengkap. Karena kesalahan memilih bentuk yang seharusnya pasif
ditulis aktif, kalimat (11) dan (12) menjadi tidak lengkap karena tidak bersubjek.
Kalimat (13) juga tidak lengkap karena tidak mengandung objek, padahal predikat
dalam kalimat tersebut merupakan verba transitif, menerapkan.
Kalimat-kalimat tersebut dapat disunting menjadi lengkap pada (11a), (12a), dan
(13a) berikut ini.
(11a)
319
320
(18)
Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, suatu
predikat yang harus diberi tafsiran dan diberi makna sedalam-dalamnya.
(18a) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, suatu
predikat yang harus ditafsirkan dan dimaknai sedalam-dalamnya.
(19) Presiden memberikan penjelasan tentang isi kesepakatan damai antara
pemerintah dengan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di
Helsinky.
(19a) Presiden menjelaskan isi kesepakatan damai antara pemerintah dengan
GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinky.
e). Bebas dari kontaminasi
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah bebas dari kontaminasi. Artinya, kalimat ilmiah
bebas dari kerancuan atau pencampuradukan dua makna, dua unsur, atau dua
struktur. Kalimat (20) dan (21) berikut merupakan contoh kalimat yang mengandung
kontaminasi.
(20) Pak guru tidak pernah menghapus papan tulis.
(21) Seminar sehari itu membicarakan tentang restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
Karena mengandung kontaminasi makna, kalimat (20) dapat disunting menjadi
(20a) dan (20b). Demikian pula kalimat (21). Karena mengandung kontaminasi struktur,
kalimat (21) dapat disunting menjadi (21a) dan (21b) berikut.
(20a) Pak guru tidak pernah membersihkan papan tulis.
(20b) Pak guru tidak pernah menghapus tulisan di papan tulis.
(21a) Seminar sehari itu membicarakan restrukturisasi kurikulum menyongsong
pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
(21b) Seminar sehari itu berbicara tentang restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
f). Bebas dari interferensi
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa daerah
dan bahasa asing. Pengaruh itu ada yang bersifat memperkaya dan ada yang
memiskinkan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ilmiah harus terbebas dari gangguan
unsur yang memiskinkan tersebut. Kalimat (22) s.d. (24) berikut merupakan contoh
kalimat yang mengandung interferensi.
(22) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing, penulis
menghaturkan terima kasih.
(23) Selama empat minggu, mahaiswa latihan vokal dan pernafasan di sanggar
sastra Jubahsantri di kampus Lidah Wetan.
321
322
323
(28a) Siang tadi, dia divonis leukimia oleh tim dokter RSUD Dokter Soetomo
setelah sebelumnya diduga paru-paru dan bahkan enam bulan yang lalu
dikira batuk biasa.
Pengurutan secara logis juga dapat dilakukan dengan klimaks atau antiklimaks.
Kalimat (28) di muka di samping menggunakan urutan kronologis juga menggunakan
urutan klimaks. Sebaliknya, pada (28a), di samping digunakan urutan kronologis
terbalik, juga digunakan antiklimaks.
2. Menggunakan Ejaan yang Benar dalam Menulis
Di bawah ini dikutipkan ketentuan penulisan, khususnya penggunaan huruf
kapital dan huruf miring, dari Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.
a). Huruf Kapital (atau Huruf Besar)
1). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia mengangguk.
Apa maksudnya?
Saya harus bekerja keras.
2). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Bapak menasihatkan, Berhati-hati, Nak!
Besok kita pulang, kata Ibu.
3). Huruf kapital dipakai sebagai pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakasih, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Esa, Alkitab,
Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Ahmad Dahlan, Imam Syafii,
Nabi Isa.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
324
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Budiono, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo,
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Emha Ainun Nadjib, Abdullah Gymnastiar, Wage Rudolf Supratman,
Budi Saktiawan, Halim Perdanakusumah, Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau nama ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Jepang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, kejawa-jawaan, keinggris-inggrisan.
8). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi,
bulan November, bulan Februari, bulan
Maulid, hari Jumat, hari raya Galungan, hari raya Lebaran, Perang Candu,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
325
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Ngarai Sianok, Dataran
Tinggi Dieng, Teluk Benggala, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali
Brantas, Lembah Baliem, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Selat
Bali, Danau Toba, Gunung Semeru, Teluk Tomini, Terusan Panama,
Tanjung Harapan, Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah
tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris,
pisang ambon, gula jawa, kacang bogor
10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor ..., Tahun2012
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerjasama antara
pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:
326
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Undang-Undang
Dasar
Republik
Indonesia, Yayasan Ilmu-Ilmu Sastra, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian.
12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
Ia menyelesaikan makalah Politik dan Bahasa.
13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan.
Misalnya:
Dr.
Doctor (doktor)
M.A.
master of arts
(Magister Agama, Antropologi, dst.)
Prof.
profesor
Sdr.
saudara
14). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam peyapaan atau
pengacuan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat? tanya saya.
Adik bertanya, Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan duduk, Dik! kata Hermansyah.
Besuk Paman akan dating.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hakim.
15). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
b). Huruf Miring (Italic)
1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama/judul buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
327
Misalnya:
majalah Gatra, buku Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad Tohari, surat
kabar Kompas
2). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu. (Dia bukan ditipu, tetapi menipu.)
Buatlah kalimat dengan tipu muslihat.
3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangistana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia.
Perlatihan
Suntinglah ejaan kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
(1) siapa yang akan mengikuti seminar minggu depan
(2) kasihan bu kata ani dia belum makan seharian
(3) quran injil dan weda adalah kitab suci agama islam kristen dan hindu
(4) bimbinglah hambamu ya tuhan ke jalan yang engkau beri rahmat
(5) sejak tahun lalu sultan hasanuddin tidak lagi bergelar sultan
(6) presiden susilo bambang yudoyono mengundang seluruh gubernur di indonesia
termasuk gubernur jawa timur
(7) wage rudolf supratman adalah pencipta lagu indonesia raya
(8) meskipun pernah menetap lama di inggris ami sujarwo tidaklah kehilangan
keindonesiaannya
(9) senin depan bertepatan dengan peringatan hari raya idul fitri bagi pemeluk agama
islam
(10) pegunungan jayawijaya, kali brantas, teluk jakarta, ngarai sianok, dan danau toba
adalah sebagian kecil nama-nama geografi yang terdapat di wilayah indonesia
(11) garam inggris, gula jawa, kacang bogor, maupun pisang ambon merupakan contoh
nama jenis
(12) dia telah selesai membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma karangan Idrus
sejak hari minggu lalu
(13) buku harmonium ditulis oleh prof dr (doktor) budi darma ma
328
(14) bukankah bapak ikut menyaksikan peristiwa itu, tanya bapak andi nurdin
nasution
(15) siapa yang sudah menghubungi anda
D. Berbicara Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks sastra. Ini adalah
bahan bagi Anda agar memiliki penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini
Anda akan memelajari materi kesastraan tentang Membacakan dan Membawakan
Karya Sastra. Bagian ini berisi tiga kompetensi utama, yaitu: Membacakan prosa fiksi
(cerpen atau novel), membacakan puisi, dan membawakan drama. Melalui pelatihan ini
Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga hal tersebut dan pada gilirannya
Anda juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi membacakan dan
membawakan karya sastra kepada siswa.
Tujuan pelatihan ini adalah Anda diharapkan dapat memiliki kemampuan
dalam membaca dan membawakan karya sastra. Kompetensi ini akan sangat relevan
dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Setelah memelajari materi ini Anda
diharapkan
1) mampu membacakan prosa fiksi, cerpen atau novel, dan menerapkannya
dalam pembelajaran,
2) mampu membacakan puisi dan menerapkannya dalam pembelajaran,
3) mampu membawakan dan memerankan drama serta menerapkannya dalam
pembelajaran.
Membacakan dan membawakan karya sastra adalah kompetensi yang harus
menjadi bagian dari kompetensi guru bahasa dan sastra Indonesia. Guru adalah model
bagi siswa-siswanya. Bayangkan apa yang terjadi di kelas bila guru tidak kuasa
melakukan hal ini? Memang sudah banyak beredar media yang dapat menggantikan
semua ini, namun efektivitas pembelajaran dengan usaha dan upaya guru itu sendiri
adalah lebih penting.
Ada beberapa syarat agar guru kompeten dalam hal ini. Anda tidak khawatir
sebab syarat-syarat tersebut dapat dipelajari dan dilatih. Percayalah bahwa Anda bisa!
Beberapa syarat minimal bagi orang yang ingin berkompeten dalam membacakan dan
membawakan karya sastra ialah dapat memahami karya sastra itu dengan baik dan
memiliki strategi untuk membacakan dan membawakan. Syarat pemahaman atas karya
sastra itu mengarah pada bahwa mengenal dengan baik ragam karya sastra dan unsurunsurnya akan sangat berpengaruh pada pembacaan dan pembawaan karya sastra
tersebut. Syarat strategi pembacaan dan pembawaan karya sastra mengarah pada
329
beberapa keterampilan teknis tertentu, misalnya olah vokal, intonasi, ekspresi dan
lakuan. Bagaimana? Hal yang mungkin bukan?
2. Materi Pembelajaran
a. Membacakan Prosa Fiksi (Cerita Pendek atau Novel)
Bacalah cerpen berikut ini!
Tanah Masa Depan
Cerpen Tengsoe Tjahjono
Barong tak lagi seperti dulu. Semenjak semburan lumpur mengubur wilayah itu, wajahwajah kuyu dan muram menghiasi sudut-sudut kota. Jika Anda naik kendaraan dari kota provinsi
menuju daerah timur, Anda pasti akan melalui kota Barong, sebab satu-satunya akses ya hanya
kota itu. Dulu sebelum jalan tol digenangi lumpur, kendaraan roda empat pasti akan memilih jalan
tol. Sekarang nggak ada pilihan lain. Harus rela antre dan berdesak-desakan di nadi kota Barong.
Berjam-jam. Bersabar-sabar. Kuyu dan muram.
Dari atas bus, jika Anda kebetulan naik bus dari arah utara ke selatan, sebelum sampai ke
pasar Barong, tengoklah ke kiri. Di sana akan terlihat berderet bekas kios-kios pedagang buah.
Di belakangnya berdiri dengan gagah dan angkuh tanggul-tanggul penangkal luberan lumpur.
Tingginya bukan main. Setinggi pohon kelapa. Kios-kios itu kosong ditinggalkan pemiliknya
begitu saja, menyisakan dinding-dinding yang berlubang, atap-atap robek sana-sini, lantainya
becek tergenang air. Sisa-sisa tulisan mangga gadung masak pohon, 3000 rp, rambutan asli
Binjai, dan sebagainya masih tergantung di bagian dinding-dinding kios itu. Muram dan pucat.
Di ujung selatan deretan kios itu Anda pasti akan melihat sesosok lelaki kurus duduk
dengan kaki ditekuk di atas bangku panjang. Rambutnya tergerai tak terurus. Tampak sudah
cukup lama tidak bersentuhan dengan sisir. Wajahnya cokelat berkilat, namun matanya kosong
menatap tumpukan kendaraan yang melata di depannya.
Sumi, tabunganku kurasa cukup untuk membeli tanah Wak Kamdi. Memang agak jauh
dari pasar. Tapi, nggak apa, yang penting setelah nikah kita sudah punya tabungan berupa
tanah, kata Wagimun kepada kekasihnya. Sumi tersenyum. Dadanya dipenuhi oleh rasa bangga
akan calon suaminya itu. Sebagai lelaki Wagimun memang tidak cukup tampan. Tapi bagi Sumi
apa arti ketampanan bila lelaki itu justru tidak mampu membuatnya nyaman, tenang, dan damai?
Ya, Kang aku setuju. Tanah itu kan dilewati angkutan kota. Untuk ke pasar kurasa nggak
bakal ada hambatan, Sumi berusaha membuat Wagimun bangga. Kebanggaan itu tentu akan
membuat calon suaminya percaya diri. Dengan kepercayaan dirinya, Wagimun pasti akan lebih
mencintainya dan makin lebih semangat bekerja. Ini penting karena hidup tanpa semangat kerja,
apa jadinya.
Dia kenal Wagimun serba nggak terduga. Ketika itu Sumi disuruh majikan putrinya
membeli mangga muda. Sang majikan memang lagi hamil muda saat itu. Hamil anak
pertamanya. Tentu bukan tugas mudah mencari mangga muda di kala bukan musim mangga.
Dengan semangat untung-untungan Sumi menuju ke kios buah di kotanya itu. Anda pasti bisa
membayangkan bagaimana sulitnya Sumi mencari mangga. Puluhan kios dikunjunginya, tak satu
pun yang menjual mangga muda.
Waduh, sulit, Mbak. Bukan musimnya, sih, kata salah seorang pedagang buah. Wah,
ngidamnya mbok yang lain. Salak kan anggap apa-apa, komentar yang lain. Gimana jika
ngidam sama bakulnya ini saja? komentar yang lainnya lagi. Sumi sewot menghadapi
pedagang-pedagang itu. Tidak memberi jalan keluar, malah komentar nggak karuan.
330
Tanpa menoleh Sumi beranjak meninggalkan kios-kios itu. Dengan putus asa yang tak
terukur ia berniat pulang. Bilang saja sama Nyonya jika mangga mudanya nggak ada, begitu
niatnya. Ia pun yakin sang majikan pasti akan marah-marah tanpa ujung-pangkal kepadanya.
Tapi mau apa lagi?
Lho, mbak cari apa? tiba-tiba seorang pria menegurnya ketika Sumi hampir mendekati
ujung selatan deretan kios itu. Ini lagi, pasti akan mempermainkan aku, gumam Sumi dalam hati.
Maka nggak dijawabnya sapaan itu. Cari mangga, Mun! seru pedagang yang tadi berkomentar
nggak karuan. Lelaki yang dipanggil Mun itu tiba-tiba berdiri di depannya, dengan posisi
menghadang. Sumi pun mau tak mau harus berhenti. Wah, Mbak, kalau mangga muda aku ada.
Kebetulan kakakku sedang hamil. Ia juga ngidam mangga muda. Kemarin aku berburu mangga
di desa. Kalau Mbak percaya padaku, tunggu di sini sebentar. Aku akan ambilkan dulu.
Belum sempat Sumi mengatakan ya atau tidak, lelaki itu sudah melesat membelah jalan di
depannya. Menyusup di antara kendaraan yang lalu lalang. Sumi terhenyak nggak bisa berkata.
Ia pun bersandar di dinding kios yang ditinggal pemiliknya melesat membelah lalu-lalang itu.
Laki-laki yang aneh, bisiknya.
Dalam tempo singkat lelaki itu sudah kembali berada di depannya, dengan dua mangga
muda di tangannya. Mbak, ambil aja mangga ini. Gratis. Hitung-hitung sebagai tanda
perkenalan. Berikan kepada majikan Mbak segera, agar Mbak tidak dimarahi. Siapa tahu malah
dipuji dan dinaikkan gaji, kata lelaki yang dipanggil Mun itu tertawa. Sumi pun ikut tertawa. Sejak
saat itu Sumi sering pergi ke kios buah itu. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa lelaki itu bernama
Wagimun. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa Wagimun itu lelaki yang penuh perhatian, ceria,
humoris, juga sangat bertanggung jawab. Maka, ia yakin bahwa keputusannya tidak akan salah
ketika ia mengangguk saat Wagimun meminang ia untuk menjadi istrinya.
Maka dipintalnya impian masa depan berdua bersama Wagimun. Walaupun ia hanyalah
seorang pembantu rumah tangga dan Wagimun hanyalah seorang penjual buah, cita-cita tetap
harus ada. Cita-cita itulah yang membedakan Sumi-Wagimun dengan kucing atau kambing, juga
menunjukkan bahwa Sumi-Wagimun adalah pribadi yang hidup, bukan pribadi yang mati. Kapan
kalian nikah?, tanya majikan putrinya suatu ketika. Sumi hanya senyam-senyum tidak
menjawab, Kamu nanti akan aku kado sebuah ranjang lengkap beserta almari pakaiannya.
Kamu mau nggak? Sekali lagi Sumi hanya senyam-senyum. Siapa yang menolak, jawabnya
dalam hati.
Mun, jangan lama-lama pacaran. Bisa-bisa Sumi digondol tukang bakso yang sering lewat
di depan rumah majikannya itu, seloroh kawan-kawan Wagimun sesama pedagang buah. Sumi
hanya senyam-senyum juga mendengar gurauan mereka. Gila! Kalian pikir menikah itu cukup
bermodalkan celana kolor! teriak Wagimun. Teman-temannya hanya tertawa melihat gaya
Wagimun dalam menjawab seloroh mereka. Sumi pura-pura tidak mendengar. Dia sendiri agak
curiga melihat perilaku tukang bakso itu. Masak lewat di depan rumah majikan Sumi sehari bisa
sepuluh kali. Pasti ada maunya. Yang jelas sejak saat itu Wagimun semakin rajin bekerja.
Tabungannya di koperasi semakin banyak.
Sampai pada suatu waktu sebuah berita buruk melanda wilayahnya. Titik pengeboran
minyak di sebuah usaha kilang minyak yang berada di wilayah itu menyemburkan lumpur.
Semula semburan lumpur itu dianggap hal yang tidak terlalu mencemaskan. Paling-paling akan
mampet dengan sendirinya. Tetapi, dugaan masyarakat di sana ternyata salah. Semburan
lumpur itu tidak pernah berhenti. Sehari beribu-ribu kubik material bumi dimuntahkan. Lumpur,
air, dan gas mengganas tidak terkendali. Dalam tempo tidak sampai tiga bulan, 4 kecamatan, 12
desa, 10 sekolah, 9 pabrik, ratusan hektar sawah, jalan tol, jalur kereta api tenggelam.
Peradaban pun luluh lantak oleh amuk lumpur.
331
Di atas tanggul penahan lumpur Sumi dan Wagimun menatap kosong tanahnya yang tak
lagi ketahuan petanya. Hanya atap rumah, menara mesjid, atau pucuk pohon kelapa yang
cokelat mengering yang masih tersisa bagai perahu mengapung di lautan lumpur. Di utara
menara mesjid itu, Sum, tanah kita... kata Wagimun perlahan. Nyaris tidak terdengar, seperti
ditujukan pada dirinya sendiri. Sumi tidak menyahut. Ditariknya tangan kekasihnya menjauh dari
tanggul itu. Ingin rasanya ia menangis, tetapi dia tahu air mata hanya akan membuat Wagimun
tambah menjadi sedih.
Sum, kita sudah nggak punya apa-apa lagi, keluh Wagimun yang sudah hampir tiga
bulan tidak berjualan buah lagi. Kios-kios buah yang terletak di sisi barat tanggul
penanggulangan lumpur itu sudah sepi ditinggalkan pemiliknya. Sumi hanya diam. Tak berani
mengangguk atau menggeleng. Wagimun sudah seminggu ini tak mau pulang ke pondokannya.
Katanya ia ingin menunggui tanahnya. Maka, tiap hari ia duduk selonjor di bangku panjang bekas
kiosnya. Menatap kosong ke arah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat mereka. Sumi kaget bukan kepalang. Bapak,
emak, dan kedua pamannya bergegas menemuinya. Sum, Bapak mencari-cari kamu, ternyata
kamu di sini, tegur Bapaknya. Emaknya membeku di samping bapaknya. Matanya berkacakaca. Emakmu amat was-was akan kamu, Sum. Beberapa hari ini nggak mau makan
mendengar kamu seminggu nggak pulang ke rumah majikanmu, kata Bapaknya kemudian. Mata
Sumi mulai mengembang air mata. Ditatapnya Wagimun yang tetap selonjor dengan pandangan
teramat kosong. Ia tak habis pikir kenapa lelaki yang ceria dan humoris itu bisa berubah 180
derajat: diam dan mati. Mungkinkah musibah semburan lumpur ini membuat akar pohon raksasa
itu bisa membusuk dan kering? Segalanya berubah begitu cepat.
Begini, Sum, kata Lik Jatmiko, adik emaknya, Kita semua tahu bahwa kamu mencintai
Dik Wagimun. Tapi hidup kan bukan hanya demi cinta. Kamu punya hidupmu sendiri. Kamu juga
harus menata masa depanmu. Dengan keadaan Dik Wagimun seperti sekarang ini, apa kamu
yakin akan masa depanmu? Lik Jatmiko pandai menyusun kata. Tak ada paksaan dari keluarga
agar Sumi meninggalkan Wagimun. Sumi dibenturkan pada sebuah dilema: antara cinta dan
realita; antara Wagimun dan masa depan hidupnya sendiri.
Mencintai memang tidak harus memiliki, Sum, kata-kata klise muncul dari bibir Lik Sugik,
adik Lik Jatmiko. Tapi kata-kata klise itu berusaha direnungkan kebenarannya oleh Sumi, Kamu
bisa mencintai Dik Wagimun dengan cara lain. Tidak harus dengan menjadi istrinya. Dengan
selalu mengenang kebaikan-kebaikannya, dengan selalu mendoakan, bahkan mungkin dengan
selalu merindukannya, kamu sudah mencintai Dik Wagimun, Sum. Sumi seperti dibangunkan
dari pingsan panjangnya. Seminggu dia mendampingi Wagimun di tanggul itu. Nyaris tidak tidur
hanya karena cintanya yang begitu kental kepada Wagimun. Benarkah cinta itu tidak mengenal
logika? Atau justru cinta itu memiliki logikanya sendiri.
Kang, kita nggak bisa terus-terusan begini. Kang Gimun harus sadar, tanah kita memang
sudah hilang. Tak mungkin kembali. Kakang harus ikhlas. Kita mulai lagi dari nol, Kang. Jika dulu
Kakang bisa, sekarang pasti akan jauh lebih mudah, Sumi berusaha menyadarkan Wagimun.
Wagimun hanya diam. Tanpa ekspresi. Bahkan, terlihat dia tidak mengenali lagi Sumi. Air mata
menyungai di pipi Sumi. Wagimun sudah tidak mampu membaca lagi makna air mata itu.
Matanya terbuka, tetapi dia tidak mampu melihat sekitarnya. Mata hatinya tertutup bayangan
gelap masa depannya.
Ketika Emaknya menggandeng tangannya menuju ke angkot, Sumi pasrah. Dia sadar
bertahan di tanggul mendampingi Wagimun, bukanlah pilihan yang masuk akal. Dia tahu bahwa
dia sangat mencintai Wagimun, tetapi menjalani hidup secara benar dan mengisinya secara baik
jauh lebih masuk akal. Dipandangnya sekali lagi lelaki itu, sebelum angkot membawanya pergi
332
menelusup di keriuhan lalu lintas di Jalan Raya Barong. Wagimun tetap tak berkedip. Kosong
menatap lurus arah di depannya.
Lima tahun telah berlalu. Tanggul penangkis lumpur itu semakin lama semakin tinggi.
Usaha manusia untuk menghentikan semburan lumpur itu tidak kunjung menunjukkan hasilnya.
Jika Anda naik bus dari arah kota Provinsi menuju ke selatan, dan menengok ke kiri sebelum
memasuki Pasar Barong, Anda masih akan mendapati lelaki kurus dengan kaki ditekuk duduk di
atas bangku panjang. Tatapannya masih kosong. Anda jangan terlalu heran jika suatu ketika
Anda mendapati sepasang suami istri dan dua anaknya tampak menunggui lelaki kurus itu. Si
suami terlihat berupaya mengganti pakaian lelaki kurus itu dengan baju yang bersih, sedangkan
sang istri menyiapkan sepiring nasi yang diambil dari rantang yang dibawanya. Perempuan itu
adalah Sumi, yang masih terus mencintai Wagimun dengan caranya yang terkesan amat
sederhana.
Akhir Tahun 2007
Terbayangkankah jika cerpen ini dibacakan secara ekspresif di depan orang lain?
Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari bersama. Sama halnya
dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam membaca teks sastra pun tujuan
utamanya adalah memahami atau menangkap maksud penulis dalam karyanya dan
mengutarakannya kembali dalam bentuk tuturan lisan. Dalam konteks ini Anda harap
berhati-hati dan harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan
sastra. Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat
ekspresif.
1) Memahami Prosa Fiksi
Bagaimana memahami prosa fiksi? Ada beberapa hal yang mesti dicermati saat
Anda hendak menafsirkan maksud prosa fiksi. Berikut ini adalah hal-hal yang harus
dipahami terlebih dahulu sebelum membacakannya.
a) Memahami Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting, karena semua
elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan mengacu dan menunjang
tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema
merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat ini selaras dengan pendapat
Aminuddin yang menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya
fiksi yang diciptakannya (1987:66).
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana
cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.
333
334
cerita.
Latar
sosial
berkait
dengan
kehidupan
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
d) Memahami Alur Prosa Fiksi
Alur dalam prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal,
tengah, dan akhir. Bagian awal, yang biasanya disebut sebagai bagian perkenalan,
berisi informasi penting yang berkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahaptahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar,
pengenalan tokoh, penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah
mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita selanjutnya. Bagian awal
ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah kegagalan dan
keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat pembacanya sangat ditentukan
oleh bagian ini.
Dalam sebuah prosa fiksi, bagian awal selain sebagai eksposisi/paparan juga
mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi tidak stabil yang dijadikan sebagai
perangkai bagian-bagian berikutnya.
Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa
terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri) dan bisa juga terjadi secara
eksternal (terjadi karena pertentangan antar tokoh). Konflik internal dikenal dengan
istilah konflik batin, sedangkan konflik eksternal disebut sebagai konflik sosial.
Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita, sebab bagian
terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh, peristiwa, konflik, tema,
makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada bagian ini pula semua persoalan yang
muncul pada bagian sebelumnya jelas dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca
dapat dikatakan telah memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas
membacanya.
Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita. Berbagai
jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternative
penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan. Ada yang memunculkan
kemungkinan menyenangkan (happy ending) maupun menyedihkan (sad ending).
Kemungkinan lain yang muncul ialah penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka.
335
Sebuah cerita beralur tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau
penyelesaiannya secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua
persoalan tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.
e) Memahami Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai
melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat. Amanat terbagi menjadi
dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan. Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan
kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
2) Membacakan Prosa Fiksi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun bersifat
individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca sesungguhnya harus
memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca sastra secara umum memang dapat
dipelajari tetapi dalam penampilannya hendaknya warna pribadi si pembaca tetap
dominan.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu masalah
kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga hal tersebut
tidaklah berdiri sendiri, tetapi hadir secara integral pada saat pembacaan sastra itu
berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra naik ke atas
panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup, takut-takut dan malu?
Pendek kata seorang pembaca sastra haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam
suasana panggung pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan
konsentrasi lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan volume suara.
Kejelasan artikulasi harus jelas terdengar, demikian pula bunyi-bunyi konsonan. Untuk
itulah seorang pembaca prosa harus mengenali betul alat-alat ucap dan bunyi yang
dihasilkannya.
Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara,
tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yang menyangkut tinggirendahnya suara; serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara; karena marah,
bunyi menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan penafsiran atas karya yang dibaca.
336
Perlatihan
Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!
Kutipan cerpen 1:
Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya memberengut, sambil
melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak bisa berbicara tentang cinta kurang dari
15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30
menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan ke telepon umum itu, sambil sengaja
mengecrek-ngecrekkan koin di tangannya.
Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?
( Sebuah Pertanyaan untuk Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Kutipan cerpen manakah yang dapat dibacakan secara individual? Tentunya
jawabannya adalah kutipan cerpen 2. Sekarang ayo dicoba membacakan kutipan cerpen
337
2 secara individual. Pastikan unsur-unsur yang terpahami sudah berada dalam diri
Anda. Langkah berikutnya ialah meletakkan notasi ujaran dalam teks cerpen. Notasi
atau tanda ujaran tersebut dapat berupa jedah (/), Intonasi naik, dan yang lain.
Akulah Jibril,(/) malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan,(/) jika angin mendesir (/ naik): itulah aku; jika pohon bergoyang (/ mendatar): itulah
aku (/ turun); yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu
aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang
menghubungkannya; sementara itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang
dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Dengan memerhatikan tanda-tanda di atas, jelas bahwa membacakan cerpen
bukan seperti membaca cerpen secara reseptif. Yang terpenting adalah bagaimana
menciptakan pembacaan yang ekspresif sebagai bentuk tontonan yang menarik dengan
mengembangkan peluang yang terdapat dalam teks itu. Peluang yang terdapat pada
umumnya hanya akan terlihat oleh pembaca puisi yang peka dan kreatif penuh
imajinatif. Pembaca pada hakikatnya juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.
b. Membacakan Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia simbol. Oleh
karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan puisi, pembaca harus
menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi itu dianggap sebagai dunia
interpretatif dan sekaligus dunia alternatif. Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai
kemungkinan makna. Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap
teks puisi.
Ada beberapa hal yang mesti dicermati saat Anda hendak membacakan sebuah
puisi. Pamilah puisi tersebut dan rancanglah bentuk pembacaan atas puisi tersebut.
Sebelum Anda mempelajari hal-hal itu bacalah terlebih dahulu puisi berikut ini.
Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi
Apa kau telah dapat ganti rugi
Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?
Materai dan kertas berhuruf kanji
Tak seindah bunga bakung di tepi kali
Meterai dan kertas yang digores belati
Tak seindah jerami menoreh pasir di bumi
338
Puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berjudul Apa Kau Telah Dapat Ganti Rugi. Apa
yang dapat Anda pahami dari judul puisi itu? Dengan membaca judul itu, persoalan
apa yang akan diungkapkan penyair? Diskusikan persoalan ini dengan kelompok
Anda.
b) Memahami latar
Latar ialah piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu, keadaan
sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah dan sebagainya yang menempatkan puisi ke
dalam matra tertentu. Puisi sebagai perwujudan kepekaan penyair dalam membaca
lingkungan sekitarnya tak dapat dilepaskan dari matra ruang, waktu, zaman, sejarah,
dan sebagainya.
Kerjakan Kegiatan Mengidentifikasi Latar dalam Puisi. Laporkan pula hasil
identifikasi dalam bentuk paparan, utamanya menyangkut tafsiran terhadap makna
latar dan hubungan latar dengan makna keseluruhan puisi.
Kegiatan : Mengidentifikasi Latar dalam Puisi
Lakukanlah kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah berdua dalam kelompok.
b) Identifikasikan jenis latar terhadap data puisi yang tersedia.
c) Diskusikan makna latar tersebut dalam hubungannya dengan makna puisi.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Data
Latar:
Tempat/Waktu/Sosial/Lainlain
Tafsiran
pabrik jerami
meterai dan kertas
berhuruf kanji
bunga bakung di tepi kali
pohon kedondong dan
mahoni
pohon-pohon hijau
trembesi
pohon-pohon pakisaji
beton bersigi
Berdasarkan identifikasi dan tafsiran terhadap latar puisi Apa Kau telah Dapat
Ganti Rugi dapat disimpulkan makna latar puisi itu.
c) Memahami kata ganti
Kata ganti atau pronomina ialah kata yang menggantikan nomina atau frase
nominal. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal pronomina demonstratif yaitu kata
yang dipakai untuk menunjuk atau menandai secara khusus orang, benda atau
340
peristiwa, misalnya ini atau itu. Di samping itu dikenal pula pronomina persona yaitu
kata yang menggantikan kategori deiksis yang berhubungan dengan partisipan dalam
sebuah situasi bahasa, misalnya saya, ia, mereka, dan sebagainya.
Untuk memahami kata ganti lakukanlah Kegiatan Mengidentifikasi Kata Ganti
dalam Puisi. Bacalah puisi itu berulang-ulang agar Anda mampu secara tepat
menemukan referensi kata ganti yang terdapat di dalamnya.
Kegiatan: Mengidentifikasi Kata Ganti dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah secara kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan dua orang.
b) Daftarlah kata ganti yang terdapat dalam puisi itu.
c) Tuliskan beberapa kemungkinan rujukan kata ganti itu.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kata Ganti
kau
kau
-mu
kau
dst.
Baris ke ...
judul
baris 1
baris 2
baris 3
Rujukan
d) Berdasarkan hasil identifikasi itu diskusikan dalam kelompok Anda hubungan kata
ganti itu dengan totalitas makna puisi.
d) Memahami Majas
Majas dapat diartikan sebagai kekayaan bahasa seseorang (awam maupun
sastrawan) yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi (lisan maupun tulisan) untuk
mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik maupun efek estetik.
Menganalisis majas dalam puisi berarti Anda akan menanyakan: (1) jenis majas
apa saja yang terdapat dalam puisi; (2) alasan penyair memilih majas tersebut; dan (3)
efek semantik dan estetik yang disebabkan pemilihan majas itu.
Dalam Kegiatan berikut ini Anda akan mengidentifikasi majas yang terdapat
dalam puisi Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi dan mengkaji dampak makna pemilihan
majas itu.
Kegiatan : Mengidentifikasi Majas dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
1) Bekerjalah dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang.
2) Identifikasikan majas yang terdapat dalam puisi itu.
3) Diskusikan dampak pemilihan majas itu terhadap makna puisi.
No.
Data
Baris
Jenis
Tafsiran
341
1.
2.
3.
ke....
1
9-12
Majas
Retoris
Paralelisme
anafora
Makna
342
/i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar, demikian pula
bunyi-bunyi konsonan. Untuk itulah seorang pembaca puisi harus mengenali betul
alat-alat ucap dan bunyi yang dihasilkannya.
Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara,
tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yang menyangkut tinggirendahnya suara; serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara; karena marah,
bunyi menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik merupakan gerak
anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan faktor mimik dan pantomimik
yang dimunculkan haruslah proporsional sesuai dengan kebutuhan menampilkan
gagasan teks sastra secara tepat.
Perlatihan
Ada beberapa alternatif pembacaan puisi: pembacaan secara individual, secara
kelompok, dan dramatisasi puisi. Pembacaan individual bukanlah hal yang asing
karena memang sudah sering dilakukan orang. Bahkan sangat sering. Dalam
pembacaan jenis ini seorang pembaca puisi secara individual akan membacakan sebuah
puisi. Pembacaan puisi secara kelompok berarti pembacaan puisi yang dilakukan
bersama-sama oleh beberapa orang. Puisi yang dipilih pun haruslah puisi yang
memiliki peluang untuk dibaca bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat pada
puisi yang memiliki paralelisme, repetisi, tautologi, bunyi-bunyi, dan sebagainya.
Dengan kata lain tidak setiap puisi dibacakan secara kelompok. Perhatikan puisi
berikut ini :
Hom Pim Pa
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
siang orang sufi malam berkostum pencuri
topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya
maka berubahlah setiap saat
biar perut terganjal, panjang usia dipersempit limitnya
mencuri, mereka bilang terpaksa
nodong, mereka bilang terpaksa
nipu, mereka bilang terpaksa
sajak inipun mereka bilang terpaksa:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
kalah menang teka-teki
344
yang pasti
sumbang
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
gaungnya membikin rimba
sekolah jadi rimba, kantor jadi rimba, pergaulan
jadi rimba, perempuan jadi rimba, jiwa jadi rimba
ide jadi rimba, aku jadi rimba, putih jadi rimba
hukum jadi rimba
ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
jangan jambret, toh bukan kau
jangan mabok, toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
tangan tengadah belum tentu menang
tangan telungkup belum tentu kalah
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
hom-pi-pa
hompi-
pa!
(Tengsoe Tjahjono, 1983)
: Hom Pim Pa
: Tengsoe Tjahjono
: Layar hitam di belakang. Para pembaca duduk di
atas level berukuran kubus. Posisi tapal kuda.
Pembaca
Verbal
N
Hom Pim Pa
L
mengucapkan hom-pi-pa terus menerus
345
L1
N
L2
N
L3
N
L1
L2
L3
L4
L1
L2
L3
L4
L1
N
L1
N
L2
N
naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan
pengarang, dan atau renungan.
Bacalah teks drama berikut ini dengan cermat!.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
02. Hana:
(Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana:
Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa
yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani,
Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan
oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini,
sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan
tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
07. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka
memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis),
miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina
secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh,
cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu
benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka
dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)
08. Hana:
348
09. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan
tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyumsenyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?
11. Inu:
12. Jati:
13. Inu:
14. Jati:
15. Inu:
16. Jati:
17. Inu:
18. Jati:
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
19. Inu:
20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami sedang
latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai! Hentikan
latihan gila-gilaan ini!
Anda harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan sastra.
Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.
1) Memahami Drama
Ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama dengan karya
fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama adalah untuk dipentaskan. Semi
(1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang
dipentaskan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipahami sebelum mengekspresikan
drama.
a) Memahami Tokoh dan Watak Tokoh Drama
Suatu peristiwa dalam drama selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelakupelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu
cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut
penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur yang tidak dapat
ditiadakan, dengan adanya penokohan, sebuah drama menjadi lebih nyata dan hidup.
Tokoh dalam drama memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang memiliki
peran penting disebut tokoh sentral, tokoh inti, atau tokoh utama. Sedangkan tokoh
yang hanya berfungsi melengkapi, melayani, atau mendukung tokoh sentral disebut
sebagai tokoh peripheral (tokoh tambahan, tokoh pembantu, atau tokoh bawahan).
Penentuan kedua tokoh tersebut didasarkan atas beberapa hal berikut.
(1)Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan selalu muncul
dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan kecil sekali tingkat
kemunculannya
(2)Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik, sehingga
disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek,
tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan.
Tokoh
utama adalah tokoh yang memegang
peranan utama, frekuensi
kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan. Sedangkan tokoh
bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang membuat cerita lebih
hidup (Sudjiman, 1988).
Dalam drama, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat dengan konflik.
Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang memiliki kecenderungan
menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai pendamai. Tokoh yang membawa
350
ide prinsipil atau gagasan pokok disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang selalu
melawan ide prinsipil disebut sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh yang
berfungsi sebagai pendamai atau perantara antara protagonist dan antagonis disebut
tokoh tritagonis.
Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak atau karakter.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan watak tokoh adalah
aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan
melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan
keadaan tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan , pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial,
keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan
umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Dalam drama terdapat kecenderungan, dalam penggarapan perwatakan
tokohnya. Beberapa ciri utama tentang watak tersaji di bawah ini.
Tentang
Karakter
Mengenali
Karakter
351
berkait erat dengan masalah geografis, merujuk suatu tempat tertentu terjadinya
peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam
cerita.
Latar drama bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan di mana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
2. Membawakan Drama
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun bersifat
individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca sesungguhnya harus
memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Warna pribadi si pembaca hendaknya tetap
menonjol.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu masalah
kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga hal tersebut hadir
secara integral pada saat pembacaan sastra itu berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra naik ke atas
panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup, takut-takut dan malu?
Dengan kata lain seorang pembaca sastra haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam
suasana panggung pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan
konsentrasi lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan volume suara.
Kejelasan artikulasi sangat dibutuhkan. Bunyi vokal harus jelas terdengar, demikian
pula bunyi-bunyi konsonan.
Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara,
tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yang menyangkut tinggirendahnya suara; serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara; bunyi
mengeras karena marah, bunyi menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan
intonasi atau irama ini bergantung kepada ketepatan pemahaman atas drama yang
dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik merupakan gerak
353
anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan faktor mimik dan pantomimik
yang dimunculkan haruslah proporsional sesuai dengan kebutuhan menampilkan
gagasan teks sastra secara tepat. Dalam membawakan drama semua ini terdapat pada
seni dasar akting.
Ada beberapa tahapan sebelum naskah drama dibawakan. Beberapa hal tersebut
ialah tahap pemahaman naskah, tahap baca, tahap baca dengan ekspresi, tahap ekspresi
adegan, dan tahap sinkronisasi properti, musik, kostum, serta tata wajah (meke up).
Tahap yang terakhir dapat tidak dilakukan bila pemenuhannya hanya untuk belajar.
1. Perlatihan
Perhatikan cuplikan naskah drama berikut. Pilih teman yang akan membawakan
tokoh-tokoh yang ada. Pelajari dan pahami dengan saksama hal-hal yang berkait erat
dengan pementasan. Jangan lupa pikirkan pula kemungkinan kostum dan musik latar
yang dapat mendukung.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar suara
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II
: Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
..
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan di bawah ini.
1. Apa maksud naskah drama tersebut?
2. Bagaimana suasana naskah drama tersebut?
Rancanglah bentuk pemeranan atas naskah drama tersebut dengan mengisi tabel
berikut ini.
354
Pertanyaan
Tokoh 1
Tokoh 2
Tokoh 3
Tokoh 4
Bagaimana kostum
yang sesuai
Bagaimana karakter
tokoh-tokohnya
Bagaimana bentuk
lakuan tokoh yang
sesuai
Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membawakan drama
memerlukan persiapan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menciptakan
bentuk tontonan yang menarik dengan mengembangkan peluang yang terdapat dalam
teks drama itu. Peluang yang terdapat dalam drama pada umumnya hanya akan
terlihat oleh pembaca yang peka dan kreatif penuh imajinatif. Mereka pada hakikatnya
juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.
E. Membaca Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks sastra. Ini adalah
bahan bagi Anda untuk memiliki penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini
Anda akan memelajari materi kesastraan tentang Memahami Ragam Teks Sastra.
Bagian ini berisi tiga kompetensi utama, yaitu: Memahami unsur-unsur puisi (lama dan
baru), memahami unsur-unsur prosa fiksi (cerpen dan novel), dan memahami unsurunsur drama. Melalui pelatihan ini Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga
hal tersebut dan pada gilirannya Anda juga diharapkan trampil mengajarkan
kompetensi bersastra kepada siswa, terutama pemahaman atas unsur-unsur karya
sastra.. Modul ini ditulis berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) Guru Mata Pelajaran.
Tujuan perlatihan ini adalah Anda mampu mengarahkan siswa pada penguasaan
kompetensi tentang hakikat unsur-unsur karya sastra. Kompetensi ini akan sangat
relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Setelah memelajari materi ini
Anda diharapkan
4) mampu memahami unsur-unsur Puisi dan bagaimana implementasinya pada
pembelajaran apresiasi puisi,
5) mampu memahami unsur-unsur Prosa fiksi dan bagaimana implementasinya pada
pembelajaran apresiasi prosa fiksi,
6) mampu memahami unsur-unsur drama dan bagaimana implementasinya pada
pembelajaran apresiasi drama.
355
Teks sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga macam, yaitu puisi, prosa fiksi,
dan drama. Pembagian ragam tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk
fisiknya saja dan bukan pada substansinya. Sebenarnya, substansi karya sastra, apa pun
ragamnya, adalah sama. Karya sastra ialah pengalaman kemanusiaan dalam segala
wujud dan dimensinya. Meskipun demikian, pengenalan ciri setiap ragam teks sastra
sangatlah penting sebab semua itu akan menentukan strategi dan memengaruhi proses
pemahaman makna terhadapnya. Proses memahami puisi memiliki perbedaan dengan
proses memahami prosa fiksi. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh padatnya
bahasa puisi. Bahasa prosa cenderung lebih terurai. Demikian pula dengan proses
memahami drama tentulah cukup berbeda dengan proses memahami puisi dan prosa
fiksi, sebab komponen atau unsur pembangun drama berbeda dengan unsur
pembangun puisi maupun unsur pembangun prosa fiksi. Itulah sebabnya mengapa
bahasan unsur-unsur teks sastra menjadi sangat penting.
2. Materi Pembelajaran
a. Memahami Unsur-Unsur Puisi
Untuk mengenali karakteristik teks sastra yang berbentuk puisi, amatilah
beberapa bentuk puisi berikut ini.
Contoh 1
Pantun
Air dalam bertambah
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hasti dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Contoh 2
Syair
Wajah yang manis pucat berseri
Laksana bulan kesiangan hari
Berjalan tunduk memikirkan diri
Tiada memandang ke kanan dan ke kiri
Contoh 3
Gurindam
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Silang selisih jangan dicari
Jika bersua janganlah lari
356
Contoh 4
BERI DAKU SUMBA
358
penyair telah bekerja dengan baik dan pembaca telah berhasil menikmati, menghayati
puisi yang dibacanya tersebut (Situmorang, 1983).
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema puisi
tentulah merupakan kombinasi atau sintesis dari beragam pengalaman, cita-cita, ide
dan beragam hal yang ada dalam pikiran penulis.
Perhatikan beberapa puisi di bawah ini dan terkalah tema yang terdapat pada
puisi tersebut.
Lukisan Emas
Gubug-gubug karton ialah perdu sepanjang kali itu
dikirimkannya iga ke dalam kanvas lukisanmu
amis dan lembab
Nyanyian yang lahir dari cakrawala coreng-moreng
justru melahirkan senyap dalam jiwa
dan pedih yang sempurna
: jutaan ulat meraja
keruh air, kersik sampah dan rumputan
potretmu mengalir di sana
Puisi ini bertema kenyataan kehidupan masyarakat kumuh dengan beragam
kondisi dan kepahitan kehidupannya.
Berikut ini akan kita telusuri bagaimana tema cinta terlihat jelas pada puisi salah
seorang penyair. Pengalaman Rendra bersama kekasihnya di halaman rumah
kekasihnya itu melahirkan puisi yang romantis. Bacalah puisi berikut ini.
Episode
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan
guguran bunga jambu
359
360
Di Bosnia
di Bosnia
Natal berwarna merah
tubuh-tubuh hancur
jadi monumen suci
di tengah puising
di atas truk pengungsian
ratap kanak-kanak
seperti silent night
yang tertikam
sementara lelaki
basah dadanya diterjang peluru
terkapar dalam
irama yang terhenti
Natal, pelan-pelan berlalu
(Medy Lukito, 1993)
Puisi Di Bosnia ditulis Medy Lukito berdasarkan peristiwa perang saudara di
Bosnia. Latar tentang situasi perang itu digambarkan secara sepintas oleh penyair:
tubuh-tubuh hancur, ratap kanak-kanak, lelaki basah dadanya diterjang peluru. Latar itu
dipakai penyair untuk mendukung gagasannya mengenai dampak peperangan
terhadap kehidupan manusia.
Baca puisi berikut ini.
Tikar
Mungkin kita ini tikar
Di sana orang duduk,
di situ orang jongkok,
di sini orang sujut,
di sana orang tidur,
di situ orang tengkurab,
Mungkin kita ini tikar,
bisa digulung tiba-tiba
tanpa alasan bernalar;
hanya, ah, bosan, misalnya.
Kita mungkin memang tikar.
Seorang bayi pipis di atasnya,
segelas teh tumpah menindihnya,
kartu judi dibanting mewarnanya,
361
Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senag kemudian
Cuplikan pantun, salah satu contoh puisi lama, menunjukkan betapa pentingnya
persoalan irama. Pada bagian akhir baris pertama dan ketiga terdapat unsur bunyi
yang sama yaitu lu. Demikian pula dengan baris kedua dan keempat, terdapat bunyi an
pada tepian dan kemudian. Perulangan yang ada di dalam pantun tersebut membangun
irama dan musikalitas dalam puisi. Dalam puisi lama irama atau perulangan bunyi ini
sangat terpola. Pola persamaan bunyi akhir ini disebut rima dalam puisi lama. Rima
ialah persamaan bunyi yang berulang-ulang ditemukan pada akhir baris atau pada
kata-kata tertentu pada setiap baris.
Bagaimanakah kedudukan irama dalam puisi modern? Dalam puisi lama irama
atau perulangan bunyi seperti itu diatur dalam kaidah, sedangkan dalam puisi modern
tidak. Irama atau musikalitas yang ditunjukan dengan adanya bunyi-bunyi yang
diulang tersebut letaknya boleh di mana saja. Selain itu dalam bunyi puisi modern
penggunaannya cenderung tampak pada pemakaian bunyi-bunyi yang homorgan.
Perhatikan kutipan-kutipan berikut.
Mawar di taman kupetik semalam
Tatkala hujan bersama rinduku
Tengsoe Tjahjomo
Secangkir teh di meja
Tak bisa membantuku mengeja huruf demi huruf
Dalam buku
Tengsoe Tjahjono
Pada puisi pertama tersebut terdapat bunyi-bunyi yang homorgan, /n/ dan /m/
dalam kata taman dan semalam. Selain itu terdapat pula pengulangan bunyi /u/ pada
kata lalu dan rinduku.
Pada puisi kedua irama dibangun dengan perulangan bunyi nasal /ng/, /m/,
dan /n/ dalam kata secangkir, meja, membantuku, mengeja, demi, dan dalam . Berbagai
perulangan tersebut menimbulkan musikalitas yang bagus. Irama puisi amat penting,
namum hal lain yang tidak boleh dilupakan yaitu kebermaknaan.
d) Diksi/Pilihan Kata Puisi
Pada umumnya puisi menyatakan sesuatu secara lebih singkat , padat, dan
ekspresif. Puisi dapat dikatakan sebagai sebuah informasi yang dipadatkan, yang
mengungkapkan sebanyak mungkin dengan sedikit kata (Luxemburg, dkk, 1989)
Oleh karena itu, ketika membaca puisi aspek yang menonjoil ialah pilihan kata
yang begitu padat dan terkadang memesona. Penulis puisi sangat terikat dengan katakata yang dipakainya jika hendak mengemukakan sesuatu. Ia sangat terikat dengan
363
arti kata dan kesan apakah yang ditimbulkannya. Sebuah kata cenderung memiliki dua
jenis arti, yaitu tersurat atau denotatif dan tersirat atau konotatif. Kata konotatif ini
sangat imajinatif, bahkan emosional. Kata seperti ini berbeda dengan kata pada karya
nonfiksi.
Diksi disamping menyuarakan perasaan penulis, ia juga memiliki ketepatan
tertentu. Tjahjono (1999) menjelaskan bahwa pilihan kata adalah subjektivitas penyair
dan bersifat konotatif. Perhatikan contoh berikut.
Selembar daun jatuh
Selemar daun gugur
Selembar daun luruh
Selembar daun melayang
Perhatikan kata-kata yang bercetak tebal tersebut. Walaupun kata-kata tersebut
memiliki makna yang tidak jauh berbeda, ia memiliki nuansa makna yang berbeda.
Kata-kata tersebut dapat dipilih sesuai dengan perasaan bagaimanakah yang ingin
disampaikan. Kata jatuh menunjukkan suasana atau perasaan sakit. Kata gugur
memberi suasana pengorbanan bagi seseorang. Kata luruh bermakna kelembutan, dan
kata melayang bersuasana sebuah kejadian yang terjadi dengan amat pelan. Sekilas
mkna kata-kata tersebut hampir sama, namun suasana dan perasaan yang
ditimbulkannya amat berbeda.
e) Makna Puisi
Makna puisi dapat dicari melalui pengamatan atas bagian-bagian puisi tersebut.
Unsur pertama yang dapat dilihat ketika membaca puisi adalah judul puisi. Judul puisi
mengemukakan gagasan tentang sesuatu. Gagasan tersebut bisa tentang sesuatu yang
terjadi, nama orang, nama tempat, benda, dan waktu atau masa (Situmorang, 1983).
Secara visual puisi terbangun larik dan bait. Satu bait dalam puisi umumnya berisi
pokok pikiran. Dengan demikian fungsi bait dalam puisi mirip dengan fungsi paragraf
dalam karya paparan. Dalam puisi, satu bait dan larik harus benar-benar diperhatikan
termasuk pula pemenggalan larik yang biasanya dikenal dengan enjambemen.
Perhatikan puisi di bawah ini.
Layang-Layang
Tengsoe Tjahjono
Sebuah layang-layang, layang-layang siapa
Melintas mega
Namun tiada merdeka
Benang panjang membelitnya dalam udara terbuka
Ingin ia terbang makin tinggi
Tapi cuman mimpi
364
365
368
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Temukan beragam unsur puisi yang bisa ditemukan pada puisi tersebut!
b. Memahami Unsur-Unsur Prosa Fiksi
Untuk memahami pengertian dan karakteristik prosa fiksi, bacalah cerpen berikut
ini terlebih dahulu !
SEPENUHNYA KARENA IA ANAKKU
Darmanto Jatman
Saya memang sudah tidak bisa percaya pada laki-laki yang tampan, naik skuter dan bertitel
sarjana. Sebagian besar diantara mereka tidak punya hati yang tulus. Dan saya pasti benar akan hal
ini. Buktinya si Nana, anak Tuan Misbach yang kaya raya itu, telah dihamili oleh pacarnya. Juga
anak Pak Arja, anak dusun yang baik hati itu akhirnya tidak dikawin secara resmi, sekalipun masih
selalu dijenguk suaminya. Bukti lain itu, si Ida yang cantik, akhirnya toh hanya menjadi istri kedua.
Malahan anak tetangga kamu di kampung dulu telah menjadi pelacur setelah dipermainkan
pacarnya.
Semua karena satu sebab saja. Mereka terlalu percaya pada laki-laki yang tampan, naik
skuter dan lebih-lebih bertitel sarjana.
Hal ini sama sekali lain dari kami, orang-orang tua yang sederhana. Sekalipun mungkin kami
kaya, mungkin kami naik mobil, mungkin kami juga bahkan professor namun setidak-tidaknya
karena ketuaan kamu maka semuanya jadi berubah. Saya bisa melihat gadis-gadis yang sintal
memelukkan tanggannya ke pinggang pacarnya tatkala naik skuter, tanpa perasaan ini. Saya bisa
melihat perbuatan Tuan Mirsa pada babunya yang cantik itu tanpa keinginan untuk berbuat serupa.
Karena saya lebih percaya pada seorang tua yang sederhana.
Itulah sebabnya kenapa saya merasa sangat marah dan ngeri melihat anak perempuan saya
berpacaran dengan Ernest. Ernest, apa Zitijes, saya kurang terang. Namanya saja sudah kebaratbaratan, belum lagi mobilnya, belum lagi title sarjananya. Orang bilang ia insinyur bangunan air.
Setiap kali laki-laki itu datang dan mengajak Nini naik mobilnya, setiap kali terbayang pada
saya perbuatan semena-mena yang telah berlaku pada anak-anak perempuan tetangga itu. Saya
bayangkan bagaimana mobil itu nanti akan berhenti di tepi jalan yang sunyi, dan Nini diremas-remas
dalam pelukan yang kotor dan mesum. Dan saya tidak pernah membayangkan bisa tentram setiap
kali mereka pergi.
Saya sungguh-sungguh tidak bisa mengerti kalau ada saja tetangga yang memuji-muji saya,
karena saya pintar cari menantu. Malahan Pak Imran bilang, insinyur itu sesungguhnya mau
dijadikan menantunya. Tapi saya sama sekali tidak bisa bangga dengan itu. Hati saya semakin waswas dan gelisah saja setiap kali mereka bepergian. Apalagi sesudah kedatangan Pak Imran.
369
Sedangkan Ririk, anak Pak Imran yang cantik itu, tak lagi dia gubris apalagilah anak saya besok.
Saya sungguh-sungguh prihatin akan nasib anak kami. Anak istriku, Millia, yang tercinta.
Sampai kemudian, ketika saya pulang dari dinas luar pagi hari, saya mendapati mobil insinyur
itu di luar. Marah saya meluap-luap. Rasanya ingin sekali saya menendang keluar maling itu, Tapi
kemudian rasa ingin tahu saya menang. Sebab itu saya mengendap-endap masuk lewat samping
rumah.
Pintu-pintu muka memang terbuka, tapi pintu samping dan jendela-jendela ditutupi.
Kecurigaan saya menyala-nyala hebat. Rasanya ingin saya mendobrak pintu itu keras-keras. Tapi
saya toh tetap seorang tua yang sabar dan bisa memperhitungkan untung rugi. Sebab itu pelanpelan saya mendekati pintu. Saya dengar si insinyur mengobrol panjang lebar. Saya coba untuk
mendengarkan obrolan itu. Dan saya sungguh-sungguh terkejut dan merasa sangat terhina,
mendengar obrolan yang tak karuan, yang cabul, dan menjijikkan itu. Ia mengobrol bagaimana ia
dulu berdansa dengan Nyonya Rani di sebuah teras.
Perempuan itu memang tidak tahu malu, obrol si insinyur. Ia mendekapku erat-erat.
Saya bayangkan bagaimana anakku. Saya pingin ia marah dan menampar laki-laki itu. Tapi
saya tidak mendengar apa-apa. Hanya suara ular laki-laki itu membujuk. Tapi tidak terdengar apaapa. Bajingan! Bukan kau yang didekap. Tapi kau yang mendekap! batin saya
Nini. Kau ingat gadis yang memanggil-manggil aku waktu kita duduk-duduk di teras rumahku
itu ?
Saya makin terkejut. Nini sudah diajaknya pula kerumah si ular itu.
Kami pernah jalan-jalan, nonton bioskop, dan sebagainya, Tapi saya tidak pernah mau
diajaknya ke Kaiiurang, coba kau piker. Sepi, apalagi kedinginan. Saya tidak mau dikalahkan hanya
karena kesempatan.
Saya kepingin menampar mulut laki-laki yang menghina derajat wanita itu. Yang menghina
derajat istri saya, anak perempuan saya. Tapi saya diam saja. Beberapa saat sunyi . Saya gemetar.
Saya mengintip lewat lubang pintu. Dan saya lihat Nini memijat laki-laki itu.
Kaki saya yang kiri, Nini. Lelah sekali.
Saya lihat Nini menurut, memijat kaki-kaki yag kotor itu. Saya muak melihat kelemahan anak
saya. Tapi saya tidak bisa apa=apa. Di zaman dulu Millia juga selalu memijiti kaki saya, kalau saya
lelah.
Sudah! Kata laki-laki itu. Dan saya lihat Nini tersenyum sambil berkata Upahnya?
Laki-laki itu berdiri lalu memeluk dan mencium Nini. Dan anakku Nini membiarkan tangan lakilaki yang panas itu merabai tubuhnya.
Amarah saya tidak bisa ditahan lagi. Saya dobrak pintu itu kuat-kuat. Sebelum saya sempat
memukul laku-laki itu dua telah lari dengan celana yang tidak karuan. Saya coba mengejarnya, tapi
Nini menangis dan memegangi tangan saya. Laki-laki itu kabur sudah.
Peristiwa inilah, yang telah mengusik tidurku setiap malam. Saya tidak rela lagi membiarkan
anak saya tinggal sendiri di rumah kalau saya pergi ke kantor.
Saya tidak rela lagi membiarkan diri saya tertidur pulas malam-malam. Saya tidak rela lagi
membiarkan anak saya . Takut kalau-kalau ular itu datang.
Akhirnya, pada suatu sore, setelah kegelisahan itu tak tertahankkan saya pun memanggil
anak saya itu.
Nini. Selama ini kita saling mengerti dan saling percaya-mempercayai.
Kami saling berpandangan. Sementara saya lihat ia mulai siap untuk menangis.
Dulu, ibumu selalu berpesan, supaya Bapak bisa menjagamu baik-baik. Sebab itu baiklah kita
berterus terang dengan tindakan-tindakan kita. Bagaimana sebenarnya yang kau kehendaki Nini ?
Tentang apa Pak ?
370
Saya terkejut. Mestinya ia telah tau semua ini berkisar tentang apa, tapi agaknya bisa ular itu
telah meracuni dia.
Tentang ular itu ?
Kami bertatapan pandang dan sama-sama terkejut. Dan sayapun tiba-tiba menyesal.
Kau tahu kan, maksud saya, Nak ?
Nini mengangguk
Nah. Semua terserah pada kebijaksanaanmu. Saya memang pingin kau segera kawin. Saya
pinging, segera setelah saya begitu tua, saya bsa menimang cucu-cucu saya. Dan kau mengeri,
Nak, siapa yang saya pingin menjadi bapak dari cucu-cucu saya?
Dan.. ya ! Semua berjalan biasa saja. Hari-hari makin menjadi jernih. Ular itu sudah tidak
datang lagi dan Nini sudah banyak mencurahkan perhatiannya pada sahabat-sahabat saya, yang
tua-tua dan bijak-bijak. Dan saya bahagia dengan kehidupan ini.
Namun demikian laporan demi laporan masuk tentang insinyur itu.
Pak Karpo cerita bahwa insinyur itu makin ngawur kalau bekerja. Ia sering menjadi
kebingungan justru pada saat-saat yang paling kritis. Dan saya merasa ada suatu penyesalan dalam
batin saya.
Kemudian laporan lain masuk dari Pak Dipo. Katanya si insinyur suka ngebut di jalan-jalan
kompleks pembangunan waduk itu. Bahkan sekali mobilnya terperosok ke jurang kecil. Saya merasa
makin menyesal. Namun toh saya sampai berkata.
Untung tidak sekalian mampus.
Kemudian laporan dari Pak Pardjo mengatakan bahwa Tuan insinyur sekarang suka mabukmaukan. Dan berteriak sepanjang jalanan, kalau malam. Dan saya biang pada Nini
Kau dengar, Untung, belum lagi terlanjur kau .
Sekalipun dalam batin saya muncul kecemasan-kecemasan yang asung. Dan kemudian
datang laporan dari Bu Sriti bahwa Tuan insinyur sekarang suka main-main sama wanita-wanita
pelacur. Kadang kadang bahkan semalam saja dengan dua perempuan. Kejijikan saya muncul.
Sebab itu saya panggil Nini.
Dengar. Kelihatan ularnya kan sekarang !
Tapi terasa ada suatu kegetiran yang sangat pahit dalam batin saya.
Serta kemudian Nini mengatakan bahwa ia akan kawin dengan Padri, sahabat saya yang tua
dan baik hati itu, sebuah laporan mengejutkan datang dari Pak Dirjo
Ernest telah bunuh diri !
Saya merasa sangat pusing. Dan pusing. Dan tiba-tiba saya jatuh tak sadarkan diri.
Ketika saya membuka mata saya, saya melihat Nini menangis di muka saya. Dan tiba-tiba
saya melihat betapa kurusnya, dia ! Millia, Millia kecilku! Yang sudah terlalu banyak, menderita oleh
karena tingkah laku saya.
Tak ada lagi yang bisa saya katakana kecuali ini. Bahwa saya merasa tidak bijak sama sekali.
Maafkan kiranya saya ini
Yogyakarta. 1967
Kita tahu bahwa teks yang baru saja kita baca adalah salah satu bentuk prosa
fiksi. Prosa fiksi atau fiksi berasal dari bahasa inggris fiction, yang berarti cerita khayal.
Dalam American Heritage Dictionary of the English Langguage dinyatakan bahwa fiction
adalah a literary work whose content by imagination and is not necessarily based on fact
(karya seni yang isinya dihasilkan dari imajinasi pengarang dan tidak selalu didasarkan
atas fakta yang nyata. )
371
Aminuddin (1987) menyatakan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau kisahan
yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar, tahapan, serta
rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarang, sehingga
menjalin suatu cerita.
Cerpen yang berjudul Sepenuhnya Karena Ia Anakku adalah sebuah realitas
yang bisa dialami dan mungkin telah dialami oleh siapa saja dalam kehidupan ini.
Kekhawatira seorang ayah terhadap anak gadisnya khususnya berkaitan dengan
jodohnya, adalah sebuah realitas dalam cerita tersebut. Realitas yang mungkin saja
dialami oleh pengarang, pembaca, atau hanya imajinasi dari pengarang. Realitas ini
diolah oleh pengarang dengan segenap kreativitasnya, kekuatan imajinasinya,
kepekaannya, ketajaman pikiran dan perasaannya, sehingga menjadi sajian cerita yang
menarik, mengesankan, enak dibaca, dan banyak hikmah yang dapat dipetik dari cerita
tersebut
1) Karakteristik Prosa Fiksi
Fiksi, seperti halnya esai, drama, sajak, khotbah, atau uraian yang bersifat
filosofis, adalah penyajian cara seorang pengarang memandang hidup ini. Penulis
memiliki pandangan-pandangan tertentu tentang hidup. Penulis fiksi akan
mengutarakan pendapat-pendapat dan perasaanya tentang hidup ini dalam bentuk
penyajian aksion (berasal dari: action), bukan dalam pernyataan yang bersifat umum.
Tujuan penulis fiksi ialah membuat pembaca melihat dan ikut serta merasakan
cuplikan-cuplikan tertentu pengalaman manusia yang terpilih dan terarah, sehingga ia
dapat ikut merasakan pendapat serta perasaan yang ada pada penulis tentang hidup ini
pada umumnya, yaitu ikut merasakan apa yang dinamakan vision dari penulis itu.
Kita telah mengatakan bahwa fiksi, seperti halnya genre sastra yang lain, timbul
dari keinginan penulis untuk memberikan bentuk kepada pikiran-pikiran dan
perasaannya sendiri tentang hidup ini sebagaimana ia memandang atau
mengalaminya. Dapat ditambahkan bahwa dorongan yang mendororng orang untuk
membaca fiksi itu pada hakikatnya sama dengan dorongan yang mendorong
diciptakaannya bentuk sastra ini. Dengan kata lain, pembaca ingin memahami pikiranpikiran ini dan ikut merasakan perasaannya yang di sampaikan oleh pengarang. Para
penulis fiksi itu tidak selalu harus mengutarakan pendapat-pendapatnya secara
langsung dan selalu menyajikannya dalam bentuk action .
Dalam khasanah sastra Indonesia, prosa fiksi memiliki beragam bentuk, antara
lain: novel, roman, novelet, dan cerpen. Pembagian ini berdasarkan atas, lamanya
waktu cerita berlangsung. Di dalam cerpen, cerita berlangsung tidak lama, hanya
sebentar. Di dalam novel, waktu cerita agak panjang. Sedangkan di dalam roman
waktunya lama sekali. Bahkan di dalam roman, sang tokoh diceritakan semenjak ia
kecil sampai dengan remaja, dewasa, bahkan tua dan meninggal. Meskipun terdapat
372
perbedaan yang nyata tentang waktu cerita berlangsung, terdapat pula persamaannya,
semuanya mengungkap kehidupan manusia dengan segala permasalahannya dalam
bentuk cerita.
Dewasa ini perbedaan antara novel dan roman sudah tidak lagi dipersoalkan,
karena keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu lukisan kehidupan manusia.
Kedua istilah itu disatukan saja dengan istilah novel. Kedua istilah itu novel dan
roman, sebenarnya satu pengertian hanya berbeda pemakaiannya. Novel dipergunakan
dalam kesusastraan Inggris dan Amerika yang berarti cerita. Sedangkan roman berasal
dari kesusastraan Perancis dan Belanda yang juga berarti cerita.
Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek adalah salah satu bentk karya fiksi. Cerita pendek, sesuai dengan
namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik perisitwa yang diungkapkan,
isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika
dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel.
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya berkaitan dengan
jumlah kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat. Menurut
Staton (1965:37), cerpen biasanya menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman.
Sedangkan Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa jumlah kata yang digunakan
dalam cerpen sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap
(Zufahnur, 1985).
Cerita pendek, selain kependekaannya ditunjukkan oleh jumlah kata yang
digunakan, ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat pendek.
Peristiwa yang disajikan memang singkat, tetapi mengandung kesan yang dalam. Isi
cerita memang pendek karena mengutamakan kepadatan ide. Oleh karena itu peristiwa
dan isi cerita dalam cerpen singkat, maka pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih
sedikit jika dibandingkan dengan roman/novel.
Berdasar atas uraian tersebut dapat dikatakan bahwa cerpen adalah cerita yang
panjangnya kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap, isinya padat, lengkap, memiliki
kesatuan dan mengandung efek kesan yang mendalam. Sedangkan unsur-unsur
pengembangnya pada dasarnya sama dengan novel.
Beberapa ciri berikut mungkin dapat sedikit memperjelas apa yang dimaksud
dengan cerpen. Sebuah cerpen umumnya memiliki alur tunggal, jumlah pelaku yang
terbatas (berjumlah kecil, dan mencakup peristiwa yang terbatas pula). Kualitas watak
tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan secara penuh. Watak tokoh cenderung
dibatasi. Umumnya, tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan karakternya,
maksudnya ialah karakter tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan oleh
373
pengarangnya melalui narasi, deskripsi, komentar. Ciri lainnya ialah rentang waktu
cerita yang terbatas, misalnya semalam, sehari, seminggu, sebulan, dan yang lain.
Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk dari kata
novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk
novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra
lainnya, yaitu puisi dan drama.
Hakikat novel diungkapkan oleh beberapa pengamat sastra antara lain sebagai
berikut.
1) Novel ialah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang dan meninjau
kehidupan sehari-hari ( Ensiklopedi Americana)
2) Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi
satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang bersifat
imajinatif (The Advanced Learner of Current English, 1960:853)
3) Novel adalah suatu cerita dalam bentuk prosa yang agak panjang.
Panjangnya tidak kurang dari 50000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel
adalah relatif.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya novel
adalah cerita, karena fungsi novel adalah bercerita. Aspek penting bagi novel adalah
menyampaikan cerita.
Novel memberi kemungkinan kepada pembaca untuk menangkap
perkembangan kejiwaan tokoh secara lebih menyeluruh. Novel juga sangat
memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai persoalan manusia.
Itulah sebabnya, persoalan-persoalan yang diangkat sebagai tema sebuah novel
cenderung kompleks dan rumit bila dibandingkan dengan cerpen. Persoalan hidup
manusia yang kompleks tersebut dapat memuat hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan masyarakat, dan
hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Peranan manusia yang digambarkan dalam
novel tidaklah statis, melainkan selalu bergerak dalam perjalanan waktu. Novel
memungkinkan untuk merekam seluruh perkembangan itu secara utuh dan
menyeluruh. Selain itu, novel lebih leluasa mengeksplorasi detil-detil peristiwa,
suasana, dan karakter tokoh untuk menghidupkan cerita. Keutuhan sebuah novel tidak
ditopang oleh kepadatan cerita seperti cerpen, namun ditopang oleh tema karyanya.
2) Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting, karena semua
elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan mengacu dan menunjang
tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema
merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat ini selaras dengan pendapat
374
Aminuddin (1987:66) yang menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan
karya fiksi yang diciptakannya.
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana
cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.
Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai berikut.
Tentang
tema
Tokoh bedasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh fisik
dan tokoh imajiner. Tokoh fisik adalah tokoh yang ditampilkan pengarang sebagai
manusia yang hidup dalam alam nyata. Dalam karya fiksi, tokoh fisik ini dapat anda
temukan pada karya-karya konvensional (Suyitno, 1986). Sedangkan tokoh imajiner
adalah tokoh yang ditampilkan pengarang sebagai manusia yang hidup dalam fantasi.
Dari tokoh imajiner ini Anda tidak akan menemukan gambaran sifat-sifat manusia
secara wajar. Biasanya tokohnya adalah manusia yang serba super, tokoh tidak
memiliki watak, sifat, dan perangai layaknya manusia biasa.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik, sehingga
disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek,
tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan.
Tokoh
utama adalah tokoh yang memegang
peranan utama, frekuensi
kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan. Sedangkan tokoh
bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang membuat cerita lebih
hidup (Sudjiman, 1988).
Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh dibedakan atas tokoh
simpel (Simple character), yaitu tokoh yang tidak menunjukkan kompleksitas masalah.
Tokoh kompleks (Complex Character), yaitu tokoh yang banyak dibebani masalah.
Sedangkan berdasarkan perkembangan watak yang dimiliki tokoh, tokoh dibedakan
atas tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang wataknya tidak
mengalami perubahan sejak awal sampai dengan akhir cerita. Dan tokoh dinamis
adalah tokoh yang mengalami perkembangan dan perubahan watak.
Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat dengan
konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang memiliki
kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai pendamai. Tokoh
yang membawa ide prinsipil atau gagasan pokok disebut sebagai tokoh protagonis.
Tokoh yang selalu melawan ide prinsipil disebut sebagai tokoh antagonis. Sedangkan
tokoh yang berfungsi sebagai pendamai atau perantara antara protagonist dan
antagonis disebut tokoh tritagonis.
Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak atau karakter.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan watak tokoh adalah
aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan
melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan
keadaan tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan , pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial,
376
keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan
umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk mengambarkan
tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung (analitik), cara tidak langsung
(dramatik), dan campuran. Gambaran tokoh secara langsung terjadi apabila pengarang
langsung menguraikan atau menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila
pengarang memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung. Beberapa ciri yang dapat menggambarkan pelukisan tokoh
secara tidak langsung ialah.
1) Dengan melukiskan keadaan tempat tinggal, cara berpakaian, gaya
berbicara, dan yang lain
2) Dengan melukiskan sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi kejadian
atau peristiwa.
3) Dengan melukiskan pengakuan dan keluhan diri sendiri
4) Dengan melukiskan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh tersebut
5) Dengan melukiskan tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh lain
6) Dengan melukiskan perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh lain
Pada kenyataannya, kedua cara tersebut biasanya dipakai oleh pengarang secara
berganti-ganti. Dengan kata lain, dalam prosa fiksi, jarang dijumpai pelukisan tokoh
secara langsung saja atau secara tidak langsung saja.
Perwatakan adalah cara pengarang menampilkan watak para tokoh. Lebih lanjut
Soedjijono (1984:67) menyatakan bahwa perwatakan bertugas menyiapkan atau
menyediakan alasan bagi tindakan-tindakan tertentu.
Uraian lebih lengkap terhadap pelukisan watak tokoh dikemukakan oleh
Sukada, yang menyatakan bahwa pelukisan watak tokoh dapat dicapai dengan cara
sebagai berikut: melukiskan bentuk lahir dari pelaku, melukiskan alam pikiran pelaku,
reaksi pelaku terhadap suatu peristiwa, analisis watak pelaku secara langsung oleh
pengarang, melukiskan keadaan sekitar pelaku, reaksi pelaku lain terhadap pelaku
utama, dan komentar pelaku lain terhadap pelaku utama (Retnaningsih, 1987:64).
Prosa fiksi modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Beberapa ciri utama tentang karakter
tersaji di bawah ini.
Tentang
Karakter
Mengenali
Karakter
DIAAN
380
Dalam sebuah prosa fiksi, bagian awal selain sebagai eksposisi/paparan juga
mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi tidak stabil yang dijadikan sebagai
perangkai bagian-bagian berikutnya.
Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa
terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri) dan bisa juga terjadi secara
eksternal (terjadi karena pertentangan antar tokoh). Konflik internal dikenal dengan
istilah konflik batin, sedangkan konflik eksternal disebut sebagai konflik sosial.
Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita, sebab bagian
terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh, peristiwa, konflik, tema,
makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada bagian ini pula semua persoalan yang
muncul pada bagian sebelumnya jelas dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca
dapat dikatakan telah memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas
membacanya.
Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita. Berbagai
jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternative
penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan. Ada yang memunculkan
kemungkinan menyenangkan (happy ending) maupun menyedihkan (sad ending).
Kemungkinan lain yang muncul ialah penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka.
Sebuah cerita beralur tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau
penyelesaiannya secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua
persoalan tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.
Secara lebih khusus, berdasar atas pembagian secara garis besar seperti yang
terpaparkan sebelumnya, Najid (2003:20) tahapan alur dalam prosa fiksi terbagi sebagai
berikut:
1) Paparan (exposition), tahap cerita tempat pengarang mulai melukiskan
sebuah keadaan sebagai awal cerita.
2) Rangsangan (inciting moment), munculnya peristiwa atau kejadian sebagai
titik awal munculnya gawatan.
3) Gawatan (rising action), tahapan cerita yang melukiskan tokoh-tokoh yang
terlibat dalam cerita mulai bergerak. Dalam tahap ini konflik secara bertahap
mulai terasa. Konflik dapat bersifat pribadi atau social.
4) Tikaian (conflict), munculnya perselisihan antar tokoh karena adanya
kepentingan yang berbenturan namun tidak terselesaikan.
5) Rumitan (complication), tahapan cerita yang menggambarkan konflikkonflik yang muncul mulai memuncak.
6) Klimaks (climax), tahapan cerita yang melukiskan suatu peristiwa yang
mencapai titik puncak. Bagian ini dapat berupa bertemunya dua tokoh yang
382
sebelumnya saling mencari, atau terjadinya pertikaian antara dua tokoh yang
saling bermusushan.
7) Leraian (falling action), bagian cerita tempat pengarang memberikan
pemecahan dan semua peristiwa yang telah terjadi pada bagian sebelumnya.
8) Selesaian (denouement), tahap akhir cerita yang merupakan penyelesaian
persoalan.
Dalam menyusun alur, seorang pengarang, umumnya, secara sadar atau tidak
telah menggunakan beberapa kaidah yang ada dalam fiksi. Beberapa kaidah tersebut
iaah kemasuk-akalan (plausibility), kejutan (surprise), tegangan (suspense), keutuhan
(untiy), dan kebetulan (deux ex machine).
Sebuah cerita harus tercerna oleh akal meskipun kemasuk-akalan dalam cerita
tidak dapat disamakan dengan realitas kehidupan. Untuk dapat membangun
hubungan dengan pembaca, sebuah cerita harus mengacu pada sebuah realitas, namun
sebuah cerita tidak mungkin kongruen atau sama dan sebangun dengan kenyataan.
Jadi, yang dimaksud dengan aspek masuk akal dalam bahasan ini ialah kebenaran yang
dimiliki oleh cerita itu sendiri.
Sebuah cerita harus menarik. Agar sebuah cerita menarik perhatian pembacanya,
ia harus menampilkan kejutan atau surprise. Kejutan, dalam sebuah cerita, cenderung
berfungsi untuk memperlambat tercapainya klimaks, mempercepat tercapainya
klimaks, atau untuk menimbulkan tegangan-tegangan psikologis pada pembaca.
Alur cerita yang baik harus mengandung tegangan, suspense yaitu ketidakmenentuan harapan terhadap hasil akhir pembacaan cerita. Suspense melibatkan
kesadaran pembaca terhadap berbagai kemungkinan yang ditawaran dalam cerita.
Sarana untuk menciptakan suspense adalah padahan (for shadowing) yaitu detil
pemaparan yang mengisyaratkan suatu kejadian atau peristiwa yang akan datang.
Sebuah prosa fiksi selain harus mengikuti berbagai kaidah tersebut, juga harus
tetap menganut kaidah kesatuan. Seketat apapun sebuah cerita dalam mengikuti
kaidah masuk akal, kejutan, dan suspense aspek kesatuan tidaklah dapat ditinggalkan.
Kesatuan atau kepaduan sebuah prosa fiksi dapat dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan dan kegagalan prosa fiksi tersebut.
Hal lain yang juga patut untuk dipertimbangkan dalam bahasan ini ialah kaidah
kebetulan. Aspek kebetulan dalam prosa fiksi dapat berwujud orang atau barang yang
muncul tiba-tiba dan memberikan jalan keluar atas kesulitan yang muncul.
Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita dapat
dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback). Sebuah cerita disebut
beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari awal kejadian dan diteruskan dengan
383
384
Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka pintu, lalu menyerbunya dengan segala rasa
rindu, sambil melemparkan macam-macam pertanyaan kepadanya., Bagaimana Embok, Bapak, Tinah,
anaknya sudah berapa ?
Temukan beragam unsur prosa fiksi yang terdapat pada cuplikan cerpen
tersebut! Lengkapilah temuan Anda dengan kutipan-kutipan cerpen yang sesuai!
385
02. Hana:
(Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana:
Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa
yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani,
Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan
oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini,
sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan
tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
07. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka
memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis),
miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina
secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh,
cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu
benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka
dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)
08. Hana:
09. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan
tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyumsenyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?
11. Inu:
12. Jati:
13. Inu:
14. Jati:
15. Inu:
16. Jati:
17. Inu:
18. Jati:
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
19. Inu:
20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami sedang
latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai! Hentikan
latihan gila-gilaan ini!
a. Alur Drama
Alur dalam sebuah pertunjukanatau drama sama dengan alur novel atau
cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai akhir. Namun alur
drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi. Kekhususan itu
disebabkan oleh karakteristik drama itu yang memang unik. Kekhususan alur drama
adalah sebagai berikut (Semi, 1988). Alur drama haruslah alur yang dapat dilakonkan
oleh para pemain drama di muka public penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara garis besar
alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada
penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang dibawakan
mereka, serta member pengenalan terhadap permulaan problem atau
konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI sini
mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut juga rising
action. Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling
mempengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke pihak masingmasing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis berkecenderungan
melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan
oleh yang lain. Itulah sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument). Setiap segi pertentangan diadakan penyelesaian
dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih bisa juga
menggembirakan ( Semi, 1988 ).
b. Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah yang disebut
dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua, yaitu pesan utama dan
pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran,
atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikit dan luas sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan
pengarang pada karyanya.
c. Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua elemen
dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai ide sentral atau
makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana
388
cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.
d. Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang menimpa
atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan
pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa penempatan
waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat, dan
latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu cerita (historis). Latar
tempat berkait erat dengan masalah geografis, merujuk suatu tempat tertentu
terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan
kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri yang
terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang tidak
menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang psikologis ialah
latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa yaitu mampu menuansakan
makna dan mampu mengajak emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat ditangkap
dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat berupa suasana,
sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang tersurat,
sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis membutuhkan
penghayatan dan penafsira.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Perlatihan
Simak teks drama di bawah ini.
Sebelum Sembahyang
389
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar
suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II : Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan di bawah ini.
(a) Siapa saja tokoh dalam penggalan teks drama di atas?
(b) Di manakah latar ceritanya?
(c) Apa masalah yang sedang mereka bicarakan?
(d) Apakah konflik sudah tampak dalam penggalan teks drama di atas? Jika
sudah ada, sebutkan konflik yang dimaksud!
F. Menulis Sastra
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini. Kali ini
Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis Sastra. Di bawah ini disajikan
deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengekspresikan pikiran, perasaan,
dan pengalaman melalui karya sastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi
dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
1) Menulis pantun sesuai dengan syarat pantun,
2) Menulis dongeng,
3) Menulis puisi bebas,
4) Menulis drama,
5) Menulis cerpen,
6) Menulis kritik dan esai.
2. Materi Pembelajaran
390
1) Syarat-syarat Pantun
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terkenal, di samping mantra,
syair, talibun, gurindam, pepatah, dan teka-teki. Pantun, sebagaimana puisi lama
lainnya memiliki aturan. Aturan penulisan pantun, antara lain:
a) jumlah suku kata dalam setiap baris
b) jumlah baris setiap bait
c) jumlah bait
d) aturan rima dan ritma.
Secara umum, pantun terdiri atas empat baris, bersajak (rima) abab atau disebut
rima silang, dua baris pertama berupa sampiran dan dua baris akhir berupa isi.
Jenis-jenis pantun adalah (1) pantun sukacita atau pantun jenaka/riang, (2)
pantun muda, (3) pantun dagang, (4) pantun nasihat atau pantun tua, (5) pantun
agama, dan (6) pantun adat.
Di bawah ini adalah contoh pantun.
(1) Pantun sukacita
Elok rupanya kumbang janti
dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
melihat ibu sudah datang
Dibawa itik pulang petang
dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
hati cemas menjadi hilang
(2) Pantun muda
Anak padang ke Kurai Taji
batang manggis bercabang lima
adik sayang usahlah pergi
pahit manis tanggung bersama
Tanam melati dirama-rama
ubur-ubur sampingan dua
391
Isi
Pantun Muda
Pantun Dagang
Pantun Nasihat
Pantun Agama
Pantun Adat
393
Pertanyaannya kini, berapa dongeng yang telah kita baca? Di antara yang sudah
kita baca, berapa yang dapat kita sampaikan (menulis ulang) kepada orang lain. Nah,
kali ini, Anda akan belajar menulis ulang dongeng, baik yang disampaiakn secara lisan
maupun tertulis.
Di seluruh dunia, hingga saat ini, dongeng masih bertahan hidup. Di Indonesia,
dongeng juga masih banyak dijumpai dan digemari. Anak-anak hingga orang tua
gemar mendengarkan dongeng. Di bawah ini dikutip salah satu dongeng yang sangat
terkenal.
Si Tanduk Panjang
Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri atas seorang
ayah, ibu, dan anak perempuannya.
Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya. Namun,
kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang anak laki-laki.
Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak laki-laki
sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu, mereka tetap berdoa. Akhirnya,
sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia. Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi lakilaki. Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh
tanduk. Perasaan gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek
para tetangga.
Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam
sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti itu lalu dihanyutkan ke sungai.
Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia sangat sedih.
Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang membawa adiknya hanyut di sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian terdengar adiknya
menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata, Adikku sayang, si tanduk
panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar, makanlah sebutir beras agar kau kenyang! Tak
berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis,
sang kakak segera meneriakkan kata-kata yang sama.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti tempat
adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang dibekalkan kepada
adiknya telah menetas.
Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu menghiburnya dengan
kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal lelah demi kecintaannya kepada adiknya.
Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba
meraihnya.
Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa terkejutnya ketika
peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan. Tak lagi terlihat ada tanduk di
kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai. Betapa gembira si kakak melihat kenyataan
itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.
Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu gerbang desa
mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus
397
mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan
dijadikan budak. Namun jika tidak berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah ditentukan ayam
mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata ayam si tanduk panjang menang.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat
serta dihadiahi harta kekayaan. Tak lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan
desa itu.
Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni harus menyabung
ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak-beradik itu selalu menang sehingga
mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa
harta kekayaannya, mereka membawa beberapa pengikut.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk menanyai asal-usul
mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk mengetahui siapa sebenarnya mereka.
Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang dan kakak
perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua mereka pun mendengar, lalu
datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu
menolaknya.
Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih sayang dan
perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.
Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru menyadari akan
kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.
Perlatihan
a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah empat orang.
Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas. Apakah keempat jenis dongeng
di atas ada dan berkembang di Indonesia?
b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(1) Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas!
(2) Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!
(3) Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!
(4) Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda sendiri sehingga
menjadi sebuah dongeng yang utuh!
(5) Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap dongeng ke
dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng binatang (animal tales), (2)
dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes),
serta (4) dongeng berumus (formula tales), lakukan tahapan di bawah ini
a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda berdasar keempat
golongan besar di atas.
b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda identifikasikan
tersebut.
c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan Anda dalam
mengembangkan alur dongeng.
d) Kembangkan kerangka dongeng tersebut menjadi sebuah dongeng yang
utuh.
398
menunjukkan bahwa apa pun (topik dan gagasan) dapat ditulis dalam bentuk puisi.
Sekali lagi topik apa pun dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Tak ada kata sulit
kalau dicoba! Kuncinya: (a) menemukan dan memilih ide/topik dan gagasan, (b)
mengembangkan ide/topik dan gagasan dalam bentuk baris-baris kalimat, (c)
mempergunakan bahasa yang dikuasai dan dipahami sehingga pembaca akan mudah
pula menguasai dan memahami.
Jika ketiga hal di atas adalah langkah, maka para penulis di atas telah
menerapkan dengan baik. Nah, sekarang Anda yang akan memulai.
UNTUKMU
Ukirlah sendumu di sudut rindu,
kalau jiwamu tak ragu.
Gapailah anganmu,
bila kau sebut namaku.
Robi H. Mojokerto
ASA
Ada asa di hari lalu
kau tabur rapi di danau hati
ada kisah manis di hari lalu
yang ternyata tak seabadi matahari
Emy Jayapura
401
a). Setiap orang pasti mempunyai ide/topik atau gagasan. Kali ini, ide/topik atau
gagasan tersebut cobalah Anda tulis dalam bentuk puisi! Pada saat menulis jangan
berpikir apakah puisi tersebut akan menjadi baik atau tidak. Karena jika berpikir
demikian, maka puisi tidak sempat ditulis! Ingat, penulis hanya menulis puisi! Yang
mengatakan baik atau tidak baik adalah orang lain. Mari, cobalah Anda menulis!
b). Tentukan topik yang akan Anda kembangkan menjadi puisi. Topik itu tentang
tentang orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, bapak-ibu, nenek, sahabat, guru,
mertua, anak, tetangga, penjual sayur, penjual mi atau bakso, atau kakak-adik. Mulai
pilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan tokoh tersebut. Tulis baris-baris
kalimatnya. Setelah kalimat tersususn atas baris-baris, suntinglah dengan
mempertimbangkan pilihan kata dan rima. Sekadar perbandingan, di bawah ini
disajikan puisi tentang ayah-ibu dan sahabat!
402
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Wahyu
Apakah yang nampak di luar pintu. Debu ataukah
Gemerincing batu
Isyarat yang terpatah ataukah kedua matamu yang
Mengukir sendu?
Era Milyarni Tegal (Kalilangit, Horison)
d. Menulis Drama
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis drama.
Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) membaca teks drama, dan
(2) menulis teks drama.
Kegiatan membaca eks drama diharapkan memberikan pemahaman yang sama
tentang teks drama, utamanya unsur apa saja yang terdapat dalam (penulisan) teks
drama. Pemahaman itu diperlukan untuk membuka wawasan awal tentang unsur
pembentuk teks drama. Meskipun, contoh teks drama yang ditampilkan kurang
mewakili keberagaman teks drama, sekurang-kurangnya, secara konvensional, contoh
tersebut mewakili.
403
Setelah memahami teks drama, Anda diharapkan memilih topik tertentu yang
mmemungkinkan dikembangkan menjadi teks drama.
01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
02. Hana:
(Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?
03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana:
Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa
yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani,
Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan
oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini,
sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan
tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!
05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
07. Inu:
(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka
memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis),
miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina
secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh,
cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu
benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka
dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)
08. Hana:
09. Inu:
(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan
tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyumsenyum)
10. Jati:
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?
11. Inu:
12. Jati:
13. Inu:
14. Jati:
15. Inu:
16. Jati:
17. Inu:
18. Jati:
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!
19. Inu:
20. Jati:
(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami sedang
latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai! Hentikan
latihan gila-gilaan ini!
Dengan demikian, gerak alur terbentuk dari tiga bagian utama, yaitu situasi
awal (pemaparan), konflik, dan penyelesaiannya.
Lalu, penyajian pola dasar tersebut dilakukan dengan membaginya ke dalam
bagian-bagian yang disebut adegan dan babak. Kekhasan sebuah drama akan
tampak melalui penyajian cerita dalam susunan babak dan adegan. Dalam
menyusun babak dan adegan, penulis drama akan selalu menjaga kepaduan
serta keterjalinan bagian-bagian alur maupun keterjalinan semua unsur bentuk.
Inilah yang disebut kohenrensi cerita.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam drama memiliki ciri-ciri, seperti nama diri, watak, serta lingkungan
sosial yang jelas. Tokoh atau karakter yang baik harus memiliki ciri atau sifat
yang tiga dimensional, yaitu memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan
psikologis. Harymawan (1988: 25-26) menyebutkan bahwa rincian dimensi
fisiologis terdiri atas usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka;
dimensi sosiologis terdiri atas status sosial, pekerjaan (jabatan dan peranan di
dalam masyarakat), pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup
(kepercayaan, agama, dan ideologi), aktivitas sosial/organisasi, hobi dan
kegemaran, bangsa (suku dan keturunan); dimensi psikologis meliputi
mentalitas dan moralitas, temperamen, dan intelegensi (tingkat kecerdasan,
kecakapan, dan keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu).
Umumnya, tokoh-tokoh utama muncul di awal cerita, yaitu pada tahap
pemaparan. Hal itu dimaksudkan agar pembaca dan penonton dapat mengenali
mereka. Sepanjang cerita, tokoh-tokoh akan mempertahankan ciri-ciri mereka.
Kemudian, konflik tercipta akibat perbedaan yang terdapat di antara tokohtokoh, yang berupaya mewujudkan keinginan mereka. Perbedaan itulah yang
semakin lama semakin meningkatkan konflik dan berpuncak sebagai klimaks.
c. Latar: Ruang dan Waktu
Seperti alur dan tokoh, unsur ruang dan waktu juga mengikuti konvensi umum
yang didasari pada peniruan realitas kehidupan. Ruang dapat disisipi penulis
dengan petunjuk pementasan (kramagung, waramimbar, atau teks samping) dan
dialog, cakapan, atau wawancang. Ruang yang merupakan pijakan tempat
peristiwa terjadi umumnya jelas, menunjang lakuan drama, dan sesuai lingkup
cerita.
Konvensi waktu juga tunduk pada prinsip kepaduan dan kejelasan. Dalam
drama, waktu lakuan atau saat tokoh-tokoh bertindak adalah waktu kini,
sedangkan waktu cerita atau waktu waktu yang digunakan oleh para tokoh
dalam dialog mereka dapat berupa waktu lampau maupun waktu yang akan
datang. Waktu lampau terjadi, misalnya untuk menceritakan peristiwa-peristiwa
yang mereka alami, sementara waktu yang akan datang dapat digunakan untuk
menyampaikan rencana atau ramalan peristiwa yang akan terjadi.
407
d. Perlengkapan
Perlengkapan merupakaan unsur khas drama, yang dapat berupa objek atau
benda-benda yang diperlukan sebagai pelengkap cerita, seperti perlengkapan
tokoh, kostum, dan perlengkapan panggung. Perlengkapan (dalam kramagung
dan wawancang) selalu sesuai dengan keperluan cerita.
e. Bahasa
Bahasa dalam drama konvensional tunduk pada konvensi stilistika. Misalnya,
para tokoh melakukan dialog dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai
dengan lingkungan sosial mereka serta watak mereka. Selain itu, seorang tokoh
berkomunikasi dengan tokoh lainnya untuk menyampaikan suatu amanat.
Kemudian di antara mereka diharapkan terjadi dialog yang bermakna yang akan
menyebabkan cerita berkembang.
Setiap penulis naskah drama, misal Arifin C. Noer, Rendra, Putu Wijaya,
Motinggo Boesye, Wisran Hadi, Nano Riantiarno, Akhudiat, Afrizal Malna, memiliki
cara tersendiri yang berbeda dengan penulis lain dalam menghasilkan naskah drama.
Dan cara yang mereka miliki telah terbukti bahwa karya-karya mereka diterima oleh
masyarakat Indonesia. Di bawah ini disampaikan cara menulis naskah drama yang
disampaikan oleh Japi Tambayong (yang dikenal dengan nama Remy Silado). Tulisan
tentang hal ini pernah dimuat dalam harian Pikiran Rakyat, 10 September 1996, dengan
judul Menulis Naskah Drama dan Permasalahan Sekitarnya. Dalam tulisan itu
dikemukakan bahwa terdapat empat segi kualifikasi ketika menulis drama, yaitu (1) isi
dramatik, (2) bahasa dramatik, (3) bentuk dramatik, dan (4) struktur dramatik.
a. Isi dramatik
Premis dan tema menjadi unsur yang harus ada dalam penulisan naskah drama.
Dalam drama hendaknya berisi premis dan tema. Premis merupakan
permasalahan utama yang akan diangkat dalam cerita, tema merupakan
perwujudan premis, yaitu dengan memberikan jawaban atau pemecahan yang
bersifat menyimpulkan. Misal, premis takut pada wanita, temanya dapat
berupa pernyataan seorang lelaki yang takut pada istri langsung mencelakakan
orang lain. Berdasarkan premis dan tema di atas, isi dramatik dapat
dikembangkan. Dengan kata lain, kini saatnya mengembangkan premis dan
tema di atas ke dalam sebuah paragraf yang bagus.
b. Bahasa dramatik
Bahasa drama yang digunakan dapat prosaik, puitik, atau sosiologik. Jika dialog
disusun dengan kalimat-kalimat seperti layaknya karya sastra bergenre prosa
dan dengan melihat keseimbangan linguistik dan artistik, maka bahasa itu
prosaik. Jika dialog ditulis dengan berfokus pada versifikasi, seperti penataan
bait, larik, rima, dan irama, maka bahasa drama itu bersifat puitik. Jika dialog
disesuaikan dengan konteks, sehingga memungkinkan munculnya ragam dan
dialek bahasa Indonesia, maka bahasa drama itu bersifat sosiologik.
408
c. Bentuk dramatik
Yang menyangkut bentuk dramatik ialah ragam ekspresi, gaya ekspresi, dan plot
literer. Dalam drama konvensional, dikenal ragam ekspresi yang baku , misalnya
tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan farce (banyolan).
Gaya ekspresi menyangkut visi dan pandangan penulis, yang penuangannya
umumnya sesuai dengan paham atau aliran yang dianutnya, apakah realisme,
ekspresionisme, eksistensialisme, atau absurdisme. Penulis dapat memilih ragam
ekspresi yang sesuai dengan pandangannya, meskipun tidak tertutup
kemungkinan pandangannya itu justru memberontaki dari gaya ekspresi yang
ada dan tersedia.
Plot literer adalah plot yang terdapat dalam naskah drama. Plot yang ditulis
bukan plot yang diwujudkan oleh gerak eksternal maupun internal yang
dilakukan aktor di atas panggung. Jika penulis membuat plot secara kaitmengait dalam rangkaian episodenya, maka disebut plot episodik. Jika cerita
berjalan secara kronologis dan kaausal dari A menuju Z, maka disebut plot
sirkuler. Jika plot itu tidak berujung, melingkar dari A menuju A kembali atau X
menuju ke entah, disebut pula plot sirkuler.
d. Struktur dramatik
Struktur dramatik berkaitan dengan perkembangan dan kaitan antarkonflik
yang muncul, memuncak, dan berakhir. Dalam drama konvensional, struktur
dramatik seperti konvensi klasik plot menurut Aristoteles atau dapat juga yang
dikembangkan Gustav Freitag (Harymawan, 1988:18-20) yaitu eksposisi,
komplikasi, resolusi, klimaks, dan konklusi. Konklusi dalam tragedi disebut
katastrof (berakhir dengan kesedihan), sementara dalam komedi disebut
denumen (berkahir dengan kebahagiaan).
Perlatihan
a) Anda pasti sudah beberapa kali membaca cerpen (mungkin juga novel). Pilih
salah satu karya tersebut yang memiliki kemungkinan dipentaskan dengan
mempertimbangkan unsur-unsur drama. Ubahlah cerita yang sudah Anda baca
itu dalam bentuk dialog-dialog (drama)! Berilah beberapa keterangan
pementasan. Selamat mencoba!
b) Anda pernah membaca cerita rakyat atau dongeng, bukan? Pilih salah satu cerita
rakyat atau dongeng yang paling Anda sukai dan memungkinkan dipentaskan.
Buatlah naskah dramanya berdasarkan cerita rakyat atau dongeng tersebut.
Selamat mencoba!
e. Menulis Cerpen (Cerita Pendek)
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis cerita pendek.
Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) tentang cerita pendek, dan
(2) menulis cerita pendek.
409
Penceritaan (narasi) --- hemat dan ekonomis --- hanya ada dua/tiga tokoh, satu
peristiwa, satu efek bagi pembaca. Tapi satu kesatuan yang utuh dan lengkap --- dapat
dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya.
Dalam praktiknya, hanya satu saja yang dipentingkan cerpenis dalam karyanya, misal
alur atau plot cerita. Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen Seribu
Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam.
1). Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Misal, Raja mati = jalan cerita.
Raja mati karena sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik jalan cerita.
Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada
alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut adalah plot, yaitu segi rohaniah
dari kejadian. Kejadian akan berkembang = konflik.
Plot
pengenalan
timbulnya konflik
konflik memuncak
klimaks
pemecahan soal
Timbulnya konflik/terbitnya plot sering berhubungan dengan unsur watak atau tema,
bahkan setting. Segi yang paling menarik dari cerpen adalah plot ini. Sebagai bahan
pengayaan Anda, silakan baca cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi karya
Seno Gumira Adjidarma.
2). Tema
Ide sebuah cerita. Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai berikut.
tentang tema
Cerpen yang berhasil adalah yang menyajikan tema tersamar dalam seluruh elemenelemen. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema yang
terkandung dalam cerpen tersebut. Tema disampaikan secara tersembunyi. Tema
cerpen besar, umumnya, universal dan berlaku segala zaman. Sebagai bahan
pengayaan Anda, simak cerpen Nasihat Untuk Anakku karya Motinggo Busye.
3). Karakter
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya, menekankan
pada unsur perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada cerpen-cerpen Budi
Darma yang dimuat pada Horison. Beberapa ciri utama tentang karakter tersaji di
bawah ini.
g) kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik watak
tokoh utamanya
h) mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis
(cerpenis) dalam menghidupkan watak tokoh
i) pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi keseharian
Bagaim
ana
Tentang karakter
mengenali
karakter?
Untuk
mengenali karakter, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan seperti di bawah
ini.
Mengenali karakter
Sebagai bahan
pengayaan,
silakan Anda
baca cerpen-
412
413
7) Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, Idrus --- sederhana, enak diikuti,
tapi kaya dan padat dengan pengertian-pengertian,
8) Penulis hiburan (Marga T., Ashadi Siregar, Remy Silado) --- banyak dialog:
encer, ringan, lincah, kontemporer,
9) Umar Kayam dalam cerpen New York: dialog bahasa sehari-hari, sederhana
(Hemingway).
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen dua cerpen, yakni Seribu
Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam dan Lampor karya Joni
Ariadinata.
7). Suasana
Perhatikan beberapa kalimat kunci yang terkait dengan suasana di bawah ini.
1) cerpen ditulis dengan maksud tertentu
2) suasana dalam cerpen membantu menegaskan maksud pengarang
3) suasana merupakan daya pesona
4) suasana terbentuk jika pengarangnya mengarahkan ke sana ---: kematian,
misteri, ketakutan
lukisan letak rumah, keadaan sedemikan rupa,
lalu karakter-karakter yang misterius
5) Riyono Pratikto: seram --- misteri supranatural
6) harus dibedakan antara gaya pengarang dengan suasana
7) gaya berhubungan dengan tema, suasana tak terpisahkan dari tema
8) suasana milik khas sebuah cerita, gaya selalu kembali pada cerita
9) membaca cerpen terasa berbagai nuansa suasana
10) suasana bisa memperkuat tema, ide, dan maksud
11) cara membangun lewat: karakter, setting, simbol tertentu
12) baca dengan cermat terkait dengan suasana yang dibangun dalam cerpen
Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam!
Selanjutnya, di bawah ini disajikan sebuah cerpen lengkap. Simak cerpen yang
berjudul Perempuan Itu Bernama Surti ini sebagai bahan pengayaan.
Perempuan Itu Bernama Surti
Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang didongkolkan Somad sore itu.
Sesekali terdengar ia sedang berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Tangan kanannya
memegang beberapa lembar kardus yang masih tampak baru dan beberapa lembar tripleks bekas,
sementara tangan kirinya memegang tas. Ia berjalan menuju ke salah satu rumah petak di tepi
kali. Ia melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-paku pada kardus.
Apa yang sedang kau lakukan! tanya Tohir yang baru datang.
Tidak ada.
Mau buat apa?
Nggak.
Ada apa dengan kamu Somad? tanya Tohir dengan penuh keheranan.
Tidak ada.
414
Ada.
Rumah ini kita bagi dua!
Hah! kata Tohir agak kaget. Memangnya kenapa?
Tidak ada.
Tohir tidak bertanya lagi. Tohir segera membantu. Sambil membantu, Tohir mencuri-curi
untuk melihat ekpresi muka Somad. Selanjutnya tidak ada lagi pembicaraan seperti biasanya.
Pertemuan dua orang itu memang tergolong unik. Dari rumah petaknya yang sempit,
setiap pagi Tohir menjumpai seorang lelaki muda yang tidur dekat rumahnya. Tohir ingin menanyai
lelaki itu, tetapi selalu tidak berhasil. Tohir harus segera berangkat kerja pagi-pagi, dan lelaki itu
masih nyenyak tidur. Atau, kalau Tohir kesiangan, lelaki yang tidur di dekat rumahnya sudah tidak
ada. Suatu hari Tohir sengaja menunggui lelaki itu bangun dan akan menanyainya. Satu jam, dua
jam, hampir tiga, Tohir menunggu. Tohir berdiri, akan beranjak untuk meninggalkan lelaki itu, tapi
tiba-tiba lelaki itu menggeliat. Sebentar kemudian lelaki itu mengucek-ngucek matanya. Matanya
jelalatan ke sana ke sini. Lelaki muda itu sedang mencari sesuatu. Segera tangannya meraih tas
kain yang sudah kusut. Ia kelihatan celingukan ketika sadar di depannya ada orang lain.
Mencari apa? tanya Tohir, mengagetkan lelaki itu.
Tidak ada.
Masih ingin tidur. Tidur di dalam saja!
Tidak.
Kamu siapa?
Somad. Somad. Somad!
Kamu dari mana?
Ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dengan terpatah-patah, lelaki yang bernama Somad itu
menjelaskan dari mana asalnya, pekerjaaannya, hingga akhirnya tidur di dekat rumah Tohir.
Kalau begitu, kamu tinggal saja bersamaku!
Somad menatap lelaki kekar di depannya.
Tasnya ditaruh di dalam sana!
Somad bergerak mengambil tasnya lalu menaruhnya di dekat pintu rumah. Somad keluar
lagi. Aku mau kerja. Kamu di sini saja dulu. Besok-besok ikut aku. Kalau kamu mau, kamu bisa
bekerja di tempatku.
Tohir berjalan. Tidak lama, ia menoleh. Kamu punya uang untuk beli makan?
Ada.
Itulah mulanya. Sebulan berlalu. Somad mulai beradaptasi. Ia bisa bekerja apa saja. Di
pasar, ia bisa membantu Tohir; jadi kuli pasar. Bulan berikutnya berlalu. Gubuk kecil yang sempit
sudah berubah agak besar. Lumayan rapi dan kokoh. Somad mulai dikenal oleh penghunipenghuni gubuk-gubuk di tepi kali itu. Malam hari Somad pun tidak lagi selalu di rumah petak itu. Ia
bisa keluar ke mana saja.
Kalau kamu punya uang lebih ditabung. Jangan menyimpan uang di rumah kita. Titipkan
saja pada Pak Tomo atau siapa. Siapa tahu, suatu saat kamu ingin pulang kampung. Jangan
disimpan di dompet. Akan habis, kata Tohir pada Somad, setelah sekian bulan mereka tinggal
serumah.
Saya titipkan Barda.
Bukan aku tidak percaya Barda. Masalahnya Barda sama dengan kita. Suatu saat jika
ada penertiban, Barda bisa saja berpisah dengan kita. Hidup kita tidak menetap. Kamu mestinya
menitipkan kepada orang yang menetap. Kalau pun kita kena razia, uang itu suatu saat masih bisa
kita ambil kembali.
Somad mengangguk-angguk mengerti.
415
membukanya, ternyata pintu kamar tidak dikunci. Tak lama kemudian beberapa laki-laki masuk ke
dalam rumah. Terjadilah semuanya.
Somad, kenapa kamu tidak pernah bicara kepada kakakmu ini, kata Tohir ketika
mengunjunginya di sel polsek setempat, pagi harinya. Somad berkaca-kaca sambil sesekali
mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Kalau kamu ngomong sebelumnya bahwa kamu
berhubungan dengan Surti, mungkin tidak terjadi ini.
Saya tidak melakukannya. Mereka bohong!
Semua lelaki yang pernah ke jalan di pinggir kali itu mengenal Surti. Keinginan untuk
memiliki Surti bagi lelaki yang pernah tidur dengannya adalah kewajaran. Perempuan-perempuan
lain, pada mulanya iri pada Surti. Kadang di antara mereka ada yang mencoba melakukan hal-hal
yang buruk untuk mencelakai Surti. Tetapi jika diketahui oleh lelaki yang suka pada Surti, maka
perempuan yang usil itu justru akan celaka. Lelaki yang berlaku seperti itu banyak jumlahnya.
Tohir hanya salah satu di antaranya. Itulah alasannya mengapa lelaki harus berpikir seribu kali jika
ingin menikahi Surti.
Aku bawakan makanan dan pakaian.
Somad memandang laki-laki yang berada di depannya.
Rumah itu juga karena Surti? tanya Tohir.
Surti tidak mau baju kita gantian.
Hanya karena itu?
Surti mau saya mulai mandiri.
Somad, mandiri tidak berarti kamu harus begitu. Rumah itu milik kita. Kita saudara. Kamu
tidak bergantung saya, itu mandiri. Kamu makan dengan uang sendiri, itu mandiri.
Mereka membohongi saya.
Mudah-mudahan polisi segera menemukan pembunuh Surti.
Mereka bohong!
Saya tahu mereka bohong, tapi polisi tidak bisa menangkap mereka. Kamu yang pertama
datang ke rumah itu, mereka mencurigai kamu.
Mereka bohong!
Ini baru kecurigaan. Kalau kamu bisa membuktikan tidak bersalah, kamu akan bebas.
Saya tidak tahu.
Percayalah, polisi sedang mengumpulkan keterangan lain.
Mereka tidak senang saya mau menikahi Surti.
Tohir kaget juga mendengar jawaban Somad yang polos dan jujur. Tidak disangka bahwa
Somad telah melangkah sejauh itu dengan Surti. Surti masih muda, mungkin sebaya Somad. Dia
perempuan baik, setidak-tidaknya jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain yang
setiap malam berdiri di jalan di pinggir kali itu. Dia juga cantik, setidak-tidaknya untuk ukuran para
kuli pasar, pemulung, dan pekerja kasar lainnya. Sabar saja. Polisi masih terus mencari.
Kenapa mereka membunuh Surti. Ia orang baik.
Mungkin mereka punya masalah dengan Surti.
Surti tidak pernah menyakiti orang.
Mereka iri pada Surti.
Surti, Surti, kata Somad terbata-bata. Lelaki tanggung itu menangis. Dikucek-kucek
matanya. Tohir menarik napas.
Sekarang yang terpenting, kamu harus bisa tenang. Kalau ditanya Pak Polisi, jawab saja
yang jujur. Kamu harus bantu Pak Polisi.
Terima kasih. Maafkan saya.
Tohir mengangguk, lalu mencoba tersenyum.
417
d. Membangun konflik
Ketika peristiwa hadir bersambungan, kait-mengait, maka peristiwa itu secara
otomatis dibangun dengan prinsip kausalitas, yakni hubungan sebab-akibat.
Dengan demikian, konflik merupakan konsekuensi dari hubungan sebab-akibat
tersebut. Meski demikian, tetap diperlukan ada upaya bahwa konflik itu harus
dibuat logis dan menarik untuk diikuti oleh pembaca.
e. Mengakhiri cerita
Akhiri cerita dengan mengesankan! Itu barangkali pesan yang ingin dituangkan
oleh setiap penulis cerpen. Ada penulis cerpen yang akan menyusun kalimat
paling akhir dalam cerpennya. Kalimat itu dapat berupa simpulan atau
semacam kalimat mutiara yang disarikan dari cerpen yang dibangunnya. Ada
pula penulis yang membiarkan cerpennya dengan dialog yang menggantung.
Ada pula penulis yang mengakhiri cerpennya dengan gaya penceritaan yang
memberikan ruang renungan.
f. Menyunting
Ketika cerpen selesai ditulis, maka penulisnya akan menjadi orang lain, yakni
pembaca pertama cerpen tersebut. Maka menyunting adalah pekerjaan pertama
yang dilakukan penulis sesaat setelah tulisannya berhasil diakhiri. Penyuntingan
dapat dibedakan atas penyuntingan isi dan bentuk. Isi terkait dengan topik yang
dikembangkan, bentuk terkait dengan cara mengungkapkan dan penulisan.
Perlatihan
a) Pilih sebuah topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi cerpen!
b) Buat kerangka cerpen (Anda dapat menuliskan peristiwa-peristiwa utama atau
alur cerita yang akan Anda bangun)!
c) Kembangkan peristiwa atau alur tersebut menjadi cerpen yang utuh!
d) Baca ulang cerpen Anda (pada tahap ini, belajarlah untuk menjadi pembaca yang
kritis atau penyunting)!
e) Mintalah kepada teman untuk membaca cerpen Anda dan memberikan masukan
serta tanggapan!
f) Selamat mencoba!
e. Menulis Kritik dan Esai
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis kritik dan esai.
Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) membaca kritik dan esai,
dan (2) menulis kritik dan esai.
Pada subtopik membaca kritik dan esai diharapkan memudahkan penyamaan
persepsi tentang jenis tulisan ini. Tulisan jenis ini banyak ragam pengembangannya.
Contoh yang hanya satu, tentu tidak cukup mewakili keberagaman jenis tulisan ini.
419
namun, setidaknya contoh tadi dapat memberikan gambaran awal tentang unsur (atau
bagian) apa saja yang seyogyanya ada dalam tulisan jenis kritik dan esai.
Selanjutnya, Anda diharapkan membaca dan mencermati tahapan menulis kritik
dan esai dalam subtopik ini. Diskusikan dengan teman sesame guru, jika ada bagian
yang kurang dapat dipahami. Selamat mencoba!
1) Membaca Kritik dan Esai
Dalam Kamus Elektronik, kritik (n) berarti kecaman, kadang-kadang disertai
uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan
sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan kritik sering disebut kritikus. Kritikus (n)
adalah (1) orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang
baik-buruknya sesuatu; (2) orang yang memberikan pertimbangan (pembahasan)
tentang baik buruknya sesuatu.
Esai adalah karangan yang berisi analisis atau tafsiran, biasanya dipandang
secara pribadi atau terbatas. Orang yang melakukan esai disebut esais, yaitu penulis
esai.
Simak tulisan berikut ini.
Pulang Kembali ke Blora:
Mengenang Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo
(5 Februari 1940 23 Februari 2001)
oleh Jack Parmin
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Begitulah kira-kira kalimat yang tepat mengiringi kepergian Sang Guru Besar Sastra Lisan ini untuk
selama-lamanya, menghadap Ilahi. Sepenggal sajak di atas diambil dari sajak Amir Hamzah yang berjudul
Padamu Jua. Begitulah pada akhirnya, semua manusia akan kembali pulang, dan tak akan pernah
kembali. Beristirahatlah Profesor, di sana damai itu ada. Ke Blora, sebagai tanah lahirnya, Doktor Kentrung
ini bersemayam, sebagaimana pesan wasiat yang disampaikannya sebelum ajal itu menjemputnya.
Ada banyak yang patut dicatat dari perjalanan hidup ahli folklor humanistik ini. Tulisan pendek ini
hanya mengungkap secuil catatan tentang almarhum sebagai penyair. Beberapa kumpulan sajak telah
dihasilkan Suripan Sadi Hutomo, salah satunya adalah kumpulan sajak Hartati yang diterbitkan oleh Dioma
Malang tahun 1988. Kumpulan sajak ini menjadi menarik sepeninggal penyairnya, karena pada halaman
persembahan buku tersebut tertulis: kepada blora dan jiwanya. Kecintaan penyair luruh penuh pada tanah
kelahirannya: Blora. Tak terhalangi oleh apa pun.
Diksi Kampung Yang Khas
Membaca kumpulan sajak ini, melalui diksi, pembaca serasa diajak memasuki wilayah
perkampungan. Tiba-tiba, bagi pembaca yang lahir dari kampung (terutama Jawa), serasa berada di
rumahnya sendiri. Akrab dan tak berjarak. Simak sajak yang dijadikan judul kumpulan ini!
420
Hartati
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Adas pulasari brambang
Ini bukan sekadar angan-angan
Sebab daun sambirata
Buat pengobat sakit jiwa
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Aduh, aduh
Hatiku sudah berlabuh
1976
Kali pertama membaca judul sajak ini, mungkin pikiran pembaca akan tertuju pada seorang gadis
manis. Bisa jadi jika tidak berhati-hati, maka pembaca akan/telah terjebak. Hartati sesungguhnya
merupakan kata yang dipakai untuk sasmita manis dalam tembang dhandhanggula. Dhandhanggula
berwatak manis, luwes, dan memukau. Jenis tembang ini sesuai untuk menggambarkan berbagai hal atau
suasana. Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang dan gula. Dhandhang berarti: 1) burung gagak, 2)
alat untuk menyungkal, 3) jelas sekali, dan 4) mengharap supaya... Dari keempat arti di atas yang paling
tepat adalah mengharap supaya...(ngajab). Gula berarti gula, mengisyaratkan makna manis,
menyenangkan (ngresepake) atau baik. Dengan demikian dhandhanggula berarti mengharap supaya baik
dan menyenangkan. Dhandhanggula sangat tepat untuk melahirkan perasaan yang menyenangkan, untuk
melahirkan ajaran-ajaran yang baik, serta melahirkan rasa kasih.
Kumpulan sajak ini dimulai dengan sajak Hartati. Makna siratan dari sajak pertama, yang secara
langsung maupun tidak, adalah pengharapan akan sesuatu yang baik. Pengharapan seorang Suripan Sadi
Hutomo yang dibesarkan dari dan oleh kampung (Jawa) tentang banyak hal, terutama kebaikan bagi
kampung halaman. Maka sajak yang mengambil judul sasmita tembang macapat itu menjadi ruh dari
keseluruhan sajak-sajak yang terkumpul di dalamnya.
Magnes-Soeseno mengatakan bahwa tolok-ukur pandangan dunia bagi orang Jawa adalah nilai
pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu, yaitu ketenangan, ketentraman, dan
keseimbangan batin. Maka pandangan dunia akan kelakuan dalam dunia tidak dapat dipisahkan
seluruhnya. Keyakinan-keyakinan deskriptif orang Jawa terasa benar sejauh membantu untuk mencapai
keadaan batin di atas. Bagi orang Jawa, suatu pandangan dunia dapat diterima jika semua unsur-unsurnya
mewujudkan suatu kesatuan pengalaman yang harmonis, jika unsur-unsur itu cocok satu sama lain (sreg)
dan kecocokan itu merupakan suatu kategori psikologis yang menyatakan diri tidak adanya ketegangan
dan gangguan batin.
421
Terasa sekali bahwa kebutuhan batin lebih dominan dibanding yang lain. Sedang kebutuhan batin
adalah ketentraman dan tanpa gangguan, maka jika hanya itu yang dibutuhkan, tak ada yang lain. Tak juga
ada materi yang berlebihan. Kesederhanaan menjadi pilihan hidup. Demikianlah yang terjadi pada penyair
ini.
Sebagai seorang seniman, kata Tengsoe Tjahjono, Suripan Sadi Hutomo sangat sederhana
sosoknya. Bahkan sebagai seorang doktor, ia juga masih sangat sederhana. Tak ada perabot berlebihan di
rumahnya. Berkunjung ke rumahnya, seseorang akan langsung dihadapkan pada kekayaan luar biasa
yang dimiliki penyair berupa Pusat Dokumentasi Sastra Suripan Sadi Hutomo. Kesederhanaan adalah
pilihan hidupnya, itu pula yang mewarnai kumpulan sajak ini.Tema yang diambil sederhana, dipadu dengan
bunyi yang akrab dan sederhana. Diksinya pun sederhana, menjadi begitu dekat dan akrab dengan orang
desa (kampung).
Secara keseluruhan, kumpulan sajak ini memuat sajak antara lain Hartati, Si Kikir, Ke Blora,
Sebuah Sungai, Ki Ajisaka, Bukit, Tri, Curut, Hari Ini, Rempuyang, Kita, Uwi, Terong Glatik,
Gergaji, Kilang Minyak, Kesetiaan, Sebentar, Kolang Kaling, Lalijiwa, Legundi, dan Kecipir.
Dari keseluruhan sajak tersebut kemudian ditambah dengan lima sajak lainnya. Sebuah sajak yang
berjudul Barangkali muncul dalam tulisan D. Zawawi Imron Suripan Sadi Hutomo Penyair Beras Kencur
yang disertakan dalam kumpulan ini. Empat sajak yakni Sepanjang Kanal, Kuingat Jalan Batu, Stanza
Blora, Bulan Tertikam Kali Lusi muncul dalam tulisan Setya Yuwono Sudikan Kampungan, Sajak-Sajak
Suripan Sadi Hutomo yang juga disertakan dalam kumpulan sajak ini.
Membaca sebagian besar judul sajak Suripan Sadi Hutomo, mengingatkan seseorang akan
kampung yang jauh dari kebisingan metropolis. Idiom serta simbol yang dipakai penyair memberi nuansa
kampung. Diksi daun kemangi, daun turi, adas pulasari, brambang, lumbu, rambut jagung, sungai,
dandang, blumbung, nagasari, air cebokan, rempuyang, daun sente, duri bandotan, uwi, gembili,
kecubung, grabah, kolang-kaling, dawet, lalijiwa, legundi, dan kecipir adalah diksi yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari di kampung. Kecenderungan Suripan Sadi Hutomo memilih diksi yang ndesani tidak
terlepas dari keberadaan penyair yang akrab dengan kehidupan kampung (desa). Keakrabannya dengan
tanah kelahirannya membuat diksi yang dipilih tidak terkesan dipaksakan untuk ada. Diksi tersebut hadir
bersama ruhnya.
Rempuyang
Rempuyang cabe dalam bungkus daun sente
Pohon ganyong di kebun rumah kita
Dalam pagar tumbuhan pohon rawe
Kita mufakat untuk seia sekata
Demikian jika pohon kelor itu
Buat obat mata yang rebun tuju
Akan juga baik
Pohon meniran dan babakan pule
Batu padas gunung gamping
Akar ilalang dan daun remujung
Sembilan bulan dalam kandungan ibu
Dunia adalah sarang burung
422
423
7) Apakah tindakan para karakter itu dapat dipahami (mungkin terjadi, atau
masuk akal) dalam cerita itu?
Plot
8) Konflik apa (internal atau eksternal) yang sangat mempengaruhi karakter
utama?
9) Bagaimana suspensi dibangun dalam cerita itu?
10) Apa klimaks cerita itu?
11) Apakah plot mengikuti pola yang lazim dalam fiksi?
Setting
12) Apa pengaruh setting pada karakter dalam cerita itu?
13) Apakah setting memperluas pemahaman Anda tentang sebuah tempat atau
waktu?
14) Apakah setting itu baru dan menantang?
Gaya Penulisan
15) Apakah gaya penulisan (frase deskriptif, imaji-imaji, dan sebagainya)
membangun kesan dan nada keseluruhan cerita sesuai dengan tema yang
dipilih?
16) Apakah dialognya efektif? Beri contoh dengan kutipan.
17) Apakah ada simbol lain yang memberi nilai lebih pada cerita itu?
18) Apakah pemakaian gaya bahasa (metafora, simile, dan sebagainya) efektif?
Panduan di atas hanya sebuah cara untuk memulai. Panduan itu juga bukan kata
kunci yang harus diikuti. Namun demikian, sekurang-kurangnya Anda dapat memulai
menulis dengan panduan tersebut. Selamat mencoba.
Perlatihan
Setelah mencermati contoh tulisan di atas, Anda memasukkan tulisan di atas ke dalam
bentuk kritik atau esai? Beri argumentasi atas pilihan Anda tersebut!
DAFTAR PUSTAKA
426
Model Pembelajaran
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
---------. 1999. Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom, Washington
DC: National Research Council.
Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung:
Kaifa.
Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis. Jogyakarta:
Insist dan Read Book.
Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang: IKIP
Semarang Press.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
429
C.
Media Pembelajaran
Asesmen
Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of teacher decision
making. Marwah: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and
assessing. New York:
430
Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New York. The Free
Press.
Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White Plains,
NY: Pearson Education, Inc.
Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education (third edition).
London: Routledge.
Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia
Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York: NewViewpoints.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction. New York:
Macmillan College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science of assessment.
Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil pada tanggal 27 September
2002 dari http://www.nap.edu
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf
Publishing Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional, 2006. Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: KluwerNijhoff Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the ReadingWriting Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of Testing. New
York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
_____. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.
E.
432
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University Press.
Mettetal, Gwyn.The What, Why, and How of Classroom Action Research, JoSoTL
Volume 2 Number 1, 2001. pp
Nur, Mochamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan
Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher Development Project) IBRD Loan
No. 3979-Ind.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wardani, I. G. A. K, Wilhardit, K. & Nasution, N. 2004. Penelitian Tindkaan Kelas. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Bab V: Materi Bahasa Indonesia
A. Berbicara
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Leech, G. 2003. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M. D. D. Oka. Jakarta: UI Press.
Novia, Asri. 2011. Lancar Pidato dan MC. Yogyakarta:Buku Pintar.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Surya, Sutan. 2009. Wawancara. Yogyakarta: Elmatera.
B. Membaca 1
Akhadiah, S. dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Lima Tahun Merokok, Kena Hipertensi . Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012, hlm.29
Kutu Loncat Bukan Tidak Loyal. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 44.
433
434
Wisanggeni, Aryo dan Samuel Oktora. 2012. Beginilah Tangan Petenun ... dalam
Kompas, Minggu, 13 Mei 2012, hlm. 26.
B. Membaca 4
Ragam Bahasa. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa. Diunduh pada
Senin, 14 Mei 2012, pukul 13.45.
Kompas. 13 Mei 2012. Klasika. Hlm. 28
Kompas. 13 Mei 2012. halaman 9.
C.
Menulis
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwi, Hasan. (Editor). 2001. Paragraf: Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_____ . 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Media
Abadi.
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario & Laku. Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman. Bandung: Kaifa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
435
Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
Doyin, Mukh. dan Ida Zuleha. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan Petunjuk: Bahan
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
_____ . 2003. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para Calon Penulis
Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung: Mizan Learning
Center (MLC).
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah: Prinsip-prinsip
Dasar, Langkah-langkah, dan Implementasinya. Surabaya: Lembaga Penerbitan FBS
Unesa.
Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores: Penerbit
Nusa Indah.
Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia.
_____ . 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik: Teori dan
Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: Penerbitan UMM Malang.
Parmin, Jack2005. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Decentralized Basic Eduaction Project.
436
_____ . 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII. Surabaya:
Penerbit Edumedia.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FBS Unesa.
Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sampurna, Adi. 2003. Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Santoso, Anang. 2004. Pengembangan Keterampilan Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi
Guru SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Siregar, Ashadi, dkk. 2002. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y) dan
Kanisius.
Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Soehoet, A.M.H. 2003. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Yayasan Kampus
Tercinta-IISIP.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik.
Bandung: penerbit Nuansa.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1996. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Suyatno, dkk. 2004. Belajar Jurnalistik dari Nol. Surabaya: UNESA University Press.
Yulianto, Bambang. 2007. Mengembangkan Menulis Teknis. Surabaya: Penerbit Unesa
University Press.
D.
Berbicara Sastra
437
Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru dan YA3
Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang Sastra.
Jakarta: Intermasa.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-Flores: Nusa
Indah.
Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis dalam
Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT Hanindita.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
E.
Membaca Sastra
Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru dan YA3
Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Ismail, Taufik. Beri Daku Sumba
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang Sastra.
Jakarta: Intermasa.
438
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Rangkuti, Hamsad. 2001. Ketika Lampu Berwarna Merah. Jakarta: Gramedia.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-Flores: Nusa
Indah.
Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis dalam
Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT Hanindita.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Yatman, Darmanto. 1968. Sepenuhnya Karena Ia Anakku. Horison. No 3 Th III, Maret
1968.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
F.
Menulis Sastra
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_____. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Aspahani, Hasan. 2007. Menapak ke Puncak Sajak: Jangan Menulis Puisi Sebelum Baca Buku
Ini. Depok: Penerbit Koekoesan.
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario & Laku. Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia.
Bachmid, Talha. 1990. Semangat Derison dalam Drama Kapai Kontemporer: Telaah
Bandingan Dua Lakon Kapai Kapai Karya Arifin C. Noer dan Badak Badak Karya
Eugene Ionesco. Disertasi pada Program Pascasarjana UI. Tidak Diterbitkan.
439
Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman. Bandung: Kaifa.
Chaniago, Darwin S.. 1997. Berbalas Pantun Remaja. Bandung: Pustaka Setia.
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Grafiti.
Darma, Budi, 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para Calon Penulis
Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung: Mizan Learning
Center (MLC).
Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap.
Yogyakarta: Sabda Media.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Parmin, Jack. 2005a. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Decentralized Basic Eduaction Project.
_____. 2005b. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII. Surabaya:
Penerbit Edumedia.
_____. 2007a. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
440
_____. 2007b. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____. 2010. Cerpen, Novel, dan Drama. Dalam Modul Continuing Education: Mapel
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Guru SMK. Surabaya: JBSI FBS Unesa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarya: Gajah Mada University
Press.
Redaksi Balai Pustaka. 1998. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.
Rumadi, A. 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo.
Sumardjo, Jakob. 2004. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
_____. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.
Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.
Sylado, Remy. 1996. Menulis Naskah Drama dan Permasalahan Sekitarnya. Dimuat
dalam Harian Pikiran Rakyat, 10 September.
Tjahjono, Tengsoe. 2002. Menembus Kabut Puisi. Malang: Dioma.
_____. 2010. Mendaki Gunung Puisi: ke Arah Kegiatan Apresiasi. Malang: Bayumedia
Publishing.
Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Penerbit Angkasa.
Toha-Sarumpaet, Riris K. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: Catatan Mengolah Cinta. Jakarta:
Grasindo.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi, Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.
LEMBAR ASESMEN
A. Kisi-Kisi Ujian Kompetensi Awal Mapel Bahasa Indonesia
441
Kompetensi
Inti Guru
(Standar
Kompetensi)
1. Mengungkapkan
secara lisan
wacana
nonsastra
No.
Soal
1.2 Menggunakan
wacana lisan untuk
presentasi laporan
dan pidato
3
4
1.3 Menggunakan
wacana lisan untuk
diskusi
7
2. Mengungkapkan
wacana
tulis
nonsastra
10
11
12
13
14
14
15
17
18
19
20
21
22
Indikator Esensial
1.1.1 Disajikan penggalan teks wawancara, guru dapat
menentukan jenis pertanyaan yang cocok dengan
kutipan
1.1.2 Disajikan sebuah pertanyaan untuk wawancara,
guru dapat menentukan jawaban yang harus
disampaikan narasumber dengan benar
1.2.1 Disajikan penggalan pidato, guru dapat memilih
kalimat yang tidak sesuai dengan konteksnya
1.2.2 Disajikan penggalan pidato, guru dapat
menentukan jenis komponen pidato yang sesuai
dengan penggalan tersebut
1.2.3 Disajikan sebuah konteks berpidato, guru dapat
menentukan kalimat pembuka/penutup pidato
yang benar
1.3.1 Disajikan pernyataan yang disampaikan dalam
diskusi, guru dapat menentukan pernyataan
persetujuan atau tidak persetujuan yang tepat
1.3.2 Disajikan sebuah konteks diskusi, guru dapat
memilih komponen diskusi yang seharusnya ada
2.1.1 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan surat
dinas, guru dapat menentukan pembuka surat
yang tepat
2.1.2 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan surat
dinas, guru dapat menentukan penutup surat
yang tepat
2.1.3 Disajikan konteks pembuatan surat pribadi, guru
dapat menentukan isi surat pribadi yang santun
2.1.4 Disajikan konteks kelembagaan pembuat surat,
guru dapat memilih penulisan kepala surat yang
tepat
2.1.5 Disajikan konteks kebutuhan menulis memo dari
seorang pejabat, guru dapat memilih kalimat isi
memo yang tepat
2.2.1 Disajikan sebuah berita , guru dapat menentukan
kelemahan penulisan berita tersebut
2.3.1 Disajikan sebuah slogan, guru dapat menentukan
kelemahan slogan tersebut
2.4.1 Disajikan tema sebuah karangan, guru dapat
menentukan komponen isi karangan secara tepat
2.4.2 Disajikan sebuah kutipan dari buku yang disertai
dengan identitas buku, guru dapat menentukan
kutipan yang tepat
2.4.3 Disajikan identitas tiga buku, guru dapat
menuliskan daftar pustaka secara tepat
2.4.4 Disajikan sebuah konteks penulisan karya ilmiah,
guru dapat menentukan penulisan judul yang
tepat
2.4.5 Disajikan penggalan karya ilmiah, guru dapat
menentukan penggalan tersebut termasuk dalam
komponen apa
2.5.1 Disajikan sebuah paragraf yang bagian awalnya
dirumpangkan, guru dapat memilih kalimat yang
tepat mengawali paragraf
2.5.2 Disajikan sebuah paragraf yang bagian akhirnya
dirumpangkan, guru dapat memilih kalimat yang
tepat mengawali paragraf
2.5.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat menentukan
442
23
24
25
3. Memahami
wacana
nonsastra
26
27
28
29
4. Membacakan dan
membawakan karya
sastra
5. Memahami
ragam teks
sastra
30
3.3 Membedakan
antara fakta dan
opini dalam teks
32
34
37
38
39
31
33
35
36
40
41
42
43
44
45
5.2 Memahami unsurunsur cerita pendek
46
443
atau novel
47
48
49
50
51
52
53
54
55
6. Mengekspresikan
pikiran,
perasaan,
dan
pengalaman
melalui
karya sastra
56
57
58
6.2 Menulis dongeng
59
60
61
6.3 Menulis puisi bebas
62
63
64
65
66
67
68
6.6 Menulis kritik dan
esai
69
70
7.
Memiliki
71
yang disediakan
5.2.2 Guru dapat menganalisis watak tokoh dengan
tepat berdasarkan kutipan cerpen atau novel
yang disediakan
5.2.3 Guru dapat menentukan latar cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
5.2.4 Guru dapat menentukan sudut pandang cerita
pendek atau novel dengan tepat berdasarkan
kutipan yang disediakan
5.2.5 Guru dapat menentukan alur cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan kutipan
yang disediakan
5.2.6 Guru dapat menentukan pesan cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
5.3.1 Guru dapat menentukan alur drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
5.3.2 Guru dapat menentukan pesan drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
5.3.3 Guru dapat menentukan tema drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
5.3.4 Guru dapat menentukan latar drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
6.1.1 Disajikan sebuah pantun, guru dapat memilih
dengan tepat pantun yang sejenis
6.1.2 Guru dapat melengkapi pantun dengan tepat
berdasarkan isi atau sampiran pantun yang
disajikan
6.1.3 Guru dapat melengkapi pantun dengan rima yang
tepat dari pantun yang dirumpangkan
6.2.1 Guru dapat menyusun kembali dongeng dengan
urutan yang tepat berdasarkan kutipan dongeng
yang kalimat-kalimatnya diacak
6.2.2 Guru dapat melengkapi dongeng dengan latar
yang tepat berdasarkan kutipan dongeng yang
dirumpangkan
6.2.3 Guru dapat menentukan tokoh dongeng dengan
tepat berdasarkan dongeng yang dirumpangkan
6.3.1 Guru mampu menyusun kembali puisi dengan isi
yang tepat berdasarkan kutipan puisi yang lariklariknya diacak
6.3.2 Guru mampu menyusun rima dan isi puisi yang
tepat berdasarkan kutipan puisi yang
dirumpangkan
6.4.1 Guru menyusun dialog drama dengan tepat,
berdasarkan ilustrasi yang disajikan
6.4.2 Guru melengkapi keterangan keterangan lakuan
drama, berdasarkan dialog yang disajikan
6.5.1 Guru dapat menyusun kembali alur cerpen dengan
urutan yang tepat, berdasarkan kutipan cerpen
yang kalimat-kalimatnya diacak
6.5.2 Guru dapat melengkapi cerpen dengan latar yang
tepat berdasarkan kutipan cerpen yang
dirumpangkan
6.5.3 Guru dapat menentukan tokoh cerpen dengan
tepat berdasarkan cerpen yang dirumpangkan
6.6.1 Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, guru dapat
menulis isi kritik
6.6.2 Guru bisa memilih tulisan kritik yang bahasanya
santun
7.1.1 Setelah disajikan sebuah KD menyimak guru
444
kompetensi
pedagogis,
pembelajara
n Bahasa
Indonesia
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
menyimak yang
mendidik
72
73
74
75
76
77
78
7.3 Menyusun RPP,
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
membaca yang
mendidik
79
80
81
82
83
84
85
86
8.
Memiliki
kompetensi
pedagogis
pembelajara
n Sastra
Indonesia
(puisi, prosa
fiksi, dan
drama)
87
88
89
90
91
92
93
94
445
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
membaca unsur dan
nilai karya sastra
yang mendidik
8.4 Menyusun RPP,
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
menulis unsur dan
nilai karya sastra
yang mendidik
95
96
97
98
99
100
B.
Tingkat Pendidikan
Mata Pelajaran
446
Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat mengukur
semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan
berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan menulis. Akibatnya, kompetensikompetensi pada keterampilan mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur.
Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN adalah dunia
lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para siswa. Dunia lain berarti
dunia maya dalam situs internet atau dunia makhluk halus, seperti dalam acara
Uka-uka di televisi.
Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat mengukur
semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan
447
berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan menulis. Akibatnya, kompetensikompetensi pada keterampilan mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur.
Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN adalah dunia
lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para siswa. Dunia lain berarti
dunia makhluk halus, seperti yang tersaji dalam acara uka-uka di televisi.
LOWONGAN KERJA
Dibutuhkan segera seorang tenaga teknisi Komputer
Minimal tamat SMA sederajat jurusan IPA
Lamaran dialamatkan ke PO BOX 008 Surabaya
Paling lambat 2 minggu setelah iklan ini diterbitkan
Kalimat pembuka yang tepat untuk surat lamaran pekerjaan berdasarkan iklan di
atas adalah ...
A. Memenuhi iklan yang Bapak muat pada harian Jawa Pos, saya bermaksud
mengisi lowongan kerja tersebut.
449
B. Sehubungan dengan iklan Bapak yang dimuat pada harian Jawa Pos, 13
Maret 2009 dengan ini saya .....
C. Melalui surat ini saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk memenuhi
lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.....
D. Berdasarkan iklan Bapak yang dimuat pada tanggal 13 Maret 2009 saya
mengajukan lamaran pekerjaan untuk .....
E. Saya telah membaca iklan yang Bapak pasang. Saya tertarik dengan iklan
tersebut, sehingga
9. Cermati kalimat penutup surat lamaran pekerjaan yang tidak tepat berikut.
Atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Perbaikan kalimat penutup surat lamaran pekerjaan tersebut adalah .
A.
B.
C.
D.
E.
10. Pada tubuh surat pribadi terdapat pembuka, isi, dan penutup surat. Isi surat
pribadi yang santun adalah .
A. Akhir bulan ini aku tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus diselesaikan.
Untuk itu, aku minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang bulanannya.
B. Akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang bulanan
ananda.
C. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang bulanan
ananda.
D. Pada akhir bulan ini aku gak dapat pulang, banyak tugas dan kerjaan yang harus
segera diselesaikan. Untuk itu, uang yang biasanya dikirim saja ya.
E. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda mohon Ibu dan Bapak berkenan mengirimkan uang
bulanan ananda.
11. Di bawah ini disajikan penulisan kepala surat tanpa logo institusi. Penulisan kepala
surat yang tepat adalah .
A. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
450
12. Kepala sebuah sekolah mengundang dewan guru untuk mengadakan rapat rutin
sekolah, tetapi tiba-tiba ada undangan rapat di dinas pendidikan kota setempat
dalam waktu yang bersamaan. Ia meminta wakil kepala untuk memimpin rapat
rutin sekolah.
Kalimat memo yang tepat untuk hal itu adalah di bawah ini.
A. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada undangan rapat
dinas di dinas pendidikan kota.
B. Pak Andi tolong memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya menghadiri
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
C. Pak Andi tolong pimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada undangan rapat
dinas di dinas pendidikan kota.
D. Pak Andi besuk wakili saya untuk rapat di sekolah ya. Masalahnya saya harus datang di
rapat lain, yakni rapat di dinas.
E. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah, besuk karena saya menghadiri
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
15. Sebuah karangan dengan tema pembelajaran aktif dan menyenangkan membantu
penguasaan kompetensi siswa. Isi yang akan dibahas dalam karangan tersebut
adalah .
A. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, model-model pembelajaran aktif,
contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
B. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, sejarah perkembangan pembelajaran
aktif, model-model pembelajaran aktif, guru aktif bagi pembelajaran aktif.
452
C. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, guru sebagai aktor utama di kelas,
contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
D. Sejarah perkembangan pembelajaran aktif dan menyenangkan, model pembelajaran
aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan pembelajaran
aktif.
E. Tentang pembelajaran di sekolah, kebiasaan kurang baik dalam pembelajaran di
sekolah, siswa yang kurang aktif dan responsive dalam pembelajaran teoretis.
16. Didik Kumaidi dalam bukunya yang berjudul Aku Bisa Menulis yang terbit tahun
2008 halaman 44 mengutip pendapat Lukman Haqani seperti di bawah ini.
Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang
atau pendapat seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku, surat kabar,
majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat
pendapat penulisnya (Haqani, 2004: 50).
Jika Anda mengutip pendapat Haqani dari teks di atas (buku Didik Kumaidi) tanpa
membaca buku aslinya, penulisan kutipan yang benar adalah
A. Kumaidi (dalam Haqani, 2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam
kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
B. Kumaidi (2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat atau
pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
C. Haqani (2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat atau
pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
D. Haqani (dalam Kumaidi, 2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam
kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
17. Sebuah buku berjudul Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Jalan Yodkali No. 16
453
Bandung pada Mei 1996. Editor buku tersebut adalah Yudi Latif dan Idi Subandy
Ibrahim. Pengarang buku tersebut beramai-ramai, di antaranya Ariel Heryanto,
Daniel Dhakidae, Dede Oetomo, Ignas Kleden, Jalaluddin Rakhmat, serta Taufik
Abdullah.
Penulisan daftar rujukan yang benar adalah .
A. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
B. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
C. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik
Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
D. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik
Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
E. Latif, Yudi. (dkk.). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
18. Anda akan menulis judul penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah Anda adalah
siswa kesulitan dalam menulis puisi. Dalam PTK tersebut Anda menemukan
pemecahan masalah yakni melalui Teknik Respon Alam. Penelitian ini Anda
lakukan di kelas VIII-B.
Judul penelitian yang benar adalah .
A. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Tahun
Pelajaran 2011-2012 dengan Menggunakan Teknik Respon Alam.
B. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP tahun
pelajaran 2011-2012 dengan menggunakan teknik respon alam.
C. UPAYA PENINGKATAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
D. UPAYA MENINGKATKAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
E. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan
teknik respon alam pada tahun 2012.
B.
C.
D.
E.
Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan pada paragraf
di atas adalah .
A. Dengan demikian penyuntingan penting dilakukan oleh penerbit buku tersebut.
B. Hal itu mengisyaratkan bahwa penyuntingan karya tulis ilmiah penting.
C. Jadi, penulis harus melakukan penyuntingan terhadap karyanya sebelum orang lain.
455
456
mendapat mengambil simpulan yang sama dengan apa yang diinginkan oleh penulis
buku itu, dan penyunting berada di antaranya.
25. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kegramatikalan. Kalimat di bawah ini kurang
ciri tersebut. Cermati kalimat di bawah ini.
Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya.
Perbaikan kalimat di atas adalah di bawah ini.
A. Keterampilan ini diperlukan agar supaya dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya.
457
B. Keterampilan ini diperlukan agar senantiasa dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya.
C. Keterampilan ini diperlukan agar siswa dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya.
D. Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya dengan baik.
E. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya dengan baik.
26. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan
kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua. Belakangan, ancaman dari keganasan laut
serta penambangan pasir itu secara per;ahan bisa diredam. Ini semua berkat uapaya Pemda
Merauke yang mulai menyulap titik-titik penambangan menjadi kolam ikan.
Kalimat pokok paragraf tersebut adalah ...
A. Gerusan abrasi sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan pantai Merauke
di Provinsi Papua.
B. Penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan pantai
Merauke di Provinsi Papua.
C. Ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara per;ahan bisa
diredam.
D. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir menjadi sumber utama kerusakan kawasan
pantai Merauke.
E. Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap titik-titik penambangan
menjadi kolam ikan.
27. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan, Kecamatan
Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan yang
hingga kini belum terealisasi. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah
bertransmigrasi selama 47 tahun. Warga berencana memasang patok sendiri di lahan
bermasalah tersebut. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan
Desa Transmigrasi Swakarsa Mandiri
Kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf adalah ...
A. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan
mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan.
B. Penyelesaian masalah lahan hingga kini belum terealisasi padahal sudah 47 tahun.
C. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah bertransmigrasi selama 47
tahun.
D. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri.
E. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri.
458
28. Desa Cikurai terletak di seberang Sungai Kurai. Desa ini berbatasan dengan Desa
Sindangpacul. Tiap pagi, simponi alam mengiringi derap langkah anak ke sekolah dan
para petani ke sawah. Seakan tidak mengenal lelah, kicauan burung dan tiupan angin
sawah senantiasa memermaikan desa yang dihuni sebanyak 33 kepala keluarga.
Ide pokok paragraf tersebut adalah ....
A. Desai Cikurai di seberang sungai
B. simponi alam pagi di Cikuarai
C. keadaan Desa Cikurai
D. tiupan angin di Desa Cikurai
E. kicauan burung di Desa Cikurai
29. Kutu loncat acap disematkan pada orang yang suka berpindah-pindah tempat bekerja.
Namun, tak selamanya cap itu berkonotasi negatif. Selama si karyawan belum menemukan
atmosfer yang tepat untuk berkarier, sah-sah saja ia melakonkan diri sebagai kutu loncat.
Namun, jangan samakan kutu loncat itu dengan sikap yang tak loyal pada pekerjaan.
Kalimat yang memiliki makna sesuai dengan isi paragraf tersebut adalah ...
A. Kutu loncat adalah kutu yang suka meloncat-loncat.
B. Kutu loncat identik dengan orang yang suka berpindah tempat bekerja.
C. Kutu loncat tidak selamanya bermakna konotasi.
D. Kutu loncat adalah karyawan yang belum menemukan tempat bekerja.
E. Kutu loncat diidentikkan dengan sikap tidak loyal terhadap pekerjaan.
459
E.
Jambu
biji
Manfaat
A.
B.
C.
D.
E.
Dilantunkan dengan suara yang berbeda dan gerakan yang berbeda pula.
Dilakukan dengan suara sama.
Dilakukan dengan gerakan duduk di atas kursi.
Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh ayah.
Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh Elly.
(Taufiq I small)
Tiga anak kecil.
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak siang tadi."
Ragam pembacaan bait yang bercetak miring pada puisi di atas yang tepat ialah ...
A. lafal jelas, intonasi pelan, dan ekspresi berduka
B. lafal kabur, intonasi pelan, dan ekspresi gembira
C. lafal menggumam, intonasi keras, dan ekspresi berduka
D. lafal jelas, intonasi keras, dan ekspresi senang
E. lafal mendesis, intonasi keras, dan ekspresi berduka
38. Simak penggalan teks drama di bawah ini.
Koswarah: Sejak aku pulang tadi malam tak sedikit pun engkau gembira
tampaknya.
Rini:
Engkau dan aku tentu saja berbeda.
Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam sorga kesenangan
berjalan-jalan di bawah rembulan.
Koswarah: Sejak Nona Zahra di sini tak habis-habisnya engkau menyindir aku.
Rini:
Katakan saja pucuk di cinta ulam tiba (tertawa sejenak). Tidakkah
engkau gembira bertemu lagi dengan Nona yang manis itu? Dan sekali
ini tidak disertai pula. Tentu banyak yang kau curahkan kepadanya.
Koswarah: Kepalanku perempuan ada berapa orang dulu. Tidak pernah engkau
cemburu seberat itu.
Rini:
Sikapmu pada yang lain itu berbeda.
463
Ekspresi dan lakuan Rini yang dapat dilakukan dalam adegan penggalan drama
tersebut adalah....
A.
B.
C.
D.
E.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Makna kata lambang jamrut dalam puisi tersebut adalah ....
A. buah-buahan
B. embun pagi
C. keindahan
D. permata
E. perhiasan
43. Simak penggalan teks puisi di bawah ini.
..
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asma-Mu
Bertahan di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisan-Mu
Taufiq Ismail
Makna kutipan puisi di atas ialah ....
A.
B.
C.
D.
E.
Chairil Anwar
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo ... makin dekat saja
Menangkap senja
Menguak purnama
....
Menjengking kereta. Menjengking jiwa
Sayatan terus ke data
Larik bermajas personifikasi yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah ...
A. Cahaya menyayat mulut dan mata
B. Engkau menahan rasa sakit
C. Tak kuasa diri menahan tangis
466
Watak tokoh Bu Sally yang tergambar dalam penggalan cerpen di atas adalah . . . .
A. lugu
B. lucu
C. bodoh
468
D. penurut
E. penyabar
48. Simak teks di bawah ini.
Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya dan Con
brenschutter. Kami bersepuluh sedang memandang daerah partoli Tiger
Brigade dengan seksama dari puncak bukit panic, pos kami terdepan yang
kami namai begitu karena rupanya dari jauh seperti panic terbalik. Con
berjongkok di samping kakaknya yang sedang meneropong semak-semak dari
kampong-kampung di bawah kami dengan teliti. Mereka sama tinggi, hampir
sama raut mukanya dan sama muda : 17 tahun
Jon melambai dan aku mendekat.
Aku turun ke kampong di bawah itu.
Kenapa ndak semua?
Kalian jalannya berat seperti gajah dan mulut kalian cerewet seperti
bebek. Nggak, semua tinggal di sini, kamu ambil pinjaman.
.
Latar tempat cerpen di atas adalah . . .
A. Daerah patroli
B. Puncak bukit
C. Kampung
D. Semak-semak belukar
E. Perbukitan
49. Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat!
Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio, kami memulai
percakapan penting itu. Kami tahu saatnya telah tiba. Kami tidak bisa berbohong
lagi, kalau tidak mau gila. Sudah terlalu lama kejadiannya kami biarkan
berlangsung. Menggila dan memperbudak kami. Dengan kata-kata yang
sederhana semuanya harus diselesaikan.
Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti perubahan, perubahan
pada diri kita? tanyanya padaku.
Aku mengerti dan aku sudah siap.
Seandainya kelak ada yang engkau sesalkan, apa yang akan kau
lakukan?
Aku tak akan menyesal, sayang. Walaupun yang kau lepaskan ini
bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh para seniman, kaum
cendikiawan, kaum muda dan
(Telegram, Putu Wijaya).
469
Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel tersebut adalah sudut
pandang .
A. orang pertama sebagai pelaku utama
B. orang pertama sebagai pelaku sampingan
C. orang ketiga sebagai pelaku sampingan
D. orang ketiga sebagai pelaku utama
E. pengarang serba tahu
50. Simak kutipan di bawah ini.
Percakapan itu lancar, mengiringi gerak dan sentuhan bidan yang pasti
dan ahli memeriksa payudara pasien. Pernafasan, mata tenggorokan. Kemudian
mencuci tangan, mengenakan pelindung dari akret.
Anaknya berapa, Bu?
Lima
Wah, sudah banyak! Mengikuti ka-be atau tidak?
Pasien itu tidak segera menyahut. Lalu berkata sambil membuang
pandang
Suami saya tidak mau
Euh! bidan mengeluarkan bunyi sesalan. Ya, dia sih enak saja! Ibu
yang cape!
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan itu
memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu pengenalan. Ya,
benar! Pasien itu sudah pernah diperiksanya. Entah berapa kali. Barangkali
setiap beranak!
Alur dalam penggalan cerita di atas adalah . . .
A. maju
B. mandur
C. flashback
D. maju-mundur
E. melompat
51. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan seksama!
Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin sekali memberi
hadiah untuk Tommy, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu
hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy kemarin. Saat
itu, ibu sedang duduk-duduk di beranda sambil memandangi matahari yang mulai
tenggelam. Diamnya ibu, pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Andi
sadar, sejak ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus
hidup hemat.
Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku? gumam
Andi seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja
470
471
Alur yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. flashback.
B. melompat.
C. mundur
D. maju.
E. Maju-mundur.
53. Simak penggalan dialog di bawah ini.
Heru
Kosim
472
Citra
: Bukankah dia sudah meminta maaf?
Harsono : Orang seperti itu musti dihajar, supaya menggunakan matanya. Lihat
bajuku kotor karena tali tadi.
Citra
: (duduk kembali) Ah baju mas bisa dicuci lagi kapan saja! (Citra: Usmar
Ismail)
Latar penggalan drama di atas adalah....
A. di beranda rumah.
B. di sebuah rumah makan.
C. di kantor sebuah pabrik.
D. di kantor gubernur.
E. di jalan raya.
473
Berdasarkan sampiran di atas, isi yang tepat untuk melengkapi pantun di atas
adalah .
A. Bunga yang kembang siapa punya
kami ingin memetiknya
B. Bunga itu kalau dipersunting
badan dan nyawa menanggungkan
C. Payahlah mata memandang bulan
bulan pabila akan jatuhnya?
D. Tuan sepantun langit tinggi
bolehkah berlindung di bawahnya?
E. Dari mata turun ke kata
Singgah kemudian dalam hati
.
Isi yang tepat dengan mempertimbangkan rima untuk melengkapi pantun di atas
adalah .
A. Masa pabila kita bertemu
siang malam saya pikirkan
B. Kapan kita kan bertemu
untuk jaga cita kita
C. Jelang hari yang berlalu
dalam petang tak terlihat
D. Kalau sudah kita bertemu
rasanya senang dalam hati
E. Siapa bilang ia tak cantik
Wajahnya adalah rembulan seri
6, 2, 3, 4, 5, 1
6, 5, 4, 3, 2, 1
6, 3, 2, 1, 4, 5
6, 3, 2, 4, 1, 5
6, 1, 5, 2, 3, 4
B.
C.
D.
E.
Joko Tole
Joko Waras
Joko Bodo
Joko Seger
Joko Budug
62. Simak larik-larik puisi yang disusun secara acak di bawah ini.
(1)
(2)
(3)
(4)
1, 2, 3, 4
4, 3, 2, 1
3, 2, 1, 4
1, 4, 3, 2
3, 1, 4, 2
476
63. Perhatikan rima yang terdapat pada kutipan puisi di bawah ini.
dedikasi, oh, dedikasi
di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi
(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?
Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!
Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?
.
.
(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang
sesungguhnya, Inu!
Dialog yang tepat untuk melnegkapi bagian yang dirumpangkan adalah ... .
A. Inu
B.
C.
D.
E.
Jati
Inu
Jati
Inu
Jati
Inu
Jati
Inu
Jati
Mendongakkan kepala
Mengeleng-gelengkan kepala
Memiling-milingkan kepala
Mengangguk-anggukkan kepala
Menundukkan kepala
66. Simak kalimat-kalimat sebuah cerpen yang susunan diacak di bawah ini.
478
1, 2, 3, 4, 5, 6
2, 4, 6, 5, 3, 1
2, 1, 4, 3, 6, 5
1, 2, 5, 6, 3, 4
6, 5, 4, 3, 2, 1
kampung miskin
desa kecil
pinggir trotoar
dekat danau
tepi kali
479
B.
C.
D.
E.
480
481
C.
D.
E.
82. Rumusan indikator yang baik untuk kompetensi dasar menulis adalah
A. Siswa mampu memahami surat lamaran
B. Menyusun kerangka karangan deskriptif
C. Melalui kegiatan bermain drama, siswa mampu menulis skenario drama yang baik.
D. Kemampuan menyusun kalimat aktif-pasif
E. Siswa terampil menyusun kalimat menjadi sebuh paragraph yang utuh.
83. Berikut ini, materi yang tidak relevan dengan kompetensi dasar menulis, adalah:
A. jenis-jenis karangan
B. Teknik memahami isi cerpen
C. Langkah-langkah menyusun paragraf
D. Menentukan kalimat topik
E. Rancangan skenario drama
84. Menulis pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi sehari sebelumnya secara sistematis
dan runtut, merupakan aktivitas siswa yang cocok untuk menerapkan salah stu metode
pembeljaran menulis.
Kompetensi dasar yang sesuai dengan metode pembelajaran di atas adalah
A. Menulis surat lamaran pekerjaan
B. Menulis Teks Berita
C. Penulisan catatan harian/pengalaman pribadi
D. Penulisan surat pribadi
E. Menulis Pesan Singkat
85. Jenis media visual yang cocok untuk pembelajaran menulis dengan KD menulis
surat lamaran adalah:
A.
B.
C.
D.
E.
grafik,
diagram
chart
bagan
format (model)
86. Guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran,
guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa
menjadi pendengar aktif dan baik.
486
Aspek
nilai budaya
nilai moral
nilai agama
3
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Kriteria
2
Siswa menemukan dua
nilai benar
Siswa menemukan dua
nilai benar
Siswa menemukan dua
nilai benar
1
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
487
nailai politik
96. KD 15.2 : Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita
anak baik asli maupun terjemahan
Materi yang tepat untuk KD di atas adalah .
A. Realitas kehidupan guru
B.
Realitas kehidupan anak
C. Buku cerita anak
D. Dongeng yang dilisankan guru
E.
Buku pegangan anak
488
97. Indikator:
Mampu menentukan pokok-pokok dongeng.
Mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok dongeng.
Indikator tersebut merupakan rincian dari KD berikut.
A. Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau
didengar.
B. Menulis kembali dengan bahasa sendiri cerita yang pernah didengar
C. Menulis dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar.
D. Menulis dengan bahasa sendiri cerita lama yang pernah dibaca atau didengar.
E. Menulis kreatif cerita rakyat yang didengar dengan mengutamakan keaslian
ide.
F. Menulis kreatif dengan bahasa sendiri kisah yang pernah dibaca.
Untuk mengerjakan soal nomor 1113, bacalah KD 8.1!
KD: 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Langkah pokok:
(1) Berdiskusi untuk menentukan syarat-syarat pantun-2
(2) Membaca contoh-contoh pantun -1
(3) Menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun4
(4) Menyunting pantun sendiri sesuai dengan syarat-syarat pantun 5
(5) Menulis materi/bahan konteks pantun-3
98. Urutan rancangan pembelajaran yang logis untuk KD tersebut adalah .
A. (1), (2), (4), (5), dan (3)
B. (2), (1), (5), (3), dan (4)
C. (3), (2), (4), (1), dan (5)
D. (4), (3), (5), (1), dan (2)
E. (5), (1), (3), (2), dan (4)
99. Media yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. Powerpoint yang berisi materi pantun dan syarat-syaratnya
B. Powerpoint yang berisi perkembangan puisi lama
C. Powerpoint yang berisi syarat pantun dan bagaimana menulisnya
D. Buku materi yang berisi tentang sejarah perkembangan pantun
E. Buku materi yang berisi tentang contoh-contoh pantun
100. Disajikan tabel penilaian dengan KD menulis sastra
Alat penilaian yang kurang tepat untuk KD tersebut adalah .
489
A.
B.
C.
D.
E.
Uraian
Isian singkat
Daftar cek
Skala penilaian
Pilihan ganda
===TIM===
Kunci
D
B
B
C
A
C
D
B
C
E
C
E
D
B
A
D
C
No.
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Kunci
D
E
C
B
C
E
E
C
E
C
A
A
B
B
C
B
C
No.
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Kunci
D
D
A
A
C
C
A
D
C
B
E
C
A
A
C
B
E
No.
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
Kunci
A
A
C
D
C
D
B
B
C
E
A
D
B
D
A
E
E
490
18
19
20
21
22
23
24
25
A
D
E
B
B
A
C
C
43
44
45
46
47
48
49
50
B
A
C
D
A
B
E
A
68
69
70
71
72
73
74
75
A
E
A
B
E
D
A
E
93
94
95
96
97
98
99
100
D
A
E
C
A
B
C
E
LAMPIRAN:
Klasifikasi Kata Kerja Operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)
1. Menjelaskan (describe)
2. Memanggil kembali (recall)
3. Menyelesaikan/
menyempurnakan
(complete)
4. Mendaftarkan (list)
5.
6.
7.
8.
9.
Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamakan (name)
Memproses (processing):
1.
2.
3.
4.
5.
Mengsintesisikan (synthesize)
Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan (organize)
Meneliti/melakukan
eksperimen
(experiment)
6. Membuat analog (make analogies)
7. Mengurutkan (sequence)
Menerapkan dan Mengevaluasi
1. Menerapkan suatu prinsip (applying a
principle)
2. Membuat model (model building)
3. Mengevaluasi (evaluating)
8. Mengkategorisasikan (categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10. Membandingkan (compare)
11. Mengklasifikasi (classify)
12. Menghubungkan (relate)
13. Membedakan (distinguish)
14. Menyatakan
sebab-sebab
(state
causality)
4.
5.
6.
Merencanakan (planning)
Memperhitungkan / meramalkan
kemungkinan (extrapolating)
Meramalkan (predicting)
491
7.
492
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
493
p.
q.
r.
s.
Memaafkan (forgive)
Menyambut/ menyalami (greet)
Menolong/membantu (help)
Berinteraksi/melakukan interaksi
(interact)
t. Mengundang (invite)
u. Menggabung (joint)
v. Menertawakan (laugh)
w. Menemukan (meet)
x. Berperanserta (participate)
y. Mengizinkan/membolehkan (permit)
z. Memuji-muji (praise)
aa. Bereaksi (react)
ab. Menjawab/menyahut (reply)
ac. Tersenyum (smile)
ad. Berbicara (talk)
ae. Berterimakasih (thank)
af. Berkunjung (visit)
ag. Bersukarela (volunteer)
494
5. Perilaku-perilaku berbahasa
a. Menyingkat/memendekkan
(abbreviate)
b. Memberi tekanan pada sesuatu
/menekankan (accent)
c. Mengabjad/menyusun menurut
abjad (alphabetize)
d. Mengartikulasikan/ mengucapkan
kata-kata dengan jelas (articulate)
e. Memanggil (call)
f. Menulis dengan huruf besar
(capitalize)
g. Menyunting (edit)
h. Menghubungkan dengan garis
penghubung (hyphenate)
i. Memasukkan (beberapa spasi)
/melekukkan (indent)
j. Menguraikan / memperlihatkan
garis bentuk/ menggambar denah
atau peta (outline)
k. Mencetak (print)
6. Perilaku-perilaku Musik
a. Meniup (blow)
b. Menundukkan kepala (bow)
c. Bertepuk (clap)
d. Menggubah /menyusun (compose)
e. Menyentuh (finger)
f. Memadankan/berpadanan
(harmonize)
g. Menyanyi kecil/bersenandung (hum)
l.
Mengucapkan/melafalkan/
menyatakan (pronounce)
m. Memberi atau membubuhkan tanda
baca (punctuate)
n. Membaca (read)
o. Mendeklamasikan/
membawakan/menceritakan (recite)
p. Mengatakan (say)
q. Menandakan (sign)
r. Berbicara (speak)
s. Mengeja (spell)
t. Menyatakan (state)
u. Menyimpulkan (summarize)
v. Membagi atas suku-suku kata
(syllabicate)
w. Menceritakan (tell)
x. Menerjemahkan (translate)
y. Mengungkapkan dengan kata-kata
(verbalize)
z. Membisikkan (whisper)
aa. Menulis (write)
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
Membisu (mute)
Memainkan (play)
Memetik (misal gitar) (pluck)
Mempraktikkan (practice)
Menyanyi (sing)
Memetik/mengetuk-ngetuk (strum)
Mengetuk (tap)
Bersiul (whistle)
495
7. Perilaku-perilaku Fisik
a. Melengkungkan (arch)
b. Memukul (bat)
c. Menekuk/melipat/ membengkokkan
(bend)
d. Mengangkat/membawa (carry)
e. Menangkap (catch)
f. Mengejar/memburu (chase)
g. Memanjat (climb)
h. Menghadap (face)
i. Mengapung (float)
j. Merebut/menangkap/ mengambil
(grab)
k. Merenggut/memegang/
menyambar/merebut (grasp)
l. Memegang erat-erat (grip)
m. Memukul/menabrak (hit)
n. Melompat/meloncat (hop)
o. Melompat (jump)
p. Menendang (kick)
q. Mengetuk (knock)
8. Perilaku-perilaku Seni
a. Memasang (assemble)
b. Mencampur (blend)
c. Menyisir/menyikat (brush)
d. Membangun (build)
e. Mengukir (carve)
f. Mewarnai (color)
g. Mengkonstruk/
membangun(construct)
h. Memotong (cut)
i. Mengoles (dab)
j. Menerangkan(dot)
k. Menggambar (draw)
l. Mengulang-ulang/melatih (drill)
r. Mengangkat/mencabut (lift)
s. Berbaris (march)
t. Melempar/memasangkan/
memancangkan/menggantungkan
(pitch)
u. Menarik (pull)
v. Mendorong (push)
w. Berlari (run)
x. Mengocok (shake)
y. Bermain ski (ski)
z. Meloncat (skip)
aa. Berjungkirbalik (somersault)
ab. Berdiri (stand)
ac. Melangkah (step)
ad.Melonggarkan/merentangkan
(stretch)
ae. Berenang (swim)
af. Melempar (throw)
ag. Melambungkan/melontarkan (toss)
ah.Berjalan (walk)
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
Melipat (fold)
Membentuk (form)
Menggetarkan/memasang (frame)
Memalu (hammer)
Menangani (handle)
Menggambarkan (illustrate)
Mencair (melt)
Mencampur (mix)
Memaku (nail)
Mengecat (paint)
Melekatkan/menempelkan/
merekatkan (paste)
x. Menepuk (pat)
496
y. Menggosok (polish)
z. Menuangkan (pour)
aa. Menekan (press)
ab. Menggulung (roll)
ac.Menggosok/ menyeka(rub)
ad.Menggergaji (saw)
ae. Memahat (sculpt)
af. Menyampaikan/melempar (send)
ag. Mengocok (shake)
ah. Membuat sketsa (sketch)
9. Perilaku-perilaku Drama
a. Berakting/berperilaku (act)
b. Menjabat/mendekap/ menggengam
(clasp)
c. Menyeberang/melintasi/ berselisih
(cross)
d. Menunjukkan/mengatur/
menyutradarai (direct)
e. Memajangkan (display)
f. Memancarkan (emit)
g. Memasukkan (enter)
h. Mengeluarkan (exit)
i. Mengekspresikan (express)
j. Meniru (imitate)
k. Meninggalkan (leave)
l. Menggerakkan (move)
10. Perilaku-perilaku Matematika
a. Menambah (add)
b. Membagi dua (bisect)
c. Menghitung/mengkalkulasi
(calculate)
d. Mencek/meneliti (check)
e. Membatasi (circumscribe)
f. Menghitung/mengkomputasi
(compute)
g. Menghitung (count)
h. Memperbanyak (cumulate)
i. Mengambil dari (derive)
j. Membagi (divide)
k. Memperkirakan (estimate)
497
l.
Menyarikan/menyimpulkan
(extract)
m. Memperhitungkan (extrapolate)
n. Membuat grafik (graph)
o. Mengelompokkan (group)
p.Memadukan/mengintegrasikan
(integrate)
q. Menyisipkan/menambah
(interpolate)
r. Mengukur (measure)
s. Mengalikan/memperbanyak
(multiply)
11. Perilaku-perilaku Sains
a. Menjajarkan (align)
b. Menerapkan (apply)
c. Melampirkan (attach)
d. Menyeimbangkan (balance)
e. Mengkalibrasi (calibrate)
f. Melaksanakan (conduct)
g. Menghubungkan (connect)
h. Mengganti (convert)
i. Mengurangi (decrease)
j. Mempertunjukkan/ memperlihatkan
(demonstrate)
k. Membedah (dissect)
l. Memberi makan (feed)
m. Menumbuhkan (grow)
n. Menambahkan/meningkatkan
(increase)
o. Memasukkan/menyelipkan (insert)
t. Menomorkan (number)
u. Membuat peta (plot)
v. Membuktikan (prove)
w. Mengurangi (reduce)
x. Memecahkan (solve)
y. Mengkuadratkan(square)
z. Mengurangi (substract)
aa. Menjumlahkan (sum)
ab. Mentabulasi (tabulate)
ac. Mentally (tally)
ad. Memverifikasi (verify)
p. Menyimpan (keep)
q. Memanjangkan (lenghthen)
r. Membatasi (limit)
s. Memanipulasi (manipulate)
t. Mengoperasikan (operate)
u. Menanamkan (plant)
v. Menyiapkan (prepare)
w. Menghilangkan (remove)
x. Menempatkan (replace)
y. Melaporkan (report)
z. Mengatur ulang (reset)
aa. Mengatur (set)
ab. Menentukan/menetapkan (specify)
ac. Meluruskan (straighten)
ad. Mengukur waktu (time)
ae. Mentransfer (transfer)
af. Membebani/memberati (weight)
498
t. Menyesuaikan/ memadankan(fit)
u. Memperbaiki (fix)
v. Mengibas/melambungkan/
menjentik (flip)
w. Mendapatkan (get)
x. Memberikan (give)
y. Menggiling/ memipis/ mengasah
(grind)
z. Membimbing /memandu (guide)
aa. Memberikan menyampaikan (hand)
ab. Menggantung (hang)
ac. Menggenggam/ memegang(hold)
ad. Mengail/memancing/menjerat
/mengait (hook)
ae. Memburu (hunt)
af. Memasukkan/melibatkan (include)
ag. Memberitahu (inform)
ai. Meletakkan/memasang (lay)
aj. Memimpin (lead)
ak. Meminjam (lend)
al. Membiarkan/memperkirakan (let)
am.Menyalakan/menerangi (light)
499
bx.Membentangkan / menyebarkan
(spread)
by. Memancangkan/ mempertaruhkan
(stake)
bz. Memulai (start)
ca.Menyimpan (store)
cb.Memukul/menabrak/ menyerang
(strike)
cc.Memasok (supply)
cd. Mendukung (support)
ce. Mengganti (switch)
cf. Mengambil (take)
cg. Merobek/mengoyak (tear)
ch. Menyentuh (touch)
ci. Mencoba (try)
cj. Memintal/memilin/menjalin (twist)
ck. Mengetik (type)
cl. Menggunakan (use)
cm.Memilihmemberi suara (vote)
cn.Memperhatikan/menonton (watch)
co. Menenun/menganyam/
merangkai/menyelip (weave)
cp. Mengerjakan (work)
500
501