You are on page 1of 501

MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


1

2013
MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

Penulis
Tim Instruktur Bahasa Indonesia
Penyunting
Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU


2

2013
TIM PENULIS

1. Pendahuluan (Syamsul Sodiq)


2. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (Dian Mahsunah, dkk.)
3. Model dan Perangkat Pembelajaran
a. Model Pembelajaran (Suyatno)
b. Media Pembelajaran (Lutfiyah Nurlela)
c. Asesmen
d. Pengembangan Silabus dan RPP
e. Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
1) Mendengarkan (Suhartono)
2) Berbicara (Jack Parmin)
3) Membaca (Syamsul Sodiq)
4) Menulis (Yuniseffendri)
4. Penelitian Tindakan Kelas
5. Materi Bahasa Indonesia
a. Berbicara (Suhartono)
b. Membaca (Maria Mintowati)
c. Menulis (Jack Parmin)
d. Berbicara Sastra (Moh. Najid)
e. Membaca Sastra (Moh. Najid)
f. Menulis Sastra (Jack Parmin)
6. Asesmen (Maria Mintowati)

KATA PENGANTAR

Guru adalah sebuah profesi. Seseorang dikatakan profesional jika yang


bersangkutan dapat membuktikan profesionalitasnya. Profesionalitas seorang guru
dapat berupa profesional dalam pedagogi dan profesional dalam menghasilkan karya
yang relevan dengan profesinya. Salah satu jalur untuk mewujudkan profesionalitas
adalah melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).
Melalui PLPG, para peserta ditingkatkan kemampuannya, baik dari segi
pedagogik, penyegaran dan pendalaman materi, maupun dalam bidang-bidang
lainnya. Modul ini ditulis sebagai salah satu sumber materi guru-guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia, baik di tingkat SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA yang mengikuti
PLPG.
Modul ini berjudul Modul Materi PLPG Bahasa Indonesia. Modul Ini berisi lima
bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat tentang kebijakan
pengembangan profesi guru, bab III yang berupa model dan perangkat pembelajaran,
bab IV tentang penelitian tindakan kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi
bahasa Indonesia, serta asesmen dan lampiran.
Dengan memahami materi yang terdapat di dalam modul ini, para peserta dapat
menjawab soal-soal ujian akhir PLPG. Ini adalah tujuan jangka pendek. Adapun tujuan
jangka panjangnya adalah para peserta dapat memanfaatkannya sebagai salah satu
bahan ajar dalam menjalankan tugas sebagai guru.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih belum sempurna. Karena itu, penulis
mengharapkan masukan dan kritikan guna menyempurnakan modul ini. Selamat
mengikuti PLPG, semoga berhasil.

Surabaya, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
4

HALAMAN JUDUL LUAR


HALAMAN JUDUL DALAM
TIM PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
BAB III: MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
3.1 Model Pembelajaran
3.2 Media Pembelajaran
3.3 Asesmen
3.4 Pengembangan Silabus dan RPP
3.5 Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia
3.5.1 Mendengarkan/Menyimak
3.5.2 Berbicara
3.5.3 Membaca
3.5.4 Menulis
BAB IV: PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB V: MATERI BAHASA INDONESIA
5.1 Berbicara
5.2 Membaca
5.3 Menulis
5.4 Berbicara Sastra
5.5 Membaca Sastra
5.6 Menulis Sastra
ASESMEN

GLOSARIUM
Media Pembelajaran
Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai
jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contoh Modul
belajar yang terdiri dari bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual.
Multi image merupakan gabungan dari jenis proyeksi visual yang digabungkan
dengan komponen audio yang kuat/lebih besar sehingga dapat diselenggarakan
pertujukkan yang besar dan cocok untuk penyajian di suatu auditorium yang
luas.
Buku elektronik merupakan bentuk teks yang dituangkan dalam medium elektronik
(komputer)

Berbicara
Diskusi: kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Ekstemporan: metode pidato yang pepidato berpedoman pada garis besar atau
kerangka pidato yang telah disiapkan.
Frasa tanya: kombinasi kata nonpredikatif yang berfungsi menanyakan sesuatu.
Impromptu (serta-merta): metode pidato secara dadakan atau tanpa persiapan karena
kebutuhan sesaat (insidental).
Informan: orang yang memberikan informasi.
Kalimat: satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh
Kata tanya: kata yang berfungsi menanyakan sesuatu.
Kinesik: gerak tubuh
Moderator: pemandu diskusi.
Narasumber: orang yang menjadi sumber informasi.

Notulis: penulis diskusi.


pebicara: orang yang berbicara.
pepidato: orang yang berpidato.
Pidato: kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada banyak
orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai figur sentral.
Prinsip kerja sama: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa sumbangan
informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas yang diperlukan petutur.
Prinsip kesantunan: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa tuturan
penutur idealnya dapat menjaga keharmonisan sosial (tidak menyebabkan
konflik dengan petutur atau orang lain yang disebut dalam tuturan).
Proposisi: pernyataan lengkap yang dapat dinilai benar atau salah.
Retorika interpersonal: komunikasi antarindividu.
Wacana: satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau
tuturan utuh
Wawancara: kegiatan tanya jawab dengan narasumber/informan untuk meminta
kepastian informasi tentang hal tertentu.
Wawancara dangkal (ordinary interview): wawancara yang pertanyaan-pertanyaan
pewawancara tidak eksploratif.
Wawancara mendalam (indepth interview): wawancara yang pertanyaan-pertanyaan
pewawancara
eksploratif
sehingga
tampak
bersifat
mengejar
narasumber/informan.
Wawancara terbuka: wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya pewawancara
memberikan peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan
jawabannya secara panjang lebar.
Wawancara terstruktur: wawancara yang pertanyaan-pertanyaan pewawancara ditata
secara sistematis.
Wawancara tidak terstruktur: wawancara yang pertanyaan-pertanyaan pewawancara
tidak ditata secara sistematis.

Wawancara tertutup: wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya pewawancara tidak


memberikan peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan
jawabannya secara panjang lebar.
Membaca
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua

pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna


atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat;
ketaksaan
artikel : n 1. karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam majalah, surat
kabar,dan sebagainya; 2. Huk bagian undang-undang atau peraturan yang
berupa ketentuan; pasal; 3. Ling unsur yang dipakai untuk membatasi atau
memodifikasi nomina, misal the dalam bahasa Inggris.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang

menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang
ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau
hangat dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain
tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang
menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to the point
atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita, dikenal jenis berita
yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news),
serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata berbunga sehingga
fakta lebih menarik untuk diminati dan dinikmati pembaca (feature news).
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau
melukiskan apa adanya
diagram : gambaran (buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau menerangkan sesuatu
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya

fakta: hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar
ada atau terjadi
Glosarium: (biasanya pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad yang
memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu
ditemukan; 2. daftar harga sekarang dibandingkan dengan harga sebelum-nya
menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang; 3. Kom
(artikel) daftar berita penting hari itu (dalam majalah, surat kabar) yang dimuat
di halaman depan; 4. Ling rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang
mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu; penunjuk
interferensi: bebas dari pengaruh bahasa daerah atau asing

kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan secara

lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Menurut bentuknya, ada


empatjenis kata ulang, yaitu perulangan kata dasar atau perulangan murni,
perulangan berubah bunyi, perulangan berimbuhan, dan perulangan sebagian.
kerancuan: atau kontaminasi ialah hal rancu; kekacauan, kerincuan; pengacauan atau

hasil penggabungan dua bentuk yang secara tidak sengaja atau lazim dihubunghubungkan
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran yang
menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna
yang ditambahkan pada makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan

segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul
menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali.
hasil memapar; yang dipaparkan; keterangan atau penjelasan yang
dibentangkan; uraian

paparan:

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea
penyuntingan bahasa: bertujuan untuk memantapkan tata cara penyajian, penulisan,

penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada gaya selingkung


(Ditbinlitabmas, 2001). Yang perlu dicermati dalam penyuntingan bahasa antara
lain: (1) penggunaan tatabahasa, pemilihan kata, terjemahan kata atau istilah
asing, ejaan, dan penggunaan simbol atau lambang; (2) penyiangan kontaminasi
penerapan kaidah tatabahasa asing ke dalam kalimat bahasa Indonesia; (3)
sistematika artikel, keberadaan abstrak dan kata kunci; (4) penulisan rujukan
dalam pengutipan, penulisan daftar rujukan, penyajian tabel dan gambar, serta
(5) pencantuman nama penulis artikel dan alamat lembaga penulis.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
register : buku catatan atau daftar yang disusun secara bersistem dan menurut abjad
ronde : babak pada pertandingan tinju
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang;
biografi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama
10

stimulan : n sesuatu yang menjadi cambuk bagi peningkatan prestasi atau semangat
bekerja (belajar dan sebagainya); pendorong; penggiat; perangsang
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam

kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi
yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan.
Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat
kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi
pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat
pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan
tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat
untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang
digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.

Menulis:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat
kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
bahasa jurnalistik: Bahasa yang khas yang digunakan dalam menulis berita (media
cetak). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa lainnya. Bahasa
jurnalistik memiliki ciri khusus, di antaranya lugas, sederhana, singkat dan
padat, sistematis, tidak memihak, serta menarik.
berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang
menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang
ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti baru saja atau
hangat dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain
tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang
menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau
memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to the point
atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita, dikenal jenis berita
yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news),
serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata berbunga sehingga
fakta lebih menarik untuk diminati dan dinikmati pembaca (feature news).

11

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain


cerita : karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang;
kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang
hanya rekaan belaka
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau
melukiskan apa adanya
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
ficer (feature) : berita kisah; berita dalam bentuk cerita; artikel yang sifatnya lebih
deskriptif
fiktif : a bersifat fiksi; hanya terdapat di khayalan grafik : n lukisan pasang surut suatu
keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun naiknya hasil, statistik, dan
sebagainya)
gaya selingkung: gaya yang ditetapkan dan diberlakukan oleh penerbit atau penerbitan
tertentu yang menjadi ciri pembeda dengan penerbit atau penerbitan lain
impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama karya seni
adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam penalaran, perasaan, dan
kesadaran pada saat tertentu
judul berita (headline): hakikatnya adalah intisari berita. Judul berita biasanya terdiri
atas satu atau dua kalimat pendek, tetapi telah cukup memberitahukan
persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Judul berita dibuat semenarik
mungkin karena merupakan daya pikat awal berita.
jurnal: merupakan majalah yang secara khusus memuat artikel dalam satu bidang
tertentu, misalnya jurnal seni, jurnal pertanian, jurnal kedokteran, jurnal hukum,
jurnal politik, dan lain-lain. Karena jurnal pada umumnya hanya memuat artikel
12

satu bidang ilmu, sebagian jurnal menambahkan kata ilmu untuk menyebut
namanya, sehingga menjadi jurnal ilmu seni, jurnal ilmu pertanian, jurnal ilmu
kedokteran, jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-lain. Artikel yang
dimuat pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah), sehingga sebagian orang
menyebutnya sebagai artikel ilmiah. Ketentuan baku bagi penulisan karya ilmiah
merupakan hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh penyunting artikel
ilmiah.
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala
seperti surat kabar, majalah.
media noncetak: (media elektronik) berarti sarana media massa yang mempergunakan
alat alat elektronik modern, misalnya radio, televisi, dan film. Dalam subbagian
ini disampaikan media noncetak, yakni radio dan televisi.
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul
menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali.
paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea

13

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
penerbit: (1) orang dan sebagainya yang menerbitkan; (2) perusahaan dan sebagainya
yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya)
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2) orang yang
bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3)
orang yang bertugas menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa
contoh penggunaan kata penyunting adalah di bawah ini.
penyuntingan:
berarti proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting
menyunting. (Sunting-menyunting berarti perbuatan atau pekerjaan
menyunting). Penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati,
memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah
tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh sebuah penerbitan. Pada media
noncetak, penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati, memperbaiki
naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap
untuk disiarkan dan ditayangkan oleh media audio dan visual.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang;
biografi
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam
kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi
yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan.
Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat
kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi
pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat
pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan
tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
14

bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat
untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang
digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
teras berita (lead): bagian berita yang terletak pada paragraf pertama (pertama dan
kedua untuk beberapa surat kabar). Teras berita merupakan bagian dari
komposisi berita, yang ditulis setelah judul berita dan sebelum tubuh berita. Jika
judul berita adalah intisari, teras berita adalah sari berita itu. Teras berita
merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang
dilaporkan. Teras berita disusun dengan rumus 5W + 1H (what, who, when, where,
why, dan how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang
biasanya berupa sederetan pertanyaan.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama
tubuh berita (body): merupakan keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta
memperjelas fakta atau data yang disuguhkan dalam lead tersebut. Rincian
tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan hal-hal yang belum terungkapkan
melalui lead.

Berbicara Sastra:
ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua
pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna
atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat;
ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan kesusastraan yang
dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane,
Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan atau
diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat tradisional
yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra tulis) dalam masyarakat
modern

15

cerita pendek:
kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan
dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak
terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang
menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir
cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa
yang dilakonkan; 3. peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan
kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

16

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai dengan
maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-mena. Kewenangan
ini tetap memiliki batas-batas yang dapat dipahami oleh pembaca, secara
khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh
seorang penulis fiksi tentu memiliki tujuan tertentu.
musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas karangan
prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan;
peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak
yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang
berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

Membaca sastra:

17

ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua
pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna
atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat;
ketaksaan
angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan kesusastraan yang
dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane,
Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan atau
diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam masyarakat tradisional
yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra tulis) dalam masyarakat
modern
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan
memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak
terikat pada latar sejarah dan warna lokal
drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang
menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya

18

epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir
cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa
yang dilakonkan; 3. peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan
kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran
yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai dengan
maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-mena. Kewenangan
ini tetap memiliki batas-batas yang dapat dipahami oleh pembaca, secara
khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh
seorang penulis fiksi tentu memiliki tujuan tertentu.
musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas karangan
prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal

19

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan;
peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak
yang berdekatan.
syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang
berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

Menulis Sastra:
artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat
kabar, dan sebagainya
autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri
biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain
cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan
memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)
denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang

didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang
didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif
deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau
melukiskan apa adanya
dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak
terikat pada latar sejarah dan warna lokal
dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang
disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif
dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan
pendengar melalui telepon

20

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang
menyedihkan
ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif)
yang tercurah dalam karya-karyanya
epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan
intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir
cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa
yang dilakonkan
fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan

kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran


Horison: majalah sastra yang terbit tiap bulan (dari Jakarta) yang memuat karya sastra
para pengarang se Indonesia (sesekali penulis Asia dan dunia), di dalamnya ada
sisipan majalah untuk anak sekolah Kakilangit,
impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama karya seni
adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam penalaran, perasaan, dan
kesadaran pada saat tertentu
kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat
kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari
morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem
(misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran

yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)
latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor
pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan
tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan
menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul
21

menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2)
merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3)
menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali.
partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di
dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi
penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2) orang yang

bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3)


orang yang bertugas menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa
contoh penggunaan kata penyunting adalah di bawah ini.
pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau
tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang
baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari
campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan
informal
populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak
prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan;
peristiwa pendahuluan
rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak
yang berdekatan.
riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang;
biografi
surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam
kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi
yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan.
Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat
kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature,
laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan
faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi
pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat
pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan
tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita
bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat
22

untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang
digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.
syair : bentuk puisi Melayu Lama yang tiap baitnya terdiri atas empat larik dengan
rima yang sama.
tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan
kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat
tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa model dan
perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan kelas, bab V memuat
tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta asesmen dan lampiran.

B. Prasyarat
Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda yang akan
mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa
seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang
berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan
disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan
sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus
mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar
membaca,
mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi
aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil
apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus
mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas
kepribadian seorang guru.
23

Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu
memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses
pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,
bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu
meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Keempat kompetensi guru adalah prasyarat bagi guru yang akan mengikuti
PLPG sekaligus memelajari modulnya.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


Para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG, untuk memudahkan memahami
modul ini bagi Anda akan disampaikan petunjuk belajar. Anggap saja petunjuk belajar
ini sebagai saran bagi Anda. Agar lebih teknis, petunjuk belajar ini disajikan secara rinci
seperti di bawah ini.
1) Anda diharapkan mencermati judul modul ini, selanjutnya baca kata pengantar
modul. Daftar isi akan menuntun kepada Anda, materi apa saja yang akan
tersajikan dalam modul ini. Daftar isi memberikan petunjuk awal tentang
keseluruhan materi yang disajikan dalam modul ini, dengan demikian daftar isi
tidak boleh dilewatkan untuk tidak dibaca dan dicermati.
2) Anda diharapkan membaca secara cermat daftar isi modul tersebut untuk
mengetahui topik-topik yang disajikan pada lembar lembar berikutnya modul
ini.
3) Pada setiap kegiatan belajar disajikan tiga bagian, yakni pengatar atau
pendahuluan, inti yang berupa pemaparan materi, dan perlatihan. Pengantar
atau pendahuluan memuat hal-hal yang berkaitan dengan cara untuk mencapai
tujuan setiap kegiatan belajar. Inti yang memuat pemaparan materi, merupakan
penjabaran materi utama. Perlatihan, mencoba memberikan gambaran
bagaimana sebaiknya memberikan perlatihan yang tepat sesuai dengan topik
yang dimaksud. Berkaitan dengan perlatihan, jika ada waktu, cobalah Anda
diskusikan dengan sesama guru. Tentu masih banyak hal yang perlu
dieksplorasi dalam setiap perlatihan. Artinya, perlatihan yang tersedia dalam

24

modul ini bukan satu-satunya model perlatihan yang ideal. Andalah yang akan
memutuskan model perlatihan mana yang tepat.
4) Selanjutnya, Anda diminta mencermati (dan membedah) kisi-kisi ujian
kompetensi awal (UKA). Melalui pencermatan kisi-kisi UKA, dalam pikiran
Anda sudah mulai menampakkan gambaran tentang butir soal yang akan
muncul. Ini adalah prediksi tentang butir soal.
5) Berkaitan dengan nomor 4, pengembangan butir soal pada bagian Evaluasi
modul ini merupakan tawaran (pilihan). Anda dimungkinkan mengembangkan
butir soal yang berbeda, yang lebih variatif dan lebih baik. Kerjakan bagian ini,
kemudian cocokkan jawaban terhadap soal-soal evaluasi Anda dengan kunci
jawaban penilaian yang disediakan pada bagian akhir modul ini.
6) Bagian akhir modul ini adalah daftar pustaka. Bagian ini menyiratkan
perbendaharaan bacaan yang dijadikan rujukan pengembangan modul ini. Anda
dipersilakan untuk mengritisi sajian daftar pustaka tersebut.

D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini (dan sekaligus mengikuti PLPG
dengan sungguh-sungguh) adalah meningkatnya keempat kompetensi guru. Artinya,
jika sebelumnya pemahaman dan penguasaan terhadap keempat kompetensi guru
kurang maksimal, maka setelah proses mempelajari, memahami, dan mengikuti PLPG,
maka kompetensi guru akan meningkat cukup signifikan.

BAB II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna
strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk
nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14
Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun
2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik.
Guru yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi
guru dalam jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.

25

Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk
menyediakan guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga
peserta didik yang memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesiasiaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk.
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan
penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi mereka
yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit
dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan.
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan
profesional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender, ras, status
perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik atau
opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong
pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas.
Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan
yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan
kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi
kekaryaan internasional, dan masyarakat madani.
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan
kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat
dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama
berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji
kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta
pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan
masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu
berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan
profesi guru.

26

2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam
rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan.
Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi
lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut ini.
a. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofe-sian guru
secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
c. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan
konversi nilai penilaian kinerja guru.
d. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya
berkaitan dengan keprofesian dan karir.
e. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan
perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
f. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di
kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

3. Deskripsi Bahan Ajar


Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang
menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, deskripsi umum bahan ajarnya disajikan berikut ini.
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum


pembinaan
dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi,
prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan,
serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna,
persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian
kinerja guru.
Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi
dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan
keprofesian dan karir.
Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama berka-itan dengan
konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan
kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi etika
27

profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara


profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

4. Langkah-langkah Pembelajaran

Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari
oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihakpihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat
dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas
individual dan kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok.
Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun
demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara
relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru,
khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
B. Kebijakan Umum Pembinaan Dan Pengembangan Guru
1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini
28

memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga


kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa
depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa
depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan
untuk mengkreasi model- model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif,
kreatif, menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global,
keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil
mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya
akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan
menjadi pecundang.
Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan
paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi
diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan
respon manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta
menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya
mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,
pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis
profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu
memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undangundang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal
pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.
Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah
menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005
itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti
dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti
tersaji pada Gambar 1.1.

29

Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan


pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru
sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan
pengembangan profesi guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan
dimensi analisis kebutuhan, penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan,
30

redistribusi, evaluasi kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan


etika profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum
baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan
keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait.
2. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional
Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional
sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah
peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat
dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu:
(1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis
sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi
guru berbasis individu atau menjadi guru madani.
Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah
menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis
perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga
kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta
untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan
nonkependidikan.
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya
S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya,
statusnya diakui oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan
bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan
nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah
menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini
menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat
mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.
Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat
disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi
berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program
pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh
pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif,
transparan, dan akuntabel.
31

Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun


ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji
kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis
dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi.
Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup
penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran,
dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang
diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau
program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik
dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan
yang relevan.
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan
bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurangkurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang legal direkruit
sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan
calon guru yang direkruit untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia
berkualitas di bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit
untuk menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali
berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung
bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus sekolah.
Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan
induksi.
Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing
dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benarbenar siap menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di
daerah pinggiran atau pada sekolah-sekolah yang nun jauh di sana, sangat mungkin
akan menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi
mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi
sebagai telah memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk
memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional.
Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase
yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai
guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher)
32

terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan
pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan
dan pembelajaran secara mandiri.
Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan
empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon
guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain.
Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan
dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah
dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh
guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang
tidak dibahas secara detail di dalam buku ini.
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara
rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesi-onalisasi atau proses
penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya
yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat
dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting,
karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial,
jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
3. Alur Pengembangan Profesi dan Karir
Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata.
Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis
pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2)
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.
Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan
pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
33

sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata
pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan
tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti
tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam
pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.

Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada
pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang
bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi.
Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga
kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan
bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan,
kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka
terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut mela-kukan
profesionalisasi atau proses
penumbuhan
dan
pengembangan profesinya.
Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di
sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat
dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop,
magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara
umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan
sebagainya.

34

Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan


dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1
atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang
belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi
program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan
nonkependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dilakukan
dalam
rangka
menjaga
agar
kompetensi
keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi
dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru
berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan
kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu,
pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan
promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan
dengan
jenjang
jabatan
fungsional
mereka.
Pola
pembinaan
dan
pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar
1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan
pembinaan profesi dan karir guru.

Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi


dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di
35

kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini
harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan
kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru.
Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan
profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan
pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan
fungsional.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas.
Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan
profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima
kategori,
yaitu
pemahaman
tengtang
konteks
pembelajaran, penguatan
penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan
pengalaman tentang teori-teori terkini.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi
pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau
satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh
guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari
guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan
dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program
pelatihan
dapat
ditentukan secara
mandiri oleh penyelenggara atau
memodifikasi/mengadopsi program sejenis.
Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir,
kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan
pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem
pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau
dedikasi yang luar biasa.

4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan


Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian,
kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara
kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru,
rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar
1.4), hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara
36

terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya


adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom,
menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi.
Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja
dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan
penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta
kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar
peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji
kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi
guru.
Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu
langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan
efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No.
16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru
yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja
ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai
dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru
bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis
untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.

Di samping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu


diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan
untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan
37

pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru


menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian,
tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten
atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Dengan demikian,
kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris
yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang
aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan,
kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa
depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama
sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.
5. Kebijakan Pemerataan Guru
Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal
tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan
dan pemerataan guru di negeri tercinta ini.
Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan
rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan
Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu,
dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan
ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012.
Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin
pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan,
antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam
upaya mewujudkan
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan
pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat
dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain.
a. Kebijakan dan Pemerataan Guru
Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan
Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3
Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan
bahwa:
1) Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara
nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri
Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan
untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda
38

berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam


memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota,
Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.
2)

Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan


pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah


dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis
yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur
penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja
pemerintah daerah.
4)

Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan


pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antar-jenjang,
dan
antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara
nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.

5) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.
6) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat
perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masingmasing.
b. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota
1) Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur
bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan
atau kekurangan guru PNS.
2) Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS.
3) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk
39

penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan


antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
4) Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemin-dahan guru
PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antar-satuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan
kewenangannya.
5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan
antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi.
6) Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antar-jenjang,
dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan
guru sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional.
7) Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan
kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan
kewenangannya masing-masing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri,
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Keuangan.
Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi.
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam
kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara
bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam
Negeri, Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di
kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya.
Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan
pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini.
1) Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan
dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri.
2) Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
40

3) Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan


penataan dan pemerataan guru PNS antar-satuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah di lingkungan Kementerian Agama.
4) Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penye-lenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di pemerintah kabupaten/kota.
Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN,
dan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau
antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD
provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau
antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini.
1) Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan
Februari tahun berjalan. Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan
seperti tersebut di atas, dan perencanaan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan
kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan.
2) Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan
April tahun berjalan. Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan
dan pemerataan guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri
Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat
bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan
Menteri Keuangan.
3) Menteri

Agama

menyampaikan

informasi

tentang

perencanaan

dan
41

pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,


antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan
menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan,
dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan.
4) Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan
informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan
Nasional melakukan evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan
pemerataan guru PNS secara nasional paling lambat bulan Juli tahun
berjalan.
5) Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada
Menteri Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.
Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai
berikut:
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh
bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada
Kementerian terkait sesuai dengan kewenang-annya untuk menjatuhkan
sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya.
2) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Penda-yagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru
PNS kepada Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan
penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4) Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri
memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan
penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan perundangundangan.

42

C. Peningkatan Kompetensi
1. Esensi Peningkatan Kompetensi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun
piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut
guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu
mengembangkan
dan
menyajikan materi pelajaran yang
aktual
dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini.
Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru
menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan t u n t u t a n perkembangan
lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian
tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan
yang meragukan kompetensi guru
baik dalam bidang studi yang diajarkan
maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik
pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji
kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih
banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel
melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi
tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh
ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan
betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan
profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki
tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK
membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya
terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem
pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus
berubah.
Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi
43

tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak
didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu
didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari
oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning),
kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari
semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan
strategi dan teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula
agar pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama.
Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan
secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi
perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan
modern, perlu
mengembangkan sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter
utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal
yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan
eksistensinya.

2. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir


a. Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diseleng-garakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
2) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi-makna.
3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang ber-langsung
sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengem-bangkan
kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
b. Prinsip-prinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diseleng-garakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi
guru sebagai
tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi
pedagogik,
44

kepribadian, sosial, dan profesional.


3) Sistematis, setiap komponen
dalam
kompetensi
jabatan
guru
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan
indikator.
5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat
mengikuti perkembangan Ipteks.
6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan jaman.
7) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan
melalui
proses
pembinaan
dan
pengembangan
profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.
8) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikatorindikator terukur dari kompetensi profesinya.
9) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya
untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam
memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang
memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi
dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
10) Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu
meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki
kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
11) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
12) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi
yang dimiliki oleh guru.
13) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat
kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
14) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan
seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru;
15) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
16) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan
profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan
kinerja guru.
17) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal
45

mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.


3. Jenis Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut
ini.
a. Pendidikan dan Pelatihan
1) Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui
IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam
meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara
eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada
guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan
dapat lebih menghemat waktu dan biaya.
2) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di
institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi
professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru
kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di
industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai
alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya
bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.
3) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan
bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu.
Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah.
Pembinaan melalui mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa
keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru
yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
4) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat
dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam
satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan
sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat
mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu
kota kabupaten atau di propinsi.
5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di
P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana
46

program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar,


menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat
kesulitan
dan
jenis
kompetensi.
Pelatihan
khusus
(spesialisasi)
disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
6) Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di
LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih
meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti
melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.
7) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina,
melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal
tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.
8) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut
juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang.
Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan
memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru
yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guruguru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya
pengembangan profesi.

b. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan


1) Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala
dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi
berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi
berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah
peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.
2) Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan
publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi
guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan
peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega
seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
3) Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat
bagi pembelajaran,
peningkatan kompetensi maupun
pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan
menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP,
dan sebagainya.
47

4) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian


tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam
rangka peningkatan mutu pembelajaran.
5) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk
diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
6) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru
dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan
ajar elektronik (animasi pembelajaran).
7) Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru
dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau
pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh
masyarakat.

4. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran
strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan
mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009
dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja
guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi
praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih
bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg
PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama,
Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian
Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan
kepangkatan III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan
kepangkatan III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif.
Untuk naik dari golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan
presentasi ilmiah.
Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan
pengembangan karir guru.

48

PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil
PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru
masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja
rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan
sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara
itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang
disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar
dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran
yang berkualitas kepada peserta didik.
Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai
salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru
dan
kenaikan
pangkat/jabatan
fungsional
guru,
selain
kegiatan
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan
guru yang
profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi
juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan
penguasaan
IPTEK
yang
kuat,
guru
diharapkan
terampil
dalam
menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini.
a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam
memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan
49

perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang.


c. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian
mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan
potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi
pekerti luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan,
teknologi dan seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki
kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya
mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang.
Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah diharapkan mampu
menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga sekolah/madrasah
dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru
dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi
orang tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak
mereka di sekolah akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai
kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru
dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk
menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru
dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat
mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan
meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang
berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat
memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya
untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
peserta didik.
PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk
suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar
2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu
mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan
karirnya.
50

Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh
guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu
sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon
(gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan
dimungkinkan melalui jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah
dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB
melalui
jaringan
antara
lain
dapat
berupa:
kegiatan
KKG/MGMP;
pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan
sebagainya; mengundang nara sumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas
pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan
pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan
lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran
luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK,
Perguruan Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau
institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan
memanfaatkan jejaring virtual atau TIK.
Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi
dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program
dimaksud disajikan berikut ini.
a. Dilakukan oleh guru sendiri:
1) menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya;
2) menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll);
3) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran;
4) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan
5) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
51

b. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain:


1) mengobservasi guru lain;
2) mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar;
3) mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);
4) bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap
permasalahan yang dihadapi di sekolah;
5) membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan
6) merancang persiapan mengajar bersama guru lain.
c. Dilakukan oleh sekolah :
1) training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah (bukan hanya
guru);
2) kunjungan ke sekolah lain; dan
3) mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain.
Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian
berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan
diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan
berkelanjutan.
b. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengem-bangan
yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah.
Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti
program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh
hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dan/atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu,
termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB.
c. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksi-mal mungkin
dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak
cukup, sehingga guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu
tujuh hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan
salah satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses
pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya.
d. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya
guru tidak bisa dikembangkan oleh orang lain jika dia belum siap untuk
berkembang. Pihak-pihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu
menggali sebanyak-banyaknya dari guru tersebut (tentang
keinginannya,
kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses
belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan masukan/saran.
52

e. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus meli-batkan
guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi peru-bahan pada dirinya,
baik dalam penguasaan materi, pema-haman konteks, keterampilan, dan lainlain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam
jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktikpraktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis
kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup antara lain:
a. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang
berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
(guru pendamping).
b. Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan guru
binaannya atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan, apabila di sekolahnya
tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi.
c. Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah, yaitu seorang
guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai banyak guru boleh
membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan
sekolah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama sekolah dasar,
sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Dengan
demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di
beberapa sekolah.
d. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan mene-tapkan seorang
Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung
jawab untuk gugus sekolah tertentu).
e.
Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus
merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
f.
Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas
tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat
sekolah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas
pembelajaran siswa.
PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar
kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan
layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi
tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada
perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN
dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang
dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
53

inovatif.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan
fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi
dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan
tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama
guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan,
sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan
jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas
Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru
dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan
ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah
maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru
yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain:
(1)
lokakarya
atau
kegiatan
bersama
untuk
menyusun dan/atau
mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media
pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium,
workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun
peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru,
antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan
pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan
metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik;
(5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK)
dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi
profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi
ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif;
(10)
kemampuan
untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang
terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan
54

dengan fungsi sekolah/madrasah.


Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas,
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di sekolah secara
sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang
berupa diklat fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan
laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala sekolah. Sementara
itu, kegiatan pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus
dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan yang disahkan oleh
kepala sekolah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah,
laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas
pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan
kepada guru- guru yang lain, minimal di sekolahnya masing-masing, sebagai
bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat proses
peningkatan
dan
pengembangan sekolah secara utuh/menyeluruh. Guru bisa memperoleh
penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai
pemrasaran/nara sumber.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium,
dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat sekolah,
KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang
pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah
di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer,
dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah
diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan
dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen karya ilmiah
disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi
guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya
ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman
guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku
55

utama maupun buku pelengkap, modul/diktat


pembelajaran
per
semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku
pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah
tempat guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan
pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi
guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
c. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas
proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan,
sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi
tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni,
pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan
standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus
dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan
meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka
kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah
memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu,
guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB.

5. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi,
dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus
menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi
adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari
standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan
empiris yang kuat, sehingga bisa dipertanggungjawabkan baik secara akademik,
moral, maupun keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji
kompetensi
menjadi salah satu basis utama desain program
peningkatan
kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya
berfokus
pada keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik

yaitu

kemampuan

yang

harus

dimiliki

guru
56

berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi
bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan
interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru
harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya
di
kelas,
dan
harus
mampu
melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang
diamati, yaitu:
1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6) Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga
akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas
generasi masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan
tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan
agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik
harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang
dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan
menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat.
57

Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin


diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar
bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana
harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan
yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru.
Aspek-aspek yang diamati adalah:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru
perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut,
otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar,
sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak akan
mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,
bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan
berikut ini.
1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi Profesional
58

Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam


perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.
Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.
Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui
berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet,
selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang
disajikan.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan
tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses
pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai
suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan,
pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.
Keaktifan peserta didik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan
menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan
suasana yang dapat mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati,
mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena
itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia,
sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan
belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.
Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu
keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja
kelompok, dan prinsip- prinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan
praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar
dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar
tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar.
Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional
atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini.
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
59

Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji


kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya.
Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan
demikian, hasil uji kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan
kompetensi guru.
Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan
materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil
kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya.
Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah
guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti
berikut ini.
1.
2.

3.
4.

5.

Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti
yang dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan
kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan
asesor yang berbeda.
Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan
kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi.
Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru,
dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada
dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal.
Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya
dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan
unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di
tempat kerja atau dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.

Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi


dilakukan seperti berikut ini.
1.
2.
3.
4.
5.

Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme
sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja.
Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya guru produktif,
normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau performance test.
Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas
tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan.
Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi

60

Latihan dan Renungan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa esensi peningkatan kompetensi guru?


Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi
guru!
Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1
Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan?
Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru!
Apa esensi uji kompetensi guru?
Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?

C. Penilaian Kinerja
1. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi
dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa
kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi
pekerti luhur, dan berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh
guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan
proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat
pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku,
maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya
proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan
profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang
profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK
Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang
dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah
kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup
guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru
sebagai m a s u k a n dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan
dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir
guru sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun
61

2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka citacita pemerintah untuk
menghasilkan insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi lebih cepat
direalisasikan.
2. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir,
kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan
dari kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru,


sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan
peserta didik, dan pelaksanaan
tugas
tambahan
yang
relevan
bagi
sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru
adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru
dalam melaksana-kan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang
ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi.
Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi dua
62

kategori, yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang
ditetapkan, dan (2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang
ditetapkan.
Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan
diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru yang belum mencapai
standar minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan
(Diklat) melalui multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi.
Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi
peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru
(kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas
transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan
berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai
kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan acuan
bagi
sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru.
Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsurunsur kinerja
yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus
utama, seperti disebutkan di atas.
3. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur
komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
b. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi
jika proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang
dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
c. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan
relatif mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua
kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
4. Prinsip Pelaksanaan
Prinsipprinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
63

b. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya seharihari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah meliputi:
1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),
3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan
4) motivasi belajar siswa.
c.

Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus
memahami semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan
penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara
utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan
kriteria yang digunakan dalam penilaian.
d. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir
tahun dengan memperhatikan halhal berikut.
1) Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas
seharihari.
2) Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua
guru yang dinilai.
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir profesinya.
5) Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang
berkepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan
penilaian tersebut.
6) Mudah tanpa mengabaikan prinsipprinsip lainnya.
7) Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
8) Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses,
yakni bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang
menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihakpihak terkait yang berkepentingan.

5. Aspek yang Dinilai


Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya
tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugastugas lain yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa
64

subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut.


a.

Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran


bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan, (1)
disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran
(kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap
dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.

b. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru


Bimbingan Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan dan
melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan,
menganalisis hasil evaluasi pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut
hasil pembimbingan. Seperti halnya guru mata pelajaran, fokus utama PK
bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor juga mencakup (1) disiplin guru
(kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas
transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan
berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
c.

Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan


dengan
fungsi sekolah/madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam
mengajar tatap muka dan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka.
Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi: (1)
menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun; (2) menjadi wakil kepala
sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program keahlian/program studi
atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala
laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan
yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi dua,
yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas,
guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan
kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi
pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).
Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang
mengurangai jam mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan
instrumen
khusus
yang
dirancang berdasarkan kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut. Tugas tambahan
lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru dihargai langsung sebagai
perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian
65

formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk


pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru
dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran.
Berdasarkan profil kinerja guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru
secara mandiri, sekolah/madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guruguru dengan
PK Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian standar
kompetensi tersebut.
Sementara itu, bagi guruguru dengan PK Guru yang telah mencapai atau
di atas standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau
memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya.
PK Guru sumatif digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit guru pada
tahun tersebut. PK Guru sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan
yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di
bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi standar kompetensi yang
ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum
penetapan angka kredit seorang guru.
Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru
pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara
umum kegiatan penilaian PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam 4 (empat)
tahapan sebagaimana berikut.
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, halhal yang harus dilakukan oleh penilai maupun
guru yang akan dinilai, yaitu:
1) memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang diterapkan dan
posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan pengembangan profesi guru;
2) memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam
bentuk indikator kinerja;
3) memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara penilaian yang
akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan dan
pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan bukti fisik lainnya yang
memperkuat hasil penilaian; dan
4) memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru yang akan dinilai
sekaligus menentukan rentang waktu jadwal pelaksanaannya.
b. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum
menetapkan nilai untuk setiap kompetensi, yaitu:
1) Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang
dinilai sebelum dilakukan pengamatan dilaksana-kan di ruang khusus
66

tanpa ada orang ketiga. Pada perte-muan ini, penilai mengumpulkan


dokumen pendukung dan melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak
mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib
dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti
penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada
format khusus yang disediakan untuk proses pencatatan ini.
2) Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas,
penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan, dan/atau dalam
pelaksanaan
tugas
tambahan
yang
relevan
dengan fungsi
sekolah/madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang sesuai untuk masingmasing penilaian kinerja.
Untuk menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau
pembimbingan, penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau
pembimbingan.
Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama
proses
tatap muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran.
Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat dilakukan selama proses
pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas, baik
pada saat pembimbingan individu maupun kelompok. Penilai wajib mencatat
semua hasil pengamatan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi
tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan,
proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh
informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja seorang guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan.
Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui
pencatatan terhadap semua bukti yang teridentifikasi di tempat yang
disediakan pada masingmasing kriteria penilaian. Buktibukti ini dapat
diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan
pendidikan (guru, komite sekolah, peserta didik, dunia usaha dan dunia
industri mitra).
3) Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan
proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi
beberapa aspek tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua
hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut
atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan dilakukan di
ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan guru yang dinilai.
67

Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format
Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja.
c. Tahap Penilaian
1) Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan
skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih
dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2 pada masingmasing indikator
untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan kepada
catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta buktibukti berupa
dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai
untuk setiap kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masingmasing indikator setiap
kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara memban-dingkan
rangkuman catatan hasil pengamatan dan pemantauan di lembar
format laporan dan evaluasi per kompetensi dengan indikator
kinerja masingmasing kompetensi
b) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil
penilaian kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk
penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah, nilai untuk setiap kompetensi direkapitulasi
ke dalam format rekapitulasi penilaian kinerja untuk mendapatkan
nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala
nilai sesuai Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009.
c) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai
sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat
ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya sebagaimana
tercantum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase


Angka Kredit

Nilai Hasil PK
Guru
91 100
76 90
61 75

Sebutan
Amat baik
B
ai
Cukup
k

Persentase
Angka kredit
125%
100%
75%

68

51 60

Sedang

50%

50

Kurang

25%

d) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan


kepada guru yang dinilai
tentang
nilai
hasil
PK
Guru
berdasarkan bukti catatan untuk setiap kompetensi. Penilai dan
guru yang dinilai melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai
upaya untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode berikutnya.
e) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil penilaian
kinerja, maka keduanya menandatangani format laporan hasil penilaian
kinerja guru tersebut. Format ini juga ditandatangani oleh kepala
sekolah.
f) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah atau lebih
(guru
multi sekolah/madrasah), maka penilaian dilakukan di
sekolah/madrasah induk. Meskipun demikian, penilai dapat
melakukan pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi
dari sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau membimbing.

2). Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian


Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai dapat
mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian tersebut. Keberatan
disampaikan kepada Kepala Sekolah dan/atau Dinas Pendidikan, yang
selanjutnya akan menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak
sebagai moderator. Dalam hal ini moderator dapat mengulang
pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang tidak disepakati atau
mengulang penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan usul
penilaian ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai
PK Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian
ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator hanya bekerja untuk
kasus penilaian tersebut.

d. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan
hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru
tersebut.
Hasil
PK Guru formatif dilaporkan kepada
kepala
sekolah/koordinator PKB sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB
tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim penilai tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya.
Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota,
69

provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit
(PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan
jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi
sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung
lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua
instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii)
instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan
digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan
sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku.
7. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit
Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan
sebutan hasil PK Guru dan persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan
jabatan fungsional guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka
kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan
verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen (Hasil PK
Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan hasil
pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam
Format Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang
disampaikan oleh sekolah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan
dan dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke
sekolah/madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.
Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai
Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi,
atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat dilakukan di tingkat sekolah, tetapi
hanya untuk keperluan estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi
berdasarkan hasil perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya
dicatat dalam format penghitungan angka kredit yang ditandatangani oleh penilai,
guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala sekolah. Bersamasama dengan angka
angka kredit dari unsur utama lainnya (pengembangan diri, publikasi ilmiah dan
karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan
oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka kredit
kenaikan jabatan fungsional guru.
a.

Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan
70

dengan fungsi sekolah/madrasah.


Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4.
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka
kredit untuk pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru
diperhitungkan dengan menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan
dipromosikan naik jenjang pangkat dan jabatan fungsionalnya setingkat lebih
tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit kumulatif minimal sebagai
berikut.

Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan
Fungsional Guru

Jabatan Guru
Guru Pertama
Guru Muda
Guru Madya

Guru Utama

Pangkat dan
Golongan Ruang
Penata Muda, III/a
Penata Muda Tingkat I, III/b
Penata, III/c
Penata Tingkat I, III/d
Pembina, IV/a
Pembina Tingkat I, IV/b
Pembinaan Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya, IV/d
Pembina Utama, IV/e

Persyaratan Angka Kredit


kenaikan pangkat dan
Kumulatif jabatan
Kebutuhan Per
minimal
100
150
200
300
400
550
700

850
1.050

jenjang
50
50
100
100
150
150
150
200
-

Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah
angka kredit minimal yang dimiliki untuk masingmasing jenjang
jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan
minimal angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan
setingkat lebih tinggi.

b. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru.
71

Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala
Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam
mengajar tatap muka diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru
pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas
tambahan tersebut.
1) Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru
Bimbingan dan Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu
ke skala 0 100.
2) Masingmasing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%),
Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana
diatur dalam Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009.
3) Angka
kredit
per
tahun
masingmasing
unsur
pembelajaran/
pembimbingan
dan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung menggunakan rumus
tertentu.
4) Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan
sesuai
prosentasenya
untuk memperoleh total angka kredit dengan
perhitungan sebagai berikut:
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya
= 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah t otal angka
kreditnya = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50%
Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah.
c) Guru dengan
tugas
tambahan
sebagai
kepala
perpustakaan/laboratorium/bengkel, atau ketua program keahlian; total
angka kredit = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50%
Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran.

c.

Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan


dengan fungsi sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap
muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai
72

perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas
tambahan untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit
kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
1) Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim
kurikulum, pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit
kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun +
5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas
temporer yang diberikan selama setahun.
2) Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugastugas
sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing
peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing
penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka
kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas
temporer yang diberikan selama setahun.

8. Penilai PK Guru
a. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah
tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai
terlalu banyak), maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau
Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan
oleh Pengawas Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
1) Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat guru/kepala sekolah yang dinilai.
2) Memiliki Sertifikat Pendidik.
3) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang
tugas Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai.
4) Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
6) Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk
menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan
Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda
dengan guru yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala
Sekolah dan/atau Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau
oleh Pengawas Sekolah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dan memahami PK Guru.

73

b. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas
Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara
berkala oleh Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan
prinsipprinsip penilaian yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah
khusus, penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru
Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai
adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun.
9. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti
melanggar prinsipprinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan
Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas sekolah.
b. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang
bersangkutan melakukan proses PK Guru.
c. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang
bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK
Guru.
10. Tugas dan Tanggung Jawab
Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat
otonomi daerah serta mengutamakan prinsipprinsip efisiensi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihakpihak yang terlibat
dalam pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah.
Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung
jawab masingmasing pihak dirinci berikut ini.
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1) Menyusun dan mengembangkan ramburambu pengembangan kegiatan PK
Guru.
2) Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
3) Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
4) Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat
pusat.
5) Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
6) Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional.
74

7) Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada


Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik untuk ditindak lanjuti.
8) Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakankebijakan terkait PK Guru.
b. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP
1) Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di daerahnya
berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk melatih penilai
PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
3) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada di
bawah kewenangan provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di sekolahsekolah yang
ada di bawah kewenangannya.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK Guru yang
ada di bawah kewenangannya.
6) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di bawah kewenangannya.
7) Dinas Pendidikan Provinsi bersamasama dengan LPMP membuat la-poran
hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan mengirimkannya
kepada sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan/atau Kemdiknas, cq.
unit yang menangani Pendidik.
c.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota


1) Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada
di
wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas Pendidikan
Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
3) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di wilayahnya.
4) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di
sekolahsekolah yang ada di wilayahnya.
5) Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang berada di
bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas.
6) Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru yang
diajukan sekolah.
7) Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam
pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolahsekolah yang ada di daerahnya.
8) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk
menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dan
sebagainya.
9) Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru di
sekolah sekolah yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya kepada
75

sekolah, dan/atau LPMP dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi


masingmasing.
d. UPTD Dinas Pendidikan
1) Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di
kecamatan wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
2) Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di wilayah
kecamatannya.
3) Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di wilayah
kecamatannya.
4) Menetapkan dan mengesahkan penilai PK Guru dalam bentuk Keputusan
penetapan sebagai penilai.
5) Menyediakan pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan PK
Guru yang ada di daerahnya.
6) Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan kegiatan PK
Guru di tingkat kecamatan untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
e. Satuan Pendidikan
1) Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
2) Menyusun program kegiatan sesuai dengan RambuRambu Penye-lenggaraan
PK Guru dan prosedur operasional standar penye-lenggaraan PK Guru.
3) Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota.
4) Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara
efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dsb.
5) Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas.
6) Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota jika terjadi
permasalahan dalam pelaksanaan PK Guru.
7) Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan
(jika ada) dan pelaksanaan program.
8) Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun
berikutnya.
9) Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, LPMP,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPTD Dinas Pendidikan Kabupaten di
Kecamatan, dan Pengawas Sekolah.
10) Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim
penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya
sebagai dasar penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru.
Tim
Penilai
untuk
menghitung dan menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan
verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada kegiatan verifikasi
jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi
sekolah. Sekolah juga menyampaikan laporan tersebut kepada Dinas
76

Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke UPTD Pendidikan Kecamatan.


11) Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang
memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang d i t e t a p k a n .
Latihan dan Renungan
1. Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu?
2. Apa tujuan utama penilaian kinerja guru?
3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian kinerja guru!
4. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja guru!
5. Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru!
6. Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka penilaian
kinerja guru?
E. Pengembangan Karir
1. Ranah Pengembangan Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat
profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi
kualifikasi akademik
minimum S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundangundangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu
menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses
pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1
atau D-IV, seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan dan peningkatan
kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV
dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan
tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau
program pendidikan nonkependidikan.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dilakukan
dalam
rangka
menjaga
agar
kompetensi
keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan/atau olah raga (PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan
peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan
77

pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan


angka kredit jabatan fungsional.
Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang
meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian,
pendidikan
dan pelatihan,
pemagangan, publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya
inovatif, presentasi pada forum ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos
penilaian oleh BSNP, publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru,
publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai guru yang
diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan
profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan
pengembangan karir, seperti disajikan pada Gambar 4.2.
Pembinaan
dan
pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan
pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus
sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan
profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait
di dalam melaksanakan tugasnya.
Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan
pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan
profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya memberikan penghargaan,
peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi
bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan.
2. Ranah Pengembangan Karir
Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab pemerintah,
pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi profesi guru, serta guru
secara pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi,
memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalahmasalah pendidikan dan pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu
hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan
78

pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat,
dan promosi.
a. Penugasan
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan
dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru melakukan
kegiatan pokok yang mencakup:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik,
dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan beban kerja guru.
Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu
sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas sekolah.
Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas
pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu:
1) Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian
dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
2) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam
1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
3) Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar
yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150
(seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan
pendidikan.
4) Guru
pembimbing
khusus
pada
satuan
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib
memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling sedikit
melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
5) Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan
beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan
pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas
dasar pertimbangan kepentingan nasional.
Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut
secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan
jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu
dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran
a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat
79

memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu.
Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi
beban kerja tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas
Pendidikan Provinsi/Kabu-paten/Kota atau Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
b) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur
penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit
24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam
lingkungan kewenangannya.
c) Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kantor
Kementerian Agama
Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban
mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
d) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi
beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke
satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
e) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum
terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing
berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru pada sekolah/madrasah
lain, baik negeri maupun swasta.
f)

Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5),


instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa
setiap guru wajib memenuhi beban mengajar paling sedikit 6 jam tatap
muka pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada
sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat
memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu.

g) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan


bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan
guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional
apabila beban kerjanya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat
diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat
tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan
Menteri Pendidikan Nasional.
2) Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling

80

a) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru bimbingan


dan konseling dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150
peserta didik per tahun. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya
guru tidak dapat memenuhi beban membimbing tersebut, kepala
sekolah/madrasah melaporkan kepada dinas Pendidikan Provinsi/
Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur
penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban
membimbing bimbingan dan konseling paling sedikit 150 peserta didik
per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.
c) Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kantor
Kementerian
Agama
Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling
yang belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta
didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.
d) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional
dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan
konseling yang belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150
peserta didik per tahun ke satuan pendidikan yang ada dalam
lingkungan kewenangannya.
e) Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan konseling pada butir
2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan
masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru bimbingan
dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta.
f)

Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi


terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru
bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban membimbing paling
sedikit 40 peserta didik pada satuan administrasi pangkal guru dan
menugaskan guru bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain,
baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban membimbing
paling sedikit 150 peserta didik per tahun.

Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan


bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru
yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, apabila
beban mengajarnya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai
guru bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta
81

didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan
kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat
persetujuan kementerian pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan
yang saksama. Guru berhak dan wajib mengembangkan dirinya secara
berkelanjutan
sesuai
dengan
perkembangan
IPTEKS.
Kepala
sekolah/madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan merata kepada
guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
3. Guru dengan Tugas Tambahan
a) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib
mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan
pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau
konselor.
b) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan
wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi
wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan
konseling atau konselor.
c) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib
mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
d) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan
pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
e) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium,
bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling
sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
f) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas
mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan
tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan
yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
g) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib
melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuan berpengalaman
sebagai guru sekurang-kurangnya delapan tahun atau kepala sekolah
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik
sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki
Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan
profesional Guru dan tugas pengawasan.

82

Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam
aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang
diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada
jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah
yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama delapan
tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan
kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk
memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan
tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan
fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan
ditempatkan pada jabatan struktural.
b. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi
dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil
kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan promosi
ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh
guru.
Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahw dalam
melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai
dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat
dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
3. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16
Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru
Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari
yang terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan
persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan
karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan
sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru
yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat
83

dan/atau jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang.
Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan
pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan
tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah,
dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam
kenaikan pangkat guru terdiri atas:
1) Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.
Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas
guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:
a) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
b) 150 untuk Ijazah S-2; atau
c) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai
dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka
kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah
diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah
yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah
fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau
ketua sekolah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
2) Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.
Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti
fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah
fotokopi surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang
disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik
keikutsertaan
program induksi
yang dijadikan dasar penilaian adalah
fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala
sekolah/madrasah yang bersangkutan.
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda
84

golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama
golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan
karya inovatif.
Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi
pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi
ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal,
dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif
(menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni;
membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan
penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya).
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berke-lanjutan untuk
masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit.
2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit.
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurangkurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi
ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurangkurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurangkurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut,
sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu)
85

laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengem-bangan diri
sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya
inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut,
sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN
serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.
9) Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama,
golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g diatas juga wajib
melaksanakan presentasi ilmiah.
c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai
pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut
ini.
1. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka
kredit sebagai berikut.
a) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;
b) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
c) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau
direktur
politeknik
pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat
keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang
membidangi pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendahrendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian Agama, surat
keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari
pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II.
2. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru
Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya
harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan
tersebut di antaranya:
a) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik
industri/ekstrakurikuler dan yang sejenisnya
b) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
86

c)
d)
e)
f)
3.

belajar tingkat nasional.


Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi
Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya
Menjadi tim penilai angka kredit
Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.

Memperoleh penghargaan/tanda jasa


Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh
pemerintah atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi
atas prestasi yang dicapai seorang guru dalam pengabdian kepada nusa,
bangsa, dan negara di bidang pendidikan. Tanda jasa dalam bentuk Satya
Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan kepada guru
berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu tertentu.
Penghargaan lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam
pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan negara
di
bidang
pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut dicapai
karena pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam
waktu yang relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba
guru berprestasi tingkat nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk
kenaikan jabatan/pangkat.

Latihan dan Renungan


1.
2.
3.
4.
5.

Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan pengembangan karir


guru?
Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan
fungsionalnya?
Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV dan
belum bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya?
Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru!
Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga dengan
yang berbasis individu?

F. Perlindungan Dan Penghargaan


1. Pengantar
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi bagi
mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa
batas akses geografis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian,
kondisi ini yang menyebakan sebagian guru terbelenggu dengan fenomena
sosial, kultural, psikologis, ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.
Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap
87

guru
belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
mereka belum optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa
perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung
sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran
untuk terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan
martabat yang jelas dan mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya
Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang
perlindungan hukum bagi mereka. Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai
mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini
diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu
pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan
untuk rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan
perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi
perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan
hukum bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas
spektrumnya dengan diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah
perlindungan terhadap guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya
perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan
sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan
komprehensif mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu
dirumuskan standar yang memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.

2. Definisi bagi Guru


a. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum,
perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
serta perlindungan HaKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai
PNS maupun bukan PNS.
b. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan kepada
88

guru dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi


atau perlindungan hukum atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
c.

Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang mencakup


perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan
dalam
penyampaian
pandangan,
pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.

d. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru mencakup


perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja,
dan/atau risiko lain.
e. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai
karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya
sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
f.

Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati


bersama antara penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dengan guru.

g. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang dibuat dan


disepakati bersama secara tripartit, yaitu penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan, guru, dan Dinas Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada
wilayah administratif tempat guru bertugas.
h. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma
dalam bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra, asosiasi atau organisasi
profesi guru, dan pihak lain kepada guru.
i.

Advokasi
adalah upaya-upaya
yang
dilakukan
dalam
rangka
pemberian
perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI bagi guru.
Advokasi umumnya dilakukan melalui kolaborasi beberapa lembaga,
organisasi, atau asosiasi yang memiliki kepedulian dan semangat
kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan.

j.

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa guru berdasarkan


perundingan yang melibatkan guru LKBH mitra, asosiasi atau organisasi
profesi guru, dan pihak lain sebagai mediator dan diterima oleh para pihak
yang bersengketa untuk membantu mencari penyelesaian yang dapat
89

diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mediator tidak mempunyai


kewenangan membuat keputusan selama perundingan.
3. Perlindungan Atas Hak-hak Guru
Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang
sama di depan hukum. Sesuai dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola
dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab untuk
kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia dianugerahi hak asasi
untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat, kemuliaan dirinya serta
keharmonisan lingkungan.
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang
secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh
karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang ditetapkan oleh PBB
serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah diterima
oleh Indonesia. Di samping hak asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia
yang meliputi: (1) kepatuhan terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam
upaya pembelaan negara, (3) wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika
dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya,
sebagai wujud tuntutan reformasi (demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak
asasi manusia dimasukkan dalam UUD 1945.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan
tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak
pihak wajib memberikan perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya
seperti berikut ini.
a) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau
satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas.
b) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi
dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
c) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan,
ancaman, perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak
adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau
pihak lain.
90

d) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai


dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan
tugas.
e) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada
waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum
bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua
dimensi yang terkait dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan,
keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesionalnya.
a. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan
semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab. Perlindungan hukum dimaksud meliputi
perlindungan yang muncul akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa:
1) tindak kekerasan,
2) ancaman, baik fisik maupun psikologis
3) perlakuan diskriminatif,
4) intimidasi, dan
5) perlakuan tidak adil
b. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hukubungan
kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan
terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan
berikut ini.
1) Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang
keahlian, minat, dan bakatnya.
2) Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugastugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
3) Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau
91

kesepakatan kerja bersama.


4) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus
mengikuti
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
5) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi
guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.
6)
Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan.
7) Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreatifitas, dan
melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses
pendidikan dan pembelajaran.
8) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
9) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai
ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman.
10) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi:
substansi,
prosedur,
instrumen penilaian, dan
keputusan akhir dalam penilaian.
11) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
penetapan taraf penguasaan kompetensi,
standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus.
12) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi:
mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan
akademik,
memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi
guru, dan
bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
13) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
formal, meliputi:
akses terhadap sumber informasi kebijakan,
partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan formal, dan
memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang
lebih tinggi atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
c. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlin-dungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada
92

waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.
Beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu:
1) Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal,
pemerintah dan pemerintah daerah.
2) Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis
dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung,
teman sejawat, dan masyarakat luas.
3) Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
resiko gangguan keamanan kerja,
resiko kecelakaan kerja,
resiko kebakaran pada waktu kerja,
resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan mengenai ketenagakerjaan.
4) Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
5) Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan
akibat:
kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain.
6) Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja,
akibat:
bahaya yang potensial,
kecelakaan akibat bahan kerja,
keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
d. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundangundangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan
93

Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan
Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas
Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

hak cipta atas penulisan buku,


hak cipta atas makalah,
hak cipta atas karangan ilmiah,
hak cipta atas hasil penelitian,
hak cipta atas hasil penciptaan,
hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan;
7) hak paten atas hasil karya teknologi

Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka itu seakan-akan


menjadi seakan-akan makhluk tak bertuan, atau paling tidak terdapat potensi untuk
itu. Oleh karena itu, dimasa depan pemahaman guru terhadap HaKI ini harus
dipertajam.
4. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru
a. Konsultasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru dapat berkonsultasi
kepada pihak-pihak yang kompeten. Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan
hukum, penegak hukum, atau pihak- pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan yang dihadapi oleh guru tersebut.
Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak
tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang merupakan konsultan,
yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk memenuhi keperluan dan
kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat memberikan pendapat hukum,
sebagaimana diminta oleh kliennya. Keputusan mengenai penyelesaian sengketa
tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan
juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa
yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.
Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah satu LKBH,
penegak hukum, orang yang ahli, penasehat hukum, dan sebagainya berkaitan
dengan masalah pembayaran gaji yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji,
pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai
pendapat oleh guru ketika berkonsultasi tidak
memiliki
kewenangan
untuk
menetapkan
keputusan,
melainkan
sebatas
memberi pendapat atau saran,
94

termasuk saran-saran atas bentuk-bentuk penyelesaian sengketa atau perselisihan.


b. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, pihak-pihak lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat
membantu memediasinya.
Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas
kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan pendapat antara guru
dengan penyelenggara/satuan pendidikan dapat diselesaikan melalui bantuan
seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan
penyelesaian sengketa atau perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan
mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik. Kesepakatan
tertulis antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan wajib didaftarkan di
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
penandatanganan, dan wajib dilakasanakan dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari
sejak pendaftaran. Mediator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) mediator
yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak, dan mediator yang ditujuk oleh
lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh
para pihak.
c. Negosiasi dan Perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, penyelenggara/satuan
pendidikan
harus
membuka
peluang
negosiasi kepada guru atau kelompok guru.
Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, pada dasarya
para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan pendidikan dan guru, berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengket yang timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui
para pihak. Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851 sampai
dengan Pasal 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan
dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan
suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah
timbulnya suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah
ancaman.
Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang membedakan antara
negosiasi dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian
95

paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk
pertemuan langsung oleh dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain
adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat
dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun setelah sidang peradilan
dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar pengadilan.
d. Konsiliasi dan perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi
atau perdamaian.
Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas,
konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang Nomor 30
tahun 1999. Konsiliasi atau perdamaian merupakan suatu bentuk alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk
mencapai perdamaian di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses
litigasi, dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan
pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan
hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau
satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi.
Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan pekerjaan
pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini
kemudian melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai
advokasi. Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari
organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya
benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup
kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak
lain berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada
kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan
96

menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote),
menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan
melakukan perubahan secara terorganisir dan sistematis.
f. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau
satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi.
Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif
penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atau dengan cara mengenyampingkan

97

penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara penyelesaian


sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi
maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami
beban yang terlampau padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of
time), biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive)
terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan
terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1) angka (10) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa masyarakat dimungkinkan memakai
alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat
dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli.
5. Asas Pelaksanaan
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3,
dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai
berikut:
a) Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar
budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
b) Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal
dari guru atau lembaga mitra, atau keduanya.
c) Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki
manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan
kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.
d) Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru
dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga
mitra atau pihak lain yang peduli.
e) Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah
yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau
mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
f) Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan
masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan.
g) Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat
dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lainlain.

6. Penghargaan dan Kesejahteraan


Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru yang berprestasi,
berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus.
98

Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan,


desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau
internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa,
bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional,
jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa
pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya
perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah khusus. Guru yang gugur
dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di daerah khusus, putera
dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan tinggi dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik berupa
gaji maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji dan penghasilan
lainya. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atas pekerjaannya dari
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara
berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di luar gaji pokok, guru pun
berhak atas tunjangan yang melekat pada gaji.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh
pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang
melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja dan/atau
kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam
bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru
sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan
dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain yang
menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka tunjangan dan kesejahteraan lainnya.
Tunjangan dan kesejahteraan dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan
khusus, tunjangan fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.
Khusus berkaitan dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan
berikut ini.
a. Penghargaan Guru Berprestasi
Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui proses
pemilihan yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat satuan pendidikan,
kecamatan dan/atau kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Pemilihan
99

guru berprestasi dimaksudkan antara lain untuk mendorong motivasi,


dedikasi,
loyalitas
dan profesionalisme guru, yang diharapkan akan
berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja tersebut
akan terlihat dari
kualitas
lulusan
satuan
pendidikan sebagai SDM
yang berkualitas, produktif, dan kompetitif.
Pemerintah memberikan perhatian
yang
sungguh-sungguh
untuk
memberdayakan guru, terutama
bagi mereka yang berprestasi. Seperti
disebutkan di atas, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan
bahwa Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di
daerah khusus berhak memperoleh penghargaan.
Secara historis pemilihan guru berprestasi adalah pengembangan
dari
pemberian predikat keteladanan kepada guru melalui pemilihan guru
teladan yang berlangsung sejak tahun 1972 hingga tahun 1997. Selama kurun
1998-2001, pemilihan guru teladan dilaksanakan hanya
sampai
tingkat
provinsi. Setelah dilakukan evaluasi dan mendapatkan masukan- masukan
dari berbagai kalangan, baik guru maupun pengelola pendidikan tingkat
kabupaten/kota/provinsi, maka pemilihan guru teladan diusulkan untuk
ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru berprestasi.
Frasa guru berprestasi bermakna prestasi dan keteladanan guru.
Sebutan guru berprestasi
mengandung
makna
sebagai
guru
unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Guru berprestasi merupakan guru yang menghasilkan karya
kreatif atau inovatif antara lain melalui: pembaruan
(inovasi)
dalam
pembelajaran atau bimbingan; penemuan teknologi tepat guna dalam bidang
pendidikan; penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau
sastra Indonesia dan sastra daerah; penciptaan karya seni; atau karya
atau prestasi di bidang olahraga. Mereka juga merupakan guru yang secara
langsung membimbing peserta didik hingga mencapai
prestasi di bidang
intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 2002.
Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi dilakukan secara bertingkat,
dimulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
dan tingkat nasional. Secara umum pelaksanaan pemilihan guru berprestasi
berjalan dengan lancar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui
pemilihan guru berprestasi ini telah terpilih guru terbaik untuk jenjang TamanKanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah
Atas, atau yang sederajat.
Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru berprestasi dilakukan
100

secara ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian, presentasi karya
akademik, wawancara, dan penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai
prestasi terbaik melalui beberapa jenis teknik penilaian inilah yang akan
memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat nasional.
b. Penghargaan bagi Guru SD Berdedikasi di Daerah Khusus/Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian
serius dari
pemerintah. Oleh karena
itu,
sejak
beberapa
tahun
terakhir
ini,
pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan secara rutin baik pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional maupun pada peringatan lainnya.
Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan
martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai
pendidik bangsa dihormati dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru
untuk meningkatkan prestasi, pengabdian, loyalitas
dan dedikasi serta
darma baktinya pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan kompetensinya
secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing.
Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam melaksanakan
pekerjaan/jabatannya sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di daerah
yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami
bencana alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan darurat
lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin.
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan yang bersifat seremoni
belaka. Penghargaan ini secara selektif dan kompetitif diberikan kepada d u a
orang guru sekolah dasar (SD) Daerah Khusus dari seluruh provinsi di
Indonesia.
Masing-masing
Dinas Pendidikan Provinsi diminta dan diharuskan
menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus, terdiri dari satu
laki-laki dan satu perempuan yang berdedikasi tinggi untuk diberi penghargaan,
baik yang berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun guru
bukan PNS. Untuk dapat menerima penghargaan, guru SD berdedikasi yang
bertugas di Daerah Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan
khusus. Kriteria umum dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; setia dan taat kepada Pancasila dan UndangUndang Dasar
1945;
memiliki moralitas,kepribadian dan kelakuan yang
terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan masyarakat
sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya.
101

Kriteria
khusus
bagi
guru
SD
Daerah
Khusus
untuk
memperoleh penghargaan antara
lain,
pertama,
dalam
melaksanakan
tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa,
pengabdian,
kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai komitmen yang tinggi
dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan segala keterbatasan
yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas
sebagai
guru
di
daerah
khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus menerus
atau selama delapan tahun secara terputus-putus.
Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah menerima
penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima, responsif terhadap
persoalan-persoalan yang aktual dalam masyarakat. Keenam, dengan keahlian
yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah sosial sehingga
usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-masalah
tersebut.
Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta integritas
kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam masyarakat. Kedelapan,
menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada
masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.
c. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi
Penghargaan bagi guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Khusus
(PLB/PK) berdedikasi dilakukan sejak tahun 2004. Penghargaan ini diberikan
kepada guru dengan maksud untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan
profesionalisme guru PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada
kinerja dan prestasi kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang
memiliki dedikasi dan kinerja melampaui target yang ditetapkan satuan
Pendidikan Khusus mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif atau inovatif yang diakui
baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau internasional; dan/atau secara
langsung membimbing peserta didik yang berkebutuhan khusus sehingga
mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Seleksi pemilihan guru berdedikasi tingkat n a s i o n a l d i l a k s a n a k a n di
Jakarta. Mereka berasal dari seluruh provinsi di
Indonesia. Pemilihan
guru PLB/PK berdedikasi ini dilaksana-kan secara objektif, transparan,
dan akuntabel. Pemberian penghargaan ini diharapkan dapat mendorong
guru PLB/PK dalam meningkatkan kemampuan profesional yang diperlukan
untuk membantu mempersiapkan SDM yang memiliki kelainan tertentu untuk
102

siap menghadapi tantangan kehidupan masa depannya.


Dalam penetapan calon guru PLB/BK yang berdedikasi dan prestasi yang
menonjol bersifat kualitatif. Kriteria tersebut dapat dijadikan acuan atau
pertimbangan dasar, sehingga guru PLB/PK berdedikasi yang terpilih untuk
menerima penghargaan benar-benar layak dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
Kriteria dedikasi dan prestasi dimaksud meliputi pelaksanaan
tugas, hasil pelaksanaan tugas, dan sifat terpuji. Dimensi pelaksanaan tugas
mencakup, pertama, konsisten dalam membuat persiapan mengajar yang standar
bagi anak berkebutuhan khusus. Kedua, kecakapan dalam melaksanakan
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Ketiga, keterampilan mengelola
kelas sehingga tercipta suasana tertib. Keempat, kemampuan melaksanakan
komunikasi yang efektif di kelas. Kelima, konsisten dalam melaksanakan
evaluasi dan analisis hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus. Keenam,
objektivitas dalam memberikan nilai kepada peserta didik berkebutuhan khusus.
Dimensi kemampuan menunjukkan hasil pelaksanaan tugas secara baik
mencakup,
pertama,
penemuan
metode/pendekatan
yang
inovatif,
pengembangan/pengayaan materi dan/atau
alat
peraga
baru
dalam
khusus. Kedua, dampak sosial/budaya/ekonomi/ lingkungan terhadap proses
belajar mengajar yang dirasakan atas penemuan metode/pendekatan yang
inovatif, pengembangan/pengayaan materi dan/atau alat peraga baru dalam
pembelajaranb agi anak berkebutuhan khusus. Ketiga, kemampuan memprakarsai
suatu kegiatan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Keempat, memiliki
sifat inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumber/alat peraga yang ada di
lingkungan setempat untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar bagi anak
berkebutuhan
khusus. Kelima, mampu menghasilkan peserta didik yang
terampil sesuai dengan tingkat kemampuan menurut jenis kebutuhan peserta
didik.
Dimensi memiliki sifat terpuji antara lain mencakup kemampuan
menyampaikan pendapat, secara lisan atau tertulis; kesediaan untuk
mendengar/menghargai pendapat orang lain; sopan santun dan susila; disiplin
kerja; tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas; kerjasama; dan stabilitas
emosi. Dimensi memiliki jiwa pendidik mencakup beberapa hal. Pertama,
menyayangi dan mengayomi peserta didik berkebutuhan khusus. Kedua,
memberikan bimbingan secara optimal kepada peserta didik berkebutuhan
khusus. Ketiga, mampu mendeteksi kelemahan belajar peserta didik berkebutuhan
khusus.
Pemilihan guru berprestasi serta pemberian penghargaan kepada guru
103

SD di Daerah Khusus dan guru PLB/PK berdedikasi seperti disebutkan di atas


merupakan agenda
tahunan. Namun demikian, meski sifatnya kegiatan
tahunan, program ini bukanlah sebuah kegiatan yang bersifat seremonial belaka.
Pelembagaan program ini merupakan salah satu bukti kuatnya perhatian
pemerintah
dan
masyarakat terhadap profesi guru. Tentu saja, di masa
datang, kualitas dan kuantitas pemberian penghargaan kepada guru berprestasi
dan berdedikasi senantiasa perlu ditingkatkan.
d. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan
Sejalan dengan disahkannya UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak atas penghargaan
sesuai dengan prestasi dan dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada
guru pada satuan pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga,
berjasa pada negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa.
Kriteria guru yang berhak menerima penghargaan Satyalancana
Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum
antara lain warga negara Indonesia; berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta
mempunyai nilai dalam DP3 amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurangkurangnya bernilai baik untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama,
diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal
sekurang-kurangnya selama lima tahun terus menerus atau selama delapan tahun
terputus-putus. Kedua, diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di daerah
perbatasan, konflik, dan bencana sekurang- kurangnya selama 3 tahun terus
menerus atau selama 6 tahun terputus-putus. Ketiga, diutamakan yang bertugas
selain di daerah khusus sekurang-kurangnya selama 8 tahun terus menerus dan
bagi kepala sekolah sekurang- kurangnya bertugas 2 tahun. Keempat, berprestasi
dan/atau berdedikasi luar biasa dalam melaksanakan tugas sekurang-kurangnya
mendapat penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan
organisasi/asosiasi profesi guru, kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan di
berbagai sektor. Keenam, tidak pernah memiliki catatan pelanggaran atau menerima
sanksi sedang dan berat menurut peraturan perundang-undangan.
e. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran
Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba sejenis dapat
memotivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, khususnya
dalam
kemampuan perancangan, penyajian, penilaian proses dan hasil
pembelajaran atau proses bimbingan kepada
siswa;
dan
meningkatkan
kebiasaan
guru
dalam mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan
profesinya secara baik dan benar. Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran
atau sejenisnya dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Pertama, sosialisasi melalui
berbagai media, antara lain penyusunan dan penyebaran poster dan leaflet. Kedua,
penerimaan naskah.
Ketiga, melakukan seleksi, baik seleksi administrasi
104

maupun seleksi terhadap materi yang ditulis.


Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan dewan juri
yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Sejalan dengan itu, aktivitas yang
dilakukan adalah sebagai berikut: penyusunan pedoman lomba keberhasilan guru
dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian naskah lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran a t a u s e j e n i s n y a tingkat nasional;
penilaian penentuan nominasi pemenang lomba keberhasilan guru dalam
pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional;
penentuan
pemenang
lomba
keberhasilan
guru
dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan
pemberian penghargaan pemenang lomba tingkat nasional.
Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya berbagai
pengalaman guru dalam merancang, menyajikan, dan menilai pembelajaran atau
bimbingan dan konseling yang secara nyata mampu meningkatkan proses dan
hasil belajar siswa,
sehingga
dapat dimanfaatkan oleh rekan guru yang
memerlukan dicetak dalam bentuk buku yang berisi model-model keberbasilan
dalam pembelajaran sebagai publikasi.
f. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade
Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada
tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan itu, guru-guru bidang
studi yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan salah
satu diterminan utama peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan
OSN untuk Guru (ONS Guru) merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran yang tercakup dalam kerangka
OSN.
Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana bagi guru
menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan meningkatkan kompetensi
profesional atau akademik untuk memotivasi peningkatan kompetensinya dalam
rangka mendorong mutu proses dan luaran pendidikan. Tujuannya adalah (1)
menumbuhkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan
wawasan pengetahuan, motivasi, kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras untuk
mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan kesadaran ilmiah untu
mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masa kini dan yang akan
datang; (4) mengangkat status guru sebagai penyandang profesi yang terhormat,
mulia, bermartabat, dan terlindungi; dan (5) membangun komitmen mutu guru dan
peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata.
Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional. Hadiah dan
penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai motivasi untuk
105

meningkatkan kegiatan pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya. Hadiah bagi


para pemenang tingkat kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya
diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
Kepada pemenang di tingkat nasional diberi hadiah dan
penghargaan dari kementerian pendidikan.
g. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru Berdedikasi
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing
peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru
sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya,
seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus
memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi
siswa, keluarga maupun masyarakat.
Selaras dengan
kebijaksanaan
pembangunan
yang
meletakkan
pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional,
kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era global. Untuk itu,
kemampuan profesional guru harus terus menerus ditingkatkan.
Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi perlu terus
dijaga dan dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru lainnya. Oleh karena itu,
sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pemilihan guru berprestasi, perlu
dilaksanakan pembinaan
dan pemberdayaannya agar pengetahuan dan wawasan
mereka selalu berkembang sesuai dengan kemajuan ipteks.
Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara Asia, dalam hal
ini dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan kelanjutan program-program
yang telah dilaksanakan sebelumnya. Program kerjasama ini dilaksanakan untuk
memberikan penghargaan
kepada guru berprestasi dengan memberikan
pengalaman
dan wawasan tentang penyelenggaraan pendidikan dan budaya di
negara maju seperti Jepang untuk dijadikan bahan pembanding dan
diimplementasikan di tempat tugas mereka.Kontinuitas pelaksanaan
program
kerjasama ini sangat penting, karena sangat bermanfaat bagi para guru untuk
meningkatkan pengetahuannya dalam melak-sanakan tugas profesionalnya.
h. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama
pendidikan
antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama antarnegara ini
dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya.
Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan
106

untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi
kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan
dengan negara-negara Asean, Jepang, Australia, dan lain-lain.
Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah Konstitusi
tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan
jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara
berjenjang mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat
nasional.
7. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang
terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas
dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas
pertimbangan prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian,
penghasilan dimaksud merupakan hak yang diterima oleh guru dalam bentuk
finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan
prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai
pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia.
Menyusul lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber
penghasilan gur u selain gaji pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan
khusus.
a. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan
sertifikat pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan
pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan
tunjangan profesi k e p a d a g u r u . Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14
107

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa Pemerintah
memberikan tunjangan profesi
kepada guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan
memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya
dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya.
Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok guru
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru
sudah bersertifikat akan menerima tunjangan
profesinya
jika
guru
bersangkutan mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam
muka per minggu dan persyaratan lainnya.

yang
atau
yang
yang
tatap

Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan


berumur 60 tahun. Usia ini adalah batas p e n s i u n bagi P N S g u r u . Setelah
berusia 60 tahun guru tetap berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru tidak
tetap maupun guru tetap yayasan untuk sekolah swasta, dan
menyandang
predikat guru bersertifikat, namun tidak berhak lagi atas tunjangan profesi.
Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi pendidik, mereka hanya berhak
atas satu tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal ini bermakna,
bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS
dengan kualifikasi akademik, masa kerja, serta kompetensi yang setara atau ekuivalen.
Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan
disesuaikan jenjang jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi
tersebut dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
b. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17 ayat
(1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan
tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2)
mengamanatkan bahwa subsidi tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang
bertugas di sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam
108

pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan fungsional ini


dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3).
Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS
seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. Namun saat ini
baru diberikan tunjangan tenaga
kependidikan
berdasarkan
pada
golongan/ruang kepangkatan/jabatannya. Khusus mengenai besarnya subsidi tunjangan
fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya.
c. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta
Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk terus
mengupayakan
peningkatan
kesejahteraan guru dan dosen,
di
samping
peningkatan profesionalismenya. Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang
diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di di daerah
khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara dengan satu kali
gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru
di Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di daerah
khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang dimaksudkan dengan Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil
atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil,
daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam,
bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.
1) Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang
relatif sulit dijangkau karena letaknya yang
jauh
di
pedalaman,
perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil; dan
daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau oleh
jaringan
transportasi maupun media komunikasi, dan tidak memiliki
sumberdaya alam.
2) Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah yang
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif
rendah serta tidak dilibatkan dalam kelembagaan masyarakat adat dalam
perencanaan dan pembangunan yang mengakibatkan daerah belum
berkembang.
3) Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang
109

terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara
lain, dalam hal batas wilayah negara di darat maupun di laut kawasan
perbatasan berada di kecamatan; dan pulau kecil terluar dengan luas area
kurang atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghu-bungkan garis
pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional.
4) Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah
yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang
berdampak negatif terhadap layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
5) Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan
sosial
dan
ekonomi
yang
membahayakan guru dalam melaksanakan tugas dan
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
6) Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam
keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya,
kelaparan dan sebagainya yang memerlukan penanggulangan dengan segera.
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya. Sebagai
katup pengaman sejak
tahun 2007, pemerintah memberikan bantuan
kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di
199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp
1.350.000 per bulan.
Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini adalah selain
meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat
sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain,
pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia
mengajar di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah
terpencil diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan
khusus ini.
d. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka
implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15
110

ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam
bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan
bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri
guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru
dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin
terwujudnya maslahat tambahan bagi guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan
ini adalah untuk:
(1) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi,
dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2)memberikan penghargaan
kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya
dalam dunia
pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang
lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi.
Dengan demikian, pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i)
mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat
dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru; (3) merangsang guru untuk
tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi guru hingga akhir masa
bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional.

Latihan dan Renungan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan
contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan contohnya?
Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan
contohnya?
Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan kepada
guru atas dasar prestasi kerja?
Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil perlu diberi tunjangan khusus?

G. Etika Profesi
1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
111

Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh
masyarakat sebagai profesi kelas dua. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi
guru adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia
dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui
proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa
agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak
cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat
keterampilan dan kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L.
Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan
kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan
yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau
memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam
jumlah tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan
nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam
itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terusmenerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri,
kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif.
Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam
bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti
berikut ini.
a. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemam-puannya itu.
b. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang
seprofesi dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
c. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna
etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya.
d. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan
gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk
merangsang pertumbuhan diri.
e. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan
kebijakan bidang pendidikan.
f. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan
dirinya.
g. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memoti-vasi dan
mengatur dirinya.
h. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi
perbaikan-diri.
i. Memiliki empati yang kuat.
112

j. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan
masyarakat.
k. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
l. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
m. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
n. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga
sosial dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang
penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu
sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum
beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik- karakteristik
profesi seperti berikut ini.
a.

Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui


pendidikan. Pendidikan
dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini,
pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh
seorang penyandang profesi.

b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah


kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi
guru, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi
(subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.
c.

Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain
atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka
teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam
pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada
klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman
praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda
pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga
akademik biasa.

d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau


communicable. Seorang
guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang
disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik.
e.

Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization.


Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya.
Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain,
113

meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.


f.

Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap


memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan,
apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia
kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan
normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat
sekalipun.

g.

Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru
dalam bekerja.

h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi malpraktik,


seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau
sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab
kepada komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma
dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu
yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
i.

Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar
gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif
yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa
layanan darinya.

j.

Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol


yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.

2. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya
tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan
kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan
etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan
ini perlu didefinisikan.
a.

Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan


hukum yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis
untuk mengembangkan profesionalitas anggotanya.

b. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang
dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan
nasional.
114

c.

Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh
guru-guru Indonesia sebagai
pedoman
sikap
dan
perilaku
dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara.

d. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau


asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam
memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan
pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.
e.

Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku
guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama
menunaikan
tugas-tugas profesionalnya
untuk
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.

f.

Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara


sistematis untuk menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan normanorma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang dalam
proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di
masyarakat.

3. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi


Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa
guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan
organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, bahwa guru wajib:
a. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan
Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masingmasing.
c. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturanperaturan dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masingmasing.
d. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif.
e. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi
guru dimana dia terdaftar sebagai anggota.
f. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota.
g. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
115

terdaftar sebagai anggota.


h. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana
dia terdaftar sebagai anggota.
i. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru harus
memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
4. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi
Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang
terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka
harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai
sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam
melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Untuk itu, pihak-pihak yang
berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar
bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju,
baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya
bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap
dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika
dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang tercermin
dalam tindakan nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi
secara beretika.
Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas
pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Disamping itu,
guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud
116

kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi


guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak.
Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode
Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau
asosiasi profesi guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi
penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan bahwa Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat
independen. Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan
profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan
profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi.
Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan
dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi
profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika
yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.

5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia


Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari
sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau
nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru,
merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk
nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari
bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi,
bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami,
menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat.
Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang
oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan
anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan
proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika
akan terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran yang
memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan efisien di sekolah.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan
117

Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang
disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil
Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di
Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008
tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi
setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi
bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik
bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen
Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata
pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.
Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI
sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi
guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati.
Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan
tugas keprofesian.
a. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
3) Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4) Guru
menghimpun
informasi
tentang
peserta
didik
dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.
5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan
efisien bagi peserta didik.
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa
kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di
luar batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan
yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik
dalam mengem-bangkan
keseluruhan
118

9)
10)
11)
12)
13)

14)

15)

16)

kepribadiannya, termasuk kemampu-annya untuk berkarya.


Guru menjunjung tinggi harga diri,
integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didik-nya secara
adil.
Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi- kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasanalasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.

b. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa


1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
2) Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain
yang bukan orangtua/walinya.
4) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5) Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
6) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau
anak-anak akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
c. Hubungan Guru dengan Masyarakat
1) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
119

2) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan


meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
4) Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
5) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan
peserta didiknya.
6) Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
8) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat
1) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3) Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah. e.
Guru menghormati rekan sejawat.
5) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
6) Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
7) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
8) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapatpendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan
pembelajaran.
9) Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
10) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugastugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
11) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidahkaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesi-onalnya.
12) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
13) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
120

14) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas


dasar
pendapat
siswa
atau
masyarakat
yang
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
15) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan- pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
16) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
e. Hubungan Guru dengan Profesi
1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pen-didikan
dan bidang studi yang diajarkan.
3) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4) Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
7) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
8) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugastugas dan tanggung jawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.
f. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi
1) Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
2)
Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
4)
Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
5)
Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
121

7)

Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk


memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
8) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Hubungan Guru dengan Pemerintah
1) Guru
memiliki
komitmen
kuat
untuk
melaksanakan
program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945,
UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan
Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
2) Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
3) Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
4) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau
satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.
5) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat
pada kerugian negara.

6. Pelanggaran dan Sanksi


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap dan
perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan
bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi
sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan
layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali
siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi atau asosiasi profesi, dan pemerintah
sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk
tujuan itu, Kode Eik Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber
utamanya, yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang
meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual.
Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk
Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesian.
Setiap

pelanggaran

adalah

perilaku

menyimpang

dan/atau

tidak
122

melaksanakana KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan


dengan profesi guru. Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan
negara.
Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan
melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi
objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI).
Pemberian sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundangundangan.
Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu saja,
istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat
profesi guru. Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI
wajib melapor kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI.

Latihan dan Renungan


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa esensi etika profesi guru?


Sebutkan karakteristik utama profesi guru!
Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik?
Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota organisasi
profesi?
Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru?
Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru?

Refleksi akhir
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

123

Guru memegang peranan yang sangat strategis


dalam
kerangka
menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana
disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan manusia masa depan yang
diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan
berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan agamais.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam
masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk
menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi
pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang sesungguhnya tidak akan
tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru
sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi
pembangunan masa depan bangsa.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan
sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk
dalam spektrum profesi kependidikan itu sendiri. Frasa tenaga kependidikan ini
sangat dikenal baik secara akademik maupun regulasi.
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis
profesi atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan
derajat profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja,
tanpa dukungan tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang
profesional sekali pun tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru
yang profesional sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di
laboratoium sekolah.
Karenanya, ketika berbicara mengenai profesi kependidikan, semua orang
akan melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di
mana di dalamnya termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam rumpun
pendidik, kini telah memiliki definisi tersendiri.
Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah
sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1)
tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan,
124

penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan,


laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas
pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas
kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah.
Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah pengelola sistem pendidikan,
seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jika
mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga administratif
bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan
fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan
menjadi empat kategori
yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing,
penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang
di bidang kependidikan,
dan
pustakawan;
(3) tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi
sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala sekolah,
direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah; dan (5) tenaga
lain yang mengurusi masalah- masalah manajerial atau administratif kependidikan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah
muncul beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus
Data Guru sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan
sebagai
bahan
pertimbangan kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa
mendatang. Hasil perhitungan dan rencana pemenuhan guru per kabupaten/kota
perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku yang dipublikasikan minimal
setiap tiga tahun.
Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
( supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan guru dan produksi guru.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio guru:murid dapat
di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di sekolah sebenarnya
terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah merasa
teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus.
Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua
satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat
Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Pemindahan Guru PNS yang masih
dalam proses penyelesaian telah terbit, maka berangsur-angsur akan terjadi
pemerataan guru.
Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke
kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat dan
cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru
yaitu pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan
lain-lain.
125

Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg


PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru
pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja
rendah, pengembangan keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier
guru.
Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang
atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi,
penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan,
pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru
di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk
tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun masterplan
pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa
hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas utama.
1.
2.

Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.


Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara
komprehensif berkaitan dengan:
a. Melakukan
koordinasi
dalam
penyediaan
guru
dengan
mempertimbangkan kebutuhan satuan pendidikan.
b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar
kompetensi yang telah ditetapkan.
c. Mengangkat
dan
menempatkan
guru
berdasarkan
kualifikasi
akademik dan bidang keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
satuan pendidikan.
d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara
nasional melalui aspek pendanaan bidang pendidikan.
e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas,
transparan dan akuntabel.
f. Memfasilitasi
peningkatan
kualifikasi
akademik
guru
dengan
menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel
g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan
dedikasinya
dan memberikan perlindungan hukum, profesi,
ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan intektual.
i.
Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah.
j.
Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru.

3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan


gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota
126

Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan


kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud
terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan,
sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi,
penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan
dengan tuntutan kekinian dan masa depan.
Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan
di muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar
mahasiswa calon guru. Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual,
kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini
ditetapkan oleh institusi penyedia calon guru dan/atau difilter melalui seleksi calon
peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke depan hanya
seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru.
Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif,
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran
sekolah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi
kebijakan nasional yang tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan
keprofesian dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau
merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan lembaga penyedia,
pengguna, dan pemberdayaannya.
Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia
bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan
sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan
tugas profesinya itu, guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu
ditetapkan KEGI sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah
dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik puteraputeri bangsa.
Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan
kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar
organisasi profesi guru. Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian
sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi
guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran
dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

===00===
127

BAB III
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A. Teori Belajar

1. Pengantar
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami keterbelakangan. Keterbe-lakangan
tersebut disebabkan oleh (1) pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan
penyelenggara bukan untuk peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan
bersifat pemindahan isi (content transmission). Tugas pengajar hanya sebagai penyampai
pokok bahasan. Mutu pengajaran menjadi rendah karena yang diukur hanya daya
serap sesaat yang dungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial.
Pengajaran tidak diarahkan kepada partisipasi total peserta didik yang pada akhirnya
dapat melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik; (3) aspek afektif cenderung
terabaikan; (4) diskriminasi penguasaan wawasan yang terjadi akibat anggapan bahwa
yang di pusat mengetahui segalanya dibandingkan dengan yang di daerah, yang di
daerah merasa mengetahui semuanya dibandingkan dengan yang di cabang, yang di
cabang merasa lebih tahu di bandingkan dengan yang di ranting, begitu seterusnya.
Jadi, diskriminasi sistematis terjadi akibat pola pembelajaran yang subjekobjek; dan
(5) pengajar selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah.
Teks atau buku acuan dianggap segalanya jika telah menyampaikan isi buku acuan
berhasillah dia.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem pendidikan yang ada selama ini ibarat
sebuah bank. Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak mendatangkan hasil yang
berlipat-lipat. Peserta didik lantas diperlakukan sebagai bejana kosong yang akan diisi,
sebagai sarana tabungan. Guru atau pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah
subjek pasif yang penurut dan diperlakukan tidak berbeda. Pendidikan akhirnya
bersifat negatif dengan guru memberikan informasi yang harus ditelan oleh peserta
didik yang wajib diingat dan dihapalkan. Berikut daftar antagonis pendidikan gaya
bank yang sangat magis dan naif.
a) guru mengajar murid belajar
b) guru tahu segalanya murid tidak tahu apa-apa
c) guru berpikir murid dipikirkan
d) guru bicara murid mendengarkan
e) guru mengatur murid diatur
f) guru memilih dan memaksakan pilihannya murid menuruti
g) guru bertindak murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan
tindakan guru
h) guru memilih apa yang diajarkan murid menyesuaikan diri
128

i) guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan wewenang


profesionalismenya dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid
j) guru adalah subjek proses belajar murid objeknya.
Oleh karena guru atau pelatih menjadi pusat segalanya. Karenanya menjadi hal
yang wajar jika murid mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototipe
manusia ideal yang harus ditiru dan digugu serta diteladani dalam segala hal.
Implikasinya, kelak murid-murid itu sebagai duplikasi guru mereka dulu. Pada saat
itu, akan lahir generasi baru yang penindas. Jadi, penindasan bisa jadi diawali dari
dunia pendidikan.
Berdasar beragam kesenjangan dan kelemahan praktik pendidikan, khususnya
pembelajaran tersebut, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi dan kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis,
kompetensi akademik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Bahkan, untuk
memenadu impelementasi kompetensi pedagogis di kelas, diterbitkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang mengatur
aktivitas guru menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
pengevaluasiannya. Tiap guru dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal,
kreatif, dan adaptif dalam situasi yang cepat berubah.
Sistem transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap di sekolah
dikembangkan agar sesuai dengan karakteristik siswa. Sistem transformasi itu
dikembangkan melalui model-model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAIKEM). Model PAIKEM merupakan model pembelajaran yang
dipayungi oleh teori psikologi mutakhir, antara lain kognitif, konstruktivistik, dan
humanistik yang menekankan pada belajar untuk menjadi tahu (learning to know),
belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar
untuk hidup bersama (learning to live together).
Tuntutan profesi mengharuskan guru mampu mengaplikasikan model PAIKEM.
Kebutuhan guru untuk dapat mengimplementasikan model-model tersebut dalam
pembelajaran sesuai karakteristik mata pelajaran merupakan pondasi bagi penulisan
modul ini.
Pernahkah Anda mendengar kata PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam dunia pendidikan? Pasti, Anda pernah
mendengarnya; bahkan, mendapatkan informasinya melalui berbagai pelatihan. Nah,
dalam modul ini, dikupas tentang PAIKEM beserta teori belajar yang melatarinya dan
model pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu saat ini tentang pergeseran paradigma
mengajar dari guru sentris ke siswa sentris. Isu tersebut sejalan dengan perkembangan

129

zaman, yakni proses transformasi pendidikan menuju pada learning to know, learning to
do, learning to be, dan learning to live together.
Pada modul ini, Anda akan mengenali konsep dasar PAIKEM, selayang
pandang teori belajar, model-model pembelajaran, dan contoh pembelajaran PAIKEM.
Setelah itu, Anda dapat menguatkan pemahaman melalui rangkuman dan evaluasi
yang terdapat pada modul ini. Selamat belajar modul ini. Salam PAIKEM!

a)
b)
c)
d)

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:


mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-model PAIKEM;
mengidentifikasi model- model pembelajaran berbasis PAIKEM sehingga dapat
membedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain;
mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis PAIKEM.

Sebelum mempelajari modul ini, Anda diharapkan memahami teori belajar dan
karakteristik peserta didik agar lebih menguatkan pemahaman Anda tentang PAIKEM. Agar isi
modul dapat melekat dalam pengalaman belajar Anda, cara penggunaan modul ini perlu Anda
cermati dengan seksama. Berikut ini cara menggunakan modul tersebut.
a) Lakukanlah orientasi modul terdahulu dengan membaca sekilas dari awal sampai akhir
modul.
b) Bacalah daftar isi untuk memberikan pemahaman awal tentang isi modul.
c) Cermati dengan seksama tujuan, prasyarat, dan cara menggunakan modul untuk
membekali arah yang akan dituju dalam mempelajari modul ini.
d) Bacalah secara cermat dari pengantar sampai pada rangkuman.
e) Contoh pembelajaran berbasis PAIKEM pada modul ini hanya sebatas ilustrasi sebagian,
Anda dapat mengembangkan dan menerapkan dengan contoh-contoh lainnya di kelas
masing-masing.
f) Silahkan menguji diri melalui mengerjakan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan
yang ada pada evaluasi.
g) Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk memperdalam kemampuan
Anda di bidang PAIKEM.

Peta Kompetensi
Model Pembelajaran berbasis PAIKEM
TUJUAN MATA DIKLAT
Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang
sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.
130

Peserta diklat mampu menerapkan


konsep dan implikasi teori belajar
sosial (humanistik) dalam model
pembelajaran berbasis PAIKEM yang
relevan

Peserta diklat mampu menerapkan


teori konstruktivistik dalam model
pembelajaran berbasis PAIKEM yang
relevan

5
4

Mahasiswa mampu
mendeskripsikan konsep
belajar
1

Mahasiswa mampu
menerapkan konsep
belajar behavioristik dalam
pembelajaran

Peserta diklat mampu


menerapkan teori belajar
kognitif dalam model
pembelajaran PAIKEM yang
relevan
3

2. Konsep Belajar dari Pandangan Teori Belajar


Sebenarnya siapa siswa itu? Semua yang terlibat dalam pendidikan harus sadar
bahwa (1) setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan
akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan
peluang agar dapat lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.
Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus
dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. Yang terjadi justru sebaliknya,
pendidik memberikan materi pelajaran lewat ceramah seperti yang mereka peroleh dari
bangku sekolah yang pernah diikuti; (3) dunia anak adalah dunia bermain tetapi materi
pelajaran banyak yang tidak disajikan lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan
oleh pemberian materi pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang
mengandung nuansa filsafat pendidikan; (4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif
dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan tidak memberikan kesempatan bagi
kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia belajar aktif. Banyak guru yang tidak mampu
mengaktifkan belajar siswa karena menganggap siswa sebagai objek yang tidak dapat
bertindak, berpikir, dan berlaku seperti yang diharapkan guru.
131

Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai teori belajar yang lain,


misalnya Gagne (1985) yang menekankan pada behavior development atau perkembangan
perilaku sebagai produk dari cumulative effects of learning atau efek komulatif. Menurut Gagne
bahwa belajar adalah proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan
berasal dari proses pertumbuhan. Learning is a change in human disposition of capability that
persists over a period of time and is not simply ascribable to processes of growth. Pendapat Gagne telah
mempengaruhi pandangan tentang bagaimana menata lingkungan belajar.

Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari pandangan teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik dan teori belajar
humanistik. Selesai belajar modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan dalam
pembelajaran. Tujuan khusus yang dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda
dapat :
a) Menjelakan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, teori belajar
Konstruktivistik, dan teori belajar Humanistik
b) Memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.

A.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan


tidak serta merta dapat dilakukan jika siswa belum memiliki stock of knowledge atau
prior knowledge dari hal yang sedang dipelajarinya. Pemberian pengalaman belajar
sebagai previous experience sangat dibutuhkan. Teori Behavioristik memiliki andil besar
terhadap hal tersebut. Proposisi-proposisi Behavioristik menjadi landasan logika
pengorganisasian pembelajaran yang beraksentuasi pada terbentuknya prior knowledge.
Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan
hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya
kebiasaan. Watson mengemukakan ada dua prinsip dalam pembentukan kebiasaan
yaitu kekerapan dan kebaruan. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap
individu bertindak balas terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli itu
maka akan lebih besar kemungkinan individu memberikan respon yang sama terhadap
stimuli tersebut.
Edwin Guthrie berdasarkan konsep contiguity menyatakan bahwa suatu
kombinasi stimuli yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan diikuti oleh gerakan
yang sama apabila stimuli tersebut muncul kembali. Pergerakan ini diperoleh melalui
latihan. Guthrie juga mengemukakan prinsip tentang pembinaan dan perubahan
kebiasaan. Pada dasarnya pembinaan dan perubahaan kebiasaan dapat dilakukan

132

melalui threshold method (metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan
the incompatible response method (metode rangsangan tidak serasi).
Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan pembinaan
hubungan antara stimuli tertentu dengan respon tertentu. Semua proses belajar
dilakukan dengan coba-salah (trial and error). Ada tiga hukum dalam hal tersebut yaitu
(1) hukum hasil (law of effect), (2) hukum latihan (law of exercise), (3) hukum kesiapan
(law of readiness). Skinner menyatakan bahwa peneguhan (reinforcement) memegang
peran penting dalam mewujudkan tindak balas baru. Peneguhan diartikan sebagai
suatu konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip Behavioristik
merupakan kegiatan belajar figuratif. Belajar seperti ini hanya menekankan perolehan
informasi dan penambahan informasi. Belajar merupakan proses dialog imperatif,
bukan dialog interaktif. Belajar bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses
mekanik. Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.
B. TEORI BELAJAR KOGNITIF
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan
peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku siswa bukan semata-mata respon
terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur
oleh otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif
adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh Jerome Bruner,
reception learning oleh Ausubel. Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget dapat
digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Perkembangan Kognitif Anak menurut Jean Piaget


Tahap
Umur
Ciri Pokok Pengembangan
SENSORIMOTORIK
0-2 Tahun
Berdasarkan tindakan langkah
demi langkah
PRAOPERASIONAL
2 7 Tahun
Penggunaan symbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
OPERASI
8 11 Tahun
Pakai aturan jelas/logis
KONKRET
reversibel dan kekelan
OPERASI FORMAL
11 Tahun ke
Hipotesis
atas
abstrak
133

deduktif dan induktif


logis dan probabilitas
Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Peaget merupakan proses
adaptasi intelektual. Proses adaptasi tampak pada asimilasi, akomodasi, dan
equilibration. Asimilasi ialah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan
struktur kognitif (skemata) yang ada sebelumnya. Pengintegrasian informasi baru ke
dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi adalah proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi. Equilibration adalah pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-tahap tersebut.
Menurut Bruner, kognitif berkembang melalui tiga tahap yaitu, enaktif
(melakukan aktivitas memahami lingkungan), ikonik (memahami objek melalui
gambar dan visualisasi verbal), dan simbolik (memiliki ide abstrak yang dipengaruhi
oleh kemampuan berbahasa dan berlogika).
Jika Jean Peaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa seseorang, Bruner menyatakan perkembangan bahasa
besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Dalam memahami dunia
sekitarnya orang belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika. Komunikasinya
dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang
dalam proses berpikirnya semakin dominan sistem simbolnya.
Meskipun teori belajar sosial dari Albert Bandura menekankan pada perubahan
perilaku melalui peniruan, banyak pakar tidak memasukkan teori ini sebagai bagian
dari teori belajar behavioristik. Sebab, Albert Bandura menekankan pada peran penting
proses kognitif dalam pembelajaran sebagai proses membuat keputusan yaitu
bagaimana membuat keputusan perilaku yang ditirunya menjadi perilaku miliknya.
C. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Belajar menurut perspektif Konstruktivistik adalah pemaknaan pengetahuan.
Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan bukanlah gambaran dunia
kenyataan belaka. Pengetahuan merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan
subjek. Pikiran berfungsi sebagai alat menginterpretasi, sehingga muncul makna yang
unik. Teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu pengetahuan harus dibangun
oleh siswa di dalam benak sendiri melalui pengembangan proses mentalnya. Dalam
hal ini iswalah yang membangun dan menciptakan makna pengetahuannya (Nur,
2000).
Konstruktivistik menekankan pada belajar sebagai pemaknaan pengetahuan
struktural, bukan pengetahuan deklaratif sebagaimana pandangan behavioristik.
Pengetahuan dibentuk oleh individu secara personal dan sosial.
Pemikiran
134

Konstruktivisme Personal dikemukakan oleh Jean Peaget dan Konstruktivisme Sosial


dikemukakan oleh Vygotsky.
Belajar berdasarkan Konstruktivistik menekankan pada proses
perubahan
konseptuall (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri siswa ketika peta konsep
yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi dunia nyata. Dalam proses ini siswa
melakukan analisis, sintesis, berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik
kesimpulan sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan
bersifat viabilitas, artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep
lain yang lebih dapat diterima. Degeng (2000) memaparkan hasil ananlisis komparatif
pandangan Behavioristik-konstruktivistik tentang belajar dikemukakan dalam tabel 1.2
berikut ini.
Tabel 1.2 Perbandingan Pandangan Behavioristik-Konstruktivik
tentang Belajar
Behavioristik
Pengetahuan adalah objektif,
pasti, dan tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur
dengan rapi.

Konstruktivistik
Pengetahuan adalah non-objective,
tempo- rer, selalu berubah, dan tidak
menentu

Belajar adalah perolehan


pengetahuan, sedang mengajar
adalah memindah
pengetahuan ke orang yang
belajar.

Belajar adalah penyusunan


pengetahuan dari pengalaman
konkret, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi. Mengajar
adalah menata lingkungan agar siswa
termotivasi dalam menggali makna
dan menghargai ketidakmampuan

Siswa diharapkan memiliki


pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar itulah
yang harus dipahami oleh
siswa.
Fungsi mind adalah menjiplak
struktur penge-tahuan melalui
proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah

Siswa akan memiliki pemahaman


yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung pada pengalamannya, dan
perspektif yang dipakai dalam
menginterpretasikannya.
Mind berfungsi sebagai alat untuk
menginterpretasi peristiwa, objek, atau
perspektif yang ada dalam dunia nyata
sehingga makna yang dihasilkan
bersifat unik dan individualistik.

135

sehingga makna yang


dihasilkan dari proses berpikir
ditentukan oleh
karakteristik struktur
pengetahuan.
Berikutnya, bagaimana implikasi proposisi-proposisi tersebut dalam kegiatan
belajar mengajar ? Silakan Anda refleksikan bagaimana Anda mengajar selama ini!
Demikian juga, refleksikan cara mengajar Anda selama ini dengan teknik
pengaorganisasian pembelajaran Konstuktivistik? Bandingkan hasil refleksi Anda
dengan rumusan-rumusan di bawah ini. Secara hirarki Driver dan Oldham
memberikan strategi pembelajaran konstruktivistik sebagai berikut.

ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS

136

RESTRUCTURING OF
IDEAS
Clarification and Exchange
COMPARISON
WITH PREVIOUS
IDEAS

Exposure to conflict
situation
Construction of new ideas
Evaluation

APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS

1) Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa


memperhatian dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
2) Elicitasi merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide yang
dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau
menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang
dipresentasikan kepada seluruh siswa.
3) Restrukturisasi ide dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara
mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi.
Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi
gagasannya, kalau tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasannya
cocok. Membangun ide baru hal ini terjadi jika dalam diskusi idenya bertentangan
dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan teman-temannya. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Jika
dimungkinkan, sebaiknya gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu
percobaan atau persoalan yang baru.
4) Aplikasi ide dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa
perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan
membuat pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci.
5) Review dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya
pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah
suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil
137

review kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki


maka akan memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa.
D. TEORI

BELAJAR SOSIAL (HUMANISTIK)

Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977--1986)


yang menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri atau lingkungan seorang
siswa. Aktivitas kognitif dalam diri siswa (kemampuan) belajar iswa dilaului dengan
cara modelling atau mencontoh perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan
pribadi, kreativitas, dan aktualisasi dari setiap individu yang belajar.
Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam
menerapkan teori belajar Humanistik, yaitu (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan
membuat atau memahami simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan,
(4) kemampuan untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5)
kemampuan mengatur diri sendiri dan (6) kemampuan untuk berefleksi.
1) Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Dalam hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a) perilaku, (b)
berbagai faktor yang ada pada pribadi seseorang dan (c) peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada lingkungan diri orang tersebut. Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama
saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lain.
2) Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini secara
simbolis melalui gambar-gambar kognitif (cognitive representation). Oleh karena itu
seseorang termasuk Anda lebih cepat bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia
sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri. Artinya Anda memiliki kemampuan
berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir yang kemudian
tersimpan dalam ngatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula diuji coba secara
simbolis dalam pikiran. Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran
kognitif dari masa lalu maupun masa depan yang dapat memengaruhi atau
menyebabkan munculnya perilaku tertentu.
3) Kemampuan Berpikir ke Depan
Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan masa depan. Anda dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi
terhadap Anda berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, merencanakan tindakantindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Kondisi inilah yang
disebut berpikir ke depan, dan cenderung tindaakan diawali oleh pikiran.
4) Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang Dialami Orang Lain

138

Anak-anak maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara memperhatikan


perilaku orang lain dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Keadaan
inilah yang disebut belajar berdasarkan apa yang dialami orang lain. Selain itu
seseorang belajar dengan melakukan sendiri dalam berbagai hal dan terjadi
konsekuensi dari perbuatan/perilakunya. Cara belajar dari pengalaman orang lain
merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan sesuatu yang dipikirkan.
5) Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan perilaku diri
sendiri. Anda telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya kapan harus memeriksa
kesehatan secara rutin, berapa jam harus tidur, jam berapa harus berangkat mengajar,
kapan harus menyiapkan perangkat pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap
mata pelajaran, kapan Anda mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas
sebagai guru secara optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya masih
banyak kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala prioritas.
Perilaku-perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan kewajiban sebagai
guru, juga berdasarkan standard an motivasi yang telah anda tetapkan sendiri.
6) Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung melakukan
refleksi atau perenungan untuk memikirkan tentang kemampuan pribadi masingmasing. Mereka umumnya mampu memantau ide-ide, dan kepantasan menilai ide
tersebut serta menilai dirinya dengan memperhatikan konsekuensi dari perilakunya.
Berdasarkan semua penilaian dirinya itu, yang paling penting adalah penilaian
terhadap tingkat kompetensi atau kemampuan mereka dapat mengerjakan suatu tugas
dengan sukses. Penilaian terhadap diri sendiri disebut keyakinan akan kemampuan diri
(self efficacy) yang ternyata memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan yang
akan dilakukan, besarnya usaha yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas
tersebut, besarnya tantangan saat menghadapi kesulitan, dan kemungkinan muncul
rasa khawatir menghadapi suatu tugas, bahkan ada rasa takut ataupun kurang percaya
diri.

E.RANGKUMAN
1. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan
hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya
kebiasaan.
2. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral
meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap
peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, danmenggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah
perceptual.
139

3. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu


pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri melalui
pengembangan proses mentalnya, dan siswalah yang membangun dan menciptakan
makna pengetahuannya.
4. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu proses di
mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.
5. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan
teori belajar humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat
atau memahami simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4)
kemampuan untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5)
kemampuan mengatur diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi.

1.

2.
3.
4.

5.

F. PELATIHAN
Jelaskan perbedaan antara teori behavioristik dan konstrukstif dalam hal
a. Belajar
b. Mengajar
c. Kedudukan peserta didik
d. Pengetahuan
e. Fungsi Mind
Jelaskan secara runtut perkembangan teori belajar behavioristik berdasarkan
prespektif sekurang-kurangnya dua tokoh yang Anda ketahui!
Jelaskan secara runtut tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget!
Jelaskan perbedaan penerapan kegiatan pembelajaran yang menganut pandangan
teori belajar behavioristik dan konstruktivistik secara aplikatif yang selama ini telah
Anda lakukan!
Jelaskan 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan teori belajar
humanistik yang dikemukan oleh Bandura!

B. Model-Model Pembelajaran Paikem


Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi
pada input dan output, kurang memperhatikan aspek proses. Padahal, proses akan
sangat menentukan hasil. Salah satu upaya meningkatkan kualitas proses belajar itu
ialah melalui PAIKEM. Apa yang dimaksud dengan PAIKEM? Mengapa harus
PAIKEM? Apa ciri-ciri PAIKEM? Apa yang harus dipersiapkan dalam PAIKEM?
Model-model pembelajaran apa saja yang menggunakan pendekatan PAIKEM?
140

Anda dapat menjawab semua pertanyaan tersebut dengan memelajari dan


menelaah penjelasan yang disajikan berikut.
1. KONSEP DAN CIRI-CIRI PAIKEM
Sebenarnya, guru termasuk orang yang kreatif. Berarti, guru mempunyai sikap
kreatif. Sikap kreatif ditandai dengan (a) keterbukaan terhadap pengalaman baru, (b)
kelenturan dalam berpikir, (c) kebebasan dalam ungkapan diri, (d) menghargai fantasi,
(e) minat terhadap kegiatan kreatif, (f) kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan (g)
kemandirian dalam memberikan pertimbangan sendiri.
Sebagai modal melaksanakan PAIKEM, tentunya guru mempunyai ciri-ciri:
a) rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,
b) sering mengajukan pertanyaan yang baik,
c) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,
d) bebas dalam menyatakan pendapat,
e) mempunyai rasa keindahan yang mendalam,
f) menonjol dalam salah satu seni,
g) mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang,
h) mempunyai rasa humor yang luas,
i) mempunyai daya imajinasi, dan
j) orisinal dalam gagasan dan pemecahan masalah.
Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap apatis tersebut
biasanya dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun, kondisi tempat mengajar yang
tidak mendukung, teman-teman lain yang juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak
menuntut apa-apa dari guru. Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa
bersusah payah, kan sebentar lagi pensiun", jawabnya dengan enteng ketika ditanya
tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar dijalaninya seperti biasanya.
Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi, gaya mengajar saat ini
sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu. Padahal, rentang tahun yang begitu
panjang amat baik jika diisi dengan perubahan positif gaya mengajar.
Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya tidak sedikit
pun mencerminkan perubahan karena teman guru di sekolahnya tidak aktif dan tidak
berprestasi. "Maunya sih kreatif dan kepingin berprestasi, tapi teman lain juga biasabiasa saja. Saya ya ngikut aja", ujarnya tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut
tampaknya juga dilakukan oleh guru-guru yang lainnya.Budi (lagi-lagi nama samaran)
sangat jengah karena kreativitas yang pernah dimunculkannya suatu waktu tidak
mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya. Sejak kejadian itu, Budi pasif dan
apatis. Tidak ada satu pun pembaharuan dilakukannya.
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat berkomunitas
teramat kuat. Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan, pengaruh diri sendiri
141

tenggelam jauh di lubuk hati. Untuk itu, agar dapat kreatif, Anda harus berani
menutup kran pengaruh dari luar. Guru kreatif menggunakan kata jangan berikut.
a) Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui kegagalan sebelum
Anda mencoba beberapa kali.
b) Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
c) Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
d) Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang banyak.
e) Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan pemikiran
yang mendalam.
f) Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
g) Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
h) Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
i) Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
j) Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah
mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends (dalam
Kardi dan Nur, 2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat
sebagai berikut.
a) Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia
mengembangkan hubungan kemanusiaan yang tulus dengan siswa, orang tua,
dan kolega-koleganya.
b) Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu pengetahuan.
Mereka menguasai dasar-dasar pengetahuan tentang belajar dan mengajar;
menguasai pengetahuan tentang perkembangan manusia dan cara belajar; dan
menguasai pengajaran dan pengelolaan kelas.
c) Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar yang telah
dikenal di dunia pendidikan untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
d) Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong siswa
untuk berpikir reflektif dan mampu memecahkan masalah. Mereka memahami
bahwa belajar pengelolaan pembelajaran yang baik merupakan proses yang
amat panjang sama halnya dengan profesi lain, yang memerlukan belajar dan
interaksi secara berkelanjutan dengan kolega seprofesi.
Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru agar
menggunakan enam kiat mengajar dengan efektif apabila mengharapkan hasil belajar
siswa secara maksimal. Keenam kiat mengajar dengan efektif di kelas sebagai berikut.
a. Ciptakan kondisi yang benar
1) Orkestrakan lingkungan;
2) Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;
3) Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
4) Tentukan hasil dan sasaran; AMBAKApa Manfaatnya Bagiku?
142

5) Visualisasikan tujuan Anda;


6) Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik;
7) Pasanglah poster di sekeliling dinding.
b.

Presentasikan dengan benar


1) Dapatkan gambar menyeluruh dahulu, termasuk perjalanan lapangan;
2) Gunakan semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan;
3) Gambarlah, buatlah pemetaan pikiran, dan visualisasikan;
4) Gunakan konser musik aktif dan pasif.

c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritiskonseptual, analitis, dan reflektif;
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi secara
permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwarauntuk melayani semua
gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.
e. Praktikkan
1) Gunakan di luar sekolah;
2) Lakukan;
3) Ubahlah murid menjadi guru;
4) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
f. Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
1) Sadarilah apa yang Anda ketahui;
2) Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
3) Lakukan evaluasi berkelanjutan.
Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah pendekatan
PAIKEM. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Disebut
demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik,
mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam
suasana menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut
pembelajaran CTL.

143

Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus


menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
menanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses
aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang
hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan
gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga
memperoleh kemajuan hasil belajar. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di
masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip: (1)
pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3)
siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan
manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi
bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif
bukan pasif. Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan
karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter menyatakan, bawalah dunia
mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka.
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, siswa dapat
menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya. Artinya, siswa kretaif dalam
memahami masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk
lain yang lebih mudah diterima, dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk
memecahkan masalah.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang
menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang
sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologis. Jika pembelajaran berada
dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan
apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning
climate) yang kondusif.
Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM? Dapatkah
Anda menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan pemahaman Anda tentang
PAIKEM dengan uraian berikut. PAIKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara untuk
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
peserta didik.
144

3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan pojok baca dan memajang hasil karya siswa.
4. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam
peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran
tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan
kemampuan guru yang berkesesuaian.

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam Pembelajaran
Kemampuan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan
Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik berperan
aktif dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
mengelola pembelajaran

Percobaan
yang mendorong peserta
Diskusi kelompok
didik untuk berperan aktif
Memecahkan masalah
dalam pembelajaran.

2. Guru menggunakan media


pembelajaran dan sumber
belajar yang beragam.

3. Guru memberi kesempatan


kepada peserta didik untuk
mengembangkan
keterampilan.

4. Guru memberi kesempatan


kepada peserta didik untuk
mengungkapkan gagasannya
sendiri secara lisan atau
tulisan.
5. Guru menyesuaikan bahan
dan kegiatan belajar dengan
kemam-puan peserta didik.

Mencari informasi
Menulis laporan/cerita/puisi
Berkunjung keluar kelas
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
- media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
- gambar
- studi kasus
- nara sumber
- lingkungan

Peserta didik:

melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara


mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
menarik kesimpulan
memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri

Melalui:
diskusi
pertanyaan terbuka
hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik sendiri
Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
145

6. Guru mengaitkan
pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik
sehari-hari.
7. Menilai proses pembelajaran
dan kemajuan belajar peserta
didik secara terus menerus.

Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya


sendiri.
Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan
sehari-hari
Guru memantau kerja peserta didik
Guru memberikan umpan balik

Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori, model pembelajaran


PAIKEM , dan CTL dapat digambarkan sebagai berikut.
2. MODEL-MODEL PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacam-macam
pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diuraikan di dalam modul
ini didasarkan pada konsep model pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan
oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan Showers, 1992) dan diberi nama model
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional
teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai. Berikut ini disajikan model-model pembelajaran.
a. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert
Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan masyarakat yang lebih
besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa
bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang
mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih
baik. Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran kooperatif haruslah
diciptakan setting kelas dan proses pengajaran yang mensyaratkan adanya kontak
langsung, berperan serta dalam kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota
dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan
ciri khususnya. Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan
perilaku laku guru pada setiap sintaks.
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Perilaku Guru

146

Fase 1
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompokmembentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok belajar
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD


(Student Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan
pendekatan struktural.
1) Student Teams-Achievement Division (STAD)
Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi kelompokkelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas
laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah. Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. Siswa dalam
kelompok kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu,
misalnya dua minggu siswa diberi kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap
individu dapat diukur skor perkembangannya.
2) Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok dengan 5 atau 6
orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada
siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian
tertentu dari bahan yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan
itu adalah hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang
populasi, siswa lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar tentang
ekosistem, dan yang terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari kelompok lain yang
mendapat tugas topic yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut.
Kelompok ini disebut kelompok ahli. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama
selang waktu tertentu, setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan
147

menyampaikan apa yang telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada temantemannya dalam kelompok asal. Evaluasi dilakukan pada kelompok asal (lihat gambar
112)
1

2
3

Kelompok
asal

Kelompok
ahli

Gambar 1.2
Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal

3) Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk beberapa kasus,
kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan diteruskan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
dipilih itu. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Tabel 2.3 Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif


Investigasi
Pendekatan
Aspek
Tipe STAD
Tipe Jigsaw
Kelompok
Struktural
Tujuan
Informasi
Informasi
Informasi
Informasi
kognitif
akademik
akademik
akademik tingkat akademik
sederhana
sederhana
tinggi & ketr.
sederhana
inkuiri
Tujuan
Kerja kelompok Kerja kelompok Kerjasama
Keterampilan
sosial
dan kerja sama dan kerja sama dalam kelompok kelompok an
kompleks
keterampilan
sosial
Struktur
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Bervariasi,
tim
heterogen
belajar
belajar dengan
berdua, bertiga,
148

Aspek

Tipe STAD

Tipe Jigsaw

dengan 4-5
orang anggota

heterogen
dengan 5-6
orang anggota
menggunakan
pola kelompok
asal dan
kelompok ahli
Biasanya guru

Pemilihan
topik
Tugas
Utama

Biasanya guru

Penilaian

Tes mingguan

Pengakuan

Lembar
pengetahuan
dan publikasi
lain

Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan
dan saling
membantu untuk
menuntaskan
materi
belajarnya

Siswa
mempelajari
materi dalam
kelompok ahli
kemudian
membantu
anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Bervariasi dapat
berupa tes
mingguan

Publikasi lain

Investigasi
Kelompok
5-6 anggota
heterogen

Pendekatan
Struktural
kelompok
dengan 4-6
anngota.

Biasanya siswa

Biasanya guru

Siswa
menyelesaikan
inkuiri kompleks

Siswa
mengerjakan
tugas-tugas
yang diberikan
sosial dan
kognitif

Menyelesaikan
proyek dan
menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes essay
Lembar
pengetahuan
dan publikasi
lain

Bervariasi

Bervariasi

b. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan


Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para
ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui penemuan ini
antara lain adalah Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran penemuan.
Pembelajaran penemuan merupakan suatu model pengajaran yang menekankan
pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin
ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan
bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi. Tokoh
lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan suatu pendekatan yang disebut
latihan inkuiri.

149

Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah


kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan sesuatu yang dapat
dicermati dalam tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Sintaks Model Belajar melalui Penemuan
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Observasi menemukan masalah

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena


yang memungkinkan siswa menemukan masalah.

Tahap 2
Merumuskan masalah

Guru membimbing siswa merumuskan masalah


penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena
yang disajikannya.
Guru membimbing siswa untuk mengajukan
hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskannya.
Guru membimbing siswa untuk merencanakan
pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur
kerja yang tepat.
Selama siswa bekerja guru membimbing dan
memfasilitasi.

Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah
(melalui eksperimen atau cara lain)
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan
pengumpulan data
Tahap 7
Analisis data
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan

Guru membantu siswa melakukan pengamatan


tentang hal-hal yang penting dan membantu
mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Guru membantu siswa menganalisis data supaya
menemukan sesuatu konsep
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep
yang ingin ditanamkan.

c. Pembelajaran berdasarkan Masalah


Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua model
yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai
ciri umum, yaitu menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan
bermakna yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus yaitu
adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin
ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk
tersebut serta adanya kerja sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah
bagaimanakah kita dapat memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang
150

singkat supaya dapat memenuhi permintaan pasar Apabila pemecahan terhadap


masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara ekonomis. Masalah
seperti bagaimanakah kandungan klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan yang
tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas cahanyanya berbeda merupakan masalah
akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis
secara langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah
gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang
berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk
secara aktif membangun tampilan dala otak mereka tentang lingkungan yang mereka
hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam pengembangan konsep
konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model pengajaran
berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 2.5 berikut ini adalah sintaks model
pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada setiap tahap sintaks.
Tabel 2.5 Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa kepada masalah
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang


dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.

d. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga sering
disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya sebagai teori
pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang menyumbang dasar pengembangan model
pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang
151

mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif
dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa
belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku
gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam
menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan
pengetahuan yang terlalu kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6 berikut ini
akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan oleh
guru pada tiap-tiap sintaks.
Tabel 2.6 Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase
Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan keterampilan
(pengetahuan prosedural) atau
mempresentasikan pengetahuan
(deklaratif)
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar


belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar,
atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

e. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif
terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara
dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa.
Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang
studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak
digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi
kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya

152

diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi
dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu
dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan
yang perlu dikemas secara menarik.
f. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam
tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema
bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer,
kongkret, dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan
siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian.
Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang
terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsepkonsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis
ke konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam
mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru bahasa
Indonesia diharapkan sebagai berikut.
Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Keterampilan
berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa.
Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas
berbahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu minat,
keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru tidak
perlu monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum
memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.
g. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp,
sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu
sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan
teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro153

Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).

Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan


konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum
menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk
dirayakan. QL menutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang
memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan
rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2)
fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan
belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip
tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman
sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran
kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap
sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan
yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan
dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar,
dan keterampilan hidup.
Keranngka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan istilah
TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman
dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhansaya tahu
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar.
Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri;
ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar
mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
bersenang-senanglah bersama mereka.
154

h. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara
penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan
sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil
belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan
bahwa
(1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan
membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan
peluang agar dapat lebih berkembang;
(2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama
dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara
merasa dan berpikir anak-anak;
(3) dunia anak adalah dunia bermain;
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek.
Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi
belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan
sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan
kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak
sebagai berikut.
a) Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan
persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
b) Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara
bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
c) Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan
selama proses berlangsung.
d) Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
e) Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan
jalan agar partisipan menemukan jalannya.
f) Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
g) Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
h) Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
a) belajar dari realitas atau pengalaman,
b) tidak menggurui, dan
155

c) dialogis.
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari
pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle). Proses
tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan
partisipatori.
Berikut rincian proses tersebut.
a) Rangkai-Ulang
b) Ungkapan
c) Kaji-Urai
d) Kesimpulan
e) Tindakan
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah siswa
sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya
sebagai berikut.
a) Persepsi
b) Identifikasi diri
c) Aplikasi diri
d) Penguatan diri
e) Pengukuhan diri
f) Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media
atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu.
i. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi
yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan
masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan
pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey sudah mengemukakan
pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey &
Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah
sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang
memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan
kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001).
Pembelajaran kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah
mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa
156

pembelajaran merupakan proses kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh
melampaui drill oriented dan metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001)
pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam
tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahakan masalahmasalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington (2001) mengembangkan
metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis
inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual
dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning,
constructivism, metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection.
Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari
mengingat seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan.
Tentunya, pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat
menemukan sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a)

observasi

b)
c)
d)
e)

bertanya
mengajukan dugaan
pengumpulan data
penyimpulan

2) Pertanyaan
157

Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal dari


sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul pertanyaan
Siapa Chairil Anwar itu?
Barulah, seseorang membuka buku, bertanya, dan
mendiskusikan Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing,
dan menilai kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali
informasi, mengecek informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan
memastikan penemuan yang dilakukannya.
3) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa dapat
mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri. Konstruktivistik
merupakan landasan berpikir (filosofis) metode kontekstual, yaitu bahwa
pengetahauan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak seketika. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan dan
memberi makna melalui pengalaman tidak melalui ingtana dan hafalan saja.
4) Pemodelan

Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa agar


siswa tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara dari
rekaman? Jika pernah, berarti Anda telah melakukan pemodelan. Pemodelan adalah
pemberian model agar siswa dapat belajar dari model tersebut. Bisa jadi, guru
memberikan model karya tulis, model paragraf, model kalimat, dan seterusnya. Dari
model itu, siswa mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang
ditunjukkan. Dalam kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat
diambil dari mana saja.
5) Komunitas Belajar

Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.
Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi dengan
temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar pendapat dengan
temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang
kelas, di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun.
Dalam kelas yang
kontekstual, Anda disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran dalam kelompok
belajar. Siswa belajar di kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen.
Yang pandai mengajari yang lemah. Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu.
Yang cepat menangkap berada satu kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa
upayakan dapat selalu bervariasi dari segi apapun.
6) Penilaian Autentik

158

Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam kontekstual,


perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan data dari aktivitas
belajar siswa secara langsung di kelas. Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau
di rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan
ada komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak banyak omong di kelas
ternyata nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat, berbicara, dan
bercerita mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.
7) Refleksi

Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan,


aktivitas yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan
merefleksikan sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya
tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir
jam pelajaran, di akhir bab/tema, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi
dapat berupa pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu, lagu,
puisi, kata kunci, cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang
lain-lainnya.
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran menulis.
Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol besar. Tulisan
yang muncul adalah aha saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya.
Bisa juga siswa menulis puisi yang isinya tenatang pembelajaran yang baru saja
dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/ seperti makan pisang/ kita tidak perlu
bimbang/ karena hati senang.
J. RANGKUMAN
1)

2)

3)

4)

PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Disebut demikian karena pembelajaran
ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas
sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana menyenangkan.
Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu,
pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran, (2)
guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan objek, (4)
multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran
induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8)
keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif .
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau
prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran kooperatif, (b)
pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran melalui penemuan, (d) pembelajaran
159

langsung, (e) pembelajaran komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h) kuantum, (i)
partisipatori, dan (j) kontekstual.
5) Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a) tipe STAD, (b) tipe
Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe Pendekatan Struktural.
6) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
teori belajar konstruktivis. Selain keterampilan akademik, model pembelajaran kooperatif
menekankan pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya bekerjasama dan menghargai
pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi ruang yang sangat luas
untuk berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan sumber belajar. Guru diharapkan selalu
memberikan penghargaan kepada kelompok kooperatif yang paling kinerjanya bagus.
7) Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada pemecahan masalah autentik, yaitu
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata, yang dirasakan siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
8) Belajar melalui penemuan (inkuiri) memberikan pengalaman kepada siswa sebagaimana
ilmuwan membangun pengetahuan. Secara garis besar tahapannya meliputi: menemukan
masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan melakukan
eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data hasil eksperimen, dan menarik
kesimpulan.
9) Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu.
Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
10) Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan keterampilan prosedural
terutama yang mengandung resiko (berbahaya) tetapi model ini kurang merangsang
penalaran tingkat tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

7)

K. PELATIHAN
Jelaskan hubungan antara teori belajar, model pembelajaran PAIKEM dan CTL!
Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
tipe Jigsaw!
Jelaskan perbedaan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dan
model pembelajaran melalui penemuan!
Jelaskan karakteristik tipe materi ajar yang sesuai dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
Pilihlah contoh materi (sesuai dengan latar belakang keilmuan Anda), kemudian
deskripsikan tahapan implementasi pembelajaran model Jigsaw!
Siswa ingin memcahkan masalah Bagaimanakah hubungan jumlah baterai
terhadap nyala lampu? Untuk memecahkan masalah tersebut model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok atau model pembelajaran problem based
instruction yang tepat untuk dipilih, berikan argumentasi Anda!
Jelaskan alasan bahwa hanya siswa yang nomornya disebut yang boleh menjawab
dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered-head together, padahal sebelum
menjawab semua anggota kelompok telah berdiskusi dulu!

160

8) Buatlah contoh langkah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif tipe


think-pair-share!
9) Buatlah contoh permasalahan autentik yang tepat untuk dipecahkan melalui model
pembelajaran problem based instruction?
10) Jelaskan kelebihan dan kelemahan penggunaan model pembelajaran langsung.
11) Berikan contoh materi pembelajaran yang bisa diberikan
melalui model
pembelajaran langsung.
12)
13)
14)
15)
16)

Jelaskan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan


proses pembelajaran!
Aspek apa saja yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait
dengan persiapan proses pembelajaran?
Jelaskan yang bdimaksud eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam proses pelaksanaan
pembelajaran!
Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan pembelajaran
CTL!
Bagaimana hubungan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan pembelajaran
PAIKEM!

C. Media Pembelajaran
1. Pengantar

Modul ini mengkaji tentang pengertian media pembelajaran, landasan


pentingnya penggunan media dalam pembelajaran, fungsi media pembelajaran, jenis
dan klasifkasi media pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, pengembangan dan
penggunaan media pembelajaran.
Isi yang terkandung dalam modul ini merupakan uraian tentang konsep dan
prinsip secara umum tentang media pembelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi
guru peserta PLPG dari semua bidang studi. Untuk mengimplementasikan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan penggunaannya dalam kegiatan
pembelajaran (real teaching) para guru perlu membaca media pembelajaran pada modul
media pembelajaran bidang studi. Modul media pembelajaran bidang studi disajikan
dalam bentuk suplemen. Misalnya suplemen modul media pembelajaran mata bidang
studi Ilmu Pengetahuan Sosial, suplemen modul media pembelajaran bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Kedua modul media pembelajaran ini penting,
mengingat setiap bidang studi memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan
bidang studi lainnya. Implikasinya setiap kompetensi yang ada pada setiap bidang
studi itu menuntut digunakannya media tertentu yang relevan untuk mencapai
kompetensi tersebut.

161

Agar Anda dapat mempelajari modul ini dengan optimal, disarankan Anda
sudah menguasai sejumlah pengetahuan antara lain, (1) teori belajar dan pembelajaran,
(2) model-model pembelajaran inovatif, (3) berbagai metode pembelajaran, (4)
karakteristik peserta didik, dan (5) analisis materi pembelajaran.
Untuk mempelajari modul ini ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu kegiatan
belajar tatap muka dengan instruktur pelatihan melalui tatap muka dan kegiatan
belajar dilakukan tanpa kehadiran instruktur (kegiatan terstruktur dan belajar
mandiri). Anda dapat melakukan kegiatan terstruktur tersebut secara mandiri (sendiri
atau dalam kelompok). Walaupun instruktur tidak hadir secara fisik bersama-sama
peserta pelatihan untuk melakukan kegiatan pelatihan.
Agar hasil belajar yang Anda peroleh dengan media modul ini optimal, Anda
disarankan membaca referensi lain yang relevan, membaca berbagai artikel baik dari
jurnal cetak maupun dari internet, melakukan diskusi dengan teman sejawat atau
instruktur, dan mengerjakan tugas-tugas atau latihan-latihan yang disediakan dalam
naskah modul ini. Jangan segan-segan bertanya kepada teman atau kolega Anda yang
telah berpengalaman dalam merancang, mengembangkan, dan mengim-plementasikan
media pembelajaran. Biasanya belajar dari pengalaman orang lain akan jauh lebih
bermakna.
Modul ini menghendaki Anda untuk memraktekkan pengetahuan yang telah
Anda pelajari melalui workshop pengembangan perangkat pembelajaran ke dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Pelaksanaan Pembelajaran (peer
teaching).
2. Pengertian, Rasional, dan Fungsi Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin medium yang berarti di
antara, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993). Martin dan Briggs (1986) menyatakan
bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat keras, seperti komputer,
televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-perangkat
keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru atau pengajar
juga termasuk media pembelajaran (Degeng, Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari
pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of Education
dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a
162

complete body of information and are largely self-supporting rather than supplementary in the
teaching-learning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang
menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar
mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar
dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977) membuat klasifikasi media
pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for
learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas
belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video
player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain. Sarana
pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, majalah,
surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta, globe,
poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar
mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat
bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa pengertian
materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi rambu-rambu pertanyaan
berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya.
Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda
masukkan dalam kategori materi pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran
itu Anda dapatkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam
kategori sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda
mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan
dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti contoh uraian
berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca cepat 250
kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang Anda ajarkan?
Jawabannya adalah teks bacaan. Dengan demikian, teks bacaan dalam pembelajaran Anda
ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan tersebut Anda peroleh?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar Kompas, dari buku paket,
dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat kabar Kompas, buku paket,
majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan atau sumber materi. Dengan
alat apa Anda mengajarkan materi tersebut agar siswa memiliki kompetensi dasar itu?
Mungkin jawabannya adalah arloji atau stop watch, handphone, dan tabel isian yang berisi
nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu membaca. Dalam hal ini, arloji, stopwatch,
handphone, dan tabel isian tersebut dapat Anda kategorikan sebagai media
pembelajaran.
b. Rasional Penggunaan Media
1) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses pembelajaran pada
dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses beralihnya pesan dari suatu
sumber, menggunakan saluran, kepada penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan
163

akibat atau hasil (Gafur, 1986, p.16). Model komunikasi terebut dikenal dengan nama
model: Source Message Channel Reciever Effect. Dalam proses pembelajaran, pesan
itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh pendidik, saluran berupa media,
penerima adalah siswa, sedangkan hasil berupa bertambahnya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali
informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat
siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus
menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap
kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran
manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman,
perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak
melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut , maka
media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media
audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media dalam proses
komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas
pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak
indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses
komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal,
terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali,
sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dan
sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan
menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan sebagainya; dan c)
Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaikan, misalnya: materi berada jauh dari
tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh, dan
sebagainya.
3). Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman (Cone of
Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan secara
langsung, maka diperlukan media. Dengan menggunakan media, diharapkan masalahmasalah komunikasi dan masalah pembelajaran dapat diatasi. Kerucut Pengalaman
Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1 menggambarkan semakin ke atas semakin
abstrak, semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses pembelajaran, manakala
pendidik dapat memberikan pengalaman langsung, nyata, dan konkret kepada peserta
164

didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan berturut-turut pengalaman
tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman lapangan, pameran, gambar bergerak,
gambar mati, rekaman radio/audio, lambang visual, dan lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale. Berdasar kerucut
pengalaman tersebut, dalam pembelajaran mula pertama kita mengajak siswa terlibat
dalam pengalaman nyata atau pengalaman langsung. Jika tidak memungkinkan, kita
mengajak siswa untuk mengamati peristiwa yang dimediakan (peristiwa yang disajikan
dengan menggunakan media), dan akhirnya kita mengajak siswa mengamati lambang
atau simbul yang merupakan representasi kejadian.
a. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan, antara
lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan
kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan,
atau direkam kemudian disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan
lagi dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif, artinya media
dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara
disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian
dapat diubah-ubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang
penampilannya; dan c) Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu
objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan
media TV atau radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas
untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat
dikemukakan sebagai berikut, yakni (1) menghindari terjadinya verbalisme, (2)
membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa, (4) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
3. Jenis, Klasifikasi, Dan Pemilihan Media Pembelajaran
a. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4 klasifikasi,
yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual, dan (d) multi media.
1). Media visual
Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis, media cetak,
dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui
penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya
digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan
fakta-fakta sehingga menarik dan mudah diingat orang.

165

Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data berangka
melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) diagram, yaitu gambaran yang
sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang
biasanya disajikan melalui garis-garis simbol, (3) bagan, yaitu perpaduan sajian katakata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau
hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draf kasar
yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar, (5) poster, yaitu sajian
kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik
perhatian orang yang lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel
untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula
dilepas, (7) bulletin board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar
atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau
alat penempel lainnya.

166

Lambang
verbal
Lambang
Visual
Rekaman radio/
audio
Gambar mati
Gambar bergerak

Pameran
Pengalaman lapangan
Demonstrasi
Dramatisasi
Tiruan pengalaman (simulasi)
Pengalaman langsung

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale


b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses
pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesan melalui huruf
dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi
yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku tentang suatu
bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa
167

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan
dengan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu; b)
Modul, yaitu suatu paket progaram yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan
didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya
memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa,
kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran
terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan modul.
Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topiktopik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi
yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan
bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui
alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan
transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on film
(plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau digambari secara
langsung dengan menggunakan spidol; b) PPC transparancy film (PPC= Plain Paper
Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared transparancy film, yaitu jenis transparansi
yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan
program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan untuk
menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang
dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau ruangan. Biasanya
memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP jenis portable; dan b) OHP
Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa ke mana-mana, ukurannya
lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.
2). Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima
oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media audio yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari
suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan
pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan
dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan penerima
pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari pesawat radio di
rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di ruang-ruang kelas.
3). Media Audio Visual

168

Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat


diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang
dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Salah satu jenis
media itu adalah televisi. Televisi adalah media yang dapat menempilkan pesan secara
audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi di antaranya: televisi
terbuka (open boardcast television), televisi siaran terbatas/TVST (Cole Circuit
Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder (VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan kaset video,
dan penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum, kelebihan media VCR
sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi. Selain itu, media VCR ini
memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi
kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.
4). Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media
yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier yaitu
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan). Contoh
multimedia linier: film dan TV; dan b) Multimedia interaktif yaitu suatu multimedia
yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasionalkan oleh pengguna
sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya
memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi
selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam interaksi. Interaksi yang
pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya
siswa diminta mengisi blangko pada bahan belajar terprogram. Bentuk interaksi yang
kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin pembelajaran, simulator,
laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi di antaranya yang berbentuk video
interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah mengatur interaksi antarsiswa secara teratur tapi
tidak terprogram; sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan
atau simulasi yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang
mengharuskan mereka untuk membalas serangan lawan atau kerjasama dengan teman
seregu dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan
diri dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai jawaban
yang benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada
masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang
minat dan realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki lebih
dari satu media yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan unsur audio
dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan
respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member kemudahan dan kelengkapan isi

169

sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan media tanpa bimbingan orang
lain.
d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media pembelajaran
pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan guru dalam rangka
mempermudah pembelajaran.
Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran.
1) Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang
secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas
yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan
kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab
dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau
hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan
pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda pertimbangkan dalam
memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran adalah kefungsionalan
media tersebut. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang benarbenar fungsional dalam arti cocok dengan tujuan pembelajaran dan benar-benar
berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran
yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai pelengkap proses pembelajaran, tetapi
benar-benar merangsang siswa untuk berlatih, berlatih, dan berlatih.
2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran adalah
ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam pembelajaran, media
itu dapat Anda dapatkan. Misalnya, ketika Anda akan melatih siswa agar siswa Anda
memiliki kompetensi tertentu dan Anda memutuskan untuk menggunakan media
pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape recorder, kaset rekaman
berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia. Seandainya tidak tersedia, kaset
rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda upayakan sehingga pada saat Anda
perlukan media itu tersedia. Ternyata, di sekolah Anda kaset rekaman berita, tape
recorder, beserta perangkat pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan
demikian, kaset rekaman dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda
gunakan saat itu.
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus yang
mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di lingkungan
170

sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan untuk media pembelajaran.
Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat kabar. Dalam surat kabar itu ada
berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda beli itu dapat
Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat taman atau
pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon besar di sekolah
Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan, Anda dapat
meminjam alat peraga mata pelajaran yang lain, misalnya IPA, untuk Anda gunakan
sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami karena membicarakan
tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam proses komunikasi. Oleh
karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media pembelajaran yang mahal yang
memang tidak dapat Anda dapatkan di sekolah Anda. Bungkus obat, bungkus roti,
bungkus makanan, slogan di sekolah, dan lain-lain dapat pula Anda manfaatkan
sebagai media pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan penentuan
media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media pembelajaran yang
Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media yang menarik bagi siswa
sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran Anda secara lebih
inten. Untuk dapat memilih dan menentukan media pembelajaran yang menarik,
setidaknya Anda perlu mempertimbangkan (1) kesesuaian media itu dengan
kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran itu dengan dunia siswa, (3) baru,
(4) menantang, dan (5) variatif.
5) Guru Terampil Menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di laboratorium, peralatan
multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru belum mampu menggunakannya
dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media antara
lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling praktis untuk dipilih;
c) Ketersediaan perlengkapan yang diperlukan; dan d) Harus sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik ditinjau dari budaya, usia, kebiasaan, pengalaman dasar, minat
dan perhatian siswa; e) Seberapa jauh media tersebut mampu membawa peserta didik
mencapai sasaran belajarnya; dan f) Apakah media yang dipilih guru cukup memadai
dengan hasil yang akan dicapai, termasuk dana yang diperlukan, waktu yang
dipergunakan dan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah sejauh mana proses encoding
dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu mengefektifkan dan
mengefisienkan proses pencapaian tujuan. Peranan perangkat akal (brain ware) sangat
menentukan dalam menganalisis hubungan fungsional antara karakteristik materi
pelajaran dengan karakteristik metode transmisi, perangkat media, dan karakteristik
penerima pesan (peserta didik).
171

Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi barier atau noices yang
sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan dapat berbentuk hambatan
psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia, pengetahuan), hambatan
fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera), serta hambatan kultural seperti
perbedaan adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan. Juga dapat terjadi hambatan pada
lingkungan. Pada hakikatnya media pembelajaran harus mampu mengatasi hambatan
tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran antara lain:
a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan media dan perlengkapan
yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah out of date akibat kemajuan teknologi
yang cepat; c) Tidak memungkinkannya memilih media yang sesuai dengan tuntutan
karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dalam memilih, mengembangkan, mengopersionalkan media dalam
pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir terhadap konsep media pembelajaran yang
selalu berorientasi pada media perangkat keras daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pengembangan
pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media pembelajaran yang efektif dan efisien,
makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan karakteristik media tertentu khususnya
media perangkat lunak; c) Dalam proses pemilihan sering diperlukan kompromi dan
dilakukan sesuai dengan kepentingan, kondisi serta fasilitas dan sarana yang ada; d)
Dalam membicarakan media pembelajaran, kita harus mengacu pada konsep
pengertian media pada media perangkat keras dan media perangkat lunak; e)
Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki peranan yang lenih fungsional
dibandingkan pengembangan media perangkat keras; dan f) Pengembangan media
perangkat keras harus dilakukan secara kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas,
sarana dan dana yang ada.

4. Pembuatan Media Pembelajaran


a. Pembuatan Media Visual
Media visual yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain benda
aslinya, prototipe alat atau alat peraga, dan grafis. Alat-alat di laboratorium, bendabenda yang ada di sekitar kita merupakan merupakan media pembelajaran. Bendabenda tersebut dapat dibawa ke kelas untuk memperjelas konsep yang diajarkan. Jika
media tersebut tidak memungkinkan di bawa ke kelas, guru dapat mengajak siswa ke
tempat media tersebut berada, misalnya ke kebun, ke pasar.
Ketika benda aslinya sulit diperoleh dengan alasan tertentu misalnya harga
terlalu mahal, ketersediaan terbatas, terlalu rumit, benda tersebut dapat digantikan
dengan prototipe. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prototipe
suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat ukur , maka prinsip kerja harus
sesuai dengan benda aslinya; b) Jika prototipe suatu alat untuk menjelaskan
172

komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus
terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket, maka
perbandingan ukuran benda asli dan prototipe harus mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan,
kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan garis, bentuk, warna, tekstur,
dan ruang.
1. Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal hal yang
penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas, sederhana dan mudah dibaca.

2. Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam kesatuan
fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat dinyatakan dengan
unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat ditunjukkan dengan alur-alur
tertentu, misalnya dengan garis, anak panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3. Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang
dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan
penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk memusatkan perhatian. Penekanan
dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna tertentu, dan
sebagainya.
4. Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan dengan
pembagian secara simetris, sedang keseimbangan informal , yang ditunjukkan
dengan pembagian yang asimetris.
Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang dengan unsurunsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1. Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur bersama dan akan
membimbing pemirsa untuk mempelajari media tersebut dalam suatu urutan
tertentu.
2. Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian khusus pada
suatu yang divisualkan.
3. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan mencegah
rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan dengan cermat,
maka unsur-unsur yang dirancang menjadi efektif.
4. Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti sentuhan rasa
tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna, memberikan penekanan,
pemisahan atau untuk meningkatkan kesatuan.
5. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media visual,
tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh pengaruh terbaik.
Digunakan pada unsur-unsur visual untuk memberikan penekanan, pemisahan
atau meningkatkan kesatuan. Dipilih warna yang merupakan kesatuan harmonis,
dan jangan terlalu banyak macam warna akan mengganggu pandangan dan dapat
menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan. Hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : warna (merah, biru, dan lain-lain.),
nilai warna (gelap, terang), kekuatan warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau
susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun beberapa
173

benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan. Prinsip umum dan pembuatan layout digunakan sebagai pedoman berbagai media grafis yang tidak diproyeksikan,
misalnya: gambar, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, transparansi, dan lainlain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat dilakukan
dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat digunakan adalah powerpoint,
adobe photoshop, frehand, dan lain-lain. Sumber gambar dapat diperoleh dengan cara
scaner gambar, kamera, download dari internet, dan lain-lain.
b. Pembuatan Media Audio
1) Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan digunakan
sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi tertentu, maka harus
memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka dapat
memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan penelitian
banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis dari suatu
kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain
yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau
pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio berisi tentang
isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan , bahan yang
disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang
tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap jenis
mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu sebagai
penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan gambar dan
grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.

2) Pemberian Suara.
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik , atau suara efek
(sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh penyiar (announcer), yang
di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN yaitu penyiar yang tugasnya
memberitahukan bahwa suatu acara atau program akan disampaikan. Selain itu dapat
dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan naskah dengan istilah NAR yaitu
hampir sama dengan penyiar , bedanya apa yang dibaca narator sudah memasuki
program. Yang akan disampaikan mungkin tentang pokok bahasan, tujuan, dan
sebagainya. Untuk membedakan pembaca narasi laki-laki atau perempuan , pada
penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
174

Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi untuk:


a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau situasi yang
dikehendaki dalam naskah.
b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain, sehingga
mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan yang sedang dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah bunyi benda,
gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, yang dalam
penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis efek suara, yaitu: pertama adalah
bunyi dan suara tiruan, yang kedua adalah bunyi barang, gerakan atau suara yang
sesungguhnya. Efek suara ada yang sudah tersedia dalam bentuk rekaman, tetapi ada
juga efek suara yang dibuat di luar studio dan dibuat di dalam studio secara hidup
dengan alat-alat yang tersedia, misalnya membuka dan menutup pintu, orang berjalan
mendekat dan menjauh, orang berteriak dan sebagainya.

3) Format Program Audio


Format program berkaitan
dengan bentuk pengajaran yang pemilihannya
berdasarkan pada: tujuan, sasaran, kemampuan menyusun naskah, dan fasilitas yang
tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio, antara lain:
a) Format Uraian: sering disebut talk atau single voicing. Program audio tanpa
adanya uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena uraian di perlukan untuk
memberi penjelasan agar masalah mudah dimengerti. Agar format uraian
menghasilkan naskah yang baik, perlu diperhatikan beberapa penjelasan hal, yaitu:
uraian yang bentuknya sederhana, singkat, bersikap akrab, dan hendaknya
menggunakan narasi yang bervariasi. Sebagai cara untuk mengutarakan informasi
secara langsung, maka uraian tidak memerlukan persiapan yang terlalu rumit, dan
tidak menuntut hiasan musik atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan dua pihak
mengenai satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Jika
penyajian program disampaikan dengan naskah yang lengkap, biasa disebut
percakapan, dan apabila disampaikan dengan naskah yang tidak lengkap atau
garis besarnya, biasa disebut obrolan. Agar dialog menjadi hidup, perlu
diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus dibawakan oleh pelaku yang baik, lincah,
hidup, sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain itu hendaknya
pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda, dan naskah menunjukkan
kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang berbeda
kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang bertugas untuk
menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu sebagai yang
175

diwawancarai. Jika wawancara dlakukan di luar studio, maka diperlukan peralatan


untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana masingmasing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang suatu masalah rasional
dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat dibedakan antara
format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah tape
recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan
komputer. Dengan bantuan komputer proses editing dapat dilakukan lebih mudah.
c. Pembuatan Media Audio-Visual
Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam perencanaannya,
yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan selama produksi. Misalnya saja
untuk pembuatan slide suara, seperti pada pembuatan media audio sebelum
memproduksi diperlukan penyusunan naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah sehingga
mudah dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan urutan kronologis,
flash back, membandingkan, menguraikan dari keseluruhan menjadi bagianbagiannya atau sebaliknya.
2. Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar. Dalam hal ini
dapat disajikan bentuk aslinya (non dramatis), atau dramatis di mana objek tersebut
mampu menyajikan ilusi arti tersendiri.
3. Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara berutan mulai
dari awal akhir program). Atau babak demi babak dimana setiap babak (sequence)
terdiri dari beberapa adegan (scene), dan setiap adegan memerlukan satu atau lebih
satu pemotretan (shoot). Dengan demikian dapat diketahui jumlah pemotretan
dalam satu progam.
4. Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat untuk mendukung
penampilan slide. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun narasi
adalah: jangan terlalu panjang/pendek, gunakan kat-kata yang mudah dimengerti,
kata-kata/kalimatnya jangan diulang-ulang, kalimat ditujukan kepada pendengar.
Perlu pula diingat bahwa narasi bukan sekedar kometar slide, tetapi merupakan
penjelasan slide.
5. Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi pengarahan
kepada juru potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6. Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide suara agak
berbeda dengan progam audio. Di sini musik biasanya dipakai pada awal dan akhir
progam, sedang di tengah digunakan sebagai selingan atau untuk mengiringi
gambar/grafis yang disajikan tanpa narasi. Efek suara (FX) yang digunakan pada
progam audio tidak begitu banyak digunakan.
7. Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah kasar yang telah
selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil pemotretan ditandai
176

dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal dari objek sesungguhnya), caption
(berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas karton), grafis (berasal dari gambar
yang dibuat dengan tangan atau komputer).
d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes,
simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini mula-mula
menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya komputer memberikan suruhansuruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila siswa menjawab degan benar maka
komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak
menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa agar mendapat
jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari dan
merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal dari yang
seerhana sampai kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui papan ketik,
komputer segera memberi umpan balik yang berupa penguatan jika siswa menjawab
benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing siswa untuk
menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan informasi yang
jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau langsung melanjutkan ke materi
selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan adalah
pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli jawaban siswa
benar atau salah, pertanyaan berikutnya segera muncul setelah pertanyaan berikutnya
selesai dijawab. Rangkaian tes yang biasanya digunakan adalah tes objektif atau isian
singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban soal-soal esai dengan komputer masih
belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau sistem
dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk memperagakan
untuk hal-hal yang tidak mungkin diperagakan secara langsung seperti reaksi kimia
yang menimbulkan ledakan, mengukur ledakan laut, mengukur tinggi menara atau
menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat belajar
sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsurunsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan unsur
mendidik. Paket program ini dapat mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat belajar
berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara aktif. Paket
program ini bervariasi dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung
pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan respon komputer terhadap respon
177

siswa. Misalnya; persoalan pemacahan terhadap pencemaran lingkungan. Bentuk


penyajian materi, digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan materi pelajaran
setahap demi setahap meliputi materi, contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya menuangkan teks
atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu dilakukan maka akan
mengkasilkan buku elektronik yang manfaatnya tidak jauh berbeda dengan
membaca buku secara langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan kerjasama
yang baik antara guru, desainer, analis, image supplier, programer, dan maintenance,
dengan tugas masing-masing: a) Guru: sebagai orang yang menguasai materi pelajaran
dan teori belajar; b) Desainer: sebagai penerjemah ide guru ke dalam skenario atau
skrip media; c) Analis: melakukan analisis skenario/skrip media dalam hal:
kelengkapan komponen skenario, struktur skenario, dan dapat tidaknya skenario
dipahami oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok gambar ( foto, ilustrasi,
grafik) dan audio; e) Programer: merupakan pekerjaan inti dalam membuat media
berbasis komputer, yang bertugas menuangkan skenario/skrip media ke dalam
komputer dengan bahasa pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas menjaga
keberlangsungan program yang dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan media
yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu diusahakan syarat
minimal yang harus dipenuhi agar pemrograman dapat dilakukan. Salah satu alternatif
adalah membekali orang yang mempunyai salah satu keahlian dengan keahlian yang
lain. Membekali seorang programer dengan materi-materi bidang studi dan teori
belajar tentu sangat tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin adalah membekali
seorang guru bidang studi tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan
bahasa pemrograman sederhana atau guru didampingi seorang programer yang
sekaligus dapat memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru (khususnya untuk
pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer adalah
Microsoft PowerPoint. Namun untuk menghasilkan media yang lebih baik, diperlukan
software lain sesuai keperluan, antara lain yakni (1) Macromedia Flash, Gif Animator untuk
membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand, Photoshop, UnleadPhotoImpac, untuk
mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk mengambar dan animasi 3D, (4) Adobe
premier, VCD Cutter, sebagai program mengolah movie, dan (5) Program Sound Forge,
untuk mengolah suara. Untuk keperluan praktis, gambar, animasi, efek suara dapat
diperoleh di toko-toko penjual software komputer.
5. Penggunaan Media Pembelajaran
Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2) belajar secara
klasikal, dan (3) belajar secara kelompok. Ketiga format pembelajaran itu berpenggaruh
terhadap penggunaan media pembelajaran. Berikut diuraikan penggunaan media
berdasarkan format pembelajarannya.

178

a. Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.


Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan
media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan proses pembelajaran
adalah pada siswa, sedang guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian maka
peranan media sangat penting karena dapat membantu menentukan keberhasilan
belajar siswa. Penggunaan media dalam belajar secara individual disajikan pada
Gambar 1 sebagai berikut :

Media

Siswa

Keterangan :

Guru

: komunikasi

utama
Tugas guru

: konsultatif (kalau perlu saja)


: Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual

Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga
dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi belajarnya
tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau cra belajar individual yang
banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah belajar jarak jauh.
b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dan
siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru
merupakan media utama. Media lain seolah-olah tidak ada perannya karena frekuensi
belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang tersedia. Bentuk komunikasinya
dapat disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Guru

Keterangan :

Siswa
Media Lain
179

: komunikasi utama
:
konsultatif (kalau perlu saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal
c. Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok
Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar kelompok
dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota kelompok. Untuk
menjamin mutu dalam belajar kelompok maka perlu ditentukan besar kecilnya
kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok seperti pada
Gambar 3 sebagai berikut.
Pada pola a) guru mengontrol kegiatan
G
diskusi siswa. Pola dasarnya adalah
serangkaian dialog antara guru dan setiap
individu, dengan cara seperti ini maka
interaksi antara siswa yang satu dan siswa
S
S
yang lain relatif lebih kecil dibandingkan
S
S
S
dengan pola b).
Pada pola b) dapat disebut sebagai pola
G
multi komunikasi, karena komunikasi dapat
dilakukan dari dan ke berbagai arah.
S
S
Pengendalian diri dan kontrol dilakukan
oleh anggota masing-masing dengan cara
menahan diri dan memberi kesempatan
kepada anggota lain.

Gambar 3:
S
S
Keterangan:
Penggunaan
G
:
Guru
S
Media
dalam Belajar
S
:
Siswa
Kelompok
:
Arus interaksi
d. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran
Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran, masingmasing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu pada pembelajaran
dengan karakteristik tertentu.
1) Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media dipergunakan oleh
guru untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang digunakan
(kebanyakan bersifat by design) terutama untuk membantu guru dalam proses

180

mengajarnya, strategi yang dikembangkan


dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:

oleh

Ivor

K.

Davies

ini

dapat

a) Tahap pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1) pembukaan
pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik perhatian siswa ke
arah materi baru yang akan disajikan dengan cara memberikan bahan pengait. Media
yang dapat digunakan pada tahapan ini, misalnya media cetak, medis grafis, media
audio, media audio-visual, atau pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga
dimensi.
b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru tersebut dibagi
dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi, diadakan tanya jawab
(review) untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas materi yang baru disajikan.
Dengan demikian kesalahpahaman atau kekurangjelasan materi dapat segera diatasi.
Pada tahap pengembangan ini sebaiknya digunakan berbagai media seperti halnya
pada tahap pendahuluan, yang disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran,
materi dan siswa.
c) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran yang
hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh materi yang
telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan balik atas
tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa, dan (4) pemberian pekerjaan rumah jika
diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media, media cetak (bagan), OHP atau
papan tulis dan beberapa media yang lain.
2) Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau yang memerlukan
banyak berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi kepada kegiatan
belajar mandiri oleh siswa, strategi yang disarankan ialah strategi yang dikembangkan
berdasarkan teori Galperin yaitu Pendekatan Terapan, meliputi:
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan beberapa
peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian disusul dengan penyajian
materi baru terutama ditinjau dari aspek teoretiknya. Atau dengan kata lain, landasan
teoretik yang merupakan rasional serta akan menjadi acuan dalam pengerjaan
tugas/latihan, disajikan pada tahap ini. Selain itu diintermasikan juga prosedur kerja
serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah dalam pengerjaan tugas/pelatihan.
b) Tahap berlatih/pengerjaan tugas
181

Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas/pelatihan yang diberikan guru.


Pengerjaan bisa di laboratorium, bengkel, lingkungan sekolah. Di dalam kelas,
perpustakaan, ruang audio visual atau di mana saja. Semua media dan peralatan yang
diperlukan oleh siswa untuk memfasilitasi belajar mereka hendaknya sudah disiapkan
sebelumnya. Selama siswa mengerjakan tugas/pelatihan, guru hendaknya berkeliling
melihat apakah siswa telah melakukan prosedur kerja yang benar.
c) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa
Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu mendapat informasi
tentang hasil belajarnya atau sekurang-kurangnya, kesalahan-kesalahan yang telah
mereka lakukan. Dengan demikian siswa mendapat umpan balik yang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar mereka.
d) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa atas
materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah memilih
keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan dapat memberikan
gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.
3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada media tertentu
Jika penyaji materi dalam suatu pembelajaran bukan guru tetapi media tertentu
seperti TV, Film atau Slide, maka strategi yang disarankan untuk digunakan adalah
strategi pembelajaran bermedia, yang meliputi empat tahap, yaitu:
a) Tahap persiapan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah:
Media yang akan digunakan yang meliputi baik bahan (software) dan peralatan
(hardware) yang akan digunakan. Perlu diteliti apakah media dalam kondisi baik dan
siap untuk dioperasikan.
1). Kelas, apakah memenuhi syarat untuk pembelajaran bermedia. Misalnya, sarana
dan prasarananya memungkinkan. Juga perlu sebelumnya dipikirkan, di mana
tempat duduk siswa akan diatur sehingga siswa akan dapat melihat tayangan
media dengan jelas.
2). Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman belajar dengan
media. Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu sekitar beberapa menit untuk
memperkenalkan siswa dengan media yang akan digunakan. Dengan demikian
kemungkinan bahwa siswa akan lebih tertarik pada medianya daripada materinya
dapat dihindarkan.
3). Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran bermedia. Persiapan
meliputi, misalnya, belajar mengoperasikan media yang akan digunakan,
mempelajari bahan (materi) yang akan ditayangkan, mengantisipasi kegiatan yang
akan dilakukan siswa setelah penayangan, dan lain-lain yang terkait.
b) Tahap pelaksanaan
182

Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan pelaksanaan


pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian isi/pengembangan, umpan
balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada pembelajaran bermedia ialah, agar
guru tidak memberitahukan garis besar isi tayangan kepada siswa sebelum program
ditayangkan. Yang perlu diberitahukan kepada siswa adalah bagaimana cara menonton
yang benar, kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah menonton, dan apa yang perlu
disiapkan siswa untuk menonton.
1). Tahap tindak lanjut
Pembelajaran bermedia akan lebih bermakna jika setelah menonton, siswa melakukan
kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan materi tontonan. Kegiatan-kegiatan
tersebut antara lain, berupa membuat laporan, melakukan pengamatan di lapangan,
dan sebagainya.
2). Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa yang
berpusat pada pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan, dievaluasi. Jadi tidak
hanya meliputi penguasaan siswa akan materi tontonan saja, tetapi juga hasil kegiatan
tindak lanjut. Dengan demikian apa yang diperoleh siswa akan benar-benar bermakna.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio visual, maupun
media grafis) secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni (1) persiapan, (2)
pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) tindak lanjut. Keempat kegiatan itu disajikan dalam
Gambar 4 sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan
1. Guru mempersiapakan diri dalam penguasaan materi
pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran


Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media

Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan
media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas

183

Kegiatan Tindak Lanjut


Guru mengadakan evaluasi kegiatan yang mengarahkan kepada
pemhaman lebih luas dan mendalam terhadap materi pembelajaran

Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran

B. LEMBAR LATIHAN
1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya, jelaskan
pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam memilih
dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media audio
untuk pembelajaran.

D. LEMBAR KUNCI JAWABAN


a. Lembar Kunci Jawaban Latihan
1. Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin medium yang berarti di antara,
suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi antara
sumber dan penerima.
2. Untuk membuat klasifikasi media pembelajaran yang lengkap perlu diperhatikan
sarana belajar (equipment for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media
for learning), dan fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape
recorder, radio, OHP, video player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera,
dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang,
ensiklopedi, majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan
lukisan, peta, globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain.
Fasilitas belajar mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio,
perpustakaan, tempat bermain, dan lain-lain.

184

3. Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang
dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan menentukan media
pembelajaran yaitu: sesuai tujuan dan fungsi, tersedia, murah, menarik, dan guru
terampil menggunakannya.
4. Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah media audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan digunakan
sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang studi tertentu, maka harus
memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka dapat
memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum .
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan penelitian
banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang
tertulis dari suatu
kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang memahami. Hal lain
yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang akan menjadi sasaran atau
pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio berisi tentang
isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan , bahan yang
disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun program, dan fasilitas yang
tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar

Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap jenis
mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu sebagai
penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi urutan
gambar dan grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus
direkam.

4. Asesmen
a. Hakikat dan Metode Asesmen
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua istilah
lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal ketiga istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang
hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu hierarki.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria
atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment)
berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak
185

seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan pengukuran dan penilaian terlebih


dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik formal maupun
nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi. Informasi
yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif
maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002; Gronlund, 2003; Oosterhof, 2003).
Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai asesmen
proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan
dikenal dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan menjadi
asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Asesmen
informal
bisa
berupa
komentar-komentar
guru
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru
melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-peserta
tersebut.

yang
didik
didik
didik
telah
didik

Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan


informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal, asesmen proses
formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan
tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes dipilih
bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (Djemari, 2008).
Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan
metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper and pencil)
atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih
jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya soal bentuk pilihan ganda, benarsalah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta menuliskan sendiri
responsnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai, baik esai isian singkat
maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang
meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang
terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang
sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan extended performance,
186

yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak
dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta
membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki cakupan
aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response dan performance assessment.
Hal ini antara lain dikarenakan pada selected response: (a) alternatif pilihan jawaban
sudah disediakan, (b) pada umumnya hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang dapat
diselesaikan dengan bekal pengetahuan dan pemahaman; dan (c) tugas-tugas direspons
secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada penilaian kinerja, tugas-tugas
yang dinilai dengan penilaian kinerja menuntut respons yang murni dan aktual dari
peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di samping bekal pengetahuan dan
pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta dengan cara mendemonstrasikan
kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu, penilaian kinerja lebih rumit
dibandingkan dengan selected response baik dari segi cakupan tugasnya maupun cara
atau struktur mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki
keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika
dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena respons peserta pada selected response
hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah disediakan, maka skor yang diberikan
menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif bebas dari bias
atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian kinerja
meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat melakukan penskoran, tetapi
masalah krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar penilai
(interater reliability) ketika kemampuan yang sama dinilai oleh lebih dari satu penilai.
Metode selected response juga memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena tugas yang
dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan
tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif mudah dilakukan, maka
waktu penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih cepat. Kelebihan dalam
hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode selected response utamanya
bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan penilaian-penilaian dalam skala
besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian sekolah, seleksi masuk
perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional (Dittendik, 2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez,
2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau motivasi.
Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif dan lazimnya
menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang dikumpulkan melalui
angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori benar atau salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan
keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua
187

keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak


diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat
sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan tujuannya.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan
kegiatan pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
b. Karakteristik dan Teknik Asesmen
1. KARAKERISTIK ASESMEN DALAM KBK/KTSP
a) Belajar Tuntas (mastery learning)
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang
baik. Asumsi yang digunakan dalam mastery learning adalah peserta didik dapat
belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang
belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan
peserta didik pada umumnya.
b) Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen otentik harus
mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan
berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap). Asesmen otentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik.
c) Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah
Semester, Ulangan Akhir Semester, atau Ulangan Kenaikan Kelas.
d) Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi
dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM (kriteria
ketuntasan minimal)
e) Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,
unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
2. TEKNIK ASESMEN
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan
berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik
188

mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan


belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Asesmen dilakukan
berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik pada domain kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :
a. Penilaian Unjuk Kerja
1) Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek
olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua
dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.
2) Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Untuk menilai unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan daftar cek
(check-list) dan skala penilaian (rating scale).
a) Daftar Cek (Check-list)
Dafatar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga
kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua
kategorikan saja, ya atau tidak. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan
check-list.
Penilaian Kedisiplinan
Nama peserta didik: ________
No.
Aspek yang dinilai
1.
Datang tepat waktu
2.
Pakaian sesuai aturan
3.
Bertanggungjawab pada
tugas
4.
Pulang tepat waktu

Ya

Kelas: _____
Tidak

Nilai
b) Skala Penilaian (Rating Scale)

189

Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau merasa
tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak,
memenuhi atau tidak memenuhi. Karena itu dapat dipilih skala penilaian lebih
dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi setiap kategori harus dirumuskan
deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan
mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu
disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 =
kurang, 2 = cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena
kriteria kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain,
karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh
penilaian unjuk kerja dengan rating scale beserta rubriknya.
Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum
No
1
2
3
4

Aspek yang dinilai

Penilaian
2

Merangkai alat
Pengamatan
Data yang diperoleh
Kesimpulan

Rubriknya
Aspek yang dinilai

Merangkai alat

Pengamatan

Data yang diperoleh

Kesimpulan

1
Rangkaian alat
tidak benar
Pengamatan
tidak cermat
Data tidak
lengkap
Tidak benar
atau tidak
sesuai tujuan

Penilaian
2
3
Rangkaian alat
Rangkaian alat
benar, tetapi tidak
benar, rapi, dan
rapi atau tidak
memperhatikan
memperhatikan
keselamatan kerja
keselamatan kerja
Pengamatan cermat,
Pengamatan
tetapi mengandung cermat dan bebas
interpretasi
interpretasi
Data lengkap, tetapi
Data lengkap,
tidak terorganisir,
terorganisir, dan
atau ada yang salah
ditulis dengan
tulis
benar
Sebagian kesimpulan
Semua benar atau
ada yang salah atau
sesuai tujuan
tidak sesuai tujuan

2. Penilaian Sikap
a. Pengertian

190

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan
akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru
akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta
didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran
mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau
Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh
nilai-nilai
positif
terhadap
kasus
lingkungan
tertentu
(kegiatan
pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik
memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar.
b. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknikteknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan
pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami
sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru
dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
191

Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku


catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama
di sekolah.
2) Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang
kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai Peningkatan
Ketertiban.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat
dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap
peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai
sikap dan membina peserta didik.
3) Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek
sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang
Kerusuhan Antaretnis yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan
yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.

Tanggung jawab

Kepedulian

Menepati janji

Kejujuran

Ramah dengan
teman
Hormat pada orang
tua

Kerjasama

Kedisiplinan

Tenggang rasa

NAMA

Kerajinan

No

Ketekunan belajar

SIKAP

Keterbukaan

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik

1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
192

3. Tes Tertulis
a. Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
b. Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan ganda,
benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku
dari berbagai bentuk soal penilaian.

4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian

193

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang
perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek


Mata Pelajaran
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Guru Pembimbing :

:
:
:

Nama
:
NIS
:
Kelas
:
No.
ASPEK
1
PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2
PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3
LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan

SKOR (1 - 5)

TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan
sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan
rating scale dan cheklist
194

5. Penilaian Produk
a. Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Mata Ajar
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas / SMT
No.
1
2

:
:
:
:
:

Contoh Penilaian Produk

Tahapan
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR

Skor ( 1 5 )*

Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan
semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka
semakin tinggi nilainya.
195

6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi,
musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang
dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta
didik.
196

8) Penilaian dan pembelajaran


Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat
berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.
b. Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat
portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau
folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta
didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi
keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana
cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru
perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang
orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan
portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Berikut Ini Contoh Penilaian Portofolio
Sekolah
:
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas / SMT
No.

SK / KD / PI

Waktu

Speaking

:
:
:
KRITERIA
Grammar Vocab

Pronoun-

Ket
197

ciation
1

Introduction

Writing

Memorize
Vocab

16/07/07
24/07/07
17/08/07
Dst....
12/09/07
22/09/07
15/10/07
15/11/07
12/12/07

Catatan : PI = Pencapaian Indikator


Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti
pekerjaan sesuai dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor yang
digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 100.
Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan karakteristik yang menonjol
dari hasil kerja tersebut.

7. Penilaian Diri (self assessment)


a. Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan
untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi
kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata
pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek
tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi
psikomotorik,
peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di
kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
198

2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika


mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian.
b. Teknik Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik


Nama sekolah :
Mata Ajar
:
Nama
:
Kelas
:
Alternatif
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1
Saya berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat
2
ridho-Nya dalam belajar
3
Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
4
Saya optimis bisa meraih prestasi
5
Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di
6
sekolah dan masyarakat
Saya suka membahas masalah politik, hukum
7
dan pemerintahan
8
Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang
9
berlaku
Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
199

10

Saya rela berkorban demi kepentingan


masyarakat, bangsa dan negara
Saya berusaha menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab
JUMLAH SKOR

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang
digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban
TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0 5
dikategorikan tidak positif; 6 10 kurang positif; 11 15 positif dan 16 20 sangat
positif.
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen sesuai
dengan karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!
Pemanfaatan Dan Pelaporan Hasil Asesmen
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang
dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum
mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria
ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses
pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas.
A. PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain
yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan
peserta didik. Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau
diberi kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan
cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan
tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan
antara peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam
efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih
cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta
didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat
mengembangkan potensi secara optimal.
3. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan
kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan
cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai
200

kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus


mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan
memperbaiki program pembelajarannya.
4. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja guru
dan tingkat keberhasilan peserta didik.
B. PELAPORAN HASIL PENILAIN KELAS
1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta didik,
komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan tersebut
merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan
masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun
pengembangan sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
a. Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan
peserta didik
b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
c. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya
bermasalah dalam belajar
2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor),
misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata pelajaran
matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu kurang dipahami peserta
didik maupun orangtua karena terlalu umum. Hal ini membuat orangtua sulit
menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika,
aljabar, geometri, statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan
komprehensif agar profil atau tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah
terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih mudah
mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta didik, sehingga dapat
menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak anak, ia
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu
ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai
berikut;

201

Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik,


sosial dan emosional?
Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan
prestasi anak lebih lanjut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada


orang tua hendaknya;
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum.
Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi
informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam
kurun waktu 1 semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru
tentang perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan
peserta didik memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek
penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif, hasil
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai tugas perseorangan
maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai
pencapaian kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.
4. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu
satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Untuk model rapor, masing-masing sekolah boleh menetapkan
sendiri model rapor yang dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian
kompetensi peserta didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh dari
ketuntasan kompetensi dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta didik, karena itu
kedudukan atau bobot nilai harian tidak lebih kecil dari bobot nilai sumatif.
Kompetensi yang diuji pada penilaian sumatif berasal dari SK, KD dan indikator
semester bersangkutan. Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, hasil
penilaian oleh pendidik dan satuan pendidika disampaikan dalam bentuk satu
nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan
belajar.
F. PENENTUAN KENAIKAN KELAS
202

Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh nilai kurang dari
kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2) Jika
peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK lebih dari 3 mata
pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun
ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik,
emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi
yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas
diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan indikatornya dan
sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan indikator yang telah
tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan keperluannya
mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak yang tidak naik kelas
(automatic promotion). Automatic promotion apabila semua indikator, kompetensi
dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi
ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak naik ke kelas berikutnya.
Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan Permendiknas
No 20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?

E. Pengembangan Silabus dan RPP


1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak
mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1)
juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua
undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan
dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

203

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di


setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan
dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan
terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar kebijakan
yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh
sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus dengan cara melakukan penjabaran
dan penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006
dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun
2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dijelaskan:
1. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di
bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab
terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
2. Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang
luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelengaraan
pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi
siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk
setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan.

204

2. PENGERTIAN, PRINSIP, PENGEMBANG, KOMPONEN, DAN LANGKAHLANGKAH SILABUS


a. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas
Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Materi
Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan
Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahanpermasalahan sebagai berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan
oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta
didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga
peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD
dan SK.
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator
sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
g. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
b. Prinsip Pengembangan Silabus
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian.
5) Memadai

205

Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,


sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain
kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau
memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar
kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
c. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dibawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.

1) Sekolah dan Komite Sekolah


Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk
menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait
seperti Balitbang Depdiknas.
2) Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah
dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata
pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah
tersebut
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung
untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena sekolah dan komite
sekolah karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus.
Kelompok sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan
tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam
menyusun silabus.
4) Dinas Pendidikan
206

Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan


membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di
bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini sekolah,
kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis
dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen
Pendidikan Nasional.
D. KOMPONEN SILABUS
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan
dalam contoh format silabus secara horisontal atau vertikal sebagai berikut.

E. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS


1. Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester.
Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi
Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu
mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus
dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi
dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau
memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi
dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
Kompetensi Dasar;
3.

207

b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata

pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran.
4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a. potensi peserta didik
b. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
d. peserta didik;
e. kebermanfaatan bagi peserta didik;
f. struktur keilmuan;
g. kedalaman dan keluasan materi;
h. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
i. alokasi waktu.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Selain itu harus diperhatikan:


kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
kesahihannya;
tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar
diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan
dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat
kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;
menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya
untuk mempelajari lebih lanjut.

Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan
proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar
secara utuh.
5.

208

c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh


d.

e.
f.
g.
h.
i.

a.
b.
c.
d.
e.

siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.


Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus selalu
berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang
telah ditetapkan.
Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap (termasuk
karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan KD.
Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai
untuk mencapai Kompetensi Dasar.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
mata pelajaran.
Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran
materi tertentu).
Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran siswa, yaitu
kegiatan dan objek belajar.
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran;
disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia;
bervariasi
dengan
mengombinasikan
kegiatan
individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat,
minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta
masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Ranah kognitif meliputi pemahaman
dan pengembangan keterampilan intelektual, dengan tingkatan: ingatan, pemahaman,
penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif dapat dipilah
menjadi indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik berhubungan dengan
gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak, umumnya berupa keterampilan
yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Ranah afektif meliputi aspekaspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah afektif terentang mulai dari penerimaan
terhadap fenomena, tanggapan terhadaap fenomena, penilaian, organisasi, dan
internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan dengan hal ini, maka karakter merupakan
bagian dari indikator pada ranah afektif.
6.

209

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan


perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Untuk
mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh
karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
a. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)
b. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi
c. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD
maupun SK
d. Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi),
kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual
e. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain
untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan
bertindak secara konsisten.
f. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif,
dan psikomotor).
j. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l. Menggunakan kata kerja operasional.

Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah (kognitif,
psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada saat
melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga
komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c)
contoh instrumen.
7.

a.

Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi
mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini,
yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.
Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri.

210

Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan prinsipprinsip berikut ini.
1)
Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai
sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2)
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3)
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4)
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan siswa.
5)
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada bagian
indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
6)
Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model
penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
7)
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, buktibukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
8)
Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang
harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
9)
Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai
perkembangan pencapaian kompetensi.
10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus
menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan
penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun
efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus diberikan
baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi
yang dibutuhkan.
b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya. Berikut
ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya

211

Teknik
Tes tulis

Tes lisan
Tes unjuk kerja

Penugasan
Observasi
Wawancara
Portofolio
Penilaian diri

Bentuk Instrumen

Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan
Dll.
Daftar pertanyaan
Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produ
Tugas proyek
Tugas rumah
Lembar observasi
Pedoman wawancara
Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
siswa
Lembar penilaian diri

c.

Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya. Contoh
instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun,
apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi,
selanjutnya contoh instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran.

Menentukan Alokasi Waktu


Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu
Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam.
8.

Menentukan Sumber Belajar


Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara
sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
9.

212

G. CONTOH FORMAT SILABUS.


Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus dan komponenkomponen yang terdapat dalam silabus, berikut ini diberikan beberapa contoh
format silabus.

Format 1: Horizontal
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar

Materi
pokok/
Pembelajaran

SILABUS

: ........
: .........
: .........
: 1. ........
Kegiatan
PembelaJaran

Indikator

Format 2: Vertikal
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / semester
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok/Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator
6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar

Penilaian

Teknik

Bentuk
Contoh
Instrumen Instrumen

Alokasi
Waktu

Sumber
Belajar

SILABUS
: ...............
: ...............
: ...............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............
: ..............

Catatan:
Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan siswa
untuk mencapai SK dan KD

213

Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan


pembelajaran
Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau lainnya.
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di
dalam silabus, guru harus menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, di
laboratorium, dan/atau di lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, RPP
harus memuat hal-hal yang langsung berkait erat dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya
penguasaan satu Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar. Dengan demikian, dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar
Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar dan indikator ketercapaian KD. Secara terinci
RPP minimal harus memuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
Sumber Belajar, dan Penilaian.

B. PENGERTIAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN RPP


1. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau
beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk setiap mata
pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus mengembangkan tema
berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata pelajaran yang dianggap relevan.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
214

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik


Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
e. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas
aspek belajar, dan keragaman budaya.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

C. PENGEMBANG RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah sejumlah guru
mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika terdapat empat guru matematika
dalam satu sekolah maka yang bertanggung jawab menyusun silabus adalah keempat guru
tersebut. Selanjutnya, yang bertanggung jawab dalam menyusun RPP adalah guru mata
pelajaran tertentu secara individu, di bawah koordinasi Kepala Sekolah atau MGMP. Oleh
karena itu, setiap guru secara individu dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi
dalam menyusun atau mengembangkan RPP.

D. KOMPONEN/SISTEMATIKA DAN LANGKAH-LANGKAH


PENGEMBANGAN RPP
1. Komponen/Sistematika RPP
RPP memuat komponen yang terdiri atas:

Identitas, terdiri atas:


Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu
:
Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar :
215

Indikator
:
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termask perilaku berkarakter)
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan bentukbentuk perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (menit)
E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif)
2. Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-rambu
jawaban
3. Pedoman penskoran
(untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar
observasi/lembar pengamatan)
2. Langkah-langkah Pengembangan/Penyusunan RPP
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Indikator, Alokasi Waktu.
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat operasional
yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan
mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang
operasional. Dengan demikian, jumlah rumusan tujuan pembelajaran dapat sama atau
lebih banyak dari pada indikator.
216

Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal ini terdapat
beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan materi, metode,
media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan
lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam menjamin
evaluasi yang benar. Guru tidak akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah
tujuan kecuali guru itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B), condition (C),
dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi subyek tujuan
pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan
kemampuan audience setelah pembelajaran. Kata kerja ini merupakan jantung dari
rumusan tujuan pembelajaran dan HARUS terukur. Condition (C) merupakan situasi
pada saat tujuan tersebut diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang harus
dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan. Perhatikan
contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat mengidentifikasikan paling
sedikit lima unsur cerita dengan benar. Berdasarkan contoh tersebut, maka A: siswa, B:
mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita rakyat, D: lima unsur
cerita (dari enam unsur) dengan benar.
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP merupakan
pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi
pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru
dapat mengembangkannya menjadi Buku Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai
model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada
karakteristik pendekatan dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan
metode/pendekatan bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta
didik. Ingatlah, tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk mengajarkan
semua materi.
e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan
setiap
pertemuan.
Pada
dasarnya,
langkah-langkah
kegiatan
memuat
pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing
disertai alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh
rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan
sintaks yang sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan disiapkan untuk lebih
dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2
atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
217

f. Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar


Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus. Jika
memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan, dan sumber
belajar. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka penyusun harus mengeksplisitkan
secara jelas: a) media, b) alat/bahan, dan c) sumber belajar yang digunakan. Oleh karena
itu, guru harus memahami secara benar pengertian media, alat, bahan, dan sumber
belajar (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrument yang
digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran. dalam
sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matriks horisontal maupun vertikal. Dalam
penilaian hendaknya dicantumkan: teknik/jenis, bentuk instrumen dan insrumen, kunci
jawaban/rambu-rambu
jawaban
dan
pedoman
penskorannya
(lihat
contoh
komponen/sistematika RPP).

E. CONTOH FORMAT RPP


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran
:
Kelas / Semester
:
Pertemuan ke: ...............
Alokasi Waktu
: ...............
Standar Kompetensi
: ...............
Kompetensi Dasar
: ...............
Indikator
: ...............
I. Tujuan Pembelajaran
: ...............
II. Materi Ajar
: ...............
III. Metode Pembelajaran
: ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
: ..........
B. Kegiatan Inti
: ..........
C. Kegiatan Akhir
: ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
218

VI. Penilaian

: .............

219

LAMPIRAN NILAI-NILAI KARAKTER

220

221

Lampiran: Standar Proses


STANDAR PROSES
Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan prinsipprinsip pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan mengaturnya dalam
kebijakan Standar Proses (Permendiknas 41/2007 Tanggal 23 November 2007). Dalam
standar tersebut diatur bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran. Diatur
pula bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
A. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
1)

Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan
Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi
dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan
SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan
SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk
MI, MTs, MA, dan MAK.
2)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berikutnya, informasi detail tentang kebijakan penyusunan silabus dan RPP terdapat pada
modul Pengembangan Silabus Dan RPP

222

D. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN


11) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a. Rombongan belajar

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:


SD/MI : 28 peserta didik
SMP/MTs : 32 peserta didik
SMA/MA : 32 peserta did 1k
SMK/MAK : 32 peserta didik

b. Beban kerja minimal guru


1) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;
2)

beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang
nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

c. Buku teks pelajaran


1)

buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui
rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pelajaran
yang ditetapkan oleh Menteri;

2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
3)
4)

selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain
yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

d. Pengelolaan kelas
1)
guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat
didengar dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, kesela-matan,
dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
10) yang diampunya; dan
223

11) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
C. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2.

Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
a.

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:


1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
224

4)
5)
6)
7)
8)
9)

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;


memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama
dengan
peserta
didik
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
225

e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

BAB IV
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
1. TUJUAN
Setelah selesai mempelajari Bab I ini, peserta dapat
a. menjelaskan dasar hukum pelaksanaan PTK oleh guru
b. menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas
c. mengidentifikasi karakteristik penelitian tindakan kelas
d. membedakan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas
e. menjelaskan manfaat penelitian tindakan kelas
f. menjelaskan keterbatasan dan persyaratan penelitian tindakan kelas.
a.

b.
c.

d.
e.

2. STRATEGI KEGIATAN
Mendiskusikan tentang guru sebagai tenaga profesional menurut UU Nomor
14 Tahun 2005, sehingga peserta dapat menyimpulkan bahwa salah satu cirri
profesionalisme adalah selalu mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Mendiskusikan pentingnya PTK sebagai wujud profesionalisme guru
Menayangkan power point untuk mendiskusikan materi konsep dasar
penelitian tindakan kelas yang meliputi: pengertian, prinsip, karakteristik,
perbedaan penelitian kelas dengan PTK, dan manfaat PTK.
Mendiskusikan masalah yang terdapat pada latihan secara berkelompok.
Membahas hasil diskusi kelompok, secara strategi untuk memperkuat retensi
peserta tentang PTK.

3. MATERI
Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat reflektif. Guru yang demikian
selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin
baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki kemandirian
dan kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman
membelajarkan, kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara
berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru.
Kemajuan dan perkembangan IPTEKS yang demikian pesat harus diantisipasi melalui
penyiapan guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu
memperbaiki proses pembelajarannya.
Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas
sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan,
antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan
perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang
226

merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah,
menemukan jawab atas masalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk melakukan
perbaikan.
a. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur (2001)
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan
sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru)
bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan juga
terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan
terhadap seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi terhadap
kinerjanya untuk melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah
mereka lakukan. PTK bukanlah semata-mata menerapkan metode ilmiah di dalam
pembelajaran atau sekedar menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian
pada perubahan baik pada peneliti (guru) maupun pada situasi di mana mereka
bekerja.
Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK menjadi penting bagi guru karena
membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang pembelajarannya,
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat melakukan tindakan
untuk meningkatkan belajar siswanya.
Saat seorang guru melaksanakan PTK berarti guru telah menjalankan misinya
sebagai guru professional, yaitu (1) membelajarkan, (2) melakukan pengembangan
profesi berupa penulisan karya ilmiah dari hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar
untuk peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran sebagai bagian
tanggungjawabnya.
b. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut.
1) PTK merupakan kegiatan nyata yang dilaksanakan di dalam situasi rutin. Oleh
karena itu peneliti PTK (guru) tidak perlu mengubah situasi rutin/alami yang
terjadi. Jika PTK dilakukan di dalam situasi rutin hasil yang diperoleh dapat
digunakan secara langsung oleh guru tersebut.
2) PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti
(guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya
kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan.
3) Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru perlu
menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang
baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan selaras dengan keterlaksanaan
227

4)

5)

6)

7)

8)

9)

kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan kompetensi


yang dicantumkan di dalam Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam
bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus
tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan
pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh
ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada
seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja
yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
PTK dapat dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang dilakukan dengan
menganalisis kekuatan (S=Strength) dan kelemahan (W=Weaknesses) yang
dimiliki, dan factor eksternal (dari luar) yaitu peluang atau kesempatan yang
dapat diraih ( O=Opprtunity), maupun ancaman (T=Treath). Empat hal tersebut
bisa dipandang dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang
dikenai tindakan.
Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat
ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik
perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang
cukup berarti dan dapat dipercaya.
Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan
kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan.
Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang
cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen
profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten, memiliki
kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak
manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan berorganisasi.
Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun
dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding
perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas
dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah
secara keseluruhan.

2. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
228

a) Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari


refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi, guru
berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan berikut.
1) Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
2) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
3) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
4) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
5) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
6) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan
penyebab dari masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar
untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran secara beretahap dan bersiklus. Pola siklusnya adalah:
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi, yang dilanjutkan dengan
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi (yang sudah direvisi) dan
seterusnya secara berulang.
3. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas (classroom research).
PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di
dalam kelas. Penelitian kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas,
mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di
dalam kelas, misalnya penelitian tentang bentuk interaksi siswa atau penelitian yang
meneliti proporsi berbicara antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung. Jelas
dalam penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian
dilakukan oleh orang luar, yang mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan
oleh guru sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi
tugasnya. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas ditunjukkan pada
Tabel 1. Pada Tabel 2 ditunjukkan pula perbedaan PTK dengan penelitian formal atau
penelitian pada umumnya yang biasa dilakukan oleh peneliti.

No.
1
2
3
4

Tabel 1. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas


Aspek
Penelitian Tindakan
Penelitian Kelas
Kelas
Peneliti
Guru
Orang luar
Rencana
penelitian
Munculnya
masalah
Ciri utama

Oleh guru (mungkin


dibantu orang luar)
Dirasakan oleh guru
Ada tindakan untuk
perbaikan yang

Oleh peneliti
Dirasakan oleh
orang luar/peneliti
Belum tentu ada
tindakan perbaikan
229

Peran guru

Tempat
penelitian
Proses
pengumpulan
data
Hasil penelitian

No.
1
2
3

5
6

berulang
Sebagai guru dan
peneliti
Kelas
Oleh guru sendiri
atau bantuan orang
lain
Langsung
dimanfaatkan oleh
guru, dan dampaknya
dapat dirasakan oleh
siswa

Sebagai guru
(subyek penelitian)
Kelas
Oleh peneliti

Menjadi milik
peneliti, belum tentu
dimanfaatkan oleh
guru

Tabel 2. Perbedaan Karakteristik PTK dan Penelitian Formal


Dimensi
Penelitian Tindakan
Penelitian Formal
Kelas
Motivasi
Perbaikan Tindakan
Kebenaran
Sumber
Diagnosis status
Induktif-deduktif
masalah
Tujuan
Memperbaiki atau
Mengembangkan,
menyelesaikan masalah
menguji teori,
lokal
menghasilkan
pengetahuan
Peneliti
Pelaku dari dalam (guru) Orang luar yang
yang
memerlukan sedikit
berminat, memerlukan
terlibat
pelatihan untuk dapat
pelatihan yang intensif
melakukan
untuk dapat melakukan
Sampel
Kasus khusus
Sampel yang
representatif
Metode
Longgar tetapi berusaha
Baku dengan
obyektif-jujur-tidak
obyektivitas dan
memihak (impartiality)
ketidakberpihakan yang
terintegrasi (build in
objectivity and
impartiality))
Penafsiran
Untuk memahami
pendeskripsian,
hasil
praktek melalui refleksi
mengabstraksi,
Penelitian
oleh praktisi
penyimpulan dan
pembentukan teori oleh
ilmuwan.
Hasil Akhir Siswa belajar lebih baik
Pengetahuan, prosedur
(proses dan produk)
atau materi yang teruji
230

9.

Generalisasi

Terbatas atau tidak


dilakukan

Dilakukan secara luas


pada populasi

Sumber : Fraenkel, 2011,p.595


4. Manfaat dan Keterbatasan PTK
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru,
pembelajaran, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru antara lain sebagai
berikut. a) PTK dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya; b) Guru dapat berkembang secara profesional, karena dapat menunjukkan
bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui
PTK; c) PTK meningkatkan rasa percaya diri guru; d) PTK memungkinkan guru secara
aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Manfaat bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses
dan hasil belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi
model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah,
PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan
pada diri guru dan proses pendidikan di sekolah tersebut.
Keterbatasan PTK terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin
melakukan generalisasi karena sasarannya hanya kelas dari guru yang berperan
sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat
berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain, dukungan
semua personalia sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada
para guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di
antara personalia sekolah, dan juga saling persaya antara guru dengan siswa. Birokrasi
yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.
5. PELATIHAN
Setelah mempelajari uraian dan contoh di atas, cobalah Anda kerjakan latihan
berikut bersama teman-teman Anda!
a) Rumuskan pengertian penelitian tindakan kelas dengan kata-kata Anda
sendiri!
b) Coba identifikasi masalah yang sering Anda hadapi dalam mengelola
pembelajaran. Diskusikan dengan teman-teman Anda, bagaimana cara terbaik
untuk memecahkan masalah tersebut, kemudian lakukan analisis apakah cara
yang Anda temukan tersebut dapat disebut sebagai penelitian tindakan kelas?
Berikan argumentasi, mengapa kelompok Anda berpendapat seperti itu?
c) Melakukan refleksi berarti memantulkan kembali pengalaman yang sudah Anda
jalani, sehingga Anda dapat melihat kembali apa yang sudah terjadi. Menurut
Anda, apa gunanya seorang guru melakukan refleksi?
d) Di antara karakteristik PTK yang telah diuraikan dalam kegiatan belajar ini,
yang mana menurut Anda yang paling penting, yang benar-benar
membedakannya dengan penelitian formal? Berikan alasan atas Jawaban Anda.
231

B. Perencanaan Dan Pelaksanaan Ptk


a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

1. TUJUAN
Peserta dapat menjelaskan cara-cara mengidentifikasi masalah
Peserta dapat merinci langkah-langkah untuk merencanakan perbaikan
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah melaksanakan PTK
Peserta mendeskripsikan teknik untuk merekam dan menganalisis data
Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah merencanakan tindak lanjut
Peserta dapat membuat proposal penelitian tindakan kelas
2. STRATEGI KEGIATAN
Mendiskusikan langkah-langkah PTK dengan bantuan tayangan power point.
Peserta diminta mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dirasakan di
sekolah.
Berdasarkan diskusi hasil latihan nomor 2, peserta diminta membuat
perencanaan dan pelaksanaan PTK
Mendiskusikan hasil diskusi kelompok tentang membuat perencanan PTK
Workshop penyusunan proposal PTK.
Tugas mandiri

3. MATERI
a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri atas 4 tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Gambar 1).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk
merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil
memperbaiki praktek atau belum berhasil menyelesaikan masalah yang menjadi
kerisauan guru.
Perencanaan

Refleksi dan
revisi

Pelaksanaan
Tindakan

Pengamatan

Gambar 1. Tahap-tahap dalam Pelaksanaan PTK


Setelah menetapkan focus penelitian, selanjutnya dilakukan perencanaan
mengenai tindakan apa yang akan dilakukan untuk perbaikan. Rencana akan
menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Pelaksanaan tindakan adalah
merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat. Tanpa tindakan, rencana hanya
232

merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar


tindakan yang dilakukan dapat diketahui kualitas dan keberhasilannya perlu
dilakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini akan dapat ditentukan hal-hal
yang harus segera diperbaiki agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Langkah berikutnya
adalah refleksi, yang dilakukan setelah tindakan berakhir. Pada tahap refleksi,
peneliti: (1) merenungkan kembali apa yang telah dilakukan dan apa dampaknya
bagi proses belajar siswa, (2) merenungkan alasan melakukan suatu tindakan
dikaitkan dengan dampaknya,dan (3) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
dari tindakan yang dilakukan.
b. Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau
disadari oleh guru. Guru merasa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kelasnya,
yang jika tidak segera diatasi akan berdampak bagi proses dan hasil belajar siswa.
Masalah yang dirasakan guru pada tahap awal mungkin masih kabur, sehingga
guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi
semakin jelas. Setelah permasalahan-permasalahan diperoleh melalui proses
identifikasi, selanjutnya guru melakukan analisis terhadap masalah-masalah
tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam hubungan ini, akan
ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, atau yang dapat
ditunda penyelesaiannya tanpa mendatangkan kerugian yang besar. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih permasalahan PTK adalah sebagai berikut: (1)
permasalahan harus betul-betul dirasakan penting oleh guru sendiri dan siswanya,
(2) masalah harus sesuai dengan kemampuan dan/atau kekuatan guru untuk
mengatasinya, (3) permasalahan memiliki skala yang cukup kecil dan terbatas, (4)
permasalahan PTK yang dipilih terkait dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan
dalam rencana pengembangan sekolah.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah seorang guru
dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai
bagian penting dari pekerjaannya. Berbekal kejujuran dan kesadaran guru dapat
mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4) Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera diatasi?
5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut
atau
memperbaiki situasi yang ada?
Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan
bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah
berhasil mengidentifikasi masalah. Langkah berikutnya adalah menganalisis dan
merumuskan masalah.
c. Menganalisis dan Merumuskan Masalah
233

Setelah masalah teridentifikasi, guru perlu melakukan analisis sehingga dapat


merumuskan masalah dengan jelas. Analisis dapat dilakukan dengan refleksi yaitu
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri, mengkaji ulang berbagai dokumen
seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan
pelajaran yang telah disiapkan. Semua ini tergantung pada jenis masalah yang
teridentifikasi.
Sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang
menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan atau dicari jawabannya melalui
penelitian tindakan kelas. Contoh rumusan masalah: Apakah pendekatan
konseptual dapat meminimalisasi miskonsepsi siswa pada mata pelajaran IPA SD
Klampis?
Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar rencana
perbaikannya dapat lebih terarah. Sebagai misal untuk masalah: Tugas dan bahan
belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa?
dapat
dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan sebagai berikut.
1) Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi
siswa?;
2) Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?;
3) Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?;
4) Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan?;
Dengan terumuskannya masalah secara operasional, Anda sudah mulai
dapat membuat rencana perbaikan atau rencana PTK.
d. Merencanakan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana
tindakan atau yang sering disebut dengan rencana perbaikan. Langkah-langkah
dalam menyusun rencana perbaikan adalah sebagai berikut.
1) Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis
tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk
mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian dari
berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah
yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi
pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru
menyusun berbagai alternatif tindakan. Contoh hipotesis tindakan: Penggunaan
concept mapping dan penekanan operasi dasar dapat meningkatkan pemahaman
konsep Matematika Siswa Kelas VI SDN Ketintang.
2) Analisis kelayakan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini masih perlu
dikaji kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya. Kelayakan
hipotesis tindakan didasarkan pada hal-hal berikut.

234

1) Kemampuan dan komitmen guru sebagai pelaksana. Guru harus bertanya


pada diri sendiri apakah ia cukup mampu melaksanakan rencana perbaikan
tersebut dan apakah ia cukup tangguh untuk menyelesaikannya?
2) Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut;
Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu, apakah siswa
cukup mampu menyelesaikannya.
3) Ketersediaan prasarana atau fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana atau
fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan dapat diadakan oleh siswa,
sekolah, ataukah oleh guru sendiri.
4) Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Dalam hal ini, guru perlu
mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat
dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah.
e. Melaksanakan PTK
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah layak,
kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan.
1) Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan rencana
tindakan kelas.
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk skenario
tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang
dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru tentu perlu
menyiapkan berbagai bahan seperti tugas belajar yang dibuat sesuai dengan
hipotesis yang dipilih, media pembelajaran, alat peraga, dan buku-buku yang
relevan.
b) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya
gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang
terkait.
c) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan
proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini guru harus menetapkan apa yang
harus direkam, bagaimana cara merekamnya dan kemudian bagaimana cara
menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan
indikator keberhasilan. Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat
menentukan cara merekam dan menganalisis data.
d) Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan
pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerjasama dengan teman
sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK.
2) Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam
kelas yang sebenarnya.
a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar.
235

b)

c)

d)
e)

f)

Oleh karena itu, metode penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh
mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh
mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya.
Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai tugas
profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan
pembelajaran yang dikelolanya.
Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita
waktu pembelajaran di kelas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus
disertai dengan observasi, pengumpulan data, dan interpretasi yang
dilakukan oleh guru.
Metode yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan situasi kelasnya.
Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru.
Sebagai peneliti, guru haruslah memperhatikan berbagai aturan dan etika
yang terkait dengan tugas-tugasnya, seperti menyampaikan kepada kepala
sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau
menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK,
siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin.
PTK harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat sekolah.

3) Observasi dan Interpretasi


Pelaksanaan tindakan dan
observasi/interpretasi berlangsung simultan.
Artinya, data yang diamati saat pelaksaanaan tindakan tersebut langsung
diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Jika guru memberi pujian kepada
siswa, yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan, tetapi juga
dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Apa yang harus direkam dan
bagaimana cara merekamnya harus ditentukan secara cermat terlebih dahulu.
Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan
observasi atau pengamatan. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar
atau karakteristik kunci observasi, yaitu:
a) Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara pengamat
dengan yang diamati, dalam hal ini teman sejawat yang akan membantu
mengamati dengan guru yang akan mengajar. Perencanaan bersama ini
bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan menyepakati beberapa
hal seperti fokus yang akan diamati, aturan yang akan diterapkan, berapa
lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada
siswa, dan di mana pengamat akan duduk.
b) Fokus

236

Fokus pengamatan sebaiknya sempit/spesifik. Fokus yang sempit atau


spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat begi perkembangan
profesional guru.
c) Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau
sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
d) Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan, yaitu: (1)
dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam
menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang
memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang menakutkan
guru dan siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan
peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat/instrumen
perekam yang efektif untuk episode tertentu. Di dalam suatu observasi, hasil
pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan pendapat atau opini.
Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis observasi yang dapat
dipilih, yaitu: observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar
observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam
proses pembelajaran yang diamati. Observasi terfokus secara khusus
ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur
dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal
membubuhkan tanda cek (V) pada tempat yang disediakan. Observasi
sistematik dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang diamati.
e) Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis dapat dijadikan
dasar untuk memberi balikan yang tepat. Syarat balikan yang baik: (i)
diberikan segera setelah pengamatan, dalam berbagai bentuk misalnya
diskusi; (ii) menunjukkan secara spesifik bagian mana yang perlu diperbaiki,
bagian mana yang sudah baik untuk dipertahankan; (iii) balikan harus dapat
memberi jalan keluar kepada orang yang diberi balikan tersebut.
4) Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk mengambil
keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis data pada
tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap
observasi. Analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai
diimplementasikan secara keseluruhan. Jika perbaikan ini direncanakan untuk
enam kali pembelajaran, maka analisis data dilakukan setelah pembelajaran
tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan diadakan
interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir
paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan
informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
237

Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, data
diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering
disebut sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan
hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua,
data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam
bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau
deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau
formula singkat.
5) Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung
dan mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan mengapa
satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi,
guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum
dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
6) Perencanaan Tindak Lanjut
Sebagaimana yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil
atau kesimpulan yang didapat pada analisis data, setelah melakukan refleksi
digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan
perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru,
maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali
tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Siklus PTK
berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu siklus dalam
PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.

Perencanaan
Gagal

Pelaksanaan

Refleksi
Berhasil
Pengamatan
Simpulan

238

(Kemmis dan Mc. Taggart dikutip Wardani dkk, 2004, p.4.9)


Gambar 2. Aspek Penelitian Tindakan Kelas (diadaptasi dari
Kemmis & Taggard, 1992 dan Fraenkel, 2011)

e) Cara Membuat Proposal


Proposal adalah suatu perencanaan yang sistematis untuk melaksanakan
penelitian termasuk PTK. Di dalam proposal terdapat komponen dan langkah yang
harus dilakukan dalam melaksanakan PTK. Selain itu, proposal juga memiliki
kegunaan sebagai usulan untuk pengajuan dana kepada instansi atau sumber yang
dapat mendanai penelitian. Proposal terdiri dari dua bagian, bagian pertama
merupakan identitas proposal, sedangkan bagian kedua merupakan perencanaan
penelitian yang berisi tentang desain penelitian, dan langkah-langkah pelaksanaan.
Pembahasan proposal akan dibagi menjadi 3 langkah, yaitu mengenai format
proposal, cara membuat proposal, dan cara menilai proposal (Tim Pelatih Proyek
PGSM, 1999).
1) Format Proposal
Pada umumnya format proposal penelitian, baik penelitian formal maupun PTK
sudah baku. Salah satu format proposal yang ada saat ini adalah yang
dikembangkan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM sebagai berikut.
Halaman Judul (kulit luar)
Berisi judul PTK, nama peneliti dan lembaga, serta tahun proposal itu dibuat.
Halaman Pengesahan
Berisi identitas peneliti dan penelitian yang akan dilakukan, yang
ditandatangani oleh ketua peneliti dan ketua/kepala lembaga yang
mengesahkan. Di perguruan tinggi yang mengesahkan proposal penelitian
adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Dekan.
Kerangka Proposal
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu
3. Kategori Penelitian
4. Data Peneliti:
Nama lengkap dan gelar
Golongan/pangkat/NIP
Jabatan fungsional
Jurusan
Institusi
5. Susunan Tim Peneliti
Jumlah
Anggota
6. Lokasi Penelitian
239

7. Biaya Penelitian
8. Sumber Dana
2) Perencanaan PTK
Berdasarkan format proposal tersebut di atas, tugas peneliti selanjutnya adalah
mengembangkan rancangan (desain) PTK. Rancangan tersebut adalah:
a) Judul
Judul PTK dinyatakan dengan jelas dan mencerminkan tujuan, yaitu
mengandung maksud, kegiatan atau tindakan, dan penyelesaian masalah.
b) Latar Belakang
Berisi informasi tentang pentingnya penelitian dilakukan, mengapa Anda
tertarik dengan masalah ini? Apakah masalah tersebut merupakan masalah
riil yang Anda hadapi sehari-hari? Apakah ada manfaatnya apabila diteliti
dengan PTK? Untuk ini perlu didukung oleh kajian literatur atau hasil-hasil
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan baik oleh Anda sendiri maupun
orang lain.
c) Permasalahan
Masalah dalam PTK harus diangkat dari pengalaman sehari-hari. Anda
perlu mengkaji masalah tersebut, melakukan analisis, dan jika perlu
menanyakan kepada para siswa Anda tentang masalah tersebut. Setelah
Anda yakin dengan masalah tersebut, rumuskan ke dalam bentuk kalimat
yang jelas. Biasanya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat Tanya.
d) Cara Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan setelah Anda melakukan analisis dan
pengkajian terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga ditemukan cara
pemecahannya. Untuk menemukan cara pemecahan terhadap suatu
masalah, Anda dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman
Anda selama ini, pengalaman teman Anda, mencari dalam buku literatur
dan hasil penelitian, atau dengan berkonsultasi dan berdiskusi dengan
teman sejawat atau para pakar. Cara penyelesaian masalah yang Anda
tentukan atau pilih harus benar-benar applicable, yaitu benar-benar dapat
dan mungkin Anda laksanakan dalam proses pembelajaran.
e) Tujuan dan manfaat PTK
Berdasarkan masalah serta cara penyelesaiannya, Anda dapat merumuskan
tujuan PTK. Rumuskan tujuan ini secara jelas dan terarah, sesuai dengan
latar belakang masalah dan mengacu pada masalah dan cara penyelesaian
masalah. Sebutkan pula manfaat dari PTK ini, yaitu nilai tambah atau
dampak langsung atau pengiring terhadap kemampuan siswa Anda.
f) Kerangka Teoritis dan Hipotesis
Dalam bagian ini, Anda diminta untuk memperdalam atau memperluas
pengetahuan teoritis Anda berkaitan dengan masalah penelitian yang akan
diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil
penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian teoritis ini sangat
240

berguna untuk memperkaya Anda dengan variabel yang berkaitan dengan


masalah tersebut. Selain itu, Anda juga akan memperoleh masukan yang
dapat membantu Anda dalam melaksanakan PTK, terutama dalam
merumuskan hipotesis.
g) Rencana Penelitian
Mencakup penataan penelitian, faktor-faktor yang diselidiki, rencana
kegiatan (persiapan, implementasi, observasi dan interpretasi, analisis, dan
refleksi), data dan cara pengumpulan data, dan teknik analisis data
penelitian.
h) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi bentuk aktivitas terkait dengan penelitian dan
rancangan waktu kapan dilaksanakan dan dalam jangka berapa lama.
Untuk membuat jadwal penelitian Anda harus menginventarisasi jenis-jenis
kegiatan yang akan dilakukan dimulai dari awal perencanaan, penyusunan
proposal sampai dengan selesainya penulisan laporan. Jadwal PTK
umumnya ndisusun dalam bentuk bar chart.
i) Rencana Anggaran
Cantumkan anggaran yang akan digunakan dalam PTK Anda, terutama jika
PTK ini dibiayai oleh sumber dana tertentu. Rencana biaya meliputi
kegiatan sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan.
Pada tiap-tiap tahapan diuraikan jenis-jenis pengeluaran yang dilakukan
serta berapa banyak alokasi dana yang disediakan untuk tiap-tiap kegiatan.

4. Pelatihan
a.

b.

c.

d.
e.

Setelah mengkaji dengan cermat semua uraian untuk memantapkan pemahaman


Anda, kerjakan latihan berikut.
Langkah-langkah PTK merupakan satu siklus yang berulang sampai tujuan
perbaikan yang dirancang dapat terwujud. Coba gambarkan siklus tersebut dengan
cara Anda sendiri dan jelaskan kapan siklus tersebut dapat berakhir.
Tahap observasi dan interpretasi merupakan satu tahap yang dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Coba diskusikan dengan teman Anda
mengapa kedua tahap tersebut harus dilakukan bersamaan dan mengapa observasi
harus disertai dengan interpretasi.
Agar observasi dapat dimanfaat secara efektif, berbagai prinsip dan aturan harus
diikuti. Pilih tiga aturan yang menurut Anda paling penting dan jelaskan mengapa
aturan tersebut harus diikuti.
Analisis data akan membantu guru melakukan refleksi. Beri alasan yang
mendukung pendapat tersebut disertai sebuah contoh.
Apa yang dikerjakan guru berdasarkan hasil analisis data dan refleksi? Jelaskan
jawaban Anda dengan contoh.

241

Tugas: Susunlah sebuah proposal PTK untuk menyelesaikan masalah yang Anda
hadapi di sekolah Anda masing-masing. Gunakan format proposal PTK seperti yang
sudah dijelaskan di dalam modul ini.

C. Penulisan Karya Ilmiah


1. TUJUAN
a. Peserta dapat menjelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
b. Peserta dapat membedakan karya ilmiah penelitian dan nonpenelitian.
c. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran, peserta dapat
merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.
2. STRATEGI KEGIATAN
a. Ceramah singkat tentang penulisan karya ilmiah disertai penyajian contohcontoh karya tulis ilmiah.
b. Diskusi untuk menemukan perbedaan contoh antara artikel penelitian dan
nonpenelitian
c. Tugas mandiri

3. MATERI
Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri dari dua
macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan penelitian tindakan kelas dan
artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dan nonpenelitian.
a. Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Laporan PTK merupakan pernyataan formal tentang hasil penelitian, atau hal
apa saja yang memerlukan informasi yang pasti, yang dibuat oleh seseorang atau badan
yang diperintahkan atau diharuskan untuk melakukan hal itu. Ada beberapa jenis
laporan misalnya rapor sekolah, laporan hasil praktikum, dan hasil tes laboratorium.
Sedangkan laporan PTK termasuk jenis laporan lebih tinggi penyajiannya. Tujuan
menulis laporan secara sederhana adalah untuk mencatat, memberitahukan, dan
merekomendasikan hasil penelitian. Dalam penelitian, laporan merupakan laporan
hasil penelitian yang berupa temuan baru dalam bentuk teori, konsep, metode, dan
prosedur, atau permasalahan yang perlu dicarikan cara pemecahannya. Namun untuk
mengimplementasikannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil penelitian
formal dipublikasikan melalui seminar, pengkajian ulang, analisis kebijakan,
pendiseminasian dan sebagainya, yang memerlukan waktu cukup lama, sehingga pada
saat dilakukan implementasi, temuan tersebut sudah kedaluwarsa dan tidak sesuai lagi.
Laporan PTK perlu dibuat oleh para peneliti untuk beberapa kepentingan antara
lain sebagai berikut.
1) Sebagai dokumen penelitian, dan dapat dimanfaatkan oleh guru atau dosen
untuk diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat/pengembangan karir.
242

2) Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh
inspirasi untuk melakukan penelitian lainnya.
3) Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan kritik dan saran
terhadap penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan dalam
menangani masalah yang serupa atau sama.
Sistematika laporan merupakan bagian yang sangat mendasar dalam sebuah
laporan, karena akan merupakan kerangka berpikir yang dapat memberikan arah
penulisan, sehingga memudahkan anda dalam menulis laporan. Sistematika atau
struktur ini harus sudah anda persiapkan sebelum penelitian dilakukan, yaitu pada
saat anda menulis proposal. Setelah PTK selesai dilakukan, anda mulai melihat kembali
struktur tersebut untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan
pengalaman anda dalam melakukan PTK, serta data informasi yang sudah
dikumpulkan dan dianalisis.
Pada dasarnya, laporan PTK hampir sama dengan laporan jenis penelitian
lainnya. Meskipun begitu, setiap institusi bisa saja menetapkan format tersendiri yang
bisa berbeda dengan format dari institusi lain. Format yang ditetapkan oleh Lembaga
Penelitian Unesa, misalnya, bisa berbeda dari format yang digunakan oleh Ditjendikti
atau Universitas Terbuka. Apabila PTK yang anda lakukan memperoleh pendanaan
dari institusi tertentu, maka sistematika laporan juga perlu disesuaikan dengan format
yang telah ditentukan oleh pihak pemberi dana penelitian. Namun bila dibandingkan
satu sama lain, sebenarnya setiap format menyepakati beberapa komponen yang
dianggap perlu dicantumkan dan dijelaskan. Sistematika laporan PTK di bawah ini
merupakan modifikasi dari berbagai sumber:
Halaman Judul
Judul laporan PTK yang baik mencerminkan ketaatan pada rambu-rambu
seperti: gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran,
tindakan yang diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan pembelajaran, dan
setting penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
Lembar Pengesahan
Gunakan model lembar pengesahan yang ditetapkan oleh institusi terkait.
Kata Pengantar
Abstrak
Abstrak sebaiknya ditulis tidak lebih dari satu halaman. Komponen ini
merupakan intisari penelitian, yang memuat permasalahan, tujuan, prosedur
pelaksanaan penelitian/tindakan, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan
saran.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan
pentingnya masalah diselesaikan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan

243

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu.
Urutan penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, analisis
masalah, dan pentingnya masalah untuk diselesaikan)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional (bila perlu)
Bab II Kajian Pustaka
Kajian Pustaka menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan
yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun
argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan
untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan
atau hipotesis. Urutan penyajian yang bisa digunakan adalah sebagai berikut
A. Kajian Teoritis
B. Penelitian-penelitian yang relevan (bila ada)
C. Kajian Hasil Diskusi (dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti)
D. Hasil Refleksi Pengalaman Sendiri sebagai Guru
E. Perumusan Hipotesis Tindakan
Bab III Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Bab ini berisi unsur-unsur seperti deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran,
karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Selain itu, bab ini juga
menyajikan gambaran tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara pemantauan
beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan
yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Urutan
penyajian bisa disusun sebagai berikut:
A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik
siswa)
B. Deskripsi per Siklus (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan
data/instrument, refleksi)
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV menyajikan uraian tiap-tiap siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal
yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.
Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan
jelas.
244

A. Deskripsi per siklus (data tentang rencana,


keberhasilan dan kegagalan, lengkap dengan data)
B. Pembahasan dari tiap siklus

pengamatan,

refleksi),

Bab V Simpulan dan Saran


A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
b. Artikel Ilmiah
Kegiatan menyusun karya ilmiah, baik berupa laporan hasil penelitian maupun
makalah nonpenelitian, merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan aktivitas
ilmiah.
Beberapa kualifikasi yang diperlukan untuk dapat menulis karya ilmiah dengan
baik antara lain adalah:
1) Pengetahuan dasar tentang penulisan karya ilmiah, baik yang berkenaan dengan
teknik penulisan maupun yang berkenaan dengan notasi ilmiah. Di samping itu,
keterampilan menggunakan bahasa tulis dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku
2) Memiliki wawasan yang luas mengenai bidang kajian keilmuan
3) Pengetahuan dasar mengenai metode penelitian.
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dengan mengikuti
pedoman atau konvensi yang telah disepakati atau ditetapkan. Artikel ilmiah bisa
diangkat dari hasil penelitian lapang, hasil pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil
pengembangan proyek. Dari segi sistematika penulisan dan isi suatu artikel dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel
nonpenelitian. Secara umum, isi artikel hasil penelitian meliputi: judul artikel, nama
penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan dan saran, serta daftar rujukan. Sedangkan artikel nonpenelitian berisi
judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti, penutup, dan
daftar rujukan.
Isi artikel penelitian diuraikan sebagai berikut:
1) Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang menginformasikan inti isi yang
terkandung dalam artikel secara ringkas. Pemilihan kata sebaiknya dilakukan
dengan cermat agar selain aspek ketepatan, daya tarik judul bagi pembaca juga
dipertimbangkan. Judul artikel sebaiknya tidak lebih dari 15 kata.
2) Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar, baik gelar akademik maupun gelar lainnya.
Nama lembaga tempat penulis bekerja biasanya ditulis di bawah nama penulis,
namun boleh juga dituliskan sebagai catatan kaki di halaman pertama. Apabila
245

penulis lebih dari dua orang, maka nama penulis utama saja yang dicantumkan di
bawah judul, sedangkan nama penulis lainnya dituliskan dalam catatan kaki.
3) Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci (key words) berisi pernyataan yang mencerminkan ide-ide
atau isu-isu penting di dalam artikel. Untuk artikel hasil penelitian, prosedur
penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi tentang subjek yang
diteliti), dan ringkasan hasil penelitian, tekanan diberikan pada hasil penelitian.
Sedangkan untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan isi artikel yang
dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari penyunting. Panjang
abstrak 50-75 kata, dan ditulis dalam satu paragraf.
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang dibahas
dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam
karangan asli berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci antara 3-5
kata. Perlu diingat bahwa kata kunci tidak diambil dari kata-kata yang sudah ada di
dalam judul artikel. Kata kunci sangat bermanfaat bagi pihak lain yang
menggunakan mesin penelusuran pustaka melalui jaringan internet untuk
menemukan karya seseorang yang sudah dipublikasikan secara online.
4) Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci.
Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan: (a) latar
belakang masalah atau rasional penelitian, (b) masalah dan wawasan rencana
pemecahan masalah, (c) rumusan tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat
hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang dapat dijamin otoritas
keilmuan penulisnya. Kajian pustaka disajikan secara ringkas, padat dan mengarah
tepat pada masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat mencakup landasan
teoretis, segi historis, atau segi lainnya yang dianggap penting. Latar belakang atau
rasional hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga mengarahkan pembaca
ke rumusan penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah dan
akhirnya ke rumusan tujuan.
Apabila anda menulis artikel nonpenelitian, maka bagian pendahuluan berisi uraian
yang mengantarkan pembaca pada topik utama yang akan dibahas. Bagian ini
menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga mereka tertarik untuk
mengikuti bagian selanjutnya. Selain itu, bagian ini juga diakhiri dengan rumusan
singkat tentang hal-hal yang akan dibahas.
5) Bagian Inti
Bagian ini berisi 3 (tiga) hal pokok, yaitu metode, hasil, dan pembahasan. Pada
bagian metode disajikan bagaimana penelitian dilaksanakan. Uraian disajikan dalam
beberapa paragraf tanpa atau dengan subbagian. Yang disajikan pada bagian ini
hanyalah hal yang pokok saja. Isi yang disajikan berupa siapa sumber datanya
(subjek atau populasi dan sampel), bagaimana data dikumpulkan (instrumen dan
rancangan penelitian), dan bagaimana data dianalisis (teknik analisis data). Apabila

246

di dalam pelaksanaan penelitian ada alat dan bahan yang digunakan, maka
spesifikasinya perlu disebutkan.
Untuk penelitian kualitatif, uraian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitian
dan informan, beserta cara memperoleh data penelitian, lokasi dan lama penelitian,
serta uraian tentang pengecekan keabsahan hasil penelitian (triangulasi) juga perlu
dicantumkan.
Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Bagian ini menyajikan hasil analisis
data. Yang dilaporkan dalam bagian ini adalah hasil analisis saja, sedangkan proses
analisis data misalnya perhitungan statistik, tidak perlu disajikan. Proses pengujian
hipotesis, ternasuk pembandingan antara koefisien hasil perhitungan statistik
dengan koefisien tabel, tidak perlu disajikan. Yang dilaporkan hanyalah hasil analisis
dan hasil pengujian data. Hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk grafik atau
tabel untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal, yang kemudian dibahas.
Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Dalam
pembahasan disajikan: (a) jawaban masalah penelitian atau bagaimana tujuan
penelitian dicapai, (b) penafsiran temuan penelitian, (c) pengintegrasian temuan
penelitian ke dalam kumpulan penelitian yang telah mapan, dan (d) menyusun teori
baru atau memodifikasi teori yang telah ada sebelumnya. Jawaban atas masalah
penelitian hendaknya disajikan secara eksplisit. Penafsiran terhadap hasil penelitian
dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada. Pengintegrasian
temuan penelitian ke dalam kumpulan yang ada dilakukan dengan membandingkan
temuan itu dengan temuan penelitian yang telah ada atau dengan teori yang ada,
atau dengan kenyataan yang ada di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan.
Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama dapat
dikonfirmasi atau ditolak sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari teori
harus disertai dengan modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh teori harus
disertai rumusan teori yang baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau
penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
Untuk artikel nonpenelitian, bagian inti ini dapat sangat bervariasi bergantung pada
topik yang dibahas. Yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah
pengorganisasian isi yang dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Isi
yang berbeda memerlukan penataan dengan urutan yang berbeda pula.
6) Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel
nonpenelitian jika isinya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Namun apabila
bagian akhir berisi kesimpulan hasil pembahasan sebelumnya, maka istilah yang
dipakai adalah kesimpulan. Pada bagian akhir ini dapat juga ditambahkan saran
atau rekomendasi.
Untuk artikel hasil penelitian, bagian penutup berisi kesimpulan dan saran yang
memaparkan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan
pembahasan. Kesimpulan diberikan dalam bentuk uraian verbal, bukan numerikal.
247

Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat. Saran dapat mengacu
pada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan.
7) Daftar Rujukan/Pustaka
Daftar rujukan berisi daftar dokumen yang dirujuk dalam penyusunan artikel.
Semua bahan pustaka yang dirujuk yang disebutkan dalam batang tubuh artikel
harus disajikan dalam daftar rujukan dengan urutan alfabetis. Gaya selingkung
dalam menyusun daftar pustaka bisa bervariasi, bergantung pada disiplin ilmu yang
menjadi payung artikel ilmiah anda atau jurnal yang akan memuat artikel anda.
Bidang Pendidikan atau Psikologi sering menggunakan format APA (American
Psychological Association), sedangkan disiplin ilmu Sejarah menggunakan Turabian
Style atau Chicago Manual, dan bidang Bahasa dan Sastra menggunakan MLA
(Modern Language Association). Apapun gaya yang anda gunakan, pastikan bahwa
gaya penulisan anda konsisten dan sesuai dengan format yang ditetapkan oleh
jurnal/media yang akan menampung tulisan anda. Untuk itu, anda perlu
mencermati lebih dahulu format seperti apa yang harus anda ikuti sebelum mulai
menulis/menyunting artikel ilmiah anda. Secara umum, yang dicantumkan dalam
rujukan (berupa buku) adalah: nama pengarang, tahun penerbitan, judul, kota
tempat penerbitan, dan nama penerbitnya.

4. LATIHAN
a. Bedakan artikel hasil penelitian dengan artikel nonpenelitian dari dimensi isi
artikel.
b. Bagian terpenting dari artikel hasil penelitian adalah pembahasan. Apa saja
yang seharusnya disajikan dalam pembahasan?
c. Berdasarkan prosedur pemecahan masalah, ada dua jenis makalah ilmiah, apa
sajakah? Buatlah perbedaan antara keduanya.
d. Bagaimana aturan yang harus diikuti dalam menyusun Daftar Pustaka?
e. Jelaskan sistematika sebuah laporan PTK.
f. Diberikan informasi tentang hasil penelitian/kasus pembelajaran, peserta dapat
merumuskan bagian-bagian tertentu dari sebuah artikel.

5. SUPLEMEN
Contoh-contoh laporan PTK dan contoh artikel tiap program studi/jurusan (jika
ada dan diperlukan).
BAB V
MATERI BAHASA INDONESIA
A. Berbicara
1. Pengantar
Kompetensi inti atau standar kompetensi yang Anda pelajari pada modul ini
adalah mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra. Kompetensi inti tersebut
248

terdiri atas tiga kompetensi dasar (KD), yakni menggunakan wacana lisan untuk
wawancara, menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan dan pidato, dan
menggunakan wacana lisan untuk diskusi. KD menggunakan wacana lisan untuk
wawancara terdiri atas dua indikator esensial, yakni menentukan jenis pertanyaan
yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus disampaikan
narasumber dengan benar. KD menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan
dan pidato terdiri atas tiga indikator esensial, yakni memilih kalimat yang tidak
sesuai dengan konteks penggalan pidato, menentukan jenis komponen pidato yang
sesuai dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat pembuka/penutup
pidato. KD menggunakan wacana lisan untuk diskusi terdiri atas dua indikator
esensial, yakni menentukan pernyataan persetujuan atau bukan persetujuan yang
tepat dan memilih komponen diskusi.
Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator esensial tersebut disajikan
dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar. Per kegiatan belajar terdiri atas tiga
komponen, yakni kegiatan orientasi yang berisi tujuan dan cara belajar, kegiatan inti
yang berisi uraian materi, dan perlatihan yang berisi penajaman kompetensi. Untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi, setelah kegiatan belajar disediakan soal-soal
evaluasi.
2. Materi Pembelajaran
A. MENGUNGKAPKAN SECARA LISAN WACANA NONSASTRA
Wacana, seperti yang Anda pelajari selama ini, ialah satuan bahasa terlengkap
yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan utuh. Sebagai karangan
atau tuturan utuh, wacana terdiri atas rangkaian kalimat berkaitan yang
menghubungkan antarproposisi sehingga terbentuk kesatuan (Alwi dkk., 2003:419).
Dari segi isi, wacana dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni wacana sastra
dan wacana nonsastra. Kedua jenis wacana tersebut dapat disampaikan secara lisan
atau nonlisan. Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini dibahas kompetensi inti
mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra. Bagian-bagian kompetensi inti
yang dibahas adalah menggunakan wacana lisan untuk wawancara,
menggunakan wacana lisan untuk presentasi laporan dan pidato, dan
menggunakan wacana lisan untuk diskusi. Tiap bagian diperinci menjadi beberapa
indikator esensial.

1) MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK WAWANCARA


Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan jenis pertanyaan
yang cocok dengan kutipan dan menentukan jawaban yang harus disampaikan
narasumber dengan benar. Tujuan itu dapat Anda capai dengan cara memahami
materi yang disajikan, melaksanakan perintah-perintah yang diintegrasikan dalam
materi, dan mengerjakan perlatihan yang disediakan.

249

Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering melihat wawancara. Sebagian di


antara Anda bahkan pernah melakukannya. Secara umum, wawancara dapat
diartikan kegiatan tanya jawab dengan narasumber/informan untuk meminta
kepastian informasi tentang hal tertentu (Surya, 2012:110). Konsep kepastian
penting untuk membedakan wawancara dengan diskusi, dialog, dan percakapan
biasa. Dalam wawancara, kepastian informasi merupakan hal penting yang dicari
oleh pewawancara. Karena itu, narasumber/informan sebagai pemberi kepastian
informasi berstatus figur penting. Ia dipilih oleh pewawancara karena status,
keahlian, pengetahuan, atau kerelevanannya dengan materi wawancara.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang wawancara,
berikut disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam tanda kurung kalau
Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak sependapat!
(1) Dalam wawancara terdapat narasumber/informan yang ahli dalam bidang
tertentu. ()
(2) Wawancara melibatkan minimal dua narasumber/informan dan masingmasing orang dapat mengemukakan pendapatnya sehingga terdapat
minimal dua arah komunikasi. ()
(3) Narasumber/informan harus dapat menjawab dengan benar semua yang
ditanyakan kepadanya. ()
(4) Narasumber/informan tidak boleh mengajukan pertanyaan kepada
pewawancara. ()
(5) Informasi dari narasumber/informan harus disampaikan secara tersurat
(eksplisit). ()
(6) Kegiatan utama dalam wawancara adalah tanya-jawab eksploratif. ()
(7) Wawancara bersifat formal. ()
(8) Tujuan wawancara adalah memeroleh kejelasan informasi tentang masalah
tertentu. ()
(9) Materi bahasan dalam wawancara pada umumnya penting. ()
(10) Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan harus berdasar
fakta. ()
(11) Pertanyaan yang satu dengan yang lain yang diajukan kepada
narasumber/informan harus berkaitan. ()
(12) Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan tidak boleh
lebih dari 10 buah. ()
(13) Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber/informan harus
diurutkan agar tampak kohesif dan koheren. ()
(14) Pewawancara tidak boleh mengulang pertanyaan yang sama. ()
(15) Sebagian atau semua materi wawancara dapat berupa rahasia pribadi atau
lembaga sehingga tidak boleh dipublikasikan untuk kepentingan umum. ()
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada
ruang berikut!
250

.
Wawancara merupakan satu di antara beberapa bentuk komunikasi lisan.
Dengan mengacu pendapat Leech (2003:80) bahwa dalam berkomunikasi lisan penutur
dan petutur beretorika interpersonal, hal itu mengisyaratkan bahwa dalam wawancara
pewawancara dan narasumber/informan juga beretorika interpersonal. Dalam retorika
interpersonal terdapat dua prinsip yang idealnya ditaati peserta komunikasi agar
tujuan komunikasi tercapai, yakni prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Substansi
prinsip kerja sama adalah bahwa sumbangan informasi yang diberikan penutur
idealnya sebatas yang diperlukan petutur (Leech, 2003:80). Hal itu berarti bahwa dalam
wawancara, misalnya, informasi yang diberikan oleh narasumber/informan idealnya
sebatas yang diperlukan pewawancara. Berbeda dengan prinsip kerja sama, substansi
prinsip kesantunan adalah bahwa tuturan penutur idealnya dapat menjaga
keharmonisan sosial (tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang
disebut dalam tuturan) (Leech, 2003:131).
Untuk mengetahui praktik wawancara, berikut disajikan teks hasil wawancara.
Tulislah komentar Anda pada ruang di bawah teks hasil wawancara!
Penyiar radio : Beberapa waktu lalu, sanggar belajar yang Anda kelola terpaksa
digusur. Sebenarnya persoalannya bagaimana?
Narasumber 1 : Sanggar belajar itu sudah cukup lama. Di sanggar itu anak-anak
sekitar biasanya belajar, berkreasi, dan sebagainya. Saya tidak
tahu setelah ini mereka belajar di mana?
Penyiar radio: Apakah sebelumnya tidak ada perjuangan untuk menggagalkan
penggusuran itu?

251

Narasumber 1: Kami telah menempuh berbagai cara, misalnya dialog dengan


pihak pemkot (pemerintah kota), tetapi pada akhirnya Anda
dapat melihat sendiri.
Penyiar radio: Apakah Anda ingin mengatakan bahwa pemkot tidak lagi peduli
terhadap tempat pendidikan anak-anak?
Narasumber 1: Kami tidak ingin mengatakan itu, tetapi kami kira keputusan itu
tidak menguntungkan masa depan anak-anak.
Penyiar radio : Lalu, solusinya bagaimana?
Narasumber 1: Kami akan berusaha untuk mencari tempat lain. Tetapi, itu tentu
membutuhkan biaya. Saya tidak tahu, pemkot mengerti atau
tidak.
Penyiar radio : Kalau menurut Anda bagaimana?
Narasumber 2 : Ini keputusan yang sulit. Kami mengerti bahwa sanggar belajar
tersebut penting, tetapi penataan kota sesuai dengan rencana awal
juga perlu diwujudkan.
Penyiar radio : Sekalipun harus ada yang dikorbankan?
Narasumber 2 : Saya kira akan ada jalan keluar, misalnya sanggar belajar
tersebut dicarikan lokasi lain.
Penyiar radio : Soal dananya bagaimana?
Narasumber 2 : Saya kira kami tidak tinggal diam. Tetapi, kalau mereka bisa
mandiri, saya kira itu jauh lebih baik.

..
a) Menentukan Jenis Pertanyaan yang Cocok dengan Kutipan

252

Anda memahami bahwa pertanyaan merupakan variabel utama dalam


wawancara. Pertanyaan berguna bukan hanya bagi pewawancara dan
narasumber/informan, melainkan juga pihak lain. Bagi pewawancara, pertanyaan
merupakan sarana atau bahkan senjata untuk menggali informasi yang diingininya.
Bagi narasumber/informan, pertanyaan merupakan sarana untuk mengidentifikasi
informasi yang diingini pewawancara. Bagi pihak lain, pertanyaan merupakan sarana
untuk mengetahui informasi yang diingini pewawancara dan sarana pengecek
kesesuaian dan kedalaman jawaban narasumber/informan.
Pihak lain juga dapat menggunakan pertanyaan sebagai sarana untuk
mengidentifikasi jenis wawancara. Dalam hal ini, jenis wawancara dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Berdasarkan kesistematisan pertanyaanpertanyaan wawancara, terdapat wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Kalau
pertanyaan-pertanyaan pewawancara ditata secara sistematis, wawancaranya berjenis
terstruktur. Kebalikannya,
kalau pertanyaan-pertanyaan pewawancara tidak
sistematis, wawancaranya berjenis tidak terstruktur. Berdasarkan peluang
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya, terdapat wawancara terbuka
dan tertutup. Kalau melalui pertanyaan-pertanyaannya pewawancara memberikan
peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara panjang
lebar, wawancaranya berjenis wawancara terbuka. Kebalikannya, kalau melalui
pertanyaan-pertanyaannya pewawancara tidak memberikan peluang kepada
narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara panjang lebar,
wawancaranya berjenis wawancara tertutup, misalnya pewawancara menggunakan
pertanyaan ya-tidak (yes-no question). Berdasarkan kedalaman informasi yang
disampaikan narasumber/informan, terdapat wawancara mendalam (indepth
interview) dan wawancara dangkal (ordinary interview). Dalam wawancara
mendalam, pewawancara menggunakan pertanyaan-pertanyaan eksploratif sehingga
tampak bersifat mengejar narasumber/informan. Wawancara dangkal bersifat
kebalikannya (Sukmadinata, 2007:216218).
Pertanyaan pewawancara biasanya terdiri atas dua komponen, yakni kata atau
frasa tanya dan proposisi. Dalam pertanyaan Seberapa lama pelaksanaan penelitian
tindakan kelas (PTK) itu?, misalnya, berapa lama merupakan frasa tanya yang
berfungsi menanyakan durasi, sedangkan pelaksanaan PTK itu merupakan proposisi.
Dalam pertanyaan Di mana pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) itu?,
misalnya, di mana merupakan kata tanya yang berfungsi menanyakan tempat,
sedangkan pelaksanaan PTK itu merupakan proposisi.
Sekarang, tulislah kata atau frasa tanya dan fungsinya yang dapat digunakan
dalam wawancara dengan menggunakan format berikut!
Nomor
1

Kata/Frasa tanya
di mana

Fungsi
Tempat
253

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

seberapa lama

Durasi

Jawaban narasumber/informan dan jenis pertanyaan yang digunakan


pewawancara idealnya relevan. Kerelevanan itu tampak dari kesejajaran kata atau frasa
tanya dan fungsinya. Sebagai contoh, kalau pewawancara menggunakan pertanyaan
di mana, jawaban narasumber/informan idealnya tempat tertentu. Hal itu
mengisyaratkan bahwa dari jawaban narasumber/informan dapat diprediksi kata
tanya yang cocok dan hal yang ditanyakan pewawancara. Kalau jawaban
narasumber/informan tiga bulan, dapat diiprediksi bahwa frasa tanya yang
digunakan pewawancara adalah seberapa lama, berapa bulan, atau frasa tanya lain
yang menunjukkan durasi.

b. Menentukan Jawaban yang harus Disampaikan Narasumber


Dari uraian sebelumnya dapat Anda pahami bahwa tiap kata atau frasa memiliki
fungsi yang spesifik. Kata tanya siapa, misalnya, menanyakan orang atau entitas lain
yang sifatnya sejenis dengan sifat manusia. Hal itu berarti bahwa dari kata atau frasa
tanya yang digunakan pewawancara dapat diprediksi informasi yang diingini
pewawancara dan jawaban yang harus disampaikan oleh narasumber/informan.
Jawaban yang disampaikan narasumber/informan idealnya sesuai dengan
kebutuhan informasi pewawancara; benarnarasumber/informan tidak berbohong;
relevan; dan jelas, tidak taksa, singkat, dan teratur. Di samping itu, jawaban
narasumber/informan idealnya juga santun agar hubungannya dengan pewawancara
harmonis. Sebagai contoh, kalau pewawancara menanyakan berapa lama idealnya
kegiatan inti pembelajaran, jawaban-narasumber yang tepat adalah dua belas sampai
dengan empat belas kali durasi kegiatan awal atau redaksi dengan kemasan lain yang
menunjukkan durasi.

Perlatihan
254

a. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!


Kepala sekolah
Calon guru
Kepala sekolah
Calon guru

: Apakah Saudari mengetahui teknik-teknik penilaian kelas?


: Saya pernah belajar tentang teknik-teknik tersebut ketika berkuliah.
:
: Teknik penilaian yang cocok untuk menilai kemampuan berpidato
siswa adalah penilaian kinerja.

Tentukan jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian yang


rumpang pada teks wawancara tersebut!
b. Perhatikan kutipan teks wawancara berikut!
Kepala sekolah
Calon guru
Kepala sekolah
Calon guru

: Apakah Saudari sudah pernah menggunakan teknik penilaian


tertulis berjenis pilihan ganda?
: Saya beberapa kali menggunakannya.
: Apa kelemahan utamanya?
: .

Tentukan jawaban calon guru yang tepat untuk mengisi bagian yang
rumpang pada teks wawancara tersebut!

B. MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK PRESENTASI LAPORAN DAN


PIDATO
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu memilih kalimat yang tidak
sesuai dengan konteks penggalan pidato, menentukan jenis komponen pidato yang
sesuai dengan penggalan pidato, dan menentukan kalimat pembuka/penutup pidato.
Tujuan itu dapat Anda capai dengan cara memahami materi yang disajikan,
melaksanakan perintah-perintah yang diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan
perlatihan yang disediakan.
Pidato, seperti yang sering Anda amati atau bahkan Anda lakukan, ialah
kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada banyak orang
dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai figur sentral. Pepidato
berperan penting karena menjadi narasumber (pemberi informasi) tunggal sekaligus
tokoh utama. Ia seolah-olah menjadi orang yang paling pandai karena berhak
menguliahi, mengelola, menertawakan, memancing reaksi, serta memengaruhi
emosi pendengar. Komunikasi yang pada umumnya satu arah, yakni dari pepidato
kepada pendengar, menyebabkan pepidato aman karena tidak disanggah, didebat,
atau ditanyai pendengar. Untuk meningkatkan daya tarik pidatonya, pepidato
biasanya menunjukkan keterampilan verbal dan nonverbal. Keterampilan verbal
merupakan kemampuan mengemas dan menyampaikan pikiran melalui bahasa,
sedangkan keterampilan nonverbal merupakan kemampuan mengemas dan
255

menyampaikan pikiran melalui gerak tubuh (kinesik), misalnya gerak tangan dan
ekspresi wajah.
Pidato dapat disampaikan dengan empat metode, yakni impromptu (serta-merta),
penghafalan, naskah, ekstemporan (tanpa persiapan naskah), (Keraf, 2004:360). Pada
metode impromptu (serta-merta), pidato disampaikan secara dadakan atau tanpa
persiapan karena kebutuhan sesaat (insidental). Pepidato menyampaikan pikiran
sesaatnya berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Pidato jenis ini biasanya tidak
bagus kecuali pepidatonya berpengetahuan luas dan mahir. Pada metode penghafalan,
pidato disampaikan dengan cara menghafal materi pidato yang telah disiapkannya.
Penyampaian pidato dengan metode menghafal berisiko karena pepidato dapat lupa
materi yang diingatnya. Pada metode naskah, pidato disampaikan dengan cara
membaca kata demi kata pada naskah yang disiapkannya. Pidato jenis ini biasanya
tidak menarik. Pendengar biasanya bahkan mengatakan, Gitu aja aku juga bisa. Pada
metode ekstemporan, pidato disampaikan dengan berpedoman pada garis besar atau
kerangka pidato yang telah disiapkan. Pidato jenis terakhir ini menuntut pepidato
mahir mengembangkan garis besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.
Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman Anda tentang pidato, berikut
disajikan beberapa pernyataan. Tulislah S dalam tanda kurung kalau Anda sependapat
dan tulislah TS kalau tidak sependapat!
(1) Cara penyampaian tidak penting, yang terpenting adalah materinya. (...)
(2) Cara memengaruhi dan meyakinkan pendengar antarpepidato sama. ()
(3) Cara mengurutkan materi antarpepidato berbeda meskipun mereka dapat
saling memengaruhi. ()
(4) Cara membangun kontak dengan pendengar tidak penting kalau pepidato
sudah dikenal oleh pendengar. ()
(5) Pepidato memiliki ciri khas dalam ekspresi vokal dan ekspresi fisik. ()
(6) Pepidato tidak perlu mengelola waktu karena pembawa acara telah
mengaturnya. ()
(7) Kualitas pidato ditentukan oleh siapa yang berpidato. ()
(8) Kemampuan berpidato bersifat genetis. ()
(9) Materi atau bahan pidato dapat digali dari pengalaman pribadi, hobi atau
keterampilan, pendapat pribadi, dan peristiwa aktual yang menjadi
pembicaraan di masyarakat. ()
(10) Tujuan pidato terdiri atas tiga jenis: memberikan informasi kepada
pendengar (pidato informatif), memengaruhi dan meyakinkan pendengar
(pidato persuasif), dan menghibur pendengar (pidato rekreatif). ()
(11) Sebelum berpidato, pepidato tidak perlu mengidentifikasi siapa mayoritas
pendengarnya. ()
(12) Kerangka atau garis besar naskah pidato terdiri atas tiga bagian, yaitu
pendahuluan, isi, dan penutup. ()

256

(13) Bagian pendahuluan atau bagian pembuka berfungsi membangkitkan


perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan
kesan baik tentang orator. Bagian ini berisi di antaranya salam awal dan
pengantar topik yang dipidatokan. ()
(14) Bagian isi berisi inti atau substansi gagasan dengan segala hal yang menjadi
bagiannya. ()
(15) Bagian penutup berisi penegasan kembali, simpulan dan/atau saran,
kalimat-kalimat penutupan, dan salam akhir. ()
(16) Bagian penutup dan juga bagian pendahuluan biasanya hanya terdiri atas
beberapa kalimat. ()
(17) Kerangka naskah pidato dapat dibuat dengan sistematika berikut.
1. Pendahuluan
1.1 Salam
1.2
1.3 dst.
2. Isi
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3 dst.
2.2
2.3 dst.
3. Penutup
3.1
3.2 dst.
3.3.1 salam ()
(18) Pengembangan kerangka pada dasarnya merupakan pengorganisasian
pesan. ()
(19) Pengorganisasian pesan dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu deduktif,
induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. ()
(20) Dalam cara deduktif, pesan pidato disampaikan dengan menyatakan
gagasan utama lebih dulu, setelah itu keterangan penunjang. ()
(21) Cara induktif merupakan kebalikan cara deuktif. ()
(22) Dalam cara kronologis, pesan pidato disampaikan dengan berdasar urutan
waktu peristiwa. ()
(23) Dalam cara logis, pesan pidato disusun berdasarkan sebab ke akibat atau
akibat ke sebab. ()
(24) Dalam cara spasial, pesan pidato disampaikan berdasarkan tempat. ()
(25) Dalam cara topikal, pesan pidato disusun berdasarkan topik pembicaraan:
dari yang penting ke yang kurang penting, dari yang dikenal ke yang asing,
dan sebagainya. ()

257

(26) Setelah pembuatan kerangka selesai, kegiatan berikutnya adalah


pengembangan kerangka. ()
(27) Dalam tahap pengembangan, kata-kata kunci dalam kerangka
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas. ()
(28) Pengembangan kerangka harus memerhatikan prinsip-prinsip komposisi
pidato, yaitu kesatuan, pertautan, dan titik berat. ()
(29) Dalam hal kesatuan, naskah pidato dapat diibaratkan suatu tubuh.
Antarbagian tidak bercerai berai. ()
(30) Dalam hal pertautan atau koherensi, antarbagian harus berurutan dan
berkaitan. ()
(31) Dalam hal titik berat, harus ada bagian tertentu yang menjadi bagian
terpenting. ()
(32) Di samping harus menggunakan intonasi yang tepat, pepidato juga harus
menggunakan artikulasi dan volume yang jelas. ()
(33) Artikulasi terkait dengan sistem produksi bunyi oleh alat ucap. Sebagai
contoh, bunyi /e/ dan /a/ harus jelas perbedaannya karena kedua bunyi
tersebut keluar dari sistem organ yang berbeda. ()
(34) Volume suara juga harus keras agar pesan pidato mudah ditangkap dan
dipahami. ()
(35) Agar artikulasi dan volume suara jelas, kecepatan bicara harus diatur
sedemikian rupa sehingga tampak adanya jeda antarbunyi. ()
(36) Isi atau pesan pidato perlu disampaikan dengan ungkapan-ungkapan
yang menarik, misalnya dengan menggunakan berbagai bentuk peribahasa.
()
(37) Penggunaan ungkapan-ungkapan yang menarik penting agar pendengar
tetap antusias dalam mendengarkan isi pidato. ()
(38) Dengan pendengar yang tetap antusias, pepidato tidak merasa digugupi
untuk segera mengakhiri pidato. ()
(39) Seperti halnya dalam komunikasi jenis lain, pepidato perlu menaati prinsip
kerja sama. ()
(40) Dalam berpidato pepidato boleh sesekali mengabaikan prinsip kesantunan.
()
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada ruang
berikut!

258

..
1) Memilih Kalimat yang tidak Sesuai dengan Konteks Pidato
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh (Alwi,
2003:280). Pengertian itu mengisyaratkan bahwa satuan bahasa yang lebih kecil
daripada kalimat, misalnya kata dan frasa, belum memiliki gagasan yang utuh.
Kalimat biasa digunakan dalam berbagai komunikasi, misalnya pidato. Dalam
pidato, pepidato menuangkan gagasan-gasasan utuhnya ke dalam kalimat-kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut disusun sebaik-baiknya oleh pepidato agar bermakna,
informatif, dan mudah dipahami. Untuk kepentingan itu, pepidato juga mengupayakan
kalimat-kalimatnya sesuai dengan konteks pidato.
Meskipun pepidato telah mengupayakan kalimat-kalimat pidatonya sesuai
dengan konteks pidato, dalam praktik masih banyak kalimat pidato yang tidak sesuai
dengan konteks pidato. Apa penyebabnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
tulislah S dalam tanda kurung kalau Anda sependapat dan tulislah TS kalau tidak
sependapat!
a) Pepidato mengalami disorientasi, misalnya karena kehilangan konsentrasi
sesaat. ()
b) Pepidato kurang persiapan. ()
c) Pepidato belum berpengalaman. ()
d) Pepidato tidak menyadari urgensi kesesuaian kalimat dengan konteks. ()
Anda memunyai pendapat lain? Kalau ya, tulislah pendapat Anda pada ruang
berikut!

259

Ketidaksesuaian kalimat dengan konteks pidato dapat diamati dari indikator


ketidaksejalanan isi kalimat dengan topik pidato. Perhatikan contoh penggalan pidato
berikut!
.
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Guru memegang peran penting dalam
menentukan masa depan pendidikan. Di tangan guru yang baik, pendidikan akan baik.
Kebalikannya, pendidikan akan hancur kalau guru tidak peduli.
Guru dan pendidikan memang tidak dapat dipisahkan. Makin banyak guru, makin banyak
orang yang membutuhkan pendidikan.

..
Penggalan pidato tersebut terdiri atas enam kalimat. Kalimat pertama sampai
dengan kelima sesuai dengan konteks pidato, yakni peran guru dalam pendidikan.
Kalimat keenam tidak sesuai dengan konteks pidato karena tidak sejalan (tidak
menunjukkan peran guru dalam pendidikan). Dari segi logika, kalimat keenam di
samping tidak sesuai dengan konteks juga tidak logis karena jumlah peminat
pendidikan tidak disebabkan oleh jumlah guru.

2) Menentukan Jenis Komponen Pidato yang Sesuai dengan Penggalan Pidato


Pidato merupakan kegiatan prosedural yang terdiri atas tiga komponen, yakni
pembuka, isi dan penutup. Sebagai kegiatan prosedural, ketiga komponen tersebut
bersifat urut dan harus ada.
Sifat urut mengisyaratkan bahwa komponen pembuka merupakan komponen
pertama, komponen isi merupakan komponen kedua, dan komponen penutup
merupakan komponen ketiga. Ketiga komponen itu bersifat sinergis dan sistemis
sehingga tidak dapat diacak. Aneh suatu pidato kalau ketiga komponen tersebut
260

disajikan secara acak, misalnya komponen penutup disampaikan sebelum komponen


pembuka dan isi.
Sifat harus ada mengisyaratkan bahwa ketiga komponen itu harus disajikan
secara lengkap. Pidato akan janggal kalau bagian komponen atau penutupnya
ditanggalkan. Lebih aneh suatu pidato kalau komponen isinya ditiadakan.
Komponen pembuka atau pendahuluan, sesuai dengan namanya, disajikan pada
bagian awal. Komponen pembuka berisi salam awal, ucapan syukur kepada Tuhan,
pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan pengantar pidato. Komponen ini
berfungsi membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan
menciptakan kesan baik tentang pebicara.
Komponen isi disajikan pada bagian tengah. Komponen isi berisi butir-butir inti
materi pidato. Karena berisi butir-butir inti, sajian komponen isi lebih banyak daripada
komponen pembuka dan penutup.
Komponen penutup disajikan pada bagian akhir pidato. Komponen penutup
berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan, ucapan terima kasih, dan
salam akhir.
Berikut disajikan contoh teks pidato. Cermatilah komponen-komponennya!
Assalammualaikum,
Bapak kepala sekolah dan Ibu/Bpk guru yang saya hormati,
Anak-anak yang saya sayangi,
Pertama, marilah kita bersyukur kepada Allah. Atas rahmat dan karunia-Nya, pagi ini kita
dapat berkumpul di aula sekolah ini untuk memeringati Hari Pendidikan Nasional.
Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian. Pendidikan merupakan satu program penting yang
harus diperhatikan sebaik-baiknya oleh semua pihak. Kerja sama antara lembaga pendidikan,
pemerintah, dan orang tua membantu peningkatan kualitas dan pembentukan karakter anak-anak
pada masa mendatang.
Berikut saya sampaikan kutipan menarik yang ditulis Dorothy Law Nolte.
Kalau anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Kalau anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Kalau anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Kalau anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Kalau anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar dengki
Kalau anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Kalau anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
261

Kalau anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.


Kalau anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Kalau anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Kalau anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Kalau anak dibesarkan dengan pengakuan,ia belajar mengenali tujuan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Kalau anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Kalau anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Kalau anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Kalau anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.

Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,


Harus kita yakini bahwa kualitas akademik, mental, dan spiritual anak di masa depan
bergantung pada didikan yang diberikan di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, kerja
sama semua pihak diperlukan. Sekolah tidak akan mampu mendidik anak-anak menjadi pribadi
yang sempurna tanpa dukungan orang tua, pemerintah, dan warga masyarakat.
.
Marilah kita cukupi kebutuhan pengetahuan dan keterampilan anak-anak dengan ilmu
yang memadai. Kita didik mereka dengan kasih sayang. Kita ajari mereka dengan teori dan contoh
nyata. Mari kita selamatkan generasi muda dengan mendidiknya sebaik-baiknya. Semoga Allah
memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan semua itu. Amin.
.
Ibu, Bapak, dan siswa-siswi sekalian,
Saya sampaikan sekali lagi bahwa peningkatan kualitas dan pembentukan karakter
anak-anak pada masa mendatang sangat penting. Marilah kita menunjukkan peran kita
masing-masing untuk mewujudkan hal tersebut. Akhir kata, saya mengucapkan terima
kasih atas perhatian Ibu, bapak, dan siswa-siswi sekalian. Saya mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Diadaptasi
dari teks Sambutan Hari Pendidikan Nasional dalam Lancar Berpidato dan MC [Novia,
2011:150152)
Dari contoh di depan Anda dapat menentukan bahwa bagian yang bercetak
miring merupakan komponen pembuka karena berisi salam, ucapan syukur kepada
Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan pengantar pidato. Bagian yang
terletak di antara yang bercetak miring dan yang bercetak tebal merupakan komponen
isi karena berisi butir-butir inti materi pidato. Bagian yang bercetak tebal merupakan
bagian penutup karena berisi simpulan dan saran pidato, kalimat-kalimat penutupan,
ucapan terima kasih, dan salam akhir.

3) Menentukan Kalimat Pembuka/Penutup Pidato


Pada butir 2.2 telah Anda pelajari bahwa komponen pembuka berisi salam awal,
ucapan syukur kepada Tuhan, pernyataan penghormatan kepada hadirin, dan
262

pengantar pidato; sedangkan komponen penutup berisi simpulan dan saran pidato,
kalimat-kalimat penutupan, ucapan terima kasih, dan salam akhir. Karena isinya
berbeda, kalimat-kalimat yang menjadi tempat komponen pembuka berbeda dengan
kalimat-kalimat dalam komponen penutup. Kalimat-kalimat dalam komponen
pembuka bersifat mengawali uraian materi dengan fungsi membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan baik tentang
pebicara; sedangkan kalimat-kalimat komponen penutup bersifat mengakhiri uraian
materi dengan fungsi menegaskan atau menggarisbawahi materi yang telah
disampaikan, memberikan saran, dan menjalin hubungan baik dengan hadirin setelah
pidato.
Dengan berdasar isi dan fungsinya, kalimat-kalimat dalam komponen pembuka
dan penutup dapat diidentifikasi dan disusun setelah mengetahui konteks atau topik
pidato. Sebagai contoh, seorang pepidato akan menyampaikan topik Peran Generasi
Muda dalam Pembangunan Bangsa. Kalimat-kalimat pembukanya di antaranya
sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya hormati, selamat malam. Marilah kita
bersyukur kepada Tuhan. Atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat bertemu di tempat
ini guna menyamakan pikiran dan pandangan kita tentang peran penting generasi
muda dalam pembangunan bangsa. Berbeda dengan kalimat-kalimat pembuka,
kalimat-kalimat penutupnya di antaranya sebagai berikut: Saudara-saudara yang saya
hormati. Sekali lagi saya ingin menggarisbawahi bahwa generasi muda memiliki peran
penting dalam pembangunan bangsa. Karena itu, sebagai generasi muda kita harus
turut berperan serta secara nyata dalam pembangunan bangsa. Kiranya, demikianlah
yang dapat saya sampaikan. Saya menyampaikan terima kasih dan mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan. Selamat malam.
Perlatihan
3) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang
berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan
oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.

Tentukan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan konteks penggalan pidato!


4) Perhatikan penggalan pidato berikut!
.
Saudara-saudara yang saya hormati,
263

Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang berguna
bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan oleh
hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.
Tentukan komponen pidato yang sesuai dengan penggalan pidato tersebut!

5) Perhatikan penggalan pidato berikut!


.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Buku adalah aset berharga bagi kita. Mari kita membaca buku-buku yang bermanfaat dan
bermutu. Yakinlah, tidak rugi membaca buku karena dari buku dapat kita peroleh ilmu yang
berguna bagi hidup kita.
Semua orang tahu bahwa membaca buku melelahkan. Badan menjadi capai, mata lelah,
dan kepala pusing. Badan menjadi capai, mata lelah, dan kepala pusing juga dapat disebabkan
oleh hal lain, misalnya berenang berlebihan.
.
Tentukan kalimat penutup pidato yang sesuai dengan penggalan pidato
tersebut!
C. MENGGUNAKAN WACANA LISAN UNTUK DISKUSI
Tujuan belajar materi ini adalah Anda mampu menentukan pernyataan
persetujuan atau bukan persetujuan yang tepat dan memilih komponen diskusi. Tujuan
itu dapat Anda capai dengan cara memahami materi yang disajikan, melaksanakan
perintah-perintah yang diintegrasikan dalam materi, dan mengerjakan perlatihan yang
disediakan.
Dalam kehidupan sehari-hari Anda sering berdiskusi. Diskusi pada dasarnya
merupakan kegiatan bertukar pikiran. Dalam konteks formal, diskusi adalah
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dalam hal ini, yang
bertukar pikiran adalah pebicara dan peserta diskusi. Pebicara menyampaikan gagasan,
pendapat, dan saran; peserta menyimak dan meresponsnya. Agar mudah dipahami
oleh peserta; gagasan, pendapat, dan saran tersebut perlu disampaikan secara runtut
atau teratur. Hal itu berarti bahwa sebelumnya harus ada penataan ide lebih dahulu.
Diskusi, khususnya yang bersifat formal, tidak sama dengan dialog.
Perbedaannya adalah bahwa peserta diskusi formal biasanya lebih besar,
komunikasinya bersifat tatap muka langsung, berorientasi tukar pikiran, bukan
264

permintaan informasi, tanpa narasumber, terdapat minimal satu orang yang berposisi
sebagai pebicara, dan melibatkan pemandu diskusi (moderator) dan penulis diskusi
(notulis).
1) Menentukan Pernyataan Persetujuan atau bukan Persetujuan
Dalam diskusi, pernyataan pebicara atau peserta diskusi bermacam-macam
sesuai dengan kepentingan, cara pandang, dan pengetahuan masing. Dimungkinkan
sebagian di antara mereka mengemukakan pernyataan yang benar dengan dukungan
data atau bukti yang kuat, pernyataan yang benar dengan dukungan data atau bukti
yang kurang kuat, atau pernyataan yang salah. Kondisi pernyataan yang bermacammacam tersebut menyebabkan ada pernyataan yang disetujui tanpa catatan atau
bersyarat, disetujui dengan catatan, dan ditolak.
Pernyataan persetujuan tanpa catatan diberikan kalau pernyataan yang
ditanggapi benar-benar dapat diterima tanpa syarat, misalnya karena isi dan
redaksinya baik serta dukungan data/buktinya kuat. Pernyataan persetujuan tersebut
misalnya Saya menyetujui pernyataan Saudara Agus karena atau Saya rasa pernyataan
Saudara Agus dapat diterima karena. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam
pernyataan persetujuan tanpa syarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang
menunjukkan persetujuan dan alasan persetujuan yang sejalan atau bahkan
menguatkan alasan dalam pernyataan yang ditanggapi.
Pernyataan persetujuan bersyarat diberikan kalau pernyataan yang ditanggapi
memiliki kelemahan, misalnya karena isi dan redaksi baik, tetapi dukungan
data/buktinya kurang kuat. Pernyataan persetujuan tersebut misalnya Saya menyetujui
pernyataan Saudara Agus dengan catatan bahwa atau Secara umum pernyataan Saudara
Agus dapat saya terima asalkan. Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan
persetujuan bersyarat idealnya dieksplisitkan kata-kata yang menunjukkan persetujuan
dan syarat yang harus dipenuhi dalam pernyataan yang ditanggapi.
Pernyataan penolakan (bukan persetujuan) diberikan kalau pernyataan yang
ditanggapi benar-benar tidak dapat diterima, misalnya karena isi dan redaksinya tidak
baik serta dukungan data/buktinya lemah. Pernyataan bukan persetujuan bersifat
bertentangan dengan pernyataan orang lain sehingga harus ditata sebaik-baiknya agar
tidak menimbulkan konflik. Hal itu mengisyaratkan bahwa pernyataan bukan
persetujuan harus santun agar pemilik pernyataan yang ditanggapi tidak kehilangan
muka atau tersinggung. Terkait dengan hal itu, Leech (2003:160) menyarankan
penggunaan ketidaksetujuan sebagian, bukan ketidaksetujuan mutlak. Pernyataan
bukan persetujuan atau ketidaksetujuan sebagian tersebut misalnya Secara umum pada
pernyataan Saudara Agus terdapat beberapa hal yang benar, tetapi rasanya kita tetap perlu
memertimbangkan kepentingan yang lebih besar karena... atau Dari sisi A, B, dan C pendapat
saya sejalan dengan pernyataan Saudara Agus, tetapi ada sedikit perbedaan dalam
halkarena.
Dari contoh tersebut tampak bahwa dalam pernyataan bukan
265

persetujuan sebagian idealnya dieksplisitkan kata-kata yang menunjukkan persetujuan


dan pada bagian akhir dieksplisitkan kata-kata yang menunjukkan ketidaksetujuan
yang disertai dengan alasan yang logis dan kuat. Pernyataan bukan persetujuan mutlak
harus dihindari karena dapat menciptakan ketidakharmonisan, bahkan konflik
personal. Contoh pernyataan bukan persetujuan mutlak adalah Saya kira sudah jelas
bahwa pernyataan Saudara Agus salah sehingga sama sekali tidak ada alasan untuk
menyetujuinya atau Saya rasa jelas bahwa pernyataan Saudara Agus tidak hanya jelas, tetapi
juga berbahaya. Pernyataan demikian menurunkan martabat orang yang ditanggapi
sehingga harus dihindari agar keharmonisan tetap terjaga.

2) Memilih Komponen Diskusi


Pernyataan persetujuan dan bukan persetujuan yang diuraikan pada butir 2.1 di
depan dapat disampaikan oleh peserta kepada pebicara, peserta kepada peserta, dan
pebicara kepada peserta. Pebicara dan peserta tersebut merupakan dua di antara empat
komponen diskusi. Dua komponen yang lain adalah moderator dan notulis.
Diskusi yang bersifat formal (resmi) dengan banyak peserta biasanya dilakukan
oleh minimal empat komponen, yaitu pebicara, pemimpin atau pemandu diskusi
(moderator), sekretaris atau penulis diskusi, dan peserta diskusi. Tiap komponen
memunyai tugas khusus. Pebicara, misalnya, memunyai tugas menyajikan pokokpokok permasalahan yang akan didiskusikan.
Pebicara melaksanakan tugas tersebut setelah ia diberi kesempatan oleh
pemandu diskusi untuk berbicara. Biasanya, pokok-pokok permasalahan disampaikan
setelah pebicara mengucapkan salam dan berbasa-basi sebentar, sebelum berbicara
panjang lebar untuk mengembangkan pokok-pokok permasalahan.
Pokok-pokok permasalahan merupakan garis besar diskusi yang dikembangkan
berdasarkan topik. Secara sederhana, dalam menyajikan pokok-pokok permasalahan
pebicara dapat mengatakan, misalnya, Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan
beberapa hal. Pertama, ..; kedua..; dan seterusnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pebicara lupa
terhadap pokok permasalahan tertentu atau ketidakruntutan pokok-pokok
permasalahan, pebicara dapat membuat catatan lebih dahulu tentang pokok-pokok
permasalahan yang akan disajikan. Catatan tersebut harus dikuasai lebih dahulu dan
sebaiknya memang tidak dibaca pada saat penyajian karena hal tersebut dapat
menurunkan kredibilitas pebicara.
Sekarang cermatilah pernyataan-pernyataan berikut! Tulislah S dalam tanda
kurung kalau Anda setuju dan TS kalau tidak setuju!

266

a) Pebicara yang baik adalah pembicara yang berpikir lebih dahulu sebelum
mengutarakan ide-idenya. ()
b) Dengan cara tersebut, ide-ide yang diutarakan sudah dalam keadaan
matang dan tertata. ()
c) Ide-ide juga perlu disampaikan secara jelas dalam kata-kata terpilih yang
mudah dipahami dan dalam kalimat-kalimat yang tertata secara baik. ()
d) Dalam menyampaikan hal tersebut, pebicara sebaiknya tidak berbicara
tergesa-gesa. ()
Lalu, bagaimana cara meruntutkan gagasan, pendapat, dan saran? Pebicara
biasanya menggunakan cara berikut. Ketika akan menyampaikan suatu hal, pebicara
mengacu hal yang disampaikan sebelumnya. Pada saat akan membuat kalimat kedua,
misalnya, pebicara merujuk inti kalimat pertama; pada saat akan membuat kalimat
ketiga, pebicara merujuk inti kalimat kedua; dan seterusnya. Dengan cara itu, kalimatkalimat pebicara koheren (maknanya berhubungan). Koherensi tersebut merupakan
landasan terciptanya gagasan, pendapat, dan saran yang runtut.
Di samping itu, pebicara juga dapat menggunakan cara lain, yaitu menempatkan
kata-kata kunci (kata-kata penting) atau penggantinya pada kalimat berikutnya.
Misalnya kalau kalimat pertama pebicara adalah Perhatian terhadap anak perlu
dioptimalkan, kalimat keduanya adalah Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
memfasilitasi pendidikannya sebaik-baiknya atau Caranya adalah memfasilitasi pendidikannya
sebaik-baiknya. Perhatikanlah penggunaan kata perhatian dan akhiran nya dalam
kalimat kedua! Dengan cara itu, kalimat-kalimat pebicara kohesif (unsur-unsur
bahasanya, misalnya kata-kata yang digunakan pebicara, saling berhubungan).
Agar hasilnya baik, diskusi juga harus berjalan dengan baik. Untuk itu,
keberadaan pemandu diskusi yang terampil penting. Apa tugas pemandu diskusi?
Cobalah Anda cermati pernyataan-pernyataan berikut dan tulislah S dalam tanda
kurung kalau sependapat dan TS kalau tidak sependapat!
Pemandu diskusi memunyai tugas sebagai berikut:
a) menyampaikan topik diskusi ()
b) menyampaikan tujuan diskusi ()
c) mengenalkan pebicara ()
d) menyampaikan aturan-main diskusi ()
e) mengatur proses diskusi ()
f) menyimpulkan hasil diskusi. ()
Hal yang penting untuk Anda perhatikan terkait dengan tugas pemandu diskusi
adalah bahwa aturan-main atau tata cara diskusi harus ditaati. Sering terjadi diskusi
menjadi kacau karena aturan-mainnya tidak ditaati.

267

Bagaimana aturan-main diskusi? Aturan-main diskusi bersifat fleksibel, dalam


arti bahwa aturan-main dalam diskusi yang satu tidak harus sama dengan aturan-main
dalam diskusi yang lain. Yang penting adalah bahwa aturan-mainnya harus jelas,
misalnya diskusi akan berlangsung sekian menit, diskusi dibagi menjadi sekian sesi,
tiap pebicara akan menyajikan materi sekian menit, penanya hanya boleh mengajukan
sekian pertanyaan, dan per sesi sekian penanya.
Hal yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa pemandu diskusi
harus tegas. Sering terjadi diskusi menjadi kacau karena pemandu tidak tegas.
Misalnya pemandu membiarkan pebicara berbicara melebihi durasi waktu yang
ditentukan dan pemandu membiarkan penanya menanyakan hal-hal di luar konteks
diskusi.
Di samping harus tegas, dalam mengatur diskusi pemandu juga harus dapat
menghargai pendapat orang lain, objektif, adil dalam memberikan kesempatan bicara,
tidak berburuk sangka, dan sebagainya. Sifat-sifat itu harus ditampakkan ketika diskusi
berlangsung agar tidak ada pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan.
Hal lain yang juga penting untuk Anda perhatikan adalah bahwa penyimpulan
hasil diskusi harus sesuai dengan yang didiskusikan dan tidak bertele-tele. Simpulan
yang baik adalah simpulan yang tepat yang dikemas dalam kalimat-kalimat yang
singkat, lugas, dan mudah dipahami.
Selain pebicara dan moderator, peserta diskusi juga perlu meruntutkan gagasan,
pendapat, dan sarannya. Hal itu penting karena keruntutan merupakan dasar gagasan,
pendapat, dan saran mudah dipahami.
Di samping dapat mengemukakan gagasan, pendapat, dan saran; peserta diskusi
juga dapat mengajukan pertanyaan kalau menurutnya ada hal yang kurang jelas,
kurang tepat, dan sebagainya. Pertanyaan yang diajukan dalam diskusi adalah
pertanyaan untuk memeroleh informasi. Pertanyaan yang dimaksudkan untuk
mengetes pebicara tidak seharusnya ditanyakan karena tidak etis.
Pertanyaan yang diajukan juga harus dipertimbangkan bobotnya. Pertanyaan
yang tidak berbobot sebaiknya tidak diajukan agar tidak mengganggu dan memakan
waktu. Di samping itu, pertanyaan yang diajukan juga harus dilihat relevansinya.
Pertanyaan yang tidak relevan sebaiknya juga tidak diajukan. Hal lain yang juga
penting untuk diperhatikan adalah bahwa pertanyaan harus dikemas dalam kalimatkalimat yang santun, tidak menjatuhkan, dan tidak berkesan menggurui.
Dalam mengajukan pertanyaan, peserta diskusi tidak harus menggunakan katakata tanya seperti apa, kapan, di mana, siapa, mengapa dan bagaimana. Pertanyaan dengan

268

redaksi yang lain juga dapat diajukan, misalnya, Mohon dijelaskan sekali lagi hal yang
Anda maksudkan dengan.
Perlatihan
6) Perhatikan penggalan diskusi antarguru berikut!
Guru 1: Kalau menurut saya, semua kompetensi dasar harus diajarkan meskipun yang di-UNkan hanya kompetensi dasar pada keterampilan membaca dan menulis.
Guru 2:
Tentukan pernyataan persetujuan yang tepat untuk disampaikan oleh guru 2
sesuai dengan penggalan diskusi tersebut!
7) Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengundang seorang pakar bahasa
Indonesia untuk menjelaskan isu-isu mutakhir kebahasaindonesiaan. Seratus
guru bahasa Indonesia juga diundang dalam forum itu. Tentukan komponen
diskusi yang seharusnya ada!
B. Membaca
Standar kompetensi modul membaca ini adalah memahami wacana nonsastra.
Modul ini membahas (1) memahami berbagai teks, yang meliputi kalimat topik, kalimat
penjelas, ide pokok, dan makna tersirat dalam penggalan teks; (2) menyimpulkan dan
merangkum isi suatu teks; (3) membedakan fakta dengan opini dalam teks; (4)
mengubah sajian grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian.
1. Materi Pembelajaran
a. Memahami Berbagai Teks
Tahukah Anda, apa yang dimaksud dengan teks? Teks merupakan salah satu bentuk
wacana. Sebuah teks, utamanya teks karya ilmiah, terdiri atas paragraf-paragraf yang
kohesif dan koherensif. Paragraf yang kohesif adalah paragraf yang hanya
mengandung sebuah ide pokok atau kalimat topik. Selanjutnya, paragraf yang
koherensif adalah paragraf yang dibangun atas kalimat-kalimat yang padu.
Sebagaimana Anda pahami, sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut dapat dibedakan menjadi kalimat pokok dan kalimat-kalimat
penjelas. Kalimat pokok adalah kalimat yang dikembangkan dalam paragraf. Adapun
kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat pokok. Untuk itu,
pada uraian berikut ini, Anda akan mempelajari bagaimana cara menemukan kalimat
pokok atau ide pokok dalam paragraf, menemukan kalimat penjelas yang tidak
mendukung isi paragraf, dan menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks
(secara tersirat)
Menemukan kalimat pokok atau ide pokok dalam paragraf
269

Berdasarkan letak kalimat pokoknya, terdapat empat macam paragraf, yakni (1)
paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf kombinatif, dan (4) paragraf tanpa
kalimat pokok (Akhadiah, S. dkk., 1997). Berdasarkan letak kalimat pokoknya, paragraf
deduktif adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak di awal paragraf, sedangkan
paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat pokoknya terletak di akhir paragraf.
Bila kalimat pokok terletak di awal dan akhir paragraf, paragraf tersebut disebut
paragraf kombinatif atau campuran. Selanjutnya, paragraf yang tidak berkalimat pokok
adalah paragraf yang beride pokok. Artinya, dari kalimat-kalimat yang membangun
paragraf tersebut, ternyata tidak ada yang merupakan kalimat pokok. Namun, dalam
paragraf semacam ini terdapat sebuah ide pokok.
Perlu Anda garis bawahi bahwa kalimat pokok bersinonim dengan kalimat
utama atau kalimat topik, yaitu kalimat yang mengandung ide pokok atau ide utama.
Bila ide pokok atau ide utama tidak disusun dalam berarti dalam paragraf tersebut
tidak terdapat kalimat pokok atau kalimat utama.
Perhatikan empat paragraf yang penulis susun berikut ini, kemudian identifikasi
macam paragraf dan temukan kalimat pokok/ide pokoknya! Diskusikan dengan teman
sejawat Anda!
No.

Contoh Paragraf

1.

Untuk meraih sukses, tidak semudah


membalik telapak tangan. Diperlukan kedisiplinan,
kerajinan, dan keuletan. Seorang atlet yang
berprestasi dapat dipastikan memiliki jadwal
berlatih yang ketat. Dia juga dituntut berlatih
dengan rajin, bukan sekadar berlatih. Saat
menghadapi kegagalan, dia dituntut bersikap
sportif, ulet, dan tidak berputus asa.
Umat Islam merayakan Idul Fitri dan Idul
Adha. Umat Kristen dan Katolik merayakan Natal
dan Paskah. Selanjutnya, umat Budha merayakan
Waisak dan Kuningan, sedangkan umat Hindu
merayakan Galungan dan Nyepi. Dari pernyataanpernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap agama memiliki hari besar yang dirayakan
umatnya.
Jadilah pribadi yang ulet dan kokoh. Jangan
pernah menyerah ketika sedang menghadapi
masalah. Anda harus berjuang sekuat tenaga dan
berdoa dengan tekun pada saat-saat sulit.
Singkirkan kata putus asa dari kamus kehidupan
Anda. Tanamkan dalam sanubari Anda bahwa
aku bisa. Itulah pribadi yang ulet dan pantang

2.

3.

Macam
paragraf

Kalimat/ide
pokok

270

4.

menyerah.
Alquran adalah kitab suci umat muslim. Alkitab
adalah kitab suci umat Kristen dan Katolik. Adapun
kitab suci umat Hindu adalah Weda. Selanjutnya,
Tripitaka adalah kitab suci umat Budha.

Dari hasil diskusi terhadap keempat contoh paragraf tersebut, yang manakah jawaban
Anda dari dua pilihan berikut ini?
No.
1.
2.
3.
4.

Pilihan A
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada akhir paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok

Pilihan B
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf deduktif
Kalimat pokok pada awal paragraf=
paragraf induktif
Kalimat pokok pada awal dan akhir
paragraf=paragraf kombinatif atau
campuran
Tidak berkalimat pokok, tetapi beride
pokok.

Dari latihan tersebut, bisakah Anda membedakan apa yang dimaksud dengan
kalimat pokok dan apakah yang dimaksud dengan ide pokok? Ya, kalimat pokok
adalah kalimat yang mengandung ide pokok, sedangkan ide pokok adalah ide utama
yang dikembangkan dalam sebuah paragraf. Untuk memperdalam pemahaman
tentang ide pokok dalam sebuah paragraf, perhatikan contoh paragraf yang penulis
susun berikut ini!
Paragraf 5:
Udara di tempat ini bersih dan segar. Angin berhembus membelai wajahku. Desiran ombak
menyentuh gendang pendengaranku dengan lembut. Kepak camar bagaikan tarian gadis-gadis
lincah. Sesekali camar-camar itu menukikkan paruhnya untuk menyambar mangsa.
Paragraf tersebut dibangun atas empat kalimat. Bila diperhatikan, tidak ada satu
pun kalimat yang merupakan kalimat pokok. Namun, kalimat-kalimat yang
membangun paragraf tersebut membahas sebuah ide pokok, yakni keadaan di pantai.
Langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide pokok
Berikut ini, langkah-langkah mengidentifikasi kalimat pokok atau ide pokok.
Langkah pertama, baca kalimat awal paragraf dan kalimat akhir paragraf. Langkah ini
digunakan untuk menemukan kalimat pokok paragraf deduktif, induktif, atau
kombinatif. Langkah kedua, jika dengan langkah tersebut, Anda tidak menemukan
kalimat pokok, bacalah seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut! Langkah
ini digunakan untuk menemukan ide pokok dalam paragraf tanpa kalimat topik.
Praktikkan kedua langkah tersebut untuk membaca paragraf berikut ini!
271

Paragraf 6:
Pertama, siapkan bahan berupa 10 buah pisang kepok, tepung terigu,
garam, dan gula secukupnya, keju parut, dan minyak goreng. Kedua, kupas
pisang dan belah dua secara memanjang. Ketiga, masukkan tepung terigu,
sedikit garam dan gula, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit dan aduk
hingga menjadi adonan. Keempat, panaskan minyak di wajan. Kelima, masukkan
potongan pisang ke adonan. Keenam, goreng pisang yang terbalur adonan, balikbalik sampai berwarna kekuningan. Ketujuh, angkat pisang goreng tersebut dan
letakkan di piring serta taburkan keju parut di atasnya.
Untuk mempraktikkan langkah-langkah tersebut, jawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini!
No.
1.
2.

3.

Pertanyaan atau perintah


Terdiri atas berapa kalimatkah paragraf
kedua tersebut?
Cermati kalimat pertama dan/atau
kalimat terakhir paragraf tersebut dan
adakah yang merupakan kalimat topik
dalam paragraf tersebut?
Baca kalimat-kalimat dalam seluruh
paragraf dan tuliskan ide pokoknya!

Jawaban
Paragraf tersebut terdiri atas tujuh
kalimat
Tidak ada yang berupa kalimat topik.

Ide pokok paragraf tersebut adalah


langkah-langkah membuat pisang
goreng.

Menemukan kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sebuah paragraf terdiri atas kalimat
pokok dan beberapa kalimat penjelas. Dalam bagian ini, dibahas kalimat penjelas.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berfungsi menjabarkan kalimat pokok.
Kalimat penjelas, dari segi makna, tidak bisa berdiri sendiri. Artinya, kalimat tersebut
ada keterkaitannya dengan kalimat sebelum atau sesudahnya. Hal ini berbeda dengan
kalimat pokok. Kalimat pokok memerlukan penjelasan atau pengembangan. Dari segi
makna, kalimat pokok mampu berdiri sendiri. Perhatikan dua contoh kalimat berikut
ini! Manakah yang merupakan kalimat pokok dan manakah yang merupakan kalimat
penjelas?
Contoh kalimat:
1. Kalimat dalam bahasa Indonesia minimal terdiri atas subjek dan predikat.
2. Sebagai contoh, jeruk dan nanas merupakan buah yang mengandung vitamin C.
3. Hiv aids merupakan penyakit menular dan sulit disembuhkan.
4. Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos.
5. Untuk menjaga stamina tubuh, konsumsilah buah-buah yang mengandung
vitamin C.
6. Kedua kata itu berasal dari bahasa Latin.

272

Tulis jawaban Anda pada kolom berikut ini!


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kalimat pokok

Kalimat penjelas

Guna meningkatkan pemahaman Anda tentang kalimat penjelas, perhatikan


contoh berikut ini! Kalimat penjelas bernomor berapakah yang tidak mendukung isi
paragraf?
Paragraf 7:
(1) Deteksi dini penyakit epilepsi masih sulit dilakukan. (2) Alat pendeteksi epilepsi
belum dijual di pasar bebas. (3) Sebab, masih ditemukan banyak pasien baru berobat
setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun menderita epilepsi. (4) Dr. dr. Kurnia
menyatakan, Mungkin, banyak masyarakat tidak paham gejala epilepsi. Epilepsi masih
dianggap penyakit biasa.
Sumber: Jawa Pos, 6 Mei 2012, hlm. 44 (modifikasi)
Menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks (secara tersirat)
Untuk menemukan makna kalimat yang selaras dengan teks, Anda hendaknya
membaca penggalan teks, misalnya sebuah paragraf dengan cermat. Hal ini dilakukan
karena makna tersebut diungkapkan secara tersirat. Agar memahami dengan baik,
perhatikan contoh berikut ini! Diskusikan jawaban Anda dengan teman!
Paragraf 8:
Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh perokok. Salah satunya
adalah hipertensi. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu lima
tahun.
Sumber: Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012, hlm.29 (dengan moodifikasi)
Kalimat berikut ini yang tidak selaras dengan maksud paragraf tersebut adalah ...
A. Tidak butuh waktu lama bagi penyakit untuk menyerang tubuh perokok
B. Salah satunya adalah hipertensi.
C. Hipertensi disebut juga darah tinggi.
D. Perokok aktif bisa terserang penyakit tersebut dalam kurun waktu lima tahun.
Perlatihan
1. Cari contoh paragraf, kemudian tentukan kalimat pokok paragraf tersebut!
2. Tulis sebuah paragraf yang di dalamnya terdapat sebuah kalimat penjelas yang
tidak mendukung isi paragraf tersebut!
3. Cari contoh paragraf yang tidak berkalimat pokok, tetapi beride pokok!
273

4. Dari contoh paragraf pada soal nomor 3, susun pertanyaan pilihan ganda untuk
mengukur makna kalimat yang selaras dengan isi paragraf (makna tersirat)!
b. Menyimpulkan dan Merangkum Isi Suatu Teks
Masih ingatkah Anda tentang macam paragraf berdasarkan letak kalimat
utamanya? Ya, ada empat macam paragraf, yakni paragraf deduktif, induktif,
kombinatif (campuran), dan paragraf tanpa kalimat utama. Berikut ini, Anda akan
mempelajari macam teks dan paragraf berdasarkan tujuannya.
Berdasarkan tujuannya, teks bisa berupa narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi (Keraf, 1984; Keraf, 1985; Finoza, 1998). Narasi adalah teks
yang bertujuan menceritakan suatu peristiwa secara kronologis. Adapun deskripsi
adalah teks yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu atau seseorang secara rinci
sehingga pembaca dapat membayangkan atau seolah-olah merasakan apa atau siapa
yang dideskripsikan. Selanjutnya, eksposisi adalah teks yang berdasarkan fakta
dan/atau data serta bertujuan menambah atau memperluas pengetahuan pembaca
sesuai dengan isi paparan. Guna memperjelas keterangan atau data/dan atau fakta
yang dikemukakannya, penulis dapat menampilkannya dalam bentuk tabel, diagram,
gambar, foto, dan sebagainya. Kemudian, argumentasi adalah teks yang berisikan fakta
dan/atau data disertai dengan argumen-argumen yang logis disertai dengan buktibukti yang akurat. Persuasi adalah teks yang bertujuan mempersuasi atau membujuk
pembaca sehingga melakukan sebagaimana yang dikehendaki penulis.
Sebuah teks terdiri atas paragraf-paragraf. Berdasarkan pernyataan tersebut,
penggalan teks narasi bisa berupa paragraf-paragraf naratif. Berikutnya, penggalan teks
deskripsi bisa berupa paragraf-paragraf deskriptif. Demikian pula, ada paragraf
ekspositoris, paragraf argumentatif, dan paragraf persuasif.
Pada saat membaca teks atau penggalan teks, Anda sebaiknya menentukan lebih
dulu tujuan membaca yang akan dicapai. Apakah dia bertujuan memahami isi teks,
menemukan ide pokok, atau bermaksud menyimpulkan dan merangkum isi teks.
Dalam bagian ini dibahas membaca dengan tujuan menyimpulkan dan merangkum isi
teks.
Apakah yang dimaksud dengan simpulan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:1310), simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan atau hasil menyimpulkan.
Menyimpulkan adalah menyarikan pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan
dalam karangan. Untuk menyimpulkan isi penggalan teks, pembaca hendaknya
membaca penggalan teks tersebut secara intensif. Dengan membaca intensif, pembaca
diharapkan memahami isi penggalan teks tersebut. Dengan pemahaman yang tepat,
pembaca akan dapat menyimpulkan isi penggalan teks yang dibacanya. Perhatikan
contoh berikut ini!
274

Penggalan teks 1
Kesadaran masyarakat akan pentingnya alat tukar yang tidak bersifat fisik,
baik kertas maupun logam, mulai tumbuh sejak 2005. Bank Indonesia pada 206
kemudian mencanangkan gerakan mengurangi uang tunai untuk menuju
masayarakat dengan alat tukar elektronik.
Pada 2007, mulai bermunculan produk uang elektronik (uang-e, emoney)
sebagai terjemahan teknis atas cita-cita itu. Sebut saja kartu Flazz dari Bank BCA
atau e-Toll dari Bank Mandiri. Kemudian, operator telepon seluler pun ikut ambil
bagian, yakni dengan munculnya Tcash dari telkomsel.
Sumber: Kompas, 2012:33
Untuk menyimpulkan isi teks tersebut, temukan kalimat pokok atau ide pokok
tiap paragraf. Selanjutnya, bila dianggap perlu, temukan kalimat penjelas atau ide
penjelas yang mayor yang menjelaskan kalimat pokok atau ide pokok tiap paragraf.
Nah, untuk menyimpulkan isi penggalan teks tersebut, berikut ini hasilnya.
Paragraf ke1
2

Kalimat pokok
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik tumbuh
sejak 2005.
Pada 2007, mulai bermunculan
produk uang elektronik.

Simpulan isi penggalan teks


Kesadaran masyarakat akan
pentingnya alat tukar nonfisik
tumbuh sejak 2005 dan pada
2007, mulai bermunculan produk
uang elektronik.

Guna meningkatkan kemampuan Anda, baca penggalan teks berikut ini!


Kemudian, rumuskan simpulan isi penggalan teks tersebut!
Penggalan teks 2
Anyer dan Carita boleh jadi akan langsung disebut manakala orang membicarakan
keindahan pantai barat Banten. Namun, selain kedua pantai tersohor di pesisir Selat
Sunda tersebut, Banten juga memiliki jajaran pantai lain yang tak kalah elok di sisi selatan
yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.
Pantai yang membentang di pesisir selatan Banten itu nyaris masih perawan.
Panorama pantai dapat dilihat hampir dari berbagai penjuru karena masih sedikitnya
bangunan yang berdiri di sekitar pantai.
Berwisata ke pesisir selatan Banten, mata pelancong akan termanjakan oleh debur
gelora ombak biru Samudra Hindia memecah karang-karang yang berdiri angkuh di
perairan. Hamparan pasir halus di pantai yang tersambung dengan areal ladang, rimbun
semak, perdu, dan pepohonan pun semakin menggenapi keasrian alam.
Sumber: Kompas, 2012:26
Tuliskan hasil kerja Anda pada tempat yang disediakan.
Paragraf ke1

Kalimat pokok/ide pokok

Rangkuman isi penggalan teks

275

2
3
Selanjutnya, tujuan membaca yang akan diuraikan berikut ini adalah untuk
merangkum isi teks. Apakah yang dimaksud dengan rangkuman? Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008:1142), rangkuman adalah ringkasan; ikhtisar dari sebuah
uraian. Merangkum adalah meringkas teks dalam bentuk-bentuk pokok saja. Agar
dapat merangkum teks yang dibacanya, pembaca hendaknya membaca intensif teks,
memahami isi teks, dan mampu menyarikan isi teks. Perhatikan contoh berikut ini!
Penggalan teks 3
Kemiskinan bukan untuk dihadapi dengan pasrah, melainkan memicu semangat
seseorang untuk mengubah nasibnya agar menjadi lebih baik. Dasar pemikiran yang
demikianlah yang menjadi pendorong bagi Tamrin untuk bekerja lebih keras, guna
menaklukkan kesulitan hidup.
Tamrin, warga Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat, memilih menekuni kerajinan perak. Tekad itu disambut teman
sekampung Tamrin, yang lalu mengajak dia bekerja pada sentra kerajinan perak di
Singapadu, Sukowati, Gianyar, Bali pada 1995. Tamrin menjadi pekerja magang pada
sentra kerajinan perak di desa tersebut.
Rangkuman: Kemiskinan harus ditaklukkan oleh Tamrin dengan menekuni kerajinan
perak.
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Cari penggalan teks minimal dua paragraf! Kemudian, simpulkan isi penggalan
teks tersebut!
2. Cari penggala teks minimal tiga paragraf! Tulis rangkuman dari penggalan teks
tersebut!

c. Membedakan antara Fakta dan Opini dalam Teks


Di dalam materi sebelumnya dalam modul ini telah dijelaskan bahwa
berdasarkan sifatnya, ada lima bentuk tulisan, yakni (1) narasi, (2) deskripsi, (3)
eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Di dalam tulisan eksposisi dan
argumentasi, penulis menyajikan data dan fakta. Pada tulisan eksposisi, data dan fakta
untuk memperjelas isi tulisan tersebut sehingga mudah dipahami pembaca, sedangkan
dalam tulisan argumentasi, data dan fakta dimanfaatkan penulis sebagai bukti guna
memperkuat pendapatnya sehingga pembaca dapat diyakinkan penulis. Selain fakta
dan data, dalam sebuah tulisan, terdapat pula opini atau pendapat penulis atau pihak
lain yang pendapatnya dikutip penulis. Dari penjelasan tersebut, apakah yang
dimaksud dengan fakta dan pakah yang dimaksud dengan opini?

276

Sebuah fakta didukung oleh bukti. Fakta bersifat objektif, tidak mengandung
penilaian pribadi. Objektivitas fakta bisa berupa data historis, data penelitian ilmiah,
atau data statistik (Kirn dan Hartmann, 2007:22). Guna memperjelas pengertian fakta,
perhatikan contoh berikut ini!
Paragraf 9
Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012 menjadi
120.000 kursi. Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi. Penambahan kuota karena ada perguruan
tinggi negeri baru dan beberapa program studi baru PTN.
Fakta: (1) Kuota jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2012
menjadi 120.000 kursi. (2) Tahun lalu, kuotanya 118.333 kursi.
Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan opini? Menurut Kirn dan Hartmann
(2007:22), opini didasarkan atas pendapat, keyakinan, atau perasaan individul. Opini
adalah kesimpulan atau keputusan personal dan subjektif. Agar jelas pemahaman Anda
tentang opini, perhatikan contoh berikut ini!
Paragraf 10
Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air tawar.
Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau terpencil di
Kabupaten Maluku Barat Daya. Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu pertengkaran.
(Sumber: Kompas, 2012:1)
Opini: (1) Bagi penduduk di Jawa, mungkin tidak terbayang bagaimana sulitnya mendapatkan air
tawar. (2) Namun, kesulitan air tawar menjadi peristiwa biasa bagi penduduk di pulau-pulau
terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya. (3) Tak jarang, rebutan air tawar lalu memicu
pertengkaran.
Dari kedua contoh tersebut, apakah yang dapat Anda simpulkan tentang fakta
dan opini dalam sebuah paragraf? Ya, dalam sebuah paragraf bisa terdapat fakta saja
atau opini saja. Namun, dalam sebuah paragraf bisa terdapat fakta dan opini.
Perlatihan
1. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta saja!
2. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung opini saja!
3. Carilah sebuah contoh paragraf yang mengandung fakta dan opini!
d. Mengubah Sajian Grafik, Tabel, atau Bagan Menjadi Uraian
Pada materi sebelumnya dalam modul ini telah disampaikan bahwa dalam
tulisan eksposisi dan argumentasi, penulis bisa menyajikan grafik, tabel, atau bagan.
Ketiga bentuk penyajian visual tersebut dimaksudkan sebagai penunjang penjelasan
bagi tulisan eksposisi dan sebagai pembuktian dalam tulisan argumentasi.

277

Pada materi selanjutnya dalam modul ini, dibahas bagaimana pembaca


mengubah sajian grafik, tabel, dan bagan menjadi uraian. Sebelumnya, akan diuraikan
lebih dulu apakah yang dimaksud dengan grafik, tabel, dan bagan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), grafik adalah lukisan pasang surut
suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun naiknya hasil, statistik, dan
seterusnya). Perhatikan contoh grafik berikut ini!

6
5
4
Siswa PAUDNI
3

Siswa SD/SMP/SMA
Mahasiswa

2
1
0
McDogel

KECE FC

AW Lah

MrDoel

Grafik 1 Konsumen Makanan Siap Saji di Surabaya


Adapun tabel didefinisikan sebagai daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data
informasi yang biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem
urut ke bawah di lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat
dengan mudah disimak. Perhatikan contoh tabel berikut ini!
Tabel 1 Ragam Bahasa
Dasar penggolongan
Pokok pembicaraan

Media pembicaraan

Ragam Bahasa
1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
1. Ragam lisan:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
278

Hubungan antarpembicara bahasa

2. Ragam tulis:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai

Tabel tersebut dibuat berdasarkan wacana berikut ini.


Wacana 1:
Ragam Bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam bahasa undang-undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara:
1. Ragam bahasa resmi
2. Ragam bahasa akrab
3. Ragam bahasa agak resmi
4. Ragam bahasa santai.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
Selanjutnya, yang dimaksud dengan bagan adalah gambar rancangan, skema,
alat peraga grafik untuk menyajikan data agar mempermudah penafsiran. Agar jelas
bagi Anda, perhatikan contoh bagan berikut ini!

279

faktor penentu
keberhasilan
menyimak

penyimak

pembicara

situasi

pembicaraan

Bagan 1: Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak


Pertanyaan yang diajukan sekarang adalah bagaimanakah membahasakan bagan
tersebut? Jika diperhatikan, bagan tersebut berjalan searah dengan jarum jam. Karena
itu, pembaca hendaknya mencermati kotak paling atas yang berbunyi, Faktor penentu
keberhasilan menyimak. Selanjutnya, faktor-fakor apa sajakah yang berpengaruh
terhadap keberhasilan menyimak seseorang. Berdasarkan bagan tersebut, faktor-faktor
yang menentukan keberhasilan menyimak searah dengan jarum jam adalah (1
pembicara, (2) pembicaraan, (3) situasi, dan (4) penyimak.
Perlatihan
Kerjakan soal-soal berikut ini!
1. Baca dengan cermat tabel berikut ini!

No.
1.
2.
3.
4.

Bahan pokok
Gula
Telur
Beras C4
Kacang tanah

Tabel 2 Dampak Kenaikan Harga BBM


Harga lama per kilo
Harga baru per kilo
Rp 11.000,00
Rp 12.000,00
Rp 13.500,00
Rp 14.500,00
Rp 7.200,00
Rp 7.500,00
Rp 14.500,00
Rp 16.000,00

Tulis sebuah paragraf eksposisi tentang isi tabel tersebut!


2. Buat tabel susunan acara televisi berdasarkan data sebagai berikut.
RCTI pada pukul 04.30 menayangkan Seputar Indonesia, kemudian, pada
pukul 06.00, Go Spot. Film keluarga berjudul Barbie and The Magic of
Pegasus ditayangkan pukul 07.00. Acara berikutnya adalah Dahsyat (09.00,
live), Indonesian Idol 2012 Spektakuler Show 2.

280

C. Menulis
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini. Kali ini
Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis. Di bawah ini disajikan
deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengungkapkan wacana tulis
nonsastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi dasar (KD) sejumlah enam.
Keenam KD yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
a) Menulis pesan singkat dan surat,
b) Menulis teks berita,
c) Menulis slogan, poster, dan iklan baris,
d) Menulis karya ilmiah,
e) Menulis paragraf,
f) Menulis kalimat dan penggunaan ejaan.
2. Materi Pembelajaran
a. Menulis Pesan Singkat (Memo)
Memo merupakan pesan singkat tentang pokok persoalan yang disampaikan
seseorang kepada orang lain. Pesan singkat tersebut biasanya disampaikan atasan
kepada bawahan, antarteman sejawat. Pesan singkat juga dapat disampaikan
antarteman dalam satu sekolah. Dalam institusi tertentu, misalnya kantor, biasanya
disiapkan papan tulis untuk menuliskan pesan singkat (memo) ini. Namun juga dapat
ditulis pada selembar kertas. Memo disampaikan kepada orang lain biasanya karena
alasan waktu yang mendesak dan tidak mungkin dapat bertemu.
Memo ditulis seseorang kepada orang lain dengan harapan pesan yang ingin
disampaikan segera tersampaikan kepada sasaran. Karena alasan cepat itulah, maka
memo harus ditulis dengan bahasa yang singkat dan mudah dipahami oleh orang lain,
terutama penerima pesan tersebut.
Bentuk penulisan memo juga sederhana. Perhatikan contoh format bentuk memo di
bawah ini. Jika diperhatikan, unsur yang harus ada dalam memo adalah judul, tanggal
penulisan, dari (pembuat memo), kepada (orang yang dituju), isi memo, nama terang
pembuat memo. Perhatikan format memo di bawah ini.

Kepala Memo
MEMO
7 Oktober 2012
Dari
: Kepala
Kepada :

Kepala,
Nama Terang

281

Perhatikan dua pesan singkat (memo) di bawah ini. Memo seperti ini sering
dijumpai di ruang redaksi majalah sekolah, tertulis di selembar kertas yang
ditempelkan di papan pengumuman.

MEMO
To: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, cepat diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci mejaku.
Sore hari, pukul 16.00 Wib kita ketemu.
Ttd.
Novi

MEMO
Dari: Pimred
Kepada: Wulan
1 Februari 2007
Wulan, tolong diketik ulang kiriman naskah cerpen dari Teja yang ada di laci meja
saya. Sore hari, pukul 16.00 Wib kita bertemu di ruang redaksi.Terima kasih.
Ttd.
Novi

282

Dari kedua pesan singkat (memo) di atas, dapat diketahui dengan mudah mana
memo yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang sopan (santun) dan mana yang
kurang sopan.
b. Menulis Surat
1). Menulis Surat Pribadi
Komunikasi antarmanusia dapat dilakukan dengan berbagai cara. Telepon
adalah salah satu cara yang dipilih untuk berkomunikasi. Namun, jauh sebelum
telepon ditemukan, orang berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya jauh
menggunakan surat.
Setiap orang pasti pernah menulis surat pribadi kepada siapa pun, misalnya
kepada orang tua, paman-bibi, atau sahabat. Surat pribadi dapat berisi apa saja.
Panjang-pendeknya juga tidak ditentukan. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan
adalah terbangunnya komunikasi.
Di bawah ini disajikan bagian-bagian kosong (format) dalam surat pribadi.
(1)
(2)
(3) ..
(4)

(5)

(6)

(7)
(8) .
.

Keterangan:
1. Tulislah tempat dan tanggal penulisan
Misalnya: Surabaya, 17 September 2012
283

2. Alamat surat yang dituju.


Misalnya:
Yang tersayang Rina
di Banjarmasin

3.

4.
5.

6.

7.
8.

Yang tercinta Ayah dan Ibu


di Manado
Salam pembuka
Anda dapat menulis salam apa saja, misalnya salam hormat, selamat pagi, salam
rindu selalu, assalamu alaikum, atau salam manis
Biasanya berupa kabar dan kondisi. Penulis surat akan menyampaikan kabar
dirinya dan sekaligus dapat menanyakan kabar penerima surat.
Berita
Pada bagian ini ditulis dan disampaikan berita penting atau isi surat ini.
Misalnya, jika Anda menulis surat kepada Ibu atau Bapak yang kebetulan tidak
sekota, pada bagian ini tertulis maksud pengirim surat, apakah mau minta uang
untuk beli buku, atau permintaan izin untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Berita lain atau cerita lain
Jika ingin menyampaikan hal-hal lain, sampaikan sesudah maksud utama sudah
disampaikan pada bagian ini, misalnya bercerita tentang sahabat yang lucu, atau
cerita-cerita lain.
Penutup surat
Salam penutup, tanda tangan, dan nama terang pengirim

2). Menulis Surat Resmi


Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai anggota masyarakat Anda tentu pernah
menerima surat dari sekolah, tempat kerja, pengurus RT, atau instansi lain. Surat-surat
tersebut tergolong surat resmi karena dikirim oleh instansi, lembaga, atau organisasi.
Jadi, tidak dikirim oleh individu atau perseorangan. Coba Anda perhatikan contoh
berikut ini!
SMP NEGERI .......
Jalan ...............................................................
Nomor
Lampiran
Hal

: 100/SMP/II/2012
: Tidak ada
: Ucapan terima kasih

26 Maret 2012

Yth. Budi Darmawan


Pemimpin Redaksi Harian ....
Jalan ....
Surabaya
Dengan hormat,
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas perkenan dan sambutan
Bapak dalam menerima siswa-siswi kami untuk mengetahui lebih dekat proses
penerbitan surat kabar di Harian ........ pada tanggal 22 Maret 2012. Pengalaman dan
pengetahuan itu sangat bermanfaat bagi siwa-siswi kami sebagai bekal hidup di
masyarakat kelak. Kami berharap kerjasama ini dapat lestari.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak, kami ucapkan terima kasih.

284

Contoh surat di atas menggunakan format lama (setengah lurus). Agar lebih jelas
pemahaman Anda terhadap format tersebut, perhatikan format surat model lama yang
dikenal dengan sebutan format lama (setengah lurus) berikut ini.

Kepala Surat

Nomor
Lampiran
Hal

:
:
:

.......Tanggal

Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
..............................
. ................................
..
..............................
..............................
..
...........................
...............................

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang

Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup

285

Sekarang coba Anda perhatikan dua contoh di bawah ini yang sama-sama
menggunakan format baru, tetapi yang satu menggunakan format setengah lurus dan
satunya lagi menggunakan format lurus.

SMP NEGERI .................


Nomor
Lampiran
Hal

Jalan ..................................Surabaya
: 60/052/SLTP/2012
: Tidak ada
: Undangan

18 April 2012

Yth. Bapak Sumarwoto Dirjo


di Surabaya
Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana pembentukan Komite Sekolah, kami mengundang Bapak
selaku tokoh masyarakat di .............. Surabaya untuk menghadiri rapat pembentukan Komite
SMP .... Surabaya. Rapat tersebut akan diselenggarakan pada:
hari, tanggal : Selasa, 20 April 2012
pukul
: 08.00 s.d. selesai
tempat
: Aula SMP .... Surabaya
Mengingat pentingnya acara tersebut, kehadiran Bapak sangat kami harapkan.
Demikian undangan ini, atas kehadiran Bapak kami ucapkan terima kasih.

Kepala,

Drs. M. Yasin Salam, M.Pd.


NIP 19
286

Contoh surat resmi di atas jika dilihat dari segi formatnya akan terlihat seperti di
bawah ini, yang biasa disebut format baru (setengah lurus).

Kepala Surat
Nomor
Lampiran
Hal

:
:
:

Tanggal

Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
... .................................
. ......................................
..
... .................................
....................................
..
.................................
.....................................

Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)

287

Perhatikan lagi contoh berikut.

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)


SMP NEGERI 2 PANGKAJENE
Jalan Andi Mauraga No. 82 Labakkang-Pangkep-Sulawesi Selatan
Nomor
Lamp.
Hal

: 031/OSIS/SMP 2/2012
: Tidak ada
: Permohonan izin

1 Desember 2012

Yth. Gading Darma


Kepala Desa Harapan Jaya
Kecamatan Labakkang
Kabupaten Pangkep
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan diselenggrakannya kemah bakti siswa-siswi SMP Negeri
2 Labakkang di wilayah Bapak, kami mengajukan permohonan izin menggunakan Lapangan
Desa Harapan Jaya dan lingkungan sekitarnya.
Adapun waktu pelaksanaannya:
hari
: Sabtu s.d. Minggu
tanggal
: 15 16 Desemser 2012.
Kami berharap Bapak berkenan memberikan izin pada kami untuk menggunakan
sarana-sarana tersebut. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami mengucapkan terima
kasih.
288
Mengetahui
Pembina OSIS,

Ketua OSIS,

Jika diformatkan contoh di atas akan tampak seperti format di bawah ini.

Kepala Surat

Nomor
Lampiran
Hal

:
:
:

Tanggal

Yth. .
. Alamat
Salam Pembuka,
.................................
................................... .
..
.................................
.................................
..
..............................
.................................

Salam penutup,
Jabatan
Tanda tangan
Nama terang
NIP (bila ada)

Paragraf
pembuka
Paragraf
isi surat
Paragraf
penutup

289

Setelah Anda memperhatikan ketiga contoh surat resmi di atas yang


menggunakan model surat atau format surat berbeda, Anda tentu dapat
menyimpulkan bagaimana cara menuliskan atau mengisi bagian-bagian surat resmi,
sekaligus mengetahui ciri surat resmi tersebut, yang secara terperinci terlihat berikut
ini.
(1) Dalam surat resmi kertas yang dipakai selalu kertas yang ber-kop atau berkepala
surat. Unsur-unsur yang terdapat dalam kepala surat adalah: logo, nama, alamat,
nomor kotak pos (PO BOX) dan kode pos, serta nomor telepon dan faksimil (jika
ada).
(2) Tanggal surat yang ditulis adalah tanggal, bulan, dan tahun. Hal ini berbeda
dengan surat pribadi yang selalu mencantumkan nama kota pengirim. Mengapa
nama tidak dicantumkan? Tentu karena sudah ada dalam kop surat.
(3) Nomor surat mutlak harus ada dalam surat resmi. Jika Anda perhatikan ketiga
contoh surat resmi di atas, minimal yang ada dalam nomor surat adalah nomor
urut surat, identitas lembaga/instansi, dan tahun surat.
(4) Lampiran bisa ada bisa juga tidak ada. Hal ini sesuai dengan keperluan surat
tersebut.
(5) Hal atau perihal surat perlu dicantumkan, yaitu berisi isi singkat maksud surat
yang dikirimkan.
(6) Alamat surat tidak perlu diawali dengan Kepada tetapi cukup dituliskan Yth. atau
Yang terhormat. Jika surat itu ditujukan kepada organisasi atau perusahaan,
maka penulisan Yth. atau Yang terhormat tidak diperlukan.
(7) Salam pembuka seperti halnya salam penutup, tidaklah wajib. Salam pembuka
merupakan sapaan hormat penulis surat sebelum ia mengemukakan
persoalannya. Ungkapan yang bisa dipergunakan untuk salam pembuka, di
antaranya adalah: Dengan hormat, Bapak ... yang terhormat, Salam pramuka,
Salam sejahtera, atau Assalamualaikum wr. wb.
(8) Isi surat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, inti surat, dan penutup.
(9) Salam penutup sifatnya tidak wajib. Banyak surat dinas pemerintah yang tidak
menggunakannya. Salam penutup berguna untuk menunjukkan keakraban atau
rasa hormat penulisnya. Kata-kata yang biasa digunakan adalah: Wassalam, Salam
takzim, Salam hormat, atau Hormat kami.

290

(10) Jabatan, Tanda Tangan, Cap, Nama Terang, dan NIP bagi Surat Resmi Pemerintah
dicantumkan dengan jelas.
(11) Tembusan boleh ada, boleh tidak.
3. Perlatihan
a) Anda adalah anak pindahan dari sekolah lain. Setelah sebulan di sekolah yang
baru, Anda ingin menulis surat kepada sahabat Anda di sekolah lama. Anda ingin
menulis tentang banyak hal yang baru yang Anda jumpai di sekolah baru. Buatlah
sebuah surat pribadi kepada sahabat Anda tersebut!
b) Anda adalah pengurus OSIS sekolah. Pada bulan Oktober ini sekolah Anda akan
mengadakan kegiatan bulan bahasa. Anda akan mengundang pengurus OSIS
untuk rapat persiapan pembentukan panitia bulan bahasa tersebut. Buatlah
undangan rapat tersebut.

c. Menulis Teks Berita


Setiap orang adalah wartawan. Setiap orang berpeluang menjadi penyampai
berita. Tetapi, tidak setiap orang memiliki media yang dapat digunakan sebagai media
untuk menyampaikan beritanya.
Di bawah ini disajikan sebuah teks berita, sebuah berita yang ditulis oleh
seorang wartawan dan dimuat pada sebuah media (baca: Jawa Pos). Perhatikan kutipan
berita di bawah ini.
Guru Protes Syarat Kenaikan Pangkat
Jakarta Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Permen PAN) Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya akan diberlakukan. Tetapi, sebagian isi permen
tersebut kini disoal oleh para guru yang tergabung dalam Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Yang
menjadi keberatan mereka, dalam permen itu disebutkan, setiap naik golongan kepangkatan, guru wajib
membuat artikel yang dimuat di media massa.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi FSGI Ujang Subiatun menjelaskan, aturan yang diwajibkan
para guru membuat artikel dan dimuat di media massa itu memberatkan guru. Apalagi selama ini di kuliah
tidak diajarkan menulis karya ilmiah popular, ujarnya di Jakarta kemarin (4/10). Ujang menjelaskan,
kompetensi guru meliputi, antara lain, pedagogis, (kepribadian, red-penulis) sosial, dan profesional.
Ujang lantas menjelaskan ketentuan kenaikan pangkat guru yang diatur dalam permen PAN itu.
Guru dengan golongan kepangkatan III-a yang ingin naik menjadi III-b wajib membuat tiga makalah yang
berkaitan dengan bidang ajarnya. Selanjutnya, untuk kenaikan dari III-b ke III-c, guru wajib menulis artikel
dan dimuat di koran atau majalah yang resmi, baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti itu juga
berlaku untuk usul kenaikan golongan kepangkatan dari III-c ke III-d. Khusus untuk kenaikan dari III-d ke
IV-a, guru wajib membuat penelitian dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN (International

291

Standard Serial Number) keluaran LIPI. Menurut Ujang, aturan penulisan artikel popular di koran dan
majalah harus didahului dengan pemberian bekal. (wan/c6/nw)
Dikutip dari Jawa Pos, Rabu, 5 Oktober 2011

Berita amat akrab dengan kehidupan kita semua. Tidak ada hari tanpa berita.
Tidak ada seorang pun yang vakum dari berita. Kita tidak dapat menghindar dari
berita. Dengan demikian, berita adalah bagian integral dari kehidupan manusia.
Berita atau warta secara leksikal berarti kabar. Menulis berita berarti menulis
kabar. Pernyataan ini tentunya dilandasi oleh pemikiran bahwa manusia adalah
makhluk sosial, dan lebih spesifik lagi makhluk komunikasi. Ia secara naluriah akan
selalu ingin menginformasikan kabar tertentu kepada orang lain.
Apa berita itu? Setiap hari kita mendengarkan berita. Setiap hari Anda
menikmati berita. Melalui televisi, radio, surat kabar, majalah, informasi langsung, serta
menyaksikan langsung kita bersentuhan dengan berita, bahkan terkungkung dalam
dunia berita.
Ada definisi yang bersumber pada aspek kemenarikan perhatian. Berita adalah
laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca.
Ada definisi yang bersumber pada aspek kecepatan kejadian. Berita adalah
laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik
bagi sebagian besar pembaca serta menyangkut kepentingan mereka itu.
Dari mana kita mendapatkan berita? Secara leksikal, sumber berarti asal. Sumber
berita mengandung arti asal dari keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan
manusia. Jawaban terhadap pertanyaan dari mana Anda menda-patkan berita
adalah jawaban terhadap sumber berita ini.
Ada dua sumber berita: (1) peristiwa dan (2) manusia. Sumber yang pertama
adalah kejadian-kejadian, seperti: gempa, pertandingan olahraga, banjir, sidang kabinet,
tabrakan, pameran, seminar, dan se-bagainya. Sumber kedua adalah pendapat manusia
yang dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pendapat manusia mengenai suatu peristiwa
yang disaksikannya. Kedua, pendapat manusia mengenai peristiwa yang tidak
disaksikannya.
Terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak muat,
yakni cepat, nyata, penting, dan menarik.
Unsur kecepatan berkaitan dengan ke-aktualan dan ketepatan waktu. Ini sesuai
dengan makna harafiah news sebagai sesuatu yang baru (new). Berita yang sudah
292

terjadi beberapa waktu sebelumnya tidaklah memiliki nilai layak muat bagi sebuah
penerbitan tertentu.
Unsur kenyataan berkaitan dengan kefaktualan sebuah berita. Hal ini berkaitan
dengan informasi sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia
jurnalistik terdiri atas (i) kejadian nyata (real event), (ii) pendapat (opinion), dan (iii)
pernyataan (statement) dari sumber berita.
Unsur kepentingan berkenaan dengan sebuah berita yang menyangkut
kepentingan orang banyak. Ada berita yang amat penting sampai yang biasa-biasa saja.
Berita yang menyangkut kepentingan banyak orang akan bernilai tinggi. Sebaliknya,
berita yang tidak menyangkut kepentingan banyak orang tidak akan bernilai tinggi.
Aspek kemenarikan dari sebuah berita akan mengundang orang untuk membaca
berita yang kita tulis. Berita yang aktual (nilai pertama), faktual (nilai kedua),
menyangkut kepentingan orang banyak (nilai ketiga) akan menarik perhatian pembaca.
Selain ketiga itu, berita dapat menarik apabila mengandung keganjilan/keanehan,
bersifat menghibur, atau berita human interest (menyentuh emosi, atau menggugah
perasaan).
Unsur-unsur sebuah berita, dalam banyak literatur adalah rumus 5W+1H.
Sebuah berita seharusnya berisi what, who, where, when, why dan how. Menurut Soehoet
(2003) berita tidak selalu mencantumkan keenam unsur tersebut. Jika tidak enam unsur,
berita dapat juga berisi empat unsur, yakni apa, siapa, di mana, dan kapan. Keempat
unsur itulah yang paling ingin diketahui pembaca.
Teras berita (lead) adalah bagian berita yang terletak pada alinea pertama. Teras
berita merupakan bagian dari komposisi atau susunan berita, yakni terletak setelah
judul berita (head) dan sebelum badan berita (news body). Teras berita mempunyai
kedudukan yang amat penting setelah judul berita berkenaan dengan daya
kemenarikan sebuah berita. Umumnya pembaca mencari penjelasan dari judul berita
melalui teras berita. Berita yang baik akan mencantumkan maksud utama judul dalam
teras berita. Sebaliknya, berita yang baik tidak mencantumkan penjelasan judul pada
teras beritanya.
Berkaitan dengan teras berita, terdapat sepuluh rambu-rambu yang dikeluarkan
oleh PWI:
1) Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting
berita. Alinea pertama dapat terdiri atas lebih dari satu kalimat, tetapi sebaiknya
jangan sampai melebihi tiga kalimat.
2) Teras berita jangan mengandung lebih dari 3045 kata.
3) Teras berita harus ditulis sebaik-baiknya, sehingga mudah ditangkap dan cepat
dipahami, kalimatnya singkat, sederhana, susunan bahasanya memenuhi prinsip
293

ekonomi bahasa, menjauhkan kata mubazir, satu gagasan dalam satu kalimat,
dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 5W+1H.
4) Hal yang tidak begitu mendesak, berfungsi sebagai pelengkap, hendaknya dimuat
dalam badan berita.
5) Teras berita lebih baik mengutamakan unsur apa (what).
6) Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa (who), tetapi bila unsur siapa
itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat dalam badan berita.
7) Teras berita jarang menonjolkan unsur kapan (when), kecuali bila unsur itu punya
makna khusus dalam berita itu.
8) Bila harus memilih dari dua unsur, yakni unsur tempat (where) dan waktu (when),
maka pilihlah unsur tempat dulu, baru waktu.
9) Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan berita, tidak
dalam teras berita.
10) Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead) asalkan
kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea berikutnya, tulis nama orang
itu, tempat, serta waktu dia membuat pernyataan itu.
(Dalam Romli, 2003:1516)
Selain teras, tubuh berita (body), dan penutup merupakan kelengkapan
konstruksi berita. Konstruksi berita yang paling banyak dipakai adalah piramida
terbalik. Unsur yang penting yang berupa teras berita (lantai piramida) ditempatkan
pada awal, kemudian diikuti bagian yang kurang penting, yakni tubuh berita (dinding
piramida), demikian seterusnya.

Perlatihan
Tulislah sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar Anda menjadi sebuah berita.
Perhatikan unsur-unsur berita yang harus ada dalam tulisan Anda! Selamat mencoba!
d. Menulis Slogan, Poster, dan Iklan Baris
1) Menulis Slogan
Kamus (elektronik) mendefinisikan slogan adalah 1) perkataan atau kalimat
pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk memberitahukan atau
mengiklankan sesuatu, seperti Solo Berseri (bersih, sehat, indah, rapi); 2) perkalian atau
kalimat pendek yg menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan
suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik, dan sebagainya.
Slogan juga didefinisikan sebagai perkataan atau kalimat pendek yang menarik
atau mencolok dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi, golongan,
organisasi, partai, instansi atau lembaga, dan sebagainya.
Media massa cetak maupun elektronik memiliki slogan. Kota/kabupaten di
Indonesia memiliki slogan. Partai politik memiliki slogan. Lembaga swadaya
294

masyarakat memiliki slogan. Beberapa sekolah memiliki slogan. Organisasi


kemasyarakatan pun memiliki slogan. Slogan seolah-olah berada di mana-mana, dan
mudah ditemukan dalam keseharian kita.
Ciri-ciri slogan ialah isinya singkat, padat , memikat, dan mudah diingat. Ada
beberapa contoh kalimat slogan:
(1) Selalu Ada yang Baru
(2) TVRI menjalin Persatuan dan Kesatuan.
(3) Jombang Kota Beriman
(4) Sekali gabung kepuasan melambung.
(5) Sekali merdeka terap merdeka.
(6) Muda menabung; tua beruntung
2) Menulis Poster
Anda tentu sering melihat poster. Di majalah-majalah, koran, atau bahkan
papan-papan reklame yang banyak berdiri di pinggir-pinggir jalan, pastilah sering
Anda jumpai poster-poster, mulai dari yang bentuknya mewah sampai yang paling
sederhana.
Secara umum jenis poster dibedakan menjadi poster pengumuman dan poster
iklan Untuk mengetahui perbedaan keduanya, gunakan lembar pengamatan seperti
berikut ini.
Contoh Lembar Pengamatan

295

NO

UNSUR

Apakah tulisan yang digunakan sangat


ditonjolkan?

Apakah gambar yang digunakan


sangat ditonjolkan?

Apakah poster tersebut bertujuan


untuk memberitahukan sesuatu?

Apakah poster tersebut bertujuan


untuk menawarkan sesuatu?

Apakah informasi yang disampaikan


lengkap?

CONTOH (1)

CONTOH (2)

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memperli-hatkan perbedaan


antara poster pengumuman dan poster iklan. Dengan demikian akan semakin jelas
perbedaan antara kedua jenis poster tersebut. Untuk lebih memperlihatkan perbedaan
tersebut, manfaatkan kolom berikut.

NO
1
2
3
4
5

UNSUR
Tulisan
Gambar
Tujuan
Kelengkapan
Isi

POSTER PENGUMUMAN

POSTER IKLAN

Oleh karena antara poster pengumuman dan poster iklan pada dasarnya
berbeda, langkah-langkah pembuatannya pun juga berbeda. Untuk melihat perbedaan
langkah tersebut sekaligus untuk berlatih menulis poster, cobalah Anda buat contoh
lain untuk kedua jenis poster tersebut. Untuk memudahkan pembuatan contoh
tersebut, ikutilah langkah-langkah berikut. Langkah pertama dalam bahan pelatihan ini
adalah langkah pembuatan poster pengumuman.
296

(1)
(2)

(3)
(4)

Tentukan kegiatan yang akan Anda umumkan. Kegiatan tersebut dapat berupa
seminar, lomba, atau pertunjukan.
Tentukan unsur-unsur yang akan Anda umumkan. Perbedaan kegiatan akan
membedakan usnsur-unsur yang dimaksud. Perhatikan perbedaan unsur-unsur
tersebut seperti yang tertera di bawah ini.
NO
1

KEGIATAN
Seminar

Lomba

Pementasan

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.

UNSUR
Tema
Pembicara
Tempat dan waktu
Undangan
Jenis Lomba
Syarat peserta
Pendaftaran
Tempat dan Waktu
Hadiah
Jenis pementasan
Waktu dan Tempat
Tiket
Pihak pelaksana

Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan memperhatikan letak dan settingan (jenis


dan ukuran huruf, tata letak).
Lengkapi poster Anda dengan gambar. Gambar di sini tidak harus buatan sendiri,
tetapi dapat diambilkan dari gamabar yang sudah jadi untuk ditempelkan.
Syaratnya tentu saja gambar tersebut harus sesuai dengan pengumuman yang
disampaikan.

Untuk membuat poster pengumuman, ikuti langkah-langkah pembuatan poster


pengumuman, yaitu:
(1) Tentukan barang atau jasa yang aka diiklankan. Barang tersebuat dapat berupa
apa saja, seperti kendaraan, obat, atau makanan; sedangkan jasa, antara lain, dapat
berupa jasakesehatan, pengobatan, atau perbaikan.
(2) Pilihlah kata-kata sesingkat mungkin untuk menawarkan barang atau jasa yang
dimaksud. Jika Anda menggunakan kata-kata yang cukup banyakhal ini juga
dimungkinkanmaka porsi gambar harus dikurangi. Untuk mencari kata-kata
yang indah dan mudah dikenal oleh masyarakat, Anda dapat menggunakan
slogan.
(3) Carilah gambar atau buatlah gambar untuk mendukung poster Anda tersebut.

297

Dari paparan di atas dapat disimpulkan syarat-syarat yang harus dipenuhi


dalam pembuatan poster, yaitu:
(1)Bersifat persuasif
Tidak ada teknik persuasi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan untuk apa
saja. Waktu, situasi, dan khalayak sangat menentukan pemilihan teknik persusai.
Dengan berdasar pada pertimbangan tersebut, beberapa saran agar tulisan Anda
bersifat persuasif adalah (1) pakailah ilustrasi faktual, kutipan yang tepat, atau dengan
beberapa fakta dan angka yang mengejutkan, (2) tunjukkan efek yang secara langsung
akan timbul, (3) gunakan ungkapan yang hidup. Yang terpenting, untuk mewujudkan
sifat persuasif ini semua unsur yang ada dalam poster harus mampu menyentuh rasa
pembaca.
(2) Jelas
Dalam poster pengumuman, kejelasan dapat ditempuh dengan cara menyajikan
informasi selengkap-lengkapnya. Apa saja yang dibutuhkan pembaca sedapat mungkin
disediakan oleh pembuat poster. Hal ini tentu saja bergantung kepada jenis kegiatan
yang diumumkan. Masing-masing jenis kegiatan memiliki tingkat kejelasan dan
kelengkapan yang berbeda-beda. Syarat jelas di sini dapat juga disebut dengan syarat
lengkap, dalam pengertian informasi yang disampaikan harus mencakupi seluruh
komponen yang dibutuhkan pembaca. Dalam poster iklan, kejelasan dapat ditempuh
dengan pemilihan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau slogan-slogan, kaitannya
dengan produk yang diiklankan.
(3) Menarik
Untuk menambah daya tarik poster, ada dua hal yan sangat menentukan, yaitu
pilihan kata-kata, pilihan gambar, dan penataan tulisan dan gambar tersebut. Masingmasing poster sebenarnya sudah mencerminkan unsur penonjolannya, apakah berupa
tulisan atau gambar. Ada poster yang lebih menarik jika menggunakan banyak tulisan,
ada pula yang lebih menarik jika lebih banyak unsur gambarnya. Oleh karena itu,
sebelum membuat poster, Anda terlebih dahulu harus mengenali karakter poster yang
akan Anda buat tersebut.

3) Menulis Iklan Baris


Hampir seluruh surat kabar yang ada di negeri ini menyediakan ruang untuk
iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan sampai berlebihan iklan baris tersebut. Namun
begitu setiap hari ada saja orang yang memasang iklan dengan berbagai kepentingan.
Itu menandakan bahwa iklan baris di surat kabar cukup digemari masyarakat untuk
menawarkan barang atau jasanya, atau juga untuk kepentingan-kepentingan yang lain.
Dengan demikian, hampir setiap hari juga Anda membaca iklan baris. Coba Anda
perhatikan contoh-contohnya sebagai berikut.
(1) Cari calon guru Bhs. Inggris Llsn SMU/D3/S1 syrt:ikut
298

Test & training dulu; Adi-5864874 Gatot Subroto 56


(2) Rmh 10x21 Tkt Renov 6Kt 3Km Jl.Pulo Mas Barat
No.45 Hub:4720050 / 0818.171599
(3) Blazer DOHC New LT 01 Biru Met Tgn 1 Trwt Km. 53 Rb
Komplit 127,5 Jt Nego Hub:0856-8516524

Jika dilihat dari tujuannya yang lebih spesifik ada perbedaan di antara ketiga
contoh tersebut. Perbedaan tersebut tampak seperti di bawah ini.
NO.
1
2
3

IKLAN
Contoh (1)
Contoh (2)
Contoh (3)

TUJUAN
Mencari guru Bahasa
Inggris
Menjual rumah
Menjual mobil

KATEGORI
Lowongan
Penjualan
Penjualan

Dari perbedaan tersebut Anda tentu dapat menyimpulkan bahwa jenis iklan
baris itu ada dua macam, yaitu jenis iklan lowongan dan jenis iklan jual beli. Iklan
lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga atau ahli-ahli untuk dipekerjakan
di kantor pemasang iklan. Iklan jual beli biasanya menawarkan barang atau jasa.
Cobalah ketiga contoh iklan di atas Anda bahasakan secara lengkap, tanpa
singkatan dan disertai tempat yang jelas. Sebagai informasi awal, ketiga contoh tersebut
diambil dari Harian Kompas tanggal 26 Februari 2004. Contoh iklan (1) berisi pencarian
calon guru bahasa Inggris, iklan (2) berisi penawaran rumah, dan iklan (3) berisi
penawaran mobil Opel Blazrer.
Apa yang harus Anda perhatikan sebelum Anda membahasakan secara lengkap
iklan-iklan tersebut? Tentu terlebih dahulu Anda harus memahami istilah-istilah yang
berhubungan dengan sesuatu yang diiklankan dan tempat pemasangan iklan. Di
bawah ini contoh membahasakan salah satu iklan baris di atas. Contoh iklan baris lain
dapat Anda bahasakan sendiri sebagai perlatihan!

Dicari calon guru Bahasa Inggris. Syarat calon: lulusan SMU/D3/S1 dan
harus bersedia mengikuti tes dan training terlebih dahulu. Yang berminat
dapat menghubungi Adi di Jln. Gatot Subroto 56 Jakarta, telepon 0215864874.

299

Dari contoh-contoh yang sudah Anda bedakan di atas, tentu Anda sudah
memahami benar unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam iklan baris. Nah,
sekarang cobalah Anda membuat contoh iklan.
Imam memiliki kendaraan roda dua yang bermerk Honda, yang dilihat
dari bentuknya tampak sudah cukup tua usianya. Umurnya memang baru
setengah umur Amir, yang tahun 2002 lalu merayakan ulang tahun ke 16.
Kendaraan itu catnya sudah mengelupas, namun mesinnya masih bagus.
Paling tidak, selama Imam memakainya, kendaraan tersebut ternyata belum
pernah masuk bengkel secara serius. Kata orang, suara mesinnya juga tidak
pernah mengganggu tetangganya seperti yang terjadi pada motor tua yang
lain. Kendaraan itu semula memang milik kakaknya yang berada di Jakarta.
Namun sekarang sudah diubah nomornya menjadi nomor Semarang. Kata
orang, kendaraan semacam itu hanya laku enam juta rupiah. Namun Imam
yakin tidak ada orang berani menawar di atas lima juta kecuali orang yang
memiliki maksud khusus. Meskipun demikian ia bertekad untuk tetap
menjualnya agar kendaraan tersebut tidak terpasang lagi di rumahnya, Jln.
Mahoni 40 Semarang. Dengan demikian, rumahnya yang asri itu akan
semakin tambah asri dan cantik.

Untuk memudahkan pembuatan iklan, informasi di atas harus Anda masukkan


ke dalam lembar pengamatan yang pada prinsipnya akan mencatat hal-hal pokok yang
akan masuk surat kabar. Jawaban-jawaban yang tertera pada lembar pengamatan inilah
yang nantinya akan Anda gunakan sebagai data penulisan iklan baris.
NO
PERTANYAAN
1 Jenis apakah kendaraan yang
dimaksud?
2 Tahun berapa kendaraan tersebut?
3 Berapa harganya?
4 Bagaimana kondisi kendaraan
tersebut?
5 Di mana peminat dapat melihat
kendaraannya?

JAWABAN
Honda
1995
4,5 juta
Mesin baik, body tua
Jln. Mahoni 40 Semarang

Jika
jawaban atas
pertanyaanpertanyaan
tersebut
disusun secara
berurutan
akan muncul

data sebagai berikut.


Honda 1995 4,5 juta mesin baik, body tua Amir Jln. Mahoni 40
Semarang
data tersebut kurang lebih dapat disusun iklan baris seperti berikut ini.

Dari

Dijual: Honda 95, mesin bagus, Hp 4,5 Jt. Hub. Jln. Mahoni 40 Semarang

300

Rumusan iklan tersebut tentu saja tidak sama persis dengan data yang sudah
terkumpul. Dalam deskripsi ada data kondisi tuanya kendaraan tersebut, namun
demikian tidak masuk karena akan mengurangi minat calon pembeli. Ini bukan sebuah
kebohongan tetapi sebuah strategi. Jika Anda mengatakan hal yang sebaliknya,
misalnya body mulus, itu baru kebohongan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan iklan Anda
dapat menghadirkan kata-kata tertentu yang berfungsi untuk lebih memudahkan calon
pembeli dalam membaca iklan.
Anda diperbolehkan menambah pertanyaan pada contoh lembar pengamatan
tersebut. Setelah jawaban terkumpul, susunlah menjadi iklan baris dengan
memperhatikan kehematan kata. Jika sudah tersusun iklan, buatlah contoh iklan baris
satu lagi dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
(1) Tentukan jenis iklan yang akan Anda tulis, yaitu dapat berupa iklan lowongan
atau iklan jual beli.
(2) Jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang dibutuhkan, jika
iklan jual beli yang Anda pilih, tentukan barang atau jasa yang akan ditawarkan.
(3) Tuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam pembuatan iklan tersebut.
Unsur-unsur atau butir-butir tersebut akan sangat bergantung kepada pilihan
jenis iklan yang akan digunakan.
(4) Tuliskan unsur-unsur tersebut dengan bahasa yang jelas dan singkat.
Dari contoh iklan di atas tentu Anda dapat mengambil simpulan, iklan seperti
apa yang seharusnya Anda buat. Beberapa kriteria yang akan muncul dalam pemikiran
Anda paling tidak seperti di bawah ini.
a. Bersifat komunikatif
Komunikatif berarti maksud yang terkandung dalam iklan tersebut langsung
bisa ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak merasa kebingungan atau tidak
paham terhadap istilah atau kata atau singkatan yang ada dalam iklan tersebut.
b. Singkat
Syarat singkat dalam penulisan iklan baris di surat kabar terutama berkaitan
dengan penghematan biaya. Untuk mewujudkan penulisan iklan yang singkat
dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan hanya menggunakan kata-kata
yang memang amat penting saja dan dengan menggunakan singkatan.
c. Lengkap
Pengertian lengkap di sini mencakupi tersedianya informasi yang dibutuhkan
oleh pembaca iklan.
Penerapan ketiga syarat tersebut harus terjadi secara terintegrasi, dalam
pengertian syarat yang satu tidak boleh bertumpang tindih dengan syarat yang lain.
Dalam kenyataannya,
untuk memenuhi sebuah syarat, Anda justru harus

301

mempertimbangkan syarat yang lain. Sebab bisa jadi pengutamaan salah satu syarat
justru akan mengorbankan syarat lain.
Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam penulisan iklan
baris jenis lowongan pekerjaan adalah:
(1) jenis lowongan,
(2) kriteria sumber daya manusia yang dibutuhkan,
(3) alamat pemasang iklan,
(4) batas waktu pelamaran, serta
(5) hak yang akan diperoleh pelamar yang diterima.
Butir-butir atau unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam penulisan iklan
baris jenis jual beli atau penawaran barang/jasa adalah:
(1) barang atau jasa yang ditawarkan,
(2) kondisi barang,
(3) alamat, serta
(4) harga barang.
Perlatihan
(1) Tulislah slogan yang menarik dan bermanfaat untuk membangkitkan minat
belajar anak.
(2) Tulis slogan singkat, jelas, dan menarik tentang pentingnya hidup sehat.
(3) Tentukan sebuah kegiatan yang akan Anda posterkan. Tentukan unsur-unsur
yang akan Anda posterkan. Buatlah poster untuk kegiatan tersebut!

e. Menulis Karya Ilmiah


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis karya
ilmiah. Dalam kegiatan belajar ini hanya terdiri atas satu subtopik saja, yakni menulis
karya ilmiah.
Cakupan tentang topik menulis karya ilmiah luas. Keluasan itu dapat dibuktikan
dengan tersedianya beragam buku (utuh, satu buku) tentang menulis karya ilmiah
(atau Penulisan Karya Ilmiah). Dalam modul ini (subtopik menulis karya ilmiah) hanya
sebatas dijelaskan hal-hal yang bersifat umum dari bahasan yang seharusnya panjang
lebar tentang menulis karya ilmiah. Untuk memperkaya pemahaman Anda tentang
menulis karya ilmiah, Anda disarankan untuk melacak buku rujukan tentang menulis
karya ilmiah yang terdapat dalam daftar pustaaka. Atau Anda mencari rujukan lain
(buku, artikel, atau contoh laporan penelitian) tentang menulis karya ilmiah.
Kemudahan mencari rujukan tentang menulis karya ilmiah membuktikan bahwa
subtopik ini (atau topik, sebutan yang digunakan selain pada modul ini) dikenal luas
oleh banyak orang dari berbagai profesi.

302

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam karya ilmiah adalah pemilihan
topik, penggunaan bahasa, dan sistematika penulisan. Ketentuan-ketentuan yang lebih
detil dapat dibaca pada buku yang ditulis Panuti Sudjiman dan Dendy Sugono yang
berjudul Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah, tahun 1996.
Jika penyusunan karya ilmiah ini berkaitan dengan tugas, harus diperhatikan
ruang lingkup topik yang ditentukan oleh pemberi tugas serta dipertimbangkan waktu
yang tersedia. Banyak orang menganggap topik sama dengan judul. Sesungguhnya
tidak demikian; topik adalah pokok yang akan diperikan atau masalah yang hendak
dikemukakan di dalam karya ilmiah, sedang judul adalah nama karya ilmiah. Topik
ditentukan sebelum seseorang mulai menulis, judul dapat dilakukan dan dipikirkan
sesudah tulisan itu selesai. Topik sebaiknya sesuai dengan masalah yang dikuasai,
karena gagasan yang cemerlang tidak menjamin menjadi tulisan yang baik.
Bahasa yang dipakai dalam karya ilmiah adalah ragam tulis, bukan ragam lisan.
Ragam tulis di dalam karya ilmiah, menurut Sudjiman dan Dendy Sugono, hendaknya
jelas, lugas, dan komunikatif. Jelas artinya memperhatikan secara jelas unsur-unsur
kalimat (subjek, predikat, objek, dan keterangan). Lugas artinya bahasa yang
digunakan tidak menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan
kalimat hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan
maksud penulisnya. Hindari penggunaan sinonim, paralelisme, pleonasme, dan
metafora.
Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang disajikan
sama dengan yang dimaksud penulisnya.Wacana dapat menjadi komunikatif jika
disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu terlihat pada hubungan antarbagian
di dalam kalimat, antarkalimat di dalam paragraf, dan antarparagraf di dalam wacana,
yaitu memperhatikan hubungan yang masuk akal; misalnya hubungan sebab-akibat,
urutan peristiwa, dan pertentangan. Bersistem berarti uraian yang disajikan
menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur.
Sistematika penulisan karya ilmiah adalah judul, kata pengantar, pendahuluan, isi,
penutup, dan daftar rujukan. Karya yang agak panjang (lebih dari sepuluh halaman)
dilengkapi dengan daftar isi yang ditempatkan di antara kata pengantar dan
pendahuluan. Hal lain yang dianggap perlu disertakan (dilampirkan) adalah korpus
data, alat pengumpul data (kuesioner, tes), dan peta.
Judul hendaknya memberikan gambaran yang jelas tentang materi dan ancangan
atau ruang lingkup masalah yang akan dibahas. Judul harus menarik perhatian dan
menggelitik rasa ingin tahu pembaca. Kata pengantar sekurang-kurangnya berisi (1)
penjelasan mengenai tugas pembuatan/penyusunan karya ilmiah, (2) penjelasan
mengenai pelaksanaan pembuatan karya ilmiah, (3) informasi tentang bimbingan atau
arahan dan bantuan yang diperoleh selama mengerjakan karya imiah, (4) ucapan
303

terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memungkinkan terwujudnya


karya ilmiah, (5) serta penyebutan tempat (kota), tanggal, bulan, tahun pembuatan
karya ilmiah, dan nama penulis.
Daftar isi memberikan gambaran menyeluruh tentang isi dan urutan bagianbagian karya ilmiah. Untuk tulisan yang lebih panjang, bab dan anak bab lebih banyak
sehingga derajat penomoran anak-anak bab lebih banyak pula. Derajat penomoran itu
dibatasi sampai empat angka.
Pendahuluan hendaklah dapat merangsang dan memudahkan pembaca
memahami seluruh karya ilmiah itu. Bagian ini terdiri atas (1) latar belakang masalah,
(2) tujuan penulisan/pembahasan, (3) ruang lingkup atau pembatasan masalah, (4)
teori yang dipergunakan, (5) sumber data, (6) metode dan teknik yang digunakan, serta
(6) sistematika penulisan. Di dalam makalah, bagian pendahuluan cukup berisi tiga
butir yang pertama.
Latar belakang masalah mengemukakan penalaran pentingnya pembahasan
masalah atau alasan yang mendorong pemilihan topik, telaah pustaka atau komentar
mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang dibahas,
manfaat praktis hasil pembahasan, serta perumusan masalah pokok yang akan dibahas
secara jelas dan eksplisit.
Tujuan pembahasan mengungkapkan rumusan upaya pokok yang akan
dikerjakan dan garis besar hasil yang hendak dicapai. Ruang lingkup atau pembatasan
masalah menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas, perincian masalah yang
dibahas, dan perumusan istilah secara tepat (selanjutnya penggunaan istilah harus taat
asas).
Teori mengungkapkan prinsip-prinsip teori yang dapat menggambarkan
langkah dan arah analisis serta alasan pemilihan teori yang dipakai. Sumber data
menjelaskan kriteria penentuan jumlah data, kriteria penentuan mutu data, serta
kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
Metode dan teknik mengungkapkan (1) metode yang digunakan; misalnya
deskriptif, komparatif, atau eksperimental, dan (2) teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data; misalnya wawancara, observasi, kuesioner, atau tes. Sistematika
penyajian (jika ada) mengemukakan (1) penjelasan kode data (kalau ada) serta (2)
urutan hal-hal yang dimuat di dalam karya ilmiah, mulai dari pendahuluan sampai
dengan daftar pustaka, kalau perlu, lampiran dan indeks.
Isi merupakan inti kaya ilmiah yang memaparkan uraian pokok masalah yang
dibahas. Bagian ini harus menunjukkan kelengkapan, ketaatasasan, keeksplisitan
analisis, dan simpulan materi yang dibahas. Jika perlu, bagian ini dapat dijadikan lebih
304

dari satu bab. Bagian isi ini mengungkapkan (1) uraian masalah yang dibahas, (2)
analisis dan interpretasi, (3) ilustrasi atau contoh-contoh, serta (4) tabel, bagan, dan
gambar (kalau ada).
Penutup berisi simpulan dan saran (kalau ada). Simpulan merupakan jawaban
permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan. Simpulan bukan rangkuman
atau ikhtisar. Pernyataannya dapat berupa uraian (esei) atau berupa butir-butir yang
bernomor. Jika perlu, saran boleh disampaikan kepada pembaca berkaitan dengan
topik pembahasan. Daftar rujukan adalah daftar buku, majalah, artikel di dalam majalah
atau koran, atau artikel di dalam kumpulan karangan (antologi) yang digunakan
sebagai acuan di dalam pengumpulan data, analisis/pembahasan, atau penyusunan
karya ilmiah. Daftar rujukan merupakan persyaratan suatu karya ilmiah. Daftar rujukan
juga membantu pembaca untuk menemukan sumber acuan yang digunakan.
Perlatihan
Pilih sebuah topik. Topik itu akan Anda kembangkan menjadi karya tulis ilmiah
(penelitian). Anda akan membuat latar belakang karya tulis Anda. Buatlah latar
belakang yang dimaksud, sekurang-kurangnya tiga paragraf.
f. Menulis Paragraf
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis paragraf. Dalam
kegiatan belajar ini dibagi menjadi tiga subtopik, yakni menulis paragraf deskripsi,
menulis paragraf narasi (cerita), serta menulis paragraf eksposisi.
Ketiga subtopik disajikan dengan pola yang sama, yakni pengertian paragraf,
contoh pola pengembangan ketiga paragraf, dan di bagian akhir disediakan perlatihan.
Dengan pola sajian yang sama, diharapkan Anda lebih mudah memahami dan
selanjutnya mempraktikkan menulis sesuai contoh pola yang ditawarkan.
1. Menulis Paragraf Deskripsi
Deskripsi adalah penggambaran, pelukisan, pemerian, atau pendeskripsian
dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan. Seorang penulis
deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang
dilihatnya, dapat mendengar apa yang didengarnya, dapat mencium apa yang
diciumnya, dapat mencicipi apa yang dimakannya, dapat merasakan apa yang
dirasakannya, sehingga sampai pada simpulan yang sama dengannya. Dengan
demikian, deskripsi merupakan hasil observasi melalui pancaindra yang disampaikan
melalui bahasa (kata, frasa, dan kalimat).
Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk, yakni deskripsi
ekspositori dan impresionistis. Deskripsi ekspositori pada umumnya penyajiannya
sangat logis, yang berupa daftar rincian secara lengkap, atau yang menurut penulisnya
dianggap sebagai hal-hal yang penting, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan
logis objek yang diamati. Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai
logika urut-urutan sendiri. Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian kereta
305

api, maka urut-urutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan, yakni lokomotifnya,
lalu bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor lokomotif tersebut.
Deskripsi impresionistis yang juga disebut deskripsi stimulatif adalah deskripsi
yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan menstimulasi pembacanya.
Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi atau kesan penulis ketika melakukan
observasi terhadap suatu objek atau benda atau suasana tertentu. Urut-urutannya
adalah subjektif. Misalnya, penulis dapat mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok,
berangsur-angsur ke hal-hal yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula seorang
penulis memulai tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga yang tidak memiliki
kesan sama sekali.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:

Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di
lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel,
dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam
bus, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet.
Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga
murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang lalu.

Fakta
Contoh 2:

Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang
copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku
dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya
cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet.
Kedua mahasiswa itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.
Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat panas karena
penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tapi orang
tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.
Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bus ada orang
yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batukbatuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, Sialan!
Terbitan tiga tahun yang lalu!

Penulis pertama mendeskripsikan hal-hal yang benar, yang dapat dengan


mudah dibuktikan kebenarannya. Tanpa dibuktikan pun ada banyak orang yang
percaya bahwa memang demikianlah keadaan bus-bus kota di Jakarta pada umumnya.
Data-data dalam tulisan ini adalah realita, bukan fakta.
Penulis kedua, hanya mendeskripsikan apa-apa yang benar-benar dilihatnya,
atau yang diakuinya dilihatnya, pada suatu tempat atau waktu tertentu. Pembaca harus

306

percaya saja, tidak berhak membantah, selama yang dideskripsikan itu masih masuk
akal, masih sesuai dengan realita.
Dalam penulisan deskripsi, yang dideskripsikan adalah fakta, bukan realita, dan
bukan pula yang aneh tapi nyata. Perhatikan contoh di bawah ini.
Deskripsi Ruangan
Pola Observasi Menurut Pengembangan Spasi
Kantor Lab Bahasa FSUI
oleh Endah Widyawati
Begitu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal dari alat pendingin ruangan,
suara menderu bising dari alat yang sama, serta bau asap tembakau yang menyesakkan dada
menyambutku. Ruangan ini sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi,
tetapi sudut sebelah kanan dinding di seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan
ukuran empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi dua setengah meter.
Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit. Dan ruangan yang sempit ini tidak pula
diatur menurut citarasa yang baik. Berbagai macam barang ditaruh sekenanya saja di sana-sini,
dan ini mengingatkanku pada gudang di rumahku.
Di atas ruangan bergantungan beberapa lampu neon model kuno yang membuat ruangan
ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar empat meter, diapit dua pasang lampu neon,
ada sebuah exhaust fan, kipas pengisap, yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau
yang kurang sedap di dalam ruangan ini.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, di balik sebuah meja kerja terlihat sesosok
tubuh, satu-satunya makhluk hidup di ruangan yang penuh sesak dengan barang-barang
elektronik ini. Hampir tenggelam di antara tumpukan buku dan map yang ada di depannya, lelaki
berkaca mata itu tampak terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa
coklat tua di mulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya exhaust
fan di langit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari pipa.
Tepat di tengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya sudah sangat
ketinggalan zaman. Yang panjang di sebelah kanan dan kedua kursi yang pendek di kiri, di
seberang meja oval yang ditutupi alas meja yang dulunya tentulah berwarna coklat indah. Jok
kursi-kursi itu pun dulunya tentu coklat yang indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ke tukang
perabot untuk diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Di atas meja
berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem yang bagian dalamnya
sudah kehitam-hitaman.
Dua lemari besi abu-abu menempel di dinding di sebelah kiriku. Di sebelahnya sebuah
kulkas kecil, tua, model satu pintu. Dulu warna kulkas itu tentulah putih, sekarang sudah lebih
banyak coklatnya. Pada pegangan pintunya tergantung sehelai kertas merah bertuliskan Teh
Botol Rp 200 saja. Rak kayu yang tinggi merapat ke dinding di samping kulkas, hanya menambah
penuh ruangan saja karena tidak ada isinya kecuali setumpuk map merah jambu dan kuning serta
sebuah bulu ayam. Di sisi rak, sudah di sudut ruangan, sebuah meja beroda dengan sebuah
monitor televisi di atasnya dan sebuah pesawat video pada rak di bawahnya.
Jendela-jendela besar di dinding yang berseberangan dengan pintu masuk ini ditutup tirai
hijau tua. Di bawah salah satu jendela inilah lelaki berpipa itu duduk. Di atas meja depannya
307

tergeletak sebuah tas kulit kemerahan, dalam keadaan terbuka, di samping tas ada asbak, gelas
berisi air putih dan setumpuk map serta kertas. Di samping kanan mejanya, di sebelah kiri dari
tempat aku memandang, ada meja rendah tempat mesin tik dan rak surat. Menempel ke dinding di
samping kanan orang itu ada dua buah filing cabinet, pada sebuah sisinya yang menghadap ke
arahku tergantung sebuah penanggalan. Sebuah layar yang besar dari besi dengan kaki kokoh
beroda, tegak di samping kiri orang itu. Tulisan SONY jelas terpampang pada kain hitam penutup
layar itu. Seingatku layar proyeksi video ini dulu sering dipinjam senat mahasiswa untuk memutar
film video, hampir setiap Sabtu.
Layar itu tegak rapat dengan bupet kayu yang panjang, ujungnya yang di sebelah sana
hampir menyentuh dinding yang berseberangan dengan pintu, sedangkan ujung sebelah sini
menyisakan tempat untuk lewat saja, sekitar satu meter. Di atas bupet kayu yang merupakan
pembatas sebelah kanan ruangan ini terlihat beberapa cangkir tertelungkup di atas sebuah baki,
segulungan kertas tisu, sebuah stoples tempat gula dan sebuah termos.
Di belakang bupet panjang itu, menempel pada dinding studio yang kedap suara, berdiri
beberapa rak besi, dan di situ berserakan beberapa speaker, tape recorder, serta berbagai-bagai
barang elektronik lainnya. Beberapa buah benda aneh seperti cerobong bergantungan di atas,
berasal dari sebuah alat pendingin ruangan, langsung ke atas studio: mengalirkan udara dingin ke
studio agar orang-orang yang sedang merekam tidak kepanasan.
Sisa ruangan di sebelah kanan membentuk sebuah gang, dinding kiri gang itu adalah
dinding depan studio, dan di situ tertempel kertas karton warna-warni: jadwal penggunaan ruangruang laboratorium bahasa. Di bawah jadwal ada beberapa meja dan kursi, dan di sana tertumpuk
mesin tik dan beberapa alat elektronik lagi. Di dinding kanan gang, yaitu dinding ruangan besar ini,
berbaris sebuah whiteboard, dua lemari kaca, dan tiga buah lemari besi. Dan di ujung gang itulah,
di sebelah kiri, pintu masuk ke studio.
Bau asap tembakau terasa makin menyesakkan. Kulayangkan pandanganku ke penghuni
ruangan, kami bertemu pandang. Baru kali ini kuperhatikan orang yang dikatakan sebagai kepala
laboratorium yang baru: rambutnya acak-acakan, kacamata tebal menempel di depan matanya,
bibirnya sinis mengepulkan asap tembakau, dan di bawahnya dagu ditumbuhi jenggot yang tidak
dirawat. Aku merasa serba salah. Sejak kapan dia berhenti membaca dan mulai
memperhatikanku? Cepat-cepat aku mundur, menutup pintu dan segera berangkat dari situ. Lega
rasanya terlepas dari ruangan dengan bau yang menyesakkan, serta pandangan yang sinis itu.
Contoh di atas merupakan deskripsi sebuah ruangan. Dari tulisan tersebut dapat
diketahui bahwa penulisnya masuk ke dalam ruangan itu, berdiri di pintu, di sebelah
dalam ruangan, dan mendeskripsikan apa-apa yang diobservasinya di ruangan itu, dari
tempatnya berdiri. Penulisnya mencoba melakukan observasi secara teliti dengan
menggunakan alat penginderaan yang dimilikinya: mata, hidung, telinga, dan kulitnya.
Deskripsi di atas dapat dibuatkan ragangan, kerangka, atau outline seperti di bawah ini.
No.
1
2
3
4
5
6

Alenia
1, 2, 3, 4
5
6, (7)
7, 8
9
10

Ide Yang Dikembangkan


Kesan pertama
Dinding sebelah kiri
Dinding yang berseberangan dengan pintu
Dinding sebelah kanan
Sisi ruangan di pojok kanan
Akhir
308

Di bawah ini disajikan sebuah deskripsi sebuah ruangan yang lain.


Deskripsi Sebuah Ruangan
Pengembangan Observasi Menurut Spasi (Ruang)
Kamar Sebuah Asrama
oleh Ni Made Tuti Marhaeni
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda
pengenalnya di pintu, agak ke atas. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak
kecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah
perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Message! Pada note book itu kubaca pesan untukku,
Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!
Sesuai dengan pesan, kurogoh kunci di dalam kotak. Agak kesal juga, ternyata pintunya
susah dibuka. Beberapa kali aku memutar anak kunci dan menggerak-gerakkan pegangan pintu,
tapi gagal. Hampir saja aku pergi dengan perasaan dongkol, kalau saja seorang penghuni di ujung
gang tidak keluar dan berteriak, Dorong, Mbak! Benar saja. Setelah aku dorong agak kuat, pintu
terkuak. Huh!
Tapi amboi, tidak pernah kuduga si tomboy ini punya kamar yang begini indah dan
feminin. Dinding dicat warna merah jambu lembut. Di lantai tergelar tikar agak tebal, anyamannya
besar-besar, khas Bali.
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin yang bertuliskan
Anda manis, Nona. Di bawahnya merapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbungabunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening. Di atas meja ada sebuah tape
recorder kecil, sebuah mesin ketik, jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan
buku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
Di balik pintu bergelantungan sebuah celana panjang, tas berbentuk ransel kecil, dan ikat
pinggang.
Di dinding sebelah kanan tergantung sebuah rak buku yang seluruhnya juga dilapisi
dengan kertas yang sama dengan alas meja. Rak itu penuh buku, teratur rapi, dan di atas rak ada
beberapa map. Di bawah rak terpampang sebuah lukisan wayang yang besar di atas kain warna
merah, dilukis dengan tinta warna emas. Di bawahnya sebuah dipan, sama panjangnya dengan
lukisan itu, ditutup bad cover merah dengan motif primitif tenunan Bali.
Di ujung dipan, sebuah lemari built-in berpintu dua dibuat agak menonjol ke luar dinding.
Di atasnya ada setumpuk koran tua, gulungan karton, dan beberapa botol kosong bekas kosmetik.
Daun pintu dilapisi kertas yang sama dengan alas meja, dan di sebeleh built-in ini, di dinding
seberang, sebuah rak buku dari rotan warna hitam, penuh dengan buku. Di atas rak terlihat vas
pinang kuning dengan jambangan botol bekas brem Bali, cat air, crayon, dan beberapa kaset. Di
sebelah rak ini tegak sebuah rak sepatu, di atasnya yang dialasi kertas merah jambu juga, ada
termos air, teko plastik, dua gelas kosong, kaleng kopi, susu, gula, teh, dan sekaleng kecil permen
merek Fox.
Bagian belakang ruangan berpintu lipat model kuno, terdiri atas empat daun pintu dengan
pegangan di tengah-tengah. Ketika kubuka pintu ini, dua daun pintu terkuak ke kiri dan dua ke
kanan. Di balik pintu kutemukan sebuah teras kecil dan beberapa pot bunga berjajar rapi.
309

Kepalaku menyentuh sebuah lonceng kayu berbentuk kepala manusia dengan mulut sumbing.
Lonceng itu tergantung di sana, persis di tempat orang akan lewat.
Lama aku termangu di tembok teras menikmati hembusan angin melalui cemara di taman.
Aku tersentak ketika tiba-tiba kudengar sapaan dari belakang, Hei, Non, jangan bengong di situ,
jatoh aja, tau rasa, lo.
Rupanya tanpa kusadari, Mira sudah datang, dan kami pun segera terlibat percakapan
yang mengundang gelak tawa.
2. Menulis Paragraf Narasi (Cerita)
Narasi adalah cerita. Cerita yang dimaksud didasarkan pada urut-urutan (atau
serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian atau peristiwa tersebut ada
tokoh, dan tokoh tersebut mengalami atau menghadapi serangkaian konflik. Kejadian
atau peristiwa, tokoh, dan konflik merupakan unsur-unsur pokok yang ada dalam
narasi. Kesatuan dari ketiganya disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah
cerita berdasarkan alur.
Beberapa hal yang berkaitan dengan narasi adalah:
a) unsur paling penting dalam narasi adalah perbuatan dan tindakan
b) narasi tidak hanya menyampaikan kejadian atau peristiwa (karena deskripsi juga
demikian)
c) unsur lain yg harus diperhatikan adalah waktu
d) Narasi adalah suatu bentuk wacana yg sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan
waktu.
e) Atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
f) Narasi berusaha menjawab pertanyaan: Apa yang telah terjadi?
g) Narasi yg bertujuan untuk memberi informasi agar pengetahuan pembaca lebih
luas disebut narasi ekspositoris.
h) Narasi yang disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu
menimbulkan daya khayal serta berusaha menyampaikan sebuah makna melalui
daya khayal yang dimilikinya disebut narasi sugestif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam narasi ekspositoris adalah sebagai
berikut.
a) untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yg dikisahkan,
b) sasaran utamanya adalah rasio (perluasan pengetahuan setelah menbaca kisah
ini),
c) misalnya, menyampaikan informasi berlangsungnya suatu peristiwa
(pemogokan buruh menuntut kenaikan gaji)
d) sebagai bentuk narasi, narasi ini mempersoalkan tahap-tahap kejadian,
rangkaian perbuatan
e) dapat bersifat khusus (khas) maupun generalisasi
f) secara khusus: berusaha menceritakan suatu peristiwa khas, yang hanya terjadi
satu kali (pengalaman pertama kali masuk perguruan tinggi, pengalaman
310

pertama mengarungi samudera, pengalaman pertama gadis yang menerima


curahan kasih, dan lain-lain).
Narasi sugestif umumnya bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang
dirangkai dalam satu peristiwa atau kejadian. Hal-hal lain yang berkaitan dengan
narasi jenis ini adalah:
a) seluruh rangkaian kejadian berlangsung dalam satu kesatuan waktu,
b) sasaran utama bukan memperluas pengetahuan, tetapi memberi makna atas
kejadian sebagai suatu pengalaman,
c) sasarannya adalah makna kejadian, dan melibatkan daya khayal,
d) rangkaian peristiwa disajikan merangsang daya khayal,
e) pembaca menarik makna baru,
f) tidak bercerita atau memberi komentar, tetapi mengisahkan cerita,
g) menyediakan kematangan mental.
Secara umum perbedaan keduanya dapat dilihat seperti di bawah ini.
No.
Ekspositoris
1
Memperluas pengetahuan
2
3
4

Menyampaikan informasi mengenai


suatu kejadian
Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional
Bahasanya cenderung informatif, titik
beratnya kata-kata denotatif

Sugestif
Menyampaikan suatu makna atau
amanat yg tersirat
Menimbulkan daya khayal
Penalaran hanya berfungsi sbg alat
menyampaikan makna
Bahasanya cenderung figuratif, titik
beratnya kata-kata konotatif

Beberapa bentuk khusus narasi, di antaranya adalah (1) autobiografi dan


biografi, (2) anekdot dan insiden, (3) sketsa, serta (4) profil.
Di samping alur dan latar, penulis narasi perlu membuat kisi-kisi waktu
(kerangka waktu). Artinya, diperlukan logika waktu yang terjaga dan masuk akal.
Untuk itu, perhatikan contoh kuitpan di bawah ini.
Asisten dosen Yusril beruntung mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Dia membujuk
tunangannya, Niar, agar mereka menikah dulu sebelum berpisah. Tapi keluarga Niar keberatan
karena gadis itu sedang menghadapi ujian SIPENMARU. Malam sebelum keberangkatannya
meninggalkan kota Padang, suatu malam bulan Agustus yang cerah, Yusril mengajak Niar
berjalan-jalan ke Pantai Padang yang terkenal indah itu. Malam itu kebetulan malam Minggu.
Berduaan mereka duduk di pantai, memandangi bulan purnama dan pantulannya di air
laut yang tenang. Hampir tengah malam baru mereka beranjak pulang, bergandengan tangan,
segan berpisah. Di depan rumah Niar mereka berjanji setia sambil memandang bulan purnama
yang hampir tenggelam di ufuk barat. Bulan itulah saksi sumpah setia kita malam ini, kata Yusril.
Niar mengangguk sambil air matanya bercucuran. Selama lima tahun berpacaran, baru kali inilah
Yusril melihat Niar menangis. Hatinya bangga.
311

Tujuh tahun lamanya Yusril di luar negeri, dan ternyata Niar tidak setia. Pada tahun
kelima, datang suratnya yang mengatakan dia akan dikawinkan orang tuanya dengan pemuda
pilihan mereka.
Sepulang dari luar negeri dengan ijazah Ph.D. di sakunya, Yusril berusaha untuk tidak
bertemu dengan Niar. Tetapi secara kebetulan mereka bertemu di Pantai Padang pada suatu
senja. Niar bersama suaminya, dan dua orang anak mereka, seorang gadis berusia tiga tahun dan
seorang bayi yang masih digendong.

3. Menulis Paragraf Eksposisi


Eksposisi adalah menyingkapkan. Dan hal yang disingkapkan adalah sesuatu
yang selama ini tertutup, terlindung, atau tersembunyi. Yang disingkapkan adalah ide
atau buah pikiran, isi hati, pendapat penulisnya, untuk diketahui orang lain. Dalam
eksposisi, sesuatu yang akan diungkapkan ini disebut tesis (dalam narasi biasanya
disebut tema). Tesis adalah inti sebuah eksposisi. Tesis dapat disampaikan secara
tersurat maupun tersirat dalam tulisan.
Tesis adalah keseluruhan eksposisi. Artinya, seluruh wacana eksposisi harus
sejalan dan mendukung tesis. Sebuah eksposisi terdiri atas sebuah tesis, diikuti uraian
yang membuktikan bahwa tesis itu benar. Uraian yang mendukung atau membuktikan
kebenaran tesis biasanya disebut kelas-kelas. Eksposisi yang baik biasanya terdiri atas
beberapa kelas. Jumlah kelas sangat ditentukan jumlah pembuktian. Jika dalam tulisan
tersebut penulis ingin menyampaikan tiga pembuktian, maka eksposisi itu akan terdiri
atas tiga kelas.
Cobalah simak contoh ragangan atau outline di bawah ini sekaligus
pengembangannya sehingga menjadi wacana eksposisi yang baik. Wacana eksposisi ini
berjudul Pasta Gigi Ketinggalan Zaman.
Ragangan atau Kerangka (outline)
A. Tesis
B. 1. Kelas l (pembuktian pertama)
2. Kelas ll (pembuktian kedua)
3. Kelas lll (pembuktian ketiga)
C. Simpulan

Ragangan di atas dikembangkan dalam tulisan di bawah ini. Simaklah wacana


eksposisi di bawah ini.
Eksposisi l

Pasta Gigi Ketinggalan Zaman


Diterjemahkan dan disadur dari tulisan
Jo Stralen

312

Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia menyikat gigi. Tetapi
agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa tugas menyikat gigi pagi hari begitu
bangun tidur itu sangat menyengsarakan. Semua kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi
pagi-pagi guna menghalangi kerusakan gigi. Namun rasanya ada yang tidak maju-maju pada alat
pencegah kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan pada
kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara promosinya, dan yang tak
kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta itu sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga dikenal oleh kakek
bahkan kakek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini cara kerjanya berlawanan dengan
tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta
yang dikemas di dalam tube itu. Ketika Anda menganggapnya pastanya sudah habis, dan tube itu
Anda buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali dua kali sikat gigi lagi. Kalikanlah
ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di dunia ini, angka yang Anda peroleh
akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga
pasta di dekat lubang tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus
memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan meloncat mengotori
lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda memijitnya terlalu keras, tube itu masih
akan terus mengeluarkan pasta, walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak senang kita menggunakan
pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita menyikat gigi dua puluh empat jam sehari
semalam, kalau gigi kita pada dasarnya memang tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih.
Kemudian perhatikan senyum model yang dipakai di dalam iklan. Senyum dengan memperlihatkan
semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum seperti itu tidak mungkin dilakukan
sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara model itu menyikat giginya: bagimana pun tampak
indah dan berseninya, tidak bisa kita menyikat gigi dengan benar jika kita memegang sikat gigi itu
hanya dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya adalah pasta. Hijau, putih bergaris merah atau
hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita justru kelihatan lebih kuning karena kontras),
tetap saja pasta itu benda asing di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa
yang ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak menyikat
gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa gunanya dibuat wangi dan terasa
enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-anak
kita, akan terbiasa menelannya sedikit-sedikit. Di samping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta
gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika disikat dengan keras
akan menghasilkan busa, yang menyebabkan mulut (te)rasa tersumbat, dan menimbulkan rasa
mau muntah.
Agaknya jelas bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam bentuknya yang sekarang ini
sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak
dahulu kala harus dilakukan oleh para produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan
zaman, dia sudah ada sejak permulaan abad ini! Mana ada barang lain yang sudah dipakai orang
sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan mendasar.
Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan
rasa pasta gigi, kalau memang mau dibikin enak, mengapa tidak dipikirkan dan dicari alat
pencegah kerusakan gigi yang, selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat?
Dengan sendirnya alat seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin untuk membuat gigi
kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu bangun tidur, setiap orang akan dengan
senang hati memasukkan sepotong alat ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu
313

menelannya. Mulutnya akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu akan benarbenar merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari itu.

Contoh di atas adalah sebuah eksposisi. Bentuknya telah dirancang oleh


Aristoteles. Bentuk inilah yang sering dipakai orang dalam menulis skripsi maupun
disertasi. Bentuk ini pula yang sering dipakai dalam mengembangkan tulisan yang
berbentuk (berupa) makalah untuk seminar. Dan sekarang, bentuk (atau pola) di atas
akan dicoba dipolemikkan. Contoh tulisan di bawah ini menunjukkan penulisnya
berlawanan dengan apa yang dikatakan Jo Stralen. Tesisnya berlawanan, semua
kelasnya pun berlawanan. Simaklah dengan cermat!
Eksposisi ll: Polemik

Pasta Gigi Segala Zaman


Muridan Satrio W.

Setiap orang menggosok gigi. Ada yang pagi sore setiap mandai, ada yang setiap selesai
makan. Ini bergantung pada keyakinan masing-masing mengenai bagaimana merawat gigi dengan
baik. Warna pasta yang digunakan pun bermacam-macam, ada yang putih polos, putih bergaris
merah atau hijau atau lainnya. Tetapi bila diperhatikan, ada yang tidak berubah pada alat
perawatan gigi tersebut. Ternyata alat perawatan gigi seperti yang kinal selama ini memang sudah
diyakini sebagai yang terbaik sampai saat ini, dan tidak perlu diubah. Ini terlihat dari kenyataan
bahwa kemasan yang berbentuk tube itu adalah yang paling tepat untuk pasta gigi, lalu rasa dan
tekstur pasta di dalam tube itu pun cukup membuat orang senang menyikat gigi, dan semua ini
didukung pula oleh cara promosi yang memang meyakinkan.
Sejak puluhan, bahkan mungkin lebih seratus tahun yang lalu, kemasan pasta gigi yang
selalu hadir di kamar mandi kita adalah tube. Kemasan itu berbentuk lonjong, pangkalnya gepeng,
badannya berbentuk silinder, dan ada tutup di ujungnya. Kita tinggal membuka tutupnya, memijit
tube, dan keluarlah pasta gigi yang siap untuk dipakai. Dalam kemasan seperti ini pasta gigi tidak
mudah kering, asal kita tidak lupa menutupnya kembali. Kebersihannya pun terjamin, dan
gampang pula menyimpannya, atau membawanya untuk bepergian.
Coba bandingkan ini dengan kemasan lain yang pernah dicoba untuk dipasarkan: sachet
plastik seperti untuk shampoo, dan kaleng seperti tempat semir sepatu. Bila kita ingin
menggunakan pasta yang dikemas dalam sachet plastik, kita harus merobek sudut kemasan itu,
lalu memijitnya agar pastanya keluar secukupnya. Setelah dipakai kemasan harus diletakkan
berdiri agar isinya tidak tumpah, dan jangan sampai jatuh ke lantai agar tidak kemasukan air yang
barangkali kotor. Pastanya juga cepat kering dan rasa serta aromanya cepat hilang. Menghadapi
kemasan seperti kaleng semir sepatu, kita memang tinggal membuka tutupnya, basahi sikat gigi
kita dan goreskan pada pasta sesuai keperluan. Masalahnya, berapa banyak sikat gigi milik orang
lain yang masuk ke kaleng itu?
Rasa dan tekstur pasta gigi bermacam-macam, bergantung pada merek dan kegunaanya.
Warna yang indah, rasa yang manis dan aroma yang enak semuanya dibuat agar kita merasa
nyaman dan senang menggosok gigi. Dan kita semua tahu betul, bahkan anak-anak kecil pun tahu
betul, bahwa pasta gigi itu bukan untuk ditelan. Bisa dibayangkan bila warna pasta gigi hitam atau
ungu, aromanya seperti comberan, dan rasanya seperti obat malaria, pasti lebih banyak orang
yang rela giginya cepat rusak daripada harus menggosok gigi dengan pasta seperti itu.
314

Promosi pasta gigi secara tidak langsung merangsang orang agar mau merawat gigi serta
menggosok gigi secara teratur. Di dalam iklan terdapat senyum yang menawan dengan sebaris
gigi yang putih dan rapi. Setidaknya ini memotivasi orang agar merawat gigi dengan baik, agar
gigi bisa bersih dan putih seperti di dalam iklan. Namun kalau pada dasarnya seseorang memiliki
gigi yang tidak putih, dia tidak akan berhenti menggosok gigi, hanya karena giginya tidak kunjung
menjadi putih. Pengetahuan umum sekadarnya, ditambah bacaan dari media massa,
memungkinkan kita mengerti mengenai persoalan gigi yang memang tidak bisa menjadi putih itu.
Mengapa para produser pasta gigi tidak melakukan perubahan mendasar terhadap alat
perawatan gigi yang sudah berumur lanjut itu? Pertanyaan ini membawa kita kepada kenyataan
bahwa alat ini memang masih sangat pantas dipertahankan. Sesuatu alat yang sudah digunakan
sejak lama tidak selalu berarti keinggalan zaman dan harus diubah. Tidak ada salahnya
mempertahankannya bila memang masih mampu memenuhi kebutuhan pemakainya. Pikiran untuk
mencoba menghasilkan pasta gigi yang berasa enak dan bisa ditelan, kok, rasanya berlebihan.
Bukankah menggosok gigi bertujuan membersihkan kotoran yang menempel pada gigi? Maukah
kita menelan kotoran yang seharusnya dibuang?
Perlatihan
a) Setelah Anda membaca deskripsi yang berjudul Kamar Sebuah Asrama, cobalah
buat ragangan atau kerangkanya. Setelah Anda menemukan ragangan atau
kerangkanya, cobalah Anda membuat deskripsi sebuah ruangan dengan
pengembangan observasi menurut spasi (ruang) dengan ragangan tersebut!
b) Kisah cinta Yusril tersebut sangat bagus dan dapat dikembangkan menjadi sebuah
novel yang menarik. Tetapi, jika dibuatkan kisi-kisinya akan tampak hal-hal yang
salah waktu, yang anakronistis. Anda dapat menemukan salah waktu dan
anakronistis tersebut dengan mudah. Cobalah lakukan!
c) Pilih topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi wacana eksposisi. Buatlah
kerangka (outline) tulisan. Selanjutnya, kembangkan menjadi wacana eksposisi
yang menarik! Selamat mencoba!
g. Menulis Kalimat dan Penggunaan Ejaan
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis
kalimat dan menerapkan penggunaan ejaan dalam kalimat tersebut. Dalam kegiatan
belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni menulis kalimat dan menggunakan ejaan
yang benar dalam menulis.
Pemahaman kedua subtopik ini diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi Anda adalah guru bahasa Indonesia, yang setiap saat dimintai jawaban atas
kekurangjelasan menulis kalimat dengan menggunakan ejaan yang benar yang terjadi
di masyarakat (dan atau di sekolah).
1. Menulis Kalimat
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri baku dan efektif. Kebakuan mengacu
pada kesesuaian kalimat dengan kaidah tata kalimat bahasa Indonesia. Sumowidjoyo
(1994) mendeskripsikan ciri kalimat baku: garmatikal, masuk akal, bebas dari munsur
315

yang mubazir (redundance), bebas dari kerancuan (kontaminasi), bebas dari pengaruh
bahasa daerah atau asing (interferensi), sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku, jika dilisankan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia standar.
Keefektifan kalimat ilmiah diukur dari dua sisi, yakni dari sisi (a) penulis, dan
(b) pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan
dapat mengakomodasi gagasan ilmiah penulis secara tepat dan akurat. Dari sisi
pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya.
Oleh sebab itu, jika pembaca masih mengalami kebingungan, kesulitan yang
mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat
diketegorikan efektif. Kalimat efektif berciri gramatikal, logis, lengkap, sejajar, hemat,
dan ada penekanan.
Dengan mengacu pada ciri baku dan efektif tersebut, kalimat dalam bahasa
Indonesia ilmiah berciri (a) gramatikal, (b) logis, (c) lengkap, (d) hemat (bebas dari
unsur mubazir), (e) bebas dari kontaminasi, (f) bebas dari interferensi, (g) sejajar, dan
(h) ada penekanan.
a). Gramatikal
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah berciri gramatikal. Artinya, kalimat ilmiah
sesuai dengan tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi),
dan tata fonem (fonologi) bahasa Indonesia. Untuk memperjelas kegramatikalan
bahasa Indonesia ilmiah, berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat.
(1) Tentang metode penelitian dibahas pada bab 3.
(2) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, tidak
mengherankan.
(3) Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya.
Kalimat (1) s.d. (3) tersebut tidak gramatikal karena fungsi subjek dihilangkan
(dibiarkan kosong). Perbaikan kalimat (1) dapat dilakukan dengan menghilangkan kata
depan yang mengawali subjek, tentang. Kata depan tersebut telah mengaburkan fungsi
frase metode penelitian. Frase tersebut berada di antara dua fungsi sebagai subjek dan
sebagai keterangan. Perbaiikan kaliamt (2) dan (3) dapat dilakukan dengan
menambahkan subjek yang kosong. Ketiga kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal
jika diubah menjadi (1a) s.d. (3a) berikut.
(1a) Metode penelitian dibahas pada bab 3.
(2a) Apabila pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, berita itu tidak
mengherankan.
(3a) Keterampilan ini diperlukan agar mahasiswa dapat membaca buku secara
cepat dan dapat memahaminya.
316

Ketidakgramatikalan sebuah kalimat dapat disebabkan oleh hadirnya subjek


ganda sebagaimana kalimat (4) berikut.
(4) Penyusunan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan bimbingan dari
dosen pembimbing.
Pada kaliamat (4) terdapat subjek ganda, yaitu penyusunan laporan ini sebagai
subjek pertama dan penulis sebagai subjek kedua. Kalimat tersebut dapat diperbaiki
dengan menjadikan salah satu subjeknya menjadi keterangan, sebagaimana (4a) berikut
ini.
(4a) Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan bimbingan
dari dosen pembimbing.
Ketidakgramatikalan kalimat juga bisa disebabkan oleh pemenggalan suku
kalimat menjadi satu kalimat yang berdiri sendiri sebagaimana (5) dan (6) berikut.
(5) Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu. Sehingga,
pebicaraan tentang kecerdasan bukan lagi mmenjadi hak kaum ahli, tetapi
sudah menjadi bahasan awam.
(6) Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan bahkan
spiritual. Sedangkan ukuran kecerdasan intelligence quotient (IQ)
merupakan perbandingan antara umur mental dan umur kronologis.
Suku sehingga, pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi menjadi hak kaum ahli,
tetapi sudah menjadi bahasan awam pada (5) dan suku sedangkan ukuran kecerdasan
intelligence quotient (IQ) merupakan perbandingan antara umur mental dan umur kronologis
pada (6) merupakan bagian kalimat sebelumnya, sehingga tidak perlu berdiri sendiri
sebagai kalimat baru. Kalimat tersebut menjadi lebih gramatikal jika disunting menjadi
(5a) dan (6a) berikut.
(5a)

Secara umum dan orang telah mengenal makna kecerdasan itu, sehingga
pembicaraan tentang kecerdasan bukan lagi mmenjadi hak kaum ahli,
tetapi sudah menjadi bahasan awam.

(6a)

Kecerdasan holistik mencakup aspek intelegensi, emosi, dan bahkan


spiritual, sedangkan ukuran kecerdasan intelligence quotient (IQ)
merupakan perbandingan antara umur mental dan umur kronologis.

b). Logis

317

Kalimat logis jika mengandung makna yang masuk akal. Kalimat (7) s.d. (8)
berikut kurang masuk akal karena pikiran atau gagasan ilmiah yang dinyatakan dalam
kalimat tidak dapat diterima kebenarannya oleh akal sehat pembaca.
(7) Para penumpang diharapkan segera turun setelah bus berhenti.
(8) Masalah perencanaan karangan mau dijelaskan oleh ketua tim lomba karya
tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
Ketidaklogisan kalimat (7) adalah dalam hal tidak masuk akal penumpang diharap
turun setelah bus berhenti. Demikian pula, pada kalimat (8) terdapat ketidaklogisan
dalam hal masalah perencanaan karangan mau dijelaskan, seolah-olah masalah perencanaan
karangan makhluk bernyawa. Kedua kalimat dapat disusun lebih logis menjadi (7a),
(7b), (8a), dan (8b) berikut.
(7a) Para penumpang diharapkan segera turun ketika bus berhenti.
(7b) Ketika bus berhenti, para penumpang diharapkan segera turun.
(8a) Masalah perencanaan karangan akan dijelaskan oleh ketua tim lomba karya
tulis ilmiah pada pertemuan yang akan datang.
(8b) Ketua tim lomba karya tulis ilmiah akan menjelaskan masalah perencanaan
karangan pada pertemuan yang akan datang.
c). Lengkap
Kalimat ilmiah mewajibakn kehadiran fungtor inti: subjek, predikat, objek, dan
pelengkap secara fungsional. Pada kalimat verbal, penentu kehadiran fungtor adalah
verba yang menduduki fungsi predikat pada kalimat terebut. Jika predikatnya terdiri
atas verba taktransitif, fungtor wajib hanya subjek dan predikat. Akan tetapi jika
predikatnya terdiri atas verba transitif ada dua kemungkinan variasi. Pertama, jika
predikatnya diisi oleh verba ekatransitif, fungtor wajib adalah subjek, predikat, dan
objek. Kedua, jika predikat diisi oleh verba dwitransitif, fungtor wajib adalah subjek,
predikat, dan objek. Jika verba pengisi predikat terdiri atas verba semitransitif, fungtor
wajib adalah subjek, predikat, dan pelengkap.
Kalimat pada (9) merupakan kalimat yang lengkap, meskipun hanya terdiri
atas subjek dan predikat. Akan tetapi, meski tampak lebih panjang, kalimat (10)
merupakan kalimat yang belum lengkap.
(9) Pengamatan terhadap peristiwa itu sudah selesai.
(10) Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim peneliti yang
menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan sempat mengunandang
perhatian warga desa Mulung, kecamatan Driyorejo, kabupaten Gresik.

318

Kalimat (10) belum lengkap karena belum memiliki predikat. Bagian kalimat yang
panjang semuanya merupakan perluaran subjek. Perluasan subjek secara tidak disadari
ini terjadi karena penulis kurang tepat dalam menggunakan konjungsi, khususnya
yang. Kalimat tersebut menjadi lengkap jika disunting menjadi (10a) atau (10b) berikut.
(10a)

Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim peneliti
yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan sempat
mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan Driyorejo,
kabupaten Gresik itu sudah selesai.
(10b)
Pengamatan yang dilakukan oleh tiga belas orang anggota tim peneliti
yang menggunakan peralatan dan instrumen lengkap dan sempat
mengunandang perhatian warga desa Mulung, kecamatan Driyorejo,
kabupaten Gresik itu sedang berlangsung.
Kalimat yang belum lengkap lain dapat diperhatikan pada (11) s.d. (13) berikut.
(11) Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi diharapkan akan
memperoleh masukan yang lebih sesuai dengan aspirasi.
(12) Setelah instrumen uji coba disusun, maka diusahakan agar memenuhi syarat
dari segi validitas dan reliabilitas.
(13) Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan , tetapi KBK itu
memang rumit.
Kalimat (11) s.d. (13) tersebut merupakan contoh kalimat yang tidak memiliki
unsur fungsi yang lengkap. Karena kesalahan memilih bentuk yang seharusnya pasif
ditulis aktif, kalimat (11) dan (12) menjadi tidak lengkap karena tidak bersubjek.
Kalimat (13) juga tidak lengkap karena tidak mengandung objek, padahal predikat
dalam kalimat tersebut merupakan verba transitif, menerapkan.
Kalimat-kalimat tersebut dapat disunting menjadi lengkap pada (11a), (12a), dan
(13a) berikut ini.
(11a)

Dengan mempertimbangkan salah satu unsur psikologi diharapkan akan


diperoleh masukan yang lebih sesuai dengan aspirasi.
(12a) Setelah instrumen uji coba disusun, diusahakan agar terpenuhi syarat dari
segi validitas dan reliabilitas.
(13a) Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan KBK dalam proses
pembelajaran, tetapi itu memang rumit.
d). Hemat (bebas dari unsur mubazir)
Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah harus hemat. Kehematan tersebut
meliputi kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau unsur kalimat lainnya. Unsur

319

yang digunakan hanyalah unsur yang mendukung gagasan keilmuan penulisnya.


Penggunaan kata, istilah, dan frasa secara mubazir, boros, atau berlebihan dihindari.
(14) Mahasiswa segera menulis proposal KAM dan mengirimkan proposal itu ke
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat di kampus Ketintang.
Kalimat (14) kurang hemat karena pengulangan bagian kalimat tertentu yang
menduduki fungsi sama dalam kalimat majemuk. Pengulangan kata proposal dalam
kalimat tersebut tidak memperjelas gagasan yang disampaikan. Akan lebih hemat, jika
kalimat tersebut disusun menjadi (14a) berikut.
(14a) Mahasiswa segera menulis proposal KAM dan mengirimkannya ke Lembaga
Pengabdian kepada Masyarakat di kampus Ketintang.
Kekuranghematan kalimat juga bisa terjadi adanya kehadiran bagian-bagian
kalimat yang kehadirannya tidak memperjelas gagasan. Sebagaimana kalimat (15), (16),
dan (17) berikut, kata-kata yang bercetak miring, yakni untuk, bagi, saja, tentang, para,
pembelajaran, daripada merupakan bagian kalimat yang lebih baik dihilangkan agar
kalimat lebih hemat.
(15)

Wawasan Nusantara tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan


kesejahteraan bagi bangsa Indonesia saja, tetapi juga ikut serta dalam
mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
(16) Pembelajaran tentang sains saat ini perlu mendapatkan penanganan khusus
karena banyak para siswa yang mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran
tersebut.
(17) Maksud daripada dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul
adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi.
Meski demikian, pencantuman bahwa pada kalimat (17a) berikut merupakan sesuatu
keharusan. Jika dihilangkan kalimat majemuk yang disusun menjadi tidak gramatikal.
(17a) Bahwa dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul adalah untuk
mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi.
Penghematan juga dapat dilakukan dengan mengganti frase yang panjang
dengan padanannya yang lebih pendek. Kalimat (18) dan (19) berikut menggunakan
frase diberi tafsiran, diberi makna, memberikan penjelasan yang memiliki bentuk lebih
panjang, dan kalimat (18a) dan (19a) menggunakan padanan yang lebih pendek, yaitu
ditafsirkan, dimaknai, dan menjelaskan.

320

(18)

Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, suatu
predikat yang harus diberi tafsiran dan diberi makna sedalam-dalamnya.
(18a) Guru sering diberi predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, suatu
predikat yang harus ditafsirkan dan dimaknai sedalam-dalamnya.
(19) Presiden memberikan penjelasan tentang isi kesepakatan damai antara
pemerintah dengan GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di
Helsinky.
(19a) Presiden menjelaskan isi kesepakatan damai antara pemerintah dengan
GAM yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinky.
e). Bebas dari kontaminasi
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah bebas dari kontaminasi. Artinya, kalimat ilmiah
bebas dari kerancuan atau pencampuradukan dua makna, dua unsur, atau dua
struktur. Kalimat (20) dan (21) berikut merupakan contoh kalimat yang mengandung
kontaminasi.
(20) Pak guru tidak pernah menghapus papan tulis.
(21) Seminar sehari itu membicarakan tentang restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
Karena mengandung kontaminasi makna, kalimat (20) dapat disunting menjadi
(20a) dan (20b). Demikian pula kalimat (21). Karena mengandung kontaminasi struktur,
kalimat (21) dapat disunting menjadi (21a) dan (21b) berikut.
(20a) Pak guru tidak pernah membersihkan papan tulis.
(20b) Pak guru tidak pernah menghapus tulisan di papan tulis.
(21a) Seminar sehari itu membicarakan restrukturisasi kurikulum menyongsong
pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
(21b) Seminar sehari itu berbicara tentang restrukturisasi kurikulum
menyongsong pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup.
f). Bebas dari interferensi
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa daerah
dan bahasa asing. Pengaruh itu ada yang bersifat memperkaya dan ada yang
memiskinkan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ilmiah harus terbebas dari gangguan
unsur yang memiskinkan tersebut. Kalimat (22) s.d. (24) berikut merupakan contoh
kalimat yang mengandung interferensi.
(22) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing, penulis
menghaturkan terima kasih.
(23) Selama empat minggu, mahaiswa latihan vokal dan pernafasan di sanggar
sastra Jubahsantri di kampus Lidah Wetan.

321

(24) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan Menteri


Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku ajar di sekolah dasar dan
menengah yang mana mengatur pemberlakuan buku ajar selama lima tahun.
Kata menghaturkan pada (22), latihan pada (23), dan frase yang mana pada (24)
merupakan hasil interferensi. Kata menghaturkan dan latihan merupakan interferensi
dari bahasa Jawa, ngaturaken dan latihan, sedangkan frase yang mana merupakan
interferensi dari kata tugas bahasa Inggris, where. Karena itu ketiga kalimat tersebut
dapat dibebaskan dari unsur kontaminasi menjadi (22a), (23a), dan (24a) berikut.
(22a) Terhadap semua bantuan dan dorongan dosen pembimbing, penulis
menyampaikan terima kasih.
(23a) Selama empat minggu, mahaiswa berlatih vokal dan pernafasan di sanggar
sastra Jubahsantri di kampus Lidah Wetan.
(24a) Menteri Pendidikan Nasional telah memberlakukan Peraturan Menteri
Nomor 11 tahun 2005 tentang pemberlakuan buku ajar di sekolah dasar
dan menengah yang mengatur pemberlakuan buku ajar selama lima tahun.
g). Sejajar
Kalimat dalam bahasa Indonesia ilmiah berciri sejajar atau paralel. Dalam
penyebutan suatu rentetan atau daftar dengan pengurutan butir-butirnya satu per satu,
misalnya, A, B, dan C butir-butir yang diurutkan itu harus diungkapkan secara
sejajar. Apabila A berupa verba, begitu pula seharusnya B dan C. Apabila A berupa
nomina dengan imuhan peN-an, seyogianya B dan C pun menggunakan nomina dengan
imbuhan peN-an. Kalimat (25) berikut merupakan contoh kalimat yang paralel, karena
gagasan yang berurutan telah disampaikan dalam bentuk yang sama, yaitu membuat,
membeli, dan memakainya.
(25) Seorang sarjana teknik berhasil membuat alat penguat pancaran air dari
pompa dengan caranya sendiri, masyarakat petani tembakau tinggal membeli
dan memakainya.
Akan tetapi, kalimat (26) berikut masih kurang paralel karena gagasan yang
sejajar diungkapkan dengan bentuk yang tidak sama, yaitu peningkatan, menggalakkan,
dan terciptanya. Kalimat itu menjadi lebih paralel setelah disunting menjadi (26a)
dengan menyamakan bentuk untuk tiga gagasan yang sejajar, yaitu peningkatan,
penggalakan, dan penciptaan atau manjadi (26b) dengan meningkatkan, menggalakkan, dan
menciptakan.
(26) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah peningkatan mobilisasi
tabungan dalam negeri, menggalakkan investasi dan ekspor, serta terciptanya
efisiensi ekonomi yang tinggi.

322

(26a) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah peningkatan mobilisasi


tabungan dalam negeri, penggalakan investasi dan ekspor, serta penciptaan
efisiensi ekonomi yang tinggi.
(26b) Sasaran resktrukturisasi ekonomi Indonesia adalah meningkatkan mobilisasi
tabungan dalam negeri, menggalakkan investasi dan ekspor, serta menciptakan
efisiensi ekonomi yang tinggi
h). Ada penekanan (empasis)
Setiap kalimat mewakili gagasan penulisnya. Gagasan/informasi ilmiah yang
dipentingkan penulis perlu diberi penekanan atau empasis memperoleh perhatian lebih
dari pembaca. Penekanan unsur kalimat dilakukan dengan cara meletakkannya pada
posisi tertentu (umumnya di awal kalimat), menggunakan urutan logis, dan
menggunakan repetisi.
(27) Pembangunan akan berjalan dengan lancar jika semua anggota masyarakat
berperan aktif di dalamnya.
Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang memiliki urutan normal S-P-O. Kalimat
(27) merupakan kalimat dengan urutan normal tersebut sehingga di dalamnya tidak
ada bagian informasi yang dipentingkan. Hal yang berbeda terjadi pada kalimat (27a)
dan (27b) berikut. Pada kalimat (27a) yang ditekakkan adalah informasi tentang
keterangan syarat, jika semua anggota masyarakat berperan aktif. Secara ilokusi, kalimat ini
mengandung ajakan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan.
Penekanan pada bagian kalimat yang berbeda lagi terjadi pada kalimat (27b) yang
menekankan pada jaminan akan lancarnya pembangunan, jika syarat dipenuhi.
(27a) Jika semua anggota masyarakat berperan aktif di dalamnya, pembangunan
akan berjalan lancar.
(27b) Akan berjalan dengan lancar pembangunan ini jika semua anggota
masyarakat berperan aktif di dalamnya.
Penekanan pada (27a) dan (27b) dilakukan dengan cara menempatkan bagian yang
ditekankan pada awal kalimat.
Penekanan juga dapat dilakukan dengan menyusun urutan logis. Urutan logis
dapat dilakukan secara kronologis (28) atau kronologis terbalik (28a) berikut.
(28) Enam bulan yang lalu sakitnya dikira batuk biasa, tetapi beberapa waktu
kemudian diduga paru-paru, bahkan siang tadi tim dokter RSUD Dokter
Soetomo memvonisnya leukimia.

323

(28a) Siang tadi, dia divonis leukimia oleh tim dokter RSUD Dokter Soetomo
setelah sebelumnya diduga paru-paru dan bahkan enam bulan yang lalu
dikira batuk biasa.
Pengurutan secara logis juga dapat dilakukan dengan klimaks atau antiklimaks.
Kalimat (28) di muka di samping menggunakan urutan kronologis juga menggunakan
urutan klimaks. Sebaliknya, pada (28a), di samping digunakan urutan kronologis
terbalik, juga digunakan antiklimaks.
2. Menggunakan Ejaan yang Benar dalam Menulis
Di bawah ini dikutipkan ketentuan penulisan, khususnya penggunaan huruf
kapital dan huruf miring, dari Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.
a). Huruf Kapital (atau Huruf Besar)
1). Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia mengangguk.
Apa maksudnya?
Saya harus bekerja keras.
2). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Bapak menasihatkan, Berhati-hati, Nak!
Besok kita pulang, kata Ibu.
3). Huruf kapital dipakai sebagai pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakasih, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Esa, Alkitab,
Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Ahmad Dahlan, Imam Syafii,
Nabi Isa.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
324

Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Budiono, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo,
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Emha Ainun Nadjib, Abdullah Gymnastiar, Wage Rudolf Supratman,
Budi Saktiawan, Halim Perdanakusumah, Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau nama ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

7). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Jepang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing, kejawa-jawaan, keinggris-inggrisan.
8). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi,
bulan November, bulan Februari, bulan
Maulid, hari Jumat, hari raya Galungan, hari raya Lebaran, Perang Candu,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

325

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Ngarai Sianok, Dataran
Tinggi Dieng, Teluk Benggala, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali
Brantas, Lembah Baliem, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Selat
Bali, Danau Toba, Gunung Semeru, Teluk Tomini, Terusan Panama,
Tanjung Harapan, Terusan Suez.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah
tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris,
pisang ambon, gula jawa, kacang bogor
10). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor ..., Tahun2012
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerjasama antara
pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
11). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:

326

Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Undang-Undang
Dasar
Republik
Indonesia, Yayasan Ilmu-Ilmu Sastra, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian.
12). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Kompas.
Ia menyelesaikan makalah Politik dan Bahasa.
13). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan.
Misalnya:
Dr.
Doctor (doktor)
M.A.
master of arts
(Magister Agama, Antropologi, dst.)
Prof.
profesor
Sdr.
saudara
14). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam peyapaan atau
pengacuan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat? tanya saya.
Adik bertanya, Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan duduk, Dik! kata Hermansyah.
Besuk Paman akan dating.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hakim.
15). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
b). Huruf Miring (Italic)
1). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama/judul buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
327

Misalnya:
majalah Gatra, buku Ronggeng Dukuh Paruk karangan Ahmad Tohari, surat
kabar Kompas
2). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu. (Dia bukan ditipu, tetapi menipu.)
Buatlah kalimat dengan tipu muslihat.
3). Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangistana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia.
Perlatihan
Suntinglah ejaan kalimat-kalimat di bawah ini sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan!
(1) siapa yang akan mengikuti seminar minggu depan
(2) kasihan bu kata ani dia belum makan seharian
(3) quran injil dan weda adalah kitab suci agama islam kristen dan hindu
(4) bimbinglah hambamu ya tuhan ke jalan yang engkau beri rahmat
(5) sejak tahun lalu sultan hasanuddin tidak lagi bergelar sultan
(6) presiden susilo bambang yudoyono mengundang seluruh gubernur di indonesia
termasuk gubernur jawa timur
(7) wage rudolf supratman adalah pencipta lagu indonesia raya
(8) meskipun pernah menetap lama di inggris ami sujarwo tidaklah kehilangan
keindonesiaannya
(9) senin depan bertepatan dengan peringatan hari raya idul fitri bagi pemeluk agama
islam
(10) pegunungan jayawijaya, kali brantas, teluk jakarta, ngarai sianok, dan danau toba
adalah sebagian kecil nama-nama geografi yang terdapat di wilayah indonesia
(11) garam inggris, gula jawa, kacang bogor, maupun pisang ambon merupakan contoh
nama jenis
(12) dia telah selesai membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma karangan Idrus
sejak hari minggu lalu
(13) buku harmonium ditulis oleh prof dr (doktor) budi darma ma

328

(14) bukankah bapak ikut menyaksikan peristiwa itu, tanya bapak andi nurdin
nasution
(15) siapa yang sudah menghubungi anda
D. Berbicara Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks sastra. Ini adalah
bahan bagi Anda agar memiliki penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini
Anda akan memelajari materi kesastraan tentang Membacakan dan Membawakan
Karya Sastra. Bagian ini berisi tiga kompetensi utama, yaitu: Membacakan prosa fiksi
(cerpen atau novel), membacakan puisi, dan membawakan drama. Melalui pelatihan ini
Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga hal tersebut dan pada gilirannya
Anda juga diharapkan trampil mengajarkan kompetensi membacakan dan
membawakan karya sastra kepada siswa.
Tujuan pelatihan ini adalah Anda diharapkan dapat memiliki kemampuan
dalam membaca dan membawakan karya sastra. Kompetensi ini akan sangat relevan
dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Setelah memelajari materi ini Anda
diharapkan
1) mampu membacakan prosa fiksi, cerpen atau novel, dan menerapkannya
dalam pembelajaran,
2) mampu membacakan puisi dan menerapkannya dalam pembelajaran,
3) mampu membawakan dan memerankan drama serta menerapkannya dalam
pembelajaran.
Membacakan dan membawakan karya sastra adalah kompetensi yang harus
menjadi bagian dari kompetensi guru bahasa dan sastra Indonesia. Guru adalah model
bagi siswa-siswanya. Bayangkan apa yang terjadi di kelas bila guru tidak kuasa
melakukan hal ini? Memang sudah banyak beredar media yang dapat menggantikan
semua ini, namun efektivitas pembelajaran dengan usaha dan upaya guru itu sendiri
adalah lebih penting.
Ada beberapa syarat agar guru kompeten dalam hal ini. Anda tidak khawatir
sebab syarat-syarat tersebut dapat dipelajari dan dilatih. Percayalah bahwa Anda bisa!
Beberapa syarat minimal bagi orang yang ingin berkompeten dalam membacakan dan
membawakan karya sastra ialah dapat memahami karya sastra itu dengan baik dan
memiliki strategi untuk membacakan dan membawakan. Syarat pemahaman atas karya
sastra itu mengarah pada bahwa mengenal dengan baik ragam karya sastra dan unsurunsurnya akan sangat berpengaruh pada pembacaan dan pembawaan karya sastra
tersebut. Syarat strategi pembacaan dan pembawaan karya sastra mengarah pada

329

beberapa keterampilan teknis tertentu, misalnya olah vokal, intonasi, ekspresi dan
lakuan. Bagaimana? Hal yang mungkin bukan?
2. Materi Pembelajaran
a. Membacakan Prosa Fiksi (Cerita Pendek atau Novel)
Bacalah cerpen berikut ini!
Tanah Masa Depan
Cerpen Tengsoe Tjahjono
Barong tak lagi seperti dulu. Semenjak semburan lumpur mengubur wilayah itu, wajahwajah kuyu dan muram menghiasi sudut-sudut kota. Jika Anda naik kendaraan dari kota provinsi
menuju daerah timur, Anda pasti akan melalui kota Barong, sebab satu-satunya akses ya hanya
kota itu. Dulu sebelum jalan tol digenangi lumpur, kendaraan roda empat pasti akan memilih jalan
tol. Sekarang nggak ada pilihan lain. Harus rela antre dan berdesak-desakan di nadi kota Barong.
Berjam-jam. Bersabar-sabar. Kuyu dan muram.
Dari atas bus, jika Anda kebetulan naik bus dari arah utara ke selatan, sebelum sampai ke
pasar Barong, tengoklah ke kiri. Di sana akan terlihat berderet bekas kios-kios pedagang buah.
Di belakangnya berdiri dengan gagah dan angkuh tanggul-tanggul penangkal luberan lumpur.
Tingginya bukan main. Setinggi pohon kelapa. Kios-kios itu kosong ditinggalkan pemiliknya
begitu saja, menyisakan dinding-dinding yang berlubang, atap-atap robek sana-sini, lantainya
becek tergenang air. Sisa-sisa tulisan mangga gadung masak pohon, 3000 rp, rambutan asli
Binjai, dan sebagainya masih tergantung di bagian dinding-dinding kios itu. Muram dan pucat.
Di ujung selatan deretan kios itu Anda pasti akan melihat sesosok lelaki kurus duduk
dengan kaki ditekuk di atas bangku panjang. Rambutnya tergerai tak terurus. Tampak sudah
cukup lama tidak bersentuhan dengan sisir. Wajahnya cokelat berkilat, namun matanya kosong
menatap tumpukan kendaraan yang melata di depannya.
Sumi, tabunganku kurasa cukup untuk membeli tanah Wak Kamdi. Memang agak jauh
dari pasar. Tapi, nggak apa, yang penting setelah nikah kita sudah punya tabungan berupa
tanah, kata Wagimun kepada kekasihnya. Sumi tersenyum. Dadanya dipenuhi oleh rasa bangga
akan calon suaminya itu. Sebagai lelaki Wagimun memang tidak cukup tampan. Tapi bagi Sumi
apa arti ketampanan bila lelaki itu justru tidak mampu membuatnya nyaman, tenang, dan damai?
Ya, Kang aku setuju. Tanah itu kan dilewati angkutan kota. Untuk ke pasar kurasa nggak
bakal ada hambatan, Sumi berusaha membuat Wagimun bangga. Kebanggaan itu tentu akan
membuat calon suaminya percaya diri. Dengan kepercayaan dirinya, Wagimun pasti akan lebih
mencintainya dan makin lebih semangat bekerja. Ini penting karena hidup tanpa semangat kerja,
apa jadinya.
Dia kenal Wagimun serba nggak terduga. Ketika itu Sumi disuruh majikan putrinya
membeli mangga muda. Sang majikan memang lagi hamil muda saat itu. Hamil anak
pertamanya. Tentu bukan tugas mudah mencari mangga muda di kala bukan musim mangga.
Dengan semangat untung-untungan Sumi menuju ke kios buah di kotanya itu. Anda pasti bisa
membayangkan bagaimana sulitnya Sumi mencari mangga. Puluhan kios dikunjunginya, tak satu
pun yang menjual mangga muda.
Waduh, sulit, Mbak. Bukan musimnya, sih, kata salah seorang pedagang buah. Wah,
ngidamnya mbok yang lain. Salak kan anggap apa-apa, komentar yang lain. Gimana jika
ngidam sama bakulnya ini saja? komentar yang lainnya lagi. Sumi sewot menghadapi
pedagang-pedagang itu. Tidak memberi jalan keluar, malah komentar nggak karuan.
330

Tanpa menoleh Sumi beranjak meninggalkan kios-kios itu. Dengan putus asa yang tak
terukur ia berniat pulang. Bilang saja sama Nyonya jika mangga mudanya nggak ada, begitu
niatnya. Ia pun yakin sang majikan pasti akan marah-marah tanpa ujung-pangkal kepadanya.
Tapi mau apa lagi?
Lho, mbak cari apa? tiba-tiba seorang pria menegurnya ketika Sumi hampir mendekati
ujung selatan deretan kios itu. Ini lagi, pasti akan mempermainkan aku, gumam Sumi dalam hati.
Maka nggak dijawabnya sapaan itu. Cari mangga, Mun! seru pedagang yang tadi berkomentar
nggak karuan. Lelaki yang dipanggil Mun itu tiba-tiba berdiri di depannya, dengan posisi
menghadang. Sumi pun mau tak mau harus berhenti. Wah, Mbak, kalau mangga muda aku ada.
Kebetulan kakakku sedang hamil. Ia juga ngidam mangga muda. Kemarin aku berburu mangga
di desa. Kalau Mbak percaya padaku, tunggu di sini sebentar. Aku akan ambilkan dulu.
Belum sempat Sumi mengatakan ya atau tidak, lelaki itu sudah melesat membelah jalan di
depannya. Menyusup di antara kendaraan yang lalu lalang. Sumi terhenyak nggak bisa berkata.
Ia pun bersandar di dinding kios yang ditinggal pemiliknya melesat membelah lalu-lalang itu.
Laki-laki yang aneh, bisiknya.
Dalam tempo singkat lelaki itu sudah kembali berada di depannya, dengan dua mangga
muda di tangannya. Mbak, ambil aja mangga ini. Gratis. Hitung-hitung sebagai tanda
perkenalan. Berikan kepada majikan Mbak segera, agar Mbak tidak dimarahi. Siapa tahu malah
dipuji dan dinaikkan gaji, kata lelaki yang dipanggil Mun itu tertawa. Sumi pun ikut tertawa. Sejak
saat itu Sumi sering pergi ke kios buah itu. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa lelaki itu bernama
Wagimun. Sejak saat itu Sumi tahu bahwa Wagimun itu lelaki yang penuh perhatian, ceria,
humoris, juga sangat bertanggung jawab. Maka, ia yakin bahwa keputusannya tidak akan salah
ketika ia mengangguk saat Wagimun meminang ia untuk menjadi istrinya.
Maka dipintalnya impian masa depan berdua bersama Wagimun. Walaupun ia hanyalah
seorang pembantu rumah tangga dan Wagimun hanyalah seorang penjual buah, cita-cita tetap
harus ada. Cita-cita itulah yang membedakan Sumi-Wagimun dengan kucing atau kambing, juga
menunjukkan bahwa Sumi-Wagimun adalah pribadi yang hidup, bukan pribadi yang mati. Kapan
kalian nikah?, tanya majikan putrinya suatu ketika. Sumi hanya senyam-senyum tidak
menjawab, Kamu nanti akan aku kado sebuah ranjang lengkap beserta almari pakaiannya.
Kamu mau nggak? Sekali lagi Sumi hanya senyam-senyum. Siapa yang menolak, jawabnya
dalam hati.
Mun, jangan lama-lama pacaran. Bisa-bisa Sumi digondol tukang bakso yang sering lewat
di depan rumah majikannya itu, seloroh kawan-kawan Wagimun sesama pedagang buah. Sumi
hanya senyam-senyum juga mendengar gurauan mereka. Gila! Kalian pikir menikah itu cukup
bermodalkan celana kolor! teriak Wagimun. Teman-temannya hanya tertawa melihat gaya
Wagimun dalam menjawab seloroh mereka. Sumi pura-pura tidak mendengar. Dia sendiri agak
curiga melihat perilaku tukang bakso itu. Masak lewat di depan rumah majikan Sumi sehari bisa
sepuluh kali. Pasti ada maunya. Yang jelas sejak saat itu Wagimun semakin rajin bekerja.
Tabungannya di koperasi semakin banyak.
Sampai pada suatu waktu sebuah berita buruk melanda wilayahnya. Titik pengeboran
minyak di sebuah usaha kilang minyak yang berada di wilayah itu menyemburkan lumpur.
Semula semburan lumpur itu dianggap hal yang tidak terlalu mencemaskan. Paling-paling akan
mampet dengan sendirinya. Tetapi, dugaan masyarakat di sana ternyata salah. Semburan
lumpur itu tidak pernah berhenti. Sehari beribu-ribu kubik material bumi dimuntahkan. Lumpur,
air, dan gas mengganas tidak terkendali. Dalam tempo tidak sampai tiga bulan, 4 kecamatan, 12
desa, 10 sekolah, 9 pabrik, ratusan hektar sawah, jalan tol, jalur kereta api tenggelam.
Peradaban pun luluh lantak oleh amuk lumpur.
331

Di atas tanggul penahan lumpur Sumi dan Wagimun menatap kosong tanahnya yang tak
lagi ketahuan petanya. Hanya atap rumah, menara mesjid, atau pucuk pohon kelapa yang
cokelat mengering yang masih tersisa bagai perahu mengapung di lautan lumpur. Di utara
menara mesjid itu, Sum, tanah kita... kata Wagimun perlahan. Nyaris tidak terdengar, seperti
ditujukan pada dirinya sendiri. Sumi tidak menyahut. Ditariknya tangan kekasihnya menjauh dari
tanggul itu. Ingin rasanya ia menangis, tetapi dia tahu air mata hanya akan membuat Wagimun
tambah menjadi sedih.
Sum, kita sudah nggak punya apa-apa lagi, keluh Wagimun yang sudah hampir tiga
bulan tidak berjualan buah lagi. Kios-kios buah yang terletak di sisi barat tanggul
penanggulangan lumpur itu sudah sepi ditinggalkan pemiliknya. Sumi hanya diam. Tak berani
mengangguk atau menggeleng. Wagimun sudah seminggu ini tak mau pulang ke pondokannya.
Katanya ia ingin menunggui tanahnya. Maka, tiap hari ia duduk selonjor di bangku panjang bekas
kiosnya. Menatap kosong ke arah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat mereka. Sumi kaget bukan kepalang. Bapak,
emak, dan kedua pamannya bergegas menemuinya. Sum, Bapak mencari-cari kamu, ternyata
kamu di sini, tegur Bapaknya. Emaknya membeku di samping bapaknya. Matanya berkacakaca. Emakmu amat was-was akan kamu, Sum. Beberapa hari ini nggak mau makan
mendengar kamu seminggu nggak pulang ke rumah majikanmu, kata Bapaknya kemudian. Mata
Sumi mulai mengembang air mata. Ditatapnya Wagimun yang tetap selonjor dengan pandangan
teramat kosong. Ia tak habis pikir kenapa lelaki yang ceria dan humoris itu bisa berubah 180
derajat: diam dan mati. Mungkinkah musibah semburan lumpur ini membuat akar pohon raksasa
itu bisa membusuk dan kering? Segalanya berubah begitu cepat.
Begini, Sum, kata Lik Jatmiko, adik emaknya, Kita semua tahu bahwa kamu mencintai
Dik Wagimun. Tapi hidup kan bukan hanya demi cinta. Kamu punya hidupmu sendiri. Kamu juga
harus menata masa depanmu. Dengan keadaan Dik Wagimun seperti sekarang ini, apa kamu
yakin akan masa depanmu? Lik Jatmiko pandai menyusun kata. Tak ada paksaan dari keluarga
agar Sumi meninggalkan Wagimun. Sumi dibenturkan pada sebuah dilema: antara cinta dan
realita; antara Wagimun dan masa depan hidupnya sendiri.
Mencintai memang tidak harus memiliki, Sum, kata-kata klise muncul dari bibir Lik Sugik,
adik Lik Jatmiko. Tapi kata-kata klise itu berusaha direnungkan kebenarannya oleh Sumi, Kamu
bisa mencintai Dik Wagimun dengan cara lain. Tidak harus dengan menjadi istrinya. Dengan
selalu mengenang kebaikan-kebaikannya, dengan selalu mendoakan, bahkan mungkin dengan
selalu merindukannya, kamu sudah mencintai Dik Wagimun, Sum. Sumi seperti dibangunkan
dari pingsan panjangnya. Seminggu dia mendampingi Wagimun di tanggul itu. Nyaris tidak tidur
hanya karena cintanya yang begitu kental kepada Wagimun. Benarkah cinta itu tidak mengenal
logika? Atau justru cinta itu memiliki logikanya sendiri.
Kang, kita nggak bisa terus-terusan begini. Kang Gimun harus sadar, tanah kita memang
sudah hilang. Tak mungkin kembali. Kakang harus ikhlas. Kita mulai lagi dari nol, Kang. Jika dulu
Kakang bisa, sekarang pasti akan jauh lebih mudah, Sumi berusaha menyadarkan Wagimun.
Wagimun hanya diam. Tanpa ekspresi. Bahkan, terlihat dia tidak mengenali lagi Sumi. Air mata
menyungai di pipi Sumi. Wagimun sudah tidak mampu membaca lagi makna air mata itu.
Matanya terbuka, tetapi dia tidak mampu melihat sekitarnya. Mata hatinya tertutup bayangan
gelap masa depannya.
Ketika Emaknya menggandeng tangannya menuju ke angkot, Sumi pasrah. Dia sadar
bertahan di tanggul mendampingi Wagimun, bukanlah pilihan yang masuk akal. Dia tahu bahwa
dia sangat mencintai Wagimun, tetapi menjalani hidup secara benar dan mengisinya secara baik
jauh lebih masuk akal. Dipandangnya sekali lagi lelaki itu, sebelum angkot membawanya pergi
332

menelusup di keriuhan lalu lintas di Jalan Raya Barong. Wagimun tetap tak berkedip. Kosong
menatap lurus arah di depannya.
Lima tahun telah berlalu. Tanggul penangkis lumpur itu semakin lama semakin tinggi.
Usaha manusia untuk menghentikan semburan lumpur itu tidak kunjung menunjukkan hasilnya.
Jika Anda naik bus dari arah kota Provinsi menuju ke selatan, dan menengok ke kiri sebelum
memasuki Pasar Barong, Anda masih akan mendapati lelaki kurus dengan kaki ditekuk duduk di
atas bangku panjang. Tatapannya masih kosong. Anda jangan terlalu heran jika suatu ketika
Anda mendapati sepasang suami istri dan dua anaknya tampak menunggui lelaki kurus itu. Si
suami terlihat berupaya mengganti pakaian lelaki kurus itu dengan baju yang bersih, sedangkan
sang istri menyiapkan sepiring nasi yang diambil dari rantang yang dibawanya. Perempuan itu
adalah Sumi, yang masih terus mencintai Wagimun dengan caranya yang terkesan amat
sederhana.
Akhir Tahun 2007
Terbayangkankah jika cerpen ini dibacakan secara ekspresif di depan orang lain?
Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari bersama. Sama halnya
dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam membaca teks sastra pun tujuan
utamanya adalah memahami atau menangkap maksud penulis dalam karyanya dan
mengutarakannya kembali dalam bentuk tuturan lisan. Dalam konteks ini Anda harap
berhati-hati dan harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan
sastra. Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat
ekspresif.
1) Memahami Prosa Fiksi
Bagaimana memahami prosa fiksi? Ada beberapa hal yang mesti dicermati saat
Anda hendak menafsirkan maksud prosa fiksi. Berikut ini adalah hal-hal yang harus
dipahami terlebih dahulu sebelum membacakannya.
a) Memahami Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting, karena semua
elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan mengacu dan menunjang
tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema
merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat ini selaras dengan pendapat
Aminuddin yang menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya
fiksi yang diciptakannya (1987:66).
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana
cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.

333

b) Memahami Tokoh dan Watak Prosa Fiksi


Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau
pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin
suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut
penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang tdak dapat
ditiadakan, dengan adanya penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan
hidup. Melalui penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap
wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan
pengarangnya.
Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat dengan
konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang memiliki
kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai pendamai.
Pembicaraan perihal tokoh tidak dapat dilepaskan dari watak atau karakter.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan watak tokoh adalah
aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan
melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan
keadaan tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial,
keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan
umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk mengambarkan
tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung (analitik), cara tidak langsung
(dramatic), dan campuran. Gambaran tokoh secara langsung terjadi apabila pengarang
langsung menguraikan atau menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila
pengarang memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung.
c) Memahami Latar Prosa Fiksi
Sebuah cerita pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu
tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa
penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar
cerita atau setting.
Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu cerita (historis). Latar
tempat berkait erat dengan masalah geografis, merujuk suatu tempat tertentu

334

terjadinya peristiwa dalam


kemasyarakatan dalam cerita.

cerita.

Latar

sosial

berkait

dengan

kehidupan

Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
d) Memahami Alur Prosa Fiksi
Alur dalam prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal,
tengah, dan akhir. Bagian awal, yang biasanya disebut sebagai bagian perkenalan,
berisi informasi penting yang berkait dengan hal-hal yang diceritakan pada tahaptahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar,
pengenalan tokoh, penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok bagian ini ialah
mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita selanjutnya. Bagian awal
ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah kegagalan dan
keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat pembacanya sangat ditentukan
oleh bagian ini.
Dalam sebuah prosa fiksi, bagian awal selain sebagai eksposisi/paparan juga
mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi tidak stabil yang dijadikan sebagai
perangkai bagian-bagian berikutnya.
Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa
terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri) dan bisa juga terjadi secara
eksternal (terjadi karena pertentangan antar tokoh). Konflik internal dikenal dengan
istilah konflik batin, sedangkan konflik eksternal disebut sebagai konflik sosial.
Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita, sebab bagian
terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh, peristiwa, konflik, tema,
makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada bagian ini pula semua persoalan yang
muncul pada bagian sebelumnya jelas dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca
dapat dikatakan telah memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas
membacanya.
Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita. Berbagai
jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternative
penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan. Ada yang memunculkan
kemungkinan menyenangkan (happy ending) maupun menyedihkan (sad ending).
Kemungkinan lain yang muncul ialah penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka.
335

Sebuah cerita beralur tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau
penyelesaiannya secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua
persoalan tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.
e) Memahami Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai
melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat. Amanat terbagi menjadi
dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan. Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan
kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
2) Membacakan Prosa Fiksi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun bersifat
individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca sesungguhnya harus
memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca sastra secara umum memang dapat
dipelajari tetapi dalam penampilannya hendaknya warna pribadi si pembaca tetap
dominan.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu masalah
kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga hal tersebut
tidaklah berdiri sendiri, tetapi hadir secara integral pada saat pembacaan sastra itu
berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra naik ke atas
panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup, takut-takut dan malu?
Pendek kata seorang pembaca sastra haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam
suasana panggung pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan
konsentrasi lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan volume suara.
Kejelasan artikulasi harus jelas terdengar, demikian pula bunyi-bunyi konsonan. Untuk
itulah seorang pembaca prosa harus mengenali betul alat-alat ucap dan bunyi yang
dihasilkannya.
Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara,
tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yang menyangkut tinggirendahnya suara; serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara; karena marah,
bunyi menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan penafsiran atas karya yang dibaca.

336

Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan


komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik merupakan gerak
anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan faktor mimik dan pantomimik
yang dimunculkan haruslah proporsional sesuai dengan kebutuhan menampilkan
gagasan teks sastra secara tepat.
Ada beberapa alternatif pembacaan prosa fiksi: pembacaan secara individual,
secara kelompok, dan dramatisasi pu. Pembacaan individual bukanlah hal yang asing
karena memang sudah sering dilakukan orang. Bahkan sangat sering. Dalam
pembacaan jenis ini seorang pembaca secara individual akan membacakan prosa fiksi.
Pembacaan secara kelompok berarti pembacaan yang dilakukan bersama-sama oleh
beberapa orang. Prosa fiksi yang dipilih pun haruslah memiliki peluang untuk dibaca
bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat paralelisme, repetisi, tautologi, bunyibunyi, dan sebagainya.

Perlatihan
Perhatikan kutipan cerpen berikut ini!
Kutipan cerpen 1:
Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya memberengut, sambil
melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak bisa berbicara tentang cinta kurang dari
15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau wanita itu masih juga bertanya tentang cinta setelah 30
menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan ke telepon umum itu, sambil sengaja
mengecrek-ngecrekkan koin di tangannya.
Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?
( Sebuah Pertanyaan untuk Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Kutipan cerpen manakah yang dapat dibacakan secara individual? Tentunya
jawabannya adalah kutipan cerpen 2. Sekarang ayo dicoba membacakan kutipan cerpen
337

2 secara individual. Pastikan unsur-unsur yang terpahami sudah berada dalam diri
Anda. Langkah berikutnya ialah meletakkan notasi ujaran dalam teks cerpen. Notasi
atau tanda ujaran tersebut dapat berupa jedah (/), Intonasi naik, dan yang lain.
Akulah Jibril,(/) malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan,(/) jika angin mendesir (/ naik): itulah aku; jika pohon bergoyang (/ mendatar): itulah
aku (/ turun); yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu
aku naikkan seperti layang-layang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang
menghubungkannya; sementara itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang
dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa ditandai dengan
gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Dengan memerhatikan tanda-tanda di atas, jelas bahwa membacakan cerpen
bukan seperti membaca cerpen secara reseptif. Yang terpenting adalah bagaimana
menciptakan pembacaan yang ekspresif sebagai bentuk tontonan yang menarik dengan
mengembangkan peluang yang terdapat dalam teks itu. Peluang yang terdapat pada
umumnya hanya akan terlihat oleh pembaca puisi yang peka dan kreatif penuh
imajinatif. Pembaca pada hakikatnya juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.
b. Membacakan Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia simbol. Oleh
karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan puisi, pembaca harus
menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi itu dianggap sebagai dunia
interpretatif dan sekaligus dunia alternatif. Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai
kemungkinan makna. Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap
teks puisi.
Ada beberapa hal yang mesti dicermati saat Anda hendak membacakan sebuah
puisi. Pamilah puisi tersebut dan rancanglah bentuk pembacaan atas puisi tersebut.
Sebelum Anda mempelajari hal-hal itu bacalah terlebih dahulu puisi berikut ini.
Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi
Apa kau telah dapat ganti rugi
Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?
Materai dan kertas berhuruf kanji
Tak seindah bunga bakung di tepi kali
Meterai dan kertas yang digores belati
Tak seindah jerami menoreh pasir di bumi
338

Telah ditebang pohon kedondong dan maoni


Telah ditebang pohon-pohon hijau trembesi
Telah ditebang pohon-pohon pakisaji
Telah ditebang jiwamu yang tak ditopang beton bersigi
Aku sebagai saksi
Aku semut yang bersarang di daun pakisaji
Aku ulat yang merayap di kelopak kulit trembesi
Aku burung pelatuk yang berumah di pohon maoni
Apa kau telah dapat ganti rugi
Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami
Apa kau telah dapat ganti rugi
Apakah kau hanya dibohongi?
Aku sebagai saksi
(Suripan Sadi Hutomo, 27 Mei 1990)
Terbayangkankah jika puisi ini dibacakan secara ekspresif di depan orang lain?
Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari bersama. Sama halnya
dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam membaca teks sastra pun tujuan
utamanya adalah memahami atau menangkap maksud penulis dalam karyanya dan
mengutarakannya kembali dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah! Anda harus
dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan sastra. Membaca sastra
bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.
1) Memahami Puisi
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia simbol. Oleh
karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan puisi, pembaca harus
menafsirkan puisi itu. Tak salah kiranya bila puisi itu dianggap sebagai dunia
interpretatif dan sekaligus dunia alternatif. Penafsiran itu akan melahirkan pelbagai
kemungkinan makna. Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap
teks puisi.
a) Memahami judul
Sebuah puisi pada umumnya memiliki judul. Dalam sebuah puisi judul bukan
sekedar tanda, tetapi gerbang untuk menuju ke kedalaman puisi tersebut. Judul
menjadi semacam lorong yang mengarahkan pembaca kepada pusat makna.
Memahami judul menjadi sangat penting karena dengan memahami judul Anda
memasuki wilayah wacana dengan lebih terbatas, lebih memusat, tidak begitu
menyebar atau tidak begitu membias.
339

Puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berjudul Apa Kau Telah Dapat Ganti Rugi. Apa
yang dapat Anda pahami dari judul puisi itu? Dengan membaca judul itu, persoalan
apa yang akan diungkapkan penyair? Diskusikan persoalan ini dengan kelompok
Anda.
b) Memahami latar
Latar ialah piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu, keadaan
sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah dan sebagainya yang menempatkan puisi ke
dalam matra tertentu. Puisi sebagai perwujudan kepekaan penyair dalam membaca
lingkungan sekitarnya tak dapat dilepaskan dari matra ruang, waktu, zaman, sejarah,
dan sebagainya.
Kerjakan Kegiatan Mengidentifikasi Latar dalam Puisi. Laporkan pula hasil
identifikasi dalam bentuk paparan, utamanya menyangkut tafsiran terhadap makna
latar dan hubungan latar dengan makna keseluruhan puisi.
Kegiatan : Mengidentifikasi Latar dalam Puisi
Lakukanlah kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah berdua dalam kelompok.
b) Identifikasikan jenis latar terhadap data puisi yang tersedia.
c) Diskusikan makna latar tersebut dalam hubungannya dengan makna puisi.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Data

Latar:
Tempat/Waktu/Sosial/Lainlain

Tafsiran

pabrik jerami
meterai dan kertas
berhuruf kanji
bunga bakung di tepi kali
pohon kedondong dan
mahoni
pohon-pohon hijau
trembesi
pohon-pohon pakisaji
beton bersigi

Berdasarkan identifikasi dan tafsiran terhadap latar puisi Apa Kau telah Dapat
Ganti Rugi dapat disimpulkan makna latar puisi itu.
c) Memahami kata ganti
Kata ganti atau pronomina ialah kata yang menggantikan nomina atau frase
nominal. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal pronomina demonstratif yaitu kata
yang dipakai untuk menunjuk atau menandai secara khusus orang, benda atau
340

peristiwa, misalnya ini atau itu. Di samping itu dikenal pula pronomina persona yaitu
kata yang menggantikan kategori deiksis yang berhubungan dengan partisipan dalam
sebuah situasi bahasa, misalnya saya, ia, mereka, dan sebagainya.
Untuk memahami kata ganti lakukanlah Kegiatan Mengidentifikasi Kata Ganti
dalam Puisi. Bacalah puisi itu berulang-ulang agar Anda mampu secara tepat
menemukan referensi kata ganti yang terdapat di dalamnya.
Kegiatan: Mengidentifikasi Kata Ganti dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
a) Bekerjalah secara kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan dua orang.
b) Daftarlah kata ganti yang terdapat dalam puisi itu.
c) Tuliskan beberapa kemungkinan rujukan kata ganti itu.
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kata Ganti
kau
kau
-mu
kau
dst.

Baris ke ...
judul
baris 1
baris 2
baris 3

Rujukan

d) Berdasarkan hasil identifikasi itu diskusikan dalam kelompok Anda hubungan kata
ganti itu dengan totalitas makna puisi.
d) Memahami Majas
Majas dapat diartikan sebagai kekayaan bahasa seseorang (awam maupun
sastrawan) yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi (lisan maupun tulisan) untuk
mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik maupun efek estetik.
Menganalisis majas dalam puisi berarti Anda akan menanyakan: (1) jenis majas
apa saja yang terdapat dalam puisi; (2) alasan penyair memilih majas tersebut; dan (3)
efek semantik dan estetik yang disebabkan pemilihan majas itu.
Dalam Kegiatan berikut ini Anda akan mengidentifikasi majas yang terdapat
dalam puisi Apa Kau telah Dapat Ganti Rugi dan mengkaji dampak makna pemilihan
majas itu.
Kegiatan : Mengidentifikasi Majas dalam Puisi
Lakukan kegiatan berikut ini.
1) Bekerjalah dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang.
2) Identifikasikan majas yang terdapat dalam puisi itu.
3) Diskusikan dampak pemilihan majas itu terhadap makna puisi.
No.

Data

Baris

Jenis

Tafsiran
341

1.
2.

3.

Apa kau telah dapat ganti


rugi
Telah ditebang pohon
kedondong dan maoni
Telah ditebang pohon-pohon
hijau trembesi
Telah ditebang pohon-pohon
pakisaji
Telah ditebang jiwamu yang
tak ditopang beton bersigi
Dst.

ke....
1
9-12

Majas
Retoris
Paralelisme
anafora

Makna

e) Memahami Baris dan Bait


Baris merupakan ciri visual puisi, sedangkan bait merupakan perwujudan
kesatuan makna dalam puisi. Fungsi bait mirip fungsi paragraf dalam karangan
paparan. Setiap bait mengandung satu pokok pikiran.
Bait pertama puisi Suripan Sadi Hutomo di atas berisi sebuah pertanyaan
apakah tanah milik rakyat yang dijual demi pembangunan itu telah mendapatkan ganti
rugi secara layak atau justru tidak mendapatkannya sama sekali.
Bait kedua mengandung gagasan bahwa persekutuan kita dengan orang-orang
asing yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan ekonomi kelompok tertentu
justru hanya akan menyengsarakan rakyat.
Diskusikan dengan teman sebangku Anda, gagasan apa yang terkandung dalam
bait ketiga, keempat, kelima, dan keenam puisi itu.
f) Memahami Tipografi dan Enjambemen
Tipografi ialah ukiran bentuk, artinya ialah bagaimana puisi itu diungkapkan
secara grafis oleh penyairnya. Pemakaian huruf kapital dan tanda baca juga merupakan
bagian dari ikhwal tipografi.
Baris-baris puisi Suripan Sadi Hutomo itu selalu dimulai dengan huruf kapital
dan tanpa titik pada setiap akhir baris, kecuali tanda tanya pada akhir baris Apakah kau
hanya dibohongi? Puisi tersebut juga dikemas dengan pola kwatren (puisi empat
seuntai)
Mengapa Suripan menulis grafis puisinya semacam itu? Diskusikan dengan
kelompok Anda!

342

Enjambemen merupakan pemenggalan secara cermat yang dilakukan penyair


terhadap baris-baris puisi, dan hubungan antarbaris dalam puisi itu.
Suripan Sadi Hutomo dalam puisinya di atas memang tidak melakukan
pemenggalan yang tak berdasarkan kaidah bahasa. Pemenggalan yang terdapat pada
baris Apa kau telah dapat ganti rugi/ Dari tanahmu yang dibuat pabrik jerami merupakan
pemenggalan secara fraselogis. Keliaran tidak terdapat dalam puisi Suripan Sadi
Hutomo itu karena, sekali lagi, Suripan dalam konteks masyarakat tradisional dalam
puisi di atas ingin menunjukkan bahwa masyarakat itu pada umumnya amatlah patuh
dan taat pada aturan yang telah disepakati bersama, pada konvensi yang berlaku.
g) Memahami totalitas makna dan amanat puisi
Berdasarkan analisis kita terhadap judul, latar, kata ganti, majas, baris dan bait,
serta tipografi dan enjambemen barulah Anda dapat menyimpulkan makna dan
amanat puisi.
Puisi Apa Kau Telah Dapat Ganti Rugi di atas menempatkan si aku lirik (bisa
penyair atau pribadi lain yang peduli terhadap lingkungan masyarakat tertindas)
bersama dengan alam menjadi saksi atas korban pembangunan. Penebangan
kemanusiaan sangat memprihatinkan, tetapi anehnya terus berlangsung tanpa putusputusnya.
2. Membacakan Puisi
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun bersifat
individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca sesungguhnya harus
memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Teknik baca sastra secara umum memang dapat
dipelajari tetapi dalam penampilannya hendaknya warna pribadi si pembaca tetap
dominan.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu masalah
kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga hal tersebut
tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi hadir secara integral pada saat pembacaan sastra
itu berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra naik ke atas
panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup, takut-takut dan malu?
Pendek kata seorang pembaca sastra haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam
suasana panggung pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan
konsentrasi lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan volume suara.
Kejelasan artikulasi dalam seni baca puisi sangat dibutuhkan. Bunyi vokal seperti /a/,
343

/i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar, demikian pula
bunyi-bunyi konsonan. Untuk itulah seorang pembaca puisi harus mengenali betul
alat-alat ucap dan bunyi yang dihasilkannya.
Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara,
tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yang menyangkut tinggirendahnya suara; serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara; karena marah,
bunyi menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan intonasi atau irama ini
bergantung kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik merupakan gerak
anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan faktor mimik dan pantomimik
yang dimunculkan haruslah proporsional sesuai dengan kebutuhan menampilkan
gagasan teks sastra secara tepat.
Perlatihan
Ada beberapa alternatif pembacaan puisi: pembacaan secara individual, secara
kelompok, dan dramatisasi puisi. Pembacaan individual bukanlah hal yang asing
karena memang sudah sering dilakukan orang. Bahkan sangat sering. Dalam
pembacaan jenis ini seorang pembaca puisi secara individual akan membacakan sebuah
puisi. Pembacaan puisi secara kelompok berarti pembacaan puisi yang dilakukan
bersama-sama oleh beberapa orang. Puisi yang dipilih pun haruslah puisi yang
memiliki peluang untuk dibaca bersama-sama. Peluang itu misalnya terdapat pada
puisi yang memiliki paralelisme, repetisi, tautologi, bunyi-bunyi, dan sebagainya.
Dengan kata lain tidak setiap puisi dibacakan secara kelompok. Perhatikan puisi
berikut ini :
Hom Pim Pa
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
siang orang sufi malam berkostum pencuri
topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya
maka berubahlah setiap saat
biar perut terganjal, panjang usia dipersempit limitnya
mencuri, mereka bilang terpaksa
nodong, mereka bilang terpaksa
nipu, mereka bilang terpaksa
sajak inipun mereka bilang terpaksa:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
kalah menang teka-teki
344

yang pasti
sumbang
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
gaungnya membikin rimba
sekolah jadi rimba, kantor jadi rimba, pergaulan
jadi rimba, perempuan jadi rimba, jiwa jadi rimba
ide jadi rimba, aku jadi rimba, putih jadi rimba
hukum jadi rimba
ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
jangan jambret, toh bukan kau
jangan mabok, toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat:
hom-pi-pa
hom-pi-pa
tangan tengadah belum tentu menang
tangan telungkup belum tentu kalah
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
hom-pi-pa
hompi-

pa!
(Tengsoe Tjahjono, 1983)

Puisi tersebut pernah dibawakan secara kelompok. Kelompok tersebut terdiri


atas seorang pembaca utama dan beberapa orang pembaca latar. Alternatif
pembacaannya dapat dijabarkan ke dalam naskah pembacaan berikut.
Naskah puisi
Karya
Panggung

: Hom Pim Pa
: Tengsoe Tjahjono
: Layar hitam di belakang. Para pembaca duduk di
atas level berukuran kubus. Posisi tapal kuda.

Pembaca
Verbal
N
Hom Pim Pa
L
mengucapkan hom-pi-pa terus menerus
345

L1
N
L2
N
L3
N

L1
L2
L3
L4
L1
L2
L3
L4
L1
N

L1
N
L2
N

dari rendah menuju puncak kemudian rendah


lagi, akhirnya lembut, tetapi tidak berhenti
membaca bait pertama, akhir baris "panjang usia
dipersempit limitnya" diucapkan dengan tekanan
dinamik keras
suara hom-pi-pa ikut bergemuruh dan keras,
setelah sampai puncaknya suara itu kembali
lembut tetapi tidak berhenti
Mencuri
mereka bilang terpaksa
Nodong
mereka bilang terpaksa
Nipu
mereka bilang terpajsa/sajak ini pun mereka bilang
terpaksa (kata terpaksa diucapkan dengan tempo
lambat tetapi dengan tekanan dinamik keras)
mengucapkan hom-pi-pa bersahutan keras dan
akhirnya kembali lembut walaupun tidak pernah
Berhenti
membaca bait keempat dilanjutkan dengan
"apa katanya bila hidup itu hom-pi-pa"/
gaungnya membikin rimba
sekolah jadi rimba
kantor jadi rimba
pergaulan jadi rimba
perempuan jadi rimba
jiwa jadi rimba
ide jadi rimba
aku jadi rimba
putih jadi rimba
hukum jadi rimba
ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya
ada pelanduk dengan akal liciknya
ada kijang cantik hidup dalam kewas-wasannya
jangan jambret
toh bukan kau
jangan mabok
toh bukan kau
maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing
berserabutan di jagat
suara hom-pi-pa pun iku bergemuruh dan keras,
346

setelah sampai puncaknya suara itu kembali


lembut tetapi tidak berhenti
L1& L2 tangan tengadah belum tentu menang
L3 & L4 tangan telungkup belum tentu kalah
N
apa katamu bila hidup itu hom-pi-pa
paling aman gelengkan kepala sambil berucap
hom-pi-pa bersahutan
L
gemuruh suara hom-pi-pa dan berakhir dalam
tempo lambat, tetapi dengan tekanan dinamik keras
Catatan: N = Narator, L = Latar
Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membaca puisi secara
kelompok bukan sekadar membacakan puisi secara bergantian setiap bait. Yang
terpenting adalah bagaimana menciptakan bentuk tontonan yang menarik dengan
mengembangkan peluang yang terdapat dalam teks puisi itu. Peluang yang terdapat
dalam puisi pada umumnya hanya akan terlihat oleh pembaca puisi yang peka dan
kreatif penuh imajinatif. Pembaca puisi pada hakikatnya juga seorang kreator, bahkan
juga sutradara.
c. Membawakan atau Memerankan Drama
Kali ini Anda akan belajar tentang teks teks drama. Ada beberapa hal yang
membedakan teks drama dengan karya fiksi lainnya --cerpen, novelet, atau novel-adalah dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog
menjadi bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog
inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut. Artinya,
teks drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks fiksi lainnya.
Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh pengarang
drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu ada, teks drama sering
terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini biasanya didasari pertimbangan
kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan sangat membantu perubahan setting
atau tempat terjadinya peristiwa ketika teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda) dengan teks
dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi menjadi dua, yakni untuk
sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu
hadir dalam setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang
ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula
sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau
penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan bagian akhir
347

naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan
pengarang, dan atau renungan.
Bacalah teks drama berikut ini dengan cermat!.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
02. Hana:

(Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?

03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana:

Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa
yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani,
Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan
oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini,
sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan
tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
07. Inu:

(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka
memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis),
miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina
secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh,
cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu
benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka
dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)

08. Hana:

(Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

348

09. Inu:

(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan
tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyumsenyum)

10. Jati:

(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?

11. Inu:

Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati:

Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati:

Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana


perasaanmu, Inu?

15. Inu:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati:

Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu:

(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati:

Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!

19. Inu:

Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati:

(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami sedang
latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai! Hentikan
latihan gila-gilaan ini!

21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.


Selesai.
Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda simpulkan
tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang lain (cerpen dan novel)?
Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur dialog, bahkan ada naskah drama yang
(sebagian besar) hanya terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam
teks drama itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks
drama dapat ditemukan.
Terbayangkankah jika teks drama tersebut dibawakan secara ekspresif di depan
orang lain? Asyik sekali bukan? Hal inilah yang saat ini akan kita pelajari bersama.
Sama halnya dengan jika Anda membaca teks nonsastra, dalam membaca teks sastra
pun tujuan utamanya adalah memahami atau menangkap maksud penulis dalam
karyanya dan mengutarakannya kembali dalam bentuk tuturan lisan. Berhati-hatilah!
349

Anda harus dapat membedakan antara membaca sastra dan membacakan sastra.
Membaca sastra bersifat impresif, sedangkan membacakan sastra bersifat ekspresif.

1) Memahami Drama
Ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama dengan karya
fiksi adalah tujuan utama penulisan naskah drama adalah untuk dipentaskan. Semi
(1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang
dipentaskan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipahami sebelum mengekspresikan
drama.
a) Memahami Tokoh dan Watak Tokoh Drama
Suatu peristiwa dalam drama selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelakupelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu
cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut
penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur yang tidak dapat
ditiadakan, dengan adanya penokohan, sebuah drama menjadi lebih nyata dan hidup.
Tokoh dalam drama memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang memiliki
peran penting disebut tokoh sentral, tokoh inti, atau tokoh utama. Sedangkan tokoh
yang hanya berfungsi melengkapi, melayani, atau mendukung tokoh sentral disebut
sebagai tokoh peripheral (tokoh tambahan, tokoh pembantu, atau tokoh bawahan).
Penentuan kedua tokoh tersebut didasarkan atas beberapa hal berikut.
(1)Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan selalu muncul
dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan kecil sekali tingkat
kemunculannya
(2)Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik, sehingga
disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek,
tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan.
Tokoh
utama adalah tokoh yang memegang
peranan utama, frekuensi
kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan. Sedangkan tokoh
bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang membuat cerita lebih
hidup (Sudjiman, 1988).
Dalam drama, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat dengan konflik.
Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang memiliki kecenderungan
menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai pendamai. Tokoh yang membawa
350

ide prinsipil atau gagasan pokok disebut sebagai tokoh protagonis. Tokoh yang selalu
melawan ide prinsipil disebut sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh yang
berfungsi sebagai pendamai atau perantara antara protagonist dan antagonis disebut
tokoh tritagonis.
Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak atau karakter.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan watak tokoh adalah
aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan
melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan
keadaan tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan , pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial,
keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan
umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Dalam drama terdapat kecenderungan, dalam penggarapan perwatakan
tokohnya. Beberapa ciri utama tentang watak tersaji di bawah ini.

Tentang
Karakter

a. kejadian-kejadian berpusat pada konflik watak tokoh


utamanya
b. mutu drama bergantung pada kepandaian penulis dalam
menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam drama cenderung sama dalam pribadi
keseharian

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada beberapa hal


yang perlu Anda perhatikan!

Mengenali
Karakter

a. m melalui apa yang diperbuatnya


b. m melalui ucapan-ucapannya
c. m melalui penggambaran fisik tokoh
d. m melalui pikiran-pikirannya
e. m melalui penerangan langsung

b) Memahami Alur Drama


Alur drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi. Kekhususan
itu disebabkan oleh karakteristik drama itu yang memang unik. Kekhususan alur
drama adalah sebagai berikut (Semi, 1988). Alur drama haruslah alur yang dapat
dilakonkan oleh para pemain drama di muka public penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara garis besar
alur drama adalah sebagai berikut

351

1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada penonton


untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang dibawakan mereka,
serta member pengenalan terhadap permulaan problem atau konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI sini mulai
terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut juga rising
action. Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling
mempengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke pihak masingmasing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis berkecenderungan
melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan oleh
yang lain. Itulah sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument ). Setiap segi pertentangan diadakan penyelesaian dan
dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih bisa juga menggembirakan (
Semi, 1988 ).
c) Memahami Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah yang disebut
dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua, yaitu pesan utama dan
pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran,
atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikit dan luas sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan
pengarang pada karyanya.
d) Memahami Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua elemen
dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai ide sentral atau
makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana
cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.
e) Memahami Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang menimpa
atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan
pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa penempatan
waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar
sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu cerita (historis). Latar tempat
352

berkait erat dengan masalah geografis, merujuk suatu tempat tertentu terjadinya
peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan kemasyarakatan dalam
cerita.
Latar drama bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan di mana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
2. Membawakan Drama
Karena sastra cenderung individual sifatnya, pembacaannya pun bersifat
individual. Artinya dalam membacakan sastra setiap pembaca sesungguhnya harus
memiliki gaya dan nuansanya sendiri. Warna pribadi si pembaca hendaknya tetap
menonjol.
Penampilan baca sastra harus memperhatikan tiga hal besar yaitu masalah
kejiwaan pembaca, masalah verbal, dan masalah non verbal. Ketiga hal tersebut hadir
secara integral pada saat pembacaan sastra itu berlangsung.
Sisi psikis tergambar melalui kesan pertama seorang pembaca sastra naik ke atas
panggung. Apakah ia tampak tenang, meyakinkan, gugup, takut-takut dan malu?
Dengan kata lain seorang pembaca sastra haruslah siap mental. Untuk masuk ke dalam
suasana panggung pembacaan sastra seorang pembaca sastra mesti melakukan
konsentrasi lebih dahulu. Konsentrasi dalam hal ini bukanlah mengosongkan pikiran,
tetapi justru memasukkan dunia sastra dan nuansa pentas ke dalam jiwanya.
Masalah verbal meliputi persoalan artikulasi, intonasi, irama, dan volume suara.
Kejelasan artikulasi sangat dibutuhkan. Bunyi vokal harus jelas terdengar, demikian
pula bunyi-bunyi konsonan.
Intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara,
tekanan tempo yakni cepat lambatnya ucapan, tekanan nada yang menyangkut tinggirendahnya suara; serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara; bunyi
mengeras karena marah, bunyi menjerit karena sakit, dan sebagainya. Ketepatan
intonasi atau irama ini bergantung kepada ketepatan pemahaman atas drama yang
dibaca.
Masalah nonverbal meliputi masalah mimik, pantomimik, pakaian, dan
komunikasi. Mimik merupakan gerak wajah, sedangkan pantomimik merupakan gerak
353

anggota tubuh yang lain. Antara aspek verbal dengan faktor mimik dan pantomimik
yang dimunculkan haruslah proporsional sesuai dengan kebutuhan menampilkan
gagasan teks sastra secara tepat. Dalam membawakan drama semua ini terdapat pada
seni dasar akting.
Ada beberapa tahapan sebelum naskah drama dibawakan. Beberapa hal tersebut
ialah tahap pemahaman naskah, tahap baca, tahap baca dengan ekspresi, tahap ekspresi
adegan, dan tahap sinkronisasi properti, musik, kostum, serta tata wajah (meke up).
Tahap yang terakhir dapat tidak dilakukan bila pemenuhannya hanya untuk belajar.
1. Perlatihan
Perhatikan cuplikan naskah drama berikut. Pilih teman yang akan membawakan
tokoh-tokoh yang ada. Pelajari dan pahami dengan saksama hal-hal yang berkait erat
dengan pementasan. Jangan lupa pikirkan pula kemungkinan kostum dan musik latar
yang dapat mendukung.
Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar suara
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II
: Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
..
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan di bawah ini.
1. Apa maksud naskah drama tersebut?
2. Bagaimana suasana naskah drama tersebut?
Rancanglah bentuk pemeranan atas naskah drama tersebut dengan mengisi tabel
berikut ini.
354

Pertanyaan

Tokoh 1

Tokoh 2

Tokoh 3

Tokoh 4

Bagaimana kostum
yang sesuai
Bagaimana karakter
tokoh-tokohnya
Bagaimana bentuk
lakuan tokoh yang
sesuai
Dengan memerhatikan contoh di atas, jelas bahwa membawakan drama
memerlukan persiapan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menciptakan
bentuk tontonan yang menarik dengan mengembangkan peluang yang terdapat dalam
teks drama itu. Peluang yang terdapat dalam drama pada umumnya hanya akan
terlihat oleh pembaca yang peka dan kreatif penuh imajinatif. Mereka pada hakikatnya
juga seorang kreator, bahkan juga sutradara.

E. Membaca Sastra
1. Pengantar
Selamat bergabung dengan program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
(PLPG) bahasa Indonesia. Selamat datang di dunia pemahaman teks sastra. Ini adalah
bahan bagi Anda untuk memiliki penguasaan tentang hal tersebut. Dalam modul ini
Anda akan memelajari materi kesastraan tentang Memahami Ragam Teks Sastra.
Bagian ini berisi tiga kompetensi utama, yaitu: Memahami unsur-unsur puisi (lama dan
baru), memahami unsur-unsur prosa fiksi (cerpen dan novel), dan memahami unsurunsur drama. Melalui pelatihan ini Anda diharapkan terampil dalam memahami ketiga
hal tersebut dan pada gilirannya Anda juga diharapkan trampil mengajarkan
kompetensi bersastra kepada siswa, terutama pemahaman atas unsur-unsur karya
sastra.. Modul ini ditulis berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) Guru Mata Pelajaran.
Tujuan perlatihan ini adalah Anda mampu mengarahkan siswa pada penguasaan
kompetensi tentang hakikat unsur-unsur karya sastra. Kompetensi ini akan sangat
relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah. Setelah memelajari materi ini
Anda diharapkan
4) mampu memahami unsur-unsur Puisi dan bagaimana implementasinya pada
pembelajaran apresiasi puisi,
5) mampu memahami unsur-unsur Prosa fiksi dan bagaimana implementasinya pada
pembelajaran apresiasi prosa fiksi,
6) mampu memahami unsur-unsur drama dan bagaimana implementasinya pada
pembelajaran apresiasi drama.
355

Teks sastra menurut ragamnya terbagi atas tiga macam, yaitu puisi, prosa fiksi,
dan drama. Pembagian ragam tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk
fisiknya saja dan bukan pada substansinya. Sebenarnya, substansi karya sastra, apa pun
ragamnya, adalah sama. Karya sastra ialah pengalaman kemanusiaan dalam segala
wujud dan dimensinya. Meskipun demikian, pengenalan ciri setiap ragam teks sastra
sangatlah penting sebab semua itu akan menentukan strategi dan memengaruhi proses
pemahaman makna terhadapnya. Proses memahami puisi memiliki perbedaan dengan
proses memahami prosa fiksi. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh padatnya
bahasa puisi. Bahasa prosa cenderung lebih terurai. Demikian pula dengan proses
memahami drama tentulah cukup berbeda dengan proses memahami puisi dan prosa
fiksi, sebab komponen atau unsur pembangun drama berbeda dengan unsur
pembangun puisi maupun unsur pembangun prosa fiksi. Itulah sebabnya mengapa
bahasan unsur-unsur teks sastra menjadi sangat penting.
2. Materi Pembelajaran
a. Memahami Unsur-Unsur Puisi
Untuk mengenali karakteristik teks sastra yang berbentuk puisi, amatilah
beberapa bentuk puisi berikut ini.
Contoh 1
Pantun
Air dalam bertambah
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hasti dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Contoh 2
Syair
Wajah yang manis pucat berseri
Laksana bulan kesiangan hari
Berjalan tunduk memikirkan diri
Tiada memandang ke kanan dan ke kiri
Contoh 3
Gurindam
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Silang selisih jangan dicari
Jika bersua janganlah lari
356

Contoh 4
BERI DAKU SUMBA

Oleh Taufik Ismail

Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu


Aneh, aku jadi ingat pada umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Dimana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilama peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput, dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas mulai dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossanova, dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku tanah tanpa pagar, luas tak berkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api,cuaca kering, dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Contoh 5
ASMARADANA
Karya Gunawan Mohammad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun
Karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit bersih menampakkan bimasakti yang jauh. Tapi di antara
mereka berdua, tidak ada yang berjata-kata
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta
Nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tidak semuanya disebutkan
Lalu ia tahu, perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi
Pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara.
Ia takkan mencatat yang telah lewat dan akan tiba
Karena ia takkan berani lagi
Anjasmara, adikku, tinggallah seperti dulu
357

Bulanpun lamban dalam angin, abai dalam waktu


Lewat remang dan kunang-kunang, kau lupakan wajahku
Kulupakan wajahmu
Contoh 1 dikenal sebagai pantun. Salah satu jenis puisi lama yang tiap bait terdiri
atas empat baris dengan pola irama a-b-a-b. Baris pertama dan kedua disebut sampiran
dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Contoh 2 dikenal sebagai syair. Salah
satu bentuk puisi lama pengaruh Islam, yang terdiri atas 4 baris dengan pola irama a-aa-a.
Contoh 3 dikenal dengan nama gurindam. Salah satu bentuk puisi lama yang
terdiri atas dua baris yang bersajak, baris pertama merupakan sampiran dan baris
kedua adalah isinya, yang biasanya mengandung nasihatdan pendidikan moral. Pola
iramanya a-a-b-b.
Contoh 4 dan 5 adalah puisi baru. Puisi baru biasanya tidak mengikuti aturan
irama, rima, baris dan bait secara ketat dan konsisten.
1) Unsur-unsur Puisi
a) Amanat/Pesan Puisi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai
melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat. Amanat terbagi menjadi
dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan. Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan
kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya. Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca melalui puisi yang
ditulisnya.
Dalam puisi Beri Daku Sumba pesan atau amanat yang ingin disampaikan
penyair dapat diinterpretasikan sebagai pesan untuk selalu cinta tanah air, di manapun
kita berada dan pesan untuk lebih mencintai tanah kelahirannya seburuk apapun tanah
kelahirannya tersebut.
b) Tema Puisi
Setiap puisi ditulis dengan maksud tertentu. Hal tersebut dapat berupa sesuatu
yang menyenangkan, pandangan penyair tentang benda, dan dorongan terhadap moral
atau ajaran akan kebenaran yang bersifat spiritual dan rohaniah. Sebuah puisi pastilah
dibangun atas dasar emosi. Pengarang tidak langsung membeberkan pandangannya
terhadap pembaca, tetapi pembaca diberi kesempatan menarik simpulan sendiri. Jka
seseorang telah menemukan sesuatu yang pasti, teguh dan bulat serta dapat
mentransfer pengalaman tersebut pada diri sendiri dan pada peristiwa lain maka

358

penyair telah bekerja dengan baik dan pembaca telah berhasil menikmati, menghayati
puisi yang dibacanya tersebut (Situmorang, 1983).
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema puisi
tentulah merupakan kombinasi atau sintesis dari beragam pengalaman, cita-cita, ide
dan beragam hal yang ada dalam pikiran penulis.
Perhatikan beberapa puisi di bawah ini dan terkalah tema yang terdapat pada
puisi tersebut.
Lukisan Emas
Gubug-gubug karton ialah perdu sepanjang kali itu
dikirimkannya iga ke dalam kanvas lukisanmu
amis dan lembab
Nyanyian yang lahir dari cakrawala coreng-moreng
justru melahirkan senyap dalam jiwa
dan pedih yang sempurna
: jutaan ulat meraja
keruh air, kersik sampah dan rumputan
potretmu mengalir di sana
Puisi ini bertema kenyataan kehidupan masyarakat kumuh dengan beragam
kondisi dan kepahitan kehidupannya.
Berikut ini akan kita telusuri bagaimana tema cinta terlihat jelas pada puisi salah
seorang penyair. Pengalaman Rendra bersama kekasihnya di halaman rumah
kekasihnya itu melahirkan puisi yang romantis. Bacalah puisi berikut ini.
Episode
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami memandangnya.
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan
guguran bunga jambu
359

yang mengotori rambutnya.


(Rendra)
Puisi Episode karya Rendra ini berangkat dari pengalaman Rendra sendiri saat
bersama kekasihnya. Rendra ingin melukiskan apa yang dialaminya bersama
kekasihnya. Pesona puisi itu terletak pada kepiawaian menangkap detil peristiwa.
Mereka berdua duduk di bangku halaman rumah. Mata mereka memandang lebat
buah jambu di halaman itu. Kekasihnya menanyakan kenapa kancing baju aku lirik
lepas terbuka. Dengan penuh cinta disematkan peniti, dan dijawab oleh aku lirik
dengan cara membersihkan guguran bunga jambu dari rambut sang kekasih. Peristiwa
yang diungkapkan dengan cara sederhana dan apa adanya itu justru melahirkan
nuansa romantis.
Perhatikan puisi berikut ini.
Monumen Yogya Kembali
Duduk di lantai pualam
kubayangkan desingan peluru
menyambar di kanan kiri tubuhku.
Akulah pejuang sejati dalam pertempuran
yang berkobar dalam jati diri, kataku
sambil merunduk karena tiba-tiba
sebuah granat meledak di sisiku.
Dengan mata menyala
kubidik sasaran dan kutembak kepalanya
tapi meleset, ia tidak mati
Dengan menyimpan dendam
musuhku ganti menyerang
ditembak dadaku
hingga jantungku copot
dan tubuhku jatuh menggelinding
persis menimpa prasasti bertulisan:
Pahlawan Tak Dikenal
(Bambang Widiatmoko, 1989)
Puisi Bambang Widiatmoko ini lahir dari perjumpaan penyair dengan objek
Monumen Yogya Kembali. Dalam puisi tersebut penyair tidak mendeskripsikan apa
yang secara faktual ia amati, tetapi ia menuliskan apa yang sedang ia bayangkan
sehubungan dengan objek itu. Jadi objek itu hanya hadir sebagai pemicu lahirnya
sebuah gagasan lain.
Perhatikan puisi berikut ini.

360

Di Bosnia
di Bosnia
Natal berwarna merah
tubuh-tubuh hancur
jadi monumen suci
di tengah puising
di atas truk pengungsian
ratap kanak-kanak
seperti silent night
yang tertikam
sementara lelaki
basah dadanya diterjang peluru
terkapar dalam
irama yang terhenti
Natal, pelan-pelan berlalu
(Medy Lukito, 1993)
Puisi Di Bosnia ditulis Medy Lukito berdasarkan peristiwa perang saudara di
Bosnia. Latar tentang situasi perang itu digambarkan secara sepintas oleh penyair:
tubuh-tubuh hancur, ratap kanak-kanak, lelaki basah dadanya diterjang peluru. Latar itu
dipakai penyair untuk mendukung gagasannya mengenai dampak peperangan
terhadap kehidupan manusia.
Baca puisi berikut ini.
Tikar
Mungkin kita ini tikar
Di sana orang duduk,
di situ orang jongkok,
di sini orang sujut,
di sana orang tidur,
di situ orang tengkurab,
Mungkin kita ini tikar,
bisa digulung tiba-tiba
tanpa alasan bernalar;
hanya, ah, bosan, misalnya.
Kita mungkin memang tikar.
Seorang bayi pipis di atasnya,
segelas teh tumpah menindihnya,
kartu judi dibanting mewarnanya,
361

nasib terguling tak dinyana.


Kita siap dibakar
dan tidak tercatat dalam sejarah
(Bakdi Soemanto, 1984)
Puisi Bakdi Soemanto ini diawali dengan pengalaman penyair melihat dan
mengamati tikar. Tikar menjadi metafora hidup manusia dalam pandangan penyair.
Penyair peka menangkap ciri-ciri tikar yang mirip dengan kelompok manusia tertentu.
Perhatikan lagi puisi berikut ini.
Sangkuriang
Adalah kutuk tercecah jadi darah
sumbang suara ibunda
merah fajar di telaga
ditolaknya pinta bersaksi bulan tua
biduk dan kayuh menebas dosa
malam-malam dititi bintang
mabuk gelita kepahyang
Telah datang lelaki itu
ditempuhnya padang duka
patah atas maunya
mengapa dewa begitu murka
ditangkup biduk menghentak garba malam
enyah ibunda
berdarah belantara
telah menyerah lelaki durhaka
(Nyoman Tusthi Eddy)
Puisi juga dapat mengambil tema yang bersumber pada legenda maupun kisahkisah epos. Legenda-legenda maupun kisah-kisah epos itu dapat hadir sebagai sumber
ilham bagi penyair. Contohnya puisi Sangkuriang karya Nyoman Tusthi Eddy. Kisah
Sangkuriang yang ingin menikahi Dayang Sumbi, ibunya, telah menggugah kesadaran
kreatif Nyoman Tuthi Eddy. Untuk memahami puisi tersebut pembaca harus
mengetahui kisah dalam legenda itu.
c) Rima dan Irama Puisi
Pembeda bahasa biasa dengan bahasa puisi ialah irama. Irama juga menjadi ciri
bahasa puisi. Irama disebut pula sebagai musikalitas. Ia terbentuk dari perulangan
bunyi yang sama atau sedaerah artikulasi (homorgan). Perhatikan kutipan di bawah ini.
Berakit-rakit kehulu
362

Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senag kemudian
Cuplikan pantun, salah satu contoh puisi lama, menunjukkan betapa pentingnya
persoalan irama. Pada bagian akhir baris pertama dan ketiga terdapat unsur bunyi
yang sama yaitu lu. Demikian pula dengan baris kedua dan keempat, terdapat bunyi an
pada tepian dan kemudian. Perulangan yang ada di dalam pantun tersebut membangun
irama dan musikalitas dalam puisi. Dalam puisi lama irama atau perulangan bunyi ini
sangat terpola. Pola persamaan bunyi akhir ini disebut rima dalam puisi lama. Rima
ialah persamaan bunyi yang berulang-ulang ditemukan pada akhir baris atau pada
kata-kata tertentu pada setiap baris.
Bagaimanakah kedudukan irama dalam puisi modern? Dalam puisi lama irama
atau perulangan bunyi seperti itu diatur dalam kaidah, sedangkan dalam puisi modern
tidak. Irama atau musikalitas yang ditunjukan dengan adanya bunyi-bunyi yang
diulang tersebut letaknya boleh di mana saja. Selain itu dalam bunyi puisi modern
penggunaannya cenderung tampak pada pemakaian bunyi-bunyi yang homorgan.
Perhatikan kutipan-kutipan berikut.
Mawar di taman kupetik semalam
Tatkala hujan bersama rinduku
Tengsoe Tjahjomo
Secangkir teh di meja
Tak bisa membantuku mengeja huruf demi huruf
Dalam buku
Tengsoe Tjahjono
Pada puisi pertama tersebut terdapat bunyi-bunyi yang homorgan, /n/ dan /m/
dalam kata taman dan semalam. Selain itu terdapat pula pengulangan bunyi /u/ pada
kata lalu dan rinduku.
Pada puisi kedua irama dibangun dengan perulangan bunyi nasal /ng/, /m/,
dan /n/ dalam kata secangkir, meja, membantuku, mengeja, demi, dan dalam . Berbagai
perulangan tersebut menimbulkan musikalitas yang bagus. Irama puisi amat penting,
namum hal lain yang tidak boleh dilupakan yaitu kebermaknaan.
d) Diksi/Pilihan Kata Puisi
Pada umumnya puisi menyatakan sesuatu secara lebih singkat , padat, dan
ekspresif. Puisi dapat dikatakan sebagai sebuah informasi yang dipadatkan, yang
mengungkapkan sebanyak mungkin dengan sedikit kata (Luxemburg, dkk, 1989)
Oleh karena itu, ketika membaca puisi aspek yang menonjoil ialah pilihan kata
yang begitu padat dan terkadang memesona. Penulis puisi sangat terikat dengan katakata yang dipakainya jika hendak mengemukakan sesuatu. Ia sangat terikat dengan
363

arti kata dan kesan apakah yang ditimbulkannya. Sebuah kata cenderung memiliki dua
jenis arti, yaitu tersurat atau denotatif dan tersirat atau konotatif. Kata konotatif ini
sangat imajinatif, bahkan emosional. Kata seperti ini berbeda dengan kata pada karya
nonfiksi.
Diksi disamping menyuarakan perasaan penulis, ia juga memiliki ketepatan
tertentu. Tjahjono (1999) menjelaskan bahwa pilihan kata adalah subjektivitas penyair
dan bersifat konotatif. Perhatikan contoh berikut.
Selembar daun jatuh
Selemar daun gugur
Selembar daun luruh
Selembar daun melayang
Perhatikan kata-kata yang bercetak tebal tersebut. Walaupun kata-kata tersebut
memiliki makna yang tidak jauh berbeda, ia memiliki nuansa makna yang berbeda.
Kata-kata tersebut dapat dipilih sesuai dengan perasaan bagaimanakah yang ingin
disampaikan. Kata jatuh menunjukkan suasana atau perasaan sakit. Kata gugur
memberi suasana pengorbanan bagi seseorang. Kata luruh bermakna kelembutan, dan
kata melayang bersuasana sebuah kejadian yang terjadi dengan amat pelan. Sekilas
mkna kata-kata tersebut hampir sama, namun suasana dan perasaan yang
ditimbulkannya amat berbeda.
e) Makna Puisi
Makna puisi dapat dicari melalui pengamatan atas bagian-bagian puisi tersebut.
Unsur pertama yang dapat dilihat ketika membaca puisi adalah judul puisi. Judul puisi
mengemukakan gagasan tentang sesuatu. Gagasan tersebut bisa tentang sesuatu yang
terjadi, nama orang, nama tempat, benda, dan waktu atau masa (Situmorang, 1983).
Secara visual puisi terbangun larik dan bait. Satu bait dalam puisi umumnya berisi
pokok pikiran. Dengan demikian fungsi bait dalam puisi mirip dengan fungsi paragraf
dalam karya paparan. Dalam puisi, satu bait dan larik harus benar-benar diperhatikan
termasuk pula pemenggalan larik yang biasanya dikenal dengan enjambemen.
Perhatikan puisi di bawah ini.
Layang-Layang
Tengsoe Tjahjono
Sebuah layang-layang, layang-layang siapa
Melintas mega
Namun tiada merdeka
Benang panjang membelitnya dalam udara terbuka
Ingin ia terbang makin tinggi
Tapi cuman mimpi

364

Sebuah layang-layang, laying-layang siapa


Terjepit di ranting trembesi
Tinggal rangka kini
layang-layang siapa
Puisi layang-layang tersebut terdiri atas empat bait. Bait pertama terdiri atas
empat larik, bait kedua terdiri atas dua larik, bait ketiga terdiri atas tiga larik,
sedangkan bait terakhir terdiri atas satu larik. Pemikiran yang menunjukkan setiap bait
berisi satu pokok bahasan terdapat dalam puisi tersebut. Bait bersama berisi pokok
pikiran layang-layang yang tidak merdeka. Bait kedua berisi kehendak layang-layang
yang menginginkan kebebasan. Pokok pikiran yang menunjukkan penderitaan layanglayang terdapat pada bait ketiga. Bait keempat menunjukkan siapa pemilik layanglayang tersebut.
Pembicaraan puisi dalam urutan bait dan larik selain membentuk posisi puisi
yang baik juga menunjukkan alur berpikir yang logis dan masuk akal dalam karya
kreatif. Bukankah karya sastra selain sebagai ekspresi perasaan juga sebagai ekspresi
pikiran? Inilah beberapa hal yang dapat membantu kita merebut makna puisi.
f) Majas Puisi
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek
dan memunculkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:28). Majas menjadikan puisi
menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna (Waluyo,
1987:83). Perrine dalam Waluyo (1987:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif atau
majas dipandang lebih aktif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena (1)
mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) mampu menghasilkan imaji tambahan
dalam puisi, (3) digunakan untuk menambah intensitas perasaan penyair dan
menyampaikan sikap penyair, (4) digunakan untuk mengonsentrasikan makna yang
hendak disampaikan penyair dan cara menyampaikan sesuatu yang luas dan banyak
dengan bahasa yang singkat dan padat.
Majas juga memiliki peran yang sangat penting dalam kebutuhan bahasa puisi.
Beberapa majas dan penggunaannya dalam puisi tampak pada beberapa contoh di
bawah ini.
Majas personifikasi adalah majas yang produktif dalam bahasa puisi. Majas ini
menggambarkan benda yang berperilaku seperti manusia. Penulis, dalam penggunaan
majas personifikasi, dituntut untuk mampu membayangkan bagaimna seandainya
benda-benda dapat berkomunikasi dan hidup seperti manusia. Perhatikan contoh di
bawah ini
Matahari menyapaku dengan belaian
Selamat pagi
Embunpun menyambutku dengan senyuman

365

Dalam contoh tersebut matahari dan embun dianggap berperilaku seperti


manusia. Matahari bagai sahabat dapat menyapa dan embun bisa tersenyum seperti
menyampaikan keramahan.
Dalam contoh berikut termuat majas perumpamaan. Umumnya majas ini di awali
dengan kata laksana, seperi, bagaikan, dan yang lain.
Laksana rinduku pada ibu
Menyejukkan setiap waktu
Pada contoh tersebut kerinduan diibaratkan air yang selalu menyejukkan diri,
terutama ketika terik. Penulis puisi harus benar-benar mengenai karakteristik air dan
membandingkannya dengan nuansa kerinduan yang sedang mendominasi dirinya,
yang dibayangkannya dan yang dialaminya.
Majas lain yang sering digunakan dalam puisi ialah majas-majas paraletisme,
atau perulangan sejajar. Dalam majas ini ada kata-kata yang mengalami perulangan
dengan suasana yang sama. Perhatikan contoh di bawah ini.
Yang ia bawa cuma luka
Yang ia cecap cuman luka
Yang ia catat cuman luka
Sejarah hidupnya hanya luka
Kesejajaran bentuk yang ia, Cuma, dan luka memberikan kesan dan penekanan
makna yang kuat. Majas paralelisme semakin menguatkan kata luka yang lebih
bermakna luka yang menyayat-nyayat
Betapa penting kedudukan majas sebagai salah satu potensi kebahasaan puisi
jelas terlihat dari paparan di atas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa majas
sangat akomodatif bagi puisi.
g) Pencitraan Puisi
Citraann atau pengimajian dalam penulisan puisi dimaksudkan untuk
menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan terbagi menjadi beberapa
kelompok, yakni:
1) Citraan pengelihatan (visual imagery)
Citraan pengelihatan merupakan citraan yang timbul karena daya pengelihatan.
Citraan ini cenderung membawa imaji pembaca seakan-akan melihat objek. Citraan
pengelihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera pengelihatan (mata). Citraan
ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu member
rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi
seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
366

Sayang berulang padamu jua


Engkau petik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2) Citraan pendengaran (auditory imagery)
Penggunaan citraan pendengaran dalam puisi biasanya digunakan oleh untuk
merangsang indera pendengaran pembaca. Citraan pendengaran adalah citraan yang
dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan
munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran
berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga).
Contoh:
Sapi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3) Citraan penciuman (smell imagery)
Citraan penciuman biasanya digunakan untuk menciptakan daya imaji melalui
indra penciuman. Seorang penulis dapat memanfaatkan indera penciuman dalam
melahirkan puisi. Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan
atau gambaran yang dihasilkan oleh indra penciuman. Citraan ini tampak saat kita
membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
4) Citraan rasaan (taste imagery)
Citraan rasaan digunakan penyair dengan mengetengahkan atau memilih katakata untuk membangkitkan emosi pembaca. Kekuatan puisi yang menekankan pada
citraan rasaan adalah bagaimana penulis mampu menyugestikan dan mempengaruhi
emosi pembaca. Citraan rasa juga ingin disebut citraan pengecapan adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indra pengecap.
Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis,
asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
367

5) Citraan rabaan (tactile imagery)


Citraan rabaan berkaitan dengan pemberdayaan pengecapan indera kulit.
Citraan rabaan ini dapat dicontohkan dengan baris atau kata lengan tersayat sembilu
atau ungkapan lama bagai hati tertusuk sembilu. Citraan rabaan mengambarkan
suasana mencekam, kesedihan, dan sebagainya. Citraan rabaan adalah citraan yang
dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan
larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya
dingin, panas, lembut, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaran
(WS Rendra, Ada Telegram Tiba Senja)
6) Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan gambaran
dengan melukiskan sesuatu yang diam seolah-olah bergerak. Citraan gerak adalah
gambara tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak
pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
Pohon-pohon cemara
Menyerbu kampung-kampung
Bulan di atasnya
Menceburkan dirinya ke kolam
Membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Perlatihan
Perhatikan Puisi berikut ini.
Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya

368

Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Temukan beragam unsur puisi yang bisa ditemukan pada puisi tersebut!
b. Memahami Unsur-Unsur Prosa Fiksi
Untuk memahami pengertian dan karakteristik prosa fiksi, bacalah cerpen berikut
ini terlebih dahulu !
SEPENUHNYA KARENA IA ANAKKU
Darmanto Jatman
Saya memang sudah tidak bisa percaya pada laki-laki yang tampan, naik skuter dan bertitel
sarjana. Sebagian besar diantara mereka tidak punya hati yang tulus. Dan saya pasti benar akan hal
ini. Buktinya si Nana, anak Tuan Misbach yang kaya raya itu, telah dihamili oleh pacarnya. Juga
anak Pak Arja, anak dusun yang baik hati itu akhirnya tidak dikawin secara resmi, sekalipun masih
selalu dijenguk suaminya. Bukti lain itu, si Ida yang cantik, akhirnya toh hanya menjadi istri kedua.
Malahan anak tetangga kamu di kampung dulu telah menjadi pelacur setelah dipermainkan
pacarnya.
Semua karena satu sebab saja. Mereka terlalu percaya pada laki-laki yang tampan, naik
skuter dan lebih-lebih bertitel sarjana.
Hal ini sama sekali lain dari kami, orang-orang tua yang sederhana. Sekalipun mungkin kami
kaya, mungkin kami naik mobil, mungkin kami juga bahkan professor namun setidak-tidaknya
karena ketuaan kamu maka semuanya jadi berubah. Saya bisa melihat gadis-gadis yang sintal
memelukkan tanggannya ke pinggang pacarnya tatkala naik skuter, tanpa perasaan ini. Saya bisa
melihat perbuatan Tuan Mirsa pada babunya yang cantik itu tanpa keinginan untuk berbuat serupa.
Karena saya lebih percaya pada seorang tua yang sederhana.
Itulah sebabnya kenapa saya merasa sangat marah dan ngeri melihat anak perempuan saya
berpacaran dengan Ernest. Ernest, apa Zitijes, saya kurang terang. Namanya saja sudah kebaratbaratan, belum lagi mobilnya, belum lagi title sarjananya. Orang bilang ia insinyur bangunan air.
Setiap kali laki-laki itu datang dan mengajak Nini naik mobilnya, setiap kali terbayang pada
saya perbuatan semena-mena yang telah berlaku pada anak-anak perempuan tetangga itu. Saya
bayangkan bagaimana mobil itu nanti akan berhenti di tepi jalan yang sunyi, dan Nini diremas-remas
dalam pelukan yang kotor dan mesum. Dan saya tidak pernah membayangkan bisa tentram setiap
kali mereka pergi.
Saya sungguh-sungguh tidak bisa mengerti kalau ada saja tetangga yang memuji-muji saya,
karena saya pintar cari menantu. Malahan Pak Imran bilang, insinyur itu sesungguhnya mau
dijadikan menantunya. Tapi saya sama sekali tidak bisa bangga dengan itu. Hati saya semakin waswas dan gelisah saja setiap kali mereka bepergian. Apalagi sesudah kedatangan Pak Imran.

369

Sedangkan Ririk, anak Pak Imran yang cantik itu, tak lagi dia gubris apalagilah anak saya besok.
Saya sungguh-sungguh prihatin akan nasib anak kami. Anak istriku, Millia, yang tercinta.
Sampai kemudian, ketika saya pulang dari dinas luar pagi hari, saya mendapati mobil insinyur
itu di luar. Marah saya meluap-luap. Rasanya ingin sekali saya menendang keluar maling itu, Tapi
kemudian rasa ingin tahu saya menang. Sebab itu saya mengendap-endap masuk lewat samping
rumah.
Pintu-pintu muka memang terbuka, tapi pintu samping dan jendela-jendela ditutupi.
Kecurigaan saya menyala-nyala hebat. Rasanya ingin saya mendobrak pintu itu keras-keras. Tapi
saya toh tetap seorang tua yang sabar dan bisa memperhitungkan untung rugi. Sebab itu pelanpelan saya mendekati pintu. Saya dengar si insinyur mengobrol panjang lebar. Saya coba untuk
mendengarkan obrolan itu. Dan saya sungguh-sungguh terkejut dan merasa sangat terhina,
mendengar obrolan yang tak karuan, yang cabul, dan menjijikkan itu. Ia mengobrol bagaimana ia
dulu berdansa dengan Nyonya Rani di sebuah teras.
Perempuan itu memang tidak tahu malu, obrol si insinyur. Ia mendekapku erat-erat.
Saya bayangkan bagaimana anakku. Saya pingin ia marah dan menampar laki-laki itu. Tapi
saya tidak mendengar apa-apa. Hanya suara ular laki-laki itu membujuk. Tapi tidak terdengar apaapa. Bajingan! Bukan kau yang didekap. Tapi kau yang mendekap! batin saya
Nini. Kau ingat gadis yang memanggil-manggil aku waktu kita duduk-duduk di teras rumahku
itu ?
Saya makin terkejut. Nini sudah diajaknya pula kerumah si ular itu.
Kami pernah jalan-jalan, nonton bioskop, dan sebagainya, Tapi saya tidak pernah mau
diajaknya ke Kaiiurang, coba kau piker. Sepi, apalagi kedinginan. Saya tidak mau dikalahkan hanya
karena kesempatan.
Saya kepingin menampar mulut laki-laki yang menghina derajat wanita itu. Yang menghina
derajat istri saya, anak perempuan saya. Tapi saya diam saja. Beberapa saat sunyi . Saya gemetar.
Saya mengintip lewat lubang pintu. Dan saya lihat Nini memijat laki-laki itu.
Kaki saya yang kiri, Nini. Lelah sekali.
Saya lihat Nini menurut, memijat kaki-kaki yag kotor itu. Saya muak melihat kelemahan anak
saya. Tapi saya tidak bisa apa=apa. Di zaman dulu Millia juga selalu memijiti kaki saya, kalau saya
lelah.
Sudah! Kata laki-laki itu. Dan saya lihat Nini tersenyum sambil berkata Upahnya?
Laki-laki itu berdiri lalu memeluk dan mencium Nini. Dan anakku Nini membiarkan tangan lakilaki yang panas itu merabai tubuhnya.
Amarah saya tidak bisa ditahan lagi. Saya dobrak pintu itu kuat-kuat. Sebelum saya sempat
memukul laku-laki itu dua telah lari dengan celana yang tidak karuan. Saya coba mengejarnya, tapi
Nini menangis dan memegangi tangan saya. Laki-laki itu kabur sudah.
Peristiwa inilah, yang telah mengusik tidurku setiap malam. Saya tidak rela lagi membiarkan
anak saya tinggal sendiri di rumah kalau saya pergi ke kantor.
Saya tidak rela lagi membiarkan diri saya tertidur pulas malam-malam. Saya tidak rela lagi
membiarkan anak saya . Takut kalau-kalau ular itu datang.
Akhirnya, pada suatu sore, setelah kegelisahan itu tak tertahankkan saya pun memanggil
anak saya itu.
Nini. Selama ini kita saling mengerti dan saling percaya-mempercayai.
Kami saling berpandangan. Sementara saya lihat ia mulai siap untuk menangis.
Dulu, ibumu selalu berpesan, supaya Bapak bisa menjagamu baik-baik. Sebab itu baiklah kita
berterus terang dengan tindakan-tindakan kita. Bagaimana sebenarnya yang kau kehendaki Nini ?
Tentang apa Pak ?
370

Saya terkejut. Mestinya ia telah tau semua ini berkisar tentang apa, tapi agaknya bisa ular itu
telah meracuni dia.
Tentang ular itu ?
Kami bertatapan pandang dan sama-sama terkejut. Dan sayapun tiba-tiba menyesal.
Kau tahu kan, maksud saya, Nak ?
Nini mengangguk
Nah. Semua terserah pada kebijaksanaanmu. Saya memang pingin kau segera kawin. Saya
pinging, segera setelah saya begitu tua, saya bsa menimang cucu-cucu saya. Dan kau mengeri,
Nak, siapa yang saya pingin menjadi bapak dari cucu-cucu saya?
Dan.. ya ! Semua berjalan biasa saja. Hari-hari makin menjadi jernih. Ular itu sudah tidak
datang lagi dan Nini sudah banyak mencurahkan perhatiannya pada sahabat-sahabat saya, yang
tua-tua dan bijak-bijak. Dan saya bahagia dengan kehidupan ini.
Namun demikian laporan demi laporan masuk tentang insinyur itu.
Pak Karpo cerita bahwa insinyur itu makin ngawur kalau bekerja. Ia sering menjadi
kebingungan justru pada saat-saat yang paling kritis. Dan saya merasa ada suatu penyesalan dalam
batin saya.
Kemudian laporan lain masuk dari Pak Dipo. Katanya si insinyur suka ngebut di jalan-jalan
kompleks pembangunan waduk itu. Bahkan sekali mobilnya terperosok ke jurang kecil. Saya merasa
makin menyesal. Namun toh saya sampai berkata.
Untung tidak sekalian mampus.
Kemudian laporan dari Pak Pardjo mengatakan bahwa Tuan insinyur sekarang suka mabukmaukan. Dan berteriak sepanjang jalanan, kalau malam. Dan saya biang pada Nini
Kau dengar, Untung, belum lagi terlanjur kau .
Sekalipun dalam batin saya muncul kecemasan-kecemasan yang asung. Dan kemudian
datang laporan dari Bu Sriti bahwa Tuan insinyur sekarang suka main-main sama wanita-wanita
pelacur. Kadang kadang bahkan semalam saja dengan dua perempuan. Kejijikan saya muncul.
Sebab itu saya panggil Nini.
Dengar. Kelihatan ularnya kan sekarang !
Tapi terasa ada suatu kegetiran yang sangat pahit dalam batin saya.
Serta kemudian Nini mengatakan bahwa ia akan kawin dengan Padri, sahabat saya yang tua
dan baik hati itu, sebuah laporan mengejutkan datang dari Pak Dirjo
Ernest telah bunuh diri !
Saya merasa sangat pusing. Dan pusing. Dan tiba-tiba saya jatuh tak sadarkan diri.
Ketika saya membuka mata saya, saya melihat Nini menangis di muka saya. Dan tiba-tiba
saya melihat betapa kurusnya, dia ! Millia, Millia kecilku! Yang sudah terlalu banyak, menderita oleh
karena tingkah laku saya.
Tak ada lagi yang bisa saya katakana kecuali ini. Bahwa saya merasa tidak bijak sama sekali.
Maafkan kiranya saya ini
Yogyakarta. 1967
Kita tahu bahwa teks yang baru saja kita baca adalah salah satu bentuk prosa
fiksi. Prosa fiksi atau fiksi berasal dari bahasa inggris fiction, yang berarti cerita khayal.
Dalam American Heritage Dictionary of the English Langguage dinyatakan bahwa fiction
adalah a literary work whose content by imagination and is not necessarily based on fact
(karya seni yang isinya dihasilkan dari imajinasi pengarang dan tidak selalu didasarkan
atas fakta yang nyata. )
371

Aminuddin (1987) menyatakan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau kisahan
yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar, tahapan, serta
rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarang, sehingga
menjalin suatu cerita.
Cerpen yang berjudul Sepenuhnya Karena Ia Anakku adalah sebuah realitas
yang bisa dialami dan mungkin telah dialami oleh siapa saja dalam kehidupan ini.
Kekhawatira seorang ayah terhadap anak gadisnya khususnya berkaitan dengan
jodohnya, adalah sebuah realitas dalam cerita tersebut. Realitas yang mungkin saja
dialami oleh pengarang, pembaca, atau hanya imajinasi dari pengarang. Realitas ini
diolah oleh pengarang dengan segenap kreativitasnya, kekuatan imajinasinya,
kepekaannya, ketajaman pikiran dan perasaannya, sehingga menjadi sajian cerita yang
menarik, mengesankan, enak dibaca, dan banyak hikmah yang dapat dipetik dari cerita
tersebut
1) Karakteristik Prosa Fiksi
Fiksi, seperti halnya esai, drama, sajak, khotbah, atau uraian yang bersifat
filosofis, adalah penyajian cara seorang pengarang memandang hidup ini. Penulis
memiliki pandangan-pandangan tertentu tentang hidup. Penulis fiksi akan
mengutarakan pendapat-pendapat dan perasaanya tentang hidup ini dalam bentuk
penyajian aksion (berasal dari: action), bukan dalam pernyataan yang bersifat umum.
Tujuan penulis fiksi ialah membuat pembaca melihat dan ikut serta merasakan
cuplikan-cuplikan tertentu pengalaman manusia yang terpilih dan terarah, sehingga ia
dapat ikut merasakan pendapat serta perasaan yang ada pada penulis tentang hidup ini
pada umumnya, yaitu ikut merasakan apa yang dinamakan vision dari penulis itu.
Kita telah mengatakan bahwa fiksi, seperti halnya genre sastra yang lain, timbul
dari keinginan penulis untuk memberikan bentuk kepada pikiran-pikiran dan
perasaannya sendiri tentang hidup ini sebagaimana ia memandang atau
mengalaminya. Dapat ditambahkan bahwa dorongan yang mendororng orang untuk
membaca fiksi itu pada hakikatnya sama dengan dorongan yang mendorong
diciptakaannya bentuk sastra ini. Dengan kata lain, pembaca ingin memahami pikiranpikiran ini dan ikut merasakan perasaannya yang di sampaikan oleh pengarang. Para
penulis fiksi itu tidak selalu harus mengutarakan pendapat-pendapatnya secara
langsung dan selalu menyajikannya dalam bentuk action .
Dalam khasanah sastra Indonesia, prosa fiksi memiliki beragam bentuk, antara
lain: novel, roman, novelet, dan cerpen. Pembagian ini berdasarkan atas, lamanya
waktu cerita berlangsung. Di dalam cerpen, cerita berlangsung tidak lama, hanya
sebentar. Di dalam novel, waktu cerita agak panjang. Sedangkan di dalam roman
waktunya lama sekali. Bahkan di dalam roman, sang tokoh diceritakan semenjak ia
kecil sampai dengan remaja, dewasa, bahkan tua dan meninggal. Meskipun terdapat
372

perbedaan yang nyata tentang waktu cerita berlangsung, terdapat pula persamaannya,
semuanya mengungkap kehidupan manusia dengan segala permasalahannya dalam
bentuk cerita.
Dewasa ini perbedaan antara novel dan roman sudah tidak lagi dipersoalkan,
karena keduanya memiliki hakikat yang sama, yaitu lukisan kehidupan manusia.
Kedua istilah itu disatukan saja dengan istilah novel. Kedua istilah itu novel dan
roman, sebenarnya satu pengertian hanya berbeda pemakaiannya. Novel dipergunakan
dalam kesusastraan Inggris dan Amerika yang berarti cerita. Sedangkan roman berasal
dari kesusastraan Perancis dan Belanda yang juga berarti cerita.
Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek adalah salah satu bentk karya fiksi. Cerita pendek, sesuai dengan
namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik perisitwa yang diungkapkan,
isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika
dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel.
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya berkaitan dengan
jumlah kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat. Menurut
Staton (1965:37), cerpen biasanya menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman.
Sedangkan Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa jumlah kata yang digunakan
dalam cerpen sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap
(Zufahnur, 1985).
Cerita pendek, selain kependekaannya ditunjukkan oleh jumlah kata yang
digunakan, ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat pendek.
Peristiwa yang disajikan memang singkat, tetapi mengandung kesan yang dalam. Isi
cerita memang pendek karena mengutamakan kepadatan ide. Oleh karena itu peristiwa
dan isi cerita dalam cerpen singkat, maka pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih
sedikit jika dibandingkan dengan roman/novel.
Berdasar atas uraian tersebut dapat dikatakan bahwa cerpen adalah cerita yang
panjangnya kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap, isinya padat, lengkap, memiliki
kesatuan dan mengandung efek kesan yang mendalam. Sedangkan unsur-unsur
pengembangnya pada dasarnya sama dengan novel.
Beberapa ciri berikut mungkin dapat sedikit memperjelas apa yang dimaksud
dengan cerpen. Sebuah cerpen umumnya memiliki alur tunggal, jumlah pelaku yang
terbatas (berjumlah kecil, dan mencakup peristiwa yang terbatas pula). Kualitas watak
tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan secara penuh. Watak tokoh cenderung
dibatasi. Umumnya, tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan karakternya,
maksudnya ialah karakter tokoh dalam cerpen langsung ditunjukkan oleh

373

pengarangnya melalui narasi, deskripsi, komentar. Ciri lainnya ialah rentang waktu
cerita yang terbatas, misalnya semalam, sehari, seminggu, sebulan, dan yang lain.
Novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk dari kata
novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk
novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra
lainnya, yaitu puisi dan drama.
Hakikat novel diungkapkan oleh beberapa pengamat sastra antara lain sebagai
berikut.
1) Novel ialah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang dan meninjau
kehidupan sehari-hari ( Ensiklopedi Americana)
2) Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi
satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang bersifat
imajinatif (The Advanced Learner of Current English, 1960:853)
3) Novel adalah suatu cerita dalam bentuk prosa yang agak panjang.
Panjangnya tidak kurang dari 50000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel
adalah relatif.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya novel
adalah cerita, karena fungsi novel adalah bercerita. Aspek penting bagi novel adalah
menyampaikan cerita.
Novel memberi kemungkinan kepada pembaca untuk menangkap
perkembangan kejiwaan tokoh secara lebih menyeluruh. Novel juga sangat
memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai persoalan manusia.
Itulah sebabnya, persoalan-persoalan yang diangkat sebagai tema sebuah novel
cenderung kompleks dan rumit bila dibandingkan dengan cerpen. Persoalan hidup
manusia yang kompleks tersebut dapat memuat hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan alam semesta, hubungan manusia dengan masyarakat, dan
hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Peranan manusia yang digambarkan dalam
novel tidaklah statis, melainkan selalu bergerak dalam perjalanan waktu. Novel
memungkinkan untuk merekam seluruh perkembangan itu secara utuh dan
menyeluruh. Selain itu, novel lebih leluasa mengeksplorasi detil-detil peristiwa,
suasana, dan karakter tokoh untuk menghidupkan cerita. Keutuhan sebuah novel tidak
ditopang oleh kepadatan cerita seperti cerpen, namun ditopang oleh tema karyanya.
2) Tema Prosa Fiksi
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting, karena semua
elemen dalam prosa fiksi dalam sistem operasionalnya akan mengacu dan menunjang
tema. Tema disebut juga sebagai ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema
merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat ini selaras dengan pendapat
374

Aminuddin (1987:66) yang menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan
karya fiksi yang diciptakannya.
Dalam karya fiksi tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana
cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.
Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai berikut.

Tentang
tema

bukan sekedar mau bercerita


bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran
moral
bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap
kehidupan
pesan tidak selalu definitive

3) Tokoh dan Watak Tokoh Prosa Fiksi


Suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau
pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin
suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut
penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang tidak dapat
ditiadakan, dengan adanya penokohan cerita, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan
hidup. Melalui penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas menangkap
wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan
pengarangnya.
Tokoh dalam prosa fiksi memiliki peran yang berbeda-beda. Tokoh yang
memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut tokoh sentral, tokoh inti, atau tokoh
utama. Sedangkan tokoh yang hanya berfungsi melengkapi, melayani, atau
mendukung tokoh sentral disebut sebagai tokoh peripheral (tokoh tambahan, tokoh
pembantu, atau tokoh bawahan). Penentuan kedua tokoh tersebut didasarkan atas
beberapa hal berikut.
(a) Frekuensi muncul, tokoh utama umumnya sering atau bahkan selalu muncul
dalam setiap episode, sedangkan tokoh bawahan kecil sekali tingkat
kemunculannya dalam cerita
(b) Komentar pengarang, tokoh utamanya umumnya adalah tokoh yang sering
dikomentari dan dibacakan sekadarnya saja
(c) Judul cerita, tokoh utama biasanya dijadikan sebagai judul cerita.
375

Tokoh bedasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh fisik
dan tokoh imajiner. Tokoh fisik adalah tokoh yang ditampilkan pengarang sebagai
manusia yang hidup dalam alam nyata. Dalam karya fiksi, tokoh fisik ini dapat anda
temukan pada karya-karya konvensional (Suyitno, 1986). Sedangkan tokoh imajiner
adalah tokoh yang ditampilkan pengarang sebagai manusia yang hidup dalam fantasi.
Dari tokoh imajiner ini Anda tidak akan menemukan gambaran sifat-sifat manusia
secara wajar. Biasanya tokohnya adalah manusia yang serba super, tokoh tidak
memiliki watak, sifat, dan perangai layaknya manusia biasa.
Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dibedakan atas tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik, sehingga
disenangi oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek,
tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca (Aminuddin, 1987).
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan.
Tokoh
utama adalah tokoh yang memegang
peranan utama, frekuensi
kemunculannya sangat tinggi, biasanya sebagai pusat pencitraan. Sedangkan tokoh
bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang membuat cerita lebih
hidup (Sudjiman, 1988).
Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh dibedakan atas tokoh
simpel (Simple character), yaitu tokoh yang tidak menunjukkan kompleksitas masalah.
Tokoh kompleks (Complex Character), yaitu tokoh yang banyak dibebani masalah.
Sedangkan berdasarkan perkembangan watak yang dimiliki tokoh, tokoh dibedakan
atas tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang wataknya tidak
mengalami perubahan sejak awal sampai dengan akhir cerita. Dan tokoh dinamis
adalah tokoh yang mengalami perkembangan dan perubahan watak.
Dalam prosa fiksi, tokoh dihadirkan dengan keterkaitan yang kuat dengan
konflik. Ada tokoh yang membawa ide prinsipil, ada tokoh yang memiliki
kecenderungan menentang, dan ada pula yang cenderung sebagai pendamai. Tokoh
yang membawa ide prinsipil atau gagasan pokok disebut sebagai tokoh protagonis.
Tokoh yang selalu melawan ide prinsipil disebut sebagai tokoh antagonis. Sedangkan
tokoh yang berfungsi sebagai pendamai atau perantara antara protagonist dan
antagonis disebut tokoh tritagonis.
Pembicaraan perihal tokoh juga tidak dapat dilepaskan dari watak atau karakter.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan dalam membicarakan watak tokoh adalah
aspek fisik, aspek social, dan aspek psikis. Aspek fisik tokoh umumnya digambarkan
melalui usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin (pria atau wanita), bentuk wajah dan
keadaan tubuh. Aspek sosial tokoh biasanya digambarkan melalui status sosial,
pekerjaan , pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, aktivitas sosial,
376

keturunan, dan yang lain. Sedangkan aspek psikis atau latar belakang kejiwaan
umumnya dilukiskan melalui mentalitas atau ukurang moral, tempramen, cita-cita,
tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan yang lain.
Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk mengambarkan
tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah cara langsung (analitik), cara tidak langsung
(dramatik), dan campuran. Gambaran tokoh secara langsung terjadi apabila pengarang
langsung menguraikan atau menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila
pengarang memberitahukan keadaan tokoh secara samar, maka pelukisan tokoh
disebut tidak langsung. Beberapa ciri yang dapat menggambarkan pelukisan tokoh
secara tidak langsung ialah.
1) Dengan melukiskan keadaan tempat tinggal, cara berpakaian, gaya
berbicara, dan yang lain
2) Dengan melukiskan sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi kejadian
atau peristiwa.
3) Dengan melukiskan pengakuan dan keluhan diri sendiri
4) Dengan melukiskan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh tersebut
5) Dengan melukiskan tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh lain
6) Dengan melukiskan perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh lain
Pada kenyataannya, kedua cara tersebut biasanya dipakai oleh pengarang secara
berganti-ganti. Dengan kata lain, dalam prosa fiksi, jarang dijumpai pelukisan tokoh
secara langsung saja atau secara tidak langsung saja.
Perwatakan adalah cara pengarang menampilkan watak para tokoh. Lebih lanjut
Soedjijono (1984:67) menyatakan bahwa perwatakan bertugas menyiapkan atau
menyediakan alasan bagi tindakan-tindakan tertentu.
Uraian lebih lengkap terhadap pelukisan watak tokoh dikemukakan oleh
Sukada, yang menyatakan bahwa pelukisan watak tokoh dapat dicapai dengan cara
sebagai berikut: melukiskan bentuk lahir dari pelaku, melukiskan alam pikiran pelaku,
reaksi pelaku terhadap suatu peristiwa, analisis watak pelaku secara langsung oleh
pengarang, melukiskan keadaan sekitar pelaku, reaksi pelaku lain terhadap pelaku
utama, dan komentar pelaku lain terhadap pelaku utama (Retnaningsih, 1987:64).
Prosa fiksi modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya,
menekankan pada unsur perwatakan tokohnya. Beberapa ciri utama tentang karakter
tersaji di bawah ini.

Tentang
Karakter

a. kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik watak tokoh


utamanya
b. mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis (cerpenis)
dalam menghidupkan watak tokoh
c. pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi keseharian
377

Bagaimana mengenali karakter? Untuk mengenali karakter, ada beberapa hal


yang perlu Anda perhatikan!

Mengenali
Karakter

a. m melalui apa yang diperbuatnya


b. m melalui ucapan-ucapannya
c. m melalui penggambaran fisik tokoh
d. m melalui pikiran-pikirannya
e. m melalui penerangan langsung

4) Latar Prosa Fiksi


Sebuah cerita pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu
tertentu dan pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa
penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi disebut latar
cerita atau setting.
Latar dalam prosa fiksi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu cerita (historis). Latar
tempat berkait erat dengan masalah geografis, merujuk suatu tempat tertentu
terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan
kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui ceritanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri yang
terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang tidak
menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang psikologis ialah
latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa yaitu mampu menuansakan
makna dan mampu mengajak emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat ditangkap
dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat berupa suasana,
sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang tersurat,
sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis membutuhkan
penghayatan dan penafsiran.
378

4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh


Berdasar atas fungsinya, latar cerita terbagi menjadi tiga hal, yaitu sebagai
metafora, sebagai penciptaan atmosfer, dan sebagai pengedepan. Latar yang berfungsi
sebagai metafora ialah latar yang berfungsi sebagai proyeksi atau objektivikasi dan
kondisi internal tokohnya atau nilai-nilai tertentu. Dalam hal demikian, latar befungsi
sebagai ungkapan metaforik. Latar yang berfungsi sebagai penciptaan atmosfer ialah
latar yang dapat membangun suasana atau melukiskan keadaan tertentu, misalnya
rumah terpencil, udara dingin menusuk tulang, dan yang lain. Latar demikian dapat
membangkitkan getaran emosi tertentu dalam diri pembaca. Latar yang berfungsi
sebagai pengedepan (foregrounding) ialah latar yang menonjolkan atau
mengedepankan latar waktu dan latar tempat saja. Dalam beberapa prosa fiksi, waktu
terjadinya peristiwa menduduki posisi penting. Dalam kaitan ini ada tiga kemungkinan
penunjukan, yaitu difus, fragmentaris, dan kalenderis. Difus adalah penunjukan waktu
kata-kata: dulu, selama perjalanan. ,menjelang pagi, dan yang lain. Fragmentaris
merupakan penyajian bagian-bagian waktu, seperti 12 tahun yang lalu, pada masa
mudanya, dan yang lain. Sedangkan kalenderis adalah penunjukan waktu secara tepat,
misalnya 30 september 1965, januari yang lalu, dan yang lain.
Berikut ini contoh wacana deskripsi yang terdapat dalam novel Ketika Lampu
Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Rangkuti berusaha melukiskan suasana
hiruk-pikuk lalu lintas di sebuah perempatan jalan yang ber-traffict lihgt.
Ketika lampu berwarna merah, mobil-mobil di ujung jalan itu berhenti
membiarkan mobil-mobil dari jurusan yang berlainan melintas di tengah-tengah
perempatan itu. Debu tidak nampak beterbangan di udara yang panas di atas jalan
aspal yang licin itu. Deru mobil-mobil yang melintas itu membisingkan. Asap hitam
disemburkan lubang-lubang knalpot, sehingga dari balik kaca para sopir udara tampak
menjadi hitam. Mobil-mobil itu melintas cepat menepiskan angin dan menggoyang
pohon hias di sepanjang tepi jalan..
Cermati beberapa hal yang terkait dengan latar di bawah ini.
1) bukan hanya sekedar background,
2) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
3) Cerpen modern: menjadi sangat penting, erat dengan karakter, tema, suasana
cerita,
4) latar harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
5) latar terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan) filosofis,
6) latar dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu latar integral dalam prosa fiksi, dapat diajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) dapatkah latar diganti dengan tempat lain tanpa mengubah karakter dan
isi?
379

2) sampai sejauh mana latar menentukan tema dan jalan cerita?


3) sampai sejauh mana latar membentuk watak dan mengapa daerah lain tidak
menghasilkan watak-watak demikian?
4) apakah latar akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen kalau dihilangkan
atau diabaikan?
5) Sudut Pandang Prosa Fiksi
Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut pandang
tertentu. Pengarang dapat memilih salah satu atau leih narrator/pencerita yang
bertugas memaparkan ide, peristiwa-peristiwa dalam prosa fiksi. Secara garis besar
pengarang dapat memilih pencerita AKUAN atau pencerita DIAAN.
Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila pencerita
tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang pertama: aku atau saya.
Pencerita akuan dapan menjadi salah sorang pelaku atau disebut narator acting. Sebagai
narator acting yag demikian ini biasanya bertindak sebagai pelaku utama yang serba
tahu.
Tidak semua narator acting bertindak sebagai pencerita yang serba tahu.
Terdapat kemungkinan narator acting inihanya mengetahui gerak fisik dari para pelaku.
Dalam cerita, narator actingyang demikian ini biasanya bertindak sebagai pelaku
bawahan.
Di samping bertindak sebagai pencerita yang terlibat atau narator acting, seorang
pencerita juga bisa bertindak sebagai pengamat. Pencerita semacam ini biasanya
disebut pencerita DIAAN. Pencerita Diaan dalam bercerita biasanya menggunakan
kata ganti orang ketiga. Adapun penunjuk kebahasaan yang digunakan biasanya dia,
ia, atau mereka.
Narator pengamat ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: narator
pengamat yang serba tahu dan narator pengamat terbatas atau objektif. Narator
pengamat serba tahu merupakan suatu teknik penceritan dengan pencerita menuturkan
ceritanya melalui satu atau lebih tokoh-tokohnya. Pengarang dengan menggunakan
teknik ini menceritakan segala hal yang dipikirkan, dirasakan oleh berbagai tokoh
cerita. Dengan sudut pandang ini, pencerita dapa berada dimana-mana dalam satu
waktu.
Sedangkan narator pengamat terbatas adalah pengarang menuturkan ceritanya
melalui kesan-kesan atau impresi dari satu tokoh. Pengetahuan pencerita tentang apa
yang terjadi daam cerita terbatas apa yang akan dilihat, didengar melalui gerak fisik
saja.
AKUAN

DIAAN
380

Kata ganti orang I


Kata ganti orang ke III
Narator acting serba tahu
Observer serba tahu
Naratoracting terbatas (objektif) Observer terbatas ( objektif )
Beberapa pertanyaan berikut berkait erat dengan masalah sudut pandang yang
terdapat pada prosa fiksi:
1) Bagaimana kisah tersebut diceritakan?
2) Dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu penting, yang terpenting
adalah bagaimana?
3) Pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang
diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita
4) berbeda dengan pandangan pengarang sebagai pribadi --- karena dalam
cerpen sebenarnya adalah pandangan pengarang terhadap kehidupan
5) pribadi pengarang yang masuk disebut gaya pengarang.
Ada 4 (empat) macam sudut pandang:
1) Omniscient point of view sudut penglihatan yang berkuasa sebagai pencipta,
serba tahu, dan bisa menceritakan apa saja: perasaan, kelakuan, pikiran,
termasuk komentar kelakuan pelakunya). Ciri: sejarah, edukatif, humor.
2) Objective point of view, sama dengan a hanya tanpa komentar; pembaca
disuguhi pandangan mata; pembaca bebas menafsirkan.
3) Point of view orang pertama, pembaca diajak ke pusat kejadian; seolah
membaca otobiografi; bahayanya pribadi masuk dalam tokoh.
4) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau teknik orang
ketiga.
6) Alur Prosa Fiksi
Sebuah cerpen atau novel menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Sebuah
cerita adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan
tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan
kejadian, atau hubungan sebab akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara
linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang
utuh, padu dan bulat dala suatu prosa fiksi disebut alur.
Susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal, yang biasanya disebut sebagai
bagian perkenalan, berisi informasi penting yang berkait dengan hal-hal yang
diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut dapat berupa
pengenalan latar, pengenalan tokoh, penciptaan suasana, dan yang lain. Fungsi pokok
bagian ini ialah mengkondisikan pembaca agar siap memasuki tahapan cerita
selanjutnya. Bagian awal ini sering menjadi taruhan bagi pengarang, maksudnya ialah
kegagalan dan keberhasilan sebuah prosa fiksi dalam menarik minat pembacanya
sangat ditentukan oleh bagian ini.
381

Dalam sebuah prosa fiksi, bagian awal selain sebagai eksposisi/paparan juga
mengandung unsure instabilitas, yaitu situasi tidak stabil yang dijadikan sebagai
perangkai bagian-bagian berikutnya.
Bagian tengah menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa
terjadi secara internal (terjadi dalam diri tokoh itu sendiri) dan bisa juga terjadi secara
eksternal (terjadi karena pertentangan antar tokoh). Konflik internal dikenal dengan
istilah konflik batin, sedangkan konflik eksternal disebut sebagai konflik sosial.
Bagian tengah ini umumnya mendominasi keseluruhan cerita, sebab bagian
terpanjang cerita ada pada bagian ini. Pada bagian ini tokoh, peristiwa, konflik, tema,
makna cerita, dan yang lain diceritakan. Pada bagian ini pula semua persoalan yang
muncul pada bagian sebelumnya jelas dan terjawab secara perlahan-lahan. Pembaca
dapat dikatakan telah memperoleh cerita atau memperoleh suatu dari aktivitas
membacanya.
Bagian akhir merupakan tahap peleraian atau kesudahan cerita. Berbagai
jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternative
penyelesaiannya. Muaranya pada dua kemungkinan. Ada yang memunculkan
kemungkinan menyenangkan (happy ending) maupun menyedihkan (sad ending).
Kemungkinan lain yang muncul ialah penyelesaian cerita secara tertutup atau terbuka.
Sebuah cerita beralur tertutup apabila semua persoalan tersedia jawaban atau
penyelesaiannya secara eksplisit. Sedangkan alur terbuka terjadi apabila semua
persoalan tidak ditemukan jalan keluarnya pada para tokoh. Penyelesaian atas
persoalan diserahan sepenuhnya pada pembaca.
Secara lebih khusus, berdasar atas pembagian secara garis besar seperti yang
terpaparkan sebelumnya, Najid (2003:20) tahapan alur dalam prosa fiksi terbagi sebagai
berikut:
1) Paparan (exposition), tahap cerita tempat pengarang mulai melukiskan
sebuah keadaan sebagai awal cerita.
2) Rangsangan (inciting moment), munculnya peristiwa atau kejadian sebagai
titik awal munculnya gawatan.
3) Gawatan (rising action), tahapan cerita yang melukiskan tokoh-tokoh yang
terlibat dalam cerita mulai bergerak. Dalam tahap ini konflik secara bertahap
mulai terasa. Konflik dapat bersifat pribadi atau social.
4) Tikaian (conflict), munculnya perselisihan antar tokoh karena adanya
kepentingan yang berbenturan namun tidak terselesaikan.
5) Rumitan (complication), tahapan cerita yang menggambarkan konflikkonflik yang muncul mulai memuncak.
6) Klimaks (climax), tahapan cerita yang melukiskan suatu peristiwa yang
mencapai titik puncak. Bagian ini dapat berupa bertemunya dua tokoh yang
382

sebelumnya saling mencari, atau terjadinya pertikaian antara dua tokoh yang
saling bermusushan.
7) Leraian (falling action), bagian cerita tempat pengarang memberikan
pemecahan dan semua peristiwa yang telah terjadi pada bagian sebelumnya.
8) Selesaian (denouement), tahap akhir cerita yang merupakan penyelesaian
persoalan.
Dalam menyusun alur, seorang pengarang, umumnya, secara sadar atau tidak
telah menggunakan beberapa kaidah yang ada dalam fiksi. Beberapa kaidah tersebut
iaah kemasuk-akalan (plausibility), kejutan (surprise), tegangan (suspense), keutuhan
(untiy), dan kebetulan (deux ex machine).
Sebuah cerita harus tercerna oleh akal meskipun kemasuk-akalan dalam cerita
tidak dapat disamakan dengan realitas kehidupan. Untuk dapat membangun
hubungan dengan pembaca, sebuah cerita harus mengacu pada sebuah realitas, namun
sebuah cerita tidak mungkin kongruen atau sama dan sebangun dengan kenyataan.
Jadi, yang dimaksud dengan aspek masuk akal dalam bahasan ini ialah kebenaran yang
dimiliki oleh cerita itu sendiri.
Sebuah cerita harus menarik. Agar sebuah cerita menarik perhatian pembacanya,
ia harus menampilkan kejutan atau surprise. Kejutan, dalam sebuah cerita, cenderung
berfungsi untuk memperlambat tercapainya klimaks, mempercepat tercapainya
klimaks, atau untuk menimbulkan tegangan-tegangan psikologis pada pembaca.
Alur cerita yang baik harus mengandung tegangan, suspense yaitu ketidakmenentuan harapan terhadap hasil akhir pembacaan cerita. Suspense melibatkan
kesadaran pembaca terhadap berbagai kemungkinan yang ditawaran dalam cerita.
Sarana untuk menciptakan suspense adalah padahan (for shadowing) yaitu detil
pemaparan yang mengisyaratkan suatu kejadian atau peristiwa yang akan datang.
Sebuah prosa fiksi selain harus mengikuti berbagai kaidah tersebut, juga harus
tetap menganut kaidah kesatuan. Seketat apapun sebuah cerita dalam mengikuti
kaidah masuk akal, kejutan, dan suspense aspek kesatuan tidaklah dapat ditinggalkan.
Kesatuan atau kepaduan sebuah prosa fiksi dapat dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan dan kegagalan prosa fiksi tersebut.
Hal lain yang juga patut untuk dipertimbangkan dalam bahasan ini ialah kaidah
kebetulan. Aspek kebetulan dalam prosa fiksi dapat berwujud orang atau barang yang
muncul tiba-tiba dan memberikan jalan keluar atas kesulitan yang muncul.
Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita dapat
dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback). Sebuah cerita disebut
beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari awal kejadian dan diteruskan dengan
383

kejadian-kejadian berikutnya secara linier. Apabila peristiwa dalam cerita tidak


bergerak linear, cerita demikian disebut belaur sorot balik. Selain kedua hal tersebut
juga terdapat cerita yang memadukan konsep alur seperti ini. Bahkan juga terdapat
cerita berbungkai. Cerita berbingkai ini ditunjukkan dengan adanya bingkai cerita yang
berlapis-lapis. Meskipun memiliki banyak lapis cerita, sebuah prosa fiksi harus
menunjukkan keutuhan cerita.
Berdasar atas tingkat kepaduan alur sebuah cerita, muncul alur rapat dan alur
renggang. Suatu prosa fiksi disebut rapat jika dalam suatu cerita hanya terdapat
pekembangan cerita yang berpusat pada tokoh tertentu saja. Apabila dalam cerita
tersebut terdapat perkembangan cerita yang berpusat pada tokoh utama dan tokohtokoh lain, maka alur cerita seperti ini dikategorikan sebagai alur renggang.
7) Pesan Prosa Fiksi
Dalam berkarya pengarang pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai
melalui karyanya. Tujuan inilah yang disebut dengan amanat. Amanat terbagi menjadi
dua, yaitu amanat utama dan amanat bawahan. Umumnya amanat berisi ajaran-ajaran
moral, misalnya ajakan, saran, atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan
kesadaran kemanusiaannya. Banyak sedikitnya amanat dan luas sempitnya amanat
bergantung pada persoalan yang dipaparkan pengarang pada karyanya.
Perlatihan:
Bacalah cuplikan cerpen berikut ini!
Jakarta
Oleh Totilawati Tjitrawasita
Ketika penjaga menyodorkan buku tamu, hatinya tersentil. Alangkah anehnya, mngunjungi adik
sendiri harus mendaftar, padahal singatnya dia bukan dokter. Sambil memegangi buku itu dipandangnya
penjaga itu dengan hati-hati, kemudian pelan dia bertanya,Semua harus mengisi buku ini ?Sekali saudara
atau ayah, umpamanya ?
Yang ditanya hanya mengangguk, menyodorkan bolpin, Silahkan tulis: nama, alamat dan
keperluan, katanya.
Tiba-tiba timbul keinginannya untuk berolok-olok. Sambil menahan ketawa ditulisnya disitu: nama
Soeharto ( bukan presiden ). Keperluan:Untuk urusan keluarga
Cukup? katanya sambil menunjukkan apa yang ditulisnya kepada penjaga. Lelucon, lelucon,
katanya berulang-ulang sambil menepuk-nepuk punggung penjaga yang terlongok-longok heran. Dia tahu,
siapa saya. Ujarnya menjelaskan.
Tanda tangannya belum, tuan. Dan alamatnya ?.
Betul juga, ada gunanya juga menjelaskan identitasnya agar tuan rumah tahu dan member
sambutan yang hangat atas kedatangannya. Maka ditulisnya di bawah tanda tangannya, lengkap : Waluyo
ANOTOBOTO. Nama keluarganya sengaja dibikin capital semua, diber garis teba di bawahnya. Sekali lagi
dia tersenyum, ras bangga terukir I wajahnya.
Begini ? tanyanya seperti meminta pertimbangan penjaga.

384

Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka pintu, lalu menyerbunya dengan segala rasa
rindu, sambil melemparkan macam-macam pertanyaan kepadanya., Bagaimana Embok, Bapak, Tinah,
anaknya sudah berapa ?
Temukan beragam unsur prosa fiksi yang terdapat pada cuplikan cerpen
tersebut! Lengkapilah temuan Anda dengan kutipan-kutipan cerpen yang sesuai!

3. Memahami Unsur-Unsur Drama


Kali ini Anda akan belajar tentang teks percakapan (atau teks drama). Beberapa
hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan teks (karya) fiksi lainnya
(cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta
prolog dan epilog. Dialog menjadi bagian awal yang langsung terlihat berbeda dengan
teks fiksi lainnya. Dialog inilah yang secara spesifik membedakannya dari jenis fiksi
lainnya tersebut. Artinya, teks drama lebih dominan unsur dialognya dibanding teks
fiksi lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks drama bukan diadakan oleh
pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun tidak selalu ada, teks drama
sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini biasanya didasari pertimbangan
kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan sangat membantu perubahan setting
atau tempat terjadinya peristiwa ketika teks drama tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda) dengan teks
dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi menjadi dua, yakni untuk
sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu
hadir dalam setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang
ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula
sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau
penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan bagian akhir
naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan
pengarang, dan atau renungan.
Simak teks drama di bawah ini.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku:
Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.

385

02. Hana:

(Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?

03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana:

Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa
yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani,
Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan
oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini,
sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan
tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
07. Inu:

(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka
memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis),
miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina
secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh,
cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu
benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka
dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)

08. Hana:

(Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

09. Inu:

(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan
tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyumsenyum)

10. Jati:

(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?

11. Inu:

Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati:

Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)

14. Jati:

Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana


perasaanmu, Inu?
386

15. Inu:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati:

Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu:

(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati:

Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!

19. Inu:

Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati:

(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami sedang
latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai! Hentikan
latihan gila-gilaan ini!

21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.


---selesai--Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda simpulkan
tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang lain (cerpen dan novel)?
Secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur dialog, bahkan ada naskah drama yang
(sebagian besar) hanya terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog yang terdapat dalam
teks drama itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra berbentuk teks
drama dapat ditemukan.
Drama sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya fiksi yang lain. Kesamaan
itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di dalamnya. Namun ada
perbedaan esensial yang membedakan antara karya drama dengan karya fiksi adalah
tujuan utama penulisan naskah drama adalah untuk dipentaskan. Semi (1988)
menyatakan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang
dipentaskan.
Jika Anda cermati secara seksama, drama mempunyai dua aspek esensial, yaitu
aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan dengan seni lakon atau teater.
Apabila dirinci lebih dalam lagi, sebenarnya drama memiliki tiga dimensi, yaitu sastra,
gerakan, dan ujaran. Oleh karena itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca
seperti novel atau cerpen, tetapi lebih dari itu dalam penciptaan naskah drama sudah
dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.
Mengingat penciptaan drama disusun dengan maksud untuk dipentaskan maka
dalam setiap naskah selalu ditemukakn narasi, dalog dan arahan tentang petunjuk
lakuan.
Dalam sebuah naskah drama terdapat hal-hal penting yang harus diketahui bila
kita ingin memehaminya. Hal ini bisa disebut sebagai unsur-unsur drama. Secara lebih
rinci bagian berikut akan membahasnya.
387

a. Alur Drama
Alur dalam sebuah pertunjukanatau drama sama dengan alur novel atau
cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai akhir. Namun alur
drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi. Kekhususan itu
disebabkan oleh karakteristik drama itu yang memang unik. Kekhususan alur drama
adalah sebagai berikut (Semi, 1988). Alur drama haruslah alur yang dapat dilakonkan
oleh para pemain drama di muka public penonton.
Alur drama haruslah jelas agar mudah diikuti oleh penonton. Secara garis besar
alur drama adalah sebagai berikut
1) Klasifikasi atau induksi. Bagian ini memberikan kesempatan kepada
penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang dibawakan
mereka, serta member pengenalan terhadap permulaan problem atau
konflik.
2) Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. DI sini
mulai terjadi insiden.
3) Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut juga rising
action. Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling
mempengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke pihak masingmasing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis berkecenderungan
melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan atau diakibatkan
oleh yang lain. Itulah sebabnya dinamakan komplikasi.
4) Penyelesaian (denoument). Setiap segi pertentangan diadakan penyelesaian
dan dicarikan alan keluar. Penyelesaian bisa sedih bisa juga
menggembirakan ( Semi, 1988 ).
b. Pesan Drama
Pengarang memiliki tujuan tertentu melalui karya dramanya. Inilah yang disebut
dengan amanat atau pesan. Pesan dalam drama terbagi dua, yaitu pesan utama dan
pesan bawahan. Umumnya pesan berisi ajaran-ajaran moral, misalnya ajakan, saran,
atau anjuran kepada pembaca untuk meningkatkan kesadaran kemanusiaannya.
Banyak sedikit dan luas sempitnya pesan bergantung pada persoalan yang dipaparkan
pengarang pada karyanya.
c. Tema Drama
Dalam drama tema memiliki kedudukan yang sangat penting. Semua elemen
dalam drama mengacu dan menunjang tema. Tema disebut sebagai ide sentral atau
makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi.
Dalam drama tema juga menjadi panduan pengarang dalam memilih bahanbahan cerita yang menyusunnya. Cara watak-watak bergerak, berpikir dan merasa,
serta cara watak-watak bertentangan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana

388

cerita itu diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang disampaikan oleh
pengarangnya.
d. Latar Drama
Drama pada hakikatnya adalah lukisan peristiwa atas kejadian yang menimpa
atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan
pada tempat tertentu. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa penempatan
waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam drama amat penting.
Latar dalam drama terdiri atas tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat, dan
latar sosial. Latar waktu berkait dengan penempatan waktu cerita (historis). Latar
tempat berkait erat dengan masalah geografis, merujuk suatu tempat tertentu
terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkait dengan kehidupan
kemasyarakatan dalam cerita.
Latar cerita bukan sekedar sebagai penunjuk kapan dan dimana sebuah cerita
terjadi, namun ia juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan
pengarang melalui karyanya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa latar
sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal (neutral) dan psikologis (spiritual). Latar
fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, kantor,
Negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis.
Perbedaan latar fisikal dan latar psikologis tampat pada empat ciri yang
terpaparkan di bawah ini.
1) Latar fisikal berkait dengan tempat, benda, dan peristiwa yang tidak
menuansakan makna apa-apa, sedangkan latar belakang psikologis ialah
latar yang berupa benda, tempat, dan peristiwa yaitu mampu menuansakan
makna dan mampu mengajak emosi pembaca.
2) Latar fisikal terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik dan dapat ditangkap
dengan panca indera, sedangkan latar psikologis dapat berupa suasana,
sikap serta jalan pikiran manusia atau tokoh cerita.
3) Untuk memahami latar fisikal, pembaca cukup melihat apa yang tersurat,
sedangkan pemahaman terhadap latar psikologis membutuhkan
penghayatan dan penafsira.
4) Latar fisikal dan psikologis saling berpengaruh
Perlatihan
Simak teks drama di bawah ini.

Sebelum Sembahyang
389

Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar
suara kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III : Itu suara apa?
Copet II : Suara orang adzan.
Copet I
: Apa? Suara orang edan?
Copet II : Adzan, goblok!
Copet I
: Apa? (memiling-milingkan kepala)
Copet II : Adzan, tuli?
Copet I
: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang.
Iya, kan? Benar, kan?
Copet II : Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah
itu. Kog hampir sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV : Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I
: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering
kudengar. Waktu aku masih di asrama.
(Kecuk Ismadi CR)
Setelah mencermati penggalan teks drama di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan di bawah ini.
(a) Siapa saja tokoh dalam penggalan teks drama di atas?
(b) Di manakah latar ceritanya?
(c) Apa masalah yang sedang mereka bicarakan?
(d) Apakah konflik sudah tampak dalam penggalan teks drama di atas? Jika
sudah ada, sebutkan konflik yang dimaksud!
F. Menulis Sastra
1. Pengantar
Selamat datang para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG tahun ini. Kali ini
Anda berhadapan dengan modul yang berjudul Menulis Sastra. Di bawah ini disajikan
deskripsi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator modul ini.
Standar kompetensi (SK) modul ini adalah mengekspresikan pikiran, perasaan,
dan pengalaman melalui karya sastra. Berdasar SK tersebut diturunkan kompetensi
dasar (KD) sejumlah enam. Keenam KD yang dimaksudkan adalah di bawah ini.
1) Menulis pantun sesuai dengan syarat pantun,
2) Menulis dongeng,
3) Menulis puisi bebas,
4) Menulis drama,
5) Menulis cerpen,
6) Menulis kritik dan esai.
2. Materi Pembelajaran
390

a. Menulis Pantun Sesuai dengan Syarat Pantun


Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis pantun. Artinya,
setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda terbantu bagaimana menulis pantun.
Dalam sajiannya, kegiatan belajar ini terbagi atas dua subtopik, yakni syarat
pantun dan menulis pantun sesuai syarat tersebut. Sesuai syarat, melalui contoh-contoh
pantun serta variasi bentuk perlatihan penulisan pantun yang disajikan, Anda
diharapkan dapat dengan mudah memulai mencoba menulis pantun dengan lebih
mudah.

1) Syarat-syarat Pantun
Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terkenal, di samping mantra,
syair, talibun, gurindam, pepatah, dan teka-teki. Pantun, sebagaimana puisi lama
lainnya memiliki aturan. Aturan penulisan pantun, antara lain:
a) jumlah suku kata dalam setiap baris
b) jumlah baris setiap bait
c) jumlah bait
d) aturan rima dan ritma.
Secara umum, pantun terdiri atas empat baris, bersajak (rima) abab atau disebut
rima silang, dua baris pertama berupa sampiran dan dua baris akhir berupa isi.
Jenis-jenis pantun adalah (1) pantun sukacita atau pantun jenaka/riang, (2)
pantun muda, (3) pantun dagang, (4) pantun nasihat atau pantun tua, (5) pantun
agama, dan (6) pantun adat.
Di bawah ini adalah contoh pantun.
(1) Pantun sukacita
Elok rupanya kumbang janti
dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
melihat ibu sudah datang
Dibawa itik pulang petang
dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
hati cemas menjadi hilang
(2) Pantun muda
Anak padang ke Kurai Taji
batang manggis bercabang lima
adik sayang usahlah pergi
pahit manis tanggung bersama
Tanam melati dirama-rama
ubur-ubur sampingan dua
391

sehidup semati kita bersama


satu kubur kelak berdua
(3) Pantun dagang atau pantun nasib
Dari Gresik ke Surabaya
pagar siapa saya sesarkan
Wahai nasib apakan daya
pada siapa saya sesalkan
Apa digulai orang di ladang
pucuk kacang sela-bersela
Apakah untung anak dagang
hari petang, tangga berhela
(4) Pantun nasihat
Anak ayam turun sepuluh
mati satu tinggal sembilan
Tuntut ilmu bersungguh-sungguh
suatu jangan ketinggalan
Anak ayam turunlah enam
mati satu tinggallah lima
Supaya kita jangan jahanam
baik tuntut pada ulama
(5) Pantun agama
Kemumu di dalam semak
jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
tidak sembahyang apa gunanya
Asam kandis asam gelugur
ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
teringat badan tidak sembahyang
(6) Pantun adat
Berek-berek turun ke semak
dari semak turun ke padi
Dari nenek turun ke mamak
dari mamak turun ke kami
Dahulu rebab yang bertangkai
kini kopi yang berbunga
Dahulu adat yang berpakai
kini rodi yang berguna.
392

Setelah Anda membaca pantun di atas, tuliskan isi pantun tersebut!


Jenis Pantun
Pantun Sukacita

Isi

Pantun Muda
Pantun Dagang
Pantun Nasihat
Pantun Agama
Pantun Adat

2) Menulis Pantun dengan Pilihan Kata Yang Sesuai


Setelah memperhatikan contoh-contoh pantun di atas, kali ini Anda akan belajar
menulis pantun. Banyak hal yang dapat ditulis menjadi pantun. Seorang anak yang
sedang menunggu ibunya datang, dapat diungkapkan melalui pantun. Seorang
pemuda yang sedang jatuh hati pada seorang pemudi dapat diungkapkan melalui
pantun. Aktivitas di sekolah, pengalaman jalan-jalan, pengalaman keagamaan, dan
segala hal yang mencakup kehidupan sehari-hari dapat diiungkapkan menjadi sebuah
pantun. Hal-hal yang lucu pun dapat diungkapkan melalui pantun.
Perlatihan
Di bawah ini Anda diminta melengkapi pantun. Jika ada bagian-bagian yang kurang
jelas, cobalah berdiskusi dengan teman!
(1) Lengkapilah isi pantun di bawah ini!
Awan putih gulung-gemulung
menutup bukit jauh di sana
.
.
Angin berhenbus amat sejuknya
ketika hujan titik perlahan
.
.

393

(2) Lengkapilah sampiran pantun di bawah ini!

Surat adinda tiba kemarin


Tidurku gelisah, makan tak karuan
.
.
Aku suka keroncong, kamu dangdut
Aku suka gudeg, kamu rending
(3) Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan sampiran yang sama, cobalah membuat pantun dengan isi yang
berbeda!
(4) Cermati kembali pantun yang telah Anda lengkapi di atas. Dengan
menggunakan isi yang sama, cobalah membuat pantun dengan sampiran yang
berbeda!
(5) Selanjutnya, cobalah Anda membuat lima buah pantun dengan topik bebas!
Misalnya tentang mata pelajaran, teman yang lucu, lingkungan sekolah, atau
alam sekitar. Tukarkan pekerjaan tersebut dengan pekerjaan teman Anda.
Berilah komentar terhadap pekerjaan teman Anda!
b. Menulis Dongeng
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan mampu menulis
dongeng. Dalam kegiatan belajar ini disajikan dua subtopik, yakni (1) dongeng dan
jenisnya dan (2) membaca dan menulis ulang dongeng.
Kedua subtopik di atas muncul dari anggapan bahwa pemahaman tentang jenis
dongeng perlu dikuasai sebelum menulis (ulang) dongeng. Setelah memahami jenis
dongeng (termasuk yang masih berkembang di masyarakat), Anda diharapkan dapat
menulis (ulang) dongeng. Dikatakan menulis (ulang) dongeng didasari alasan bahwa
dongeng sudah ada dan tersedia di masyarakat. Yang diperlukan adalah membaca
ulang (mencari narasumber, dan seterusnya), dan selanjutkan menuliskan secara ulang
dongeng yang dimaksud. Sebagian besar dongeng masih tersimpan dengan baik dalam
diri pencerita (narasumber, secara lisan). Yang diperlukan adalah menuliskan ulang
dongeng yang dimaksudkan. Dengan argumen itu, subtopik kedua dimunculkan, yakni
membaca dan menulis ulang dongeng.
1) Dongeng dan Jenisnya
Menurut Danandjaja (1997:83-84) dongeng adalah cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan. Dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benarbenar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, meskipun banyak juga
yang melukiskan kebenaran, ajaran moral, ataupun sindiran.
394

Kebanyakan orang beranggapan bahwa dongeng sebagai cerita mengenai peri.


Kenyataannya, banyak dongeng yang tidak menceritakan kehidupan para peri,
melainkan isi cerita atau plotnya mengenai sesuatu yang wajar. Dongeng dapat berupa
cerita peri, cerita kanak-kanak, atau cerita ajaib.
Antti Aarne dan Stith Thompson membagi jenis dongeng ke dalam empat
golongan besar, yakni:
a. dongeng binatang (animal tales)
b. dongeng biasa (ordinary folktales)
c. lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)
d. dongeng berumus (formula tales)
Dongeng binatang merupakan dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan
binatang liar. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal
budi seperti manusia. Binatang-binatang itu biasanya terbatas pada jenis tertentu. Di
Eropa binatang itu adalah rubah (fox), di Amerika kelinci, di Indian Amerika sejenis
anjing hutan (coyote), rubah, burung gagak, dan laba-laba, serta di Filipina adalah kera.
Di Indonesia binatang itu adalah pelanduk (kancil) dengan nama Sang Kancil.
Binatang-binatang itu semuanya mempunyai sifat yang cerdik, licik, dan jenaka. Lawan
binatang cerdik adalah pandir, yang selalu menjadi bulan-bulanan tipu muslihat
binatang cerdik itu. Di Amerika ada beruang, di Filipina buaya, dan di Indonesia
adalah harimau.
Di dalam dongeng binatang di Indonesia, tokoh yang paling populer adalah
sang kancil. Tokoh binatang cerdik licik ini di dalam ilmu folklor dan antropologi
disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu.
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya
adalah kisah suka-duka seseorang. Di Indonesia, dongeng biasa yang populer bertipe
Cinderella. Dongeng bertipe ini ada banyak. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur
terdapat dongeng Ande-ande Lumut dan Si Melati dan Si Kecubung, di Jakarta
terdapat dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah, dan di Bali ada I Kesuna lan I
Bawang.
Lelucon dan Anekdot merupakan dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan
rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi yang mendengar maupun
yang menceritakan. Anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau
beberapa tokoh, yang benar-benar ada, sedangkan lelucon menyangkut kisah fiktif lucu
anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras. Misalnya, kisah
pendek lucu Albert Einstein disebut anekdot, sementara kisah pendek lucu orang Batak
disebut lelucon.
Dongeng-dongeng berumus merupakan dongeng yang oleh Antti Aarne dan
Stith Thompson disebut formula tales, dan strukturnya terdiri atas pengulangan395

pengulangan. Subbentuk dari dongeng berumus adalah: dongeng bertimbun banyak,


dongeng untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang tidak mempunyai akhir.
Dongeng bertimbun banyak (disebut pula dongeng berantai) adalah dongeng
yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih terinci pada setiap
pengulangan inti cerita. Di Indonesia berkembang lelucon yang bersifat penghinaan
suku bangsa lain. Simak contoh di bawah ini.
Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya lari terbiritbirit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil. Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan
karena diburu seekor kucing. Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu
seekor anjing. Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak. Si
orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi. Dan si polisi lari
terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.

Dongeng untuk mempermainkan orang merupakan cerita fiktif yang diceritakan


khusus untuk memperdayai orang karena akan menyebabkan pendengarnya
mengeluarkan pendapat yang bodoh.
Dongeng yang tidak ada akhirnya (endless tales) adalah dongeng yang jika
diteruskan tidak akan sampai pada batas akhir. Perhatikan contoh di bawah ini.
Pada suatu kali ada seekor semut yang berniat hendak memindahkan sebukit
pasir dari Jakarta Kota ke Tangerang. Pada hari pertama ia menggotong sebutir pasir.
Dengan lambat sekali, ia melalui Jalan Hayam Wuruk, terus ke Jalan Kemakmuran,...
Setelah satu bulan, ia baru berhasil membawa sebutir pasir itu ke Tangerang. Untuk
kembali ke Jakarta Kota, diperlukan waktu satu bulan lagi. Baru pada bulan ketiga ia
dapat mulai mengangkat butir pasir kedua. Demikianlah dengan susah payah butir pasir
itu diangkatnya ke punggungnya dan mulailah ia berjalan melalui Jalan Hayam Wuruk,
terus ke Jalan Kemakmuran ...

2) Membaca dan Menulis Ulang Dongeng


Di perpustakaan sekolah, dongeng dan cerita rakyat dapat dengan mudah
ditemukan. Mengapa sangat mudah ditemukan dan jumlahnya banyak? Karena,
hampir setiap daerah mempunyai dongeng dan cerita rakyat yang bermacam-macam.
Bahkan, karena terlalu banyak dongeng itulah, sebagian terbesar dongeng-dongeng di
seluruh wilayah Indonesia ini belum terbukukan. Sebagian masih berupa cerita lisan.
Tentu saja, jika tidak segera dibukukan, cerita-cerita yang lisan tadi suatu saat akan
hilang dan dilupakan.
396

Pertanyaannya kini, berapa dongeng yang telah kita baca? Di antara yang sudah
kita baca, berapa yang dapat kita sampaikan (menulis ulang) kepada orang lain. Nah,
kali ini, Anda akan belajar menulis ulang dongeng, baik yang disampaiakn secara lisan
maupun tertulis.
Di seluruh dunia, hingga saat ini, dongeng masih bertahan hidup. Di Indonesia,
dongeng juga masih banyak dijumpai dan digemari. Anak-anak hingga orang tua
gemar mendengarkan dongeng. Di bawah ini dikutip salah satu dongeng yang sangat
terkenal.
Si Tanduk Panjang
Dahulu kala, di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga miskin. Keluarga itu terdiri atas seorang
ayah, ibu, dan anak perempuannya.
Ayah dan ibu tersebut sangat sayang kepada anak perempuan satu-satunya. Namun,
kebahagiaan mereka terasa belum lengkap manakala belum dikaruniai seorang anak laki-laki.
Setiap hari mereka tak berhenti berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak laki-laki
sebagai penyambung keturunan. Bulan berganti bulan, tahun pun berlalu, mereka tetap berdoa. Akhirnya,
sang istri pun hamil. Keluarga itu pun semakin berbahagia. Terlebih setelah sang istri melahirkan bayi lakilaki. Namun, kegembiraan itu hanya berlangsung sesaat ketika diketahui bahwa di kepala bayi itu tumbuh
tanduk. Perasaan gembira itu mendadak berubah malu dan takut kalau-kalau mereka nanti akan diejek
para tetangga.
Untuk menutupi rasa malu dan takut itu, pada malam hari, bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam
sebuah peti dengan dibekali sebutir telur dan secangkir beras. Peti itu lalu dihanyutkan ke sungai.
Kakak perempuan bayi laki-laki itu mengetahui perbuatan kedua orang tuanya. Ia sangat sedih.
Dengan diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti peti yang membawa adiknya hanyut di sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. Beberapa lama kemudian terdengar adiknya
menangis karena lapar. Sang kakak pun menghiburnya dengan berkata, Adikku sayang, si tanduk
panjang, janganlah engkau menangis. Jika engkau lapar, makanlah sebutir beras agar kau kenyang! Tak
berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti. Begitulah seterusnya, setiap kali terdengar suara tangis,
sang kakak segera meneriakkan kata-kata yang sama.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam dari peti tempat
adiknya. Ia tak dapat mendekati peti itu, tetapi ia dapat menduga bahwa telur yang dibekalkan kepada
adiknya telah menetas.
Begitulah, hari berganti, bulan berlalu. Setiap adiknya menangis, ia selalu menghiburnya dengan
kata-kata yang penuh kasih sayang. Sang kakak tak mengenal lelah demi kecintaannya kepada adiknya.
Hingga suatu hari peti itu terbawa arus sampai ke tepian sungai. Si kakak dengan wajah gembira mencoba
meraihnya.
Berkali-kali ia mencoba meraih. Akhirnya perti itu dapat diraihnya. Dan, betapa terkejutnya ketika
peti itu dibuka, melompatlah seorang anak laki-laki gagah dan tampan. Tak lagi terlihat ada tanduk di
kepalanya. Di belakangnya, seekor ayam jantam menyertai. Betapa gembira si kakak melihat kenyataan
itu. Ia bersyukur pada Tuhan yang telah menyelamatkan adiknya yang sangat disayanginya.
Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu gerbang desa
mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa untuk masuk ke desa mereka harus

397

mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa. Jika menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan
dijadikan budak. Namun jika tidak berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kakak-beradik itu menyanggupi tantangan tersebut. Dan, pada hari yang telah ditentukan ayam
mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat setempat. Ternyata ayam si tanduk panjang menang.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu dipersilakan masuk desa dan dijamu dengan makanan yang lezat-lezat
serta dihadiahi harta kekayaan. Tak lama kemudian kedua kakak-beradik itu minta diri untuk meninggalkan
desa itu.
Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa, yakni harus menyabung
ayam. Lagi-lagi bertarunglah ayam mereka. Untung ayam kakak-beradik itu selalu menang sehingga
mereka tidak mendapat kesulitan dan sekaligus menambah harta kekayaannya. Bahkan untuk membawa
harta kekayaannya, mereka membawa beberapa pengikut.
Akhirnya kedua kakak-beradik itu tiba di desa kelahirannya. Para penduduk menanyai asal-usul
mereka. Mendengar pengakuan kedua kakak-beradik itu, penduduk mengetahui siapa sebenarnya mereka.
Kabar tentang kedatangan dua kakak-beradik pun tersebar. Si tanduk panjang dan kakak
perempuannya telah datang, begitulah kabar yang tersebar. Kedua orang tua mereka pun mendengar, lalu
datanglah mereka untuk menyongsong kedua anaknya yang telah lama hilang. Namun, kakak-beradik itu
menolaknya.
Kami tidak punya orang tua lagi, karena justru ketika kami memerlukan kasih sayang dan
perlindungan, mereka tidak melakukannya. Tak ada yang peduli pada kami.
Betapa kecewa kedua orang tua mereka yang sudah miskin itu. Kini, mereka baru menyadari akan
kesalahannya. Hancurlah hatinya. Mereka menyesal, lalu jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.

Perlatihan
a) Bentuklah kelompok diskusi yang masing-masing kelompok berjumlah empat orang.
Diskusikan tentang keempat jenis dongeng di atas. Apakah keempat jenis dongeng
di atas ada dan berkembang di Indonesia?
b) Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
(1) Baca dan pelajarilah dengan cermat dongeng di atas!
(2) Tulislah isi dan amanat dongeng tersebut!
(3) Tulisah kerangka (alur) dongeng di atas!
(4) Kembangkan kerangka dongeng tersebut dengan bahasa Anda sendiri sehingga
menjadi sebuah dongeng yang utuh!
(5) Berdasarkan pembagian Antti Aarne dan Stith Thompson terhadap dongeng ke
dalam empat golongan besar, yakni (1) dongeng binatang (animal tales), (2)
dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes),
serta (4) dongeng berumus (formula tales), lakukan tahapan di bawah ini
a) Identifikasikan dongeng yang masih ada di sekitar Anda berdasar keempat
golongan besar di atas.
b) Tentukan salah satu dongeng di antara yang telah Anda identifikasikan
tersebut.
c) Buat kerangka dongeng yang akan membantu memudahkan Anda dalam
mengembangkan alur dongeng.
d) Kembangkan kerangka dongeng tersebut menjadi sebuah dongeng yang
utuh.
398

c. Menulis Puisi Bebas


Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis puisi
bebas. Kegiatan belajar ini terdiri atas subtopik, yakni (1) menulis puisi yang berisi
gagasan sendiri, (2) menampilkan pilihan kata dan rima yang menarik, dan (3) serta
menulis puisi secara kreatif.
Jika dibandingkan dengan menulis prosa, menulis puisi memiliki keunikan
tersendiri. Salah satu keunikan menulis puisi adalah kelebihan dan kekurangannya.
Artinya, hampir lebih banyak orang yang pada mulanya menulis puisi dibandingkan
dengan menulis prosa. Inilah kelebihannya. Sementara itu, kualitas yang dihadirkan
karena kuantitas tersebut sering menjadi bumerang, bahwa produk puisi cenderung
kurang bermutu dibandingkan dengan prosa. Melihat kecenderungan ini, yang
diperlukan adalah bagaimana meyakinkan kepada penulis puisi bahwa setiap tulisan
(dalam hal ini puisi) memiliki sejarah tersendiri (baca: kualitas).
Berkaitan dengan hal itu, kegiatan belajar menulis puisi ini ditekankan pada
kemauan berani mencoba dan berkeyakinan baik . Yang diperlukan adaalah
mengeksplorasi sebanyak-banyaknya topik, lalu mengembangkan menjadi puisi.
1) Menulis Puisi Yang Berisi Gagasan Sendiri
Barangkali, setiap ada pertanyaan kepada penyair tentang bagaimana menulis
puisi, maka sang penyair akan menjawab, Tulis saja! Semua tulisan yang
dimaksudkan sebagai puisi, maka ia disebut puisi. Memang benar bahwa menulis
puisi tidak ada rumus atau resepnya, seperti halnya matematika atau memasak. Yang
diperlukan dalam menulis puisi adalah keberanian menulis. Jika demikian, semua
orang tentu dapat menulis puisi.
Setiap orang memiliki ide atau gagasan, tetapi tidak semua orang ingin
mengungkapkannya dalam bentuk puisi. Mengapa demikian? Jawabannya bisa
beragam. Tetapi dari semua jawaban, persoalan utamanya adalah karena tidak berani
mencoba menuliskan dalam bentuk puisi. Keberanian mencoba adalah jawaban dari
kesulitan menulis puisi.
Di bawah ini disajikan beberapa puisi. Puisi-puisi tersebut bukan karya penyair
terkenal, tetapi merupakan karya para remaja yang dimuat di majalah Gadis.
Cermatilah bagaimana penulis menuangkan gagasannya dalam bentuk puisi.
Ucapan Syukur
Terimakasih Tuhan
untuk burung yang berkicau di pepohonan
memuji kebesaranMu
399

untuk bunga yang merekah


dan untuk embun yang bersinar di atasnya
untuk matahari yang cerah
udara yang sejuk
untuk semua karunia cipMu
terlalu indah bagi umatMu
Terimakasih Tuhan
untuk kehidupan ini
Yohana Elizabeth H. Jakarta
KAMU
Lama aku termenung
menyapa hati yang disaruk hitam
aku tancapkan
tiang-tiang
kokoh
di pekarangan hati
agar kamu tak datang lagi
Andik H. - Kediri
RINDU 1
Rindu yang pernah kuberikan padamu
tolong kembalikan,
jika kamu tak memerlukannya lagi

Ugi Maranatha Jakarta

MEREKA DAN AKU


Mereka iya, aku tidak
mereka boleh, aku jangan
mereka senang, aku benci
mereka sayang, aku jalang
mereka tak waras, aku malah rajanya
Lho, ini apa-apaan sih
makin lama kok makin ruwet
B. Febriantono Malang
Setelah membaca dan mencermati puisi-puisi di atas, apakah masih ada
kesulitan dalam menulis puisi? Tentu jawabannya masih sama, bahwa menulis puisi
memang bukan hal yang mudah. Namun demikian, melalui contoh-contoh di atas,
400

menunjukkan bahwa apa pun (topik dan gagasan) dapat ditulis dalam bentuk puisi.
Sekali lagi topik apa pun dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Tak ada kata sulit
kalau dicoba! Kuncinya: (a) menemukan dan memilih ide/topik dan gagasan, (b)
mengembangkan ide/topik dan gagasan dalam bentuk baris-baris kalimat, (c)
mempergunakan bahasa yang dikuasai dan dipahami sehingga pembaca akan mudah
pula menguasai dan memahami.
Jika ketiga hal di atas adalah langkah, maka para penulis di atas telah
menerapkan dengan baik. Nah, sekarang Anda yang akan memulai.

2) Menampilkan Pilihan Kata dan Rima Yang Menarik


Pilihan kata yang tepat adalah kata-kata yang mampu mewakili ekspresi
penulisnya. Dengan kata lain, penulis memilih kata sesuai dengan ungkapan
perasaannya. Ketika kata itu sudah dapat mewakili ekspresi penulisnya, maka kata
tersebut sudah tepat.
Rima terkait dengan pengulangan bunyi. Ketika seorang penulis puisi memilih
kata, rima juga harus dipertimbangkan. Rima yang menarik akan membuat puisi jadi
lebih merdu ketika dibacakan.
Perhatikan puisi-puisi di bawah ini. Puisi-puisi ini juga bukan karya para
penyair terkenal. Puisi-puisi ini adalah hasil karya para remaja.

UNTUKMU
Ukirlah sendumu di sudut rindu,
kalau jiwamu tak ragu.
Gapailah anganmu,
bila kau sebut namaku.
Robi H. Mojokerto
ASA
Ada asa di hari lalu
kau tabur rapi di danau hati
ada kisah manis di hari lalu
yang ternyata tak seabadi matahari
Emy Jayapura

401

3) Menulis Puisi secara Kreatif


Di antara genre sastra yang berkembang, puisi adalah yang paling populer di
kalangan masyarakat. Dengan demikian, menulis puisi lebih banyak dilakukan oleh
orang dibandingkan dengan menulis genre karya sastra lain.
Menulis puisi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kiat. Di bawah ini
disampaikan beberapa kiat menulis puisi. Setiap kiat tidak selalu sesuai dengan
seseorang. Namun demikian, setidaknya dengan kiat di bawah ini ada bahan banding
bagi yang ingin memulai menulis puisi.
a. Menulis dengan mengurai nama diri
b. Menulis berdasar tokoh (sejarah atau idola)
c. Menulis berdasarkan pengalaman
d. Menulis orang-orang dekat
e. Menulis alam sekitar
f. Menulis berdasar atas rangsangan indra
g. Menulis berdasar pengalaman sahabat
h. Menulis ulang dari puisi yang sudah ada
i. Menulis untuk berdoa pada Tuhan
j. Menulis ajakan melakukan sesuatu
k. Menulis untuk kekasih
l. Menulis untuk mengisahkan sesuatu (peristiwa atau tokoh)
m. Menulis kepada pemimpin yang berkuasa.
n. Menulis atas respon musik yang didengarkan
o. Menulis melalui pola puisi yang telah ada
p. Menulis atas respon indra manusia
q. Dll.
Perlatihan

a). Setiap orang pasti mempunyai ide/topik atau gagasan. Kali ini, ide/topik atau
gagasan tersebut cobalah Anda tulis dalam bentuk puisi! Pada saat menulis jangan
berpikir apakah puisi tersebut akan menjadi baik atau tidak. Karena jika berpikir
demikian, maka puisi tidak sempat ditulis! Ingat, penulis hanya menulis puisi! Yang
mengatakan baik atau tidak baik adalah orang lain. Mari, cobalah Anda menulis!
b). Tentukan topik yang akan Anda kembangkan menjadi puisi. Topik itu tentang
tentang orang-orang di sekitar Anda. Misalnya, bapak-ibu, nenek, sahabat, guru,
mertua, anak, tetangga, penjual sayur, penjual mi atau bakso, atau kakak-adik. Mulai
pilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan tokoh tersebut. Tulis baris-baris
kalimatnya. Setelah kalimat tersususn atas baris-baris, suntinglah dengan
mempertimbangkan pilihan kata dan rima. Sekadar perbandingan, di bawah ini
disajikan puisi tentang ayah-ibu dan sahabat!

402

Kekaguman
Ibu
karena rindu pada bijakmu
tiap saat kusunting doa dari nadiku
senyummu yang mempesona lewat
bingkai yang usang
membuat hulu dan muaranya menyatu
di taman sorga
tetirahlah yang damai disisiNya
Ayah
dua pertiga malam kita duduk di beranda
menatap dan menghitung kerlip
bintang di langit
segores petuah tak lupa kautitipkan
isyaratmu jualah mengantarku lelap
untuk menjemput hari esok
Yusri Halim Ujung Pandang
Wahyu
Apakah yang nampak di luar pintu. Debu ataukah
Gemerincing batu
Isyarat yang terpatah ataukah kedua matamu yang
Mengukir sendu?
Era Milyarni Tegal (Kalilangit, Horison)

d. Menulis Drama
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis drama.
Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) membaca teks drama, dan
(2) menulis teks drama.
Kegiatan membaca eks drama diharapkan memberikan pemahaman yang sama
tentang teks drama, utamanya unsur apa saja yang terdapat dalam (penulisan) teks
drama. Pemahaman itu diperlukan untuk membuka wawasan awal tentang unsur
pembentuk teks drama. Meskipun, contoh teks drama yang ditampilkan kurang
mewakili keberagaman teks drama, sekurang-kurangnya, secara konvensional, contoh
tersebut mewakili.

403

Setelah memahami teks drama, Anda diharapkan memilih topik tertentu yang
mmemungkinkan dikembangkan menjadi teks drama.

1) Membaca Teks Drama


Drama, begitu kata itu disebut, orang berpikir tentang dua hal, yakni seni sastra
dan seni pertunjukan. Artinya, drama sebagai teks mewakili pikiran seni sastra, drama
sebagai naskah pentas mewakili pikiran seni pertunjukan atau pementasan. Drama
sebagai teks, ia telah memosisikan dirinya sebagai bagian (unsur) dari sebuah
pementasan. Dengan demikian, seorang penulis yang akan menulis drama, di dalam
dirinya telah terpikirkan bahwa naskah yang sedang ia tulis akan dipentaskan.
Beberapa hal atau bagian yang membedakan teks drama dengan teks (karya)
fiksi lainnya (cerpen, novelet, atau novel) adalah dialog, pembabakan, petunjuk
pementasan, serta prolog dan epilog. Dialog menjadi bagian awal yang langsung
terlihat berbeda dengan teks fiksi lainnya. Dialog inilah yang secara spesifik
membedakannya dari jenis fiksi lainnya tersebut. Artinya, teks drama lebih dominan
unsur dialognya dibanding teks fiksi lainnya. Pembabakan yang terdapat dalam teks
drama bukan diadakan oleh pengarang drama tanpa pertimbangan apa-apa. Meskipun
tidak selalu ada, teks drama sering terbagi atas beberapa babak. Pembabakan ini
biasanya didasari pertimbangan kebutuhan nyata dalam pementasan. Pembabakan
sangat membantu perubahan setting atau tempat terjadinya peristiwa ketika teks drama
tersebut dipentaskan.
Petunjuk pementasan drama biasanya dicetak miring (atau berbeda) dengan teks
dialog para tokohnya. Petunjuk pementasan ini dapat dibagi menjadi dua, yakni untuk
sutradara dan untuk aktor (tokoh/pemain). Prolog dan epilog memang tidak selalu
hadir dalam setiap teks drama. Prolog merupakan bagian awal naskah. Biasanya
memberikan penjelasan awal tentang keseluruhan isi teks drama (gagasan yang
ditampilkan, pesan pengarang, tokoh cerita, alur, atau yang lainnya) atau dapat pula
sebagai pengantar naskah yang dimaksudkan sebagai pembantu pembaca atau
penonton untuk memahami cerita tersebut. Sedangkan epilog merupakan bagian akhir
naskah. Epilog dapat berupa simpulan cerita, pesan atau amanat yang disampaikan
pengarang, dan atau renungan.
Simak teks drama berikut ini.
TANGIS
P. Hariyanto
Para Pelaku: Fani, Inu, Gina, Jati, Hana
Pentas: Menggambarkan sebuah taman atau halaman.
404

01. Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak didengar, dengan komposisi yang sedap
dipandang.
02. Hana:

(Muncul tertegun, mendekati kedua temannya). Ada apa ini? Fani, Gina, mengapa
menangis? Mengapa? Katakanlah, siapa tahu aku dapat membantu. Ayolah, Fani, apa
yang terjadi? Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu?

03. Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus menangis secara memilukan.
04. Hana:

Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang Kaubebankan kepada kedua temanku ini? Dan apa
yang harus aku lakukan bila aku tidak tahu sama sekali persoalannya semacam ini? Fani,
Gina, sudahlah! Kita memang wanita sejati, tanpa ada seorang pun yang meragukan, dan
oleh karena itu pula maka kita juga berhak istimewa untuk menangis. Namun apa pun
persoalannya, tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat kebingungan semacam ini,
sementara kalian berdua menikmati indahnya tangisan dengan enaknya. Ayolah, hentikan
tangis kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
dan sekaligus akan mengancam kelangsungan persahabatan kita!

05. Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Mereka menghentikan tangis , saling
bertatapan, lalu Gina memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya meneruskan tangisannya.
06. Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian
ikut menangis pula.
07. Inu:

(Muncul tergopoh-gopoh) Ada apa? Ada apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! Mereka
memang terlalu! Sudahlah, aku yang akan menghadapinya! (Mencari batu untuk senjata)
Tenanglah kalian. Kita mengakui bahwa kita memang makhluk lemah (mulai menangis),
miskin, bodoh, dan tak punya daya. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita dapat mereka hina
secara semena-mena. (Sambil menangis) Berapa kali mereka melakukannya? Huh,
cacing pun menggeliat jika diinjak, apalagi kita, manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanankita. Tetapi jangan puas, mereka harus diberi pelajaran, agar tahu
benar-benar bahwa kita bukanlah barang mainan. (Menangis) Baiklah, akan kucari mereka
dengan batu-batu di tanganku! (Beranjak pergi)

08. Hana:

(Menahan Inu seraya memberikan selembar kertas)

09. Inu:

(Menerima kertas itu, membacanya, bengong sesaat, kemudian geleng-geleng kepala dan
tertawa-tawa sendiri. Diamati-amatinya teman-temannya satu persatu sambil tersenyumsenyum)

10. Jati:

(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu! Kauapakan mereka?

11. Inu:

Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!

12. Jati:

Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?

13. Inu:

Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)


405

14. Jati:

Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di mana


perasaanmu, Inu?

15. Inu:

Jati, apakah setiap tangis itu duka?

16. Jati:

Tetapi mereka jelas tampak menderita!

17. Inu:

(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!

18. Jati:

Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang sesungguhnya, Inu!

19. Inu:

Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (Memberikan selembar kertas)

20. Jati:

(Dengan segan menerima, kemudian tertegun ketika membacanya) Maaf, kami sedang
latihan akting menangis, jangan ganggu, ya!? Trims! Gila! Sudah! Selesai! Hentikan
latihan gila-gilaan ini!

21. Semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah tingkah.


---selesai--Nah, setelah mencermati teks drama di atas, apa yang dapat Anda simpulkan
tentang teks drama jika dibandingkan dengan teks sastra yang lain (cerpen dan novel)?
Salah satunya, secara fisik, teks drama didominasi oleh unsur dialog, bahkan ada
naskah drama yang (sebagian besar) hanya terdiri atas dialog. Artinya, melalui dialog
yang terdapat dalam teks drama itulah unsur instrinsik maupun ekstrinsik karya sastra
berbentuk teks drama dapat ditemukan.
2) Menulis Naskah Drama
Selain dialog, pembabakan, petunjuk pementasan, serta prolog dan epilog yang
menjadi ciri drama di atas, Bachmid (1990:1-16) mengutip pendapat Patrice Pavis
mengatakan bahwa drama memiliki konvensi dan kaidah umum, yang dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Yang pertama berkaitan dengan kaidah
bentuk, seperti alur dan pengaluran, latar ruang dan waktu, dan perlengkapan. Yang
kedua berkaitan dengan konvensi stilistika atau bahasa dramatik. Di bawah ini akan
dijelaskan secara singkat kedua hal tersebut, sebelum kita berlatih menulis drama.
a. Alur dan Pengaluran
Yang menyangkut kaidah alur adalah pola dasar cerita, konflik, gerak alur, dan
penyajiannya. Sejak zaman Aristoteles dinyatakan bahwa alur drama mesti
tunduk pada pola dasar cerita yang menuntut adanya konflik yang berawal,
berkembang, dan kemudian terselesaikan. Yang disebut konflik adalah
terjadinya tarik-menarik antara kepentingan-kepentingan yang berbeda, yang
memungkinkan lakon berkembang dalam suatu gerak alur yang dinamis.
406

Dengan demikian, gerak alur terbentuk dari tiga bagian utama, yaitu situasi
awal (pemaparan), konflik, dan penyelesaiannya.
Lalu, penyajian pola dasar tersebut dilakukan dengan membaginya ke dalam
bagian-bagian yang disebut adegan dan babak. Kekhasan sebuah drama akan
tampak melalui penyajian cerita dalam susunan babak dan adegan. Dalam
menyusun babak dan adegan, penulis drama akan selalu menjaga kepaduan
serta keterjalinan bagian-bagian alur maupun keterjalinan semua unsur bentuk.
Inilah yang disebut kohenrensi cerita.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam drama memiliki ciri-ciri, seperti nama diri, watak, serta lingkungan
sosial yang jelas. Tokoh atau karakter yang baik harus memiliki ciri atau sifat
yang tiga dimensional, yaitu memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan
psikologis. Harymawan (1988: 25-26) menyebutkan bahwa rincian dimensi
fisiologis terdiri atas usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka;
dimensi sosiologis terdiri atas status sosial, pekerjaan (jabatan dan peranan di
dalam masyarakat), pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup
(kepercayaan, agama, dan ideologi), aktivitas sosial/organisasi, hobi dan
kegemaran, bangsa (suku dan keturunan); dimensi psikologis meliputi
mentalitas dan moralitas, temperamen, dan intelegensi (tingkat kecerdasan,
kecakapan, dan keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu).
Umumnya, tokoh-tokoh utama muncul di awal cerita, yaitu pada tahap
pemaparan. Hal itu dimaksudkan agar pembaca dan penonton dapat mengenali
mereka. Sepanjang cerita, tokoh-tokoh akan mempertahankan ciri-ciri mereka.
Kemudian, konflik tercipta akibat perbedaan yang terdapat di antara tokohtokoh, yang berupaya mewujudkan keinginan mereka. Perbedaan itulah yang
semakin lama semakin meningkatkan konflik dan berpuncak sebagai klimaks.
c. Latar: Ruang dan Waktu
Seperti alur dan tokoh, unsur ruang dan waktu juga mengikuti konvensi umum
yang didasari pada peniruan realitas kehidupan. Ruang dapat disisipi penulis
dengan petunjuk pementasan (kramagung, waramimbar, atau teks samping) dan
dialog, cakapan, atau wawancang. Ruang yang merupakan pijakan tempat
peristiwa terjadi umumnya jelas, menunjang lakuan drama, dan sesuai lingkup
cerita.
Konvensi waktu juga tunduk pada prinsip kepaduan dan kejelasan. Dalam
drama, waktu lakuan atau saat tokoh-tokoh bertindak adalah waktu kini,
sedangkan waktu cerita atau waktu waktu yang digunakan oleh para tokoh
dalam dialog mereka dapat berupa waktu lampau maupun waktu yang akan
datang. Waktu lampau terjadi, misalnya untuk menceritakan peristiwa-peristiwa
yang mereka alami, sementara waktu yang akan datang dapat digunakan untuk
menyampaikan rencana atau ramalan peristiwa yang akan terjadi.

407

d. Perlengkapan
Perlengkapan merupakaan unsur khas drama, yang dapat berupa objek atau
benda-benda yang diperlukan sebagai pelengkap cerita, seperti perlengkapan
tokoh, kostum, dan perlengkapan panggung. Perlengkapan (dalam kramagung
dan wawancang) selalu sesuai dengan keperluan cerita.
e. Bahasa
Bahasa dalam drama konvensional tunduk pada konvensi stilistika. Misalnya,
para tokoh melakukan dialog dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai
dengan lingkungan sosial mereka serta watak mereka. Selain itu, seorang tokoh
berkomunikasi dengan tokoh lainnya untuk menyampaikan suatu amanat.
Kemudian di antara mereka diharapkan terjadi dialog yang bermakna yang akan
menyebabkan cerita berkembang.
Setiap penulis naskah drama, misal Arifin C. Noer, Rendra, Putu Wijaya,
Motinggo Boesye, Wisran Hadi, Nano Riantiarno, Akhudiat, Afrizal Malna, memiliki
cara tersendiri yang berbeda dengan penulis lain dalam menghasilkan naskah drama.
Dan cara yang mereka miliki telah terbukti bahwa karya-karya mereka diterima oleh
masyarakat Indonesia. Di bawah ini disampaikan cara menulis naskah drama yang
disampaikan oleh Japi Tambayong (yang dikenal dengan nama Remy Silado). Tulisan
tentang hal ini pernah dimuat dalam harian Pikiran Rakyat, 10 September 1996, dengan
judul Menulis Naskah Drama dan Permasalahan Sekitarnya. Dalam tulisan itu
dikemukakan bahwa terdapat empat segi kualifikasi ketika menulis drama, yaitu (1) isi
dramatik, (2) bahasa dramatik, (3) bentuk dramatik, dan (4) struktur dramatik.
a. Isi dramatik
Premis dan tema menjadi unsur yang harus ada dalam penulisan naskah drama.
Dalam drama hendaknya berisi premis dan tema. Premis merupakan
permasalahan utama yang akan diangkat dalam cerita, tema merupakan
perwujudan premis, yaitu dengan memberikan jawaban atau pemecahan yang
bersifat menyimpulkan. Misal, premis takut pada wanita, temanya dapat
berupa pernyataan seorang lelaki yang takut pada istri langsung mencelakakan
orang lain. Berdasarkan premis dan tema di atas, isi dramatik dapat
dikembangkan. Dengan kata lain, kini saatnya mengembangkan premis dan
tema di atas ke dalam sebuah paragraf yang bagus.
b. Bahasa dramatik
Bahasa drama yang digunakan dapat prosaik, puitik, atau sosiologik. Jika dialog
disusun dengan kalimat-kalimat seperti layaknya karya sastra bergenre prosa
dan dengan melihat keseimbangan linguistik dan artistik, maka bahasa itu
prosaik. Jika dialog ditulis dengan berfokus pada versifikasi, seperti penataan
bait, larik, rima, dan irama, maka bahasa drama itu bersifat puitik. Jika dialog
disesuaikan dengan konteks, sehingga memungkinkan munculnya ragam dan
dialek bahasa Indonesia, maka bahasa drama itu bersifat sosiologik.

408

c. Bentuk dramatik
Yang menyangkut bentuk dramatik ialah ragam ekspresi, gaya ekspresi, dan plot
literer. Dalam drama konvensional, dikenal ragam ekspresi yang baku , misalnya
tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan farce (banyolan).
Gaya ekspresi menyangkut visi dan pandangan penulis, yang penuangannya
umumnya sesuai dengan paham atau aliran yang dianutnya, apakah realisme,
ekspresionisme, eksistensialisme, atau absurdisme. Penulis dapat memilih ragam
ekspresi yang sesuai dengan pandangannya, meskipun tidak tertutup
kemungkinan pandangannya itu justru memberontaki dari gaya ekspresi yang
ada dan tersedia.
Plot literer adalah plot yang terdapat dalam naskah drama. Plot yang ditulis
bukan plot yang diwujudkan oleh gerak eksternal maupun internal yang
dilakukan aktor di atas panggung. Jika penulis membuat plot secara kaitmengait dalam rangkaian episodenya, maka disebut plot episodik. Jika cerita
berjalan secara kronologis dan kaausal dari A menuju Z, maka disebut plot
sirkuler. Jika plot itu tidak berujung, melingkar dari A menuju A kembali atau X
menuju ke entah, disebut pula plot sirkuler.
d. Struktur dramatik
Struktur dramatik berkaitan dengan perkembangan dan kaitan antarkonflik
yang muncul, memuncak, dan berakhir. Dalam drama konvensional, struktur
dramatik seperti konvensi klasik plot menurut Aristoteles atau dapat juga yang
dikembangkan Gustav Freitag (Harymawan, 1988:18-20) yaitu eksposisi,
komplikasi, resolusi, klimaks, dan konklusi. Konklusi dalam tragedi disebut
katastrof (berakhir dengan kesedihan), sementara dalam komedi disebut
denumen (berkahir dengan kebahagiaan).
Perlatihan
a) Anda pasti sudah beberapa kali membaca cerpen (mungkin juga novel). Pilih
salah satu karya tersebut yang memiliki kemungkinan dipentaskan dengan
mempertimbangkan unsur-unsur drama. Ubahlah cerita yang sudah Anda baca
itu dalam bentuk dialog-dialog (drama)! Berilah beberapa keterangan
pementasan. Selamat mencoba!
b) Anda pernah membaca cerita rakyat atau dongeng, bukan? Pilih salah satu cerita
rakyat atau dongeng yang paling Anda sukai dan memungkinkan dipentaskan.
Buatlah naskah dramanya berdasarkan cerita rakyat atau dongeng tersebut.
Selamat mencoba!
e. Menulis Cerpen (Cerita Pendek)
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis cerita pendek.
Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) tentang cerita pendek, dan
(2) menulis cerita pendek.

409

Subtopik tentang cerita pendek diharapkan memberikan pemahaman yang utuh


tentang unsur-unsur pembentuk cerita pendek. Unsur-unsur pembentuk cerita pendek
(utama) diharapkan akan mampu menjadi dasar bagi penulisan cerita pendek.
Contoh teks cerpen yang disajikan dimaksudkan sebagai pembuka tafsir bagi
pengembangan topik tertentu menjadi sebuah cerita pendek.
1) Tentang Cerita Pendek
Cerpen adalah karya sastra yang popular di masyarakat di samping puisi.
Dibandingkan dengan novel, cerpen yang lebih pendek, memungkinkan dibaca orang
dalam sekali duduk, di antara kesibukan keseharian. Bukti bahwa pernyataan ini benar
adalah kehadiran cerpen yang terbit pada hampir setiap harian atau surat kabar
(umumnya dimuat pada hari Minggu). Tabloid, majalah, newsletter, atau jurnal (bahkan
jurnal online) juga menyajikan cerpen dalam edisi tertentu. Dan, dibanding puisi,
secara umum, masyarakat lebih mudah memahami pesan yang disampaikan
penulisnya.
Sebelum mengenal seluk-beluk cerpen secara umum, simak dua kutipan teks
cerpen di bawah ini.
Kutipan cerpen 1:
Langit jadi merah. Seekor naga menukik, menyapu bintang-bintang dan matahari. Pucukpucuk sayapnya memercik bara. Api bertebaran. Angin berputing. Ketakutan disemprotkan ke
udara seperti tinta gurita. Para satria berbaju zirah itu bergelimpangan. Jerit putus asa menyesaki
ruang. Makhluk itu marah luar biasa. Rumah-rumah, pohon-pohon, pucuk gunung di kejauhan, jadi
remuk tak jelas bentuk. Rata tanah. Semua. Kecuali satu anak yang berdiri tegak tak bergerak.
Tangannya menggenggam busur yang selesai teregang. Waiahnya segelap batu, namun matanya
seterang kilat. Dari busurnyalah panah besar yang menghunjam di dada sang naga.
(Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan Radian karya Avianti Armand)
Kutipan cerpen 2:
Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara
pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban
wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layanglayang, sampai jauh tinggi di awan, dengan seutas benang yang menghubungkannya; sementara
itu langkahku melentur-lentur melayang di antara batang pisang dan mangga.
Akulah Jibril, malaikat yang telah membagi-bagikan wahyu kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi-nabi lain, yang kedatanganku senantiasa
ditandai dengan gemerisiknya angin di antara pepohonan atau padang pasir.
(Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat karya Danarto)
Secara umum cerpen adalah cerita atau narasi, bukan analisis argumentatif, yang
fiktif, tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja,
serta relatif pendek. Ciri utama cerpen adalah (1) cerita yang disampaikan relatif pendek,
(2) fiction sifatnya rekaan, dan (3) bersifat naratif/penceritaan.
410

Penceritaan (narasi) --- hemat dan ekonomis --- hanya ada dua/tiga tokoh, satu
peristiwa, satu efek bagi pembaca. Tapi satu kesatuan yang utuh dan lengkap --- dapat
dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya.

Unsur-unsur Yang Membentuk

peristiwa cerita (alur/plot)


tokoh cerita (karakter)
tema cerita
suasana cerita (mood dan atmosfir)
sudut pandang pencerita (point of view)
gaya (style) pengarang

Dalam praktiknya, hanya satu saja yang dipentingkan cerpenis dalam karyanya, misal
alur atau plot cerita. Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen Seribu
Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam.
1). Plot
Plot dengan jalan cerita tidak bisa dipisahkan. Misal, Raja mati = jalan cerita.
Raja mati karena sakit hati = plot. Plot bersembunyi di balik jalan cerita.
Jalan cerita memuat kejadian. Suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada
alasannya. Yang menggerakkan kejadian cerita tersebut adalah plot, yaitu segi rohaniah
dari kejadian. Kejadian akan berkembang = konflik.

Plot

pengenalan
timbulnya konflik
konflik memuncak
klimaks
pemecahan soal

berpusat pada konflik

Timbulnya konflik/terbitnya plot sering berhubungan dengan unsur watak atau tema,
bahkan setting. Segi yang paling menarik dari cerpen adalah plot ini. Sebagai bahan
pengayaan Anda, silakan baca cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi karya
Seno Gumira Adjidarma.
2). Tema
Ide sebuah cerita. Beberapa kata kunci tentang tema adalah sebagai berikut.

tentang tema

bukan sekedar mau bercerita


bisa masalah kehidupan, pandangan hidup
komentar tentang hidup
tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran moral
bisa merupakan pengamatan pengarang terhadap kehidupan
pesan tidak selalu definitif
411

Cerpen yang berhasil adalah yang menyajikan tema tersamar dalam seluruh elemenelemen. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema yang
terkandung dalam cerpen tersebut. Tema disampaikan secara tersembunyi. Tema
cerpen besar, umumnya, universal dan berlaku segala zaman. Sebagai bahan
pengayaan Anda, simak cerpen Nasihat Untuk Anakku karya Motinggo Busye.
3). Karakter
Cerpen modern memiliki kecenderungan, dalam penggarapannya, menekankan
pada unsur perwatakan tokohnya. Hal itu dapat dilihat pada cerpen-cerpen Budi
Darma yang dimuat pada Horison. Beberapa ciri utama tentang karakter tersaji di
bawah ini.
g) kejadian-kejadian cerita berpusat pada konflik watak
tokoh utamanya
h) mutu cerpen bergantung pada kepandaian penulis
(cerpenis) dalam menghidupkan watak tokoh
i) pribadi dalam cerita tidak sama dalam pribadi keseharian

Bagaim
ana
Tentang karakter
mengenali
karakter?
Untuk
mengenali karakter, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan seperti di bawah
ini.

Mengenali karakter

a. melalui apa yang diperbuatnya


b. melalui ucapan-ucapannya
c. melalui penggambaran fisik tokoh
d. melalui pikiran-pikirannya
e. melalui penerangan langsung

Sebagai bahan
pengayaan,
silakan Anda
baca cerpen-

cerpen Budi darma.


4). Setting
Setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175).
Cermati beberapa hal yang terkait dengan setting di bawah ini.
7) bukan hanya sekedar background,
8) bukan hanya tempat kejadian/kapan terjadinya,
9) Cerpen modern: menjadi penting, erat dengan karakter, tema, suasana cerita,
10) setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita,
11) setting terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi (kaitan) filosofis,
12) setting dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu.
Untuk menilai apakah suatu setting integral dalam cerpen, dapat diajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut:

412

5) dapatkah setting diganti dengan tempat lain tanpa mengubah karakter


dan isi cerpen?
6) sampai sejauh mana setting menentukan tema dan plot cerpen?
7) sampai sejauh mana setting membentuk watak dan mengapa daerah lain
tidak menghasilkan watak-watak demikian?
8) apakah setting akan tetap efektif pada keseluruhan cerpen kalau
dihilangkan atau diabaikan?
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen Lampor karya Joni
Ariadinata.
5). Point of View
Point of view menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini.
Beberapa hal yang menyangkut masalah point of view adalah:
6) Bagaimana kisah tersebut diceritakan?
7) Dalam kesastraan, masalah siapa tidak begitu penting, yang terpenting
adalah bagaimana?
8) Pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandangan yang
diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita
9) berbeda dengan pandangan pengarang sebagai pribadi --- karena dalam
cerpen sebenarnya adalah pandangan pengarang terhadap kehidupan
10) pribadi pengarang yang masuk disebut gaya pengarang.
Ada 4 (empat) macam point of view:
5) Omniscient point of view sudut penglihatan yang berkuasa sebagai pencipta,
serba tahu, dan bisa menceritakan apa saja: perasaan, kelakuan, pikiran,
termasuk komentar kelakuan pelakunya. Ciri: sejarah, edukatif, humor.
6) Objective point of view, sama dengan a hanya tanpa komentar; pembaca disuguhi
pandangan mata; pembaca bebas menafsirkan.
7) Point of view orang pertama, pembaca diajak ke pusat kejadian; seolah membaca
otobiografi; bahayanya pribadi masuk dalam tokoh.
8) Point of view pemimpin, salah satu tokohnya bercerita; atau teknik orang ketiga.
6). Gaya
Simak beberapa simpulan yang terkait dengan gaya di bawah ini.
1) cara khas pengungkapan seseorang,
2) cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau
persoalan dan menceritakan nya dalam cerpen,
3) gaya bisa berubah kalau pengarangnya berubah,
4) dalam puisi, gaya Chairil Anwar banyak diepigoni penulis muda,
5) juga gaya bahasa: penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penguasaan
detil, cara memandang persoalan, dan lain-lain.
6) Ikranegara, Darmanto Djatman, Yulius, E. Subangun: kalimat kompleks dan
sulit (intelek),

413

7) Mochtar Lubis, Pramudya Ananta Toer, Idrus --- sederhana, enak diikuti,
tapi kaya dan padat dengan pengertian-pengertian,
8) Penulis hiburan (Marga T., Ashadi Siregar, Remy Silado) --- banyak dialog:
encer, ringan, lincah, kontemporer,
9) Umar Kayam dalam cerpen New York: dialog bahasa sehari-hari, sederhana
(Hemingway).
Sebagai bahan pengayaan, silakan Anda baca cerpen dua cerpen, yakni Seribu
Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam dan Lampor karya Joni
Ariadinata.
7). Suasana
Perhatikan beberapa kalimat kunci yang terkait dengan suasana di bawah ini.
1) cerpen ditulis dengan maksud tertentu
2) suasana dalam cerpen membantu menegaskan maksud pengarang
3) suasana merupakan daya pesona
4) suasana terbentuk jika pengarangnya mengarahkan ke sana ---: kematian,
misteri, ketakutan
lukisan letak rumah, keadaan sedemikan rupa,
lalu karakter-karakter yang misterius
5) Riyono Pratikto: seram --- misteri supranatural
6) harus dibedakan antara gaya pengarang dengan suasana
7) gaya berhubungan dengan tema, suasana tak terpisahkan dari tema
8) suasana milik khas sebuah cerita, gaya selalu kembali pada cerita
9) membaca cerpen terasa berbagai nuansa suasana
10) suasana bisa memperkuat tema, ide, dan maksud
11) cara membangun lewat: karakter, setting, simbol tertentu
12) baca dengan cermat terkait dengan suasana yang dibangun dalam cerpen
Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam!
Selanjutnya, di bawah ini disajikan sebuah cerpen lengkap. Simak cerpen yang
berjudul Perempuan Itu Bernama Surti ini sebagai bahan pengayaan.
Perempuan Itu Bernama Surti
Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang didongkolkan Somad sore itu.
Sesekali terdengar ia sedang berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Tangan kanannya
memegang beberapa lembar kardus yang masih tampak baru dan beberapa lembar tripleks bekas,
sementara tangan kirinya memegang tas. Ia berjalan menuju ke salah satu rumah petak di tepi
kali. Ia melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-paku pada kardus.
Apa yang sedang kau lakukan! tanya Tohir yang baru datang.
Tidak ada.
Mau buat apa?
Nggak.
Ada apa dengan kamu Somad? tanya Tohir dengan penuh keheranan.
Tidak ada.
414

Ada.
Rumah ini kita bagi dua!
Hah! kata Tohir agak kaget. Memangnya kenapa?
Tidak ada.
Tohir tidak bertanya lagi. Tohir segera membantu. Sambil membantu, Tohir mencuri-curi
untuk melihat ekpresi muka Somad. Selanjutnya tidak ada lagi pembicaraan seperti biasanya.
Pertemuan dua orang itu memang tergolong unik. Dari rumah petaknya yang sempit,
setiap pagi Tohir menjumpai seorang lelaki muda yang tidur dekat rumahnya. Tohir ingin menanyai
lelaki itu, tetapi selalu tidak berhasil. Tohir harus segera berangkat kerja pagi-pagi, dan lelaki itu
masih nyenyak tidur. Atau, kalau Tohir kesiangan, lelaki yang tidur di dekat rumahnya sudah tidak
ada. Suatu hari Tohir sengaja menunggui lelaki itu bangun dan akan menanyainya. Satu jam, dua
jam, hampir tiga, Tohir menunggu. Tohir berdiri, akan beranjak untuk meninggalkan lelaki itu, tapi
tiba-tiba lelaki itu menggeliat. Sebentar kemudian lelaki itu mengucek-ngucek matanya. Matanya
jelalatan ke sana ke sini. Lelaki muda itu sedang mencari sesuatu. Segera tangannya meraih tas
kain yang sudah kusut. Ia kelihatan celingukan ketika sadar di depannya ada orang lain.
Mencari apa? tanya Tohir, mengagetkan lelaki itu.
Tidak ada.
Masih ingin tidur. Tidur di dalam saja!
Tidak.
Kamu siapa?
Somad. Somad. Somad!
Kamu dari mana?
Ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dengan terpatah-patah, lelaki yang bernama Somad itu
menjelaskan dari mana asalnya, pekerjaaannya, hingga akhirnya tidur di dekat rumah Tohir.
Kalau begitu, kamu tinggal saja bersamaku!
Somad menatap lelaki kekar di depannya.
Tasnya ditaruh di dalam sana!
Somad bergerak mengambil tasnya lalu menaruhnya di dekat pintu rumah. Somad keluar
lagi. Aku mau kerja. Kamu di sini saja dulu. Besok-besok ikut aku. Kalau kamu mau, kamu bisa
bekerja di tempatku.
Tohir berjalan. Tidak lama, ia menoleh. Kamu punya uang untuk beli makan?
Ada.
Itulah mulanya. Sebulan berlalu. Somad mulai beradaptasi. Ia bisa bekerja apa saja. Di
pasar, ia bisa membantu Tohir; jadi kuli pasar. Bulan berikutnya berlalu. Gubuk kecil yang sempit
sudah berubah agak besar. Lumayan rapi dan kokoh. Somad mulai dikenal oleh penghunipenghuni gubuk-gubuk di tepi kali itu. Malam hari Somad pun tidak lagi selalu di rumah petak itu. Ia
bisa keluar ke mana saja.
Kalau kamu punya uang lebih ditabung. Jangan menyimpan uang di rumah kita. Titipkan
saja pada Pak Tomo atau siapa. Siapa tahu, suatu saat kamu ingin pulang kampung. Jangan
disimpan di dompet. Akan habis, kata Tohir pada Somad, setelah sekian bulan mereka tinggal
serumah.
Saya titipkan Barda.
Bukan aku tidak percaya Barda. Masalahnya Barda sama dengan kita. Suatu saat jika
ada penertiban, Barda bisa saja berpisah dengan kita. Hidup kita tidak menetap. Kamu mestinya
menitipkan kepada orang yang menetap. Kalau pun kita kena razia, uang itu suatu saat masih bisa
kita ambil kembali.
Somad mengangguk-angguk mengerti.
415

Bagaimana cara minta ke Barda?


Kamu bisa alasan untuk apa gitu, tapi jangan semuanya. Sedikit-sedikit saja, sampai
akhirnya semuanya. Atau kamu bisa katakan untuk dikirim ke kampung. Beres kan.
Meskipun sudah tinggal serumah, Tohir belum sepenuhya mengenal pribadi Somad.
Somad cenderung diam, kalau tidak ditanya tidak mengatakan sesuatu. Tohir sebenarnya kasihan
melihat keadaan Somad.
Kamu tidak ingin pulang kampung?
Tidak.
Tidak kangen dengan keluarga?
Tidak.
Hampir setahun mereka tinggal serumah. Tidak ada yang perlu dipertanyakan dalam
kebersamaan mereka. Tohir sudah menganggap Somad sebagai adiknya, begitu yang pernah
dikatakan suatu ketika. Somad, yang secara fisik kecil, merasa aman tinggal dengan Tohir di
kawasan tepi kali itu. Selama hampir setahun tidak ada pertengkaran yang berarti di antaranya,
sampai suatu ketika, sore hari, Tohir yang baru pulang dari pasar menjumpai Somad membawa
beberapa lembar kardus dan tripleks-tripleks bekas.
Pintunya jadi satu saja, kan?
Dua.
Tohir berdiri, berjalan ke rumah petak yang tak jauh. Sesaat ia sudah muncul lagi dengan
gergaji dan palu. Pakai ini saja! katanya pada Somad.
Somad menoleh, lalu menerima gergaji. Tohir memperhatikan Somad yang menggergaji
kayu melintang di salah satu dinding depan rumah petaknya. Wajah Somad lebih banyak ditekuk.
Tak ada keceriaan sama sekali. Wajahnya kusut, sedang memendam perasaan tertentu. Tohir
tampaknya tahu itu.
Terdengar suara adzan dari masjid terdekat. Somad mengemasi pakaiannya, dimasukkan
ke dalam kardus, lalu diusungnya. Tohir memperhatikan saja. Sudah tidak ada yang tertinggal?
tanya Tohir dengan suara tenang.
Tidak.
Gergaji dan palunya sudah selesai?
Sudah.
Saya kembalikan, ya.
Somad masuk ke rumah petak melalui pintu kiri. Tangannya cekatan menata barangbarangnya. Tohir masih memperhatikan dengan duduk di atas kardus. Tohir beranjak berdiri, di
tangannya memegang gergaji dan palu.
Hari-hari berikutnya, kehidupan kembali seperti sediakala. Tal banyak yang berubah pada
mereka, hanya rumah mereka, terdapat dua pintu. Kalau ada perubahan, itu justru lebih baik. Tohir
melihat ada sedikit perubahan pada diri lelaki tanggung yang sudah dianggap adiknya itu. Somad
makin giat bekerja. Beberapa pekerjaan tambahan yang biasanya ditolaknya, ia lakukan. Somad
juga makin sering berada di luar rumah kalau malam hari.
Suatu malam, Tohir sengaja ingin tahu apa yang sedang dilakukan lelaki yang telah
dianggap adiknya. Somad meninggalkan rumah terlebih dulu. Tohir membuntuti. Somad berjalan
agak cepat. Ia segera menuju jalan di tepian kali, agak remang-remang. Beberapa wanita kelihatan
berdiri di pinggir jalan. Warung-warung kecil berjejer menyediakan makanan kecil. Beberapa becak
mangkal. Di atas becak, satu dua tampak perempuan dengan pakaian dan dandanan mencolok.
Somad berjalan menuju ke salah satu rumah, tak jauh dari jalan remang-remang pinggir
kali itu. Di dalam rumah sepi, tentu perempuan-perempuan yang menghuni sudah dan masih di
jalanan. Somad masuk, lalu mengetuk salah satu pintu kamar. Tak ada jawaban. Somad
416

membukanya, ternyata pintu kamar tidak dikunci. Tak lama kemudian beberapa laki-laki masuk ke
dalam rumah. Terjadilah semuanya.
Somad, kenapa kamu tidak pernah bicara kepada kakakmu ini, kata Tohir ketika
mengunjunginya di sel polsek setempat, pagi harinya. Somad berkaca-kaca sambil sesekali
mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Kalau kamu ngomong sebelumnya bahwa kamu
berhubungan dengan Surti, mungkin tidak terjadi ini.
Saya tidak melakukannya. Mereka bohong!
Semua lelaki yang pernah ke jalan di pinggir kali itu mengenal Surti. Keinginan untuk
memiliki Surti bagi lelaki yang pernah tidur dengannya adalah kewajaran. Perempuan-perempuan
lain, pada mulanya iri pada Surti. Kadang di antara mereka ada yang mencoba melakukan hal-hal
yang buruk untuk mencelakai Surti. Tetapi jika diketahui oleh lelaki yang suka pada Surti, maka
perempuan yang usil itu justru akan celaka. Lelaki yang berlaku seperti itu banyak jumlahnya.
Tohir hanya salah satu di antaranya. Itulah alasannya mengapa lelaki harus berpikir seribu kali jika
ingin menikahi Surti.
Aku bawakan makanan dan pakaian.
Somad memandang laki-laki yang berada di depannya.
Rumah itu juga karena Surti? tanya Tohir.
Surti tidak mau baju kita gantian.
Hanya karena itu?
Surti mau saya mulai mandiri.
Somad, mandiri tidak berarti kamu harus begitu. Rumah itu milik kita. Kita saudara. Kamu
tidak bergantung saya, itu mandiri. Kamu makan dengan uang sendiri, itu mandiri.
Mereka membohongi saya.
Mudah-mudahan polisi segera menemukan pembunuh Surti.
Mereka bohong!
Saya tahu mereka bohong, tapi polisi tidak bisa menangkap mereka. Kamu yang pertama
datang ke rumah itu, mereka mencurigai kamu.
Mereka bohong!
Ini baru kecurigaan. Kalau kamu bisa membuktikan tidak bersalah, kamu akan bebas.
Saya tidak tahu.
Percayalah, polisi sedang mengumpulkan keterangan lain.
Mereka tidak senang saya mau menikahi Surti.
Tohir kaget juga mendengar jawaban Somad yang polos dan jujur. Tidak disangka bahwa
Somad telah melangkah sejauh itu dengan Surti. Surti masih muda, mungkin sebaya Somad. Dia
perempuan baik, setidak-tidaknya jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain yang
setiap malam berdiri di jalan di pinggir kali itu. Dia juga cantik, setidak-tidaknya untuk ukuran para
kuli pasar, pemulung, dan pekerja kasar lainnya. Sabar saja. Polisi masih terus mencari.
Kenapa mereka membunuh Surti. Ia orang baik.
Mungkin mereka punya masalah dengan Surti.
Surti tidak pernah menyakiti orang.
Mereka iri pada Surti.
Surti, Surti, kata Somad terbata-bata. Lelaki tanggung itu menangis. Dikucek-kucek
matanya. Tohir menarik napas.
Sekarang yang terpenting, kamu harus bisa tenang. Kalau ditanya Pak Polisi, jawab saja
yang jujur. Kamu harus bantu Pak Polisi.
Terima kasih. Maafkan saya.
Tohir mengangguk, lalu mencoba tersenyum.
417

Kalau polisi tidak menemukan pembunuhnya?


Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.
Saya akan dihukum?
Polisi akan menemukannya. Kamu harus percaya.
Tohir memang harus menjawab begitu, karena tidak ada jawaban lain yang lebih baik.
Dilihatnya raut muka Somad seperti meminta sesuatu. Begitu lugu dan polos. Tohir tidak sanggup
menatap mata lelaki yang sudah dianggapnya adik itu. Seorang petugas mendekati mereka.
Saya akan sering ke sini.
Tohir menepuk-nepuk pundak Somad, lalu berjalan meninggalkannya.
(Jack Parmin, harian Surya, Minggu, 13 Agustus 2000)

2) Menulis Cerita Pendek


Banyak cara untuk dapat menulis cerita pendek. Anda juga memiliki cara atau
kiat dalam menulis cerita pendek yang tidak perlu dipaksakan untuk harus disamakan
dengan orang lain. Menulis cerita pendek adalah pengalaman individual. Jika membaca
kiat orang lain dalam menulis cerita pendek, Anda dapat menjadikannya sebagai bahan
pembanding.
a. Memilih topik cerita
Yang yang ada dalam memulai cerita adalah topik cerita. Topik cerita dapat
berasal dari mana saja, di antaranya (1) dari diri sendiri (pengalaman), (2) dari
pengalaman orang lain, (3) membaca bahan bacaan yang bukan cerita pendek
(bahan bacaan yang beragam), (4) membaca cerita pendek yang ditulis orang
lain, dan lain-lain. Andalah yang memiliki kekayaan ini. Galilah dari mana saja.
Yang penting, topik cerita itu Anda kuasai.
b. Memulai menulis
Pada saat memulai menulis, yang diperlukan adalah memulai dengan satu kata,
atau memulai dengan satu frasa, atau satu klausa, atau satu kalimat. Ada penulis
yang memulai menulis cerita pendek dengan cara:
1) Memulai dengan suspense (kejutan)
2) Memulai dengan konflik
3) Memulai dengan awal cerita/peristiwa
4) Memulai dengan deskripsi latar
5) Memulai dengan deskripsi tokoh
6) Memulai dengan simbol-simbol
7) Memulai dengan akhir cerita
c. Merangkai peristiwa
Cerita dibangun atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang satu dijalin
dengan peristiwa yang lain untuk menjadi kesatuan yang utuh, logis, dan
koheren. Ada banyak cara merangkai peristiwa agar cerita yang dibangun
menjadi menarik.
418

d. Membangun konflik
Ketika peristiwa hadir bersambungan, kait-mengait, maka peristiwa itu secara
otomatis dibangun dengan prinsip kausalitas, yakni hubungan sebab-akibat.
Dengan demikian, konflik merupakan konsekuensi dari hubungan sebab-akibat
tersebut. Meski demikian, tetap diperlukan ada upaya bahwa konflik itu harus
dibuat logis dan menarik untuk diikuti oleh pembaca.
e. Mengakhiri cerita
Akhiri cerita dengan mengesankan! Itu barangkali pesan yang ingin dituangkan
oleh setiap penulis cerpen. Ada penulis cerpen yang akan menyusun kalimat
paling akhir dalam cerpennya. Kalimat itu dapat berupa simpulan atau
semacam kalimat mutiara yang disarikan dari cerpen yang dibangunnya. Ada
pula penulis yang membiarkan cerpennya dengan dialog yang menggantung.
Ada pula penulis yang mengakhiri cerpennya dengan gaya penceritaan yang
memberikan ruang renungan.

f. Menyunting
Ketika cerpen selesai ditulis, maka penulisnya akan menjadi orang lain, yakni
pembaca pertama cerpen tersebut. Maka menyunting adalah pekerjaan pertama
yang dilakukan penulis sesaat setelah tulisannya berhasil diakhiri. Penyuntingan
dapat dibedakan atas penyuntingan isi dan bentuk. Isi terkait dengan topik yang
dikembangkan, bentuk terkait dengan cara mengungkapkan dan penulisan.
Perlatihan
a) Pilih sebuah topik yang menarik untuk dikembangkan menjadi cerpen!
b) Buat kerangka cerpen (Anda dapat menuliskan peristiwa-peristiwa utama atau
alur cerita yang akan Anda bangun)!
c) Kembangkan peristiwa atau alur tersebut menjadi cerpen yang utuh!
d) Baca ulang cerpen Anda (pada tahap ini, belajarlah untuk menjadi pembaca yang
kritis atau penyunting)!
e) Mintalah kepada teman untuk membaca cerpen Anda dan memberikan masukan
serta tanggapan!
f) Selamat mencoba!
e. Menulis Kritik dan Esai
Dalam kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menulis kritik dan esai.
Kegiatan belajar ini dibagi menjadi dua subtopik, yakni (1) membaca kritik dan esai,
dan (2) menulis kritik dan esai.
Pada subtopik membaca kritik dan esai diharapkan memudahkan penyamaan
persepsi tentang jenis tulisan ini. Tulisan jenis ini banyak ragam pengembangannya.
Contoh yang hanya satu, tentu tidak cukup mewakili keberagaman jenis tulisan ini.

419

namun, setidaknya contoh tadi dapat memberikan gambaran awal tentang unsur (atau
bagian) apa saja yang seyogyanya ada dalam tulisan jenis kritik dan esai.
Selanjutnya, Anda diharapkan membaca dan mencermati tahapan menulis kritik
dan esai dalam subtopik ini. Diskusikan dengan teman sesame guru, jika ada bagian
yang kurang dapat dipahami. Selamat mencoba!
1) Membaca Kritik dan Esai
Dalam Kamus Elektronik, kritik (n) berarti kecaman, kadang-kadang disertai
uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan
sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan kritik sering disebut kritikus. Kritikus (n)
adalah (1) orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang
baik-buruknya sesuatu; (2) orang yang memberikan pertimbangan (pembahasan)
tentang baik buruknya sesuatu.
Esai adalah karangan yang berisi analisis atau tafsiran, biasanya dipandang
secara pribadi atau terbatas. Orang yang melakukan esai disebut esais, yaitu penulis
esai.
Simak tulisan berikut ini.
Pulang Kembali ke Blora:
Mengenang Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo
(5 Februari 1940 23 Februari 2001)
oleh Jack Parmin
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Begitulah kira-kira kalimat yang tepat mengiringi kepergian Sang Guru Besar Sastra Lisan ini untuk
selama-lamanya, menghadap Ilahi. Sepenggal sajak di atas diambil dari sajak Amir Hamzah yang berjudul
Padamu Jua. Begitulah pada akhirnya, semua manusia akan kembali pulang, dan tak akan pernah
kembali. Beristirahatlah Profesor, di sana damai itu ada. Ke Blora, sebagai tanah lahirnya, Doktor Kentrung
ini bersemayam, sebagaimana pesan wasiat yang disampaikannya sebelum ajal itu menjemputnya.
Ada banyak yang patut dicatat dari perjalanan hidup ahli folklor humanistik ini. Tulisan pendek ini
hanya mengungkap secuil catatan tentang almarhum sebagai penyair. Beberapa kumpulan sajak telah
dihasilkan Suripan Sadi Hutomo, salah satunya adalah kumpulan sajak Hartati yang diterbitkan oleh Dioma
Malang tahun 1988. Kumpulan sajak ini menjadi menarik sepeninggal penyairnya, karena pada halaman
persembahan buku tersebut tertulis: kepada blora dan jiwanya. Kecintaan penyair luruh penuh pada tanah
kelahirannya: Blora. Tak terhalangi oleh apa pun.
Diksi Kampung Yang Khas
Membaca kumpulan sajak ini, melalui diksi, pembaca serasa diajak memasuki wilayah
perkampungan. Tiba-tiba, bagi pembaca yang lahir dari kampung (terutama Jawa), serasa berada di
rumahnya sendiri. Akrab dan tak berjarak. Simak sajak yang dijadikan judul kumpulan ini!
420

Hartati
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Adas pulasari brambang
Ini bukan sekadar angan-angan
Sebab daun sambirata
Buat pengobat sakit jiwa
Hartati nama kidungku
Kidung daun kemangi bunga turi
Hartati nama kidungku
Kidung sayur lumbu ikan teri
Aduh, aduh
Hatiku sudah berlabuh
1976
Kali pertama membaca judul sajak ini, mungkin pikiran pembaca akan tertuju pada seorang gadis
manis. Bisa jadi jika tidak berhati-hati, maka pembaca akan/telah terjebak. Hartati sesungguhnya
merupakan kata yang dipakai untuk sasmita manis dalam tembang dhandhanggula. Dhandhanggula
berwatak manis, luwes, dan memukau. Jenis tembang ini sesuai untuk menggambarkan berbagai hal atau
suasana. Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang dan gula. Dhandhang berarti: 1) burung gagak, 2)
alat untuk menyungkal, 3) jelas sekali, dan 4) mengharap supaya... Dari keempat arti di atas yang paling
tepat adalah mengharap supaya...(ngajab). Gula berarti gula, mengisyaratkan makna manis,
menyenangkan (ngresepake) atau baik. Dengan demikian dhandhanggula berarti mengharap supaya baik
dan menyenangkan. Dhandhanggula sangat tepat untuk melahirkan perasaan yang menyenangkan, untuk
melahirkan ajaran-ajaran yang baik, serta melahirkan rasa kasih.
Kumpulan sajak ini dimulai dengan sajak Hartati. Makna siratan dari sajak pertama, yang secara
langsung maupun tidak, adalah pengharapan akan sesuatu yang baik. Pengharapan seorang Suripan Sadi
Hutomo yang dibesarkan dari dan oleh kampung (Jawa) tentang banyak hal, terutama kebaikan bagi
kampung halaman. Maka sajak yang mengambil judul sasmita tembang macapat itu menjadi ruh dari
keseluruhan sajak-sajak yang terkumpul di dalamnya.
Magnes-Soeseno mengatakan bahwa tolok-ukur pandangan dunia bagi orang Jawa adalah nilai
pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu, yaitu ketenangan, ketentraman, dan
keseimbangan batin. Maka pandangan dunia akan kelakuan dalam dunia tidak dapat dipisahkan
seluruhnya. Keyakinan-keyakinan deskriptif orang Jawa terasa benar sejauh membantu untuk mencapai
keadaan batin di atas. Bagi orang Jawa, suatu pandangan dunia dapat diterima jika semua unsur-unsurnya
mewujudkan suatu kesatuan pengalaman yang harmonis, jika unsur-unsur itu cocok satu sama lain (sreg)
dan kecocokan itu merupakan suatu kategori psikologis yang menyatakan diri tidak adanya ketegangan
dan gangguan batin.
421

Terasa sekali bahwa kebutuhan batin lebih dominan dibanding yang lain. Sedang kebutuhan batin
adalah ketentraman dan tanpa gangguan, maka jika hanya itu yang dibutuhkan, tak ada yang lain. Tak juga
ada materi yang berlebihan. Kesederhanaan menjadi pilihan hidup. Demikianlah yang terjadi pada penyair
ini.
Sebagai seorang seniman, kata Tengsoe Tjahjono, Suripan Sadi Hutomo sangat sederhana
sosoknya. Bahkan sebagai seorang doktor, ia juga masih sangat sederhana. Tak ada perabot berlebihan di
rumahnya. Berkunjung ke rumahnya, seseorang akan langsung dihadapkan pada kekayaan luar biasa
yang dimiliki penyair berupa Pusat Dokumentasi Sastra Suripan Sadi Hutomo. Kesederhanaan adalah
pilihan hidupnya, itu pula yang mewarnai kumpulan sajak ini.Tema yang diambil sederhana, dipadu dengan
bunyi yang akrab dan sederhana. Diksinya pun sederhana, menjadi begitu dekat dan akrab dengan orang
desa (kampung).
Secara keseluruhan, kumpulan sajak ini memuat sajak antara lain Hartati, Si Kikir, Ke Blora,
Sebuah Sungai, Ki Ajisaka, Bukit, Tri, Curut, Hari Ini, Rempuyang, Kita, Uwi, Terong Glatik,
Gergaji, Kilang Minyak, Kesetiaan, Sebentar, Kolang Kaling, Lalijiwa, Legundi, dan Kecipir.
Dari keseluruhan sajak tersebut kemudian ditambah dengan lima sajak lainnya. Sebuah sajak yang
berjudul Barangkali muncul dalam tulisan D. Zawawi Imron Suripan Sadi Hutomo Penyair Beras Kencur
yang disertakan dalam kumpulan ini. Empat sajak yakni Sepanjang Kanal, Kuingat Jalan Batu, Stanza
Blora, Bulan Tertikam Kali Lusi muncul dalam tulisan Setya Yuwono Sudikan Kampungan, Sajak-Sajak
Suripan Sadi Hutomo yang juga disertakan dalam kumpulan sajak ini.
Membaca sebagian besar judul sajak Suripan Sadi Hutomo, mengingatkan seseorang akan
kampung yang jauh dari kebisingan metropolis. Idiom serta simbol yang dipakai penyair memberi nuansa
kampung. Diksi daun kemangi, daun turi, adas pulasari, brambang, lumbu, rambut jagung, sungai,
dandang, blumbung, nagasari, air cebokan, rempuyang, daun sente, duri bandotan, uwi, gembili,
kecubung, grabah, kolang-kaling, dawet, lalijiwa, legundi, dan kecipir adalah diksi yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari di kampung. Kecenderungan Suripan Sadi Hutomo memilih diksi yang ndesani tidak
terlepas dari keberadaan penyair yang akrab dengan kehidupan kampung (desa). Keakrabannya dengan
tanah kelahirannya membuat diksi yang dipilih tidak terkesan dipaksakan untuk ada. Diksi tersebut hadir
bersama ruhnya.
Rempuyang
Rempuyang cabe dalam bungkus daun sente
Pohon ganyong di kebun rumah kita
Dalam pagar tumbuhan pohon rawe
Kita mufakat untuk seia sekata
Demikian jika pohon kelor itu
Buat obat mata yang rebun tuju
Akan juga baik
Pohon meniran dan babakan pule
Batu padas gunung gamping
Akar ilalang dan daun remujung
Sembilan bulan dalam kandungan ibu
Dunia adalah sarang burung

422

Lekuk liku lekuk gerit pintuMu


Semua mengristal dalam daun jambu
1975
Diksi yang dipilih lebih banyak dipengaruhi oleh karena penyair adalah orang Jawa. Pemanfaatan
diksi ini lebih lanjut adalah untuk memetaforkan sesuatu, kembali ke alam dalam mengakrabi kehidupan
yang bersumber dari air dan tanah. Salah satu ciri manusia Jawa, menurut Tukiman Taruna dalam
bukunya Ciri Budaya Manusia Jawa (1987) adalah mudah memahami, dan dengan cepat memahami orang
lain yang berbicara dengan menggunakan metafor. Metafor yang pilih adalah yang berada di sekitar
kehidupan orang-orang kampung. Diksi itu memetaforkan tentang kehidupan itu sendiri.
Kembali ke Blora
Kumpulan sajak ini adalah persembahan penyair kepada tanah kelahirannya: Blora. Blora menjadi
pijakan awal dan sekaligus menjadi pemberhentian paling akhir, juga bagi kehidupan penyairnya. Blora,
dalam kumpulan ini diungkap dengan dua cara, secara tak langsung dan secara langsung.
Ungkapan pertama, ungkapan secara tak langsung, tampak dalam setiap diksi yang dipilih. Blora
yang sudah menjadi darah-daging bagi penyair mengristalkan dan memunculkan diksi khas kampung yang
mula-mula dikenal penyair melalui Blora. Meskipun diksi itu juga banyak dikenal di masyarakat di luar
Blora, tetapi jelas kemunculannya bermula dari Blora oleh seorang penyair yang bernama Suripan Sadi
Hutomo. Diksi itu memang milik semua orang kampung, tetapi diksi itu dimunculkan oleh orang Blora.
Sehingga diksi-diksi yang dimunculkan oleh penyair telah menyiratkan tentang tanah Blora.
Ungkapan kedua, ungkapan secara langsung, terdapat dalam tiga sajak, yakni Stanza Blora,
Kuingat Jalan Batu, dan Ke Blora. Perhatikan kutipan di bawah ini!
Stanza Blora
Begitu napas tertumpuk di batu
Gelora jiwa memapah anganmu
Yang tegak di rel kereta tua
Sia-sia mencari, sia-sia menyapa
Manila, 1982
Sajak ini menjadi menarik karena ditulis di luar negeri. Penyair seolah ingin selalu melihat dan
mengingat tentang tanah kelahirannya, di mana pun berada. Suatu bentuk kecintaan yang tak terperikan.
Masa lalu dan masa kini hadir dalam satu cakrawala lewat satu kata: Blora.
Sajak kedua juga ditulis di luar negeri, tepatnya di Tokio tahun 1982. Tahun penulisannya sama.
Napas sajak kedua ini masih sama dengan sajak Stanza Blora, hanya saja pada sajak kedua ini
diungkapkan lebih optimis.
Kuingat jalan batu
Antara Blora dan kota Cepu
Gadis-gadis pun senyum malu
Ketika kelelawar pulang berburu

423

Bukit kecil yang ramping


Di sisinya kali kecil menyumping
Larut dalam nyala udara
Menyambut hari depan yang gila
Kuingat itu semua
Karena aku adalah miliknya
Keindahan alam pedesaan (Blora) lewat jalan batu, gadis-gadis, dan bukitan dilukiskan sebagai ungkapan
seseorang yang merindu kampung halaman. Kerinduan itu begitu pekat, sehingga penyair tidak hanya
memiliki Blora tetapi juga dimiliki. Maka suatu saat kelak ia harus kembali.
Sajak ketiga, Ke Blora, menjadi awal dan akhir dari seluruh perjalanan hidup penyair. //Ke Blora
ia akan pulang/Ke Blora ia akan memikul cendawan/. Dua baris pertama sajak ini mengisyaratkan kabar
akhir bahwa penyair memang harus pulang. Penyair akan pulang menuju kali Lusi yang gersang yang
dilingkupi kemiskinan, dan tanah yang berbukit-bukit. Sajak ini ditutup dengan dua bait di bawah.
Ke Blora rindunya ranum
Bapa ibu mengulum senyum
- Anakku pergilah
Dunia tidak sepanjang galah
Sumber-sumber air yang dalam
Batu padas menikam-nikam
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?
Seolah ingin membuktikan bahwa dunia memang tidak sepanjang galah, maka penyair pergi
meninggalkan Blora, tanah lahir yang amat dicintainya. Ia tinggalkan kenangan tentang bumi yang
mewartakan damai, menuju tempat ramai yang barangkali mengundang ribuan sunyi dan sepi. Dan, di
antara kehidupan yang baru itu ditemukan sekian kesibukan yang tak tercatatkan. Perhatian penyair
ternyata sangat luas, mulai dari sastra lisan klasik hingga sastra modern, juga sastra mancanegara.
Bukunya banyak yang sudah terbit. Kesetiaan dan kecintaannya terhadap sastra tak perlu diragukan.
Perpustakaan pribadi di rumahnya tak ubahnya seperti museum (ilmu) sastra. Di sela-sela sibuk itu, toh ia
masih seorang Blora, yang rindu kampung halaman yang mewartakan damai dalam arti yang sebenarbenarnya. Betapa mencengkeram kerinduan itu, kerinduan untuk kembali pulang.
Ke Blora untuk apa kau kembali
Ke Blora untuk apa kau mencari?
Ke Blora adalah jawaban pasti bagi kerinduan akan kampung halaman. Dan di sana, ia tak
mencari apa-apa, karena di sana penyair menemukan damai. Sekali berarti, sesudah itu mati kata
penyair Chairil Anwar. Ke Blora ia akan kembali. Dan, Jumat, 23 Februari 2001 Prof. Dr. Suripan Sadi
Hutomo kembali ke haribaan Ilahi. Selamat menuju damai, Profesor!
(Dalam GEMA, No. 141 Tahun XIX, Januari-April 2001, dimuat kembali dalam buku Suripan Membangun
Kerajaan Sastra Jawa. 2001. Disunting oleh Setya Yuwana. Surabaya: Citra Wacana)
424

2) Menulis Kritik dan Esai


Bacalah cerpen Perempuan Itu Bernama Surti dengan cermat. Buatlah kritik
terhadap cerpen tersebut. Sebagai bahan pertimbangan, di bawah ini disajikan tahaptahap yang disampaikan oleh Chaedar Alwasilah (dengan sedikit perubahan).
Selengkapnya adalah di bawah ini.
a) Karya sastra pada umumnya tidak pura-pura untuk membuktikan sesuatu.
Tema, perwatakan, alur cerita, gaya bahasa, dan lain-lain bercampur menjadi
suatu kebulatan. Karya sastra yang baik juga tidak menggurui dan tidak
mengemukakan perumusan-perumusan. Dari mana alur cerita dimulai,
terserah keperluan penulisnya, tanpa menyimak terlebih dahulu kaidahkaidah menulis. Kritik sastra kreatif juga demikian (Darma, 1983: 33).
b) Karya sastra bersifat imajinatif, karena itu Anda tidak dapat memvalidasi
maknanya secara objektif dengan hanya melihat detil-detil faktualnya saja.
c) Karya sastra adalah pengalaman pribadi. Karena itu, analisis sastra harus
berangkat dari respons pengalaman Anda. Untuk menganalisis cerpen di
atas, misalnya, Anda harus menghidupkan pengalaman yang memiliki
kemiripan dengan kehidupan yang ada dalam cerpen, yakni orang-orang
kalah, yang hidup di kota-kota besar!
d) Membaca karya sastra seyogyanya tidak sekadar memahami tetapi
mengapresiasi. Yang disebut pertama merujuk pada pemahaman isi dan
makna, sedangkan yang disebut kedua merujuk pada pengalaman batin,
yakni member nilai sejujur-jujurnya pada karya sastra. Jadi, pemahaman
mendahului apresiasi.
e) Pada garis besarnya analisis mencermati tiga komponen terpenting, yakni
makna, struktur, dan gaya penulisan atau style. Berikut ini adalah contoh
bagaimana ketiga komponen tersebut dianalisis.
Panduan Menganalisis Fiksi
Tema/topik (makna)
1) Apakah pengarang memilih tema/topik tentang ambisi, keberanian, kejujuran,
rasa cemburu, kebahagiaan, kekalahan, kerakusan, kegelandangan, penyesalan,
ketidakberuntungan, atau yang lain?
2) Apakah pemilihan tema/topik itu membawa pembaca mampu merasakan apa
yang terjadi, misalnya penyesalan, simpati, benci, cemburu, dan sebagainya?
3) Apakah penulis membuat rujukan tertentu pada suatu kejadian atau peristiwa?
Karakter
4) Bagaimana karakter utama berubah dari awal hingga akhir cerita?
5) Kekuatan atau suasana apa yang menyebabkan karakter itu berbuat demikian?
(Perhatikan setting, konflik, dan tindakan-tindakannya).
6) Aspek apa yang paling membeberkan dari karakter-karakternya? (Perhatikan
pikirannya, kata-katanya, atau tindakannya).
425

7) Apakah tindakan para karakter itu dapat dipahami (mungkin terjadi, atau
masuk akal) dalam cerita itu?
Plot
8) Konflik apa (internal atau eksternal) yang sangat mempengaruhi karakter
utama?
9) Bagaimana suspensi dibangun dalam cerita itu?
10) Apa klimaks cerita itu?
11) Apakah plot mengikuti pola yang lazim dalam fiksi?
Setting
12) Apa pengaruh setting pada karakter dalam cerita itu?
13) Apakah setting memperluas pemahaman Anda tentang sebuah tempat atau
waktu?
14) Apakah setting itu baru dan menantang?
Gaya Penulisan
15) Apakah gaya penulisan (frase deskriptif, imaji-imaji, dan sebagainya)
membangun kesan dan nada keseluruhan cerita sesuai dengan tema yang
dipilih?
16) Apakah dialognya efektif? Beri contoh dengan kutipan.
17) Apakah ada simbol lain yang memberi nilai lebih pada cerita itu?
18) Apakah pemakaian gaya bahasa (metafora, simile, dan sebagainya) efektif?
Panduan di atas hanya sebuah cara untuk memulai. Panduan itu juga bukan kata
kunci yang harus diikuti. Namun demikian, sekurang-kurangnya Anda dapat memulai
menulis dengan panduan tersebut. Selamat mencoba.
Perlatihan
Setelah mencermati contoh tulisan di atas, Anda memasukkan tulisan di atas ke dalam
bentuk kritik atau esai? Beri argumentasi atas pilihan Anda tersebut!

Bab V RPP 1. Mendengarkan


Bab V RPP 2. Berbicara
Bab V RPP 3. Membaca
Bab V RPP 4. Menulis

DAFTAR PUSTAKA

426

Bab II: Kebijakan Pengembangan Profesi Guru


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan
Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3
Oktober 2011.
Produk Hukum yang Berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan
Keprofesian Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru.
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung,
2010.
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional
Madani, Media Perhalindo, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982
BAB III: Model dan Perangkat Pembelajaran
A. Teori Belajar
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogjakarta:
AR-Ruzz Media.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action. Englewood
Cliffs, NJ: prientice Hall
427

Bell-Gredler (1986). Learning and Instruction. New York: Macmillan Publishing.


Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press
Budiningsih, C Asri, (2004), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Degeng, I.N.S. (1998). Paradigma Baru dari Teori Belajar Keteraturan Menuju
Kesemrawutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Teknologi Pembelajaran IKIP
MALANG.
Degeng, I.N.S. (2000). Materi Penataran Applied Approach bagi Dosen Kopertis
Wilayah VII Malang 10 16 September 2000.
Degeng, Sudana, I Nyoman, (2005., Taksonomi Pembelajaran 1: Taksonomi Variabel untuk
Pengembangan Teori dan Penelitian, Malang: Universitas Negeri Malang.
Depdiknas, (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual, Jakarta: Dikdasmen.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Suparno, Paul, (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogjakarta: Kanisius.
____________, (2001), Teori Perkembangan Kognitif Peaget, Yogjakarta: Kanisius
B.

Model Pembelajaran

Ardiana, Leo Idra, 2001. Pembelajaran Kontekstual. Makalah.


Arends, Richard I, (1997), Classroom Instruction and Management, The Mc.Graw-Hill
Companies.
______________, (1998), Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action. Englewood
Cliffs, NJ: prientice Hall
B. Johnson, Elaine, (2006), Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu Setiawan,
Bandung:MLC.
Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey:
Prentice-Hall.
428

Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
De Porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
---------. 1999. Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom, Washington
DC: National Research Council.
Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung:
Kaifa.
Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis. Jogyakarta:
Insist dan Read Book.
Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang: IKIP
Semarang Press.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
429

Saekhan, Muchith, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail


Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari Kurikulum
Pendidikan Abad XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul Pelatihan
Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi.

C.

Media Pembelajaran

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Davies, Ivor K. 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program Magister
Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.
Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Pribadi, Benny Agus dan Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam Pembelajaran.
Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief S., dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta:
Intermedia.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
D.

Asesmen

Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of teacher decision
making. Marwah: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and
assessing. New York:
430

Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New York. The Free
Press.
Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White Plains,
NY: Pearson Education, Inc.
Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education (third edition).
London: Routledge.
Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia
Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York: NewViewpoints.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction. New York:
Macmillan College Publishing Company.
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science of assessment.
Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil pada tanggal 27 September
2002 dari http://www.nap.edu
Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf
Publishing Company.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional, 2006. Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: KluwerNijhoff Publishing.
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the ReadingWriting Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of Testing. New
York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
_____. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.

E.

Pengembangan Silabus dan RPP


431

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kerangka Dasara dan Struktur Lurikulum


Depdikbud. 2006. Permen no. 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:BNSP.
Dworetzky. Johan, Piaget. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul :West
Publishing Company
Pusat Kurikulum. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No, 22 Tahun 2006 Tanggal
23 Mei 2006 Tentang Standar Isi
_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23 Tahun 2006
Tanggal 23 Mei 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
_____ . Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23 Tahun 2006
Tanggal 24 Mei 2006dan No. 6 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
_____ . Pengembangan Silabus, Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
_____ . Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Sosialisasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
_____ . Model Penilaian Berbasis Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SMP/MTs, Pusat Kurikulum Balitbang.
Bab IV: Penelitian Tindakan Kelas
Arends, Richard I. 2002. Classroom Management. New York: McGrawhill Book Co.
Fraenkel, Jack R and Norman E Wallen. 2011. How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill High Education.
Hopkins, David. (1993). A Teachers Guide to Classroom Research. Buckingham: Open
University.

432

Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University Press.
Mettetal, Gwyn.The What, Why, and How of Classroom Action Research, JoSoTL
Volume 2 Number 1, 2001. pp
Nur, Mochamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan
Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher Development Project) IBRD Loan
No. 3979-Ind.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wardani, I. G. A. K, Wilhardit, K. & Nasution, N. 2004. Penelitian Tindkaan Kelas. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Bab V: Materi Bahasa Indonesia
A. Berbicara
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Leech, G. 2003. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M. D. D. Oka. Jakarta: UI Press.
Novia, Asri. 2011. Lancar Pidato dan MC. Yogyakarta:Buku Pintar.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Surya, Sutan. 2009. Wawancara. Yogyakarta: Elmatera.
B. Membaca 1
Akhadiah, S. dkk. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Lima Tahun Merokok, Kena Hipertensi . Jawa Pos, Minggu, 7 Oktober 2012, hlm.29
Kutu Loncat Bukan Tidak Loyal. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 44.
433

Meredam Abrasi di Pesisir Merauke. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 24.


Sulit Deteksi Dini Epilepsi. Jawa Pos. Minggu, 6 Mei 2012, hlm. 44.
Transmigran Tagih Janji Lahan. Kompas. Jumat, 27 April, hlm. 24.
B. Membaca 2
Anwar, Khaerul. 2012. Kekuatan Desain Perajin Perak Desa Ungga dalam Kompas,
Sabtu, 12 Mei, hlm. 16.
Aturan Impor Buah dan Sayur Diterbitkan dalam Kompas, Jumat, 11 Meri 2012, hlm
17.
Basuki, Orin. 2012. Menuju Dunia Tanpa Uang Tunai dalam Kompas, Jumat, 11 Mei ,
hlm. 33.
Finoza, Lamuddin. 1998. Komposisi. Jakarta: Insan Cendekia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 1984. Narasi dan Argumentasi. Ende: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1985. Deskripsi dan Eksposisi. Ende: Nusa Indah.
Kanekes, Desa Tanpa Kriminalitas dalam Kompas, Jumat, 11 Mei 2012, hlm. 26.
Saptowalyono, C. Anto. 2012. Menikmati Keelokan Pesisir Selatan Banten dalam
Kompas, Sabtu, 12 Mei, hlm. 26
B. Membaca 3
Kirk, Elaine dan Pamela Hartmann. 2007. Interaction I: Reading. Silver Edition. New
York: McGraw-Hill.
Kreativitas dalam Sehelai Oblong dalam Kompas, Minggu, 13 Mei 2012, hlm.27.
Napitupulu, Ester Lince. 2012. Kini Tak Berebut Air Tawar Lagi ... dalam Kompas,
Kamis, 10 Mei, hlm. 1.
Tahun Ini, 120.000 Kursi SNMPTN dalam Kompas, Kamis, 10 Mei 2012, hlm. 12.

434

Wisanggeni, Aryo dan Samuel Oktora. 2012. Beginilah Tangan Petenun ... dalam
Kompas, Minggu, 13 Mei 2012, hlm. 26.
B. Membaca 4
Ragam Bahasa. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa. Diunduh pada
Senin, 14 Mei 2012, pukul 13.45.
Kompas. 13 Mei 2012. Klasika. Hlm. 28
Kompas. 13 Mei 2012. halaman 9.
C.

Menulis

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwi, Hasan. (Editor). 2001. Paragraf: Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_____ . 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Media
Abadi.
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario & Laku. Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman. Bandung: Kaifa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.

435

Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
Doyin, Mukh. dan Ida Zuleha. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan Petunjuk: Bahan
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
_____ . 2003. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para Calon Penulis
Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung: Mizan Learning
Center (MLC).
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah: Prinsip-prinsip
Dasar, Langkah-langkah, dan Implementasinya. Surabaya: Lembaga Penerbitan FBS
Unesa.
Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores: Penerbit
Nusa Indah.
Kurnia, Septiawan Santana. 2002. Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia.
_____ . 2005. Menulis Feature. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik: Teori dan
Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: Penerbitan UMM Malang.
Parmin, Jack2005. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Decentralized Basic Eduaction Project.

436

_____ . 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII. Surabaya:
Penerbit Edumedia.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____ . 2007. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FBS Unesa.
Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Edisi revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sampurna, Adi. 2003. Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Santoso, Anang. 2004. Pengembangan Keterampilan Menulis: Bahan Pelatihan Terintegrasi
Guru SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
Siregar, Ashadi, dkk. 2002. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y) dan
Kanisius.
Soedjito dan Solchan TW. 2001. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Soehoet, A.M.H. 2003. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Penerbit Yayasan Kampus
Tercinta-IISIP.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik.
Bandung: penerbit Nuansa.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1996. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Suyatno, dkk. 2004. Belajar Jurnalistik dari Nol. Surabaya: UNESA University Press.
Yulianto, Bambang. 2007. Mengembangkan Menulis Teknis. Surabaya: Penerbit Unesa
University Press.

D.

Berbicara Sastra

437

Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru dan YA3
Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang Sastra.
Jakarta: Intermasa.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-Flores: Nusa
Indah.
Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis dalam
Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT Hanindita.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
E.

Membaca Sastra

Aminudin. 1984. Pengantar Apreasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru dan YA3
Malang.
Dee. 2001. Supernova. Jakarta.
Ismail, Taufik. Beri Daku Sumba
Jacob dan saini K.M. 1983. Apersiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Luxembrug, Jan Van; Mieke Bal; dan Willem G. Weststei jn. 1989. Tentang Sastra.
Jakarta: Intermasa.

438

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.
Rangkuti, Hamsad. 2001. Ketika Lampu Berwarna Merah. Jakarta: Gramedia.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Sturktur. Ende-Flores: Nusa
Indah.
Soedjijono. 1992. Pendekatan Historis, Sosiopsikologis, dan Didaktis dalam
Mengapresiasi Karya Sastra. Malang: OPF IKIP Malang.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jacob. 1983. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: PT Hanindita.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Yatman, Darmanto. 1968. Sepenuhnya Karena Ia Anakku. Horison. No 3 Th III, Maret
1968.
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
F.

Menulis Sastra

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis
dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
_____. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Aspahani, Hasan. 2007. Menapak ke Puncak Sajak: Jangan Menulis Puisi Sebelum Baca Buku
Ini. Depok: Penerbit Koekoesan.
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Mengarang Itu Gampang, Menulis Skenario & Laku. Edisi
Baru. Jakarta: Gramedia.
Bachmid, Talha. 1990. Semangat Derison dalam Drama Kapai Kontemporer: Telaah
Bandingan Dua Lakon Kapai Kapai Karya Arifin C. Noer dan Badak Badak Karya
Eugene Ionesco. Disertasi pada Program Pascasarjana UI. Tidak Diterbitkan.

439

Bird, Carmel. 2001. Menulis dengan Emosi. Terjemahan Eva Y. Nukman. Bandung: Kaifa.
Chaniago, Darwin S.. 1997. Berbalas Pantun Remaja. Bandung: Pustaka Setia.
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Grafiti.
Darma, Budi, 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum 2006: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.
Fishman, Roland. 2010. Menulis Itu Genius: Nasihat-nasihat Kreatif Buat Para Calon Penulis
Top. Terjemahan Tim Ar-Ruzz Media. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.
Hernowo. (Editor). 2004. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Penerbit MLC.
_____ . 2004. Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung: Mizan Learning
Center (MLC).
Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap.
Yogyakarta: Sabda Media.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Parmin, Jack. 2005a. Bahan Perlatihan Guru SD/MI: Membaca 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Decentralized Basic Eduaction Project.
_____. 2005b. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII. Surabaya:
Penerbit Edumedia.
_____. 2007a. Modul PLPG untuk Guru SMP/MTs: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
440

_____. 2007b. Modul PLPG untuk Guru SMA/MA: Menulis. Surabaya: Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, FBS Unesa.
_____. 2010. Cerpen, Novel, dan Drama. Dalam Modul Continuing Education: Mapel
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Guru SMK. Surabaya: JBSI FBS Unesa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarya: Gajah Mada University
Press.
Redaksi Balai Pustaka. 1998. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.
Rumadi, A. 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Grasindo.
Sumardjo, Jakob. 2004. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
_____. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.
Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo.
Sylado, Remy. 1996. Menulis Naskah Drama dan Permasalahan Sekitarnya. Dimuat
dalam Harian Pikiran Rakyat, 10 September.
Tjahjono, Tengsoe. 2002. Menembus Kabut Puisi. Malang: Dioma.
_____. 2010. Mendaki Gunung Puisi: ke Arah Kegiatan Apresiasi. Malang: Bayumedia
Publishing.
Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Penerbit Angkasa.
Toha-Sarumpaet, Riris K. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: Catatan Mengolah Cinta. Jakarta:
Grasindo.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi, Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.

LEMBAR ASESMEN
A. Kisi-Kisi Ujian Kompetensi Awal Mapel Bahasa Indonesia
441

Kompetensi
Inti Guru
(Standar
Kompetensi)
1. Mengungkapkan
secara lisan
wacana
nonsastra

Kompetensi Guru Mata


Pelajaran (Kompetensi
Dasar)
1.1 Menggunakan
wacana lisan untuk
wawancara

No.
Soal

1.2 Menggunakan
wacana lisan untuk
presentasi laporan
dan pidato

3
4

1.3 Menggunakan
wacana lisan untuk
diskusi

7
2. Mengungkapkan
wacana
tulis
nonsastra

2.1 Menulis pesan


singkat dan surat

10
11

12

2.2 Menulis teks berita

13

2.3 Menulis slogan,


poster, dan iklan
baris
2.4 Menulis karya ilmiah

14

14
15

17
18

19

2.5 Menulis paragraf

20

21

22

Indikator Esensial
1.1.1 Disajikan penggalan teks wawancara, guru dapat
menentukan jenis pertanyaan yang cocok dengan
kutipan
1.1.2 Disajikan sebuah pertanyaan untuk wawancara,
guru dapat menentukan jawaban yang harus
disampaikan narasumber dengan benar
1.2.1 Disajikan penggalan pidato, guru dapat memilih
kalimat yang tidak sesuai dengan konteksnya
1.2.2 Disajikan penggalan pidato, guru dapat
menentukan jenis komponen pidato yang sesuai
dengan penggalan tersebut
1.2.3 Disajikan sebuah konteks berpidato, guru dapat
menentukan kalimat pembuka/penutup pidato
yang benar
1.3.1 Disajikan pernyataan yang disampaikan dalam
diskusi, guru dapat menentukan pernyataan
persetujuan atau tidak persetujuan yang tepat
1.3.2 Disajikan sebuah konteks diskusi, guru dapat
memilih komponen diskusi yang seharusnya ada
2.1.1 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan surat
dinas, guru dapat menentukan pembuka surat
yang tepat
2.1.2 Disajikan konteks kebutuhan pembuatan surat
dinas, guru dapat menentukan penutup surat
yang tepat
2.1.3 Disajikan konteks pembuatan surat pribadi, guru
dapat menentukan isi surat pribadi yang santun
2.1.4 Disajikan konteks kelembagaan pembuat surat,
guru dapat memilih penulisan kepala surat yang
tepat
2.1.5 Disajikan konteks kebutuhan menulis memo dari
seorang pejabat, guru dapat memilih kalimat isi
memo yang tepat
2.2.1 Disajikan sebuah berita , guru dapat menentukan
kelemahan penulisan berita tersebut
2.3.1 Disajikan sebuah slogan, guru dapat menentukan
kelemahan slogan tersebut
2.4.1 Disajikan tema sebuah karangan, guru dapat
menentukan komponen isi karangan secara tepat
2.4.2 Disajikan sebuah kutipan dari buku yang disertai
dengan identitas buku, guru dapat menentukan
kutipan yang tepat
2.4.3 Disajikan identitas tiga buku, guru dapat
menuliskan daftar pustaka secara tepat
2.4.4 Disajikan sebuah konteks penulisan karya ilmiah,
guru dapat menentukan penulisan judul yang
tepat
2.4.5 Disajikan penggalan karya ilmiah, guru dapat
menentukan penggalan tersebut termasuk dalam
komponen apa
2.5.1 Disajikan sebuah paragraf yang bagian awalnya
dirumpangkan, guru dapat memilih kalimat yang
tepat mengawali paragraf
2.5.2 Disajikan sebuah paragraf yang bagian akhirnya
dirumpangkan, guru dapat memilih kalimat yang
tepat mengawali paragraf
2.5.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat menentukan

442

23

2.6 Menulis kalimat dan


penggunaan ejaan

24

25
3. Memahami
wacana
nonsastra

3.1 Memahami berbagai


teks

26
27

28
29

4. Membacakan dan
membawakan karya
sastra

5. Memahami
ragam teks
sastra

3.2 Menyimpulkan dan


merangkum isi
suatu teks

30

3.3 Membedakan
antara fakta dan
opini dalam teks

32

3.4 Mengubah sajian


grafik, tabel, atau
bagan menjadi
uraian
4.1 Membacakan cerita
pendek atau novel

34

4.2 Membacakan puisi

37

4.3 Membawakan atau


memerankan drama

38

5.1 Memahami unsurunsur puisi lama


dan baru

39

31

33

35
36

40
41

42

43
44

45
5.2 Memahami unsurunsur cerita pendek

46

paragraf lain yang pola pengembangannya sama


2.5.4 Disajikan sebuah paragraf yang penanda
hubung antarkalimatnya dihilangkan, guru
dapat memilih kata hubung yang paling tepat

2.6.1 Disajikan sebuah kalimat yang salah beberapa


ejaannya, guru dapat memilih kalimat yang
ejaannya benar
2.6.2 Disajikan kalimat yang tidak efektif, guru dapat
menentukan kalimat efektifnya
3.1.1 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih
kalimat topik yang tepat
3.1.2 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih
kalimat penjelas yang tidak mendukung isi
paragraf
3.1.3 Disajikan sebuah paragraf, guru dapat memilih ide
pokok yang tepat
3.1.4 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan makna kalimat yang selaras dengan
teks (secara tersirat)
3.2.1 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat memilih
simpulan yang cocok dengan isi teks
3.2.2 Disajikan satu penggalan teks, guru dapat
menentukan rangkuman yang relevan dengan isi
teks
3.3.1 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih fakta
yang terdapat dalam teks secara benar
3.3.2 Disajikan sebuah teks, guru dapat memilih opini
yang terdapat dalam teks secara benar
3.4.1 Disajikan sebuah tabel, guru dapat menentukan
simpulan isi tabel secara benar
3.4.2 Disajikan sebuah diagram, guru dapat menentukan
simpulan isi tabel secara benar
4.1.1 Berdasarkan kutipan cerpen dan novel, guru dapat
menyimpulkan cara bercerita dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
4.2.1 Berdasarkan kutipan puisi, guru dapat
menyimpulkan cara membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi
4.3.1 Berdasarkan kutipan dialog drama, guru dapat
menyimpulkan cara memerankan drama dengan
memperhatikan lafal, intonasi, ekspresi, dan
lakuan
5.1.1 Guru dapat menyimpulkan pesan puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
5.1.2 Guru dapat menyimpulkan tema puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
5.1.3 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan rima berdasarkan kutipan
puisi yang dirumpangkan
5.1.4 Guru dapat melengkapi puisi dengan pilihan dan
makna kata yang tepat, berdasarkan kutipan puisi
yang dirumpangkan
5.1.5 Guru dapat menentukan makna puisi dengan
tepat, berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
5.1.6 Guru dapat melengkapi puisi dengan
mempertimbangkan majas yang tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang dirumpangkan
5.1.7 Guru dapat menentukan pencitraan dengan tepat,
berdasarkan kutipan puisi yang disajikan
5.2.1 Guru dapat menyimpulkan tema cerita pendek
atau novel dengan tepat berdasarkan kutipan

443

atau novel
47

48

49

50

51

5.3 Memahami unsurunsur drama

52
53
54
55

6. Mengekspresikan
pikiran,
perasaan,
dan
pengalaman
melalui
karya sastra

6.1 Menulis pantun


sesuai dengan
syarat pantun

56
57

58
6.2 Menulis dongeng

59

60

61
6.3 Menulis puisi bebas

62

63

6.4 Menulis drama

64
65

6.5 Menulis cerpen

66

67

68
6.6 Menulis kritik dan
esai

69
70

7.

Memiliki

7.1 Menyusun RPP,

71

yang disediakan
5.2.2 Guru dapat menganalisis watak tokoh dengan
tepat berdasarkan kutipan cerpen atau novel
yang disediakan
5.2.3 Guru dapat menentukan latar cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
5.2.4 Guru dapat menentukan sudut pandang cerita
pendek atau novel dengan tepat berdasarkan
kutipan yang disediakan
5.2.5 Guru dapat menentukan alur cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan kutipan
yang disediakan
5.2.6 Guru dapat menentukan pesan cerita pendek atau
novel dengan tepat berdasarkan kutipan yang
disediakan
5.3.1 Guru dapat menentukan alur drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
5.3.2 Guru dapat menentukan pesan drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
5.3.3 Guru dapat menentukan tema drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
5.3.4 Guru dapat menentukan latar drama, berdasarkan
kutipan dialog drama yang disajikan
6.1.1 Disajikan sebuah pantun, guru dapat memilih
dengan tepat pantun yang sejenis
6.1.2 Guru dapat melengkapi pantun dengan tepat
berdasarkan isi atau sampiran pantun yang
disajikan
6.1.3 Guru dapat melengkapi pantun dengan rima yang
tepat dari pantun yang dirumpangkan
6.2.1 Guru dapat menyusun kembali dongeng dengan
urutan yang tepat berdasarkan kutipan dongeng
yang kalimat-kalimatnya diacak
6.2.2 Guru dapat melengkapi dongeng dengan latar
yang tepat berdasarkan kutipan dongeng yang
dirumpangkan
6.2.3 Guru dapat menentukan tokoh dongeng dengan
tepat berdasarkan dongeng yang dirumpangkan
6.3.1 Guru mampu menyusun kembali puisi dengan isi
yang tepat berdasarkan kutipan puisi yang lariklariknya diacak
6.3.2 Guru mampu menyusun rima dan isi puisi yang
tepat berdasarkan kutipan puisi yang
dirumpangkan
6.4.1 Guru menyusun dialog drama dengan tepat,
berdasarkan ilustrasi yang disajikan
6.4.2 Guru melengkapi keterangan keterangan lakuan
drama, berdasarkan dialog yang disajikan
6.5.1 Guru dapat menyusun kembali alur cerpen dengan
urutan yang tepat, berdasarkan kutipan cerpen
yang kalimat-kalimatnya diacak
6.5.2 Guru dapat melengkapi cerpen dengan latar yang
tepat berdasarkan kutipan cerpen yang
dirumpangkan
6.5.3 Guru dapat menentukan tokoh cerpen dengan
tepat berdasarkan cerpen yang dirumpangkan
6.6.1 Berdasarkan ilustrasi yang diberikan, guru dapat
menulis isi kritik
6.6.2 Guru bisa memilih tulisan kritik yang bahasanya
santun
7.1.1 Setelah disajikan sebuah KD menyimak guru

444

kompetensi
pedagogis,
pembelajara
n Bahasa
Indonesia

melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
menyimak yang
mendidik

72
73

74
75

7.2 Menyusun RPP,


melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
berbicara yang
mendidik

76
77

78
7.3 Menyusun RPP,
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
membaca yang
mendidik

79

80

81

7.4 Menyusun RPP,


melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
menulis yang
mendidik

82
83
84

85

86

8.

Memiliki
kompetensi
pedagogis
pembelajara
n Sastra
Indonesia
(puisi, prosa
fiksi, dan
drama)

8.1 Menyusun RPP,


melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
menyimak unsur
dan nilai karya
sastra yang
mendidik
8.2 Menyusun RPP,
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
berbicara unsur dan
nilai karya sastra
yang mendidik

87
88
89

90

91

92
93

8.3 Menyusun RPP,

94

dapat memilih indikator yang tepat


7.1.2 Disajikan KD menyimak guru dapat memilih
rancangan materi pembelajaran yang tepat
7.1.3 Disajikan rancangan pembelajaran dengan KD
menyimak guru dapat memilih media yang
tepat
7.1.4 Guru dapat memilih jenis evaluasi pembelajaran
menyimak dengan KD menyimak
7.1.5 Disajikan situasi penilaian pembelajaran menyimak
dengan KD menyimak guru dapat memilih
jenis pertanyaan yang sesuai dengan prinsip
pembelajaran BI yang mendidik
7.2.1 Guru dapat memilih materi yang sesuai dengan KD
berbicara
7.2.2 Disajikan sebuah metode pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan KD berbicara
guru dapat memperbaiki langkah pembelajaran
yang kuat tepat
7.2.3 Setelah disajikan KD berbicara guru dapat
memilih jenis tes yang tepat
7.3.1 Disajikan sebuah KD membaca guru dapat
memilih indicator yang sesuai dengan KD
tersebut
7.3.2 Disajikan KD membaca guru dapat memilih
metode yang tepat

7.3.3 Disajikan konteks pelaksanaan pembelajaran


membaca dengan KD tertentu guru dapat
memilih media yang tepat
7.4.1 Setelah disajikan KD menulis guru dapat
memilih indikator yang tepat
7.4.2 Disajikan KD menulis guru dapat memilih materi
pembelajaran yang tepat
7.4.3 Disajikan sebuah konteks metode pembelajaran
menulis guru dapat menentukan KD yang sesuai
dengan rancangan media tersebut
7.4.4 Disajikan gambar-gambar media pembelajaran
menulis guru dapat menentukan KD yang sesuai
dengan rancangan media tersebut
7.4.5 Disajikan konteks pembelajaran menulis dengan
KD tertentu guru dapat memilih metode dan
merancang pelaksanaan pembelajaran yang benar
8.1.1 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
memilih materi yang tepat
8.1.2 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
menentukan teknik evaluasi yang tepat
8.1.3 Disajikan KD menyimak sastra guru dapat
menentukan jenis penilaian yang tepat
8.2.1 Disajikan sebuah konteks pembelajaran berbicara
sastra dengan KD tertentu guru dapat menilai
materi yang tepat
8.2.2 Disajikan sebuah konteks pembelajaran berbicara
sastra dengan KD tertentu guru dapat
menganalisis rancangan pembelajaran yang sesuai
dengan KD tersebut
8.2.3 Disajikan KD berbicara sastra guru dapat
memilih media yang tepat
8.2.4 Disajikan sebuah kriteria penilaian berbicara
sastra guru dapat menilai ketepatan kriteria
tersebut
8.3.1 Disajikan sebuah KD tertentu guru dapat

445

melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
membaca unsur dan
nilai karya sastra
yang mendidik
8.4 Menyusun RPP,
melaksanakan, dan
mengevaluasi
pembelajaran
menulis unsur dan
nilai karya sastra
yang mendidik

95
96
97

98
99
100

B.

menentukan sumber belajar yang tepat


8.3.2 Disajikan KD membaca sastra guru dapat
memilih materi yang tepat (=)
8.3.3 Disajikan KD membaca sastra guru dapat
memilih materi yang tepat (=)
8.4.1 Disajikan indikator pembelajaran, guru dapat
memilih KD menulis sastra yang tepat untuk
indikator tersebut
8.4.2 Disajikan KD menulis sastra guru dapat memilih
rancangan pembelajaran yang tepat
8.4.3 Disajikan KD menulis sastra guru dapat memilih
media yang tepat
8.4.4 Disajikan tabel penilaian dengan KD menulis
sastra guru dapat menentukan alat penilaian
yang kurang tepat

Tes Tulis Berdasarkan Kisi-Kisi Uka

Tingkat Pendidikan
Mata Pelajaran

: SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK


: Bahasa Indonesia

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Perhatikan penggalan teks wawancara berikut!
Wartawan
: .
Kepala sekolah : Karena persiapan anak-anak pada tahun ini sangat baik. Di
samping itu, mereka merupakan generasi emas sekolah ini.
Jenis pertanyaan yang cocok untuk mengisi bagian yang rumpang adalah
A. Bagaimana strategi belajar anak-anak di sekolah ini hingga nilai UN-nya
tertinggi?
B. Apakah ada bimbingan belajar khusus di sekolah ini?
C. Mengapa Bapak mengatakan bahwa mereka generasi emas?
D. Mengapa pada tahun ini capaian UN anak-anak di sekolah ini tertinggi di
Indonesia?
E. Berapa rata-rata nilai UN anak-anak di sekolah ini?

2. Perhatikan penggalan teks wawancara berikut!


Wartawan
: Seperti yang kita ketahui, prestasi sekolah bersifat fluktuatif. Apa
yang akan Bapak lakukan kalau nilai UN siswa-siswi sekolah ini
pada tahun depan jatuh?
Kepala sekolah :

446

Jawaban kepala sekolah yang tepat adalah


A. Itu dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya persiapan belajar siswa
tidak maksimal.
B. Saya akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk mengetahui akar masalah dan
solusi terbaiknya.
C. Di sekolah saya menanamkan kedisiplinan dan kerja keras agar siswa-siswi di
sekolah ini sukses.
D. Selama ini hal itu tidak pernah terjadi dan saya yakin prestasi siswa-siswi di
sekolah ini tidak akan jatuh
E. Saya akan menerima apa pun yang terjadi asalkan semua pihak memahami
bahwa selama ini kami telah bekerja keras.

3. Perhatikan penggalan pidato berikut!

Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat mengukur
semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan
berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan menulis. Akibatnya, kompetensikompetensi pada keterampilan mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur.
Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN adalah dunia
lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para siswa. Dunia lain berarti
dunia maya dalam situs internet atau dunia makhluk halus, seperti dalam acara
Uka-uka di televisi.

Kalimat yang tidak sesuai dengan konteks pidato tersebut adalah


A. Akibatnya, kompetensi-kompetensi pada keterampilan mendengarkan dan
berbicara tidak dapat diukur.
B. Dunia lain berarti dunia maya dalam situs internet atau dunia makhluk halus,
seperti dalam acara Uka-uka di televisi.
C. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan berbahasa yang diujikan,
yakni membaca dan menulis.
D. Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa.
E. Hasil UN adalah dunia lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para
siswa.

4. Perhatikan penggalan pidato berikut!

Khusus untuk bidang studi Bahasa Indonesia, UN memang tidak dapat mengukur
semua kompetensi siswa. Penyebab utamanya adalah hanya dua keterampilan
447

berbahasa yang diujikan, yakni membaca dan menulis. Akibatnya, kompetensikompetensi pada keterampilan mendengarkan dan berbicara tidak dapat diukur.
Kenyataan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa hasil UN janganlah
dianggap cermin kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Hasil UN adalah dunia
lain yang harus dipisahkan dengan kompetensi riil para siswa. Dunia lain berarti
dunia makhluk halus, seperti yang tersaji dalam acara uka-uka di televisi.

Jenis komponen pidato yang sesuai dengan penggalan tersebut adalah


A. pengantar
B. pembuka
C. isi
D. penutup
E. epilog
5. Kepala sekolah menyampaikan pidato tentang keberhasilan siswa-siswinya dalam
UN pada forum pertemuan dengan orang tua siswa. Hadir dalam acara tersebut para
siswa dan para guru. Kalimat pembuka pidato tersebut yang tepat adalah
A. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak
yang saya sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas
pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua, sebagai
kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama ini.
Anak-anak belajar dengan baik, guru mengajar dengan penuh semangat, dan para
orang tua memberikan dukungan sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses
dalam UN tahun ini.
B. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak
yang saya sayangi. Sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima kasih atas
kerja sama kita selama ini. Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
C. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak yang saya
sayangi. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita dapat
bertemu pada forum terhormat ini. Suatu kebanggaan anak-anak kita sukses
dalam UN tahun ini.
D. Selamat siang. Para wali murid dan para guru yang saya hormati. Pertama, mari
kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita dapat bertemu pada
forum terhormat ini. Kedua, sebagai kepala sekolah, saya mengucapkan terima
kasih atas kerja sama kita selama ini. Anak-anak belajar dengan baik, guru
mengajar dengan penuh semangat, dan para orang tua memberikan dukungan
sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN tahun ini.
E. Para wali murid dan para guru yang saya hormati, serta anak-anak yang saya
sayangi. Pertama, mari kita bersyukur kepada Tuhan. Atas pertolongan-Nya kita
dapat bertemu pada forum terhormat ini. Kedua, sebagai kepala sekolah, saya
mengucapkan terima kasih atas kerja sama kita selama ini. Anak-anak belajar
dengan baik, guru mengajar dengan penuh semangat, dan para orang tua
448

memberikan dukungan sepenuhnya. Walhasil, anak-anak kita sukses dalam UN


tahun ini. Selamat siang.

6. Dalam forum diskusi formal, pebicara menyatakan bahwa kegiatan eksplorasi,


elaborasi, dan konfirmasi harus tampak dalam kegiatan pembelajaran. Kalimat
persetujuan tanpa syarat yang tepat adalah
A. Saya seratus persen sependapat dengan pendapat Saudara karena idealnya guru
memang harus melakukan tiga kegiatan itu dalam kegiatan pembelajaran.
B. Saya sependapat dengan pernyataan Saudara asalkan urutannya tidak selalu
eksplorasi, elaborasi, kemudian konfirmasi.
C. Saya menyetujui pernyataan Saudara karena di samping sesuai dengan aturan
pemerintah, ketiga kegiatan itu penting dalam kegiatan pembelajaran.
D. Meskipun saya dapat menyetujui pernyataan Saudara, saya merasa bahwa dalam
keadaan tertentu elaborasi tidak harus dilakukan oleh guru.
E. Pendapat Saudara dapat saya setujui dan saya berharap semuanya juga sepakat.

7. Guru-guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya mengadakan diskusi formal


tentang strategi peningkatan kualitas pembelajaran. Komponen diskusi yang
seharusnya ada adalah.
A. pebicara dan peserta
B. pebicara, pemandu, dan peserta
C. pebicara, notulis, dan peserta
D. pebicara, pemandu, notulis, dan peserta
E. para guru bahasa Indonesia se-MGMP Kota Surabaya
8. Perhatikan teks iklan lowongan pekerjaan yang dikutip dari harian Jawa Pos, 13 Maret
2009 di bawah ini.

LOWONGAN KERJA
Dibutuhkan segera seorang tenaga teknisi Komputer
Minimal tamat SMA sederajat jurusan IPA
Lamaran dialamatkan ke PO BOX 008 Surabaya
Paling lambat 2 minggu setelah iklan ini diterbitkan
Kalimat pembuka yang tepat untuk surat lamaran pekerjaan berdasarkan iklan di
atas adalah ...
A. Memenuhi iklan yang Bapak muat pada harian Jawa Pos, saya bermaksud
mengisi lowongan kerja tersebut.
449

B. Sehubungan dengan iklan Bapak yang dimuat pada harian Jawa Pos, 13
Maret 2009 dengan ini saya .....
C. Melalui surat ini saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk memenuhi
lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.....
D. Berdasarkan iklan Bapak yang dimuat pada tanggal 13 Maret 2009 saya
mengajukan lamaran pekerjaan untuk .....
E. Saya telah membaca iklan yang Bapak pasang. Saya tertarik dengan iklan
tersebut, sehingga

9. Cermati kalimat penutup surat lamaran pekerjaan yang tidak tepat berikut.
Atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Perbaikan kalimat penutup surat lamaran pekerjaan tersebut adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

Terima kasih banyak atas perhatiannya


Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih.
Diucapkan terima kasih atas perhatiannya.

10. Pada tubuh surat pribadi terdapat pembuka, isi, dan penutup surat. Isi surat
pribadi yang santun adalah .
A. Akhir bulan ini aku tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus diselesaikan.
Untuk itu, aku minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang bulanannya.
B. Akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang bulanan
ananda.
C. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda minta Ibu dan Bapak mengirimkan uang bulanan
ananda.
D. Pada akhir bulan ini aku gak dapat pulang, banyak tugas dan kerjaan yang harus
segera diselesaikan. Untuk itu, uang yang biasanya dikirim saja ya.
E. Pada akhir bulan ini ananda tidak dapat pulang karena banyak tugas yang harus
diselesaikan. Untuk itu, ananda mohon Ibu dan Bapak berkenan mengirimkan uang
bulanan ananda.

11. Di bawah ini disajikan penulisan kepala surat tanpa logo institusi. Penulisan kepala
surat yang tepat adalah .
A. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
450

Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725


B. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jl. Ketintang Surabaya 60231 Telp. 0318280009, 0318287725
C. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Surabaya 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
D. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Jalan Ketintang Sby 60231 Telepon 0318280009, 0318287725
E. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya

12. Kepala sebuah sekolah mengundang dewan guru untuk mengadakan rapat rutin
sekolah, tetapi tiba-tiba ada undangan rapat di dinas pendidikan kota setempat
dalam waktu yang bersamaan. Ia meminta wakil kepala untuk memimpin rapat
rutin sekolah.
Kalimat memo yang tepat untuk hal itu adalah di bawah ini.
A. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada undangan rapat
dinas di dinas pendidikan kota.
B. Pak Andi tolong memimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya menghadiri
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.
C. Pak Andi tolong pimpin rapat rutin sekolah besuk, karena saya ada undangan rapat
dinas di dinas pendidikan kota.
D. Pak Andi besuk wakili saya untuk rapat di sekolah ya. Masalahnya saya harus datang di
rapat lain, yakni rapat di dinas.
E. Pak Andi mohon memimpin rapat rutin sekolah, besuk karena saya menghadiri
undangan rapat dinas di dinas pendidikan kota.

13. Perhatikan kutipan berita di bawah ini.


Ribuan Rumah Tergenang
JOMBANG Sembilan desa di Kecamatan Ploso, Ka-bupaten Jombang,
Kamis malam diterjang banjir. Akibatnya, lebih dari 1.000 rumah di Desa
451

Jatigedong, Ploso, Jati-tunggal, Kedungdowo, Jaditunggal, Kedungombo,


Bawangan, dan Pandanblole, terendam. Ratusan hektar sawah siap panen juga
tergenang.
Informasi yang dihimpun JPPN menyebutkan, dua desa di kanan kiri PT
Samsung Cheil Jedang juga kebanjiran. Kondisi paling parah terjadi di Desa
Jatigedong. Di sini, ketinggian air mencapai 1,2 meter. Hingga kemarin, lebih
dari 700 rumah di desa ini masih terendam. Seluruh jalan kampung juga
tertutup air.
(Sumber: Jawa Pos, 13 Maret 2003)
Kelemahan yang teradapat dalam teks berita di atas adalah .
A. Penyebutan kata ratusan hektar sawah yang mengacu pada jumlah yang tidak
jelas.
B. Tidak dicantumkannya kepanjangan kata JPNN yang dapat menyebabkan
kebingungan pembaca.
C. Kata diterjang banjir kurang tepat, seharusnya diganti dengan kata ditimpa
musibah banjir.
D. Penyebutan kata sembilan desa kurang cermat, seharusnya delapan desa
sesuai jumlah desa yang disebutkan.
E. Penulisan PT seharusnya diberi titik (.), yakni P.T. karena harus sesuai dengan
kaidah yang berlaku.
14. Bunyi slogan seperti ini biasanya ditulis atau diletakkan di dekat tempat sampah.
Cermati slogan yang kurang efektif di bawah ini.
Lingkungan tempat kami ingin bersih, untuk itu bantulah kami untuk
menjadi lebih bersih!
Agar lebih efektif, slogan di atas dapat diubah seperti di bawah ini.
A.
B.
C.
D.
E.

Lingkungan kami belum bersih, bantulah kami menjadi bersih.


Kami ingin bersih, bantulah kami menjadi bersih.
Lingkungan belum bersih, bantulah agar supaya bersih.
Kami ingin bersih, untuk itu bantulah kami agar bersih.
Lingkungan yang ingin bersih supaya dibantu.

15. Sebuah karangan dengan tema pembelajaran aktif dan menyenangkan membantu
penguasaan kompetensi siswa. Isi yang akan dibahas dalam karangan tersebut
adalah .
A. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, model-model pembelajaran aktif,
contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
B. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, sejarah perkembangan pembelajaran
aktif, model-model pembelajaran aktif, guru aktif bagi pembelajaran aktif.
452

C. Pengertian pembelajaran aktif dan menyenangkan, guru sebagai aktor utama di kelas,
contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan pembelajaran aktif.
D. Sejarah perkembangan pembelajaran aktif dan menyenangkan, model pembelajaran
aktif, contoh rencana pembelajaran aktif dan penerapannya, kelebihan pembelajaran
aktif.
E. Tentang pembelajaran di sekolah, kebiasaan kurang baik dalam pembelajaran di
sekolah, siswa yang kurang aktif dan responsive dalam pembelajaran teoretis.

16. Didik Kumaidi dalam bukunya yang berjudul Aku Bisa Menulis yang terbit tahun
2008 halaman 44 mengutip pendapat Lukman Haqani seperti di bawah ini.
Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang
atau pendapat seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku, surat kabar,
majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau memperkuat
pendapat penulisnya (Haqani, 2004: 50).
Jika Anda mengutip pendapat Haqani dari teks di atas (buku Didik Kumaidi) tanpa
membaca buku aslinya, penulisan kutipan yang benar adalah
A. Kumaidi (dalam Haqani, 2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam
kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
B. Kumaidi (2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat atau
pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
C. Haqani (2004: 50) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam kalimat atau
pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal , baik
terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi
bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.
D. Haqani (dalam Kumaidi, 2008: 44) mengatakan bahwa mengutip adalah meminjam
kalimat atau pendapat orang dari seorang pengarang atau pendapat seseorang yang
terkenal , baik terdapat dalam buku, surat kabar, majalah atau media elektronik yang
fungsinya sebagi bukti atau memperkuat pendapat penulisnya.

E. Mengutip adalah meminjam kalimat atau pendapat orang dari seorang


pengarang atau pendapat seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku,
surat kabar, majalah atau media elektronik yang fungsinya sebagi bukti atau
memperkuat pendapat penulisnya (Haqani, 2004: 50).

17. Sebuah buku berjudul Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Jalan Yodkali No. 16
453

Bandung pada Mei 1996. Editor buku tersebut adalah Yudi Latif dan Idi Subandy
Ibrahim. Pengarang buku tersebut beramai-ramai, di antaranya Ariel Heryanto,
Daniel Dhakidae, Dede Oetomo, Ignas Kleden, Jalaluddin Rakhmat, serta Taufik
Abdullah.
Penulisan daftar rujukan yang benar adalah .
A. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
B. Heryanto, Ariel, dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
C. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik
Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
D. Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik
Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.
E. Latif, Yudi. (dkk.). 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde
Baru. Bandung: Penerbit Mizan.

18. Anda akan menulis judul penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah Anda adalah
siswa kesulitan dalam menulis puisi. Dalam PTK tersebut Anda menemukan
pemecahan masalah yakni melalui Teknik Respon Alam. Penelitian ini Anda
lakukan di kelas VIII-B.
Judul penelitian yang benar adalah .
A. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Tahun
Pelajaran 2011-2012 dengan Menggunakan Teknik Respon Alam.
B. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP tahun
pelajaran 2011-2012 dengan menggunakan teknik respon alam.
C. UPAYA PENINGKATAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
D. UPAYA MENINGKATKAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP TAHUN
PELAJARAN 2011-2012 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK RESPON ALAM.
E. Peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP dengan menggunakan
teknik respon alam pada tahun 2012.

19. Cermati penggalan karya ilmiah di bawah ini.


Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil pengamatan selama penelitian
pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik sumbang saran
dilakukan dua kali secara berkelompok, yakni kelompok kecil dan kelompok besar,
dapat melatih siswa untuk berani berbicara dan dapat menambah rasa percaya diri.
Penggalan karya ilmiah di atas termasuk komponen .
A. Pendahuluan (latar belakang)
454

B.
C.
D.
E.

Metodologi penelitian dan kajian teori


Pembahasan dan analisis
Penutup (simpulan)
Kata Pengantar

20. Simak paragraf di bawah ini.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang


kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial, budaya, dan bahasa
ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia, dan (4) alat penghubung antardaerah
dan antarbudaya. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) alat
penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahan, dan (4) alat
pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan pada paragraf
di atas adalah .
A. Salah satu peran yang diemban oleh bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.
B. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan yang menghindarkan
perpecahan antarsuku.
C. Bahasa Indonesia merupakan wujud nyata semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
D. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tumbuh dari masyarakat Minangkabau.
E. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara.

21. Simak paragraf di bawah ini.


Penulis karya ilmiah pada umumnya menyadari bahwa karya tulisnya dibaca oleh
orang lain. Karena itu, penulis biasanya berhati-hati dalam menggunakan ejaan,
memilih kata, menyusun kalimat, merangkai antarkalimat, dan sebagainya.
Keberhati-hatian itu dimaksudkan agar gagasannya dapat dipahami dengan
sebaik-baiknya oleh orang lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kesalahan
penggunaan bahasa sebagai media pengungkap gagasan tetap terjadi sekalipun
penulis berhati-hati.

Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan pada paragraf
di atas adalah .
A. Dengan demikian penyuntingan penting dilakukan oleh penerbit buku tersebut.
B. Hal itu mengisyaratkan bahwa penyuntingan karya tulis ilmiah penting.
C. Jadi, penulis harus melakukan penyuntingan terhadap karyanya sebelum orang lain.
455

D. Sehingga melakukan penyuntingan adalah tahapan terakhir penulisan karya ilmiah.


E. Penulis karya ilmiah yang baik adalah juga seorang penyunting yang handal dalam
bidangnya.

22. Perhatikan contoh paragraf di bawah ini.


Kata-kata seperti duta, bukit, pesona, taman, hamparan, wisma, dan sebagainya
merupakan kata serapan yang sudah mewarga. Berbeda dengan kata-kata seperti
bulevar, kondominium, mal, estat, plaza, dan sebagainya merupakan kata-kata yang
masih terasa keasingannya. Memang kosakata dari bahasa daerah dan asing ada
yang sudah lama diserap sehingga sudah bersifat mewarga, tetapi ada pula yang
penyerapannya baru dilakukan. Baik kata yang sudah mewarga ataupun yang
masih terasa keasingannya harus digunakan dengan cermat makna dan ejaannya.
Paragraf lain yang pola pengembangannya sama terdapat pada .
A. Namanya Arni. Gadis berwajah tirus ini memiliki rambut lurus. Ia adalah anak seorang
janda dari kampung Pandanaran. Sehari-hari ia bekerja membantu ibunya berjualan
sayuran di pasar. Jarak antara pasar dengan rumahnya 4 kilometer. Sayur yang dijual
adalah hasil kebun di sebelah rumahnya. Dini hari, bersama ibunya, ia sudah berada di
kebunnya memilih dan memilah sayur apa saja yang dapat dipanen dan dijual di pasar
hari itu.
B. Jarno dikenal sebagai seorang pengusaha sukses yang menyukai barang-barang antik.
Di salah satu sudut rumahnya yang luas tersimpan lampu, guci, piring, sendok,
garpu,gelas, serta teko kuno. Ada juga beberapa sepeda, jam dinding, pigura yang
semuanya berbau kuno. Di samping itu, ia juga mengumpulkan uang logam kuno,
bahkan beberapa uang logam tersebut dari luar negeri. Koleksi-koleksi itu ditata
sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah museum kecil.
C. Kendati memiliki gambar air sebagai penanda keaslian uang kertas, bahan uang kertas
bernominal Rp1.000,00 ini terbuat dari kertas buram. Uang ini juga hanya dicetak dalam
satu warna serta tidak bertekstur sebagaimana uang kertas pada umumnya. Lebih
meragukan lagi, dalam catatan resmi pemerintah, tidak terdapat daftar bahwa Negara
Republik Indonesia pernah menerbitkan uang bergambar Presiden Soekarno dengan
latar penari Srimpi.
D. Novel pop diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip objektivitas terhadap pembaca
massal. Penulis berusaha mencari kecenderungan terbesar selera pembaca. Bahkan,
penulis berusaha menciptakan dan mempengaruhi selera pembaca itu dari tema, gaya,
dan latarnya. Sebagaimana yang dilakukan para pengarang wanita yang dijuluki
sebagai sastrawan sastrawangi, tema, gaya, dan latar yang dikembangkan sudah
amat berbeda dengan novel pop tahun 1980-an. Penekanan yang paling penting dalam
novel pop pada plot ceritanya yang memikat dan memukau. Plot ini berusaha
menenggelamkan kesadaran individu pembaca dan menyeretnya ke dalam konflik yang
diciptakan.
E. Diperlukan kemampuan berbahasa yang lengkap untuk dapat menjadi seorang
penyunting yang handal. Penyunting adalah profesi yang penuh tantangan karena ia
berhadapan dengan teks, dan teks itu harus dapat menjelaskan sesuatu (yang sama
dengan penulis) kepada pembaca dengan jelas dan tidak ambigu. Pembaca harus

456

mendapat mengambil simpulan yang sama dengan apa yang diinginkan oleh penulis
buku itu, dan penyunting berada di antaranya.

23. Simak paragraf di bawah ini.


Jejak-jejak sepatu besar yang sepasang itu diikutinya. Lewat jalan besar
membelok memasuki jalan setapak yang melintasi padang. Julian berjalan
tersaruk-saruk. Matanya terpaku jejak sepatu. Sekonyong-konyong ia berhenti
mendengar suara orang berbicara. Di sisi kanan jalan itu ada semak yang
agak besar. Suara yang didengarnya datang arah situ. Julian menghampiri
semak dengan berhati-hati. Sekarang dia bisa mendengar Pak Guru berbicara
sambil berbisik. Julian tidak bisa menagkap kata-katanya (Serial Lima Sekawan,
2005:177).
Kata penghubung yang tepat untuk untuk melengkapi paragraf di atas adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

lalu, ke, karena, dari


dan, pada, ketika, dari
lalu, pada, ketika dari
dan, pada, karena, pada
lalu, karena, karena, dari

24. Penulisan ejaan yang benar kalimat di bawah ini adalah .


A. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo M.A. M.Sc. tidaklah
kehilangan keindonesiaannya.
B. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo, MA., MSc. tidaklah
kehilangan keindonesiaannya.
C. Meskipun pernah menetap lama di Inggris, Dr. Ami Sujarwo, M.A., M.Sc. tidaklah
kehilangan keindonesiaannya.
D. Meskipun pernah menetap lama di inggris, Dr. Ami Sujarwo, MA., MSC. tidaklah
kehilangan keindonesiaannya.
E. Meskipun pernah menetap lama di Negara inggris, Dr. Ami sujarwo, M.A M.Sc. tidak
kehilangan keindonesiaannya.

25. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kegramatikalan. Kalimat di bawah ini kurang
ciri tersebut. Cermati kalimat di bawah ini.
Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya.
Perbaikan kalimat di atas adalah di bawah ini.
A. Keterampilan ini diperlukan agar supaya dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya.
457

B. Keterampilan ini diperlukan agar senantiasa dapat membaca buku secara cepat dan
dapat memahaminya.
C. Keterampilan ini diperlukan agar siswa dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya.
D. Keterampilan ini diperlukan agar dapat membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya dengan baik.
E. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam membaca buku secara cepat dan dapat
memahaminya dengan baik.

26. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan
kawasan pantai Merauke di Provinsi Papua. Belakangan, ancaman dari keganasan laut
serta penambangan pasir itu secara per;ahan bisa diredam. Ini semua berkat uapaya Pemda
Merauke yang mulai menyulap titik-titik penambangan menjadi kolam ikan.
Kalimat pokok paragraf tersebut adalah ...
A. Gerusan abrasi sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan pantai Merauke
di Provinsi Papua.
B. Penambangan pasir sejak lama menjadi sumber utama kerusakan kawasan pantai
Merauke di Provinsi Papua.
C. Ancaman dari keganasan laut serta penambangan pasir itu secara per;ahan bisa
diredam.
D. Gerusan abrasi disertai penambangan pasir menjadi sumber utama kerusakan kawasan
pantai Merauke.
E. Ini semua berkat uapaya Pemda Merauke yang mulai menyulap titik-titik penambangan
menjadi kolam ikan.

27. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan, Kecamatan
Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan yang
hingga kini belum terealisasi. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah
bertransmigrasi selama 47 tahun. Warga berencana memasang patok sendiri di lahan
bermasalah tersebut. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan
Desa Transmigrasi Swakarsa Mandiri
Kalimat penjelas yang tidak mendukung isi paragraf adalah ...
A. Warga transmigran dari tiga desa di Kota Terpadu Mandiri Sungai Rambutan
mempertanyakan janji penyelesaian masalah lahan.
B. Penyelesaian masalah lahan hingga kini belum terealisasi padahal sudah 47 tahun.
C. Lahan garapan itu belum diterima padahal mereka telah bertransmigrasi selama 47
tahun.
D. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri.
E. Ketiga desa itu adalah Sungai Rambutan UPT II, Tanjung Pulai, dan Desa Transmigrasi
Swakarsa Mandiri.
458

28. Desa Cikurai terletak di seberang Sungai Kurai. Desa ini berbatasan dengan Desa
Sindangpacul. Tiap pagi, simponi alam mengiringi derap langkah anak ke sekolah dan
para petani ke sawah. Seakan tidak mengenal lelah, kicauan burung dan tiupan angin
sawah senantiasa memermaikan desa yang dihuni sebanyak 33 kepala keluarga.
Ide pokok paragraf tersebut adalah ....
A. Desai Cikurai di seberang sungai
B. simponi alam pagi di Cikuarai
C. keadaan Desa Cikurai
D. tiupan angin di Desa Cikurai
E. kicauan burung di Desa Cikurai

29. Kutu loncat acap disematkan pada orang yang suka berpindah-pindah tempat bekerja.
Namun, tak selamanya cap itu berkonotasi negatif. Selama si karyawan belum menemukan
atmosfer yang tepat untuk berkarier, sah-sah saja ia melakonkan diri sebagai kutu loncat.
Namun, jangan samakan kutu loncat itu dengan sikap yang tak loyal pada pekerjaan.
Kalimat yang memiliki makna sesuai dengan isi paragraf tersebut adalah ...
A. Kutu loncat adalah kutu yang suka meloncat-loncat.
B. Kutu loncat identik dengan orang yang suka berpindah tempat bekerja.
C. Kutu loncat tidak selamanya bermakna konotasi.
D. Kutu loncat adalah karyawan yang belum menemukan tempat bekerja.
E. Kutu loncat diidentikkan dengan sikap tidak loyal terhadap pekerjaan.

30. Baca teks berikut dengan cermat!


Impor komoditas/produk hortikultura, seperti buah dan sayur, tidak bisa lagi dilakukan
secara bebas, tetapi harus memperhatikan produksi dan konsumsi dalam negeri.
Komoditas impor juga tidak bisa disalurkan langsung kepada pengecer atau konsumen.
Kebijakan baru itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 30
Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura yang ditandatangani Menteri
Perdagangan Gita Wirjawan pada 7 Mei dan berlaku pada 15 Juni 2012.
Simpulan isi teks tersebut adalah ....
A. Impor komoditas hortikultura tidak bisa disalurkan langsung kepada pengecer.
B. Impor komoditas hortikultura buah dan sayur tidak sebebas dulu.
C. Impor komoditas hortikultura diatur dalam Permendag Nomor 30 Tahun 2012.
D. Permendag No. 30 Tahun 2012 ditandatangani Menteri Perdagangan pada 7 Mei 2012.
E. Permendag No. 30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura berlaku
15 Juni 2012.

459

31. Baca penggalan teks berikut dengan cermat!


Hanya berjarak sekitar 150 kilometer dari Jakarta, Desa Kanekes di Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, masih menyimpan kearifan warga Baduy. Mereka
kukuh memegang adat warisan leluhur. Ketaatan mereka berujung pada terciptanya suatu
komunitas adat yang nyaris tanpa pernah mengenal kekerasan, pertikaian, ataupun aneka
kejahatan yang selama ini jamak terdengar.
Rangkuman yang tepat untuk penggalan teks tersebut adalah ....
A. Desa Kanekes dihuni warga Baduy dan terletak hanya 150 km dari Jakarta.
B. Desa Kanekes terletak di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
C. Warga Baduy kukuh memegang adat warisan leluhur dan menyimpan kearifan
lokal.
D. Kejahatan di Desa Kanekes nyaris tidak ada terdengar baik kekerasan, pertikaian,
dan kejahatan..
E. Desa Kanekes aman dan damai karena warganya kukuh pada adat warisan leluhur.

32. Baca paragraf berikut ini dengan cermat!


Kuku-kuku jari Kristina menghitam karena ia baru saja merendam benang dalam larutan
daun tarum dicampur kapur. Di Pasar Geliting, Desa Sikka, Kabupaten Sikka, Kristina
sebenarnya berjualan pisang dan labu. Namun, seperti perempuan Nusa Tenggara Timur
(NTT) pada umumnya, ia sehari-harinya menenun sarung untuk kebutuhan sendiri. Dari
tangan para penenun seperti itulah dilahirkan kain tenun nan indah.
Yang bukan merupakan fakta dalam paragraf tersebut adalah ...
A. Kuku-kuku jari Kristina menghitam.
B. Ia baru saja merendam benang dalam larutan daun tarum dan kapur.
C. Di Pasar Geliting, Kabupaten Sikka, Kristina berjualan pisang dan labu.
D. Ia sehari-harinya menenun sarung untuk kebutuhan sendiri.
E. Dari tangan para penenun dilahirkan kain tenun nan indah.
33. Baca paragraf berikut ini dengan cermat!
Kaus oblong yang dikenal dengan sebutan t-shirt adalah produk mode yang paling
simpel. Ia tanpa kerah, berlengan pendek, dan leher berpotongan bulat. Pada sepotong
oblong, pemakai bisa menitipkan ekspresi kreatif. Ekspresi kreatif tersebut bisa berupa
gambar, kata-kata, dan sebagainya.
Yang bukan merupakan opini dalam paragraf tersebut adalah ...
A. Kaus oblong dikenal dengan sebutan t-shirt.
B. Kaus oblong adalah produk mode yang paling simpel.
C. Ia tanpa kerah, berlengan pendek, dan leher berpotongan bulat.
D. Pada sepotong oblong, pemakai bisa menitipkan ekspresi kreatif.
460

E.

Ekspresi kreatif tersebut bisa berupa gambar, kata-kata, dan sebagainya.

34. Perhatikan bagan tentang persiapan mendongeng berikut ini!

Persiapan diri: pilih cerita yang baik; pahami isi


cerita tersebut; ajaklah penonton untuk
berinteraksi; gunakan bahasa tubuh dan
ekspresi wajah yang mendukung cerita.
Apa yang diceritakan? Pilihan cerita: cerita
rakyat, fabel, cerita sejarah, atau cerita komik.
Baca cerita yang dipilih beerulang-ulang
sampai paham; buat bagan atau gambar urutan
cerita.
Gunakan properti atau kostum yang mendukung cerita

Bagan 2 Persiapan Mendongeng


Simpulan yang sesuai dengan isi bagan 2 tersebut adalah ...
A. Mendongeng memerlukan properti dan kostum dan sumber dongeng yang
menarik.
B. Sebelum mendongeng, pilih cerita yang menarik dari berbagai sumber dan
gunakan properti atau kostum.
C. Baca dongeng terpilih sampai paham isi dongeng tersebut dan gunakan properti
atau kostum.
D. Pilih dan pahami isi cerita; ajaklah penonton berinteraksi; gunakan bahasa tubuh
dan ekspresi wajah.
E. Untuk mendongeng, persiapkan diri; pilih dan pahami dongeng; gunakan
properti atau kostum.
461

35. Baca secara cermat tabel berikut ini!


Tabel 3 Buah dan Manfaatnya
Jenis
Buah
Mangga

Jambu
biji

Manfaat

Meningkatkan memori dan menjaga sel-sel kulit


Menyehatkan ibu hamil karena sarat dengan zat besi
Membantu meringankan masalah gangguan pencernaan
Membersihkan pori-pori yang tersumbat yang memicu
jerawat

Mengandung beta carotene sebagai antioksidan


Mengandung vitamin C untuk mencegah sariawan, gusi
bengkak, gusi berdarah, dan membantu penyembuhan
luka
Membantu mengurangi resiko terkenan penyakit jantung
Membantu menjaga kesehatan kulit karena kandungan
vitamin E

Simpulan yang sesuai dengan isi tabel tersebut adalah ...


A.
B.
C.
D.
E.

Buah sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.


Aneka buah mengandung vitamin dan mineral.
Mangga dan jambu biji bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Vitamin yang terdapat di dalam mangga dan jambu biji.
Manfaat buah sesuai dengan jenis buah tersebut.

36. Simak penggalan teks di bawah ini.


Untung sudah sampai rumah. Seruku, Elly lapar.
Manis betul, kamu El, mau buru-buru pulang sebelum pesta ulang tahun
selesai, sambut ibu ketika Elly pulang.
Kan, pesan Mama jangan larut-larut pulang. Lalu papa menjemput. Kasihan
Papa kalau harus menunggu lama. Papa capek ya, Pap? aku merajuk.
Mandi dulu, Pap! Air hangat sudah tersedia, kata ibu.
Ya rasanya kotor benar badanku.
Beberapa menit kemudian kami sudah berada di meja makan untuk makan bersama.
Lihat, Mah, anakmu! kata ayah ketika kami sedang makan.
Tadi, katanya tidak enak badan. Tapi, lihat lahapnya! Seperti kelaparan dua hari saja.
Tadi siang Elly pusing, jadi aku makan hanya sedikit. Di rumah Wiwin hanya makan
lemper. Sekarang betul-betul lapar.
Cara bercerita atas bagian yang tercetak miring yang tepat ialah.....
462

A.
B.
C.
D.
E.

Dilantunkan dengan suara yang berbeda dan gerakan yang berbeda pula.
Dilakukan dengan suara sama.
Dilakukan dengan gerakan duduk di atas kursi.
Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh ayah.
Dikatakan dengan nada marah, terutama untuk tokoh Elly.

37. Simak puisi di bawah ini.


KARANGAN BUNGA

(Taufiq I small)
Tiga anak kecil.
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak siang tadi."
Ragam pembacaan bait yang bercetak miring pada puisi di atas yang tepat ialah ...
A. lafal jelas, intonasi pelan, dan ekspresi berduka
B. lafal kabur, intonasi pelan, dan ekspresi gembira
C. lafal menggumam, intonasi keras, dan ekspresi berduka
D. lafal jelas, intonasi keras, dan ekspresi senang
E. lafal mendesis, intonasi keras, dan ekspresi berduka
38. Simak penggalan teks drama di bawah ini.
Koswarah: Sejak aku pulang tadi malam tak sedikit pun engkau gembira
tampaknya.
Rini:
Engkau dan aku tentu saja berbeda.
Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam sorga kesenangan
berjalan-jalan di bawah rembulan.
Koswarah: Sejak Nona Zahra di sini tak habis-habisnya engkau menyindir aku.
Rini:
Katakan saja pucuk di cinta ulam tiba (tertawa sejenak). Tidakkah
engkau gembira bertemu lagi dengan Nona yang manis itu? Dan sekali
ini tidak disertai pula. Tentu banyak yang kau curahkan kepadanya.
Koswarah: Kepalanku perempuan ada berapa orang dulu. Tidak pernah engkau
cemburu seberat itu.
Rini:
Sikapmu pada yang lain itu berbeda.
463

Ekspresi dan lakuan Rini yang dapat dilakukan dalam adegan penggalan drama
tersebut adalah....
A.
B.
C.
D.
E.

Tidak gembira sambil berjalan mondar mandir


Suka menyindir sambil memandang rendah koswara
Pencemburu sambil memalingkan muka
Mengejek sambil mengepalkan tangan
Marah sambil mengepalkan tangan

39. Simak teks puisi di bawah ini.


Gadis Peminta-minta
Toto Sudarto Bachtiar

Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil


Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintasi di atas air kotor
Tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa memagi dukaku
Pesan kutipan puisi tersebut adalah . . .
A. Hiasilah kehidupan ini dengan menara katedral
B. Hidup pengemis penuh liku-liku
C. Jangan iri terhadap kehidupan orang lain
D. Sudah selayaknya kita bermimpi
E. Pengemis itu perlu dikasihani
40. Perhatikan teks puisi di bawah ini.
Air Mata di Bibir Sunyi (Anjani)
Ku berkisah tentangmu, Anjani
Tentang kuncup yang mekar
Namun membuat semua bungkam
Dalam persandingan antara
Hidup dan sebuah sandiwara
Ataukah
464

Sandiwara itu tetap kekal olehmu


Ini kisah menghapus air matamu, Anjani
Tema puisi di atas ialah.
A. Perjuangan perempuan
B. kepalsuan hidup
C. kehidupan Anjani
D. percintaan
E. kasih sayang
41. Perhatikan pantun berikut ini!
(1) Jalan-jalan ke pasar lempuyang,
(2) ......................
(3) Jika ingin selalu disayang,
(4) ......................
Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut adalah...
A. (2)Jangan lupa bawa keranjang.
(4) Rajin mengaji dan sembahyang.
B. (2) Membeli kain barang sehelai.

(4) Shalat mengaji janganlah lalai.


C. (2) Jangan lupa membeli nanas.
(4) Shalat mengaji janganlah lalai.
D. (2) Jangan lupa bawa keranjang

(4) Shalat mengaji janganlah lalai


E. (2) Siapa sangka dia menyerang

(4) Shalat mengaji selalu lupa

42. Simak puisi di bawah ini.


Tanah Kelahiran 1
Ramadhan K.H.
Seruling di pasir tipis, merdu
antara gundukan pohon pina,
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang Tangkubanprahu.
Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di air tipis menurun.
Membelit tangga di tanah merah,
dikenal gadis-gadis dari bukit.
Nyanyian kentang sudah digali,
kenakan kebaya ke pewayangan.
465

Jamrut di pucuk-pucuk,
jamrut di hati gadis menurun.
Makna kata lambang jamrut dalam puisi tersebut adalah ....
A. buah-buahan
B. embun pagi
C. keindahan
D. permata
E. perhiasan
43. Simak penggalan teks puisi di bawah ini.
..

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asma-Mu
Bertahan di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisan-Mu
Taufiq Ismail
Makna kutipan puisi di atas ialah ....
A.
B.
C.
D.
E.

permohonan untuk memakai namanya


permohonan ampun kepada Tuhan
kemudahan dalam menyebut nama Tuhan
kemudahan dalam menerima seseorang
kerelaan untuk menerima yang bersalah

44. Cermati teks puisi di bawah ini.


Dalam Kereta

Chairil Anwar
Hujan menebal jendela
Semarang, Solo ... makin dekat saja
Menangkap senja
Menguak purnama
....
Menjengking kereta. Menjengking jiwa
Sayatan terus ke data
Larik bermajas personifikasi yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah ...
A. Cahaya menyayat mulut dan mata
B. Engkau menahan rasa sakit
C. Tak kuasa diri menahan tangis
466

D. Sesak napas karena debu


E. Menatap wajahmu yang cantik

45. Simak penggalan teks puisi di bawah ini.


Gadis Peminta-minta
Toto S. Bachtiar
..
Ingin aku ikut, kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosk
Hidup dari kehidupan angan-angan yang bergemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintasi di atas air kotor
Tapi yang begitu kau hapal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Citraan bait kedua kutipan puisi tersebut adalah . . . .
A. Pendengaran
B. Penciuman
C. Pengelihatan
D. Perasaan
E. Perabaan
46. Cermati penggalan cerpen di bawah ini.
Sebagai artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku. Tapi ada
seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar sekarang ini. Tidak. Ia
tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku habis-habisan. Ini ia tunjukkan tidak
hanya dengan hampir selalu hadir dalam even-even di mana aku tampil; ia juga setia
menungguiku shoting film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap
hari, bila berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk
menyatakan kangen. Di antara mereka yang mengagumiku, lelaki yang satu ini
memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang sukses. Masih muda,
tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek kata, akhirnya aku takluk di hadapan
kegigihannya dan kesabarannya. Aku berhasil dipersuntingnya. Tidak perlu aku
ceritakan betapa meriah pesta perkawinan kami ketika itu. Pers memberitakannya
setiap hari hampir dua minggu penuh. Tentu saja yang paling bahagia adalah kedua
orang tuaku yang memang sejak lama menghendaki aku segera mengakhiri masa
lajangku yang menurut mereka mengkhawatirkan.
Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri
467

Tema kutipan cerpen tersebut adalah ....


A. Perempuan harus segera menikah bila usia sudah cukup dewasa
B. Artis cantik menjadi idola masyarakat.
C. Bila kita sudah terkenal hendaknya bisa menjaga jarak dengan orang lain.
D. Kegigihan dan kesabaran modal dasar keberhasilan.
E. Janganlah sombong ketika kita mengalami kejayaan.
47. Cermati teks di bawah ini.
Nama anda siapa tadi? tanya Bidan.
Bu Sally.
Nama kepanjangannya! ulang Bidan.
Perempuan itu sekali lagi menghindari pandangan Bu Bidan,menjawab
lirih.
Saliyem.
Oooo Allaaaah! hanya itu diucapkan Bu Bidan.
Dicarinya lagi kartunya! Namanya Saliyem!
Siapa nama suaminya?
Dan sebelum pasien itu memberi jawaban, pembantu perawat
menambahkan.
Nama lengkap! Nama aslinya.
Bu Bidan merasa perlu menjelasksan lebih terang.
Nama desa,nama yang dibawa dari desa!
Samijo, suara pasien itu tetap perlahan.
Sekarang siapa namanya? Nama kota? Bu bidan bertanya.
Tanpa mengenali nada ejekan atau sindiran dari bu bidan, perempuan yang
berbaring di tempat pemeriksaan menyahut Pak sammi.
Mengapa mulutnya begitu rapat? Apa ibu tahu caranya menulis?
Dengan huruf em dua atau bagaimana? Bidan itu mendesak lagi.
Saya tidak bisa menulis, bu tapi katanya memang pakai huruf em dua.
Bidan dan pembantu perawat saling memandang, masing-masing
mengulum senyum.
Kalau begitu, sally itu el-nya juga dua? Tanya perawat.
Ya, Bu, katanya begitu.
Katanya, katanya,... siapa to itu yang mengatakan begitu?
Ya, anak-anak sekolah orang-orang pandai yang datang ke warung saya,
Bu.

Watak tokoh Bu Sally yang tergambar dalam penggalan cerpen di atas adalah . . . .
A. lugu
B. lucu
C. bodoh
468

D. penurut
E. penyabar
48. Simak teks di bawah ini.
Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya dan Con
brenschutter. Kami bersepuluh sedang memandang daerah partoli Tiger
Brigade dengan seksama dari puncak bukit panic, pos kami terdepan yang
kami namai begitu karena rupanya dari jauh seperti panic terbalik. Con
berjongkok di samping kakaknya yang sedang meneropong semak-semak dari
kampong-kampung di bawah kami dengan teliti. Mereka sama tinggi, hampir
sama raut mukanya dan sama muda : 17 tahun
Jon melambai dan aku mendekat.
Aku turun ke kampong di bawah itu.
Kenapa ndak semua?
Kalian jalannya berat seperti gajah dan mulut kalian cerewet seperti
bebek. Nggak, semua tinggal di sini, kamu ambil pinjaman.

.
Latar tempat cerpen di atas adalah . . .
A. Daerah patroli
B. Puncak bukit
C. Kampung
D. Semak-semak belukar
E. Perbukitan
49. Bacalah kutipan novel berikut ini dengan cermat!
Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio, kami memulai
percakapan penting itu. Kami tahu saatnya telah tiba. Kami tidak bisa berbohong
lagi, kalau tidak mau gila. Sudah terlalu lama kejadiannya kami biarkan
berlangsung. Menggila dan memperbudak kami. Dengan kata-kata yang
sederhana semuanya harus diselesaikan.
Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti perubahan, perubahan
pada diri kita? tanyanya padaku.
Aku mengerti dan aku sudah siap.
Seandainya kelak ada yang engkau sesalkan, apa yang akan kau
lakukan?
Aku tak akan menyesal, sayang. Walaupun yang kau lepaskan ini
bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh para seniman, kaum
cendikiawan, kaum muda dan
(Telegram, Putu Wijaya).

469

Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel tersebut adalah sudut
pandang .
A. orang pertama sebagai pelaku utama
B. orang pertama sebagai pelaku sampingan
C. orang ketiga sebagai pelaku sampingan
D. orang ketiga sebagai pelaku utama
E. pengarang serba tahu
50. Simak kutipan di bawah ini.
Percakapan itu lancar, mengiringi gerak dan sentuhan bidan yang pasti
dan ahli memeriksa payudara pasien. Pernafasan, mata tenggorokan. Kemudian
mencuci tangan, mengenakan pelindung dari akret.
Anaknya berapa, Bu?
Lima
Wah, sudah banyak! Mengikuti ka-be atau tidak?
Pasien itu tidak segera menyahut. Lalu berkata sambil membuang
pandang
Suami saya tidak mau
Euh! bidan mengeluarkan bunyi sesalan. Ya, dia sih enak saja! Ibu
yang cape!
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan itu
memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu pengenalan. Ya,
benar! Pasien itu sudah pernah diperiksanya. Entah berapa kali. Barangkali
setiap beranak!
Alur dalam penggalan cerita di atas adalah . . .
A. maju
B. mandur
C. flashback
D. maju-mundur
E. melompat
51. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan seksama!
Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin sekali memberi
hadiah untuk Tommy, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu
hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy kemarin. Saat
itu, ibu sedang duduk-duduk di beranda sambil memandangi matahari yang mulai
tenggelam. Diamnya ibu, pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Andi
sadar, sejak ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus
hidup hemat.
Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku? gumam
Andi seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja
470

belajarnya. Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia


mengambil secarik kertas, pensil, dan spidol warna-warni. Tangannya mulai mencoratcoret. Kini, ada senyum menghiasi bibirnya, Besok pagi, aku sudah punya hadiah
untuk Tommy.

Pesan yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut, adalah.....


A. Kita harus menyesuaikan diri dimana pun berada
B. Pikir dulu sebelum bertindak, sesal kemudian tidak berguna
C. Tidak ada kata terlambat untuk memaafkan
D. Kita harus menghormati ibu yang telah melahirkan
E. Bersabarlah dengan siapapun!

52. Bacalah kutipan naskah drama berikut dengan saksama!


Pak Darmo membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan memahaminya.
Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi. Tiba-tiba bapak kepala sekolah datang dan
masuk kedalam kelas.
Kepala Sekolah : Permisi Pak Darmo... Saya minta waktu sebentar.
Pak Darmo : Silahkan bapak kepala sekolah !!! Memang jam mengajar saya juga
sudah habis.
Kepala Sekolah : Anak-anak maaf bapak mengganggu kalian belajar. Sebentar, bapak
ke sini mau memanggil anak yang bernama Lili. Yang bernama Lili
acungkan tangan.
Lili
: (Mengancungkan Tangan) SAYA PAK !
Kepala Sekolah : Ikut keruang bapak sebentar ada yang bapak mau bicarakan !
Lili
: Baik Pak.
Sampainya diruang Bapak Kepala Sekolah, Lili duduk tegang di handapan bapak kepala sekolah.
Lili
: Ada apa ya pak sampai saya dipanggil ke ruang bapak ?
Kepala Sekolah : Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan ?
Lili
: Iya pak memang saya belum membayar uang SPP selama 3 bulan.
Kepala Sekolah : Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa sebenarnya kamu di
kasih uangnya sama orang tua kamu cuma pakai ?
Lili
: Tidak pak memang saya belum dikasih uangnnya sama orang tua saya
karna orang tua saya belum punya uang.
Kepala Sekolah : Ya sudah, kalau begitu.... bapak sarankan kekamu secepatnya kamu
lunasi karena sebentar lagi kamu akan UAN.
Lili
: Baik pak. Secepatnya saya akan melunasinya.
Kepala Sekolah : Iya... Kembalilah kekelasmu!
Lili
: Terima kasih pak. Permisi !
(http://www.cokociki.com)

471

Alur yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. flashback.
B. melompat.
C. mundur
D. maju.
E. Maju-mundur.
53. Simak penggalan dialog di bawah ini.
Heru

: Kegiatan dan aktivitasmu telah menodai makna reformasi, tahu? Dengan


berbendera perjuangan rakyat, atas nama kepentingan kaum buruh, tetapi di
dasar jiwamu kau berkhianat.

Kosim

:Ya, tuduhanmu memang benar. Sekarang sudah saatnya aku menyerah.


Hukumlah aku!

Penggalan naskah drama di atas mengandung pesan bahwa....


A. Hendaknya kita mengakui kesalahan secara jujur apa pun akibatnya yang akan
dialami dari kejujuran itu.
B. Reformasi banyak dinodai oleh para pengkhianat bangsa.
C. Orang yang berkhianat harus dihukum sesuai dengan kesalahan yang
dilakukannya.
D. Para aktivis reformasi tidak boleh mengatasnamakan rakyat kalau memang ia
tidak tulus dalam perjuangannya.
E. Pahlawan reformasi adalah pejuang yang gigih membela perjuangan rakyat.
54. Simak penggalan teks drama di bawah ini.
Kardi
Anton
Kardi
Anton
Kardi
Anton
Rini
Anton
Kardi
Rini

: Lho, sabar-sabar, sabaar!


: Ayo, kau mesti ralat pernyataan itu!
: Begini, Ton, maksudku agar kau ....
: Tidak, aku tidak butuh perlindunganmu. Aku mesti digantung, bukan kau!
: Begini, Ton maksudku, bahwa aku telah ....
: Sudah! Aku tahu, kau berlagak pahlawan agar orang-orang menaruh
perhatian kepadamu sehingga dengan demikian kau ....
: Anton, sabaaaar. Kau mau bunuh diri apa bagaimana?
: (membisu)
: (membisu)
: (membisu)

472

Tema yang terdapat dalam penggalan drama di atas adalah ....


A.
B.
C.
D.
E.

pengendalian kesabaran Anton


pencabutan pernyataan Rini dan Kardi
pertentangan tentang gawatnya masalah
kecemburuan atas sikap kepahlawanan seseorang
ketidakpuasan atas kerja yang dilakukan

55. Simak teks di bawah ini.


Harsono

: (marah)Apa maksudmu membela kuli itu, dan menyalahkan aku?

Citra
: Bukankah dia sudah meminta maaf?
Harsono : Orang seperti itu musti dihajar, supaya menggunakan matanya. Lihat
bajuku kotor karena tali tadi.
Citra
: (duduk kembali) Ah baju mas bisa dicuci lagi kapan saja! (Citra: Usmar
Ismail)
Latar penggalan drama di atas adalah....
A. di beranda rumah.
B. di sebuah rumah makan.
C. di kantor sebuah pabrik.
D. di kantor gubernur.
E. di jalan raya.

56. Perhatikan teks pantun di bawah ini.


Ayam kinantan terbang mengekas
hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat bunda pulang lekas
hatiku besar bukan kepalang
Pantun yang sejenis dengan pantun di atas terdapat pada .
A. Suji-suji daun delima
disuji anak Sutan Bantan
Kalau sudi minta terima
diharap jangan lupakan tuan
B. Gelang emas di atas peti
ambil lampu padam pelita
Alangkah puas rasanya hati
jika dapat bertentangan mata

473

C. Hanyut batang berlilit kumpai


terdampat di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kami semua berbesar hati
D. Dari Gresik ke Surabaya
Kapal siapa layarkan saya
Sudahlah nasib apakan daya
Pada siapa saya sesalkan
E. Rusa banyak di dalam rimba
kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
segeralah kita minta ampun

57. Simak sampiran pantun di bawah ini.


Dari Jepang ke bandar Cina
Singgah berlabuh di Singapura

Berdasarkan sampiran di atas, isi yang tepat untuk melengkapi pantun di atas
adalah .
A. Bunga yang kembang siapa punya
kami ingin memetiknya
B. Bunga itu kalau dipersunting
badan dan nyawa menanggungkan
C. Payahlah mata memandang bulan
bulan pabila akan jatuhnya?
D. Tuan sepantun langit tinggi
bolehkah berlindung di bawahnya?
E. Dari mata turun ke kata
Singgah kemudian dalam hati

58. Simak sampiran pantun di bawah ini.


Tanam lada di pohon temu
ambil benang di atas peti
.
474

.
Isi yang tepat dengan mempertimbangkan rima untuk melengkapi pantun di atas
adalah .
A. Masa pabila kita bertemu
siang malam saya pikirkan
B. Kapan kita kan bertemu
untuk jaga cita kita
C. Jelang hari yang berlalu
dalam petang tak terlihat
D. Kalau sudah kita bertemu
rasanya senang dalam hati
E. Siapa bilang ia tak cantik
Wajahnya adalah rembulan seri

59. Cermati kalimat-kalimat yang disusun secara acak di bawah ini.


(1) Seekor anjing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang Batak.
(2) Seekor kucing lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor anjing.
(3) Si tikus kecil lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seekor kucing.
(4) Si orang Batak lari terbirit-birit ketakutan karena diburu seorang polisi.
(5) Dan si polisi lari terbirit-birit ketakutan karena di buru OPSTIB.
(6) Alkisah pada suatu hari di suatu lorong sepi terlihat seorang nyonya lari terbiritbirit ketakutan karena diburu seekor tikus kecil.
Susunan paragraf yang baik adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

6, 2, 3, 4, 5, 1
6, 5, 4, 3, 2, 1
6, 3, 2, 1, 4, 5
6, 3, 2, 4, 1, 5
6, 1, 5, 2, 3, 4

60. Cermati penggalan teks di bawah ini.


Selanjutnya kakak-beradik itu segera menuju ke desa terdekat. Di depan pintu
gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk setempat. Mereka memberitahu bahwa
untuk masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya dengan ayam penduduk desa.
Jika menang, akan mendapat harta, dan jika kalah akan dijadikan budak. Namun jika
tidak berani menerima tantangan itu, mereka dipersilakan pergi dari desa itu.
Kata yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang dirumpangkan di atas adalah
.
A. kampung, gerbang kota, kampung, kampung
475

B.
C.
D.
E.

desa, gerbang desa, desa, desa


wilayah, gapura, wilayah, desa
wilayah, depan wilayah, wilayah, wilayah
kampung, gerbang desa, kampung, desa

61. Simak penggalan dongeng di bawah ini.


Pada suatu hari terdengar berita bahwa Raja Puan menyelenggarakan
sayembara. Siapa dapat membelah batu besar yang menghadang arus air
bendungan, akan mendapat hadiah istimewa. Hadiahnya adalah puteri raja,
Dewi Nawang Wulan namanya. Dijelaskan pula, arus Sungai Sawur di
bendungan harus dialirkan ke alun-alun untuk mengairi pohon pisang yang
bertunas kain batik agar pohon itu tidak tidak kering pada musim kemarau.
Mendengar sayembara itu, memohon kepada Mbok Rondho agar dia
didaftarkan sebagai peserta. Dengan berat hati, Mbok Rondho memenuhi
permintaan .
Tokoh yang tepat untuk melengkapi bagian dongeng yang dirumpangkan adalah
A.
B.
C.
D.
E.

Joko Tole
Joko Waras
Joko Bodo
Joko Seger
Joko Budug

62. Simak larik-larik puisi yang disusun secara acak di bawah ini.
(1)
(2)
(3)
(4)

kunyanyikan lagu gembira sebagaimana padi itu


ladang bumimu, kupanjatkan syukur dan
atas padi yang engkau tumbuhkan dari sawah
sendiri berterima kasih kepadamu dan bersukaria

Susunan yang logis atas larik-larik puisi di atas adalah .


A.
B.
C.
D.
E.

1, 2, 3, 4
4, 3, 2, 1
3, 2, 1, 4
1, 4, 3, 2
3, 1, 4, 2

476

63. Perhatikan rima yang terdapat pada kutipan puisi di bawah ini.
dedikasi, oh, dedikasi
di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi

baju dril si guru karni


dikayuhnya sepeda jengki
nafasnya bagimu negri
dedikasi, oh, dedikasi
rumahnya beratap
radio transistor pengganti
di senthong anaknya
Kata yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang adalah .. .
A.
B.
C.
D.
E.

jerami, tivi, bernyanyi


genting, tivi, mati
tanah, hiburan, gembira
tembaga, mata, bahagia
jerami, gembira, bersuara

64. Simak penggalan teks drama di bawah ini.


Jati:
Inu:
Jati:
Inu:
Jati:
Inu:
Jati:
Inu:
Jati:

(Muncul, heran melihat situasi itu, kemudian marah kepada Inu) Inu!
Kauapakan mereka?
Tenang, Jati. Tidak ada apa-apa!
Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain menangis?
Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)
Kamu mampu tertawa sementara ketiga sahabatmuu menangis duka. Di
mana perasaanmu, Inu?
.
.
(Tertawa) Tampak menderita tidak sama dengan nyata menderita!
Gila! Tidak kusangka! Aku kini tahu mutu pribadimu yang
sesungguhnya, Inu!

Dialog yang tepat untuk melnegkapi bagian yang dirumpangkan adalah ... .
A. Inu

: Jati, apakah setiap tangis itu duka?


477

B.
C.
D.
E.

Jati
Inu
Jati
Inu
Jati
Inu
Jati
Inu
Jati

: Tetapi mereka jelas tampak menderita!


: Perasaanku biasa-biasa saja.
: Kamu memang tidak punya perasaan.
: Karena aku ingin tertawa.
: Kamu hanya ingin menertawakan orang menangis?
: Ya nggak di mana mana?
: Aku serius, Inu. Kamu tega!
: Perasaan ada dalam hati, dong.
: Siapa yang tidak tahu?

65. Simak teks drama di bawah ini.


Sebelum Sembahyang
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah Masjid pada sebuah desa. Terdengar suara
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
Copet III
: Itu suara apa?
Copet II
: Suara orang adzan.
Copet I: Apa? Suara orang edan?
Copet I: Adzan, goblok!
Copet I: Apa? ()
Copet II
: Adzan, tuli?
Copet I: Oh orang adzan. Adzan itu apa, to?
Copet III
: Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya, kan? Benar,
kan?
Copet II
: Ho oh!
Copet I
: Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku mendengar istilah itu. Kog hampir
sama ya? Adzan! Edan!
Copet IV
: Husss, dosa! Dosa lho, kamu!
Copet I: Lho kok dosa? Ini kan fakta. Kata adzan memang aku
jarang mendengar. Lha kalau kata edan mah itu sering kudengar. Waktu
aku masih di asrama.

(Kecuk Ismadi CR)

Lakuan yang tepat untuk melengkapi bagian yang dirumpangkan adalah .


A.
B.
C.
D.
E.

Mendongakkan kepala
Mengeleng-gelengkan kepala
Memiling-milingkan kepala
Mengangguk-anggukkan kepala
Menundukkan kepala

66. Simak kalimat-kalimat sebuah cerpen yang susunan diacak di bawah ini.
478

(1) Tohir tampaknya tahu itu.


(2) Somad menoleh, lalu menerima gergaji.
(3) Wajahnya kusut, sedang memendam perasaan tertentu.
(4)Tohir memperhatikan Somad yang menggergaji kayu melintang di salah satu
dinding depan rumah petaknya.
(5) Tak ada keceriaan sama sekali.
(6) Wajah Somad lebih banyak ditekuk.
Susunan yang logis adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

1, 2, 3, 4, 5, 6
2, 4, 6, 5, 3, 1
2, 1, 4, 3, 6, 5
1, 2, 5, 6, 3, 4
6, 5, 4, 3, 2, 1

67. Simak penggalan cerpen di bawah ini.


Masih saja Somad menggerundel. Tidak jelas apa yang didongkolkan
Somad sore itu. Sesekali terdengar ia sedang berbicara dengan kalimat-kalimat
yang tidak jelas. Tangan kanannya memegang beberapa lembar kardus yang
masih tampak baru dan beberapa lembar tripleks bekas, sementara tangan
kirinya memegang tas. Ia berjalan menuju ke salah satu rumah petak di
.. Ia melemparkan tas. Cekatan sekali, ia melepasi paku-paku pada
kardus.
Latar yang tepat untuk melengkapi bagian teks yang dirumpangkan adalah .
A.
B.
C.
D.
E.

kampung miskin
desa kecil
pinggir trotoar
dekat danau
tepi kali

68. Simak penggalan cerpen di bawah ini.


Pada sebuah telepon umum, seorang wanita berbicara dengan wajah gelisah.
Katakanlah sekali lagi, kamu cinta padaku.
Mendengar kalimat itu, orang yang mengantre di belakangnya memberengut,
sambil melihat arlojinya. Pengalaman menunjukkan, orang tidak bisa berbicara tentang
cinta kurang dari 15 menit. Namun, sungguh terlalu kalau wanita itu masih juga
bertanya tentang cinta setelah 30 menit. Apalagi sudah ada beberapa orang berdatangan
ke telepon umum itu, sambil sengaja mengecrek-ngecrekkan koin di tangannya.
Kamu benar-benar cinta padaku? Sampai kapan?
( Sebuah Pertanyaan untuk Cinta karya Seno Gumira Ajidarma)
Karakter tokoh yang dibangun oleh penulis adalah .
A. wanita yang gelisah dan kurang sabar

479

B.
C.
D.
E.

wanita yang sabar dan dapat mengerti orang lain


wanita muda yang cantik dan bijaksana
wanita yang selalu gelisah dan takut
wanita yang berani dan sangat tangguh

69. Bacalah dengan saksama isi kutipan novel berikut !


Matias dibawa dari hutan rimba Irian Jaya oleh seorang parasutis yang jatuh
tergantung di sebuah pohon yang tinggi. Dengan susah payah, ia menyelamatkan diri.
Ketika badannya sudah segar, ia pun berjalan kaki mencari kawan-kawannya. Sebelum
menemukan kawan-kawannya, ia menemukan Matias, seorang laki-laki Irian Jaya yang
sedang menderita sakit. Matias ia obati sekadarnya dan syukurlah Matias sembuh.
Celakanya ia tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi Matias merupakan guide yang
sangat bisa dipercaya yang menyelamatkan parasutis itu dari marabahaya dan
menyebabkan ia dapat kembali dengan selamat ke Jakarta.
(Matias Akankari, Gerson Poyk)
Kalimat kritik sastra yang tepat dari penggalan cerita novel di atas adalah
A. Kata sapaan yang digunakan yakni ia sangat tepat dalam menjelaskan tokohtokohnya. Istilah parasutis tidak tepat penggunaanya dalam kalimat cerita dibangun
di atas.
B. Jelasnya peran tokoh Matias dalam cerita tersebut sebagai guide yang sangat bisa
dipercaya. Hal itu membuat Matias memiliki posisi penting dalam cerita yang
dibangun dan disajikan.
C. Tokoh Matias sebagai orang pedalaman tahu betul cara meloloskan diri dari hutan
dan bisa mengantar sampai Jakarta. Ia memiliki kelebihan untuk dapat melepaskan
diri dari kesulitan yang dihadapi.
D. Tokoh Matias sangat tidak jelas. Ini adalah contoh karakter yang konyol dalam
sebuah cerita. Seharusnya penulis mempertimbangkan hal itu agar ceritanya menjadi
masuk akal dan baik.
E. Kurangnya penjelasan yang akurat dari peran tokoh Matias dalam menyelamatkan
parasutis dari marabahaya sehingga terkesan justru parasutislah yang
menyelamatkan Matias.

70. Bacalah dengan saksama isi kutipan cerpen berikut !


Bagaimana Saudara-saudara?! Apakah kita siap memasuki rumah rakyat
ini?! (1)
Siaa..aap!! Pandangan Sandy beralih ke barisan polisi yang setia
mengawasi semua tingkah polah kami (2). Dengan sopan, Sandy mengarahkan
megaphone kea rah deretan bapak-bapak yang berseragam coklat (3).

480

Bagaimana, Bapak-bapak polisi? Apakah kami diizinkan masuk ke


gedung ini? Tak ada jawaban (4). Hanya tatap mata mereka yang tajam dari
balik helm hitam mereka (5).
(Bendera Setengah Tiang karya Retno Wi)
Kalimat kritik yang santun atas peristiwa yang tidak masuk akal dalam kutipan
cerpen di atas adalah
A. Kalimat pada nomor lima kurang logis dalam menggambarkan tatapan para
polisi.
B. Kalimat nomor satu yang dimaksud rumah rakyat tidak jelas pengertiannya serta
membingungkan.
C. Kesopanan Sandy dalam memberikan Megaphone tidak mewakili semangat
demonstrasi
D. Seharusnya pada nomor satu kata-kata Saudara-saudara diganti Teman-teman
seperjuangan.
E. Kalimat nomor empat sangat tidak jelas, dan hal itu memunculkan keurangjelasan
cerita yang dibangun.
Untuk mengerjakan soal no 7174, bacalah KD 9.1!
KD 9.1 : Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber
yang disampaikan dalam wawancara
71. Indikator yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. (1) Mampu menangkap pemikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan narasumber; (2) Mampu menuliskan pemikiran yang diperoleh dari
narasumber ke dalam beberapa kalimat singkat; (3) Mampu menyimpulkan
pemikiran, pendapat, dan gagasan narasumber.
B. (1) Mampu mendata pemikiran, pendapat, dan gagasan yang dike-mukakan
Narasumber; (2) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh dari
wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat; (3) Mampu
menyimpulkan pemikiran, pendapat, dan gagasan narasumber.
C. (1) Mampu menyimpulkan pendapat dan gagasan yang dikemukakan
narasumber; (2) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh dari
wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat.
D. (1) Mampu mendata beberapa pemikiran, pendapat, dan gagas-an yang
dikemukakan Narasumber: (2) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh
dari wawancara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat.

481

E. (1) Mampu menuliskan informasi yang diperoleh dari wawancara yang


didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat; (2) Mampu menyimpulkan
pemikiran, pendapat, dan gagasan narasumber.
72. Rancangan materi pembelajaran yang tepat untuk KD tersebut adalah .
A. penyimpulan pikiran dalam wawancara
B. penyimpulan pendapat dalam wawancara
C. penyimpulan gagasan dalam wawancara.
D. pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wawancara
E. penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wawancara.
73. KD: Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber
yang disampaikan dalam wawancara.
Rancangan pembelajaran:
1) Mendengarkan wawancara narasumber atau rekaman wawancara.
2) Mendata pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan narasumber.
3) Mendiskusikan ketepatan data pikiran, pendapat, gagasan yang dikemukakan
narasumber.
4) Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber
yang disampaikan dalam wawancara.
Media yang tepat untuk KD dan rancangan pembelajaran tersebut adalah .
A. foto narasumber dalam diskusi kelompok
B. profil para narasumber berdebat
C. rekaman suasana dialog santai antartokoh
D. rekaman audiovisual suasana wawancara
E. pamflet acara seminar tingkat nasional
74. Jenis evaluasi pembelajaran untuk KD tersebut adalah .
A. tes tulis
B. portofolio
C. projek
D. produk
E. sikap
75. KD: 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi
yang tepat.
Situasi penilaian
: Penilaian dilakukan dengan uji petik kinerja. Beberasa siswa
bergantian bercerita pengalamannya yang berkesan; siswa lain
mengamati, mencermati pilihan kata dan ekspresi bercerita
temannya yang sedang bercerita untuk mengambil inspirasi
dari cara bercerita kawan tersebut. Siswa yang tidak bercerita
tidak memberikan penilaian atas cara bercerita temannya.
482

Penilaian diberikan oleh guru dengan memperhatikan pilihan


kata dan ekspresi cara berceritanya.
Rumusan instruksi yang TIDAK sesuai dengan prinsip pembelajaran BI yang
mendidik untuk KD dan situasi penilaian tersebut adalah .
A. Identifikasikan pengalaman berolahraga kalian yang mengesankan yang
pernah kalian alami sendiri maupun bersama teman menjadi sub-subtopik.
B. Pilih salah satu subtopik dengan cara menulis ulang subtopik tersebut. Beri
alasan mengapa kalian memilih subtopik tersebut!
C. Selanjutnya kembangkan sub-subtopik tersebut menjadi kerangka cerita.
D. Selanjutnya, ceritakan
secara lisan pengalaman
tersebut dengan
menggunakan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.
E. Sebutkan dan jelaskan aspek apa saja yang perlu dinilai dalam mengomentari
seseorang yang sedang bercerita tentang pengalaman berolahraga.
Untuk mengerjakan soal no 7678, bacalah KD 10.1!
KD
: 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam
diskusi disertai dengan bukti atau alasan
76. Materi yang sesuai dengan KD tersebut adalah .
A.
penyampaian pendapat dalam diskusi
B.
penyampaian persetujuan
C.
etika sanggahan
D.
cara santun menolak pendapat.
E.
persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat.
77. KD: 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam
diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
Metode: Pembelajaran Kontestual (CTL)
Langkah pembelajaran:
(1) Mendengarkan model diskusi, kemudian membahas mekanisme berdiskusi
yang baik.
(2) Mendiskusikan etika menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan
pendapat dalam diskusi.
(3) Praktik menyampaikan persetujuan dalam diskusi.
(4) Praktik menyampaikan sanggahan dalam diskusi disertai dengan bukti atau
alasan.
(5) Praktik menyampaikan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan
bukti atau alasan.
Perbaikan terhadap langkah pembelajaran agar lebih sesuai dengan KD dan metode
tersebut adalah .
A.
Kata mendengarkan pada langkah (1) diganti dengan mengamati.
B.
Kata mendiskusikan pada langkah (2) doiganti dengan praktik
483

C.
D.
E.

Kata praktik pada langkah (3) diganti dengan bertanya jawab.


Kata praktik pada langkah (4) diganti dengan membahas.
Kata penyampaian pada langkah (5) diganti belajar.

78. Jenis tes yang sesuai dengan KD tersebut adalah .


A.
tes tulis
B.
portofolio
C.
performansi
D.
produk
E.
sikap
Untuk mengerjakan soal no 7981, bacalah KD 11.1!
KD
: 11. 1 Menemukan masalah utama dari berbagai berita yang bertopik sama
melalui membaca ekstensif.
79. Indikator yang sesuai dengan KD tersebut adalah .
A. menemukan sumber informasi, yaitu tokoh, tempat, dan waktu
B. membaca bersungguh-sunguh untuk menjawab pertanyaan adiksimba
C. menemukan masalah utama dari tiap-tiap berita yang dibaca secara sepintas
D. menemukan kesamaan informasi melalui membandingkan beberapa berita
E. membaca bersuara untuk membantu pemahaman membaca pemahaman
80. Metode yang TIDAK sesuai untuk membelajarkan KD tersebut adalah ..
A.
kooperatif
B.
jigsaw
C.
ceramah
D.
demonstrasi
E.
kuantum
81. Konteks pelaksanaan pembelajaran:
Pada tahap awal siswa diajak menonton rekaman audiovisual praktik berdiskusi.
Tiga aktivitas berdiskusi utama dipumpunkan, yaitu cara menyetujuai, cara
menyanggah, dan cara menolak pendapat. Setelah itu, didiskusikan berbagai cara
berpendapat tersebut di kelas dengan dipandu guru. Berikutnya, siswa berlatih
berpendapat. Diawali berlatih menyetujui, kemudian berlatih menyanggah, dan
berlatih menolak pendapat.
Media yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. powerpoint jenis-jenis diskusi
B. powerpoint berpendapat dalam diskusi
C. slide berbagai teknik berdiskusi
D. media audio visual praktik berdiskusi
E. media audio praktik berdiskusi
484

82. Rumusan indikator yang baik untuk kompetensi dasar menulis adalah
A. Siswa mampu memahami surat lamaran
B. Menyusun kerangka karangan deskriptif
C. Melalui kegiatan bermain drama, siswa mampu menulis skenario drama yang baik.
D. Kemampuan menyusun kalimat aktif-pasif
E. Siswa terampil menyusun kalimat menjadi sebuh paragraph yang utuh.

83. Berikut ini, materi yang tidak relevan dengan kompetensi dasar menulis, adalah:
A. jenis-jenis karangan
B. Teknik memahami isi cerpen
C. Langkah-langkah menyusun paragraf
D. Menentukan kalimat topik
E. Rancangan skenario drama
84. Menulis pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi sehari sebelumnya secara sistematis
dan runtut, merupakan aktivitas siswa yang cocok untuk menerapkan salah stu metode
pembeljaran menulis.
Kompetensi dasar yang sesuai dengan metode pembelajaran di atas adalah
A. Menulis surat lamaran pekerjaan
B. Menulis Teks Berita
C. Penulisan catatan harian/pengalaman pribadi
D. Penulisan surat pribadi
E. Menulis Pesan Singkat

85. Jenis media visual yang cocok untuk pembelajaran menulis dengan KD menulis
surat lamaran adalah:
A.
B.
C.
D.
E.

grafik,
diagram
chart
bagan
format (model)

86. Guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran,
guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif dan mengharapkan siswa
menjadi pendengar aktif dan baik.

Metode pembelajaran yang cocok dengan konteks pembelajaran di atas, adalah


A.
B.
C.
D.

Model pembelajaran langsung


Model pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Kontekstual
485

E. Model pembelajaran Inkuiri

Untuk mengerjakan soal nomor 13 perhatikan kutipan KD 5.1 berikut!


KD : 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman.
87. Materi yang tepat untuk KD tersebut adalah...
A. rekaman unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi, kata
bermajas
B. pembacaan langsung unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi,
kata bermajas
C. identitas unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi, kata
bermajas
D. pengidentifikasian unsur bentuk puisi: majas, irama, kata-kata konotasi,
kata bermajas
E. perekaman unsur bentuk puisi atau pembacaan langsung majas, irama,
kata-kata konotasi, kata bermajas
88. Teknik evaluasi yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. tes tulis
B. kinerja
C. projek
D. produk
E. portofolio
89. Bentuk instrumen yang tepat untuk mengukur keberhasilan KD tersebut adalah .
A. pilihan ganda
B. menjodohkan
C. uraian singkat
D. daftar cek
E. inventori
Untuk mengerjakan soal nomor 47 bacalah KD 6.2!
KD: 6.2
Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi
90. Materi untuk pembelajaran sastra dengan KD tersebut adalah
A. penemuan nilai budaya, nilai moral, dan nilai agama dalam cerpen
B. penemuan nilai-nilai sastra yang berkembang di masyarakat
C. nilai budaya, nilai moral, nilai agama, dan nilai politik
D. naskah cerpen yang sesuai dengan perkembangan siswa
E. naskah cerpen yang sesuai dengan nilai dan etika bangsa

486

91. Rancangan pembelajaran yang sesuai dengan KD tersebut adalah


A. (1) membaca cerita pendek
(2) mendiskusikan bentukim cerita pendek
(3) menemukan nilai-nilai di dalamnya
B. 1) mendiskusikan unsur instrinsik cerita pendek
(2) mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
C. 1) mendiskusikan unsur instrinsik cerita pendek
(2) mendiskusikan unsur ekstrinsik cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
D. (1) membaca ekstensif cerita pendek
(2) mendiskusikan unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
E. 1) membaca intensif cerita pendek
(2) mendiskusikan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
(3) melaporkan hasil diskusi
92. Media pembelajaran yang tepat untuk KD tersebut adalah .
A. powerpoint yang berisi penokohan dan nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat
B. powerpoint yang berisi unsur latar waktu dan tempat serta unsur ekstrinsik
instrinsik cerpen
C. powerpoint yang berisi proses kreatif dan nilai yang dianut pengarang serta
nilai yang berkembang di masyarakat
D. powerpoint yang berisi unsur ekstrinsik dan nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat
E. powerpoint yang berisi kutipan teks dalam cerpen yang mengandung nilai
yang berkembang di masyarakat
93. Berikut disajikan kriteria penilaian untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
mengidentifikasi nilai budaya, moral, agama, dan politik.
No

Aspek

nilai budaya

nilai moral

nilai agama

3
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar
Siswa menemukan tiga
nilai benar

Kriteria
2
Siswa menemukan dua
nilai benar
Siswa menemukan dua
nilai benar
Siswa menemukan dua
nilai benar

1
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
Siswa menemukan
satu nilai benar
487

nailai politik

Siswa menemukan tiga Siswa menemukan dua Siswa menemukan


nilai benar
nilai benar
satu nilai benar

Bagaimanakah ketepatan kriteria penilaian tersebut?


A. Kriteria terlalu kuantitatif, kurang memperhatikan kualitas
pengidentifikasian aspek nilai budaya oleh siswa.
B. Kriteria sudah cukup memperhatikan kualitas pengidentifikasian nilai
budaya siswa dan cukup praktis.
C. Lebih baik jika pada aspek dan kriteria disajikan ketepatan pengutipan nilai
tertentu.
D. Lebih baik jika pada kriteria disajikan ketepatan menemukan teks yang
mengandung nilai tertentu.
E. Lebih baik jika pada aspek disajikan ketepatan menemukan teks yang
mengandung nilai tertentu.
Untuk mengerjakan soal nomor 810, bacalah KD 15.1.
KD: 15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik,
kinestik sesuai dengan isi puisi.
94. Sumber belajar yang tepat untuk KD tersebut, KECUALI
A. puisi-puisi indah
B. buku-buku kumpulan puisi
C. rekaman audio cara membaca puisi
D. rekaman audiovisual cara membaca puisi
E. teori-teori membaca puisi

95. Materi yang tepat untuk KD tersebut adalah


A. kumpulan puisi indah
B. puisi remaja
C. puisi dewasa
D. teori puisi
E. pembacaan indah puisi

96. KD 15.2 : Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita
anak baik asli maupun terjemahan
Materi yang tepat untuk KD di atas adalah .
A. Realitas kehidupan guru
B.
Realitas kehidupan anak
C. Buku cerita anak
D. Dongeng yang dilisankan guru
E.
Buku pegangan anak
488

97. Indikator:
Mampu menentukan pokok-pokok dongeng.
Mampu menulis dongeng berdasarkan urutan pokok-pokok dongeng.
Indikator tersebut merupakan rincian dari KD berikut.
A. Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau
didengar.
B. Menulis kembali dengan bahasa sendiri cerita yang pernah didengar
C. Menulis dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar.
D. Menulis dengan bahasa sendiri cerita lama yang pernah dibaca atau didengar.
E. Menulis kreatif cerita rakyat yang didengar dengan mengutamakan keaslian
ide.
F. Menulis kreatif dengan bahasa sendiri kisah yang pernah dibaca.
Untuk mengerjakan soal nomor 1113, bacalah KD 8.1!
KD: 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Langkah pokok:
(1) Berdiskusi untuk menentukan syarat-syarat pantun-2
(2) Membaca contoh-contoh pantun -1
(3) Menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun4
(4) Menyunting pantun sendiri sesuai dengan syarat-syarat pantun 5
(5) Menulis materi/bahan konteks pantun-3
98. Urutan rancangan pembelajaran yang logis untuk KD tersebut adalah .
A. (1), (2), (4), (5), dan (3)
B. (2), (1), (5), (3), dan (4)
C. (3), (2), (4), (1), dan (5)
D. (4), (3), (5), (1), dan (2)
E. (5), (1), (3), (2), dan (4)
99. Media yang tepat untuk KD tersebut adalah
A. Powerpoint yang berisi materi pantun dan syarat-syaratnya
B. Powerpoint yang berisi perkembangan puisi lama
C. Powerpoint yang berisi syarat pantun dan bagaimana menulisnya
D. Buku materi yang berisi tentang sejarah perkembangan pantun
E. Buku materi yang berisi tentang contoh-contoh pantun
100. Disajikan tabel penilaian dengan KD menulis sastra
Alat penilaian yang kurang tepat untuk KD tersebut adalah .
489

A.
B.
C.
D.
E.

Uraian
Isian singkat
Daftar cek
Skala penilaian
Pilihan ganda

===TIM===

KUNCI JAWABAN TES TULIS BAHASA INDONESIA


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kunci
D
B
B
C
A
C
D
B
C
E
C
E
D
B
A
D
C

No.
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Kunci
D
E
C
B
C
E
E
C
E
C
A
A
B
B
C
B
C

No.
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67

Kunci
D
D
A
A
C
C
A
D
C
B
E
C
A
A
C
B
E

No.
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

Kunci
A
A
C
D
C
D
B
B
C
E
A
D
B
D
A
E
E
490

18
19
20
21
22
23
24
25

A
D
E
B
B
A
C
C

43
44
45
46
47
48
49
50

B
A
C
D
A
B
E
A

68
69
70
71
72
73
74
75

A
E
A
B
E
D
A
E

93
94
95
96
97
98
99
100

D
A
E
C
A
B
C
E

LAMPIRAN:
Klasifikasi Kata Kerja Operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)
1. Menjelaskan (describe)
2. Memanggil kembali (recall)
3. Menyelesaikan/
menyempurnakan
(complete)
4. Mendaftarkan (list)

5.
6.
7.
8.
9.

Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamakan (name)

Memproses (processing):

1.
2.
3.
4.
5.

Mengsintesisikan (synthesize)
Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan (organize)
Meneliti/melakukan
eksperimen
(experiment)
6. Membuat analog (make analogies)
7. Mengurutkan (sequence)
Menerapkan dan Mengevaluasi
1. Menerapkan suatu prinsip (applying a
principle)
2. Membuat model (model building)
3. Mengevaluasi (evaluating)

8. Mengkategorisasikan (categorize)
9. Menganalisis (analyze)
10. Membandingkan (compare)
11. Mengklasifikasi (classify)
12. Menghubungkan (relate)
13. Membedakan (distinguish)
14. Menyatakan
sebab-sebab
(state
causality)

4.
5.
6.

Merencanakan (planning)
Memperhitungkan / meramalkan
kemungkinan (extrapolating)
Meramalkan (predicting)
491

7.

Menduga / Mengemukan pendapat /


mengambil kesimpulan (inferring)
8. Meramalkan kejadian alam /sesuatu
(forecasting)
9. Menggeneralisasikan (generalizing)
10. Mempertimbangkan /memikirkan
kemungkinankemungkinan(speculating)

11. Membayangkan /mengkhayalkan


(Imagining)
12. Merancang (designing)
13. Menciptakan (creating)
14. Menduga /membuat
dugaan/kesimpulan awal (hypothezing)

492

Kata Kerja Operasional sesuai dengan Karakteristik Obyek


(Matapelajaran)
1. Perilaku yang Kreatif
a. Mengubah (alter)
b. Menanyakan (ask)
c. Mengubah (change)
d. Merancang (design)
e. Menggeneralisasikan (generalize)
f. Memodifikasi (modify)
g. Menguraikan dengan kata-kata
sendiri (paraphrase)
h. Meramalkan (predict)
i. Menanyakan (question)
j. Menyusun kembali (rearrange)
k. Mengkombinasikan kembali
(recombine)
l. Mengkonstruk kembali (reconstruct)

m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.

Mengelompokkan kembali (regroup)


Menamakan kembali (rename)
Menyusun kembali (reorder)
Mengorganisasikan kembali
(reorganize)
Mengungkapkan kembali (rephrase)
Menyatakan kembali (restate)
Menyusun kembali (restructure)
Menceritakan kembali (retell)
Menuliskan kembali (rewrite)
Menyederhanakan (simplify)
Mengsintesis (synthesize)
Mengsistematiskan (systematize)

2. Perilaku-perilaku Kompleks, Masuk Akal, dan bisa mengambil /pertimbangan /keputusan


(complex, logical, judgmental behaviors)
a. Menganalisis (analyze)
m. Mencari /menjelajah (discover)
b. Menghargai (appraise)
n. Mengevaluasi (evaluate)
c. Menilai (assess)
o. Merumuskan (formulate)
d. Mengkombinasikan (combine)
p. Membangkitkan/menghasilkan
e. Membandingkan (compare)
/menyebabkan (generate)
f. Menyimpulkan (conclude)
q. Membujuk/menyebabkan (induce)
g. Mengkontraskan (contrast)
r. Menduga/Mengemukan
h. Mengkritik (critize)
pendapat/mengambil kesimpulan
i. Menarik kesimpulan (deduce)
(infer)
j. Membela/mempertahankan
s. Merencanakan (plan)
(defend)
t. Menyusun (structure)
k. Menunjukkan / menandakan
u. Menggantikan (substitute)
(designate)
v. Menyarankan (suggest)
l. Menentukan (determine)

493

3. Perilaku-perilaku yang Membedakan-bedakan secara umum (General Discrimination


behaviors)
a. Memilih (choose)
j. Mengindikasi (indicate)
b. Mengumpulkan (collect)
k. Mengisolasi (isolate)
c. Mendefinisikan (define)
l. Mendaftarkan (list)
d. Menjelaskan sesuatu (describe)
m. Memadukan (match)
e. Mendeteksi (detect)
n. Meniadakan (omit)
f. Membedakan antara 2 macam
o. Mengurutkan (order)
(differentiate)
p. Mengambil (pick)
g. Membedakan/Memilih-milih
q. Menempatkan (place)
r. Menunjuk (point)
(discriminate)
s. Memilih (select)
h. Membedakan sesuatu (distinguish)
t. Memisahkan (separate)
i. Mengidentifikasi (identify)
4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept)
b. Mengakui/menerima sesuatu
(admit)
c. Menyetujui (agree)
d. Membantu (aid)
e. Membolehkan/menyediakan/
memberikan (allow)
f. Menjawab (answer)
g. Menjawab/mengemukakan
pendapat dengan alasan-alasan
(argue)
h. Mengkomunikasikan (communicate)
i. Memberi pujian/ mengucapkan
selamat (compliment)
j. Menyumbang (contribute)
k. Bekerjasama (cooperate)
l. Berdansa (dance)
m. Menolak /menidaksetujui (disagree)
n. Mendiskusikan (discuss)
o. Memaafkan (excuse)

p.
q.
r.
s.

Memaafkan (forgive)
Menyambut/ menyalami (greet)
Menolong/membantu (help)
Berinteraksi/melakukan interaksi
(interact)
t. Mengundang (invite)
u. Menggabung (joint)
v. Menertawakan (laugh)
w. Menemukan (meet)
x. Berperanserta (participate)
y. Mengizinkan/membolehkan (permit)
z. Memuji-muji (praise)
aa. Bereaksi (react)
ab. Menjawab/menyahut (reply)
ac. Tersenyum (smile)
ad. Berbicara (talk)
ae. Berterimakasih (thank)
af. Berkunjung (visit)
ag. Bersukarela (volunteer)

494

5. Perilaku-perilaku berbahasa
a. Menyingkat/memendekkan
(abbreviate)
b. Memberi tekanan pada sesuatu
/menekankan (accent)
c. Mengabjad/menyusun menurut
abjad (alphabetize)
d. Mengartikulasikan/ mengucapkan
kata-kata dengan jelas (articulate)
e. Memanggil (call)
f. Menulis dengan huruf besar
(capitalize)
g. Menyunting (edit)
h. Menghubungkan dengan garis
penghubung (hyphenate)
i. Memasukkan (beberapa spasi)
/melekukkan (indent)
j. Menguraikan / memperlihatkan
garis bentuk/ menggambar denah
atau peta (outline)
k. Mencetak (print)

6. Perilaku-perilaku Musik
a. Meniup (blow)
b. Menundukkan kepala (bow)
c. Bertepuk (clap)
d. Menggubah /menyusun (compose)
e. Menyentuh (finger)
f. Memadankan/berpadanan
(harmonize)
g. Menyanyi kecil/bersenandung (hum)

l.

Mengucapkan/melafalkan/
menyatakan (pronounce)
m. Memberi atau membubuhkan tanda
baca (punctuate)
n. Membaca (read)
o. Mendeklamasikan/
membawakan/menceritakan (recite)
p. Mengatakan (say)
q. Menandakan (sign)
r. Berbicara (speak)
s. Mengeja (spell)
t. Menyatakan (state)
u. Menyimpulkan (summarize)
v. Membagi atas suku-suku kata
(syllabicate)
w. Menceritakan (tell)
x. Menerjemahkan (translate)
y. Mengungkapkan dengan kata-kata
(verbalize)
z. Membisikkan (whisper)
aa. Menulis (write)

h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Membisu (mute)
Memainkan (play)
Memetik (misal gitar) (pluck)
Mempraktikkan (practice)
Menyanyi (sing)
Memetik/mengetuk-ngetuk (strum)
Mengetuk (tap)
Bersiul (whistle)

495

7. Perilaku-perilaku Fisik
a. Melengkungkan (arch)
b. Memukul (bat)
c. Menekuk/melipat/ membengkokkan
(bend)
d. Mengangkat/membawa (carry)
e. Menangkap (catch)
f. Mengejar/memburu (chase)
g. Memanjat (climb)
h. Menghadap (face)
i. Mengapung (float)
j. Merebut/menangkap/ mengambil
(grab)
k. Merenggut/memegang/
menyambar/merebut (grasp)
l. Memegang erat-erat (grip)
m. Memukul/menabrak (hit)
n. Melompat/meloncat (hop)
o. Melompat (jump)
p. Menendang (kick)
q. Mengetuk (knock)
8. Perilaku-perilaku Seni
a. Memasang (assemble)
b. Mencampur (blend)
c. Menyisir/menyikat (brush)
d. Membangun (build)
e. Mengukir (carve)
f. Mewarnai (color)
g. Mengkonstruk/
membangun(construct)
h. Memotong (cut)
i. Mengoles (dab)
j. Menerangkan(dot)
k. Menggambar (draw)
l. Mengulang-ulang/melatih (drill)

r. Mengangkat/mencabut (lift)
s. Berbaris (march)
t. Melempar/memasangkan/
memancangkan/menggantungkan
(pitch)
u. Menarik (pull)
v. Mendorong (push)
w. Berlari (run)
x. Mengocok (shake)
y. Bermain ski (ski)
z. Meloncat (skip)
aa. Berjungkirbalik (somersault)
ab. Berdiri (stand)
ac. Melangkah (step)
ad.Melonggarkan/merentangkan
(stretch)
ae. Berenang (swim)
af. Melempar (throw)
ag. Melambungkan/melontarkan (toss)
ah.Berjalan (walk)

m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.

Melipat (fold)
Membentuk (form)
Menggetarkan/memasang (frame)
Memalu (hammer)
Menangani (handle)
Menggambarkan (illustrate)
Mencair (melt)
Mencampur (mix)
Memaku (nail)
Mengecat (paint)
Melekatkan/menempelkan/
merekatkan (paste)
x. Menepuk (pat)

496

y. Menggosok (polish)
z. Menuangkan (pour)
aa. Menekan (press)
ab. Menggulung (roll)
ac.Menggosok/ menyeka(rub)
ad.Menggergaji (saw)
ae. Memahat (sculpt)
af. Menyampaikan/melempar (send)
ag. Mengocok (shake)
ah. Membuat sketsa (sketch)
9. Perilaku-perilaku Drama
a. Berakting/berperilaku (act)
b. Menjabat/mendekap/ menggengam
(clasp)
c. Menyeberang/melintasi/ berselisih
(cross)
d. Menunjukkan/mengatur/
menyutradarai (direct)
e. Memajangkan (display)
f. Memancarkan (emit)
g. Memasukkan (enter)
h. Mengeluarkan (exit)
i. Mengekspresikan (express)
j. Meniru (imitate)
k. Meninggalkan (leave)
l. Menggerakkan (move)
10. Perilaku-perilaku Matematika
a. Menambah (add)
b. Membagi dua (bisect)
c. Menghitung/mengkalkulasi
(calculate)
d. Mencek/meneliti (check)
e. Membatasi (circumscribe)

ai. Menghaluskan (smooth)


aj. Mengecap/menunjukkan (stamp)
ak. Melengketkan (stick)
al. Mengaduk (stir)
am.Meniru/menjiplak (trace)
an. Menghias/memangkas (trim)
ao. Merengas/memvernis (varnish)
ap. Menyeka/menghapuskan/
membersihkan (wipe)
aq. Membungkus (wrap)

m. Berpantomim/Meniru gerak tanpa


suara (pantomime)
n. Menyampaikan/menyuguhkan/
mengulurkan/melewati(pass)
o. Memainkan/melakukan (perform)
p. Meneruskan/memulai/beralih
(proceed)
q. Menanggapi/menjawab/ menyahut
(respond)
r. Memperlihatkan/Menunjukkan
(show)
s. Mendudukkan (sit)
t. Membalik/memutar/
mengarahkan/mengubah/
membelokkan (turn)

f. Menghitung/mengkomputasi
(compute)
g. Menghitung (count)
h. Memperbanyak (cumulate)
i. Mengambil dari (derive)
j. Membagi (divide)
k. Memperkirakan (estimate)

497

l.

Menyarikan/menyimpulkan
(extract)
m. Memperhitungkan (extrapolate)
n. Membuat grafik (graph)
o. Mengelompokkan (group)
p.Memadukan/mengintegrasikan
(integrate)
q. Menyisipkan/menambah
(interpolate)
r. Mengukur (measure)
s. Mengalikan/memperbanyak
(multiply)
11. Perilaku-perilaku Sains
a. Menjajarkan (align)
b. Menerapkan (apply)
c. Melampirkan (attach)
d. Menyeimbangkan (balance)
e. Mengkalibrasi (calibrate)
f. Melaksanakan (conduct)
g. Menghubungkan (connect)
h. Mengganti (convert)
i. Mengurangi (decrease)
j. Mempertunjukkan/ memperlihatkan
(demonstrate)
k. Membedah (dissect)
l. Memberi makan (feed)
m. Menumbuhkan (grow)
n. Menambahkan/meningkatkan
(increase)
o. Memasukkan/menyelipkan (insert)

t. Menomorkan (number)
u. Membuat peta (plot)
v. Membuktikan (prove)
w. Mengurangi (reduce)
x. Memecahkan (solve)
y. Mengkuadratkan(square)
z. Mengurangi (substract)
aa. Menjumlahkan (sum)
ab. Mentabulasi (tabulate)
ac. Mentally (tally)
ad. Memverifikasi (verify)

p. Menyimpan (keep)
q. Memanjangkan (lenghthen)
r. Membatasi (limit)
s. Memanipulasi (manipulate)
t. Mengoperasikan (operate)
u. Menanamkan (plant)
v. Menyiapkan (prepare)
w. Menghilangkan (remove)
x. Menempatkan (replace)
y. Melaporkan (report)
z. Mengatur ulang (reset)
aa. Mengatur (set)
ab. Menentukan/menetapkan (specify)
ac. Meluruskan (straighten)
ad. Mengukur waktu (time)
ae. Mentransfer (transfer)
af. Membebani/memberati (weight)

498

12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan Keamanan


a. Mengancingi (button)
n. Melintas/berjalan (go)
b. Membersihkan (clean)
o. Mengikat tali/menyusuri (lace)
c. Menjelaskan (clear)
p. Menumpuk/menimbun (stack)
d. Menutup (close)
q. Berhenti (stop)
e. Menyikat/menyisir(comb)
r. Merasakan (taste)
f. Mencakup (cover)
s. Mengikat/membebat (tie)
g. Mengenakan/menyarungi (dress)
t. Tidak mengancingi (unbutton)
h. Minum (drink)
u. Membuka/menanggalkan (uncover)
i. Makan (eat)
v. Menyatukan (unite)
j. Menghapus (eliminate)
w. Membuka(unzip)
k. Mengosongkan (empty)
x. Menunggu (wait)
l. Mengetatkan/melekatkan (fasten)
y. Mencuci (wash)
m. Mengisi/memenuhi/melayani
z. Memakai (wear)
/membuat (fill)
aa. Menutup (zip)
13. Perilaku-perilaku Lainnya
a. Bertujuan (aim)
b. Mencoba (attempt)
c. Memulai (begin )
d. Membawakan (bring )
e. Mendatangi (come )
f. Menyelesaikanmemenuhi
(complete)
g. Mengkoreksi/membenarkan
(correct)
h. Melipat (crease)
i. Memeras buah/ menghancurkan
(crush)
j. Mengembangkan (develop)
k. Mendistribusikan (distribute)
l. Melakukan (do)
m. Menjatuhkan (drop)
n. Mengakhiri (end)
o. Menghapus (erase)
p. Memperluas (expand)
q. Memperpanjang (extend)
r. Merasakan (feel)
s. Menyelesaikan (finish)

t. Menyesuaikan/ memadankan(fit)
u. Memperbaiki (fix)
v. Mengibas/melambungkan/
menjentik (flip)
w. Mendapatkan (get)
x. Memberikan (give)
y. Menggiling/ memipis/ mengasah
(grind)
z. Membimbing /memandu (guide)
aa. Memberikan menyampaikan (hand)
ab. Menggantung (hang)
ac. Menggenggam/ memegang(hold)
ad. Mengail/memancing/menjerat
/mengait (hook)
ae. Memburu (hunt)
af. Memasukkan/melibatkan (include)
ag. Memberitahu (inform)
ai. Meletakkan/memasang (lay)
aj. Memimpin (lead)
ak. Meminjam (lend)
al. Membiarkan/memperkirakan (let)
am.Menyalakan/menerangi (light)

499

an. Membuat (make)


ao. Memperbaiki/menambal (mend)
ap. Tidak mengena/ tidak paham (miss)
aq. Menawarkan (offer)
ar. Membuka (open)
as. Membungkus/mengepak (pack)
at. Membayar (pay)
au. Mengupas/menguliti (peel)
av. Menyematkan/menjepit/
menggantungkan (pin)
aw.Menempatkan/mengatur posisi
(position)
ax. Menyajikan/memperkenalkan
(present)
ay. Menghasilkan (produce)
az. Mengusulkan (propose)
ba. Menyediakan (provide)
bb. Meletakkan (put)
bc. Mengangkat/membangkitkan (raise )
bd. Menghubungkan (relate)
be. Memperbaiki (repair)
bf. Mengulang (repeat)
bg. Mengembalikan (return)
bh. Mengendarai (ride)
bi. Menyobek/mengoyakkan (rip)
bj. Menyelamatkan (save)
bk. Menggaruk/menggores (scratch)
bl. Mengirim (send)
bm.Melayani/memberikan (serve)
bn. Menjahit (sew)
bo. Membagi (share)
bp. Menajamkan (sharpen)
bq. Menembak (shoot)
br. Memperpendek (shorten)
bs. Menyekop/menyodok (shovel)
bt. Menutup/membuang (shut)
bu.Menandakan/mengartikan /
memberitahu (signify)
bv.Meluncur (slide)
bw.Menyelipkan (kertas) (slip)

bx.Membentangkan / menyebarkan
(spread)
by. Memancangkan/ mempertaruhkan
(stake)
bz. Memulai (start)
ca.Menyimpan (store)
cb.Memukul/menabrak/ menyerang
(strike)
cc.Memasok (supply)
cd. Mendukung (support)
ce. Mengganti (switch)
cf. Mengambil (take)
cg. Merobek/mengoyak (tear)
ch. Menyentuh (touch)
ci. Mencoba (try)
cj. Memintal/memilin/menjalin (twist)
ck. Mengetik (type)
cl. Menggunakan (use)
cm.Memilihmemberi suara (vote)
cn.Memperhatikan/menonton (watch)
co. Menenun/menganyam/
merangkai/menyelip (weave)
cp. Mengerjakan (work)

500

501

You might also like