Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Ria Ramadhani, S. Kep
(NIM. 11620014)
2. Mayang Suroya
(NIM. 11620067)
3. Amanatul Mubtadiah
(NIM. 11620078)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu fisiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai fungsi organ tubuh
manusia. Oleh karena itu fisiologi lebih menitik beratkan pada fungsi organ tubuh
maka mahasiswa yang akan mempelajari ilmu fisiologi harus sudah mempunyai
pengetahuan dasar mengenai anatomi ilmu kimia dan biokimia. Mata kuliah ini
menitik beratkan pada organisme bersel banyak dimana semua proses vital
berlangsung dalam kelompok-kelompok sel yang telah berevolusi. Dalam mata
kuliah ini, mahasiswa akan mempelajari bagaimana sistem-sistem Didalam tubuh
berfungsi dan bagaimana masing-masing ikut berperan dalam fungsi tubuh secara
keseluruhan.
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk
kepribadian dan tingkah laku individu.
Berdasarkan uraian di atas tentang pentingnya fungsi dari sistem saraf,
dimakalah ini penyusun akan membahas tentang anatomi dan fisiologi sistem
limbik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu ;
1. Untuk menjelaskan anatomi dan fiologi hipotalamus dan sistem limbik dalam
fungsi perilaku
2. Untuk menjelaskan anatomi saraf simpatis dan parasimpatis
3. Untuk menjelaskan sifat-sifat dasar fungsi simpatis dan parasimpatis
BAB II
PEMBAHASAN
limbik, berfungsi bersama korteks untuk mengontrol emosi dan perilaku yang
termotivasi(Sloane, 2004).
A. Hubungan dengan hypophysis
Ada hubungan saraf antara hypothalamus dan lobus posterior hypophysis
serta hubungan vaskular di antara hypothalamus dan lobus anterior. Secara
embriologi hypophysis posterior muncul sebagian evaginasi lantai ventriculus
tertius. Sebagian besarnya dibentuk dari ujung akson dari bada sel di dalam nuclei
supraopticus dan paraventriculares serta berjalan ke hypophysis posterior melalui
tractus
hipothalamohypophysialis.
Pembuluh
darah
porta
hypophysialis
di
dalam
Aferen Dari
Area Intergasi
Regulasi suhu
Reseptor
dingin
sensitif
suhu
kulit;
di
sel Hypothalamus
anterior,
hypothalamus.
hypothalamus
posterior,
neuroendokrin
dan posterior
Katekolamin
Vasopresin
Osmoreseptor,
reseptor Nuclei
volume, lainnya
Oksitosin
Reseptor
raba
suhu
di
dalam Nuclei
pada
Sistem
limbik
adrenokortikotropik emosi;
(ACTH)danB-
dan
formatio
(rangsangan
supraoptici
paraventriculares
mungkin lainnya.
Hormon
dan
paraventriculares
supraoptici
reticularis
sistemik);
sel
kortisol
darah
yang
bersikulasi;
nuclei
suprachiasmaticus.
Hormon perangsang Sel
hypothalamus
melalui Reseptor
raba
di
Hormon
tidak
diketahui
menghambat sekresi)
Nucleus
pertumbuhan
paraventriculares,
nucleusarcuata
melalui somatosiatin
dan GRH
Perilakunafsu,
Haus
Hypothalamus
superior
lateralis
Lapar
kenyang
juga
komponen
ventralis
limbic
Perilaku seks
ditambah
cortex
Reaksi pertahanan
Ketakutan,
dan hypothalamus
kemarahan
Kendaliberbagai
Retina
melalui
ini
merupakan
suatu
pengelompokan
fungsional
bukan
Gambar 2.1 Sistem Limbik, terdiri dari beberapa komponen, seperti talamus, gyrus
cinguli fornix, amygdala, dan hipokampus.
(sumber http://hil4ry.files.wordpress.com/2007/07/brain_headborder.jpg)
Sistem limbik terdiri dari sekelompok struktur dalam cerebrum dan diensefalon
yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tidak sadar
(involuntar). Bagian bagian dari sistem limbik(Guyton, 2008) :
1. gyrus cinguli, girus hipocampus, dan lobus piriformis merupakan bagian
sistem limbik dalam korteks serebral
2. forniks dan area septum pada bagian frontal otak dekat bagian radiks bulbus
olfaktorius adalah sub-kortikal sistem limbik
3. Bagian-bagian hipothalamus, badan mamilari, nukleus amigladoid, dan beberapa
nukleus talamius anterior tertentu juga termasuk sistem limbik.
Korteks Limbik. Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah
cincin korteks limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini
memiliki fungsi sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang
dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang
berlawanan. Oleh karena itu, korteks limbik berfungsi sebagai area asosiasi
serebral untuk mengatur perilaku(Guyton, 2008).
Korteks limbik ini dimulai dari otak area orbito frontalis pada permukaan
ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus subkalosal, kemudian
melewati ujung atas korpus kolosum ke bagian medial hemisferum serebri dalam
girus singulata, dan akhirnya berjalan di belakang korpus kolosum dan ke bawah
menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke girus parahipokampal dan
unkus. Lalu pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisferum serebri ada
sebuah cincin, terutama merupakan paleokorteks, yang mengelilingi sekelompok
struktur dalam yang sangat berkaitan dengan prilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin
korteks ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali
penghubung antara neokorteks dan struktur limbik yang lebih rendah(Guyton,
2008).
Histologi
Cortex limbik merupakan bagian cortex cerebri tertua secara filogenetik.
Secara histologi ia dibentuk dari jenis primitif jaringan cortex yang dinamai
alcortex (yang mengelilingi hilus hemispherium) dan cincin kedua dai jenis cortex
transisional yang dinamai juxtallocortex di antara allocortex dan bagian
hemispherium cerebri lain. Jaringan cortext bagian hemispherium cerebri lain.
Jaringan cortex bagian non-limbik lain dari hemispherium dinamai neocortex dan
merupakan jenis yang berkembang paling tinggi. Luas sebenarnya area allocortex
dan juxtallocortex telah berubah sedikit sewaktu mammalia berkembang, tetapi
daerah ini telah dibelakangi oleh pertumbuhan neocortex yang besar sekali, yang
mencapai perkembangan terbesar dalam manusia(Carnero, 2007).
Hubungan Aferen dan Eferen
Fornix menghubungkan hippocampus dengan corpus mamillare, yang
kemudian berhubungan dengan nuclei anteriores thalami oleh fasciculus
mamillothalamicus. Nuclei anteriores thalami diproyeksikan ke cprtex cinguli dan
dari cortex cinguli ada hubungan ke hippocampus, yang melengkapi suatu sirkuit
tertutup yang rumit ini. Sirkuit ini mula-mula digambarkan oleh Papez dan telah
dinamai sirkuit Papez(Guyton, 2008).
Fungsi Limbik
Percobaan rangsangan dan ablasi menunjukkan bahwa di samping perannya
dalam penciuman, sistem limbik berhubungan dengan perilaku makan. Bersama
dengan hypothalamus, ia juga berhubungan dengan perilaku seks, emosi kemarahan
dan ketakutan serta ketakutan(Guyton, 2008).
2. Saraf Otonom
Penataan sistem saraf otonom, seperti sistem saraf somatik, merupakan
pentaan lengkung refleks. Implus yang dimulai dari reseptor visera dihantarkan
melalui jalur aferen otonom ke sistem saraf pusat, diintergasikan di situ dalam
berbagai tingkat, dan diteruskan melalui jaras eferen ke efektor visela. Pengaturan
ini perlu ditekankan karena komponen-komponen aferen yang berperan penting
sering diabaikan (Carnero, 2007)
Susunan anatomik persarafan otonom
Bagian motorik perifer sistem saraf otonom terdiri atas neuron
preganglionik dan pascaganglionik. Badan sel neuron preganglionik terletak di
kolumna grisea intermediolateral (eferen visera) medula spinalis atau di nukleus
motorik homologus saraf-saraf otak. Akson-aksonnya sebagian besar merupakan
serat penghantar lambat B mielin. Akson-akson itu bersinaps di badan sel neuron
pascaganlionik yang terletak di luar sistem saraf pusat setiap akson preganglionik
terbagi menjadi sekitar 8-9 neuron pascaganglionik. Dengan demikian, persarafan
Pusat parasimpatis
Rangsangan hypothalamus superior anterior kadang-kadang menyebabkan
kontraksi vesica urinaria, suatu respon parasimpatis. Terutama berdasarkan ini,
sering dibuat pernyataan bahwa ada pusat parasimpatis di dalam hypothalamus
anterior. Tetapi kontraksi vesica urinaria dapat juga dibangkitkan oleh rangsangan
bagian lain hypothalamus dan rangsangan hypothalamus menyebabkan sangat
sedikit respon parasimpatis lain. Sehingga ada sangat sedikit bukti bahwa ada
pusat parasimpatis terlokalisata. Perangsang hypothalamus dapat menyebabkan
aritmia jantung dan ada alasan untuk percaya bahwa ia karena aktivitas serentak
nervus vagus dan simpatis terhadap jantung(Carnero, 2007).
Divisi Parasimpatis
Keluaran kranial divisi parasimpatis mempersarafi struktur visera di kepala
melalui saraf okulomotor, fasicial dan glosofaingeal, serta strukutur di toraks dan
abdomen bagian atas melalui saraf vagus. Keluaran sakral mempersarafi visera
panggul melalui cabang pelvis saraf spinal sakral kedua sampai keempat. Serat
preganglionik di kedua keluaran tersebut berakhir di neuron pascaganglionik
pendek yang terletak pada atau dekat struktur visera tersebut(Carnero, 2007).
Respon Simpatis
Rangsangan berbagai bagian hypothalamus (terutama area lateral)
menimbulkan peningkatan tekanan darah, dilatasi pupil, piloreksi dan tanda lain
pengeluaran noradrenergik difus. Rangsangan yang mencentuskan pola respon ini
dalam hewan utuh bukan implus regulasi dari visera, tetapi rangsangan emosi,
terutama kemarahan dan ketakutan. Respon noradrenergik juga dicetuskan sebagai
bagian reaksi yang menghemat panas(Carnero, 2007).
Rangsangan listrik voltase rendah pada bagian mediodorsalis hypothalamus
menyebabkan vasodilatasi dalam otot. Vasokonstriksi penyerta di dalam kulit dan
tempat lain mempertahankan tekanan darah pada tingkat yang cukup tetap.
Observasi ini dan bukti lain menyokong kesimpulan bahwa hypothalamus suatu
stasiun jalan bagi yang dinamai sistem vasodilator simpatis kolinergik, yang berasal
di dalam cortex ceberi. Bisa sistem ini yang bertanggung jawab bagi dilatasi
pembuluh darah otot pada saat awal gerak badan(Guyton, 2008).
Rangsangan area hypothalamus posterior dan nuclei medialis dorsalis
menimbulkan peningkatkan sekresi epinefrin dan norepinefrin dari medulla
adrenalis. Peningkatan sekresi medulla adrenalis merupakan salah satu perubahan
fisik yang menyertai kemarahan dan ketakutan serta bisa timbul bla sistem
vasodilator simpatis kolinergik diaktivasi. Telah diklaim bahwa ada pusat
hypothalamus terpisah bagi pengendalian sekresi epinefrin dan neropinefrin.
Sekresi diferensial satu katekolamin medulla adrenalis ini atau lainnya timbul
dalam keadaan tertentu, tetapi kecil peningkatan selektif(Guyton, 2008).
Divisi Simpatis
Akson neuron preganglionik simpatis meninggalkan medulla spinalis
bersama radiks ventralis saraf torakal pertama sampai saraf spinal lumbal ketiga
atau keempat. Akson-akson ini berjalan melalui ramil komunikans putih ke rantai
ganglion simpatis paravertebra, dan sebagian besar beraj]khir di badan sel neuron
pascaganglionik. Akson sebagian neuron pascaganglionik berjalan ke visera dalam
berbagai saraf simpatis. Sebagaian lain masuk kembali ke dalam saraf spinal
melalui ramus komunikans kelabu dari rantai ganglion dan disebarkan ke efektor
otonom di daerah yang dipersarafi oleh saraf-saraf spinal tersebut. Saraf simpatis
pascaganglionik untuk kepala berasal dari ganglia superior, media dan stelata di
perluasan kranial rantai ganglion simpatis dan berjalan ke efektor bersama
pembuluh darah. Sebagian neuron preganglionik berjalan melalui rantai ganglion
paravertebra dan berakhir pada neuron pascaganglionik yang terletak di ganglion
kolateral dekat visera tersebut. Sebagian uterus dan
dipersarafi oleh suatu sistem khusus, neuron noradrenegrik pendek dengan badan
sel di ganglion yang terletak pada atau dekat organ tersebut, sedangkan serat
preganglionik untuk neuron pascaganglionik ini kemungkinan berjalan sampai ke
organnya(Carnero, 2007).
Transmisi di Ganglion Simpatis
Setidaknya pada binatang percobaan, respons yang terbentuk di neuron
pascaganglionik oleh perangsangan neuron preganglionik mencangkup bukan saja
depolarisasi cepat (ESPS cepat) yang membangkitkan potensial aksi tetapi juga
potesial postsinaptik
postsinaptik eksitasi yang berlangsung lama (EPSP lambat) serta EPSP lambat
ikutan. EPSP lambat ikutan tersebut berlangsung sangat lama, beberapa menit,
bukan milidetik. Respon lambat ini tampaknya mengubah dan mengantur transmsi
melalui ganglio simpatis. Depolarisasi awal ditimbulkan oleh asetilkolin melalui
reseptro nikotinik. IPSP lambat mungkin ditimbulkan oleh dopamin, yang
dihasilkan oleh intereneuron di dalam ganglion. Interneuron ini dirangsang oleh
penggiatan suatu reseptor muskarinik M1. Interneuron yang mensekresikan
dopamin merupakan sel-sel kecil yang berfluoresensi kuat (sel-sel SIF) di ganglion.
Pembentukan IPSP lambat tampaknya tidak diperantarai oleh AMP siklik, sehingga
diduga bahwa suatu reseptor D2 berperan. EPSP lambat ditimbulkan oleh asetilkolin
yang bekerja pada reseptor muskarinik di membran neuron pascaganglionik. EPSP
lambat ikutan ditimbulkan oleh GnRH atau suatu peptida yang sangat mirip
dengannya(Sherwood, 2001).
Transmisi kimiawi di hubungan otonom
Transmisi pada hubungan simpatik antara neuron pre dan pascaganglionik
serta antara neuron pascaganglionik dan efektor otonom diperantarai secara
kimiawi. Transmiter utama yang berperan adalah asetilkolin dan norepinefrin ,
meskipun dopamin juga disekresikan oleh interneuron di ganglion simpatis, dan
GnRH disekresikan oleh sebagian neuron preganglionik. GnRH memerantai
respons eksitasi lambat. Selain itu, terdapat kontransmiter di neuron otonom, dan
VIP dilepaskan bersama astetilkolin, sedangkan ATP dan neuropeptida Y bersama
neropinerfin. VIP menimbulkan bronkodilatasi, dan mungkin terdapat sistem saraf
nonadrenergik nonkolinegrik yang mensekresi VIP yang terpisah dan mempersarafi
otot polos bronkus(Sherwood, 2001).
Ketakutan dan kemarahan
Ketakutan dan kemarahan dalam sejumlah cara berhubungan erat dengan
emosi. Manifestasi luar ketakutan, melarikan diri atau reaksi penghindaran pada
hewan merupakan respon autonom seperti berkeringat dan dilatasi pupil, gemetar
ketakutan dan memalingkan kepalanya dari sisi ke sisi lain untuk melepaskan diri.
Reaksi menyerang, berkelahi atau kemarahan pada kucing disertai dengan berdesis,
menyembur, mengeram, piloereksi, dilatasi pupil serta mencakar dan menggigit
yang terarah baik. Kedua reaksi dan kadang-kadang campuran keduanya dapat
Karena
VIP
merupakan
vasodilator,
maka
mungkin
juga
noradrenergik
juga
menurunkan
ambang
di
formasi
retikular
ketakutan serta
manifestasi autonom dan endokrin tak ada dalam keadaan normalnya ia akan
dibangkitkan bila amygdalae dirusak. Contoh dramatisnya reaksi monyet terhadap
ular. Monyet normalnya ditakutkan oleh ular. Setelah lobektomi temporalis
bilateral, maka monyet mendekati ular tanpa ketakutan, mengambilnya dan bahkan
memakannya(Jack,2002).
hebat;
lainnya
menimbulkan
keadaan,
tempat
rangsangan
yang
hypothalamus
suatu
rangsangan
kuat
tak
dipersiapkan
bagi
maupun
fisik
kemarahan
dan
istilah
pura-pura
marah
harus
dibuang(Jack,2002).
Anatomi Fisiologi Sistem Limbik
dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak
mamalia(Jack,2002).
Karena
Limbik dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang
langsung masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti : gangguan jantung , hipertensi maupun gangguan saluran cerna.
Tidak heran saat seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan
lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi(Jack,2002).
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem
Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang
mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini
menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya
tidak rasional. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi
negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan
individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya
hipertensi(Jack,2002).
Hipothalamus
Di sekeliling hipotalamus terdapat terdapat subkortikal lain dari sistem
limbik
yang
meliputi
septum,
area
paraolfaktoria,
epithalamus,
antara
neokorteks
dan
struktur
limbik
lain
yang
lebih
rendah(Jack,2002).
Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak adalah
berkas otak depan bagian medial (medial forebrain bundle) yang menyebar ke regio
septal dan orbito frontal korteks serebri ke bawah melalui bagian tengah
hipotalamus ke formasio retikularis batang otak. Berkas ini membuat serabutserabut dalam dua arah, membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur
komunikasi yang kedua adalah melalui jaras pendek yang melewati formasio
retikularis batang otak, thalamus, hipothalamus, dan sebagian besar area lainnya
yang berhubungan dengan area basal otak(Jack,2002).
hormon
oksitosin
yang
menyebabkan
peningkatan
Yang berhubungan
1. Fungsi hipokampus
Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke
dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalamventrikel lateralis. Hipokampus
merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang masuk, yang
dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan yang berbeda. Seperti halnya halnya
pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan pada berbagai area dalam
hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan salah satu dari berbagai pola
perilaku, misalnya rasa marah, ketidak pedulian, atau dorongan seks yang
berlebihan(Jack,2002 ).
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk
disimpan menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus (terletak
diantara lobus temporal otak) dan bagian media lobus temporal (bagian yang
terletak paling dekat dengan garis tengah badan) juga berperan dalam proses
penggabungan ingatan (memory consolidation) (Jack,2002 ).
Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3 hal,
yaitu mendapatkan informasi, menahan/meyimpannya dan mengeluarkannya. Bila
kita lupa akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada bagian mana saja dari ke
3 proses tersebut. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah
terus, selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita(Jack,2002 ).
Ingatan mempunyai beberapa fase yaitu (Jack,2002 ):
1. waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate
memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik),
2. Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa menit),
ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsungbeberapa jam
sampai seumur hidup.
3. Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada system saraf,
yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of neuron).
Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus, kembali
lagi ke korteks.
Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan
menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali
terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel, yang
bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan sel
tersebut.Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai
sensasi, pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel
tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps(Jack,2002 ).
Peran Hipokampus dalam pembelajaran
Fungsi teoritis hipokampus pada pembelajandapat menyebabkan timbulnya
dorongan untuk mengubah in gatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang.
Artinya, hipokampus menjalarkan sinyal-sinyal yang tampaknya membuat pikiran
berulang-ulang melatih informasi baru sampai menjadi ingatan yang disimpan
permanaen(Jack,2002 ).
2. Fungsi Amigdala
Amigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat
di bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis.
Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus
seperti juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala menerima sistem
neuronal dari semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus
temporalis, parietalis, dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area
asosiasi visual. Oleh karena hubungan yang multiple ini, amigdala disebut
jendela , yang dipakai oleh sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di
dunia. Sebaliknya, amigdala menjalarkan sinyal- sinyal(Jack,2002 ) :
1)
2)
ke hipokampus,
3)
ke septum,
4)
ke thalamus, dan
5)
khususnya ke hipothalamus.
Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan
langsung pada hipothalamus, ditambah dengan efek lain. Efek yang diawali dari
amigdala kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi : 1) peningkatan dan
penurunan tekanan arteri, 2) meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut
jantung 3,) meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal, 4)
defekasi atau mikturisi 5), dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi, 6) piloereksi, 7)
sekresi berbagai hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan
adrenokortikortopik(Jack,2002 ).
Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan
amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni: 1)
pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan, 2)
pergerakan melingkar melingkar, 3) kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan
berbagai macam pergerakan yang berkaitan dengan penciuman dan makan sperti
menjilat, mengunyah, dan menelan. Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala
tertentu dapat menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang
sangat, dan rasa takut seperti pola rasa marah yang dicetuskan oleh hipotalamus.
Fungsi keseluruhan amigdala
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik
seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap
membuat respon perilaku seseorang sesuai dengan tiap kedaan.
3. korteks limbik
Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks
limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai
zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks
otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan.
2.2 Anatomi Saraf Simpatis Dan Parasimpatis
Pada hakikatnya kehidupan manusia berpegang kepada satu prinsip utama,
suatu keseimbangan dinamis utama dalam tubuh, yakni homeostasis. Banyak sistem
yang mengatur terjadinya homeostasis ini, mulai dari integumen, sistem endokrin,
respirasi, sirkulasi, pencernaan, imun, dan lainnya. Perubahan yang senantiasa
terjadi dalam tubuh mengisyaratkan perlunya suatu sistem pengaturan yang dinamis,
yang memungkinkan penjagaan keadaan homeostasis. Penyelenggaran ini terutama
merupakan peran dari sistem saraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System)(
Pearce,2002).
Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan antara
keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf aferen (membawa impuls dari reseptor
menuju saraf pusat ) dan eferen (membawa impuls dari saraf pusat ke efektor) yang
mempersarafi otot-otot polos, otot jantung, dan berbagai kelenjar. Disebut juga
susunan saraf tak sadar karena berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam
secara tidak sadar. Sistem ini melakukan fungsi kontrol, semisal: tekanan arteri,
motilitas dan sekresi gastrointestinalis, pengeluaran urina, berkeringat, suhu tubuh,
dll(Pearce, 2002).
untuk
persarafan
otonom
yang memengaruhi
sistem
Refleks Visceral
Refleks visceral, sama seperti refleks somatik lainnya, terdiri atas komponen
reseptor, integrasi, dan efektor. Pembeda refleks visceral dengan refleks somatik
adalah
informasi
reseptor
refleks
visceral
diterima
secara
bawah-sadar
(subconscious). Anda tidak akan pernah tahu kapan pembuluh darah Anda melebar
(kecuali ketika Anda melihat kulit yang kemerahan). Contoh lain, Anda juga tidak
akan pernah tahu kapan pupil mata Anda melebar, kecuali Anda melihat ke cermin.
Informasi-informasi seperti ini tidak diketahui secara sadar, dan merupakan bagian
dari refleks visceral Meskipun demikian, reseptor refleks ini tidak harus bersifat
visceral(Pearce, 2002).
Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom, yaitu isyarat
sensoris dari reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula
spinalis, batang otak, atau hipotalamus, dan ini sebaliknya mengirimkan respon
refleks yang tepat kembali ke organ viseral atau jaringan untuk mengatur kegiatan
mereka. Isyarat autonom dikirimkan ke tubuh melalui sub divisi utama yang
disebut sistem simpatis dan parasimpatis(Pearce, 2002).
1. Saraf simpatis
Sistem syaraf simpatis terletak didepan columna vertebralis dan
berhubungan serta bersambung dengan sumsum tulang belakang melalui serabut
serabut syaraf. Sistem simpatis tersebut terdiri dari serangkaian urat kembar yang
bermuatan ganglion ganglion, syaraf tersebut bergerak dari dasar tengkorak yang
terletak didepan columna vertebralis dan berakhir pada pelvis sebagai ganglion
coccygeus(Pearce, 2002).
Saraf simpatik terdiri dari urat kembar yang bermuatan ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang
belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek (serabut saraf yang yang
menuju ganglion) dan serabut post ganglion yang panjang (serabut saraf yang
keluar dari ganglion). Ganglion tersusun berpasangan dan disebar di daerah(Pearce,
2002) :
Leher = tiga pasang ganglion servikal
Dada = sebelas pasang ganglion torakal
Pinggang = empat pasang ganglion lumbal
Pelvis = empat pasang ganglion sakral
Di depan koksigis = ganglion koksigeus
Ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum
tulang belakang, dengan mempergunakan cabang-cabang penghubung yang
bergerak keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion
masuk menuju sumsum tulang belakang(Pearce, 2002).
Ganglion simpatis lainnya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia
ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk plexus-plexus simpatis(Pearce,
2002) :
a. Plexus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangcabangnya ke jantung dan paru-paru.
b. Plexus seliaka (coeliac) terletak sebalah belakang lambung, dan
melayani organ-organ dalam rongga abdomen.
c. Plexus mesenterikus (hipogatiluus) terletak di depan sakrum dan
melayani organ-organ dalam pelvis
Fungsi serabut-serabut saraf simpatis mensarafi otot jantung, otot-otot tak
sadar semua pembuluh darah, serta semua alat-alat dalam seperti lambung,
pankreas dan usus. Melayani serabut motorik sekreotik pada kelenjar keringat,
serabut-serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit, serta mempertahankan
tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar(Pearce, 2002).
2. Saraf parasimpatis
Disebut juga Saraf kranial otonom. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf
yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf
Simpatis
Parasimpatis
Asal serabut
praganglion
dan lumbal
Asal serabut
pascaganglion
Organ Efektor
yang DIpersarafi
beberapa
endokrin
Neurotransmiter*
endokrin
sebagian
melepaskan
besar ACh
norepinefrin,
nikotinik;
untuk
1, 1, 2, 2
muskarinik
Fight-or-Flight
General Housekeeping
Post:
Neurotransmiter
Pre dan Post*
Peranan
*Pre adalah serabut preganglion; Post adalah serabut pascaganglion; ACh adalah
asetilkolin.
Mata: pupil
Dilatasi
Kontriksi
Relaksasi ringan
Berkontraksi
Vasokonstriksi
Muskulus siliaris
Glandula
Berkeringat
Tak ada
hebat (kolinergik)
Kelenjar apokrin
Sekresikental,
Tak ada
odorifera
Jantung : otot
Meningkatkan
Melambatkan kecepatan
kecepatan
Menurunkankekuatan
Meningkatkan
kontraksi atrium
kekuatan kontraksi
Paru-paru:
Dilatasi
Konstriksi
bronkus
Konstriksi ringan
Dilatasi
Usus: Lumen
Berkurangnya
Sfingter
tonus
Meningkatkan tonus
Relaksasi
Hati
Melepaskan glukosa
Kandung empedu
Relaksasi
Kontraksi
Ginjal
Mengurangi
Tak ada
Pembuluh darah
pengeluaran
Kandung kemih : Relaksasi
Terangsang
Terangsang
Relaksasi
Penis
Ejakulasi
Ereksi
Pembuluhdarah
Konstriksi
sistemik:
Konstriksi
otot detrusor
Trigonum
Tak ada
Abdominal
(adrenergik)
Otot
dilatasi (kolinergik)
Darah : Koagulasi
Meningkat
Tak ada
Glukosa
Metabolisme basal
Meningkat
Tak ada
Meningkat
100%
Sekresi
korteks Meningkat
Tak ada
Meningkat
Tak ada
adrenalis
Aktivitas mental
Tak ada
pili
Otot-otot rangka
Meningkatkan
glikogenolisis
Tak ada
dan
kekuatan
Kegiatan
ditambah
dirangsang oleh
Jantung
Simpatis
(kecepatan
atau Kegiatan
diperlambat
(kecepatan
kekuatan ditambah)
kekuatan dikurangi)
Bronchi
Vagus (konstriksi)
Simpatis (dilebarkan)
Lambung
Vagus (konstraksi)
Simpatis (dikendorkan)
dan
Usus
Vagus (konstraksi)
Simpatis (dikendorkan)
Kantong kencing
Simpatis (dikendorkan)
Otonom
cranial
(kontraksi)
akan
merangsang neuron postganglion simpatis dan para simpatis. Semua atau hampir
semua neuron postganglion dari sistem parasimpatis juga bersifat kolinergik.
Sebaliknya sebagian besar neuron postganglion simpatis bersifat adrenergik.
Namun, serabut-serabut saraf yang kekelenjar keringat, ke otot-otot piloerektor
rambut, dan kesedikit pembuluh darah bersifat kolinergik (Guyton, 2008).
Jadi, ujung saraf terminal dari sistem parasimpatis semua menyekresikan
asetilkolin. Sebagian besar ujung saraf simpatis menyekresi norepinefrin namun
hanya sedikit yang menyekresi asetilkolin. Hormon-hormon ini sebaliknya bekerja
pada berbagai organ untuk menimbulkan efek simpatis atau parasimpatis yang
sesuai. Oleh karena itu asetilkolin disebut sebagai transmiter parasimpatis, dan
norepinefrin disebut sebagai transmiter simpatis (Guyton, 2008).
Sekresi Asetilkolin Dan Norepinenefrin Oleh Ujung Saraf Postganglion
Beberapa ujung saraf otonom postganglion, terutama dari saraf parasimpatik
memang mirip namun ukurannya jauh lebih kecil daripada taut neuromuskular
skletal. Namun banyak serabut saraf parasimpatis dan hampir semua serabut
simpatis
yang
Asetil-KoA + kolin
transferse-metil kolin
Asetilkolin
Begitu disekresikan kedalam jaringan oleh ujung saraf kolinergik, asetilkolin akan
menetap didalam jaringan selama beberapa detik sementara melakukan fungsi
transmisi sinyal saraf. Kemudian sebagian besar dipecah menjadi ion asetat dan
kolin dikatalis oleh enzim asetilkolinesterase yang berikatan dengan kolagen dan
Dopa (hidroksilasi)
2. Dopa
Dopamin (dekarboksilasi)
Norepinefrin (hidroksilasi
Pada medula adrenal reaksi ini dilanjutkan satu tahap lagi untuk
mengalihkan sekitar 80% Norepinefrin menjadi Epinefrin yakni sebagai
berikut(Guyton, 2008) ;
5. Norepinefrin
Epinefrin metilasi
lebih
lama
berlangsung
2-4
menit
setelah
perangsangan
selesai(Guyton, 2008).
Reseptor Pada Organ Efektor
Sebelum asetilkolin, norepinenefrin atau epinefrin disekresikan pada suatu
ujung saraf otonom dapat merangsang suatu organ efektor ,bahan transmiter ini
mula-mula harus berikatan terlebih dahulu dengan reseptor yang lebih spesifik pada
sel-sel efektor. Reseptor ini terdapat pada bagian dalam membran sel. Terikat
sebagai kelompok prostetik pada molekul protein yang menembus membran sel.
Ketika bahan transmiter berikatan pada reseptor hal ini menyebebkan perubahan
konformasional (bentuk tertentu dari keseluruhan) pada struktur molekul protein.
Kemudian molekul protein yang berubah ini merangsang atau menghambat sel,
paling sering dengan (1) menyebabkan perubahan permeabelitas membran sel
terhadap satu atau lebih ion atau (2) mengaktifkan atau justru mematikan aktivitas
enzim yang melekat pada ujung protein reseptor lain dimana reseptor ini menonjol
kebagian dalam sel(Guyton, 2008).
Reseptor Asetikolin (Reseptor Muskarinik Dan Nikotinik)
Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan
nikotinik. Alasan untuk penamaan ini adalah karena bahan muskarin yang
merupakan sejenis racun dari jamur payung, hanya mengaktifkan reseptor
muskarinik dan tidak akan mengaktifkan reseptor nikotinik. Asetilkolin
mengaktifkan kedua jenis reseptor tersebut(Guyton, 2008).
Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang distimulasi
oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik
ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps antara preganglion dan postganglion
dari sistem parasimpatik (reseptor nikotinik juga terdapat pada banayak ujung saraf
otonom, sebagai contoh pada taut neuromuskular diotot rangka)(Guyton, 2008).
Pengertian mengenai kedua jenis reseptor ini sangat penting karena dalam
praktik kedokteran sering dipakai obat-obat spesifik untuk merangsang atau
menghambat salah satu dari kedua jenis reseptor ini(Guyton, 2008).
Reseptor Adrenergik-Reseptor Alfa Dan Beta
Terdapat juga dua jenis utama reseptor adrenergik
reseptor alfa dan reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta 1 dan beta 2, karena ada
bahan kimia tertentu yang hanya memengaruhi reseptor beta tertentu. Terdapat juga
pembagian reseptor alfa menjadi reseptor alfa 1 dan alfa 2(Guyton, 2008).
Norepinefrin dan epinefrin, keduanya disekresikan kedalam darah oleh
medula adrenal, yanag mempunyai pengaruh perangsangan yang sedikit berbeda
pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin merangsang reseptor alfa namun kurang
merangsang reseptor beta. Sebaliknya epinefrin merangsang kedua reseptor ini
hampir sama kuatnya. Oleh karena itu pengaruh relatif dari norepinefrin dan
epinefrin pada berbagai organ efektor ditentukan oleh jenis reseptor yang terdapat
dalam organ tersebut. Bila seluruh reseptor adalah reseptor beta maka epinefrin
akan menjadi obat peransang yang lebih efektif(Guyton, 2008).
Demikian juga fungsi utama reseptor beta adalah eksitasi dan fungsi lainnya adalah
inhibisi. Oleh karena itu reseptor alfa dan betaa ini tidak begitu berkaitan dengan
peristiwa eksitasi atau inhibisi, namun lebih mirip dengan daya afinitas suatu
hormon dengan reseptor pada suatu organ efektor tertentu(Guyton, 2008).
Hormon sintetik yang secara kimiawi mirip dengan epinefrin dan
norepinefrin, yaitu isopropil dan norepinefrin mempunyai kerja yang sangat kuat
terhadap reseptor beta, namun sama sekali tidak bekerja pada reseptor alfa(Guyton,
2008).
Efek perangsang simpatis dan parasimpatis pada organ spesifik
a. Mata
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh saraf otonom, yaitu ; (1) dilatasi pupil
dan (2) fokus lensa. Perangsangan simpatis membuat serabut-serabut meridional
iris berkontraksi sehingga pupil menjadi dilatasi. Sedangkan perangsangan
parasimpatis mengontraksikan otot-otot sirkular iris sehingga terjadi kontriksi
pupil(Guyton, 2008).
Bila ada cahaya yang berlebihan masuk kedalam mata, serabut-serabut
parasimpatis yang mengatur pupil akan terangsang secara refleks. Ketika refleks
tersebut akan mengurangi pembukaan pupil dan mengurangi cahaya yang
membentur retina. Sebaliknya selama periode eksitasi saraf simpatis akan
terangsang dan pada saat yang bersamaan akan menambah pembukaan
pupil(Guyton, 2008).
Kemampuan memfokuskan lensa hampir seluruhnya diatur oleh sistem saraf
parasimpatis. Normalnya lensa akan dipertahankan tetapi dalam keadaaan rata oleh
tegangan instrinsik elastik dari ligamen radialnya. Perangsangan parasimpatis
membuatnya terjadinya kontraksi otot siliaris yaitu serabut-serabut otot polos
berbentuk seperti cincin yang melingkari ligamen radisi lensa. Kontraksi tersebut
melepaskan tegangan ligamen tadi dan menyebabkan lensa menjadi lebih konveks.
Sehingga membuat mata menfokuskan(akan dibicaraka secara mendalam pada
fungsi mata) (Guyton, 2008).
b.Kelenjar-Kelenjar Tubuh
Kelenjar
nasalis,
kelenjar
krinalis,
saliva
dan
banyak
kelenjar
volume pada
pembuluh darah ini. Hal ini akan menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung
dan selanjutnya berperan dalam proses pengaturan pompa jantung, yang akan
dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis pada jantung berperan dalam meningkatkan
aktivitas jantung, baik dalam hal meningkatkan detak jantung, meningkatkan
kekuatan dan volume untuk memompa(Sherwood, 2001).
Meskipun sistem syaraf parasimpatis berperan sangat penting dalam
pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk mengontrol
sistem gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada regulasi sirkulasi,
meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis. Salah satu efek terpentingnya
pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus vagus, yang berjalan
dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik akan
menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit penurunan pada
kontraktilitas otot jantung(Sherwood, 2001).
Perangsanga
parasimpatis
menimbulkan
efek
yang
berlawanan
sifat-sifat
yang
paling khas
yaitu
otomatisitas,
rhythmicity,
perubahan-perubahan
denyut
jantung
(aksi
kronotropik);
dan
di
internodal(Masud, 1989).
bagian
proksimal
berhubungan
dengan
lintasan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang, perubahan fisik seperti hipertensi,
berkeringat memiliki hubungan dengan Hypothalamus dan sistem limbic.
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf
otonom, yang membantu mengatur tekanan arteri, sekresi gastrointestinal,
pengosongan kandung kemih berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lainnya; hampir
semuanya diatur oleh sistem saraf otonom, sedangkan yang lain sebagian saja.
3.2 Saran
Penulisan makalah ini memiliki banyak kekurangannya baik dari segi
penulisannya maupun dari materi yang dibahas, besar harapan tim penyusun untuk
pembaca memberikan kritikan ataupun sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. 1988. Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa: Adji Darma, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Guyton A.C. 2008. Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Jack de Groot. 2002. Neuroanatomi korelatif (correlative neuroanatomy) Edisi 24.
Jakarta : EGC
Masud, Ibnu. 1989. Dasar-Dasar Fisiologi Kardiovaskuler, 35-38, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta Masud
Muray KR, Granner KD, Rodwell WV. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
Rosyidi, Alvi. 1996. Anatomi Fisiologi dan Gizi Manusia. Surakarta: UNS
Sherwood, Lauralee. 2001. Human Physiology Fifth Edition, Thomson : United States
Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC